Anda di halaman 1dari 25

APLIKASI INTRUMENT

UV-VIS DAN AAS


Pertemuan 7
Pengertian_UV-Vis
• Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis
spektroskopik yang memakai sumber radiasi elektromagnetik
ultraviolet(UV) panjang gelombang (190-380 nm) dan sinar
tampak(Vis) panjang gelombang (380-780 nm) dengan
memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV-
Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada
molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis
lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan
kualitatif.
Prinsip Kerja_UV-Vis
• Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis adalah interaksi yang terjadi
antara energi yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar
dengan materi yang berupa molekul. Besar energi yang diserap
tertentu dan menyebabkan elektron tereksitasi dari keadaan dasar
ke keadaan tereksitasi yang memiliki energi lebih tinggi. Serapan
tidak terjadi seketika pada daerah ultraviolet-visible untuk semua
struktur elektronik, tetapi hanya pada sistem-sistem terkonjugasi,
struktur elektronik dengan adanya ikatan π dan non bonding
elektron .Prinsip kerja spektrofotometer berdasarkan hukum
Lambert Beer, yaitu bila cahaya monokromatik (Io) melalui suatu
media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap, sebagian
dipantulkan, dan sebagian lagi diteruskan(It) menuju detektor.
Prinsip Kerja_UV-Vis
dipantulkan
(reflection) sampel
dihamburkan
(Scattering)

sinar dari menuju detektor


sumber I
Io
diserap
(absorption)

Io = intensitas sinar sebelum mengenai sampel


It = intensitas sinar yang diteruskan
Perhitungan intensitas pita serapan
 menggunakan hukum Lambert dan Beer
Skema Alat_UV-Vis
Analisa_UV-Vis
Bunyi hukum Lambert Beer :
• "Jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, Inframerah, dan sebagainya) yang
diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen
dari konsentrasi suatu zat dan tebal larutan“
• Adalah hubungan linearitas dan absorban dengan konsentrasi larutan sampel.
Konsentrasi dari sampel di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur
absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum
lambert beer yang ditulis dengan

A = ε.b.C
A = absorban (serapan)
ε = koefisien ekstingsi molar (M-1 cm-1)
B = tebal kuvet (cm)
C = konsentrasi (M)
Analisa_UV-Vis
 Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV/Vis bisa dengan penambahan
reagen tertentu. Harus dilakukan jika senyawa yang dianalisa tidak melakukan
penyerapan didaerah UV/Vis
 Senyawa harus diubah menjadi bentuk lain yang dapat melakukan penyerapan pada
daerah yang dimaksud. Misalnya mengubah menjadi berwarna atau tidak berwarna.
 Pemilihan panjang gelombang agar diperoleh panjang gelombang maksimum.
 Pembuatan kurva kalibrasi. Untuk keperluan ini dibuat sejumlah larutan standar
dengan berbagai konsentrasi.
 Absorbans larutan standart ini diukur kemudian dibuat grafik A versus C.
 Hukum Lambert Beer terpenuhi, jika grafik berbentuk garis lurus yang melalui titik
nol.
 Pengukuran sampel dilakukan pada kondisi yang sama seperti pada larutan standart.
Contoh Aplikasi_UV-Vis
• http://www.academia.edu/9448720/PENENTUAN_KADAR_BE
SI_Fe_DALAM_SAMPEL_AIR_KRAN_DARI_DAERAH_CIBIRU_D
ENGAN_METODE_KOLORIMETRI_DAN_SPEKTROFOTOMETRI_
UV-VISIBLE
Contoh Aplikasi_UV-Vis
• PENENTUAN KADAR BESI (Fe) DALAM SAMPEL AIR KRAN DARI
DAERAH CIBIRU DENGAN METODE KOLORIMETRI DAN
SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE

• Yulia Putri Carliana (Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran)


Contoh Aplikasi_UV-Vis
• (Pendahuluan)
• Dalam bidang kesehatan, besi (Fe2+) dalam dosis besar pada manusia
bersifat toksik karena, konsumsi Fe2+ berlebih berakibat pada
meningkatnya feritrin dan hemosiderin dalam sel parenkim hati,
akibatnya hemosiderin akan masuk ke dalam sel parenkim organ-organ
lain, misalnya pankreas, otot jantung dan ginjal sehingga dalam jangka
panjang, hemosiderin akan tertimbun dalam organ–organ dan merusak
kerja organ tersebut. Rusaknya jaringan ini disebut penyakit
hemokromatosis. Kerusakan sel juga meluas pada hati, jantung dan
organ lain, bahkan bisa berakhir dengan ke-matian. (Widowati, 2008).
• Secara Fisik, kelebihan Fe pada air dapat menimbulkan bau dan warna
pada air minum, seperti menyebabkan air menjadi kemerah-merahan
dan memberi rasa yang tidak enak pada minuman. (Sutrisno, 2004).
Contoh Aplikasi_UV-Vis
• (Langkah Kerja)
• Kurva kalibrasi dibuat terlebih dahulu untuk menghitung konsentrasi Fe dalam sampel air
kran. Larutan ferri ammonium sulfat ditambahkan kedalam larutan standar agar Fe3+ dapat
direduksi menjadi Fe2+ yang agar tidak mudah terhidrolisis.
• Fenantrolin dapat membentuk kompleks warna merah dari Fe2+. Larutan natrium asetat
ditambahkan untuk menetralisasi kehadiran asam dan mempertahanakan pH pembentukan
kompleks besi (II) fenatrolin.
• Setiap pengukuran panjang gelombang selalu diukur terlebih dahulu,larutan blanko dimana
larutan blanko persen transmitansinya harus 100%. Larutan blanko hanya berisi aquades,
hidroksiammonium sulfat, fenantrolin, natrium asetat.

