Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PREMENSTRUAL SYNDROME DAN


KEKURANGAN ENERGI KRONI

Kelompok :
1. Rita Karlina Suherlan ( NPM. ……………………. )
2.

UNIVERSITAS INDONESIA MAJU


DEPARTEMEN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN

CIANJUR
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT, atas ridho-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini, Syukur yang teramat dalam atas karunia nikmat ilmu,
nikmat sehat dan berkat pertolongan dari Allah SWT kami dapat menyelesaikan
laporan ini.

Makalah ini ditujukan sebagai salah satu bagian dalam pelaksanaan kegiatan
mata kuliah …………………………. Dalam penyusunan makalah ini tentunya melibatkan
beberapa pihak. Oleh kerena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Astrid Novita, SKM., MKM., Selaku Rektor Universitas Indonesia Maju (UIMA).
2. Susaldi,S.ST., M.Biomed., Selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas
Indonesia Maju (UIMA).
3. Dr. Rindu, SKM., MKM., Selaku Wakil Rektor II Bidang Sumber Daya Dan
Keuangan Universitas Indonesia Maju (UIMA).
4. Hidayani Amd.Keb., SKM., MKM., Selaku Dekan Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju (UIMA).
5. Retno Sugesti, S.ST., M.Kes Selaku Koordinator Program Studi Sarjana Terapan
Kebidanan.
6. Seluruh dosen dan staff Universitas Indonesia Maju (UIMA).

Besar harapan kami, makalah ini dapat diterima , dan semoga dengan makalah
tersebut akan ada manfaat yang besar bagi masyarakat khususnya bagi kami selaku
penyusun makalah ini.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
……….....................................................................................................................................4
BAB 1....................................................................................................................................4
BAB II....................................................................................................................................5
BAB III.................................................................................................................................10
………
BAB 1
LATAR BELAKANG

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan
bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang
berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya serta
prosesprosesnya.

Oleh karena itu, kesehatan reproduksi berarti orang dapat mempunyai kehidupan
seks yang memuaskan dan aman, dan bahwa mereka memiliki kemapuan untuk
bereproduksi dan kebebasan untuk menentukan apakah mereka ingin
melakukannya, bilamana dan seberapa seringkah. Sejalan dengan itu
pemeliharaan kesehatan reproduksi merupakan suatu kumpulan metode, teknik
dan pelayanan yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan reproduksi melalui
pencegahan dan penyelesaian masalah kesehatan reproduksi. Ini juga mencakup
kesehatan seksual, seperti Premenstruasi Syndrom (PMS) dan Kekurangan energi
Kronik. Dimana Premenstruasi Syndrom adalah Adalah istilah dari berbagai
keluhan yang dirasakan Wanita sebelum mentruasi. Dan Kekurangan Energi
kronik (KEK) adalah

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Mengetahui Kesehatan reproduksi khususnya terkait premenstrual syndrome dan


kekurangan energi kronik (KEK)
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PMS ( Prementrual Syndrom)

Menstruasi adalah gejala periodik pelepasan darah dan mukosa jaringan dari
lapisan dalam rahim melalui vagina. Menstruasi diperkirakan terjadi setiap bulan
selama masa reproduksi, dimulai saat pubertas (menarche) dan berakhir saat
menopause kecuali selama masa kehamilan. Berdasarkan pengertian klinik,
menstruasi dinilai berdasarkan 3 hal : Siklus menstruasi, lama menstruasi, dan
jumlah darah yang keluar. (Sarwono, 2011).

            Menstruasi adalah proses pelepasan dinding rahim yang disertai dengan


pendarahan yang terjadi secara berulang setiap bulan, kecuali pada saat terjadi
kehamilan. Menstruasi atau menstruasi merupakan salah satu ciri kedewasaan
perempuan. Menstruasi biasanya diawali pada usia remaja 9-12 tahun. Ada
sebagian kecil yang mengalami lebih lambat dari itu, 13- 15 tahun meski sangat
jarang terjadi (Anurogo, 2011).

