Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Nilai-Nilai Pancasila dalam Kerangka Praktik Penyelenggaraan


Pemerintah Negara

Aggota Kelompok 1 : Muhammad Rafly A

Arif Dwi Firmansyah

Rafi Adi Rizqullah

Muhamad Marsel J

Muhammad Raihan N

Mochamad Tedi K

Mochammad Nur Alif

Azmiddawam

Devon Iqbal N.A

Ziad Ilyasa Aseran

Kelas : X Mia 1

SMA NEGERI 1 KAB. TANGERANG


Jl. Raya Serang No.23KM, Talagasari, Kec. Balaraja, Kabupaten Tangerang, Banten 15610
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberi nikmat, salah satunya kesehatan dan kesempatan hidup
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah saya tentang makanan, minuman dan obat
sehat kesukaan saya.

Saya juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada guru PPKn. Kak
Narpin atas bimbingannya, saya tidak hanya mendapat ilmu yang luas tetapi juga menerima
berbagai ajaran yang membentuk karakter saya menjadi lebih baik. Tanpa beliau, mungkin
makalah ini tidak akan terwujud.

Saya menyadari banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan
kritik dan saran dari semuanya demi kemajuan makalah ini di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat menjadi pengembangan ilmu yang bermanfaat dalam dunia
pendidikan khususnya.

Tangerang, 27 Jul. 22

Penulis :

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Contents
MAKALAH..............................................................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................9
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................9
BAB 3...................................................................................................................................................18
PENUTUP.............................................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................18
BIBLIOGRAFI........................................................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

A. Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Republik Indonesia

Pembagian kekuasaan merupakan jaminan tegaknya supremasi hukum


dalam kehidupan bernegara serta merupakan suatu yang dipersyaratkan untuk
dimuat dalam konstitusi negara. Dalam ketatanegaraan, pembagian kekuasaan
sering dikenal sebagai konsep “Trias Politica” oleh Montesquieu. Konsep Trias
Politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan yang
sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa. 1 Artinya bahwa konsep
Trias Politica menawarkan suatu konsep mengenai kehidupan bernegara
dengan melakukan pemisahan kekuasaan yang diharapkan akan saling lepas
dalam kedudukan yang sederajat, sehingga dapat saling mengendalikan dan
saling mengimbangi satu sama lain (check and balances). Selain itu diharapkan
dapat membatasi kekuasaan agar tidak terjadi pemusatan kekuasaan pada
satu tangan yang nantinya akan melahirkan kesewenang-wenangan.

Menurut Montesquieu, negara yang menganut paham demokrasi


memerlukan pemisahaan kekuasaan negara ke dalam organ-organ Eksekutif,
Legislatif dan Yudikatif. Kekuasaan Eksekutif bertugas melaksanakan undang
undang, kekuasaan Legistaif bertugas membuat undang-undang serta
kekuasaan Yudikatif bertugas mengadili terhadap pelanggaran atas
pelaksanaan undang-undang.

Dilain sisi, John Locke menyatakan bahwa cara untuk mencegah terjadinya
kekuasaan yang melebihi batas harus dilakukan pembagian serta pembedaan
pemengang kekuasaan dalam negara.3 Hanya saja selain Eksekutif dan
Legislatif, John Locke menambahkan kekuasaan federatif untuk melakukan
hubungan diplomatik dengan negara-negara lain. Untuk itu, apabila dicermati,
pemikiran Montesquieu memiliki dasar yang sama dengan pemikiran John
Locke, yaitu pembatasan kekuasaan untuk menghindari terjadinya pemusatan
kekuasaan pemerintahan yang berpotensi besar menghasilkan kesewenang-
wenangan.
B. Kedudukan dan Fungsi Kementerian Negara Republik Indonesia dan
Lembaga Pemerintahan Non-Kementrian
Kementerian Negara adalah lembaga Pemerintah Indonesia yang
membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Kementerian
berkedudukan di ibu kota negara yaitu Jakarta dan berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada presiden. Sebagian besar kementerian yang ada
sekarang telah mengalami berbagai perubahan, meliputi penggabungan,
pemisahan, pergantian nama, dan pembubaran (baik sementara atau
permanen). Jumlah kementerian sendiri hampir selalu berbeda-beda dalam
setiap kabinet, dimulai dari yang hanya berjumlah belasan hingga pernah
mencapai ratusan, sebelum akhirnya ditentukan di dalam Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2008, yaitu sejumlah maksimal 34 kementerian.