• Fungsi dari blanko adalah mengukur serapan pereaksi yang digunakan untuk analisis kadar
Fe. Sehingga jumlah serapan Fe sendiri adalah nilai absorbansi larutan standar atau sampel
(mengandung pe-reaksi dan Fe) dikurangi serapan pe-reaksinya.

Serapan Fe = Serapan Larutan Sampel – Serapan Peraksi


Contoh Aplikasi_UV-Vis
• (Hasil Perhitungan Regresi
Larutan Standard)
• Berikut merupakan hasil
pengukuran absorbansi larutan
besi (III) standar dengan berbagai
konsentrasi pada λ 510 nm
Contoh Aplikasi_UV-Vis
• (Hasil Pengukuran Konsentrasi
Sampel)
• Pengukuran absorbansi sampel
dari air keran Jatinangor
dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 511 nm
sebanyak tiga kali (triplo).
Contoh Aplikasi_UV-Vis
• (Kesimpulan)
• Standard yang mengatur mengenai air minum yang terdapat
di dalam Permenkes No.492/MENKES/PES/IV/2010
menyatakan bahwa konsentrasi Fe2+ yang diperbolehkan
sebesar 0.3 ppm. Kadar besi dalam air sampel uji yang diteliti
adalah 0,0131. Maka, air sampel uji memenuhi syarat untuk
dikatakan sebagai air bersih dan layak untuk digunakan
Pengertian_AAS
• AAS (Atomic Absorbtion Spectofotometer) atau SSA
(Spektofotomeer Serapan Atom) adalah suatu teknik
spektroskopi yang memanfaatkan besarnya gelombang
elektromagnetik yang diserap pada frekuensi tertentu oleh zat
tertentu untuk bereksitasi. Gelombang elektromagnetik yang
diserap dihasilkan oleh suatu sumber cahaya
• AAS dapat menentukan lebih dari 67 jenis logam yang berbeda
yang terkandung dalam suatu larutan. AAS sangat sensitif dan
akurat karena dapat mengukur hingga bagian per milyar dari
suatu berat (μg dm-3).
Prinsip Kerja_AAS
• Penentuan atom pada spektroskopi atom hanya dapat
dilakukan di dalam fasa gas. Semua elemen di dalam
sampel harus diubah dahulu menjadi bentuk
garam/senyawaan yang mudah diubah menjadi fasa gas
(aerosol).
• Spesi elemen dalam fasa gas ini kemudian diubah
menjadi atom-atom bebasnya (atomisasi).
Prinsip Kerja_AAS
• Hukum absorpsi sinar (Lambert-Beer) yang berlaku pada
spektrofotometer absorpsi sinar ultra violet, sinar tampak maupun
infra merah, juga berlaku pada Spektrometri Serapan Atom (SSA).
Perbedaan analisis Spektrometri Serapan Atom (SSA) dengan
spektrofotometri molekul adalah peralatan dan bentuk spectrum
absorpsinya
dipantulkan
(reflection) sampel
dihamburkan
(Scattering)

sinar dari menuju detektor


sumber I
Io
diserap
(absorption)
Skema Alat_AAS
Analisa_AAS
 Menguji beberapa larutan standard yang mengandung unsur yang ingin
diuji dengan variasi konsentrasi yang telah diketahui ke dalam alat AAS
untuk mendapatkan nilai absorbansinya.
 Memplotkan variasi C (konsentrasi unsur yang ingin diuji pada beberapa
larutan standard) dengan nilai absorbansinya.
y= mx + b
dimana absorbansi (A) : sumbu y dan konsentrasi (C) : sumbu x.
 Menguji larutan sampel ke dalam alat AAS untuk mendapatkan nilai
absorbansinya.
 Setelah itu masukan nilai A sebagai y ke dalam persamaan garis linear
yang telah didapat pada langkah sebelumnya.
 Dari persamaan itu kita akan mendapatkan nilai x yaitu nilai konsentrasi
unsur yang ingin diuji dalam sampel.
Aplikasi_AAS
• Spektroskopi Atomik sering digunakan untuk identifikasi
kandungan unsur tertentu. Teknik Spektroskopi Atomik banyak
digunakan untuk menentukan konsentrasi pencemar logam
berat dalam lingkungan.
Contoh Aplikasi_AAS
• ANALISIS LOGAM BERAT DALAM AIR MINUM ISI ULANG
(AMIU) DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI
SERAPAN ATOM (SSA)

