Anda di halaman 1dari 31

UNDANG - UNDANG NOMOR 47 TAHUN 2021

PANDANGAN HUKUM TERHADAP


PENYENLENGGARAAN PERUMAH SAKITAN

oleh :
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Defisnisi dan Dasar Hukum Rumah Sakit..................................... 3
2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit .................................................... 3
2.2.1 Tugas ................................................................................... 3
2.2.2 Fungsi .................................................................................. 4
2.3 Persyaratan.................................................................................... 4
2.3.1 Umum................................................................................... 4
2.3.2 Sumber Daya Manusia......................................................... 5
2.4 Jenis Dan Klasifikasi Rumah Sakit............................................... 6
2.4.1 Berdasarkan Jenis Pelayanan.............................................. 6
2.4.2 Berdasarkan Pengelolahan.................................................. 6
2.5 Syarat-Syarat Mendirikan Rumah Sakit........................................ 7
2.6 Perizinan........................................................................................ 7
2.7 Rumah Sakit yang tidak Memenuhi Persyaratan.......................... 8
2.8 Kewajiban dan Hak Rumah Sakit................................................. 9
2.9 Hak dan Kewajiban Pasien............................................................ 11
2.9.1 Hak Pasien........................................................................... 11
2.9.2 Kewajiban Pasien................................................................ 13
2.10 Tanggungjawab Rumah Sakit..................................................... 13
2.11 Pembiayaan dan Tarif ................................................................. 15
2.12 Pembinaan dan Pengawasan........................................................ 16
2.13 Susunan Organisasi Secara Umum.............................................. 21
2.14 Unit-Unit Non Struktural............................................................. 25
2.15 Kelompok Jabatan Fungsional.................................................... 26
2.16 Staf Medik Fungsional ............................................................... 27
2.17 Tata Kerja.................................................................................... 27
2.18 Eselonisasi................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Latar belakang umum lahirnya UU No. 47 Tahun 2021 tentang rumah sakit

adalah karena beberapa pertimbangan tentang pentingnya pembentukan sebuah undang-

undang baru dari pihak-pihak yang menjadi aktor dari perumusan dan pembentukan

undang-undang. Pertimbangan-pertimbangan tersebut, antara lain bahwa :

1) Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus diwujudkan

dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

2) Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan

karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

kesehatan, kemajuan tekhnologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang

harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau

oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

3) Dalam rangka peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan rumah sakit serta

pengaturan hak dan kewajiban masyarakat dalam memperoleh pelayanan

kesehatan, perlu mengatur rumah sakit dengan Undang-Undang.

4) Pengaturan mengenai rumah sakit belum cukup memadai untuk dijadikan

landasan hukum dalam penyelenggaraan rumah sakit sebagai institusi pelayanan

kesehatan bagi masyarakat

5) Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut serta untuk memberikan

kepastian hukum bagi masyarakat dan rumahsakit, perlumembentuk Undang-

Undang tentang rumah sakit.


Selain itu, secara historis, lahirnya undang-undang ini adalah karena adanya usulan

dari Komisi IX DPR periode 2004-2021 agar masuk Program Legislasi Nasional

(Prolegnas) bersama undang-undang lain yang diprioritaskan untuk dibahas saat itu.

Banyaknya masalah di rumah sakit, misalnya pasien ditolak atau disandera, sehingga

tidak cukup diatasi atau diminimalisir kejadian kasus ini dengan regulasi yang sifatnya

hanya sekelas keputusan menteri. Sehingga saat itu, Komisi IX berusaha untuk

membuatkan sebuah regulasi kuat untuk rumah sakit. Selain itu, pesatnya

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, globalisasi, desentralisasi,

serta tuntutan masyarakat akan keterbukaan dan pelayanan kesehatan yang bermutu

mengakibatkan semakin kompleksnya pengelolaan rumah sakit. Ditambah,

kecenderungan rumah sakit lebih ke arah komersialisasi telah menimbulkan persaingan

yang tidak sehat, rendahnya mutu pelayanan, dan munculnya berbagai kasus gugatan

karena adanya dugaan kelalaian dan kesalahan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di

rumah sakit dan belum memadainya landasan hukum penyelenggaraan rumah sakit

sebagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat. Sehingga UU Rumah Sakit yang masih

berupa RUU saat itu, sangat mendesak disahkan guna melindungi hak-hak pasien,

masyarakat dan pengelola rumah sakit.