            Kelenjar pituitari di otak mulai memproduksi hormon yang menghasilkan


sinyal kepada sel telur untuk berfungsi. Interaksi antara hormon estrogen dan
progesteron menyebabkan endometrium pada uterus menggumpal dan menebal
untuk mengkapasitasi pembuahan. Tetapi jika tidak dibuahi, terjadilah
menstruasi. Menstruasi bukanlah penyakit, tetapi dapat terjadi masalah - masalah
menstruasi termasuk perubahan lama siklus, aliran, warna atau konsistensi darah,
dan sindrom pramenstruasi (Rowland, 2001).

            Siklus Menstruasi perempuan rata rata menstruasi selama 28 hari. Hari


pertama terjadinya menstruasi dihitung sebagai awal setiap siklus menstruasi
(hari ke-1). Menstruasi akan terjadi 3-7 hari. Hari terakhir menstruasi adalah
waktu berakhir sebelum mulai siklus menstruasi berikutnya. Rata- rata
perempuan mengalami siklus menstruasi selama 21-40 hari. Hanya sekitar 15
persen perempuan yang mengalami siklus menstruasi selama 28 hari (Anurogo,
2011).Umumnya darah yang hilang akibat menstruasi adalah 10 mL per hari
tetapi biasanya dengan rata-rata 35 mL per hari (Nugroho, 2010).

 Siklus menstruasi dibagi menjadi empat fase yang ditandai dengan perubahan
pada endometrium uterus (1) fase menstruasi, (2) fase proliferasi, (3) fase
ovulasi, (4) fase pasca ovulasi (Proverawati, 2009).

Sindrom sebelum menstruasi atau biasa dikenal dengan Pre Menstrual


Syndrome (PMS) sering berhubungan dengan naik turunnya kadar estrogen dan
progesteron yang terjadi selama siklus menstruasi. Estrogen berfungsi untuk
menahan cairan yang dapat menyebabkan bertambahnya berat badan,
pembengkakan jaringan, nyeri payudara, hingga perut kembung. Penyebab
sindrom sebelum menstruasi yang paling sering berhubungan dengan faktor-
faktor sosial, budaya, biologis, dan masalah psikis emosional. PMS sering terjadi
pada perempuan usia subur dengan jumlah sekitar 70%-90%. Kondisi ini lebih
sering ditemukan pada perempuan yang berumur 20-40 tahun.

 Jenis dan berat gejalanya tidak sama pada setiap ka perempuan, tergantung pada
kesehatan dan kondisi tar masing-masing. Gejala-gejala yang sering dialami pada
saat terjadi di PMS adalah sakit punggung, perut kembung, payudara terasa
penuh dan nyeri, perubahan nafsu makan (dapat bertambah ataupun tidak mau
makan sama sekali), sakit kepala, pingsan, daerah panggul terasa sakit dan
tertekan, kulit pada wajah dan leher menjadi bengkak dan terasa memerah, sulit
tidur, tidak bertenaga, mual maupun muntah, serta kelelahan yang luar biasa, dan
munculnya jerawat. Selain itu, PMS juga disertai perubahan emosional, seperti
mudah marah, cemas, mudah tersinggung, depresi, stress, sulit berkonsentrasi,
dan bisa menjadi pelupa (Anurogo, 2011).
PMS adalah kombinasi gejala yang terjadi sebelum menstruasi dan menghilang
dengan keluarnya darah menstruasi serta dialami oleh banyak wanita sebelum
mulai setiap siklus menstruasi (Brunner & Suddarth, 2001). PMS kadang-kadang
berlangsung terus sampai menstruasi berhenti (Prawiroharjo, 2005). Premenstrual
syndrome merupakan suatu keadaan yang menerangkan bahwa sejumlah gejala
terjadi secara rutin dan berhubungan dengan siklus menstruasi. Biasanya, gejala
tersebut muncul pada 7-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang ketika
menstruasi dimulai (El Manan, 2011).

Sedangkan menurut Hacker et.al. (2001), PMS adalah gejala fisik, psikologis dan
perilaku yang menyusahkan yang secara teratur berulang selama fase siklus
menstruasi. Sekitar 5-10% wanita menderita PMS yang berat sehingga
mengganggu kegiatan sehari harinya.

PMS Adalah istilah dari berbagai keluhan yang dirasakan Wanita sebelum
mentruasi. Gejala PMS mencakup gangguan fisik maupun emosional yang terjadi
setelah proses ovulasi (proses pelepasan sel telur dari indung telur dan sebelum
haid mulai.