• Nuraini, Iqbal dan Sabhan (Jurusan Fisika Fakultas MIPA, Universitas


Tadulako)
• Gravitasi Vol. 14 No.1 (Januari-Juni 2015) ISSN: 1412-2375
Contoh Aplikasi_AAS
• (Pendahuluan)
• Sejalan dengan dinamika keperluan masyarakat, maka masyarakat cenderung
memilih cara yang lebih praktis dengan biaya yang relatif murah. Salah satu
pemenuhan kebutuhan air minum yaitu air minum isi ulang.
• Meski praktis tidak semua depot air minum isi ulang terjamin kualitas
produknya. Terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan Subardi Bali (2012)
mengenai kandungan logam berat timbal (Pb) dan cadmium (Cd) dalam air
minum isi ulang di Pekanbaru telah melebihi batas ambang yakni timbal (Pb)
berkisar antara 0,11-0,55 ppm untuk air baku dan 0,11-1,87 ppm untuk air isi
ulang. Sedangkan untuk logam cadmium (Cd) berkisar antara 0,22-0,52 ppm
untuk air baku dan 0,44-0,54 untuk air minum isi ulang.
• Berdasarkan beberapa penelitian yang telah ada, maka penelitian ini dilakukan
untuk menentukan logam berat besi (Fe), mangan (Mn) dan timbal (Pb) yang
terkandung dalam air minum isi ulang yang beredar di kota Palu. Analisis
penentuan kandungan logam berat pada sampel air minum isi ulang
menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
Contoh Aplikasi_AAS
• (Langkah Kerja)
• Pengambilan sampel air pada tiga depot sebanyak 330 ml dengan
menggunakan botol plastik.
• Sampel untuk analisis kadar logam berat diawetkan dengan larutan
HNO3 pekat sebanyak 5 tetes, kemudian panaskan di hotplate
dengan temperatur 100 oC.
• Untuk penentuan konsentrasi dibuat larutan standar Fe, Pb dan Mn
kemudian dianalisis dengan menggunakan AAS pada panjang
gelombang 248,3 nm untuk Fe, untuk Pb panjang gelombang 283,3
nm dan untuk Mn panjang gelombang 279,5 nm.
• Dilakukan tiga kali pengulangan untuk penentuan absorbansinya.
Contoh Aplikasi_AAS
• (Hasil)
• Dari hasil analisis yang dilakukan di
Laboratorium Kimia Analitik ITB
kandungan logam berat untuk Fe yang
diperoleh pada masing-masing depot
tidak ada yang melebihi nilai ambang
batas KEPMENKESRI No.
907/MENKES/SK/VII/2002. Sedangkan
untuk logam berat (Mn), konsentrasi
yang diperoleh telah melebihi nilai
ambang batas KEPMENKESRI No.
907/MENKES/SK/VII/2002.
• Analisis kandungan logam berat Pb pada
air minum isi ulang dengan
menggunakan alat Spektrofotometri
Serapan atom (SSA) tidak terdeteksi
karena standar yang digunakan untuk
alat SSA adalah 0,01 ppm, kemungkinan
dapat terdeteksi apabila standar yang
digunakan dibawah 0,01 ppm.
Contoh Aplikasi_AAS
• (Kesimpulan)
• Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh besar kadar logam
besi (Fe) dalam air minum isi ulang untuk depot Manimbaya yaitu
0,1278 mg/L, depot KH Dewantoro 0,1426 mg/L dan depot Tombolotutu
0,1059 mg/L kemudian besar kadar logam mangan (Mn) yang diperoleh
untuk depot Manimbaya yaitu 0,1927 mg/L, depot KH Dewantoro
0,1240 mg/L dan depot Tombolotutu 0,1538 mg/L.
• Sedangkan untuk logam timbal (Pb) dalam air minum isi ulang tidak
terdeteksi oleh alat Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Besar
kandungan logam berat dalam air minum isi ulang menurut KEPMENKES
no. 907 tahun 2002 untuk logam besi (Fe) 0,3 mg/L, logam mangan (Mn)
0,05 mg/L dn logam timbal (Pb) 0,005 mg/L. Maka dari data di atas
dapat disimpulkan bahwa logam mangan (Mn) dalam air minum isi
ulang melebihi batas ambang KEPMENKES no. 907 tahun 2002.

Anda mungkin juga menyukai