Dari Pendahuluan Tersebut maka ditarik suatu rumusan masalah yaitu sebagai

berikut : Bagaimana penyelenggaran pembangunan rumah sakit menurut Pemenkes

Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Klasifikasi dan perizinan Rumah Sakit menurut UU

No.44 Tahun 2009


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Dasar Hukum Rumah Sakit

1) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1)dan

Pasal 34 ayat (3)

2) Pasal 28H ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa setiap orang berhak

memperoleh pelayanan kesehatan, dan

3) Pasal 34 ayat (3) dinyatakan Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas

pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak

4) UU ini diundangkan pada tanggal 28 Oktober 2021, dan paling lambat 2 (dua)

tahun setelah UU ini diundangkan atau sampai dengan tanggal 28 Oktober 2011

Berdasarkan undang-undang No. 47 Tahun 2021 tentang rumah sakit, yang

dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit merupakan

pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang melayani masyarakat dengan sebaik-

baiknya.
2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

2.2.1 Tugas

Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna.

2.2.2 Fungsi

1) penyelenggaraan pelayanan pengobatan danpemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit;

2) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;

3) penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumberdaya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;

4) penyelenggaraan penelitian dan pengembangan sertapenapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangkapeningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidangkesehatan

2.3 Persyaratan

2.3.1 Umum

1) Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi,bangunan, prasarana,

sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan;

2) Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau

swasta;
3) Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus

berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang

kesehatan, Instansitertentu, atau Lembaga Teknis Daerah dengan

pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

4) Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang

kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan;

2.3.2 Sumber Daya Manusia

1) Rumah sakit harus memiliki tenaga tetap yang meliputi tenaga medis dan

penunjang medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga

manajemen rumah sakit, dan tenaga non kesehatan;

2) Jumlah dan jenis sumber daya manusia harus sesuai dengan jenis dan

klasifikasi rumah sakit;

3) Rumah sakit harus memiliki data ketenagaan yang melakukan praktik atau

pekerjaan dalam penyelenggaraan rumah sakit;

4) Rumah sakit dapat mempekerjakan tenaga tidak tetap dan konsultan sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangan;

5) Tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran di rumahsakit wajib

memiliki Surat Izin Praktiksesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

6) Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja di rumah sakit wajib memiliki izin

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;


7) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit harus bekerja sesuai

dengan standar profesi, standar pelayanan rumahsakit, standar prosedur

operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan

mengutamakan keselamatan pasien.

2.4 Jenis Dan Klasifikasi Rumah Sakit

2.4.1 Berdasarkan Jenis Pelayanan

Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit

Khusus

a) Rumah Sakit Umum memberikan pelayanan kesehatan padasemua bidang

dan jenis penyakit;

b) Rumah Sakit Khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau

satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,

organ, jenis penyakit,atau kekhususan lainnya.

2.4.2 Berdasarkan Pengelolaan

Rumah Sakit dapat dibagi menjadi Rumah Sakit publik dan Rumah sakit privat

a) Rumah Sakit publik dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,

dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah Sakit publik yang dikelola

Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan

pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;


b) Rumah Sakit privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang

berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero;

c) Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit pendidikan setelah

memenuhi persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan. Rumah sakit

pendidikan ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan Menteri

yang membidangi urusan pendidikan. Rumah Sakit pendidikan merupakan

Rumah Sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara

terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan

kedokteran berkelanjutan,dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya;

2.5 Syarat-syarat Mendirikan Rumah Sakit

1) Rumah sakit yang didirikan oleh swasta, harus berbentuk badan hukum yang

kegiatan usahanya hanya bergerak dibidang perumahsakitan (pasal 7 ayat 4)

2) Persyaratan Lokasi (pasal 8 tentang Amdal)

3) Persyaratan Bangunan (pasal 9 - pasal 10)

4) Persyaratan Prasarana ( pasal 11)

5) Persyaratan SDM (pasal 12 - pasal 14, tidak ada hal yang baru kecuali rumah

sakit dapat memperkerjakan tenaga kesehatan asing sesuai dengan kebutuhan

pelayanan yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah)

6) Persyaratan Kefarmasian (pasal 15 untuk standar pelayanan kefarmasian

diatur Permenkes)

7) Persyaratan Peralatan Medis dan Nonmedis (pasal 16


2.6 Perizinan

Setiap penyelenggara Rumah Sakit wajib memiliki izin, terdiri dari izin

mendirikan dan izin operasional.

1) Izin mendirikan diberikan untuk jangka waktu 2 (dua) tahun dan dapat

diperpanjang untuk 1 (satu) tahun;

2) Izin operasional diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat

diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan;

3) Izin Rumah Sakit kelas A dan Rumah Sakitpenanaman modal asing atau

penanaman modal dalam negeri diberikan oleh Menteri setelah mendapatkan

rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah

Daerah Provinsi.Izin Rumah Sakit penanaman modal asing atau penanaman

modal dalam negeri diberikan setelah mendapat rekomendasi dari instansi yang

melaksanakan urusan penanaman modal asing atau penanaman modal dalam

negeri;

4) Izin Rumah Sakit kelas B diberikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi setelah

mendapatkan rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang

kesehatanpada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

5) Izin Rumah Sakit kelas C dan kelas D diberikan oleh Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota setelah mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenangdi

bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

2.7 Rumah Sakit Yang Tidak Memenuhi Persyaratan

2.7.1 Pasal 17 UU ini menyebutkan:

a) Tidak diberikan izin mendirikan


b) Dicabut izin operasionalnya, atau

c) Tidak diperpanjang izin operasionalnya.

2.7.2 Pasal 27 izin rumah sakit dapat dicabut apabila :

a) Habis masa berlakunya

b) Tidak lagi memenuhi persyaratan dan standar

c) Terbukti melakukan pelanggaran terhadap PP dan dan UU

d) Atas perintah pengadilan (penegakan hukum

2.8 Kewajiban dan Hak Rumah Sakit

2.8.1 Beberapa kewajiban Rumah Sakit Menurut UU No. 47 pasal 29 :

1) Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada

masyarakat;

2) Memberi pelayanan kesehatan yang aman,bermutu, anti diskriminasi, dan

efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuaidengan standar

pelayanan Rumah Sakit;

3) Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan

kemampuan pelayanannya;

4) Berperan aktif dalam memberikan pelayanankesehatan pada bencana, sesuai

dengankemampuan pelayanannya;

5) Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau

miskin;

6) Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas

pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang


muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa,

atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan;

7) Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di

Rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien;

8) Menyelenggarakan rekam medis;

9) Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana

ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui,

anak-anak, lanjut usia

10) Melaksanakan sistem rujukan;

11) Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan

etika serta peraturan perundang-undangan;

12) Memberikan informasi yang benar, jelas danjujur mengenai hak dan

kewajiban pasien;

13) Menghormati dan melindungi hak-hak pasien;

14) Melaksanakan etika Rumah Sakit;

15) Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana;

16) Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional

maupun nasional;

17) Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau

kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya;

18) Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital

bylaws);
19) Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah

Sakit dalam melaksanakan tugas;

20) Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa

rokok;

2.8.2 Hak Rumah Sakit

1) Menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai

dengan klasifikasi rumah sakit;

2) Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi, insentif,

dan penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

3) Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalamrangka mengembangkan

pelayanan;

4) Menerima bantuan dari pihak lain sesuaidengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

5) Menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian;

6) Mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan

kesehatan;

7) Mempromosikan layanan kesehatan yang ada di rumah sakit sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

8) Mendapatkan insentif pajak bagi rumah sakit publik dan rumah sakit yang

ditetapkansebagai rumah sakit pendidikan;