Gejala PMS bisa bersifat ringan atau bahkan sama sekali tidak terasa. Namun
Sebagian lainnya dapat mengalami gejala sindrom prahaid yang sangat parah
hingga mengganggu aktifitas.

Gejala – gejala PMS bisa berupa perubahan suasana hari, payudaa yang sensitive
atau terasa keras, mengidam makanan tertentu, kelelahan, lekas marah serta
depresi. Gejala PMS yang parah juga bisa menjadi tanda gagguan premenstrual
disforik. PMS akan berhenti terjadi saat seorang perempuan tidak lagi haid,
misalnya Ketika sudah menopause atau sedang hamil. Setelah proses kehamilan
selesai, PMS dapat Kembali muncul. Wanita pada umumnya akan mengalami
satu gejala premenstrual syndrome setiap bulan.
Tipe dan gejala PMS bermacam-macam, menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H,
C, dan D. 80% gangguan PMS termaksud tipe A, penderita tipe H sekitar 60%,
PMS C 40%, dan PMS D 20%. Kadang- kadang seorang wanita mengalami gejala
gabungan, misalnya tipe A dan D secara bersamaan (Sibagariang dkk, 2010).

1. PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif,saraf
tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan
sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat
ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron: hormon estrogen terlalu
tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon
progesterone kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa
peniliti mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan
magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan
berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.

2. PMS tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema (pembengkakan), perut


kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan
berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan
dengan tipe PMS lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada
jaringan diluar sel (ekstasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada
diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi
(penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada.
Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita di anjurkan menggurangi
asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.

3. PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan
yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya
gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah
banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing
kepala yang terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena
pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap
makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan,
tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omeha 6), atau kurangnya
magnesium.

4. PMS tipe D (depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis,
lemah, gangguan tidur, pelupa, binggung, sulit dalam mengucapkan kata-kata
(verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau
mencoba bunuh diri. Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan
PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari seluruh tipe PMS benar-benar murni tipe D.

5. PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron


  

dan estrogen, dimana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi
dibandingkan dengan hormon estrogennya. Kombinasi PMS tipe D dan tipe A
dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino
tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan
magnesium dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan
yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi
gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan PMS tipe A.

Adapun gejala – Gejala Premenstruasi Syndrom antara lain :

1. Gejala Fisik
a. Perut terasa kembung
b. Payudara membesar
c. Sakit Kepala
d. Nyeri sendi serta otot
e. Pembengkakan pada anggota tubuh
f. Kenaikan berat badan
2. GEJALA PSIKIS
a. Lebih mudah marah
b. Mudah cemas
c. Tampak Kebingungan
d. Lebih nyaman menyendiri

Beberapa Wanita , Gejala PMS yang dialami bisa lebih parah hingga
mengganggu rutinitas. Terlepas dari tingkat keparahan sindrom prahaid,
keluhan umumnya akan hilang dalam waktu empat hari setelah haid dimulai.

3. Faktor Faktor yang Penyebab PMS yang teridentifikasi


a. Perubahan Kadar Hormon
b. Perubahan Zat kimia di otak
c. Faktor Riwayat Lain :
1) Riwayat Depresi atau gangguan mood
2) Kurang berolahraga
3) Riwayat PMS dalam keluarga
4) KDRT
5) Penyalahgunaan Obat-obatan
6) Trauma fisik
7) Trauma emosional

4. Diagnosis PMS
Tidak ada pemeriksaan khusus, seorang Wanita dikatakan mengalami gejala
PMS apabila keluhan :
1. Muncul lima hari sebelum haid
2. Mereda dalam empat hari setelah mentruasi mulai
3. Mengganggu kegiatan sehari-hari.
B. KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK)
keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun
(kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara
relative atau absolut satu atau lebih zat gizi.
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi.
Dimana keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung
menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada
ibu secara relative atau absolut satu atau lebih zat gizi. Seseorang dikatakan
menderita resiko KEK bilamana LiLA (Lingkar Lengan Atas) < 23,5 cm
(Helena, 2013).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekurangan energi kronik Faktor-faktor
yang mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik (KEK) Menurut (Djamaliah,
2008) antara lain:

a. Jumlah asupan makanan Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak
dari pada kebutuhan wanita yang tidak hamil. Upaya mencapai gizi
masyarakat yang baik atau optimal dimulai dengan penyedian pangan
yang cukup. Penyediaan pangan dalam negeri yaitu: upaya pertanian
dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan
buahbuahan. Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk
mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini
dapat berguna untuk mengukur gizi dan menemukan faktor diet yang
menyebabkan malnutrisi.