C. Nilai-Nilai Pancasila dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

Pancasila adalah ideologi dasar Negara Indonesia. Yap, Pancasila merupakan


rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari dua kata, yaitu
panca yang berarti lima, dan sila yang berarti prinsip atau asas. Hal itu berarti
terdapat lima pegangan utama bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Kelima sila tersebut ialah Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil
dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Itulah kelima sila yang menjadi dasar negara Republik
Indonesia. Pancasila tidak akan menjadi dasar negara jika hanya dijadikan
mitos tanpa model praktis untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam
kehidupan masyarakat luas.
Pada penyelenggaraan negara, Pancasila merupakan suatu acuan tunggal
dalam menjalankan roda pemerintahan. Pancasila juga dijadikan acuan untuk
memutuskan berbagai peraturan baik perundang-undangan maupun peraturan
lainnya.
Pancasila harus diamalkan dalam setiap kegiatan, tak terkecuali dalam
kegiatan penyelenggaraan negara atau pemerintahan.

Jadi, dalam penyelenggaraan pemerintahan / negara harus berdasarkan


pada nilai-nilai Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945.

1.2 Rumusan Masalah

A. Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Republik Indonesia

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan


dibahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1.Mengapa harus ada pembagian kekuasaan….?


2. Apa saja nilai-nilai Pancasila dalam penyelenggaraan pemerintahan
negara?

3. Apa yang dimaksud dengan Pancasila?

B. Kedudukan dan Fungsi Kementerian Negara Republik Indonesia dan


Lembaga Pemerintahan Non-Kementrian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan


dibahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa itu KEMENTRIAN......?
2. Apa saja tugas Kementerian Negara Republik Indonesia?
3. Apa saja Lembaga Pemerintah Non-Kementerian?
C. Nilai-Nilai Pancasila dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan


dibahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Pancasila?


2. Apa makna dari nilai-nilai Pancasila?
3. Apa saja butir-butir Pancasila?

1.3 Tujuan
A. Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Republik Indonesia
1. Mengetahui Konsep Pembagian Kekuasaan yang dianut Indonesia
2. Mengetahui Pembagian kekuasaan secara horizontal
3. Mengetahui Pembagian kekuasaan secara vertikal

B. Kedudukan dan Fungsi Kementerian Negara Republik Indonesia dan


Lembaga Pemerintahan Non-Kementrian

1. Mengetahui Urusan Kementrian dalam Pemerintahan


2. Mengetahui Kedudukan dan Fungsi Lembaga Pemerintahan Non-
Kementrian
3. Mengetahui Lembaga Pemerintah Non-Kementrian di Indonesia

C. Nilai-Nilai Pancasila dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

1. Mengetahui Nilai-Nilai Pancasila dalam Penyelenggaraan Pemerintahan


2. Mengetahui Nilai dan Ruh demokrasi yang sesuai dengan Visi Pancasila
yang berhakikat

1.4 Manfaat

A. Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Republik Indonesia

Fungsi pembagian adalah agar pekerjaan tidak dititik beratkan kepada hanya


satu pihak. Pembagian kekuasaan bukan berarti saling terpisah pisah tetapi
salibg bekerja sama. Kekuasaan lembaga legislatif : Membuat undang undang
dan mengawasi jalannya undang undang.

B. Kedudukan dan Fungsi Kementerian Negara Republik Indonesia dan


Lembaga Pemerintahan Non-Kementrian

kedudukan lembaga negara kementrian dan lembaga negara non-kementrian


adalah sama, mereka sama-sama berada dibawah presiden, pembantu
presiden dan bertanggung jawab pada presiden. Lembaga kementrian
fungsinya melakukan tugas kepemerintahan yang sifatnya birokrasi dari
eksekutif (presiden) yang telah diatur oleh undang-undang. sedangkan tugas
lembaga non-kemenrian lebih fokus pada bidang kearsipan, seperti pengkajian,
penyusunan, perencanaan dll.

C.Nilai-Nilai Pancasila dalam Penyelenggaraan Pemerintahan


Manfaat yang dapat diambil yaitu membantu pembaca dalam memahami
nilai-nilai Pancasila, Butir-butir Pancasila dan pengamalan-pengamalannya
dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Teori Dasar

A. Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Republik Indonesia

 A. Jenis - jenis Kekuasaan negara.

1. Menurut John Locke, menyatakan bahwa kekuasaan negara dapat di bagi


menjadi 3 macam kekuasaan, yaitu :

a. Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat dan atau


membentuk undang - undang negara.
b. Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang -
undang, termasuk kekuasaan untuk mengadili setiap pelanggaran
terhadap undang - undang negara, dan 
c. Kekuasaan federatif, yaitu kekuasaan untuk melakukan dan
melaksanakan hubungan luar negeri.

2. Sedangkan menurut Montesquieu bahwa kekuasaan negara dibagi menjadi 3


kekuasaan yaitu:

a. Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat atau membentuk


undang -undang.
b. Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang - undang,
dan 
c. Kekuasaan yudikatif, yaitu kekuasaan untuk mempertahankan undang -
undang, termasuk kekuasaan untuk mengadili setiap pelanggaran terhadap
undang - undang.

 B. Konsep Pembagian Sistem Kekuasaan di Indonesia.

Menurut Undang - Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945, bahwa


penerapan pembagian kekuasaan di Indonesia terdiri dari 2 bagian,
yaitu pembagian kekuasaan secara horizontal dan pembagian kekuasaan
secara vertikal.

1. Pembagian kekuasaan secara horizontal.

pembagian kekuasaan secara horizontal terdiri dari beberapa bagian yang


diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Kekuasaan konstitutif, yaitu kekuasaan untuk mengubah dan


menetapkan undang-undang dasar. Kekuasaan ini dijalankan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagaimana ditegaskan dalam pasal 3
ayat 1 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Kekuasaan Aksekutif, yaitu kekuasaan untuk menjalankan undang -
undang dan penyelenggaraan pemerintahan negara. Kekuasaan ini
dipegang oleh Presiden sebagaimana ditegaskan dalam pasal 4 ayat 1
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
c. Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membentuk undang -
undang. Kekuasaan ini dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat
sebagaimana ditegaskan dalam pasal 20 ayat 1 UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
d. Kekuasaan yudikatif atau kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
Kekuasaan ini dipegang oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah
Konstitusi sebagaimana ditegaskan dalam UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 pada pasal 24 ayat 2.

e. Kekuasaan eksaminatif atau inspektif, yaitu kekuasaan yang


berhubungan dengan penyelenggaraan pemeriksaan atas pengelolaan
dan tanggung jawab tentang keuangan negara. Kekuasaan ini dijalankan
oleh Badan Pemeriksa Keuangan Negara sebagaimana di tegaskan dalam
pasal 23 E ayat 1 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Pembagian kekuasaan secara vertikal.

Pembagian kekuasaan secara vertikal merupakan pembagian kekuasaan


menurut tingkatnya, yaitu pembagian kekuasaan antara beberapa tingkatan
pemerintahan.

Pembagian kekuasaan secara vertikal muncul sebagai konsekuensi dari


diterapkannya asas disentralisasi di Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Dengan asas tersebut, Pemerintah Pusat menyerahkan wewenang


pemerintahan kepada pemerintah daerah otonom (provinsi dan
kabupaten/kota) untuk mengurus dan mengatur sendiri urusan pemerintahan
di daerahnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
pemerintah pusat, yaitu kewenangan yang berkaitan dengan politik luar
negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, agama, moneter dan fiskal yang
ditegaskan dalam UUD NRI Tahun 1945 dalam Pasal 18 ayat 5.

B. Kedudukan dan Fungsi Kementerian Negara Republik Indonesia dan


Lembaga Pemerintahan Non-Kementrian
Kementerian Negara Republik Indonesia mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan di bawah dan
bertanggung jawab kepada presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan
negara.

1. Penyelenggara perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di


bidangnya, pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggung jawabnya, pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya
dan pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah.

2. Perumusan, penetapan, pelaksanaan kebijakan di bidangnya, pengelolaan


barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya,
pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya, pelaksanaan
bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan kementerian di
daerah dan pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

3. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidangnya, koordinasi dan


sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya, pengelolaan barang
milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya dan pengawasan
atas pelaksanaan tugas di bidangnya.

Pasal 17 ayat (3) UUD NRI tahun 1945 menyebutkan bahwa “setiap
menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.” Dengan kata lain,
setiap kementerian negara masing-masing mempunyai tugas sendiri. Adapun
urusan pemerintahan yang menjadi tanggung jawab kementerian negara
adalah sebagai berikut.

1. Urusan pemerintahan yang nomenklatur kementeriannya secara tegas


disebutkan dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, meliputi
urusan luar negeri, dalam negeri, dan pertahanan.

2. Urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam UUD


Negara Republik Indonesia Tahun 1945, meliputi urusan agama, hukum,
keuangan, keamanan, hak asasi manusia, pendidikan, kebudayaan,
kesehatan, sosial, ketenagakerjaan, industri, perdagangan,
pertambangan, energi, pekerjaan umum, transmigrasi, transportasi,
informasi, komunikasi, pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan,
kelautan, dan perikanan.
3. Urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan
sinkronisasi program pemerintah, meliputi urusan perencanaan
pembangunan nasional, aparatur negara, kesekretariatan negara, badan
usaha milik negara, pertanahan, kependudukan, lingkungan hidup, ilmu
pengetahuan, teknologi, investasi, koperasi, usaha kecil dan menengah,
pariwisata, pemberdayaan perempuan, pemuda, olahraga, perumahan,
dan pembangunan kawasan atau daerah tertinggal.

C.Nilai-Nilai Pancasila dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

Berikut nilai-nilai Pancasila dalam penyelenggaraan pemerintahan negara:

 Nilai Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


Berikut nilai-nilai penyelenggaraannya:

1. Pengakuan adanya causa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang Maha
Esa.

2. Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan


beribadah menurut agamanya.

3. Tidak memaksa warga negara untuk beragama, tetapi diwajibkan


memeluk agama sesuai hukum yang berlaku.

4. Atheisme dilarang hidup dan berkembang di Indonesia.

5. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama,


toleransi antarumat dan dalam beragama.

6. Negara memfasilitasi bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga


dan menjadi mediator ketika terjadi konflik antar agama.

 Nilai Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Berikut nilai-nilai penyelenggaraannya:

1. Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk


Tuhan karena manusia mempunyai sifat universal.

2. Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa, hal ini juga
bersifat universal.
3. Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah. Hal ini berarti
yang dituju masyarakat Indonesia adalah keadilan dan peradaban yang
tidak pasif. Perlu pelurusan dan penegakan hukum yang kuat jika terjadi
penyimpangan, karena keadilan harus direalisasikan dalam kehidupan
sehari-hari.

 Nilai Sila Persatuan Indonesia


Nilai-nilai penyelenggaraannya sebagai berikut:

1. Nasionalisme

2. Cinta bangsa dan tanah air

3. Menggalang persatuan dan kesatuan bangsa

4. Menghilangkan penonjolan kekuatan atau kekuasaan, keturunan, dan


perbedaan warna kulit.

5. Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggulangan

 Nilai Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan
Nilai-nilai penyelenggaraannya sebagai berikut:

1. Hakikat sila ini adalah demokrasi. Demokrassi dalam arti umum, yaitu
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

2. Permusyawaratan, artinya mengusahakan putusan bersama secara


bulat, baru sesudah itu diadakan tindakan bersama. Di sini terjadi simpul
yang penting yaitu mengusahakan outusan bersama secara bulat.

3. Dalam melakukan putusan diperlukan kejujuran bersama. Hal yang perlu


diingat bahwa keputusasn bersama dilakukan secara bulat sebagai
konsekuensi adanya kejujuran bersama.

4. Perbedaan secara umum demokrasi di negara barat dan di negara


Indonesia, yaitu terletak pada permusyawaratan rakyat.
 Nilai Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Beriku nilai-nilainya:

1. Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan
berkelanjutan.

2. Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi kebahagiaan


bersama menurut potensi masing-masing.

3. Melindungi yang lemah agar kelompok warga massyarakat dapat bekerja


sesuai dengan bidangnya.

2.2 Kelebihan Teori

A. Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Republik Indonesia

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 tidak menganut
sistem pemisahan kekuasaan, tetapi menganut sistem pembagian kekuasaan.
Sistem pembagian kekuasaan di Indonesia terdiri atas tiga lembaga, yaitu
legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Ketiga lembaga di Indonesia ini tidak
dipisahkan secara mutlak, tetapi antarlembaga satu dan lainnya terdapat
hubungan kekuasaan dan keterkaitan.

Tujuan diadakannya pembagian kekuasaan dalam negara dan pemisahan


kekuasaan adalah untuk menciptakan kontrol dan keseimbangan di antara
pemegang kekuasaan serta mencegah penumpukan kekuasaan di satu tangan
yang akan menimbulkan penyelenggaraan pemerintahan yang sewenang-
wenang.

pemerintah dapat menjalankan program program dengan baik tanpa ada


hambatan.

B. Kedudukan dan Fungsi Kementerian Negara Republik Indonesia dan


Lembaga Pemerintahan Non-Kementrian
Kementerian Negara Republik Indonesia mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan tertentu dalam pemerintahan dibawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara, yaitu:

1. Penyelenggara perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di


bidangnya, pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggung jawabnya, pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya
dan pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah.
2. Perumusan, penetapan, pelaksanaan kebijakan di bidangnya,
pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawabnya, pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya,
pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian di daerah dan pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala
nasional.
3. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidangnya, koordinasi dan
sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya, pengelolaan barang
milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya dan
pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya. Dalam
penyelenggaraan negara, terdapat lembaga-lembaga non-kementerian
yang memiliki tugas untuk membantu presiden dalam melaksanakan
tugas pemerintahan tertentu. Lembaga Pemerintah Non-Kementerian
berada di bawah presiden dan bertanggung jawab langsung kepada
presiden melalui menteri atau pejabat setingkat menteri terkait.

LPNK diatur dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia, yaitu Keputusan


Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 tentang kedudukan,
tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi, dan tata kerja Lembaga
Pemerintah Non-Kementrian. Adapun tugas dan fungsi lembaga pemerintah
non kementerian sebagai berikut :

C. Nilai-Nilai Pancasila dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

Pancasila merupakan jiwa seluruh rakyat Indonesia yang


dijadikan sebagai pandangan hidup bangsa. Oleh sebab itu penyelenggaraan
negara harus didasari oleh nilai-nilai Pancasila,
yaitu nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan,
dan nilai keadilan.
Nilai-nilai Pancasila harus tetap dipegang teguh dalam praktik
penyelenggaraan negara karena tanpa berpedoman pada Pancasila maka akan
terdapat begitu banyak penyelewengan atau penyimpangan yang dilakukan
oleh aparatur negara.

Pancasila adalah dasar negara. dan nilai-nilai yang terkandung dalam


pancasila juga dianggap sebagai pedoman dalam bermasayarakat apalagi
untuk penyelenggaraan negara.

2.3 Kekurangan

A. Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Republik Indonesia

Kelemahan sistim pembagian kekuasaan Indonesia


a. UUD 1945 nyata-nyata tidak menganut ajaran pemisahan kekuasaan karena
dalam sistim ketatanegaraan Indonesia terdapat lebih dari 3 cabang kekuasaan
disebut sebagai lembaga negara. Sistim yang digunakan lebih menekankan
pada pemisahan fungsi

b. UUD 1945 kurang menyediakan ketentuan yang mengatur kekuasaan untuk


saling mengawasi dan mengendalikan antar cabang pemerintahan, akibatnya
kekuasaan presiden yang besar semakin menguat karena tidak cukup
mekanisme pengendali dan penyeimbang

c. Tidak ada ketentuan yang mengatur judicial review

d. Pasal 6 ayat 2 “presiden dan wapres dipilih oleh MPR dengan suara
terbanyak, sementara dalam penjelasan disebutkan”presiden diangkat oleh
majelis, bertindak dan bertanggung jawab kepada majelis”. Pengisian suatu
jabatan melalui pemilihan tentu beda dengan pengangkatan menurut kajian
hukum tata negara dan administrasi negara. Lazimnya suatu jabatan publik
yang menghendaki pertanggung jawaban politik akan diisi oleh pemilihan,
sebaliknya jabatan yang masuk dalam lingkup AN dapat diisi dengan
pengangkatan
e. Pasal 7 “presiden dan wapres memegang jabatan selama 5 tahun dan dapat
dipilih kembali, hal ini memberikan peluang untuk memegang jabatan seumur
hidup

f. Kedaulatan ditangan rakyat dilakukan sepenuhnya oleh MPR, namun dalam


penyelesaian pasal 3 menyatakan oleh karena MPR memegang kedaulatan
negara, maka kekuasaannya tidak terbatas

B. Kedudukan dan Fungsi Kementerian Negara Republik Indonesia dan


Lembaga Pemerintahan Non-Kementrian

Banyaknya Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) patut mendapat


perhatian serius dari pemerintah. Keberadaan lembaga-lembaga tersebut
dinilai menyedot anggaran negara yang cukup besar. Sejumlah LPNK juga
dianggap memiliki tugas pokok dan fungsi yang tumpang tindih dengan
kementerian, sehingga kinerjanya jadi tak efektif dan optimal.

C. Nilai-Nilai Pancasila dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

1. Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya


kesenjangan pembangunan antara pusat dan daerah, sebagian
disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar disedot ke pusat
2. Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena
kesenjangan pembangunan, terutama di Aceh dan Papua
3. Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran
yang memperoleh tunjangan pemerintah yang cukup besar pada
tahun-tahun pertamanya
4. Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak
merata bagi si kaya dan si miskin)
5. Pelanggaran HAM kepada masyarakat non pribumi (terutama
masyarakat Tionghoa)

BAB 3
PENUTUP

3.1Kesimpulan
A. Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Republik Indonesia

Pada dasarnya sistem pemerintahan yang diterapkan di Republik


Indonesia adalah sistem pemerintahan presidensial. Akan tetapi terdapat
perbedaan dalam hal operasionalisasi sistem pemerintahan seperti yang
tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 sebelum perubahan dengan yang tercantum dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sesudah perubahan.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


menegaskan bahwa sistem pemerintahan Indonesia menganut sistem
pembagian kekuasaan bukan pemisah kekuasaan. Pembagian kekuasaan di
negara kita dilakukan dengan dua cara, yaitu secara horizontal (pembagian
kekuasaan negara antara lembaga-lembaga negara yang sederajat) dan
vertikal (pembagian kekuasaan negara antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah/provinsi/kabupaten/kota).

Pemerintahan daerah baik itu provinsi ataupun kabupaten/kota


merupakan wujud dari pola pembagian kekuasaan secara vertikal.
Pemerintahan daerah menyelenggarakan semua urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangannya berdasarkan pada asas otonomi dan tugas
perbantuan.

B. Kedudukan dan Fungsi Kementerian Negara Republik Indonesia dan


Lembaga Pemerintahan Non-Kementrian
Kementerian negara dibentuk bertujuan untuk membantu presiden dalam
melaksanakan berbagai urusan pemerintahan. Setiap kementerian dipimpin
oleh seorang menteri yang bertanggung jawab kepada presiden. Urusan
pemerintahan yang nomenklatur kementeriannya secara tegas disebutkan
dalam UUD 1945 harus dibentuk dalam satu kementerian tersendiri. Untuk
kepentingan sinkronisasi dan koordinasi urusan kementerian, presiden juga
dapat membentuk kementerian koordinasi. Jumlah seluruh kementerian
maksimal 34 kementerian.
Kementerian yang membidangi urusan pemerintahan selain yang
nomenklatur kementeriannya secara tegas disebutkan dalam UUD 1945
dapat diubah oleh presiden. Pemisahan, penggabungan, dan pembubaran
kementerian tersebut dilakukan dengan pertimbangan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), kecuali untuk pembubaran kementerian yang menangani
urusan agama, hukum, keamanan, dan keuangan harus dengan persetujuan
DPR.

C. Nilai-Nilai Pancasila dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

Pancasila merupakan falsafah dan dasar negara Republik Indonesia


sebagai pedoman bagi segala kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila terdiri atas lima sila yang
mengandung nilai-nilai di dalamnya, nilai-nilai tersebut diwujudkan sebagai
pengamalan dalam kehidupan masyarakat. Seiring dengan arus globalisasi
penerapan nilai-nilai Pancasila kian memudar ditengah-tengah masyarakat,
sehingga Pancasila tidak mampu lagi menjadi pandangan bagi masyarakat
Indonesia, hal ini juga meliputi para generasi muda Indonesia. Generasi muda
sebagai generasi penerus bangsa diharapkan membawa perubahan yang lebih
baik bagi bangsa ini dengan berpedoman pada Pancasila, akan tetapi para
pemuda saat ini kian jauh dari nilainilai Pancasila.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan nilai-nilai Pancasila


terhadap organisasi Pemuda Pancasila di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan
Denai masih kurang diterapkan, seperti penerapan nilai ketuhanan bahwa
anggota Pemuda Pancasila masih banyak yang bertentangan dengan norma
agama, penerapan nilai kemanusiaan bahwa anggota Pemuda Pancasila kurang
dalam bersikap menghargai sesama manusia karena sering melakukan
kekerasan, penerapan nilai persatuan bahwa organisasi Pemuda Pancasila
masih sering melakukan bentrok/pertengkaran dengan organisasi pemuda lain
seperti IPK,

dalam hal penerapan nilai kerakyatan masyarakat menilai organisasi ini


juga masih kurang ikut berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat seperti
gotong royong, musyawarah dan pemilu, sedangkan penerapan nilai keadilan
juga dinilai masih kurang dalam hal menghargai hak dan kewajiban orang lain
secara adil.

3.2 Saran
A. Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Republik Indonesia

Penyelenggaraan pemerintahan negara baik di tingkat pusat maupun


daerah, tidak akan efektif apabila tidak didukung secara aktif oleh seluruh
rakyat Indonesia. Kita sebagai rakyat Indonesia juga mempunyai kewajiban
mendukung setiap penyelenggaraan pemerintahan di negara kita, salah
satunya adalah dengan mengetahui dan memahami pembagian kekuasaan
Negara Republik Indonesia.

B. Kedudukan dan Fungsi Kementerian Negara Republik Indonesia dan


Lembaga Pemerintahan Non-Kementrian
Sebagai rakyat Indonesia juga mempunyai kewajiban mendukung setiap
penyelenggaraan pemerintahan di negara kita, salah satunya adalah dengan
mengetahui dan memahami kedudukan dan fungsi Kementerian Negara
Republik Indonesia dan Lembaga Pemerintah Non-Kementerian.

C. Nilai-Nilai Pancasila dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis


memberikan saran sebagai berikut:

1. Kepada anggota Pemuda Pancasila disarankan untuk lebih


meningkatkan kesadaran akan menerapkan nilai-nilai Pancasila agar
sikap yang dilakukan para anggota Pemuda Pancasila dapat sesuai
dengan visi dan misi dari organisasi Pemuda Pancasila tersebut,
yaitu menciptakan manusia yang berjiwa Pancasila dan senantiasa
menjadi pemuda-pemuda yang berguna bagi bangsa dan Negara
Indonesia.
2. Kepada masyarakat disarankan untuk terus memperhatikan
lingkungan sekitar akan organisasi-organisasi kepemudaan yang
membawa dampak baik atau dampak buruk bagi kehidupan
masyarakat karena organisasi tersebut dapat berpengaruh bagi
para pemuda sebagai generasi penerus bangsa yang menjadi
harapan di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, Jimly. 2004. Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran
Kekuasaan dalam UUD 1945. Yogyakarta. FH-UII Press.
Astawa, I Gde Pantja & Suprin Na’a. 2012. Memahami Ilmu Negara dan
Teori Negara. Bandung: PT. Refika Aditama.
Busroh, Abu Daud. 2009. Ilmu Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
Erwin, Muhammad. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan Republik
Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
Ismatullah, Deddy. 2007. Ilmu Negara dalam Multi Perspektif Masyarakat,
Hukum, dan Agama. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Kansil, C.S.T. & Christine S.T. Kansil. 2008. Hukum Tata Negara Republik
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Koesoemahatmadja, Djenal Hoesan. 1983. Pokok-Pokok Hukum Tata
Usaha Negara. Bandung: Alumni.
Kusnardi, Moh. & Bintan R. Saragih. 2008. Ilmu Negara. Jakarta: Gaya
Media Pratama.
Asshiddiqie, Jimly. 2004. Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran
Kekuasaan dalam UUD 1945. Yogyakarta. FH-UII Press.

Astawa, I Gde Pantja & Suprin Na’a. 2012. Memahami Ilmu Negara dan
Teori Negara. Bandung: PT. Refika Aditama.

Busroh, Abu Daud. 2009. Ilmu Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Erwin, Muhammad. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan Republik


Indonesia. Bandung: Refika Aditama.

Ismatullah, Deddy. 2007. Ilmu Negara dalam Multi Perspektif Masyarakat,


Hukum, dan Agama. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Kansil, C.S.T. & Christine S.T. Kansil. 2008. Hukum Tata Negara Republik
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Pendidikan Pancasila


dan Kewarganegaraan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Koesoemahatmadja, Djenal Hoesan. 1983. Pokok-Pokok Hukum Tata


Usaha Negara. Bandung: Alumni.

Anda mungkin juga menyukai