2.9 Hak dan Kewajiban Pasien

2.9.1 Hak Pasien


1) Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di

Rumah Sakit;

2) Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;

3) Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;

4) Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi

dan standar prosedur operasional;

5) Memperoleh layanan yang efektif dan efisiensehingga pasien terhindar dari

kerugian fisik dan materi;

6) Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;

7) Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan

peraturan yang berlaku di rumah sakit;

8) Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain

yang mempunyai surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun diluar

Rumah Sakit;

9) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-

data medisnya;

10) Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dantata cara tindakan medis,

tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang

mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta

perkiraan biaya pengobatan;

11) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan

oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;

12) Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;


13) Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama

hal itu tidak mengganggu pasien lainnya;

14) Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di

Rumah Sakit;

15) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap

dirinya;

16) Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidaksesuai dengan agama dan

kepercayaan yang dianutnya;

17) Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakitapabila Rumah Sakit diduga

memberikan pelayananyang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata

ataupun pidana; dan

18) Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidaksesuai dengan standar

pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

2.9.2 Kewajiban Pasien

Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadapRumah Sakit atas pelayanan yang

diterimanya;

2.10 Tanggungjawab Rumah Sakit

Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang

ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit. 

2.10.1 Upaya Pencegahan Yang Dilakukan Oleh Rumah Sakit

1) Rumah sakit hanya mempekerjakan tenaga kesehatan yang kompeten dan ada

program pelatihan dan pengembangan yang berkelanjutan;


2) Rumah sakit menyediakan regulasi (norma), standar-standar, prosedur, dan

kriteria (patokan/parameter), dan dijalankan secara konsisten;

3) Rumah sakit menyediakan organisasi yang menunjang kerja bermutu misalnya

dengan mengajukan sistem akreditasi dan atau ISO;

4) Mengalihkan risiko profesi kepada pihak Asuransi;

5) Menyikapi secara bijak sejak dini apabila ditemukan potensi tuntutan;

2.10.2 Sistem Perlindungan Bila Terjadi Perkara (atau pada saat tuntutan)

1) Rumah sakit harus memiliki sistem untuk melakukan koordinasi, konsolidasi

untuk menganalisis kasus, menemukan kesalahan bila ada, menentukan posisi

hukumnya, dan menetukan langkah-langkah mengatasinya;

2) Rumah sakit memiliki organisasi yang mamapu memberikan

advokasi/pendampingan, dari sisi hukum maupun sisi tekhnis dan

administrasi;

2.10.3 Doktrin Hospital Liability

Didalam konteks hukum kedokteran, doktrin Corporate Liability ini mulai

timbul dalam penerapannya kepada rumah sakit sehingga timbul doktrin “Hospital

Liability” dimana rumah sakit dapat dimintakan pertanggungjawaban perdata (ganti

kerugian) yang ditimbulkan oleh orang-orang yang dibawah perintahnya yang sampai

menimbulkan kerugian kepada pasiennya (J. Guwandi, SH. Tindakan medik dan

tanggung jawab Produk Medik Prod Jakarta, FKUI, 1993 hala 15 – 16)
2.10.4 Rumah Sakit Wajib Menyusun Dan Melaksanakan peraturan internal

Rumah Sakit (hospital bylaws)

Yang dimaksud dengan peraturan internal RS (Hospital Bylaws) adalah

peraturan organisasi RS (coporate bylaws) dan peraturan staf medis RS (Medical staff

bylaws) yang disusun dalam rangka menyelenggarakan tata kelola perusahaan yang baik

(good corporate governance)

2.10.5 Pedoman Hospital Bylaws

1) Pedoman Hospital Bylaws adalah Keputusan Meneteri Kesehatan RI No.

772/Menkes/SK/VI/2002 tanggal 22 Juni 2002

2) Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 631/MENKES/SK/IV/2005 tentang

pedoman peraturan internal staff medis (Medical Staff Bylaws) di rumah sakit

2.10.6 Potensi Tuntutan :

1) Potential claimable event:

Terdapat keluhan, komplain yang dapat menuju kesuatu tindakan klaim

meskipun belum nyata kearah klaim

2) Claim

Terdapat keinginan nyata dari pasien/keluarganya untuk meminta

kompensasi/ganti rugi

2.10.7 Tuntutan hukuman

Tedapat tuntutan hukum secara formal, baik perdata maupun pidana

2.11 Pembiayaan dan Tarif

2.11.1 Pembiayaan
1) Pembiayaan Rumah Sakit dapat bersumber dari penerimaan Rumah Sakit,

anggaran Pemerintah, subsidi Pemerintah, anggaran Pemerintah Daerah,

subsidi Pemerintah Daerah atau sumber lain yang tidak mengikat sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

2) Ketentuan lebih lanjut mengenai subsidi ataubantuan Pemerintah dan

Pemerintah Daerahdiatur denganPeraturan Pemerintah;

2.11.2 Tarif

Menteri menetapkan pola tariff nasional

a) Pola tarif nasional ditetapkan berdasarkan komponen biaya satuan

pembiayaan dan dengan memperhatikan kondisi regional;

b) Gubernur menetapkan pagu tarif maksimal berdasarkan pola tarif nasional

yang berlaku untuk rumah sakit di Provinsi yang bersangkutan;

c) Besaran tarif kelas III rumahsakit yang dikelola Pemerintah ditetapkan oleh

Menteri;

d) Besaran tarif kelas III rumahsakit yang dikelola Pemerintah Daerah

ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

e) Besaran tarif kelas III Rumah Sakit selain rumah sakit yang dikelola

pemerintah dan pemerintah daerah ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit

dengan memperhatikan besaran tarif berdasarkan komponen biaya satuan

pembiayaan dan dengan memperhatikan kondisi regional

2.12 Pembinaan dan Pengawasan

2.12.1 Umum
Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan

terhadap rumah sakit dengan melibatkan organisasi profesi, asosiasi perumahsakitan,

dan organisasi kemasyaratan lainnya sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing

yang bertujuan untuk :

a) Pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat;

b) Peningkatan mutu pelayanan kesehatan;

c) Keselamatan pasien ;

d) Pengembangan jangkauan pelayanan; dan

e) Peningkatan kemampuan kemandirian rumahsakit;

Dalam melaksanakan tugas pengawasan, Pemerintah dan Pemerintah Daerah

mengangkat tenaga pengawas sesuai kompetensi dan keahliannya. Tenaga pengawas

melaksanakan pengawasan yang bersifat teknis medis dan teknis perumahsakitan.

Dalam rangka pembinaan dan pengawasan Pemerintah dan Pemerintah Daerah

dapat mengambil tindakan administratif berupa:

a) Teguran;

b) Teguran tertulis; dan/atau

c) Denda dan pencabutan izin;

2.12.2 Dewan Pengawas Rumah Sakit

Pemilik Rumah Sakit dapat membentuk Dewan Pengawas Rumah Sakit.Dewan

Pengawas Rumah Sakit merupakan suatu unit non struktural yang bersifat independen

dan bertanggung jawab kepada pemilik Ruma h Sakit. Keanggotaan Dewan Pengawas

Rumah Sakit terdiri dari unsur pemilik Rumah Sakit, organisasi profesi, asosiasi

perumahsakitan, dan tokoh masyarakat. Keanggotaan Dewan Pengawas Rumah Sakit


berjumlah maksimal 5 (lima) terdiri dari 1 (satu) orang ketua merangkap anggota dan 4

(empat) orang Anggota. Dewan Pengawas Rumah Sakit sebagaimana bertugas :

1) Menentukan arah kebijakan Rumah Sakit;

2) Menyetujui dan mengawasi pelaksanaan rencana strategis;

3) Menilai dan menyetujui pelaksanaan rencana anggaran;

4) Mengawasi pelaksanaan kendali mutu dan kendali biaya;

5) Mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban pasien;

6) Mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban rumah Sakit; dan

7) Mengawasi kepatuhan penerapan etika rumah sakit, etika profesi, dan peraturan

perundang-undangan;

2.13 Susunan Organisasi Secara Umum


1. Direktur

Tugas:

Menyusun kebijaksanaan teknis pelaksanaan kesehatan, memimpin, mengawasi,

mengendalikan dan mengkoordinasikan tugas-tugas Rumah Sakit sesuai dengan

kewenangannya.

Fungsi;

1) Pengawasan, pengendalian dan pengkoordinasian keperawatan, pendidikan

dan pelatihan.

2) Pengawasan, pengendalian dan pengkoordinasian pelaksanaan rekam medis

dan pelaporan.
3) Pengawasan, pengendalian dan pengkoordinasian pelaksanaan pelayanan

medis.

4) Pengawasan, pengendalian dan pengkoordinasian instalasi-instalasi.

5) Pengelolaan pelaksanaan ketatausahaan.

2.  Kepala Sub Bagian Tata Usaha (TU)

Tugas dan Funsi :

Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan pembinaan administrasi

kepegawaian, keuangan, surat menyurat, perlengkapan, rumah tangga, humas,

keprotokolan dan ketatalaksanaan.

3.  Kepala Seksi Pelayanan

Tugas dan Fungsi :

Seksi pelayanan medis mempunyai tugas melakukan pengelolaan mengatur,

mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan medis, pelayanan penunjang

medis dan pelayanan non medis.

1. Kepala Seksi Asuhan Keperawatan dan Rujukan

Tugas dan Fungsi :

Seksi Asuhan Keperawatan dan Rujukan mempunyai tugas melakukan

pengelolaan, mengatur, mengendalikan dan mengawasi kegiatan keperawatan

serta mengelola dan melaksanakan kegiatan rujukan

5.  Kepala Seksi Rekam Medis dan Pelaporan Teknis

Tugas dan Fungsi :


Seksi Rekam Medis dan Pelaporan Teknis mempunyai tugas melakukan

pengelolaan, mengatur, mengawasi dan mengendalikan Rekam Medis serta

menyiapkan bahan dan menyusun, menghimpun dan mengolah laporan teknis

Pembagian Susunan Organisasi Berdasarkan Jenis Rumah sakit :

a. Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum Kelas A

(1) RSU Kelas A dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur Utama.

(2) Direktur Utama membawahi paling banyak 4 (empat) Direktorat.

(3) Masing-masing Direktorat terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Bidang

(4) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi.

(5) Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.

b. Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum Kelas B Pendidikan

(1) RSU Kelas B Pendidikan dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur

Utama.

(2) Direktur Utama membawahi paling banyak 3 (tiga) Direktorat.

(3) Masing-masing Direktorat terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Bidang

(4) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi.

(5) Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.

c. Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum Kelas B Non Pendidikan

(1) RSU Kelas B Non Pendidikan dipimpin oleh seorang Kepala disebut

Direktur Utama.

(2) Direktur Utama membawahi paling banyak 2 (dua) Direktorat.

(3) Masing-masing Direktorat terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Bidang

(4) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi.


(5) Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.

d. Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum Kelas C

(1) RSU Kelas C dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur.

(2) Direktur membawahi paling banyak 2 (dua) Bidang dan 1 (satu) Bagian.

(3) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi

(4) Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.

e. Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum Kelas D

(1) RSU Kelas D dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur.

(2) Direktur membawahi 2 (dua) Seksi dan 3 (tiga) Subbagian.

(3) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi

(4) Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.

f. Susunan Organisasi Rumah Sakit Khusus Kelas A

(1) RSK Kelas A dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur Utama.

(2) Direktur Utama membawahi paling banyak 4 (empat) Direktorat

(3) Masing-masing Direktorat terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Bidang

(4) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi

(5) Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.

g. Susunan Organisasi Rumah Sakit Khusus Kelas B

(1) RSK Kelas B dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur Utama.

(2) Direktur Utama membawahi paling banyak 2 (dua) Direktorat

(3) Masing-masing Direktorat terdiri dari 2 (dua) Bidang atau 2 (dua) Bagian

(4) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi

(5) Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.


h. Susunan Organisasi Rumah Sakit Khusus Kelas C

(1) RSK Kelas C dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur.

(2) Direktur membawahi 2 (dua) Seksi dan 3 (tiga) Subbagian.

2.14 Unit – Unit Non Struktural

a. Satuan Pengawas Intern

1) Satuan Pengawas Intern adalah Satuan Kerja Fungsional yang bertugas

melaksanakan intern rumah sakit.

2) Satuan Pengawas Intern berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

pimpinan sakit.

3) Satuan Pengawas Intern dibentuk dan ditetapkan oleh pimpinan rumah

sakit.

b. Komite

1) Komite adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau

profesi dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis kepada

pimpinan rumah sakit dalam rangka peningkatan dan pengembangan

pelayanan rumah sakit.

2) Pembentukan komite ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit sesuai

kebutuhan rumah, sekurang-kurangnya terdiri dari Komite Medik serta

Komite Etik dan Hukum.

3) Komite berada di bawah dan bertanggung jawab kepada pimpinan rumah

sakit.
4) Komite dipimpin oleh seorang ketua yang diangkat dan diberhentikan

oleh pimpinan rumah sakit.

5) Pembentukan dan perubahan jumlah dan jenis komite ditetapkan oleh

pimpinan rumah setelah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal

Bina Pelayanan Medik.

c. Instalasi

1) Instalasi adalah unit pelayanan non struktural yang menyediakan fasilitas

dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan, pendidikan dan penelitian

rumah sakit.

2) Pembentukan instalasi ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit sesuai

kebutuhan rumah sakit.

3) Instalasi dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dan diberhentikan

oleh

pimpinan rumah sakit.

4) Kepala instalasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenaga-

tenaga fungsional dan atau non medis.

5) Pembentukan dan perubahan jumlah dan jenis instalasi dilaporkan secara

tertulis kepada Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik.

2.15 Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai

dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.
1) Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang

terbagi atas berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai dengan bidang

keahliannya.

2) Masing-masing tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berada di di lingkungan unit kerja rumah sakit sesuai dengan

kompetensinya.

3) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan

berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.16 Staf Medik Fungsional

1) Staf medik fungsional adalah kelompok dokter yang bekerja di bidang

medis dalam jabatan fungsional.

2) Staf medik fungsional mempunyai tugas melaksanakan diagnosa,

pengobatan, pencegahan akibat penyakit, peningkatan dan pemulihan

kesehatan, penyuluhan, pendidikan, pelatihan, penelitian dan

pengembangan.

3) Dalam melaksanakan tugasnya, staf medik fungsional menggunakan

pendekatan tim dengan tenaga profesi terkait.

2.17 Tata Kerja

Dalam melaksanakan tugasnya, setiap pimpinan organisasi di lingkungan rumah

sakit wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi di dalam

lingkungannya masing-masing serta dengan unitunit lainnya. Setiap pimpinan satuan


organisasi wajib mengawasi bawahan danapabila terjadi penyimpangan wajib

mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan ketentuan dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan

mengoordinasikan bawahannya dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi

pelaksanaan tugas bawahannya. Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan

mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan serta menyampaikan laporan

berkala pada waktunya. Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi

dari bawahan, wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk menyusun laporan

lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada bawahan.

Para Direktur, Kepala Bidang/Bagian, Kepala Seksi/Subbagian,Ketua Komite,

Kepala Instalasi, Kelompok Jabatan Fungsional, dan Kepala Satuan Pemeriksaan

Internal wajib menyampaikan laporan berkala kepada atasan masing-masing. Dalam

menyampaikan laporan kepada atasannya, tembusan laporan lengkap dengan semua

lampirannya disampaikan pula kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional

mempunyai hubungan kerja. Dalam melaksanakan tugasnya, setiap pimpinan satuan

organisasi dibantu oleh Kepala Satuan Organisasi di bawahnya. Dalam rangka

pemberian bimbingan dan pembinaan kepada bawahan masing-masing wajib

mengadakan rapat berkala.


2.18 Eselonisasi

1) Eselonisasi untuk Rumah Sakit Umum sesuai dengan klasifikasinya:

a. RSU kelas A, terdiri dari :

1) Direktur Utama adalah jabatan struktural eselon II.a;

2) Direktur adalah jabatan struktural eselon II.b;

3) Kepala Bagian dan Kepala Bidang adalah jabatan struktural eselon

III.a;

4) Kepala Subbagian dan Kepala Seksi adalah jabatan struktural eselon

IV.a

b. RSU kelas B Pendidikan, terdiri dari :

1) Direktur Utama adalah jabatan struktural eselon II.a;

2) Direktur adalah jabatan struktural eselon II.b ;

3) Kepala Bagian dan Kepala Bidang adalah jabatan struktural eselon

III.a;

4) Kepala Subbagian dan Kepala Seksi adalah jabatan struktural eselon

IV.a

c. RSU kelas B Non-Pendidikan, terdiri dari:

1) Direktur Utama adalah jabatan struktural eselon II.b;

2) Direktur adalah jabatan struktural eselon III.a ;

3) Kepala Bagian dan Kepala Bidang adalah jabatan struktural eselon III.b;

4) Kepala Subbagian dan Kepala Seksi adalah jabatan struktural eselon

IV.a
d. RSU kelas C, terdiri dari:

1) Direktur adalah jabatan struktural eselon III.a;

2) Kepala Bagian dan Kepala Bidang adalah jabatan struktural eselon III.b;

3) Kepala Subbagian dan Kepala Seksi adalah jabatan struktural

eselon IV.b

e. RSU kelas D, terdiri dari:

1) Direktur adalah jabatan struktural eselon III.b;

2) Kepala Subbagian dan Kepala Seksi adalah jabatan struktural eselon

IV.b

2) Eselonisasi untuk Rumah Sakit Khusus sesuai dengan klasifikasinya:

a. RSK kelas A, terdiri dari:

1) Direktur Utama adalah jabatan struktural eselon II.a;

2) Direktur adalah jabatan struktural eselon II.b ;

3) Kepala Bagian dan Kepala Bidang adalah jabatan struktural eselon III.a;

4) Kepala Subbagian dan Kepala Seksi adalah jabatan struktural eselon

IV.a

b. RSK kelas B, terdiri dari:

1) Direktur adalah jabatan struktural eselon II.b;

2) Wakil Direktur adalah jabatan struktural eselon III.a;

3) Kepala Bagian dan Kepala Bidang adalah jabatan struktural eselon

III.b 4) Kepala Subbagian dan Kepala Seksi adalah jabatan struktural

eselon IV.a
c. RSK kelas C, terdiri dari:

1) Direktur adalah jabatan struktural eselon III.b;

2) Kepala Subbagian dan Kepala Seksi adalah jabatan struktural eselon IV.b

DAFTAR PUSTAKA

Lestari, R. D. (2021). Perlindungan Hukum bagi Pasien dalam Telemedicine. Jurnal


Cakrawala Informasi, 1(2), 51-65.

Al-Fatih, S., & Aulia, F. I. (2021). Tanggung Jawab Negara Dalam Kasus Covid-19
Sebagai Perwujudan Perlindungan HAM (The State’s Responsibility in the Case of
COVID-19 As a Realization of the Protection of Human Rights)’. Jurnal HAM, 12(3),
349-366.

Yoisangadji, I. (2022). PENERAPAN HUKUM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA


NARKOTIKA STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI TOBELO NOMOR;
47/PID. SUS/2021/PN. TOB. JUSTISIA-JURNAL ILMU HUKUM, 9(17).

Yoisangadji, I. (2022). PENERAPAN HUKUM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA


NARKOTIKA STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI TOBELO NOMOR;
47/PID. SUS/2021/PN. TOB. JUSTISIA-JURNAL ILMU HUKUM, 9(17).

Agung, D., & Novitasari, I. (2022). Efektivitas Sanksi Hukum Bagi Pelanggaran
Protokol Kesehatan Selama Masa Pandemi Covid-19 Di Kota Makassar. MANDAR:
Social Science Journal, 1(1), 37-47.

Anda mungkin juga menyukai