b. Beban kerja/aktifitas Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda-beda,


seorang dengan gerak yang otomatis memerlukan energi yang lebih besar
dari pada mereka yang hanya duduk diam saja. Setiap aktifitas
memerlukan energi, maka apabila semakin banyak aktifitas yang
dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak.
c. Penyakit /infeksi Malnutrisi dapat mempermudah tubuh terkena penyakit
infeksi dan juga infeksi akan mempermudah status gizi dan mempercepat
malnutrisi, mekanismenya yaitu:

1) Penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya


absorbsi dan kebiasaan mengurangi makanan pada waktu sakit.
2) Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare, mual, muntah
dan perdarahan yang terus menerus.
3) Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat
sakit atau parasit yang terdapat pada tubuh.

d. Pendapatan keluarga Pendapatan merupakan faktor yang menentukan


kualitas dan kuantitas makanan. Pada rumah tangga berpendapatan
rendah, sebanyak 60 persen hingga 80 persen dari pendapatan riilnya
dibelanjakan untuk membeli makanan. Artinya pendapatan tersebut 70-80
persen energi dipenuhi oleh karbohidrat (beras dan penggantinya) dan
hanya 20 persen dipenuhi oleh sumber energi lainnya seperti lemak dan
protein. Pendapatan yang meningkat akan menyebabkan semakin
besarnya total pengeluaran termasuk besarnya pengeluaran untuk pangan

Cara pengukuran KEK Jenis antropometri yang digunakan untuk mengukur


resiko KEK kronik pada wanita usia subur (WUS) / ibu hamil adalah lingkar
lengan atas (LiLA). Sasarannya adalah wanita pada usia 15 sampai 55 tahun
yang terdiri dari remaja, ibu hamil, menyusui dan pasangan usia subur (PUS).
Ambang batas LiLA WUS dengan resiko KEK adalah 23,5 cm. Apabila LiLA
kurang dari 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan
diperkirakan akan melahirkan BBLR (Supariasa, 2016). Cara menggunakan
pita LiLA yaitu:

a. Tetapkan posisi bahu dan siku dengan menukuk siku, untuk tangan yang
digunakan yaitu tangan kiri, jika sampel kidal gunakan tangan kanan.

b. Tentukan titik tengah antara bahu dengan siku.

c. Kemudian lingkarkan pita LiLA pada bagian titik tengah lengan tersebut.

d. Pita LiLA jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar.

e. Kemudian baca skala pita LiLA tersebut, lalu catat. (Arisman, 2007)

Pengertian konsumsi Konsumsi zat gizi makro ditentukan oleh kualitas serta
kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukan semua zat gizi yang
diperlukan tubuh dalam susunan hidangan dan perbandingan yang satu terhadap
yang lain. Kualitas menunjukan kuantum masing-masing zat gizi terhadap
tubuh. Apabila susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari sudut
kualitas maupun kuantitas, maka tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan
yang sebaik-baiknya. Sedangkan konsumsi makanan baik kualitas jumlah yang
melebihi kebutuhan tubuh dinamakan konsumsi berlebihan, maka akan terjadi
suatu keadaan gizi lebih. Sebaliknya konsumsi yang kurang baik kualitasnya
maupun kuantitasnya akan memberikan kondisi kesehatan gizi kurang atau
kondisi defisiensi gizi. Konsumsi yang menghasilkan kesehatan gizi yang
sebaik-baiknya disebut konsumsi yang adekuat (Sediaoetama, 2014). Konsumsi
adalah suatu kegiatan yang bertujuan menggunakan manfaat dari barang atau
jasa dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan tujuan dari
konsumsi yaitu, untuk memenuhi kebutuhan hidup secara langsung
(Sediaoetama, 2014)
BAB III

INTERVENSI KESEHATAN REPRODUKSI


PADA KASUS PREMENSTRUASI DAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK

Di Indonesia mempunyai undang-undang yang mengatur pelayanan kesehatan


yang tertuang dalam Pasal 1 angka 12 sampai dengan angka 15 UU Nomor 36
Tahun 2009. Selain pelayanan keseahtan dalam bentuk promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif dalam undang-undang tersebut juga terdapat
pendekatan pelayanan kesehatan secara tradisional.

A. PROMOTIF
Pengertian secara harfiah promotif adalah serangkaian upaya pelayanan
kesehatan yang bersifat promosi kepada masyarakat. Langkah Promotif
yang dilakukan pada kasus Premenstruasi Syndrum antara lain dengan :
1. Penyuluhan Gejala , Penyebab dan cara mengobati kepada
masyarakat Umum
2. Malaksanakan Asuhan kebidanan pada Premenstruasi Syndrom

B. PREVENTIF

Menurut H.R. Leavell dan E.G. Clark menjabarkan 5 (lima) tingkatan


untuk pencegahan (preventif) suatu penyakit:

1. Meningkatkan kualitas kesehatan (promotion of health)


2. Melakukan perlindungan khusus untuk penyakit khusus (specific
protection)
3. Mendiagnosa dan mengobati dengan tepat dan secepat mungkin
(early diagnosis and prompt treatment)
4. Menghentikan kecacatan atau menghilangkan gangguan kemampuan
kerja akibat suatu penyakit (disability limitation)
5. Melakukan rehabilitasi (rehabilitation)

Berdasarkan hal tersbut diatas, maka Langkah Preventif yang bisa


dilaksanakan dalam kasus Premenstrual Syndrom anatara lain :

1. Modifikasi Gaya Hidup Gaya hidup sehari-hari perlu diatur untuk


meminimalkan gejala yang timbul akibat perubahan hormonal. Pola hidup
sehat seperti mengurangi kafein memperbanyak waktu istirahat untuk
menghindari kelelahan dan mengurangi stress berperan dalam terapi PMS.

2. Pola Diet Jenis makanan yang direkomendasikan bagi penderita PMS


bervariasi pada setiap wanita, dan karena wanita yang mengalami PMS dapat
memiliki kondisi utama lain seperti hipoglikemia dan tekanan darah tinggi,
pengaturan dan penelitian khusus perlu dipriritaskan untuk membuat suatu
rekomendasi makanan. Penurunan asupan gula, garam, karbohidrat
(nasi,kentang,tori) dapat mencegah edema (bengkak), serta penurunan
konsumsi kafein (kopi), teh, alkohol, dan soda juga dapat menurunkan
ketegangan, kecemasan dan insomnia (sulit tidur).

3. Olahraga Membiasakan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur. Dapat


berupa jalan sehat, berlari, bersepeda atau berenang. Beberapa wanita
mengatakan bahwa berolahraga ketika mereka mengalami PMS dapat
membantu relaksasi dan tidur di malam hari (Maulidah, 2016).
C. KURATIF

Kuratif adalah suatu tindakan yang dilakukan secara medis untuk


mendiagnosa suatu penyakit dengan segera untuk melakukan
pengobatan secara tepat dan cepat. Tindakan pengobatan (kuratif) ini
dilakukan untuk mendapatkan hasil penyembuhan yang lebih sempurna
dan efektif.

Kuesioner SPAF dan COPE termasuk instrumen penilaian sindrom


premenstruasi dengan validasi terbaik (Prawirohardjo,2005). Kuesioner
Shortened Premenstruasi Assessment Form (SPAF) terdiri atas 10 gejala
sindrom premenstruasi yang dirancang sekaligus diuji validitas dan reliabilitas
oleh Allen et al dan merupakan versi yang lebih sederhana dari kuesioner
premenstruasi assessment from (SPAF). Gejala yang terdapat pada kuesioner
SPAF adalah payudara terasa nyeri, kencang, atau membengkak; merasa tidak
mampu mengatasi atau kewalahan oleh tuntutan atau pekerjaan sehari-hari;
merasa tertekan atau stress; mudah marah atau tersiggung ; merasa sedih;
nyeri punggung ,otot, atau kaku sendi; peningkatan berat badan; perut terasa
penuh , tidak nyaman, atau nyeri; pembengkakan kaki atau tangan; dan
merasa kembung.

  Masing-masing gejala pada kuesioner SPAF ini dinilai dengan skala 1-6.
Skala 1 menunjukkan tidak muncul gejala sama sekali hingga skala 6 yang
menunjukkan muncyl gejala (Prawirohardjo,2005).

1     = tidak ada premenstruasi syndrome

2     = sangat ringan (gejala yang dialami hanya sedikit terasa)


3     = ringan (gejala terasa, namun tidak mengganggu aktivitas sehari-hari)

4     = sedang (gejala terasa dan mempengaruhi aktivitas sehari-hari)

5     = berat (gejala terasa sekali dan terjadi penurunan fungi, beberapa
aktivitas            sehari hari tidak bisa dilakukan)

 6     = berat sekali ( gejala sangat terasa sekali ,tetapi terjadi penurunan
fungsi                   fisik dan psikis sehingga tidak mampu melakukan aktivitas
sehari-hari)

Kriteria objektif:

 1          = Tidak PMS jika score < 30

2            = PMS jika score ≥30

D. REHABILITATIF

Rehabilitatif adalah sebuah proses untuk mengembalikan penderita yang


telah sehat dari pengobatan untuk kembali ke masyarakat. Daftar
Rehabilitasi

1. Rehabilitasi secara fisik dengan tujuan memperbaiki fisik penderita


sesempurna mungkin
2. Rehabilitasi secara mental dengan tujuan memberikan kepercayaan diri
untuk diterima secara sosial di masyarakat
3. Rehabilitasi secara sosial vokasional dengan tujuan memberikan
kesempatan kepada bekas penderita menduduki jabatan pekerjaan
dengan kemampuan dan kapabilitas yang sesuai.
4. Rehabilitasi secara aesthetis dengan tujuan memberikan keindahan dan
rasa syukur kepada bekas penderita walau pun secara fisik tidak lagi
sempurna
DAFTAR ISI
(VANCOUVER)

Premenstrual Syndrome (PMS) | Tanda dan Gejala, Penyebab, Cara Mengobati, Cara
Mencegah (sehatq.com)

Pengertian Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif Dalam Dunia Medis - Jasa Home
Care dan Perawat Lansia di Indonesia. Perawat Terlatih dan Harga Terbaik

Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 tentang pelayanan kesehatan

MANTRI SEKOLAH: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS)

afidah, Ekayanti. 2020. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada Sindrom


Premenstruasi terhadap Kinerja Perawat Intensive Care Unit di Rumah Sakit Kota
Makassar : Akademi Keperawatan Makassar.

Trisnowati , Tatik dkk. 2020. Jurnal Kesehatan Indonesia Pengaruh Tugas Akhir


Terhadap Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) dan Perilaku Saat PMS : Insan
Husada Surakarta Nursing Academy

Ramdany, Mery. 2013. Jurnal Premenstrual Syndrome (PMS) : Staff Pengajar


Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Pramono, N. Upaya Meningkatkan Kualitas Hidup Wanita Lanjut


Usia. 2002. Makalah Pidato Pengukuhan. Semarang : FK Universitas Diponegoro

Dinkes Jateng. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017.


http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2017
/13_Jateng_2017.pdf
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta;

Undang-Undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta;

Anurogo, D, dan Wulandari, A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta:


Andi Yogyakarta

Saryono. 2009. Sindrome Premenstruasi. Yogyakarta: Nuha medika

Niven, Neil. 2002. Psikologi Kesehatan Keperawatan Pengantar untuk Perawat dan


Profesional Kesehatan lain. Jakarta: EGC

Johnson S,. 2010. Premenstrual syndrome (premenstrual tension).2004


http://www.health.am/gyneco/more/premenstr ual-syndroma-premenstrual-tension

KrollA. Recreational physical activity and premenstrual syndrome incollege-aged


women. The Graduate School ofthe University of Massachusetts

Ramadani,M, Triana,V, Diana,F. 2011. Hubungan aktivitasfisik, asupan kalsium dan


magnesium dengan sindrom pramenstruasi mahasiswi PSIKM FK UNAND Tahun
2011. FKM UniversitasAndalas. Padang

Mulyani, S. 2008. Aktivitas fisik intensitas tinggi sebagai faktor resikoterhadap


gangguan siklus menstruasi.Naskah Publikasi. FK Universitas Sebelas
Maret.Surakarta

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA international Nursing


Diagnoses: Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.

Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical surgical
Nursing. Mosby: ELSIVER

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


(SDKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia


(SLKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai