Anda di halaman 1dari 127

SKRIPSI

HUBUNGAN KONSELING, KELAS IBU HAMIL, DUKUNGAN


KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM TABLET Fe
PADA IBU HAMIL TRISMESTER III
DI PUSKESMAS GEKBRONG
KABUPATEN CIANJUR
TAHUN 2022

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah METLIT

Disusun oleh :
Anggun Desrianti 07210400385
Arthi Meilani Arthaloka 07210400367
Mutia Safitri 07210400372
Novi Herawati 07210400371
Nursoraya Mubarokah 07210400396
Sri Rakhmawati 07210400376

UNIVERSITAS INDONESIA MAJU


FAKULTAS VOKASI
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
JAKARTA
2022
i
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi

HUBUNGAN KONSELING, KELAS IBU HAMIL, DUKUNGAN


KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM TABLET Fe
PADA IBU HAMIL TRISMESTER III
DI PUSKESMAS GEKBRONG
KABUPATEN CIANJUR
TAHUN 2022

Oleh :
Anggun Desrianti 07210400385
Arthi Meilani Arthaloka 07210400367
Mutia Safitri 07210400372
Novi Herawati 07210400371
Nursoraya Mubarokah 07210400396
Sri Rakhmawati 07210400376

Sekripsi ini telah di periksa dan di setujui untuk di ajukan dalam sidang Proposal/
Hasil Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Fakultas Vokasi
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU

Jakarta, 21 Desember 2022

Menyetujui,

Pembimbing

(Magdalena Tri Putri Apriyani, S. Tr. Keb.,M. Tr. Keb)


HALAMAN PENGESAHAN

Menerangkan Skripsi dengan Judul :

HUBUNGAN KONSELING, KELAS IBU HAMIL, DUKUNGAN


KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM TABLET Fe
PADA IBU HAMIL TRISMESTER III
DI PUSKESMAS GEKBRONG
KABUPATEN CIANJUR
TAHUN 2022

Oleh :
Anggun Desrianti 07210400385
Arthi Meilani Arthaloka 07210400367
Mutia Safitri 07210400372
Novi Herawati 07210400371
Nursoraya Mubarokah 07210400396
Sri Rakhmawati 07210400376
Telah diuji dihadapan Penguji dan Diterima Sebagai bagian dari Persyaratan yang
diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Kebidanan

Jakarta, 23 Desember 2022

Mengesahkan,

Pembimbing Penguji

(Magdalena Tri Putri Apriyani, S. Tr. Keb.,M. Tr. Keb) (………………………….)

Mengetahui,
Koordinator Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

(…………………………………………)
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Anggun Desrianti 07210400385
Arthi Meilani Arthaloka 07210400367
Mutia Safitri 07210400372
Novi Herawati 07210400371
Nursoraya Mubarokah 07210400396
Sri Rakhmawati 07210400376
Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Menyatakan bahwa, skripsi yang berjudul :


“ Hubungan Konseling, Kelas Ibu Hamil Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan
Minum Tablet Fe Pada Ibu Hamil Trismester III di Puskesmas Gekbrong
Kabupaten Cianjur Tahun 2022 ” adalah benar merupakan hasil karya kelompok
kami dan tidak melakukan plagiat hasil karya orang lain.

Apabila suatu saat terbukti melakukan plagiat, maka bersedia menerima sanksi
sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya tanpa paksaan dari
pihak manapun.

Jakarta, Desember 2022


PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
SKRIPSI, DESEMBER 2022
Anggun Desrianti 07210400385
Arthi Meilani Arthaloka 07210400367
Mutia Safitri 07210400372
Novi Herawati 07210400371
Nursoraya Mubarokah 07210400396
Sri Rakhmawati 07210400376

HUBUNGAN KONSELING, KELAS IBU HAMIL DUKUNGAN KELUARGA


DENGAN KEPATUHAN MINUM TABLET Fe PADA IBU HAMIL
TRISMESTER III DI PUSKESMAS GEKBRONG KABUPATEN CIANJUR
TAHUN 2022

VIII bab + 106 halaman + 19 tabel + 4 gambar + 8 grafik + 18 lampiran

ABSTRAK

Hasil kunjungan ibu hamil K4 (104 %), distribusi tablet Fe3 ((98,88 %) di
wilayah kerja Puskesmas Gekbrong Kabupaten Cianjur di tahun 2018 sudah
mencapai target, namun persentase kasus anemia pada ibu hamil masih cukup
tinggi (18,2 %). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan konseling,
kelas ibu hamil, dukungan keluarga dengan kepatuhan minum tablet Fe pada ibu
hamil trimester III di Puskesmas Gekbrong Kabupaten Cianjur tahun 2022.
Penelitian ini menggunakan desain cros sectional. Populasi dan sampel adalah ibu
hamil dengan umur kehamilan 28-40 minggu. Tehnik pengambilan sample dengan
total sampling sebanyak 242 responden. Hasil penelitian : tidak ada hubungan
bermakna antara konseling dengan kepatuhan minum tablet Fe pada ibu hamil
trimester III. Ada hubungan bermakna antara keikutsertaan kelas ibu hamil
dengan kepatuhan minum tablet tablet Fe pada ibu hamil trimester III dan
mempunyai peluang 2,9 kali lebih tinggi untuk patuh minum Fe dibandingkan
dengan ibu yang tidak pernah mengikuti kelas ibu hamil. Ada hubungan bermakna
antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum tablet tablet Fe pada ibu
hamil trimester III dengan peluang 2,7 kali lebih tinggi untuk patuh minum Fe
dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapatkan dukungan keluarga. Saran :
monitoring dan evaluasi pelaksanaan program secara berjenjang, pelaksanaan
program pemberian tablet Fe dan kelas ibu hamil sesuai dengan SOP,
memfasilitasi adanya pelatihan atau kalakarya KIP/K, petugas kesehatan
mewajibkan suami hadir dalam kelas ibu hamil dan menganjurkan ada keluarga
yang ditunjuk sebagai pengawas minum obat, agar ibu hamil selalu ingat dan
patuh untuk mengonsumsi tablet Fe.

Kata kunci : Kepatuhan, Tablet Fe, Ibu hamil


Referensi : 42 sumber (2002-2019)
v
APPLIED SCIENCE IN MIDWIFERY STUDY PROGRAM.
INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE OF INDONESIA MAJU
SKRIPSI, 2022, DESEMBER.

Anggun Desrianti 07210400385


Arthi Meilani Arthaloka 07210400367
Mutia Safitri 07210400372
Novi Herawati 07210400371
Nursoraya Mubarokah 07210400396
Sri Rakhmawati 07210400376

THE RELATIONSHIP BETWEEN PREGNANT CLASSES, COUNSELING


CLASSES, AND FAMILY SUPPORT WITH COMPLIANCE LEVEL OF IRON
TABLETS CONSUMPTION AT PUSKESMAS GEKBRONG CIANJUR.

VIII chapter + 106 pages+ 19 tabel + 4 fictures + 8 chart + 18 attachment

ABSTRACT

The results of K4 pregnant women visit (104 %), distribution of Fe3 tablets (98,88
%) in the working area of Gekbrong Health Center in Cianjur in 2018 have
reached the target, but the percentage of cases of anemia in pregnant women is
still quite high (18.2%). The purpose of this study was to determine the
relationship of counseling, classes of pregnant women, family support with
adherence to drinking Fe tablets in third trimester pregnant women at Gekbrong
Health Center in Cianjur Regency in 2022. This study used a cross sectional
design.The population and sample were pregnant women with gestational age 28-
40 weeks Sampling technique with a total sampling of 242 respondents Research
results: there is no significant relationship between counseling with adherence to
take Fe tablets in third trimester pregnant women.There is a significant
relationship between the participation of classes of pregnant women with
adherence to drinking Fe tablets in pregnant women trimester III and have a 2.9
times higher chance to be obedient to drink Fe compared to mothers who have
never take a class of pregnant women. There was a significant relationship
between family support and adherence to taking Fe tablets in trimester III
pregnant women with a 2.7 times higher chance of adhering to Fe compared with
mothers who did not get family support. Suggestion: monitoring and evaluating
the implementation of the program in stages, implementing the program giving Fe
tablets and classes of pregnant women in accordance with the SOP, facilitating
training or KIP / K workshops, health workers require the husband to be present
in the class of pregnant women and recommending that a family be appointed as
a drinking supervisor medicine, so that pregnant women always remember and
obey to consume Fe tablets.

Keywords : Compliance,Tablet Fe, Pregnant Women


References: 42 sources (2002-2019)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah Nya yang
teramat luas, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada teladan
kita Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi berjudul
“HUBUNGAN KONSELING, KELAS IBU HAMIL, DUKUNGAN
KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM TABLET Fe PADA IBU
HAMIL TRISMESTER III DI PUSKESMAS GEKBRONG KABUPATEN
CIANJUR TAHUN 2022 ” tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini tidak lepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik
sehingga skripsi ini terselesaikan tepat waktu. Untuk itu, penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Drs. H Jakub Chatib selaku Ketua Yayasan Universitas Indonesia Maju
(UIMA).
2. Dr. Dr. dr. H . M. Hafizurrachman, MPH selaku pembina Yayasan
Universitas Indonesia Maju (UIMA).
3. Dr. Astrid Novita, SKM., MKM., selaku Rektor Yayasan Universitas
Indonesia Maju (UIMA).
4. Susaldi, S.ST., M.Biomed., selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik
Universitas Indonesia Maju (UIMA).
5. Dr. Rindu, SKM., M.Kes., selaku Wakil Rektor II Bidang Sumber Daya dan
Keuangan Universitas Indonesia Maju (UIMA).
6. Hidayani Amd. Keb., SKM., MKM., selaku Dekan Fakultas Vokasi
Universitas Indonesia Maju (UIMA).
7. Retno Sugesti, SST., M.Kes., selaku Koordinator Program Studi Sarjana
Terapan Kebidanan.
8. ………………selaku pembimbing skripsi, yang telah memberikan banyak

pemikiran, motivasi, bimbingan dengan penuh ketegasan, perhatian, dan

kesabaran serta masukan terbaik dalam penyelesaian proposal ini.

9. Seluruh Dosen dan staff di Universitas Indonesia Maju (UIMA).


vii
10. Kepada Keluarga tercinta, Teman – teman seperjuangan dari awal sampai
akhir selalu berbagi info.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini masih jauh dari


sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang di miliki.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Cianjur, 24 Desember 2022

Penulis,
DAFTAR ISI

ABSTRAK/ABSTRACK...................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ iii
DAFTAR ISI....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... x
DAFTAR GRAFIK............................................................................................. xi
DAFTAR ISTILAH............................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah................................................................................. 9
1.3 Pertanyaan penelitian............................................................................ 11
1.4 Tujuan penelitian ................................................................................. 11
1.4.1 Tujuan umum............................................................................. 11
1.4.2 Tujuan khusus............................................................................ 11
1.5 Manfaat penelitian................................................................................ 12
1.5.1 Manfaat teoritis.......................................................................... 12
1.5.2 Manfaat metodologi .................................................................. 12
1.5.3 Manfaat praktis ......................................................................... 12
1.6 Ruang lingkup penelitian...................................................................... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kepatuhan minum tablet Fe pada ibu hamil trimester III ................... 14
2.1.1 Definisi kepatuhan .................................................................... 15
2.1.2 Sintesa kepatuhan minum tablet Fe pada ibu hamil trimester
III.............................................................................................. 18
2.2 Konseling pada ibu hamil trimester III................................................ 18
2.2.1 Definisi konseling...................................................................... 19
2.2.2 Ciri ciri konseling....................................................................... 20
2.2.3 Tujuan konseling ...................................................................... 21
2.2.4 Sintesa konseling....................................................................... 22
2.3 Kelas ibu hamil.................................................................................... 22
2.3.1 Definisi kelas ibu hamil............................................................. 24
2.3.2 Tujuan kelas ibu hamil.............................................................. 24
2.3.3 Sintesa kelas ibu hamil............................................................. 26

ix
2.4 Dukungan keluarga.............................................................................. 26
2.4.2 Bentuk dukungan....................................................................... 28
2.4.3 Jenis dukungan keluarga............................................................ 29
2.4.4 Sumber dukungan keluarga....................................................... 30
2.4.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga............. 31
2.4.6 Dampak dukungan keluarga...................................................... 34
2.4.7 Sintesa dukungan keluarga........................................................ 35

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN


KERANGKA ANALISIS
3.1 Kerangka teori..................................................................................... 36
3.2 Kerangka konsep................................................................................. 40
3.3 Kerangka analisis................................................................................. 41
3.4 Definisi konsep, definisi operasional dan pengukuran........................ 41
3.4.1 Definisi konsep.......................................................................... 41
3.5 Hipotesis penelitian............................................................................. 45

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN


4.1 Desain atau jenis penelitian................................................................. 46
4.2 Pengembangan instrument................................................................... 46
4.3 Pengumpulan data................................................................................47
4.3.1 Gambaran daerah penelitian atau informasi penelitian............. 47
4.3.2 Populasi dan sampel.................................................................. 47
4.3.3 Teknik pengambilan sampel...................................................... 48
4.3.4 Syarat sampel............................................................................. 49
4.3.5 Cara pengambilan sampel atau cara pengambilan informasi.... 49
4.1 Manajemen data.................................................................................. 49
4.4.1 Uji coba instrument................................................................... 49
4.4.2 Pengolahan uji coba................................................................... 50
4.4.1 Hasil uji coba............................................................................. 50
4.4.2 Pengumpulan data..................................................................... 55
4.4.5 Pengolahan data......................................................................... 56
4.4.6 Analisis data.............................................................................. 57
4.4.7 Peyajian data.............................................................................. 58
4.4.8 Interpretasi data......................................................................... 58

BAB V GAMBARAN TEMPAT PENELITIAN


5.1. Data umum.......................................................................................... 59

5.1.1 Wilayah kerja............................................................................. 59


5.1.1 Kependudukan...........................................................................61
5.1.3 Pendidikkan............................................................................... 64
5.1.4 Mata pencaharian....................................................................... 66
5.2..........................................................................................................Dat
a khusus................................................................................................... 68
5.2.1 Kematian.................................................................................... 68
5.2.2 Kesakitan................................................................................... 69
5.2.3 Status gizi.................................................................................. 80

BAB VI HASIL PENELITIAN


6.1 Analisis univariat................................................................................. 83
6.1.1 Karakteristik responden............................................................. 84
6.2 Analisis bivariat.................................................................................. 85
6.2.1 Hubungan Konseling dengan Kepatuhan Minum Tablet Fe
pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Gekbrong
Kabupaten Cianjur tahun 2019.............................................. 86
6.2.2 Hubungan Kelas Ibu Hamil Dengan Kepatuhan Minum Tablet
Fe Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Gekbrong
Kabupaten Cianjur Tahun 2019................................................. 87
6.2.3 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum
Tablet Fe Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas
Gekbrong Kabupaten Cianjur Tahun 2019................................ 88

BAB VII PEMBAHASAN


7.1 Keterbatasan penelitian........................................................................ 90
7.1.1 Keterbatasan data....................................................................... 90
7.1.2 Keterbatasan variabel penelitian................................................ 90
7.1.3 Keterbatasan instrumen penelitian............................................. 91
7.1.4 Keterbatasan desain penelitian.................................................. 91
7.2 Hasil Penelitian.................................................................................... 91
7.2.1 Karakteristik responden............................................................. 91
7.2.2 Hubungan konseling dengan kepatuhan minum tablet Fe pada
ibu hamil trimester III................................................................ 92
7.2.3 Hubungan kelas ibu hamil dengan kepatuhan minum tablet Fe
pada ibu hamil trimester III....................................................... 96
7.2.4 Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum
Tablet fe pada ibu hamil trimester III........................................ 98

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN


8.1 Kesimpulan.......................................................................................... 103
xi
8.2 Saran ................................................................................................... 104

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 106


LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi variable, definisi konsep, definisi operasional dan


pengukuran....................................................................... 42
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Kepatuhan Minum Tablet Fe............ 51
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Konseling.......................................... 51
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Kelas Ibu Hamil................................ 52
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Dukungan Keluarga.......................... 52
Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas Kepatuhan Minum Tablet Fe......... 53
Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Konseling....................................... 53
Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas Kelas Ibu Hamil............................. 54
Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas Dukungan Keluarga....................... 54
Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Menurut Desa di Wilayah Keja Puskesmas
Gekbrong Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur Tahun 2022
..........................................................................................................61
Tabel 5.2 Tingkat Pendidikan Penduduk Di Wilayah Puskesmas
Gekbrong
Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur Tahun 2022 64
Tabel 5.3 Sarana Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Gekbrong
Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur Tahun 2022... 65
Tabel 5.4 Mata Pencaharian Penduduk Di Puskesmas Gekbrong
Kecamatan
Gekbrong Kabupaten Cianjur Tahun 2022...................... 67
Tabel 6.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur........................ 84
Tabel 6.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Kehamilan..... 84
Tabel 6.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan.......................... 85
Tabel 6.4 Hubungan Konseling Dengan Kepatuhan Minum Tablet Fe Pada
Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Gekbrong Kabupaten Cianjur
Tahun 2022....................................................................... 86
Tabel 6.5 Hubungan Kelas Ibu Hamil Dengan Kepatuhan Minum Tablet Fe
Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Gekbrong Kabupaten
Cianjur Tahun 2022.......................................................... 87
Tabel 6.6 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Tablet
Fe Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Gekbrong
Kabupaten
Cianjur Tahun 2022.......................................................... 89
DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1 Data Demografi wilayah kerja di Puskesmas Gekbrong Kecamatan


Gekbrong Kabupaten Cianjur Tahun 2022....................................... 62
Grafik 5.2 Sebaran Penduduk Miskin menurut Desa/Kelurahan di Puskesmas
Gekbrong Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur Tahun 2022....... 63
Grafik 5.3 Distribusi 10 Besar Penyakit di Puskesmas Gekbrong Kecamatan
Gekbrong Kabupaten Cianjur Tahun 2018.................... 70
Grafik 5.4 Kasus Diare di Puskesmas Gekbrong Kecamatan Gekbrong
Kabupaten Cianjur Tahun 2018..................................... 71
Grafik 5.5 Jumlah Kasus BTA Positif yang Diobati dan Kematian di
Puskesmas Gekbrong Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur
Tahun 2018..................................................................... 73
Grafik 5.6 Penemuan Kasus Pneumonia di Puskesmas Gekbrong Tahun
2018................................................................................. 80
Grafik 5.7 Kasus BBLR di Puskesmas Gekbrong Kecamatan
Gekbrong
Kabupaten Cianjur Tahun 2018..................................... 81
Grafik 5.8 Status Gizi Balita di Puskesmas Gekbrong Kecamatan
Gekbrong
Kabupaten Cianjur Tahun 2018..................................... 82
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku


manusia
Menurut Lawrence Green dalm Notoatmodjo............. 36
Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian........................................ 40
Gambar 3.3 Kerangka Analisis Penelitian....................................... 41
Gambar 5.1 Peta Wilayah Puskesmas Gekbrong Kecamatan Gekbrong 60

xv
DAFTAR ISTILAH

1. AKB : Angka Kematian Bayi


2. AKI : Angka Kematian Ibu
3. AIDS : Acquired Immuno Deficieny Syndrome
4. BB : Berat Badan
5. BAB : Buang Air Besar
6. BTA : Bakteri Tahan Asam
7. BAAK : Biro Administrasi Akademis Kemahasiswaan
8. BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
9. CI : Confidence Interval
10. DBD : Demam Berdarah Dengue
11. D3 : Diploma 3
12. ERAPO : Eradikasi Polio
13. Hb : Haemoglobin
14. HDI : Human Development Index
15. HIV : Human Immunodeficiency Virus
16. IPM : Indeks Pembangunan Manusia
17. ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut
18. IUGR : Intra Uterine Growth Retardation
19. KB : Keluarga Berencana
20. KEK : Kurang Energi Kronis
21. KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
22. KFL : Kunjungan Nifas Lengkap
23. MA : Madrasah Aliyah
24. MI : Madrasah Ibtidaiyah
25. MTs : Madrasah Tsanawiyah
26. OR : Odds Ratio
27. PT : Perguruan Tinggi
28. PKP : Penilaian Kinerja Puskesmas
29. PNS : Pegawai Negeri Sipil
30. PPI : Program Pengembangan Imunisasi
31. PUS : Pasangan Usia Subur
32. POLRI : Kepolisian Republik Indonesia
33. POPM : Pemberian Obat Pencegahan Massal
34. PUGS : Pesan Umum Gizi Seimbang
35. P4K : Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi
36. PD3I : Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
37. RR : Relatif Risk
38. RT : Rukun Tetangga
39. RW : Rukun Warga
40. Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
41. SD : Sekolah Dasar
42. SPM : Standar Pelayanan Minimal
43. SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
44. SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
45. SPSS : Statistical Package for the Social Sciences
46. Susenas : Survey Sosial Ekonomi Nasional
47. Suspodes : Survey Potensi Desa
48. TB : Tuberculosis
49. TT : Tetanus Toxoid
50. TNI : Tentara Nasional Indonesia
51. UHH : Umur Harapan Hidup
52. UKS : Usaha Kesehatan Sekolah
53. UKGS : Upaya Kesehatan Gigi di Sekolah
54. WHO : Word Health Organization

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pembangunan di Indonesia dilaksanakan di semua aspek kehidupan

tidak terkecuali dalam bidang kesehatan. Pembangunan Kesehatan merupakan

bagian terpadu dari pembangunan sumber daya manusia sebagai upaya untuk

mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin. Tujuan

pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya dalam pemenuhan hak dasar

rakyat, yaitu mempermudah masyarakat dalam memperoleh akses atas kebutuhan

pelayanan kesehatan. 1

Pembangunan kesehatan tersebut merupakan investasi jangka panjang dalam

mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pembangunan

ekonomi yang kompetitif, serta peningkatan kesejahteraan sosial yang akhirnya

dapat sebagai upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan di

Indonesia ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan

hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud

dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. 2

Indikator penting dalam pembangunan salah satunya adalah Human

Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terdiri

dari indeks bidang ekonomi yaitu pendapatan riil per kapita, indeks bidang

pendidikan yaitu angka melek huruf dan lama sekolah, serta indeks bidang
1
Kementerian Kesehatan RI, 24 Indikator Kesehatan Dalam IPKM http://www.depkes.go.id/article/print/1337/24-
indikator-kesehatan-dalam ipkm.html (diakses 8 September 2019)
2
Ibid, Kementerian Kesehatan RI,2019
1
kesehatan yaitu umur harapan hidup. Dalam pembangunan kesehatan disusunlah

Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) yang merupakan indikator

komposit yang menggambarkan kemajuan pembangunan kesehatan, dirumuskan

dari data kesehatan berbasis komunitas yaitu Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas),

Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), dan Survei Potensi Desa (Podes). 3

Terdapat 24 indikator kesehatan yang digunakan dalam IPKM dengan nilai

korelasi umur harapan hidup (UHH) yang tertinggi. Indikator kesehatan tersebut

adalah prevalensi balita gizi buruk dan kurang, prevalensi balita sangat pendek

dan pendek, prevalensi balita sangat kurus dan kurus, prevalensi balita gemuk,

prevalensi diare, prevalensi pnemonia, prevalensi hipertensi, prevalensi gangguan

mental, prevalensi asma, prevalensi penyakit gigi dan mulut, prevalensi

disabilitas, prevalensi cedera, prevalensi penyakit sendi, prevalensi ISPA, proporsi

perilaku cuci tangan, proporsi merokok tiap hari, akses air bersih, akses sanitasi,

cakupan persalinan oleh nakes, cakupan pemeriksaan neonatal-1,cakupan

imunisasi lengkap, cakupan penimbangan balita, ratio Dokter/Puskesmas, dan

ratio bidan/desa. 4

Menurut World Health Organization (WHO) bahwa pervalensi ibu hamil di

seluruh dunia yang mengalami anemia sebesar 41,8%. WHO memperkirakan

jumlah penderita anemia di seluruh dunia mendekati angka dua milyar dan 50%

dari jumlah tersebut berhubungan dengan defisiensi tablet Fe. Pada tahun 2014

prevalensi anemia menunjukan penurunan sebesar 23% wanita yang mengalami

anemia (WHO, 2015). Tingginya anemia yang pada ibu hamil memberikan
3
Ibid, Kementerian Kesehatan RI,2019
4
Ibid, Kementerian Kesehatan RI,2019
3

dampak buruk terhadap ibu maupun janin di antaranya akan lahir janin dengan

berat badan lahir rendah (BBLR), partus prematur, abortus, perdarahan post

partum, partus lama dan syok. 5

Masalah anemia pada ibu hamil perlu segera diatasi karena derajat kesehatan

ibu sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada masa yang akan

datang. Pemberian tablet besi dalam program penanggulangan anemia gizi telah

dikaji dan diuji secara ilmiah dengan dosis dan ketentuan. Namun, program

pemberian tablet besi pada wanita hamil yang menderita anemia kurang

menunjukan hasil yang nyata. Hal ini disebabkan oleh kepatuhan minum tablet

besi yang tidak optimal. 6

Penanggulangan masalah anemia gizi besi saat ini masih terfokus pada

pemberian tablet besi (Fe) atau yang lebih dikenal masyarakat sebagai tablet

tambah darah. Ibu hamil mendapat tablet tambah darah 90 tablet selama

kehamilannya. 7

Upaya penanggulangan anemia gizi besi pada ibu hamil tersebut dilakukan

melalui peningkatan cakupan suplementasi tablet besi. Upaya lain yang dapat

dilakukan dengan memperhatikan pola konsumsi ibu hamil yang harus tetap

mengacu pada pola makan sehat dan seimbang yang terdapat dalam pesan umum

gizi seimbang (PUGS). Pengaturan makan pada ibu hamil bukan pada jumlah atau

kuantitas melainkan pada kualitas atau komposisi zat-zat gizi, sebab faktor ini

5
World Health Organization.2015.Prevention of Iron Deficiency Anemia in Adolesencent. World Health Organization
Centre for Health Development.
6
Pesan Umum, Slogan, Dan Visual Gizi Seimbang Tanggal : 06-Feb-2019 Http://Yankes.Depkes.Go.Id/Read-Pesan-
Umum-Slogan-Dan-Visual-Gizi-Seimbang-6455.Html (Diakses 12 September2019
7
Depkes RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2010. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Depkes RI; 2010
lebih efektif dan fungsional untuk kesehatan ibu dan janinnya. Misalnya untuk

meningkatkan konsumsi bahan makanan tinggi besi seperti susu, daging, dan

sayuran yang berwarna hijau serta buah-buahan buah. 8

Wanita hamil merupakan kelompok yang diprioritaskan untuk memperoleh

suplemen tablet Fe. Karena ibu hamil mentransportasi darah ke janin dan plasenta.

Oleh karena itu salah satu upaya pemerintah yaitu mengambil langkah untuk

pemberian tablet Fe melalui puskesmas, posyandu dan klinik untuk mengurangi

kejadian anemia pada ibu hamil. Ditekankan bahwa gizi ibu hamil harus

diperhatikan dan ibu hamil perlu memeriksakan kehamilan secara teratur

(Wijaya, 1999 dalam Nirdayani, 2012).

Gibney, et.al. pada tahun 2009 memastikan bahwa distribusi suplemen tablet

Fe dalam jumlah yang adekuat dan kepatuhan ibu hamil terhadap program

pengobatan merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut,

cara mengonsumsi tablet Fe sesuatu yang penting dan harus dipatuhi oleh ibu

hamil karena dengan mengikuti anjuran yang disampaikn oleh petugas kesehatan

maka kecenderungan peningkatan kadar Hb akan sesuai dengan yang diharapkan. 9

Meskipun program pemberian tablet Fe pada ibu hamil sudah dijalankan

sejak tahun 1970, namun masih terdapat beberapa kasus yang disebabkan karena

anemia pada masa kehamilan. Hanya sedikit wanita hamil dinegara berkembang

seperti di Indonesia yang dapat memenuhi kebutuhan tablet Fe selama kehamilan

melalui makanan sehari-hari, karena sumber utama tablet Fe yang mudah diserap

oleh tubuh (besi heme) yaitu protein hewani seperti ikan dan daging relatif mahal
8
Pesan Umum, Slogan, Dan Visual Gizi Seimbang Tanggal : 06-Feb-2019 http://yankes.depkes.go.id/read-pesan-
umum- slogan-dan-visual-gizi-seimbang-6455.html (diakses 12 september2019)
9
Nirdayani, 2012. Pengaruh Kepatuhan Mengonsumsi Tablet Fe Terhadap Kadar Hemoglobin (Hb) Ibu Hamil Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kota Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012
5

harganya dan belum sepenuhnya terjangkau oleh masyarakat. Walaupun terdapat

sumber makanan nabati yang kaya akan Ferous seperti sayuran hijau dan kacang-

kacangan namun penyerapannya lebih sulit.

Program pemberian suplementasi tablet tablet Fe selama kehamilan

merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi anemia pada ibu hamil.

Persentase ibu yang melaporkan minum tablet Fe berdasarkan jumlah hari minum

di Indonesia yaitu, minum selama 30 hari hanya 36,3%, yang minum 31-59 hari

hanya 2,8%, minum 60-89 hari berjumlah 8,3% dan ibu hamil yang minum tablet

Fe selama 90 hari sebanyak 18%. 10

Hasil penelitian (Wiradnyani dkk, 2013) menemukan bahwa dukungan

keluarga sangat penting untuk membantu mengingatkan ibu dalam mengonsumsi

tablet besi. Penting untuk diperhatikan karena faktor utama rendahnya kepatuhan

ibu adalah karena ibu lupa mengonsumsi tablet tersebut. Kualitas pemberian

informasi melalui penyuluhan,dan atau konseling dari petugas dalam memberikan

kejelasan pesan-pesan kesehatan,berhubungan dengan kepatuhan ibu. Sebagai

kesimpulan, dukungan yang lebih baik kepada ibu hamil yang diberikan oleh

suami dan petugas saat ibu melakukan ante natal care dapat berkontribusi pada

kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi. 11

Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu hami dengan umur kehamilan

antara 4 samapai 36 minggu dengan jumlah peserta maksimal 10 orang,

merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam

10
(RISKESDAS) Riset Kesehatan Dasar. (2010). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI
11
Wiradnyani dkk, 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Ibu Mengonsumsi Tablet Besi-Folat
Selama Kehamilan, Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2013, 8(1): 63—70
bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, perawatan

kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit

menular dan akte kelahiran. Meningkatkan pengetahuan, persalinan, perawatan

nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos, kepercayaan, adat

istiadat setempat, penyakit menular dan akte kelahiran.

Adapun tujuan khusus kelas ibu hamil antara lain : meningkatkan

pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang: kehamilan, perubahan tubuh

dan keluhan selama kehamilan, serta cara mengatasinya, pengaturan gizi termasuk

tentang pemberian tablet tambah darah untuk penanggulangan anemia.

Hasil cakupan Fe di Indonesia pada tahun 2017, ibu hamil yang mengonsumsi

tablet Fe < 90 tablet sebesar 53,23 %, yang mengonsumsi tablet Fe ≥ 90 tablet

sebesar 31,30 %, untuk kegiatan ibu hamil sudah 92,71 % ibu hamil berpartisipasi

dalam kelas ibu hamil dan untuk program P4K hasil capaiannya sudah 89,24 %.

Sedangkan angka capaian Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut : ibu

hamil yang mengonsumsi tablet Fe < 90 tablet sebesar 47,41 % yang

mengonsumsi tablet Fe ≥ 90 tablet sebesar 43,55%, kegiatan kelas ibu sebesar

97,88 % dan capaian program P4K hasil capaiannya sudah 99,81 %. Hasil capaian

kelas ibu hamil dan program P4K di Indonesia maupun di Provinsi Jawa Barat

sudah baik, namun hasil capaian ibu hamil mengonsumsi tablet Fe 90 tablet masih

rendah dalam artian tidak sejalan dengan hasil capaian kelas ibu hamil dan

program P4K. 12

12
Kementerian Kesehatan RI,2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017, Jakarta
7

Pada Tahun 2018 angka capaian program kesehatan ibu di Kabupaten

Cianjur, khususnya pelayanan kesehatan ibu hamil yaitu kunjungan K4 ibu hamil

sebesar 93,99 %, capaian distribusi Fe3 (Fe 90 tablet) sebesar 93,49 %, kasus ibu

hamil anemia sebesar 6,23 %. 13

Dalam Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) ada upaya kesehatan wajib

diantaranya adalah jenis kegiatan pelayanan kesehatan ibu yang salah satu

indikatornya adalah dan cakupan kunjungan ibu hamil K4 dan kegiatan perbaikan

gizi masyarakat dengan salah satunya indikatornya cakupan distribusi tablet Fe3

90 tablet yang ditujukan untuk ibu hamil. Dari PKP Puskesmas Gekbrong tahun

2018 didapatkan data cakupan kunjungan K 4 ibu hamil sebesar 104,33 % dan

capaian distribusi pemberian tablet Fe 90 tablet untuk ibu hamil sebesar 98,88 %.

Selain itu dari data rekapitulasi program KIA Puskesmas Gekbrong tercatat

bahwa prevalensi ibu hamil dengan anemia pada tahun 2017 sebanyak 16,7 %

dan tahun 2018 terjadi peningkatan jumlah ibu hamil dengan anemia menjadi 18,2

%. Adapun kegiatan kelas ibu hamil sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 2017

tersebar diseluruh desa di wilayah kerja Puskesmas Gekbrong. 14

Dari paparan tersebut di atas terdapat ketidaksesuaian antara hasil PKP

khususnya untuk persentase cakupan kunjungan K 4 ibu hamil dan cakupan

distribusi pemberian tablet Fe3 untuk ibu hamil yang sudah mencapai target

dengan masih tingginya jumlah ibu hamil yang anemia.

13
Dinas Kesehatan Cianjur,2018. Profil Kesehatan Kabupaten Cianjur 2018.Cianjur
14
Puskesmas Gekbrong,2018. Penilaan Kinerja Puskesmas Gekbrong 2018. Gekbrong-Cianjur.
Dari survey pendahuluan yang dilakukan terhadap sepuluh ibu hamil

didapatkan hasil sebagai berikut : sebanyak dua ibu hamil (20%) sudah

mengonsumsi tablet Fe sebanyak ≥ 90 tablet yang diminum setiap hari satu tablet,

tiga orang (30%) ibu hamil mengonsumsi tablet Fe 90 tablet tetapi tidak setiap

hari, dengan alasan tidak tahu jika Tablet Fe itu harus diminum setiap hari atau

karena ada rasa mual. Sebanyak lima orang ibu hamil (50%) tidak mengonsumsi

tablet Fe sebanyak 90 tablet, dengan alasan merasa sehat,merasa makanan yang

dia makan sudah cukup banyak, males karena menimbulkan mual, takut bayinya

besar, takut tekanan darah menjadi tinggi.

Sebanyak tiga orang ibu hamil (30%) mengatakan sudah mendapatkan

penjelasan tentang tablet Fe ketika pemeriksaan kehamilan, namun sebanyak tujuh

orang ibu hamil (70 %) menyampaikan bahwa penjelasan tentang tablet Fe

tidaklah lengkap dan tidak tahu kalau harus diminum tiap hari satu tablet secara

berturut-turut.

Sebanyak tujuh orang ibu hamil (70 %) menyatakan mengikuti kelas ibu

hamil sebanyak satu kali dan tiga orang ibu hamil (30%) menyatakan tidak

mengikuti kelas dengan alasan bekerja. Terkait dukungan keluarga, sebanyak

enam ibu hamil (60 %) tidak pernah diingatkan oleh keluarga untuk minum tablet

Fe, dua ibu hamil (20%) mengatakan keluarga sering mengingatkan untuk selalu

minum tablet Fe dan dua orang ibu hamil (20%) mengatakan keluarga kadang-

kadang mengingatkan untuk minum tablet Fe.

Dari hasil survey tersebut penulis berminat untuk meneliti : Hubungan

Konseling, Kelas Ibu Hamil dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum
9

Tablet Fe pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Gekbrong Kabupaten

Cianjur tahun 2022.

B. Rod Map Penelitian

No Penulis Judul Hasi

1. Ratna Hubungan Konseling Hasil penelitian


Juwita,
Dan Dukungan menunjukkan
2018
Keluarga Terhadap
terdapat hubungan
Kepatuhan Ibu Hamil
yang bermakna
Mengkonsumsi Tablet
Fe antara konseling

dengan tingkat

kepatuhan ibu hamil

mengkonsumsi

tablet Fe dengan p

value  0,034.

Terdapat hubungan

yang bermakna

antara dukungan

keluarga dengan

tingkat kepatuhan

ibu hamil

mengkonsumsi

tablet Fe dengan p

value  0,029.
2. Sri Mulyani, HUBUNGAN TINGKAT Adanya hubungan
2017
PENGETAHUAN DAN bermakna antara
DUKUNGAN KELUARGA tingkat pengetahuan
TERHADAP KEPATUHAN dengan kepatuhan (p-
IBU HAMIL value = 0,002) dan
MENGKONSUMSI adanya hubungan
TABLET ZAT BESI bermakna antara

dukungan keluarga

dengan kepatuhan (p-

value =0,004).

3. Astuti PENGARUH Tingkat kepatuhan


Setiawati , Baiq
PENDIDIKAN sebelum pendidikan
Iin Rumintang,
2018 KESEHATAN TENTANG kesehatan yaitu rendah
TABLET TAMBAH sebanyak 25 orang
DARAH (TTD) PADA (83,33%), setelah
KELAS IBU HAMIL pendidikan kesehatan
TERHADAP tingkat kepatuhan tinggi
KEPATUHAN IBU sebanyak 16 orang
DALAM (53,34%). Hasil uji
MENGKONSUMSI statistik menggunakan
TABLET TAMBAH Marginal Homogeneity
DARAH DI UPT BLUD Test diperoleh p =
PUSKESMAS 0,000Pendidikan
MENINTING TAHUN kesehatan tentang tablet
2018 tambah darah (TTD)
pada kelas ibu hamil
berpengaruh terhadap
kepatuhan ibu hamil
dalam mengkonsumsi
TTD di UPT BLUD
Puskesmas Meninting.
11

C. URGENSI PENELITIAN

Hasil capaian kunjungan ibu hamil seperti K 4 dan capaian distribusi tablet

Fe3 sudah mencapai target, namun jumlah atau persentase kasus anemia pada ibu

hamil khususnya di Puskesmas Gekbrong Kabupaten Cianjur masih cukup tinggi

yaitu 18,2 % di tahun 202022

Hal tersebut tentunya menjadikan satu masalah yang harus ditindaklanjuti,

oleh karena itu penulis mengadakan survey pendahuluan yang dilakukan pada

sepuluh orang ibu hamil dengan usia kehamilan 28-40 minggu atau ibu hamil

trimester III dan kesimpulannya adalah sebagai berikut : tidak patuh mengonsumsi

tablet Fe sesuai dengan ketentuan yang seharusnya sebanyak 80 % dengan alasan

tidak tahu aturan minum Fe yang seharusnya, merasa mual, takut menderita

tekanan darah tinggi, merasa sudah sehat dan merasa makannya sudah baik.

Ketidaktahuan ibu hamil akan tata cara atau aturan mengonsumsi Fe sesuai aturan

merupakan gambaran dari kualitas pemberian informasi atau konseling terkait

tablet Fe, sebanyak 70 % ibu hamil menyatakan informasi terkait tablet Fe kurang

lengkap atau kurang jelas.

Informasi kesehatan yang membahas segala sesuatu yang berhubungan

dengan kehamilan persalinan dan kesehatan bayi baru lahir sebetulnya ada di

kurikulum kelas ibu hamil, namun sebanyak 70 % ibu hamil hanya mengikuti

kelas ibu hamil satu kali pertemuan saja, dan yang 30 % nya tidak mengikuti kelas

ibu hamil dengan alasan bekerja.


Dari hasil survey pendahuluan juga didapatkan bahwa dukungan keluarga

terhadap ibu hamil untuk patuh minum tablet Fe sesuai dengan aturan yang benar

sangat rendah yaitu hanya 20 % saja yang mendapat dukungan dengan baik dari

keluarga baik suami maupun anggota keluarga lainnya.

Dari paparan tersebut diatas maka penulis dapat merumuskan masalah

sebagai berikut : penting untuk mengetahui hubungan konseling, kelas ibu hamil

serta dukungan keluarga dengan kepatuhan minum tablet Fe pada ibu hamil

trimester III.

Data berbasis bukti diperlukan untuk menghasilkan informasi kesehatan

masyarakat yang akurat. Informasi sistematis semacam itu diperlukan untuk

membangun perbendaharaan pengetahuan dan dapat dipergunakan sebagai dasar

bagi pembuat kebijakan, administrator, peneliti, dan masyarakat pada umumnya.

D. Ruang lingkup penelitian

Banyak faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum tablet Fe pada

ibu hamil, namun mengingat keterbatasan penulis maka penelitian ini dibatasi

hanya untuk meneliti hubungan konseling, kelas ibu hamil dan dukungan

keluarga dengan kepatuhan minum tablet Fe pada ibu hamil trimester III yang

berada di wilayah Puskesmas Gekbrong Kabupaten Cianjur.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepatuhan minum tablet Fe pada ibu hamil trimester III

Menurut Wiknojosastro (2007) faktor yang mempengaruhi kejadian anemia

pada ibu hamil adalah umur, tingkat pendidikan, ekonomi, paritas, umur

kehamilan, jarak anak, dan kepatuhan minum tablet Fe. Menurut Niven faktor-

faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan antara lain adalah pemahaman tentang

intruksi, kualitas interaksi, isolasi sosial dan keluarga, keyakinan, sikap dan

kepribadian. 15

Manfaat tablet Fe sangat besar terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil.

Namun masih banyak ibu hamil yang tidak mengonsumsi tablet Fe sampai 90

tablet. Pemerintah pusat menetapkan target SPM pemberian tablet Fe3 (Fe 90

tablet) selama kehamilan sebesar 90 %. Hasil Riskesdas tahun 2010 dari 80,7 %

ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe hanya 18 % saja yang rutin mengonsumsi

tablet Fe selama 90 hari sesuai anjuran, tahun 2013 dari 89,1 % ibu hamil yang

mengonsumsi tablet. 16

Penyebab ketidakpatuhan responden mengonsumsi tablet Fe adalah

responden sering lupa, efek samping yang tidak nyaman dari tablet Fe seperti

mual, ibu meminum tablet Fe jika merasa kurang sehat atau sakit saja jika ibu

merasa sehat maka ibu tidak meminum tablet Fe. 17

15
Niven, N, 2002 Health Psychology : An Introduction for Nurses and Other Health Care ProFessionals. Agung, W. 2002
(alih bahasa). Jakarta: EGC.)
16
Ratna Juwita, Hubungan Konseling dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Ibu Hamil Mengonsumsi Tablet Fe ,
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (112-120)Prodi S1 Kesehatan: http://doi.org/10.22216/jen.v3i1.2383
17
Ibid,117
14
15

1. Definisi kepatuhan

Kata dasar dari kepatuhan adalah patuh yang artinya suka menurut,

mentaati pada perintah, mentaati aturan. Jadi kepatuhan berarti sifat patuh;

ketaatan yang berarti patuh, menurut dan disiplin. 18

Arisman menyampaikan bahwa kepatuhan adalah sesuatu yang dianjurkan

oleh petugas kesehatan seperti dokter, bidan, perawat dan lain-lain terkait

pengobatan atau praktik kesehatan yang dituruti atau dilaksanakan oleh pasien.

Kepatuhan (adherence) adalah suatu bentuk perilaku yang timbul akibat

adanya interaksi antara petugas kesehatan dan pasien sehingga pasien mengerti

rencana dan segala konsekwensinya dan menyetujui rencana tersebut serta

melaksanakannya. Sementara itu definisi kepatuhan Sarafino (1990)

mendefinisikan kepatuhan atau ketaatan (compliance atau adherence) sebagai

tingkat bagaimana seorang pasien melaksanakan cara pengobatan dan berperilaku

yang disarankan oleh tenaga kesehatan, tim medis lainnya atau dokter.

Sedangkan Sackett (1976) mendefinisikan kepatuhan pasien sebagai sejauh

mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional

kesehatan. 19

Kepatuhan merupakan suatu bentuk perilaku dan perilaku manusia berasal

dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedang dorongan merupakan usaha

untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia itu sendiri. 20

18
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
19
Niven, N, op.cit
20
Heri P, 1999. Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Menurut Arisman mengartikan kepatuhan adalah sebagai tingkat pasien

melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh bidannya atau

oleh orang lain, kepatuhan adalah tingkat seseorang atau individu dengan nasehat

dari medis atau praktisi kesehatan lainnya, melaksanakan penggunaan obat sesuai

dengan petunjuk pada resep serta mencakup penggunaannya pada waktu yang

benar. 21
Hasil penelitian, Ratna Juwita, diperoleh hasil yang signifikan bahwa ada

pengaruh tingkat kepatuhan ibu hamil trimester III dalam mengonsumsi tabelt Fe

terhadap kejadian anemia. 22

Trimester III berlangsung sejak usia kehamilan 28 minggu hingga kehamilan

minggu ke-41 atau waktu melahirkan. Pada periode ini, bayi dalam kandungan

sudah terlihat bentuknya, organ-organ penting dalam tubuh bayi juga sudah

terbentuk dan mulai berfungsi. Pada sekitar minggu ke-32 kehamilan, tulang bayi

juga sudah sepenuhnya berkembang. Namun, sistem saraf bayi masih terus

berkembang pada trimester ketiga ini.

Pada trimester ketiga ini, bayi akan terus menambah berat badannya dengan

cepat, sekitar 230 gram setiap minggu. Bayi juga mulai menyimpan beberapa

mineral dalam tubuhnya, seperti zat besi dan kalsium. Sehingga, ibu masih perlu

untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya yang tinggi selama trimester ketiga ini.

Kebutuhan akan Fe selama trimester I relatif sedikit sekitar 0,8 mg sehari

yang kemudian meningkat tajam selama trimester II dan III, yaitu 6,3 mg sehari.

Hal ini disebabkan karena saat kehamilan terjadi peningkatan volume darah secara

progresif mulai dari umur kehamilan minggu ke-6 sampai ke-8 dan mencapai

21
Agustina,Hidayani,2011.Skripsi. Kepatuhan Ibu Hamil Mengonsumsi Tablet Tambah Darah di Puskesmas
Mumbulsari,Kecamatan Mumbulsari,Kabupaten Jember,Provinsi Jawa Timur.FKM UI..
22
Ratna,J.Op.cit
17

puncaknya pada minggu ke-32 sampai ke34 dengan perubahan kecil setelah

minggu tersebut. Kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat terutama selama

trimester II dan III disebabkan saat kehamilan terjadi peningkatan volume darah

dan volume plasma. Hal ini akan menyebabkan terjadinya hemodilusi atau

pengenceran sel darah dan terjadinya penurunan kadar Hb. Jumlah zat besi

yang diserap dari makanan dan cadangan dalam tubuh ibu hamil biasanya tidak

bisa memenuhi kebutuhan ibu selama kehamilan, sehingga diperlukan

penambahan asupan zat besi melalui suplementasi tablet Fe untuk membantu

mengembalikan kadar Hb pada ibu hamil. 23,24

Prevalensi Pemberian tablet Fe kepada ibu hamil diberikan minimal 90 tablet

dengan dosis 1 tablet setiap hari selama kehamilan. Sesuai dengan teori

diharapkan kadar Hb dapat normal pada ibu hamil yang mengonsumsi tablet Fe,

karena kebutuhan zat besi pada trimester III kehamilan tidak dapat dipenuhi hanya

dari makanan saja. Sehingga pemenuhan kecukupan zat besi dianjurkan dipenuhi

melalui suplementasi. 25

Saat terbaik untuk mengonsumsi suplement Fe adalah sejak trimester 2

selama 90 hari kedepan, Tablet besi yang diberikan mengandung FeSO4 320 mg

atau setara dengan zat besi 60 mg dan asam folat 0,25 mg. 26

23
Yusnaini.2014. Pengaruh Konsumsi Jambu Biji (Psidium Guajava. L) Terhadap Perubahan Kadar Hemoglobin Pada Ibu
Hamil Anemia yang Mendapat Suplementasi Tablet Fe (Skripsi). Semarang: Universitas Diponegoro; 2014. 7.
24
Prawirohardjo S.2010. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;SuartikaI.
25
Dewi RC. 2008. Pengaruh suplementasi tablet tambah darah (TTD), seng dan vitamin A terhadap kadar hemoglobin ibu
hamil. MKM. 2008;3(1):12-9.
26
Is Susiloningtyas.2004. PEMBERIAN ZAT BESI (Fe) DALAM KEHAMILAN,Prodi D III Kebidanan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang
2. Sintesa kepatuhan minum tablet Fe pada ibu hamil trimester III

Ibu hamil dengan umur kehamilan 28 sampai 40 minggu yang sudah

mengonsumsi tablet Fe minimal 90 tablet yang diminum 1 tablet setiap hari secara

berturut- turut.

B. Konseling pada ibu hamil trimester III

Pada kehamilan seorang wanita akan terdapat perubahan pada seluruh tubuh,

khususnya pada alat genetalia eksterna dan interna. Kehamilan juga memberikan

perubahan baik secara fisiologis maupun psikologis bagi ibu hamil, sehingga

setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwa-

nya. Identifikasi risiko, pendidikan kesehatan atau nasehat, dorongan mental

kepada ibu hamil dan pemeriksaan yang efektif untuk mengidentifikasi masalah

kehamilan tersebut dapat diselesaikan dan keahlian komunikasi merupakan kunci

penyelesaian masalah. Hal tersebut dapat dibantu dengan konseling.

Konseling sebagai bagian dari pelayanan kebidanan perlu suatu manajemen

yang baik. Tercapainya tujuan tersebut tidak lepas dari perencanaan dan

pengorganisasian yang merupakan bagian- bagian dari manajemen.

Agar proses konseling berkualitas, petugas atau bidan harus mempunyai

pengetahuan dan ketrampilan tentang konseling. Upaya meningkatkan kualitas

pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh ketrampilan petugas atau bidan untuk

berkomunikasi secara efektif dalam melakukan konseling yang baik kepada klien.

Konseling yang diberikan kepada ibu hamil tentunya disesuaikan dengan

kebutuhan ibu hamil yang relevan dengan usia keamilannya. Ketidaknyamanan


19

kehamilan trimester III meliputi: Peningkatan frekuensi berkemih atau nokturia,

konstipasi atau sembelit, edema, insomnia, nyeri pinggang, keringat berlebih, dan

sebagainya. Tidak semua wanita mengalami semua ketidaknyamanan yang umum

muncul selama kehamilan, tetapi banyak wanita mengalaminya dalam tingkat

ringan hingga berat. 27

Konseling merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan

ibu hamil sehingga bisa bersikap dan berprilaku lebih baik dan bertanggung

jawabdengan diri sendiri dalam upaya meningkatkan kesehatan dan pencegahan

penyakit. Dengan memberikan konseling tentang anemia dan manfaat tablet Fe

maka ibu hamil akan mengetahui masalah yang sedang terjadi dan termotivasi

untuk mencegah anemia dengan mengonsumsi tablet Fe sesuai dengan yang

dianjurkan. Lebih dari 50 % ibu hamil tidak mendapatkan konseling tentang

tujuan dan manfaat, efek samping, cara mengonsumsi tablet Fe dari tenaga

kesehatan. Lebih dari separuh ibu hamil tidak mendapatkan dukungan dari

keluarga atau suami untuk mengonsumsi tablet Fe.Terdapat hubungan yang

bermakna antara konseling dan dukungan keluarga/suami dengan tingkat

kepatuhan mengonsumsi tablet Fe pada ibu hamil. 28

1. Definisi konseling

Konseling merupakan hubungan profesional dilakukan untuk membantu

pengertian klien menjernihkan dan memperjelas pendapatnya agar

bisasmenentukan pilihan yang berguna bagi dirinya. Definisi konseling yang

disampaikan oleh Schertzer dan Stone (1980) adalah memberikan pengertian


27
Rukiyah dkk, 2009).Rukiyah, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan 1 (Kehamilan). Jakarta: CV Trans Info Media
28
Ratna Juwita.Op.cit
bahwa konseling adalah upaya seseorang untuk membantu individu lain melalui

interaksi yang bersifat pribadi sehingga akan mampu membuat suatu keputusan

yang menjadi dianggap sebagai keputusan terbaik.

Winkell pada tahun 2005 menyampaikan bahwa definisi konseling adalah

memberikan pengertian bawa konseling dalah serangkaian kegiatan pokok dalam

bentuk bimbingan tujuan agar konseli dapat mengambil keputusan sendiri atas

dasar tanggung jawab terhadap berbagai persoalan yang dihadapinya. 29

Menurut C,H. Patterson (1959) dalam Abimanyu dan Manrihu (1996)

mengemukakan bahwa konseling adalah proses yang melibatkan hubungan antar

pribadi antara seorang terapis yang disebut konselor dengan satau atau lebih klien

(konseli) dimana seorang terapi menggunakan psikologi atas dasar pengetahuan

yang sistemik tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan kesehatan

mental klien.

Dapat disimpulkan bahwa konseling merupakan suatu proses bantuan secara

profesional antara konselor dan klien yang bertujuan untuk membantu individu

agar dapat menyelesaikan masalah atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya

sesuai potensi atau kemampuan yang ada pada dirinya. 30

2. Ciri ciri konseling

Dari beberapa rumusan cdefinisi konseling yang dikemukakan terdapat ada

kesamaan ciri-ciri sebagai berikut :

a. Konseling dilakukan oleh seorang konselor yang mempunyai kemampuan

secara professional dalam menangani masalah-masaah yang berkaitan


29
Anon.2019. “Pengertian Konseling Menurut Para Ahli.” Retrieved (Indonesiastudents.com/pengertian-konseling-
menurut-para-ahli/( https//indonesiastudents.com:https)).
30
Indonesiastudent.com.Pengertian Konseling Menurut Para Ahli. Indonesiastudents.com/pengertian- konseling-menurut-
para-ahli/( https//indonesiastudents.com:https/(diakes tanggal 14 September 2019)
21

dengan keputusan-keputusan pribadi, sosial, karier dan Pendidikan serta

memahami proses-proses psikis maupun dinamika perilaku pada diri klien.

b. Konseling melibatkan interaksi dan komunikasi antara dua orang yaitu

konselor dan klien baik secara langsung dalam Bahasa verbal maupun

secara tidak langsung dalam Bahasa non verbal.

c. Tujuan dari hubungan konseling ialah terjadinya perubahan tingkah laku

pada diri klien sesuai dengan kemampuan dan potensiyang dimiliki oleh

klien.

d. Konselor akan berupaya untuk memfasilitasi alternatife pemecahan demi ke

arah lebih baik lagi, sesuai dengan tujuanyang ingin dicapai dalam

konseling.

e. Konseling merupakan proses yang dinamis dimana individu dibantu untuk

dapat mengembangkan dirinya dan kemampuan-kemampuannya dalam

mengatasi permasalahan yang dihadapi.

f. Konseling merupakan suatau proses belajar terutama bagi klien untuk

mengembangkan perilaku baru dan membuat pilihan keputusan sendiri ke

arah perubahan yang diinnginkan.

3. Tujuan konseling

Ada beberapa tujuan konseling yang dikemukakan para ahli antara lain :

adanya perubahan perilaku, kesehatan mental yang posiotif, terselesaikanya

masalah, keefektifan pribadi, adanya pengambilan sebuah keputusan. Konselor

ada dalam rentangan dari tujuan yang sifatnya umum mengarah ke tujuan yang

sifatnya lebih spesifik.


Konselor mempunyai tujuan untuk memahami tingkah laku, motivasi dan

perasaan klien. Adapun tujuan yang sifanya sesaat adalah agar klien mendapat

pencerahan, merasa lega sehingga dalam jangka waktu yang akan datang menjadi

seseorang yang bisa lebih bermakna. Adapun tujuan klien menemui konselor

adalah memiliki harapan agar permasalahan yang ia hadapi dapat segera

terelesaikan.

4. Sintesa konseling

Konseling adalah penyampaian informasi dari tenaga kesehatan terkait segala

sesuatu tentang tablet Fe kepada ibu hamil untuk mencegah dan mengobati

anemia yang akan mempengaruhi kesehatan ibu maupun bayi.

C. Kelas ibu hamil

Walaupun sumber dana di sektor kesehatan terus bertambah, didukung

dengan peningkatan sumber daya manusia kesehatan yang terus bertambah baik

secara kuantitas maupun kualitasnya, namun dirasa belum dapat sepenuhnya

menyelesaikan masalah-masalah kesehatan.

Agar sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien,

maka dilakukan upaya-upaya terintegrasi yang sasarannya difokuskan kepada

keluarga, dengan dihidupkannya kembali “Pendekatan Keluarga”. Salah satu

kegiatan yang dilakukan dalam mendukung salah satu dari 12 Indikator Keluarga

Sehat yaitu meningkatkan penyediaan dan pemanfaatan buku KIA. Dalam hal

meningkatkan penyediaan dan pemanfaatan buku KIA, Kementerian Kesehatan


23

melalui Direktorat Kesehatan Keluarga menggagas program Kelas Ibu, yang mana

Kelas Ibu tersebut dibagi menjadi Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita. 31

Agar sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien,

maka dilakukan upaya-upaya terintegrasi yang sasarannya difokuskan kepada

keluarga, dengan dihidupkannya kembali “Pendekatan Keluarga”. Salah satu

kegiatan yang dilakukan dalam mendukung salah satu dari 12 Indikator Keluarga

Sehat yaitu meningkatkan penyediaan dan pemanfaatan buku KIA.

Dalam hal meningkatkan penyediaan dan pemanfaatan buku KIA,

Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Kesehatan Keluarga menggagas

program Kelas Ibu, yang mana Kelas Ibu tersebut dibagi menjadi Kelas Ibu Hamil

dan Kelas Ibu Balita. Tujuan dari pelaksanaan kelas ibu yaitu, meningkatkan

pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu tentang kesehatan ibu hamil,

bersalin dan nifas serta tumbuh kembang balita yg optimal, sehingga output yang

didapatkan pada akhir sesi yaitu adanya perkembangan pengetahuan peserta

terkait kesehatan dan adanya perubahan perilaku kesehatan ke arah yang lebih

baik.

Peserta dari kelas ibu hamil sebaiknya ibu hamil dengan umur kehamilan 20

s/d 32 minggu, karena pada umur kehamilan ini kondisi ibu sudah kuat, tidak

takut terjadi keguguran, efektif untuk melakukan senam hamil. Jumlah peserta

kelas ibu hamil maksimal sebanyak 10 orang setiap kelas. Suami atau keluarga

diikut sertakan minimal satu kali pertemuan sehingga dapat mengikuti berbagai

31
Kemenkes.20017.Kelas Ibu, http://kesmas.kemkes.go.id/portal/konten/~rilis-berita/010615- kelas-ibu (diakses tanggal
15 September 20119)
materi yang penting, misalnya materi tentang persiapan persalinan atau materi

yang lainnya.

1. Definisi kelas ibu hamil

Kelas Ibu Hamil ini merupakan sarana untuk belajar bersama tentang

kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai

kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi

baru lahir, mitos, penyakit menular dan akte kelahiran.

Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur

kehamilan antara 20 minggu s/d 32 minggu dengan jumlah peserta maksimal 10

orang. Di kelas ini ibu-ibu hamil akan belajar bersama, diskusi dan tukar

pengalaman tentang kesehatan Ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh dan

sistimatis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan berkesinambungan. Kelas

ibu hamil difasilitasi oleh bidan/tenaga kesehatan dengan menggunakan paket

Kelas Ibu Hamil yaitu Buku KIA, Flip chart (lembar balik), Pedoman Pelaksanaan

Kelas Ibu Hamil, Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil dan Buku senam Ibu

Hamil.

2. Tujuan kelas ibu hamil

Adapun tujuan dari kelas ibu hamil adalah sebagai berikut :

a. Tujuan umum :

Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami

tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan

kehamilan, persalinan, perawatan nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru


25

lahir, mitos atau kepercayaan serta adat istiadat setempat, penyakit menular

seksual da n pentingnya akte kelahiran.

a. Tujuan khusus :

Meningkatkan pemahaman atau pengetahuan , sikap dan perilaku ibu

hamil tentang : kehamilan, perubahan pada tubuh seorang wanita dan keluhan saat

hamil dan bagaimana cara untuk mengatasinya, apa saja yang harus dilakukan ibu

hamil, pemenuhan dan pengaturan gizi untuk ibu hamil termasuk pemberian

tablet tambah darah (Fe) yang bertujuan untuk penanggulangan anemia. Tujuan

khusus lainnya dari kelas ibu hamil adalah sebagai berikut :

a) Perawatan kehamilan meliputi kesiapan psikologis menghadapi kehamilan,

bagaimana hubungan suami isteri selama kehamilan, obat-obatan yang aman

dan tidak aman dikonsumsi oleh ibu hamil, tanda bahaya kehamilan, serta

perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi ( P4K ).

b) Persalinan meliputi tanda-tanda persalinan, tanda bahaya persalinan dan

bagaimana proses persalinan dan perawatan nifas, tanda-tanda bahaya dan

penyakit ibu nifas serta KB pasca persalinan.

c) Perawatan bayi baru lahir temasuk pengetahuan tentang pentingnya pemberian

vitamin K injeksi, pemberian HB 0, tanda bahaya bayi baru lahir, pengamatan

perkembangan bayi/anak dan pemberian imunisasi dasar pada bayi.

d) Mitos atau kepercayaan, adat istiadat setempat yang berkaitan dengan

kesehatan ibu dan anak, penyakit menular yang ditularkan secara seksual,

pencegahan serta penanganan malaria pada ibu hamil untuk daerah endemis
malaria. 32

3. Sintesa kelas ibu hamil

Kelas ibu hamil adalah merupakan sarana untuk belajar bersama bagi ibu

hamil dengan umur kehamilan antara 20 sampai dengan 32 minggu dengan

jumlah peserta maksimal 10 orang, membahas tentang kesehatan dalam bentuk

tatap muka sebanyak 3 kali pertemuan, dipandu atau difasilitasi oleh tenaga

kesehatan yang terlatih, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, persalinan, perawatan nifas dan KB,

perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular seksual dan akte kelahiran. 

D. Dukungan keluarga

Salah satu ciri khas kehidupan manusia adalah hubungan interpersonal yang

merupakan kodrat bahwa manusia adalah mahluk monodualis yang memiliki sifat

seseorang dan sosial. Dalam banyak hal, seseorang memerlukan keberadaan orang

lain untuk saling memberi perhatian, membatu, mendukung dan bekerja sama

dalam menghadapi tangtangan kehidupan. Bantuan sekelompok atau seseorang

terhadap seseorang atau kelompok lain disebut dengan dukungan sosial.

Dukungan sosial merupakan sumber eksternal yang dapat membantu

seseorang membantu seseorang mengatasi suatu permasalahan. Dukungan sosial

dapat menjelaskan mengapa sebagian orang bisa atau mampu mengatasi masalah

lebih baik jika dibandingkan dengan orang lain, ketika dihadapkan pada masalah

atau kondisi strees yang sama.

32
Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. 2009.Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu
Hamil.Jakarta
27

1. Definisi dukungan keluarga

Definisi dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan yang diterima

seseorang dari orang lain, yaitu dari lingkungan sosial seperti orang-orang dekat,

termasuk anggota keluarga, orang tua dan teman. Dukungan keluarga merupakan

sumber daya sosial yang dapat membantu seseorang dalam menghadapi suatu

kejadian menekan. Siegel mengemukakan bahwa dukungan keluarga atau

dukungan sosial adalah informasi yang disampaikan oleh seseorang ke orang lain

bahwa ia dicintai, diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan

bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. 33

Istilah dukungan diartikan sebagai bantuan yang diterima seseorang dari

orang lain, yaitu dari lingkungan sosial seperti orang-orang dekat, termasuk

anggota keluarga, orang tua dan teman. 34

Menurut Sarason tentang dukungan keluarga pada umumnya merupakan

turunan dari dukungan sosial, dukungan orang tua (keluarga) termasuk dukungan

sosial dimana pengertian dukungan sosial yaitu dukungan yang terdiri dari

informasi baik atau nasihat yang disampaikan baik secara verbal maupun non

verbal,berupa bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh kedekatan sosial,

didapat karena kehadiran orang yang mendukung, terkait dengan hal-hal yang

bermanfaat baik secara emosional maupun efek perilaku penerima, yang akan

merasa dipedulikan, dihargai dan dicintai. 35

33
Asmuji, Dian. 2014. Buku Ajar Keperawatan. Yogyakarta : Ar-Ruzz media
34
Kamus Besar Bahasa Indonesia. KBBI. (online). [cited 2017 Maret 29. Available from: http://kbbi.web.id/keluarga.
35
Mahmud D. 2010. Hubungan Dukungan Keluarga Dan Religius Dengan Kecemasan Melahirkan Pada Ibu Hamil Anak
Pertama. UINKLT. 2010 maret;(1).)
Dari pemaparan definisi yang telah disampaikan dapat disimpulkan bahwa

dukungan keluarga merupakan ketersedian sumber daya yang memberikan

kenyamanan secara fisik dan psikologis bahwa indidvidu tersebut merasa dicintai,

diperhatikan dan dihargai oleh orang lain yang juga merupakan anggota dalam

suatu kelompok berdasarkan kepentingan bersama. 36

Sebagian besar orang tidak mampu untuk menyelesaikan masalahnya sendiri,

untuk itu mereka memerlukan bantuan dari orang lain. Berdasarkan hasil

penelitian bahwa dukungan sosial merupakam faktor yang penting dalam

menyelesaikan masalah seseorang. 37

2. Bentuk dukungan

Ada lima bentuk dukungan keluarga sebagai berikut :

a. Dukungan instrumental

Merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan atau

bantuan secara langsung, antara lain pinjaman berupa uang, pemberian benda atau

barang-barang, makanan, serta bentuk pelayanan seperti membantu membawakan

barang, membantu menyebrang jalan dan lain-lain. Bentuk dukungan ini ini dapat

mengurangi strees karena seseorang dapat langsung memecahkan masalahnya

yang berhubungan dengan materi. Dukungan instrumental sangat diperlukan

terutama dalam mengatasi masalah dengan lebih mudah.

b. Dukungan informasi
Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi atau penjelasan terkait
sesuatu yang menjadi masalah bagi seseorang, pemberian masukan, atau umpan

36
Asmuji, Dian.Op cit., 2014
37
Nursalam,dkk.2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinveksi HIV/AIDS Jakarta: Salemba Mediaka
29

balik tentang situasi dan kondisi seseorang. Jenis informasi seperti ini dapat

menolong seseorang mengenali mengatasi masalah dengan lebih mudah.

c. Dukungan emosional

Bentuk dukungan seperti ini dapat membuat seseorang memiliki perasaan

nyaman, yakin, dipedulikan, dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga

seseorang dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini sangat

penting dalam menghadapi keadan yang dianggap tidak dikontrol.

d. Dukungan pada harga diri

Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif dari seseorang, pemberian

semangat, persetujuan pada pendapat yang dikemukakana oleh seseorang,

perbandingan yang positif pada oranga lain. Bentuk dukungan ini akan membantu

seseorang dalam membangun harga diri dan kompetensi.

e. Dukungan dari kelompok sosial

Bentuk dukungan ini merupakan bantuan untuk merasakan bahwa anggota

dari suatau kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial yang

sama denganya, sehingga seseorang tersebut akan merasa memiliki nasib yang

sama. 38

3. Jenis dukungan keluarga

Sementara itu ada tiga jenis dukungan keluarga yang dikemukakan oleh Gallo

dan Reichel yaitu :

38
Dewi, M.S.2014. Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Frekuensi Kunjungan ANC Pada Komunitas Ibu Slum Area
Kota Tangerang. Banten. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta
a. Dukungan fisiologis

Dukungan fisiologis merupakan dukungan yang dilakukan dalam bentuk

pertolongan pertolongan dalam aktivitas sehari-hari yang mendasar seperti dalam

hal mandi, menyiapkan makanan dan memeperhatikan gizi, tolleting,

menyediakan tempat tertentu atau ruangan khusus, merawat seseorang bila sakit,

membantu kegiatan fisik sesuai kemampuan,seperti senam, menciptakan

lingkungan yang aman, dan lain-lain.

b. Dukungan psikologis

Dukungan psikologis adalah dukungan yang ditunjukan dengan memberikan

perhatian dan kasih sayang kepada anggota keluarga, memberikan rasa aman

membantu menyadari, dan memahami tentang identitas. Selain itu meminta

pendapat ataupun melakukan suatu diskusi, meluangkan waktu untuk berbincang-

bincang menjaga komunikasi yang baik seperti cara menyampaikannya, tata

bahasa, intonasi, suara yang jelas, dan sebagainya. 39

c. Dukungan sosial

Dukungan sosial diberikan dengan cara menyarankan seseorang untuk

mengikuti kegiatan spiritual seperti pengajian, pekumpulan arisan, memeberikan

kesempatan untuk memilih fasilitas kesehatan sesuai keinginan sendiri, tetap

menjaga interaksi dengan orang lain, dan memperhatikan norma-norma yang

berlaku.

4. Sumber dukungan keluarga

Dukungan keluarga banyak yang diperoleh seseorang dari lingkungan di

sekitarnya. Tapi penting untuk diketahui seberapa banyak sumber dukungan ini
39
Ibid,Dewi, M.S. 2014.
31

efektif bagi seseorang yang memerlukan. Sumber dukungan keluarga merupakan

aspek yang paling penting untuk diketahui dan dipahami. Dengan pengetahuan

dan pemahaman tersebut, seseorang akan tahu kepada siapa ia akan mendapatkan

dukungan sesuai dengan situasi dan keinginanya secara khusus sehingga

dukungan sosial memiliki makna yang berarti bagi kedua belah pihak.

Dari definisi definisi tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa sumber

dukungan dari keluarga antara lain adalah suami-isteri, orang tua, saudara, anak,

kerabat, teman, rekan kerja, dan staf medis serta anggota kelompok

kemasyarakatan. 40

Menurut Gallo dan Reichel terdapat tiga komponen sumber dukungan, yaitu

sebagai berikut:

a. Sistem pendukung informal meliputi keluarga dan teman-teman Sistem

pendukung formal meliputi tim keamanan sosial setempat, program-program

medikasi, dan kesejahtraan sosial.

b. Sistem semi formal meliputi bantuan-bantuan dan interaksi sosial yang


disediakan oleh organisasi lingkungan sosial sekitar tingkat ekonomi
seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang
dirasakan. Sehingga ia akan segara mencari pertolongan ketika merasa ada
gangguan pada kesehatanya.2.4.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi
dukungan keluarga

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

Faktor- factor yang mempengaruhi dukungan keluarga menurut Purnawarman

(2008) adalah sebagai berikut :


40
Asmuji,Op cit. 2014
a. Faktor internal

1). Tahap perkembangan

Dukungan ditentukan oleh faktor usia yang dalam hal ini merupakan

pertumbuhan dan perkembangan, artinya setiap rentang usia mempunyai

pemahaman dan respon yang berbeda-beda terhadap perubahan atau

kondisi kesehatan.

2). Pendidikan atau tingkat pendidikan

Keyakinan seseorang terhadaap adanya dukungan terbentuk oleh variabel

intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan

pengalaman di masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara

berpikir seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor

yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan

tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.

3). Faktor emosi

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya

dukungan dan cara melaksanakanya. Bagaimana cara seseorang

merespon keadaan sakitnya, tergantung bagaimana orang tersebut dalam

tiap fase kehidupanya. Pada orang yang cenderung stress, maka ia akan

merespon kondisi sakit dengan cara mengkhawatirkanya, sedangkan pada

orang yang cenderung tenang, memiliki respon yang kecil terhadap

kondisi saat dia sedang sakit.

4). Faktor spiritual


33

Aspek ini dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani

kehidupannya, meliputi akan tata nilai dan keyakinan yang

dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman serta kemampuan

mencari harapan dan arti dalam hidup.

b. Faktor eksternal

1). Praktik di keluarga

Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya

mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatanya.

2). Faktor sosial ekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya

penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan

bereaksi terhadap penyakit nya. Variabel psikososial mencakup:

stabilitis perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan kerja nya.

Seseorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari

kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan seseorang

antara lain tentang kesehatan dan cara pelaksanaanya. Semakin tinggi

3). Latar belakang budaya


Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasan

seseorang dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan

kesehatan pribadi. 41

6. Dampak dukungan keluarga

Dukungan dari keluarga akan memberikan kenyamanan secara fisik dan

psikologis kepada seseorang dapat dilihat dari bagaimana dukungan sosial

mempengaruhi kejadian dan efek stres. Dukungan keluarga juga dapat mengubah

respon seseorang pada kejadian yang dapat menimbulkan stress, dan stress itu

sendiri mempengaruhi strategi untuk mengatasi stress dan dengan begitu

memodifikasi hubungan antara kejadian yang menimbulkan stress mengganggu

kepercayaan diri, dukungan sosial dapat memodifikasi efek itu.

Dukungan keluarga ternyata tidak hanya memberikan efek positif dalam

mempengaruhi kejadian dan efek stress. Terdapat beberapa contoh efek negatif

yang ditimbulkan dari dukungan sosial, antara lain sebagai berikut :

1) Dukungan yang ada tidak dibutuhkan, hal ini dapat terjadi karena secara

emosional seseorang tidak terlalu khawatir terhadap masalah yang sedang

dihadapi sehingga tidak memperhatikan dukungan yg diberikan.

2) Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan seseorang.

3) Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada seseorang, seperti

menyarankan atau melakukan perilaku yang tidak sehat.

4) Terlalu menjaga atau tidak mendukung seseorang dalam melakukan sesuatu

yang tidak diinginkanya. Keadaan ini dapat menggangu program rehabilitas

41
Indriyani D.2003. Aplikasi Konsep &Teori Keperawatan Maternitas Postpartum Dengan Kematian Janin Yogyakarta :
Ar-Ruzz Media.
35

yang seharus nya dilakukan oleh seseorang dan menyebabkan seseorang

menjadi tergantung pada orang lain. 42

Hasil penlitian Ratna Juwita pada tahun 2018 lebih dari 50 % ibu hamil tidak

mendapatkan dukungan dari keluarga/suami untuk mengonsumsi tablet Fe

terdapat hubungan yang bermakna antara konseling dan dukungan keluarga/suami

dengan tingkat kepatuhan mengonsumsi tablet Fe pada ibu hamil. 43

7. Sintesa dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah segala sesuatu yang bisa memberikan kenyamanan

baik secara fisik maupun psikologis dengan cara memberi dukungan dari anggota

keluarga kepada ibu hamil, baik dukungan instrumental, dukungan informasi,

dukungan emosional, terkait konsumsi tablet Fe bagi ibu hamil.

42
Asmuji,Op cit. 2014
43
Juwita, Ratna. 2018. “Hubungan Konseling Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Ibu Hamil Mengonsumsi
Tablet Fe.”
E. Kerangka teori

Untuk menjawab pertanyaan penelitian dan ringkasan dari tinjauan pustaka

yang digunakan untuk mengidentifikasi variabel yang akan diteliti, maka

dibuatlah kerangka teori yang akan dikembangkan dalam kerangka konsep

penelitian.

Faktor Predisposisi
Pengetahuan
Sikap
Kepercayaan
Keyakinan
Nila-nilai, dsb

Faktor Pendukung
Fasilitas
Perilaku
Sarana Kesehatan

Faktor Penguat :
Sikap dan perilaku petugas
kesehatan
Sikap dan perilaku tokoh
masyarakat
Petugas lainnya

Gambar 3.1.
Kerangka Teori
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku manusia menurut
Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010)

36
37

Green tahun 1980 menganalisis bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh faktor utama yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor

di luar perilaku (nonbehaviour causes), selanjutnya perilaku itu sendiri dilator

belakangi atau dibentuk oleh tiga faktor yang terdiri dari faktor predisposisi,

faktor pendukung dan faktor penguat dengan uraian sebagai berikut :

1) Faktor predisposisi ; dapat dikatakan sebagai preferensi pribadi yang

terdapatpada seseorang, kelompok atau masyarakat ke dalam suatu pengalaman

belajar, preferensi ini mungkin merupakan pendukung atau penghambat suatu

perilaku kesehatan. Faktor predisposisi terwujud dalam pengetahuan,sikap,

keyakinan, nilai tradisi dan sebagainya.

2) Faktor pendukung : faktor yang meliputi berbagai keterampilan dan sumber

daya yang mendukung terciptanya perilaku kesehatan. Hal ini terwujud dalam

lingkungan fisik, atau setidaknya fasilitas atas sarana kesehatan misalnya

puskesmas, alat-alat kesehatan, ketersediaan obat dan sebagainya.

3) Faktor penguat : faktor yang menentukan suatu tindakan memperoleh

dukungan atau tidaknya, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas

kesehatan, petugas lainnya, orang tua atau anggota keluarga yang merupakan

referensi dari perilaku insdividu, keluarga atau masyarakat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku kesehatan seseorang,

kelompok atau masyarakat ditentukan oleh pendidikan, pengetahuan, sikap,

tradisi, kepercayaan sistem nilai yang dianut, sosial ekonomi yang

memungkinkan atau memiliki kecenderungan dalam berperilaku kesehatan.


Selain itu ada faktor lain seperti ketersediaan sarana prasarana, seperti kelas

ibu hamil dan sumber informasi yang didapat melalui berbagai media seperti

halnya konseling, penyuluhan merupakan faktor yang mendukung untuk

terjadinya suatu perilaku, selain itu ada faktor penguat yang mendasari seseorang

untuk berperilaku antara lain sikap dan perilaku tokoh masyarakat yang

merupakan public figure, sikap dan perilaku tokoh agama, sikap dan perilaku

petugas kesehatan, dan dukungan sosial serta dukungan dari keluarga.

Selain teori yang disampaikan oleh Green, tim kerja WHO pada tahun 1984

menyampaikan analisis terkait perilaku seseorang disebabkan karena adanya

empat alasan pokok yaitu :

1) Pemikiran dan perasaan (troughst and Feeling) yang terdiri dari bentuk

pengetahuan, persepsi,sikap,kepercayaan dan penilain seseorang terhadap suatu

objek, yang dimaksud objek ini adalah kesehatan.

2) Orang penting sebagai referensi, adalah orang yang dianggap sebagai referensi

(reference group) antara lain tokoh masyarakat atau agama , guru, petugas

kesehatan, kepala desa, orang tua atau orang yang dituakan dan sebagainya.

3) Sumber-sumber daya yang meliputi uang, waktu, tenaga, obat-obatan, alat-alat

kesehatan, gedung fasilitas layanan kesehatan dan lain-lain.

4) Kebudayaan suatu masyarakat yang dihasilkan dari perilaku normal, kebiasaan,

nilai-nilai dan menjadi suatu pola hidup. Kebudayaan dihasilkan dalam waktu

yang lama sebagai dari kehidupan bersama suatu masyarakat.

Disimpulkan bahwa perilaku kesehatan menurut WHO adalah perilaku

seseorang atau masyarakat ditentukan fungsi dari pemikiran dan perasaan


39

seseorang, adanya orang lain yang dijadikan referensi, adanya sumber-sumber,

fasilitas dan kebudayaan. Sebagai contoh, seorang ibu hamil yang merasa sehat

dan berpikir bahwa makanan yang dikonsumsi sudah cukup memberikan asupan

gizi, sehingga dia berpikir tidak perlu minum tablet Fe, terlebih lagi bila keluarga

terdekatnya tidak memberi informasi atau dorongan untuk minum tablet Fe

selama kehamilan itu adalah sesuatu yang penting dan harus buat ibu hamil.

Selain teori Green dan WHO, Snehandu B. Kar tahun 1974 mengemukakan

bahwa perilaku seseorang merupakan fungsi dari :

1) Adanya minat-minat seseorang yang berhubungan dengan kepentingan

pribadinya.

2) Adanya dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya.

3) Ada tidaknya informasi tentang kesehatan.

4) Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil keputusan

atau tindakan.

5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak.

Disimpulkan bahwa perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat ditentukan

oleh niat seseorang terhadap objek kesehatan, ada tidaknya dukungan dari

masyarakat sekitarnya, ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan, kebebasan

individu untuk mengambil keputusan dan situasi yang memungkinkan seseorang

untuk bertindak atau berperilaku kesehatan. Sebagai contoh seseorang memang

tidak berniat untuk mengonsumsi tablet Fe karena memang tidak ada minat atau
barangkali mungkin karena tidak ada dukungan dari keluarga atau mungkin

karena dia tidak mendapatkan informasi yang jelas. 44

F. Kerangka konsep

Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk dari generalisasi dari hal- hal

yang khusus, oleh karena itu konsep merupakan abstraksi maka konsep tidak

dapat langsung diamati melalui variabel.

Kerangka konsep terdiri dari variabel independen dan dependen, pada

penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah konseling, kelas ibu hamil

dan dukungan keluarga, sedangkan sebagai variabel dependen adalah perilaku

kepatuhan minun tablet Fe pada ibu hamil trimester III. Kerangka konsep

diharapkan akan memberikan gambaran dan mengarahkan asumsi mengenai hal

yang akan diteliti, kerangka konsep memberikan petunjuk kepada dalam

merumuskan masalah penelitian.

Variabel Independen Variabel dependen

Konseling

Kepatuhan Minum
Kelas Ibu Hamil Tablet Fe pada
Ibu Hamil Trimester III

Dukungan keluarga

Gambar 3.2
Kerangka Konsep Penelitian

44
Notoatmodjo,S. Pengantar Pendididkan Dan Ilmu Perilaku Kesehatan.Rineka Cipta.Jakarta.1993.
41

G. Kerangka Analisis

(X1)

(X2) (Y)

(X3)

Gambar 3.3
Kerangka Analisis Penelitian

Keterangan :

X1 : Konseling

X2 : Kelas Ibu Hamil

X3 : Dukungan Keluarga

Y : Kepatuhan Minun Tablet Fe Pada Ibu Hamil Trimester III.

H. Hipotesis penelitian

1. Ada hubungan antara konseling dengan kepatuhan minum tablet Fe pada ibu

hamil trimester III di Puskesmas Gekbrong Kabupaten Cianjur tahun 2022.

2. Ada hubungan antara kelas ibu hamil dengan kepatuhan minum tablet Fe pada

ibu hamil trimester III di Puskesmas Gekbrong Kabupaten Cianjur tahun 2022.
3. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum tablet Fe

pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Gekbrong Kabupaten Cianjur tahun

2022.

BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT
A. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan konseling, kelas ibu hamil dan dukungan

keluarga dengan kepatuhan minum tablet Fe pada ibu hamil trimester III

di Puskesmas Gekbrong Kabupaten Cianjur tahun 2022 .

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui hubungan konseling dengan kepatuhan minum tablet Fe

pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Gekbrong Kabupaten

Cianjur tahun 2022.

b. Mengetahui hubungan kelas ibu hamil dengan kepatuhan minum tablet

Fe pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Gekbrong Kabupaten

Cianjur tahun 2022.

c. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum

tablet Fe pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Gekbrong

Kabupaten Cianjur tahun 2022.


43

B. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam

mengembangkan dan menyempurnakan teori yang sudah ada terkait

dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum tablet

Fe pada ibu hamil.

2. Manfaat metodologi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang

komprehensif dan sistematik tentang metode penelitian yang digunakan

sehingga dapat menjawab pertanyaan dan tujuan penelitian.

3. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

pihak- pihak yang terkait, antara lain :

a. Institusi Dinas Kesehatan

Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi atau monitoring dalam

pelaksanaan program kesehatan ibu khususnya terkait dengan program

pemberian tablet Fe dan kelas ibu hamil dan dijadikan sebagai bahan

dalam menyusun perencanaan program kesehatan ibu.

b. Puskesmas

Memberikan masukan tentang kualitas pelayanan yang diberikan oleh

bidan terutama dalam memberikan informasi atau konseling khususnya

tentang tablet Fe bagi ibu hamil dan pelaksanaan kelas ibu hamil
sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam membuat kebijakan dan

perencanaan program untuk ibu hamil.

c. Petugas kesehatan

Diharapkan dapat memberikan masukan agar dalam pelaksanaan

program harus sesuai dengan petunjuk pelaksanaan atau petunjuk

teknis agar hasil kegiatan sesuai dengan tujuan.

d. Peneliti

Dapat memberikan wawasan serta dapat dijadikan referensi atau bahan

acuan untuk penelitian selanjutnya.

e. Ibu hamil

Diharapkan dapat memberikan wawasan atau pengetahuan ibu hamil

tentang pentingnya tablet Fe dalam pencegahan anemia pada

kehamilan serta mengetahui bahaya anemia pada ibu hamil serta

bahaya atau akibat untuk bayi yang dikandungnya.


45

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan cara sistematis yang digunakan untuk

memperoleh jawaban dari pertanyaan penelitian.Penelitian ini menggunakan

desain penelitian cros sectional, sehingga yang termasuk dalam variabel

terikat dan variabel bebas diobservasi pada saat yang bersamaan. Studi ini

bertujuan untuk melihat hubungan antara konseling, kelas ibu hamil dan

dukungan keluarga sebagai variabel bebas dengan kepatuhan minum tablet Fe

pada ibu hamil trimester III sebagai variabel terikat. 45

4.2 Prosedur dan Tahap Penelitian

4.2.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Gekbrong

Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur pada Bulan Desember 2022.

4.2.2 Populasi dan sampel

a. Populasi
45
Notoatmodjo,S. Metodologi Penelitian Kesehatan.Rineka Cipta.Jakarta.2012
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi dari penelitian ini adalah ibu hamil dengan

umur kehamilan 28-40 minggu yang berstatus sebagai penduduk

Kecamatan Gekbrong di wilayah kerja Puskesmas Gekbrong

Kabupaten Cianjur pada bulan Desember tahun 2022 sebanyak 242

ibu hamil.

b. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil dengan umur

kehamilan 28-40 minggu , yang tercatat pada buku kohort ibu, baik

yang mempunyai buku KIA maupun tidak, dengan jumlah

responden sebanyak 242 yang merupakan total sampel. Tehnik

yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan total

sampling, yang merupakan tehnik pengambilan sampel dimana

jumlah sampel sama dengan jumlah populasi dalam penelitian. 46,47

Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasi

yang diinginkan peneliti, maka sebelum dilakukan pengambilan

sampel perlu ditentukan kriteria inklusi dan ekslusi. Peneliti telah

menentukan kriteria untuk sampel yang akan diteliti, meliputi :

a. Kriteria Inklusi

46
Ibid, Notoatmodjo,S.2012
47
Sabri,L dkk. Aplikasi Survey Cepat. FKM UI, Pudakes.DepKes.Jakarta.1996
47

Kriteria inklusi adalah variabel dengan ciri-ciri yang perlu

dipenuhi oleh anggota populasi yang dijadikan sampel dalam

penelitian ini, yaitu :

1. Ibu hamil merupakan penduduk Kecamatan Gekbrong

Kabupaten Cianjur yang merupakan wilayah kerja dari

Puskesmas Gekbrong Kabupaten Cianjur.

2. Ibu hamil trimester III adalah ibu hamil dengan umur

kehamilan 28-40 minggu.

3. Memiliki atau tidak memiliki buku KIA.

4. Bersedia jadi responden

5. Hadir pada saat wawancara.

b. Kriteria Non Inklusi

Kriteria non inklusi adalah kriteria yang tidak termasuk dalam

penelitian ini atau responden yang tidak termasuk dalam ciri-

ciri kriteria inklusi, sehingga responden tersebut tidak dijadikan

sebagai sampel dalam penelitian ini .

c. Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi adalah variabel dengan ciri-ciri yang yang tidak

dapat dijadikan sebagai sampel, yaitu :

1. Ibu hamil yang tidak hadir saat penelitian

2. Ibu hamil yang tidak bersedia dijadikan responden


4.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuesioner kepada

responden, alat bantu dan instrument berupa angket pertanyaan - pertanyaan

tentang variabel kepatuhan, konseling, kelas ibu hamil dan dukungan keluarga

pada ibu hamil trimester III. 48

4.4 Definisi Operasional

Tabel. 3.1
Definisi variabel, definisi konsep,definisi operasional dan pengukuran

No Variabel Definisi Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Skala


Konsep Operasiona Ukur
l

1. Kepatuhan Kepatuhan Kepatuhan Kuesioner Wawancara 1= Nominal


minum adalah adalah ibu hamil Patuh,
tablet Fe tingkat trimester III jika
pada ibu seseorang (28-40 mg) minum ≥
hamil atau individu telah 90 tablet
Trimester dalam mengonsu Fe,
III melaksanaka msi tablet 1tablet
n cara atau Fe minimal setiap
perilaku 90 tablet hari
sesuai yang
dengan diminum 0 = Tidak
petunjuk atau satu tablet patuh
saran dari setiap jika
tenaga medis harinya. minum <
atau praktisi 90 tablet
kesehatan Fe, tidak
lainnya, setiap
tentang hari
penggunaan diminum
obat sesuai
dengan
petunjuk
pada resep
serta
mencakup
penggunaann
ya pada
waktu yang

48
Sabri,L. Biostatistik dan Statistik Kesehatan. FKM Universitas Indonesia. Jakarta. 1999
49

benar

2 Konseling Konseling Ibu hamil Kuesioner Wawancara 1= Ordinal


merupakan mendapat Mendapat
hubungan informasi konseling
profesional dari tenaga jika
dilakukan kesehatan menjawab
untuk tentang ≥3
membantu mengonsu pertanyaan
pengertian msi tablet dengan
klien Fe sesuai “Ya” ( ≥
menjernihkan aturan 80 %) dari
dan 5
memperjelas pertanyaan
pendapatnya yang di
agar bisa tanyakan.
menentukan
pilihan yang 0 = Tidak
berguna bagi mendapat
dirinya konseling
jika
menjawab
<3
pertanyaa
n dengan
“Tidak”
(< 80%)
dari 5
pertanyaa
n yang di
tanyakan .

3 Kelas ibu Kegiatan Kelas ibu Kuesioner Wawancara 1= Pernah Ordinal


hamil belajar hamil mengikuti
bersama, adalah kelas ibu
hamil
diskusi, dan kelompok
miniml 1
tukar belajar ibu kali
pengalaman hamil
tentang dengan 0 = Tidak
kesehatan ibu umur pernah
dan anak kehamilan mengikuti
secara antara 20 kelas ibu
menyeluruh, minggu s/d hamil
sistematis, 32 minggu
terjadwal, dan dengan
berkesinambu jumlah
ngan bagi ibu peserta
hamil. maksimal
10 orang.
Dilaksanaka
n sebanyak
3 kali
pertemuan
4 Dukungan Dukungan Dukungan Kuesioner Wawancara 1= Ordinal
keluarga keluarga yang Mendapat
merupakan diberikan dukungan
keluarga
ketersedian keluarga
jika
sumber daya kepada ibu menjawab
yang hamil baik ≥3
memberikan dukungan pertanyaa
kenyamanan instrumental n dengan
secara fisik , informasi, “Ya” ( ≥
dan psikologis emosional 80 %) dari
5
bahwa dan
pertanyaa
indidvidu penilaian n yang di
tersebut terkait tanyakan.
merasa konsumsi
dicintai, tablet Fe. 0 = Tidak
diperhatikan mendapat
dan dihargai dukungan
keluarga
oleh orang
jika
lain yang juga menjawab
merupakan <3
anggota dalam pertanyaan
suatu dengan
kelompok “Tidak” (<
80%) dari
berdasarkan
5
kepentingan pertanyaan
bersama

4.5 Teknik Pengumpulan Data

a. Permohonan surat izin kepada bagian Akademik Universitas Indonesia

maju melalui portal mahasiswa.

b. Permohonan izin kepada kepala Puskesmas Kecamatan Gekbrong

c. Peneliti melakukan uji etik penelitian UIMA

d. Peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas

e. Peneliti menyerahkan hasil uji validitas dan reliabilitas kepada dosen

pembimbing.
51

f. Setelah mendapat ijin dari Puskesmas kecamatan Gekbrong peneliti

membawa surat tersebut kemudian peneliti turun ke lapangan untuk

penelitian kepada responden

g. Peneliti menjelaskan maksud serta tujuan dilakukan penelitian ini

kepada tempat penelitian

h. Peneliti memperkenalkan diri kepada calon responden serta

menunjukan surat izin penelitian.

i. Peneliti menjelaskan tentang maksud dan tujuan dari penelitian kepada

responden serta meminta persetujuan dan tanda tangan informed

consent.

j. Responden mengisi kuisioner, peneliti dapat berada disamping

reponden jika didapatkan adanya pertanyaan yang tidak dimengerti oleh

responden maka peneliti bisa langsung menjawab dan menjelaskannya.

k. Setelah kuisioner diisi lalu di kumpulkan, apa bila ada kuisioner yang

tidak lengkap maka dapat dilengkapi secara langsung. Apabila sudah

selesai dan lengkap terisi pertemuan dapat diakhiri dan peneliti

mengucapkan terima kasih atas partisipasi responden dalam proses

penelitiannya.

4.6 Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen

Pengujian validitas dan reliabilitas instrument menggunakan alat

bantu pengolahan data SPSS versi 26 . Dalam uji coba tersebut


menggunakan rumus Korelasi Pearson Produck Moment . Sedangkan uji

reliabilitas menggunakan internal dengan rumus Cronbach Alpha.

1. Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur yang

digunakan benar-benar mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui

validitas instrument , maka dilakukan pengujian dengan cara korelasi

antar skor masing-masing variabel dengan skor totalnya.

Setelah dilakukan analisis maka didapatkan hasil uji validitas sebagai

berikut :

pengujian validitas dilakukan dengan metode korelasi product

moment dari Pearson, pengujian dilakukan dengan melihat angka

koefisien korelasi (rxy) yang menyatakan hubungan antara skor

pertanyaan dengan skor total (item-total correlation), sementara untuk

mengetahui validitas dan reliabilitas yaitu dengan cara membandingkan

dengan tabel R karena pada studi pendahuluan ini diuji cobakan pada 20

responden maka diketahui jumlah sampel (20) - 2 = 18 R tabel pada DF

18 dengan probabilitas 0,05 adalah 0,468.

Kemudian reliabelitas diartikan sebagai sesuatu hal yang dapat

dipercaya atau keadaan dapat dipercaya, dalam analisis statistic uji

reliabelitas berfungsi untuk mengetahui tingkat konsistensi suatu angket

atau item pertanyaan sehingga dapat digunakan untuk mengukur variabel

penelitian.
53

Uji reliabelitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap

seluruh butir atau item pertanyaan dalam angket (kuisioner) penelitian.

Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas Kepatuhan Minum Tablet Fe

R hitung R tabel Keterangan


No Pertanyaan
Variabel uji kepatuhan minum tablet fe
1 0.861 0.468 Valid

Dari tabel 4.1 mengenai pertanyaan tentang kepatuhan minum

tablet Fe dengan jumlah pertanyaan 1 (satu) soal instrument tentang

kepatuhan minum tablet Fe dinyatakan valid karena nilai corrected item-

total correlation yaitu 0,861 > R tabel 0,468

Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas Konseling

Nilai Croncbach’s R hitung R tabel Keterangan


No alpa if item deleted
Pertanyaan Konseling
1 0,992 0,987 0,468 Valid
2 0,992 0,987 0,468 Valid
3 0,992 0,987 0,468 Valid
4 0,994 0,861 0,468 Valid
5 0,994 0,861 0,468 Valid

Dari tabel 4.2 mengenai hasil uji pertanyaan validitas konseling dengan jumlah

pertanyaan 5 (lima) soal instrument tentang konseling dinyatakan valid karena nilai

corrected item-total correlation untuk pertanyaan 1 (satu) sampai dengan 5 (lima)

mempunyai nilai yaitu 0,987, 0,987, 0,987, 0,861 dan 0,861 > R tabel 0,468 diyatakan

valid.

Tabel 4.3
Hasil Uji Validitas Kelas Ibu Hamil
R hitung R tabel Keterangan
No Pertanyaan
Variabel uji kelas ibu hamil
1 0.987 0.468 Valid

Dari tabel 4.3mengenai hasil uji pertanyaan validitas kelas ibu

hamil dengan jumlah pertanyaan 1 (satu) soal instrument dinyatakan valid

karena nilai corrected item-total correlation yaitu 0,987 > R table 0,468

diyatakan valid.

Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas Dukungan Keluarga

R hitung R Tabel Keterangan


No
Pertanyaan Variabel uji validitas dukungan keluarga
1 0.987 0.468 Valid
2 0.987 0.468 Valid
3 0.987 0.468 Valid
4 0.987 0.468 Valid
5 0.987 0.468 Valid

Dari tabel 4.4 mengenai hasil uji pertanyaan validitas kelas dukungan

keluarga dengan jumlah pertanyaan 5 (lima) soal instrument tentang dukungan

keluarga dinyatakan valid karena nilai corrected item-total correlation untuk

pertanyaan 1sampai dengan 5 mempunyai nilai yaitu 0,987 > R tabel 0,468

diyatakan valid, sementara untuk nilai Croncbach’s alpa if item deleted pada

pertanyaan 1 (satu) sampai dengan 5 (5) nilainya 0,992 > R tabel 0,468 berarti

item pertanyaan reliabel.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana hasil

pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau


55

lebih terhadap gejala yang sama dan dengan alat ukur yang sama.

Pengujian reliabilitas dimulai dengan menguji validitas. Jika pertanyaan

tersebut dikatakan valid maka selanjutnya dilakukan pengukuran

reliabilitas secara bersama-sama. Tehnik pengujian yang dilakukan

adalah dengan uji Crombach Alpha.

Keputusan hasil ujinya adalah bila Crombach Alpha ≥ 0,6 maka

variabel tersebut dinyatakan reliabel, namun sebaliknya jika Crombach

Alpha 0,6 maka variabel tersebut dinyatakan tidak reliabel. Pengujian

reliabilitas dimulai dengan melakukan pengujian validitas terlebih

dahulu. Pertanyaan-pertanyaan yang sudah valid kemudian dilakukan

pengukuran reliabilitas secara bersamaan. 49

Tabel 4.5
Hasil Uji Reliabilitas Kepatuhan Minum Tablet Fe

Nilai Croncbach’s alpa if R tabel Keterangan


No Pertanyaan item deleted
Variabel uji kepatuhan minum tablet fe
1 0,994 0,468 Reliabel

Adapun dasar untuk pengambilan keputusan yaitu dengan

membandingkan nilai Croncbach’s alpa if item deleted dengan R tabel

pada tabel 4.5 dapat diketahui nilai Croncbach’s alpa if item deleted 0,994

> R tabel 0,468 ini berarti item pertanyaan kepatuhan minum tablet Fe

reliabel.

Tabel 4.6
Hasil Uji Reliabilitas Konseling

49
Kesehatan, Litbang Kementrian. “Riset Kesehatan Dasar.” Jakarta. 2010.
Nilai Croncbach’s alpa if R Tabel Keterangan
No Pertanyaan item deleted
Konseling
1 0,992 0,468 Reliabel
2 0,992 0,468 Reliabel
3 0,992 0,468 Reliabel
4 0,992 0,468 Reliabel
5 0,992 0,468 Reliabel

Dari tabel 4.6 mengenai hasil uji pertanyaan reliabilitas konseling

dengan jumlah pertanyaan 5 (lima) soal instrument tentang dukungan

keluarga dinyatakan reliabel ini dikarenakan nilai croncbach’s alpa if item

deleted pada pertanyaan 1 (satu) sampai dengan 3 (tiga ) nilainya 0,992 > R

tabel 0,468 dan pertanyaan 4 (empat) sampai dengan 5 (lima) nilainya 0,994 > R

tabel 0,468 berarti item pertanyaan reliabel.

Tabel 4.7
Hasil Uji Reliabilitas Kelas Ibu Hamil

Nilai Croncbach’s alpa if R tabel Keterangan


No Pertanyaan item deleted
Variabel Uji Kelas Ibu Hamil
1 0.992 0.468 Reliabel

Dari tabel 4.7 mengenai pengujian nilai Nilai croncbach’s alpa if

item deleted terhadap item pertanyaan mengenai kelas ibu hamil di

ketahui Adapun dasar untuk pengambilan keputusan yaitu dengan

membandingkan nilai.

Croncbach’s alpa if item deleted dengan R tabel pada tabel 4.6 dapat

diketahui nilai Croncbach’s alpa if item deleted 0,992 > R tabel 0,468 berarti

item pertanyaan reliabel

Tabel 4.8
57

Hasil Reliabilitas Dukungan Keluarga

No Pertanyaan Nilai Croncbach’s alpa if R Tabel Keterangan


item deleted
Dukungan keluarga
1 0,992 0,468 Reliabel
2 0,992 0,468 Reliabel
3 0,992 0,468 Reliabel
4 0,992 0,468 Reliabel
5 0,992 0,468 Reliabel
Dari tabel 4.8 mengenai hasil uji pertanyaan reliabelitas kelas

dukungan keluarga dengan jumlah pertanyaan 5 (lima) soal instrument

tentang dukungan keluarga dinyatakan reliabel ini dikarenakan nilai

Croncbach’s alpa if item deleted pada pertanyaan 1 (satu) sampai dengan 5

(lima) nilainya 0,992 > R tabel 0,468 berarti item pertanyaan reliabel.

4.7 Analisis Data


Analisa data adalah proses penyerderhanaan data ke dalam bentuk

yang lebih mudah dibaca dan diimplementasikan. Pengolahan dan anilisis

dalam penelitian ini menggunakan aplikasi computer SPSS versi 18 for

window. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik statistik

parametrik dengan menggunakan analisis korelasi melalui uji Chi Square

yang diolah dan dianalisis sampai dengan penarikan suatu kesimpulan.

4.7.1 Univariat

Analisis data univariat bertujuan untuk mengetahui gambaran

distribusi masing masing variabel yang di ukur baik variabel bebas

maupun vabel terikat. Variabel bebas yaitu konseling, kelas ibu hamil,

dukungan keluarga, sedangkan variabel terikat adalah kepatuhan


minum tablet Fe pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Gekbrong

Kabupaten Cianjur Tahun 2019.

4.7.2 Bivariat (P-Value atau OR atau RR)

Analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara

variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam penelitian ini, data yang

dihasilkan akan dikelompokkan sehingga menghasilkan data

katagorik. Pada analisis bivariat setiap variabel bebas akan

ditabulasikan dengan variabel terikat. Pada tabulasi tabel silang 2x2

akan dicari OR (Odds Ratio) untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Selain itu,

uji statistik menggunakan uji chi square akan dilakukan untuk

mengetahui kemaknaan hubungan secara statistik. Jika p value < α

0,05, terdapat hubungan yang bermakna secara statistik.

Rumus Perhitungan Chi Square

∑(O − E) 2
X2 =
E
2
Keterangan : X = nilai chi square
O = nilai yang diobservasi
E = nilai yang diharapkan

Untuk mengetahui apakah hasil yang diperoleh itu bermakna,

maka digunakan tingkat kemaknaan 0,05. Dengan demikian, akan

didapatkan kesimpulan statistik sebagai berikut :

Ha : Jika nilai P ≤ α 0,05 maka hasil perhitungan statistik ada

hubungan signifikan/bermakna, antara dua variabel.


59

Ho : Jika nilai P > α 0,05 maka hasil perhitungan statistik

tidak signifikan/bermakna, antara dua variabel.

4.7 Teknik Penyajian dan pengolahan Data

Setelah data terkumpulan maka dilakukan pengelolahan data kemudian

dianalisis sebagai berikut:

a. Penyuntingan data (Editing)

Editing adalah kegiatan menyeleksi data yang berfungsi untuk

pemeriksaan terhadap kelengkapan dalam menjawab pertanyaan pada

kuesioner, kejelasan, konsistensi, relevansi dan keseragaman jawaban.

b. Pengkodean (Coding)

Pengkodean data dilakukan dengan mengelompokkan jawaban

responden kedalam kategori yang disesuaikan dan dengan pemberian

kode pada masingmasing kategori.

c. Entry

Data yang sudah dikatagorikan dan dimasukkan ke dalam lembar

variabel pada perangkat lunak pengolahan data untuk tahap dimulai.

d. Cleaning

Langkah selanjutnya setelah data dimasukkan ke dalam perangkat lunak

adalah dengan melakukan pengindeksan ulang terhadap data tersebut

untuk memperoleh data yang kecil kemungkinannya mengalami

kesalahan dalam pengkodean atau hilang , serta untuk memeriksa

konsistensi data .

e. Scoring
Scoring adalah pengelompokkan data berdasarkan sifat dan variabel

yang diteliti untuk memudahkan dalam proses analisis yang lebih lanjut.

BAB V
GAMBARAN TEMPAT PENELITIAN

5.1. Data umum

Data umum meliputi data wilayah kerja, kependudukan, pendidikan dan mata

pencaharian diambil dari sumber data tahun 2018, sehubungan penelitian

dilakukan pada akhir bulan September 2019 maka data umum yang digunakan

oleh puskesmas masih memakai data tahun 2018.

5.1.1 Wilayah kerja

Puskesmas Gekbrong terletak di Desa Gekbrong Kecamatan Gekbrong yang

yang berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi. Pada awalnya Puskesmas

Gekbrong merupakan puskesmas pembantu dan masuk ke wilayah Kecamatan

Warung Kondang, pada tahun 1985 dikembangkan menjadi puskesmas induk dan

pada tahun 2004 seiring dengan pemekaran kecamatan masuk ke dalam wilayah

kerja Kecamatan Gekbrong.

Saat ini memiliki wilayah kerja sebanyak 8 (delapan) Desa yaitu : Desa

Gekbrong, Cikahuripan, Kebon Peuteuy, Bangbayang, Songgom, Sukaratu,


61

Cikancana dan desa Cintaasih. Jumlah Rukun Warga (RW) sebanyak 71 dan

jumlaj Rukun Tetangga (RT) sebanyak 235. Luas wilayah yang dilayani 46,06

Km. Dengan jarak terjauh dari Desa ke Puskesmas menempuh waktu sekitar 45

mnt. Dan jarak dari Puskesmas ke kota Kabupaten 15 km.

Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Gekbrong adalah sebagai

berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Cugenang;

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibeber dan Kecamatan

Campaka;

3. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Warungkondang;

4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sukalarang Kabupaten Sukabumi.


Gambar. 5.1
Peta Wilayah Puskesmas Gekbrong Kecamatan Gekbrong

1.1.2 Kependudukan

Aspek kependudukan yang dibahas meliputi : jumlah dan komposisi

penduduk, jumlah penduduk miskin, tingkat pendidikan, institusi pendidikan, dan

mata pencaharian.

a. Jumlah dan Komposisi Penduduk


63

Jumlah maupun komposisi penduduk merupakan hal yang penting dalam

upaya pelayanan kesehatan. Data dan informasi ini dapat menunjukan target yang

menjadi sasaran dalam upaya pelayanan kesehatan

Tabel 5.1
Jumlah Penduduk Menurut Desa di Wilayah Keja Puskesmas Gekbrong
Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur
Tahun 2019

Jumlah Penduduk
No. Desa/kelurahan
<1th 1-4th 5-14th 15-44th 45-64th ³65th
1 Gekbrong 222 680 1.625 2.612 2.234 702
2 Kebon Peuteuy 120 630 1.246 3.840 1.173 1.721
3 Cikahuripan 121 600 1.497 3.274 2.147 185
4 Songgom 172 602 1.878 4.093 1.583 228
5 Bangbayang 275 320 715 2.183 1.573 983
6 Sukaratu 488 138 656 154 1.270 1.198
7 Cikancana 200 523 2.541 1.630 526 235
8 Cinta Asih 98 293 874 2.308 1.458 928
JUMLAH 1.696 3.786 11.032 20.094 11.964 4.982
Sumber : Profil Puskesmas

Pada tabel 5.1 tersebut terlihat bahwa struktur atau komposisi penduduk di

Puskesmas Gekbrong didominasi oleh usia produktif, yaitu umir 15 - 44 tahun.

Kondisi kependudukan yang didominasi usia produktif ini sebenarnya sangat

menguntungkan dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia dalam rangka

meningkatkan kualitas hidup untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, baik

untuk keluarga maupun untuk lingkungan yang ada disekitarnya, selain itu jumlah

sasaran pelayanan di Puskesmas Gekbrong disajikan pada Grafik yaitu berikut:

Grafik 5.1
Data Demografi wilayah kerja di Puskesmas Gekbrong
Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur
Tahun 2019

57,063
60,000

50,000

40,000

30,000
17,919
20,000 15,066 15,752

10,000 2,217 965 1,396


-
UK KK S US AH IL KI
D PU W OL UM
UTE
DU EK B B
EN AS
LP P R
JM AK
AN

Sumber : Profil Puskesmas

Pada Grafik 5.1 terlihat bahwa sasaran kelompok rentan di wilayah

Puskesmas Gekbrong cukup banyak, seperti pasangan usia subur (PUS) mencapai

15.066 orang, (27,60%) dimana pasangan ini masih bisa melahirkan anak,

sehingga harus adanya perhatian khusus, supaya pada waktu masa kehamilan dan

masa persalinan tidak ada permasalahan yang timbul, sehingga kematian AKI dan

AKB tidak ada lagi. Jumlah Ibu Hamil 965 (1,69%) ini juga perlu perhatian

khusus dari K1 sampai KFL untuk mengetahui lebih dini apabila ada Risti

sehingga cepat tertangani dan tidak menimbulkan permasalah yang serius.

b. Penduduk Miskin

Penduduk miskin merupakan sasaran penting dalam upaya peningkatan

pelayanan kesehatan. Jumlah penduduk miskin di Puskesmas Gekbrong hingga


65

saat ini masih cukup tinggi. Jumlah penduduk miskin tahun 2018 di wilayah

Puskesmas Gekbrong sebagaimana terlihat pada grafik berikut ini.

Grafik 5.2
Sebaran Penduduk Miskin menurut Desa/Kelurahan di Puskesmas Gekbrong
Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur
Tahun 2019

6,000 5,290
5,000
4,000
3,000 1,946
2,000
502 561 730 734
1,000 382 388 429

-
a sih u n g g y n
can A r at ipa yan r on gom teu ata
a r g u
ka
n
nt
a
Su
k hu ba kb n Pe am
Ci Ci ika ang Ge So n Kec
C B bo
Ke

Pada grafik 5.2 diatas memperlihatkan bahwa jumlah penduduk miskin di

wilayah Puskesmas Gekbrong terbanyak di Desa Kebon Peuteuy. Secara

keseluruhan jumlah penduduk miskin di Kecamatan Gekbrong mencapai 5.290

jiwa (9,94%) dari jumlah penduduk di Wilayah Puskesmas Gekbrong. Dari

sejumlah masyarakat miskin tersebut baru 46,54% yang memperoleh jaminan

pemeliharaan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) sesuai kuota dari pemerintah

pusat.

5.1.3 Pendidikkan

a. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk berdasarkan pendididkan formal terakhir yang

ditamatkan di wilayah kerja Puskesmas Gekbrong terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.2
Tingkat Pendidikan Penduduk Di Wilayah Puskesmas Gekbrong
Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur
Tahun 2019

Desa/ Tingkat Pendidikan


No
Kelurahan SD/MI SLTP/MTS SLTA/MA D3 PT
1 Gekbrong 1.420 246 152 15 14
2 Kebon Peuteuy 2.071 817 160 0 37
3 Cikahuripan 3.209 1,426 500 10 6
4 Songgom 1.987 500 288 13 90
5 Bangbayang 2.118 625 290 25 42
6 Sukaratu 3.008 159 125 23 24
7 Cikancana 2.034 2.100 1.225 20 105
8 Cinta Asih 1,575 553 299 18 28
JUMLAH 17.422 6.426 3.039 124 346
Sumber : Profil Puskesmas

Pada Tabel 5.4 terlihat bahwa penduduk di wiayah kerja Puskesmas

Gekbrong telah menamatkan pendidikan formal dari sekolah dasar atau sederajat

adalah sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah yang mencapai 17.422 yaitu sekitar

61,30% dari seluruh penduduk , yang telah tamat sekolah lanjut tingkat pertama

yaitu sebanyak 6.426 orang yaitu sekitar 22,61% dari jumlah penduduk, yang

telah menamatkan pendidikanya sekolah lanjut tingkat atas yaitu sebanyak 3.039

orang atau sekitar 10,69%, yang telah menamatkan tingkat akademik yaitu

sebanyak 124 orang yaitu sekitar 0,44 %, yang telah menamatkan perguruan

tinggi adalah sebanyak 346 orang yaitu sekitar 1,22 %. Keadaan tingkat

pendidikan penduduk ini menjadi salah satu kendala dalam penyampaian

informasi kesehatan melalui kegiatan penyuluhan kesehatan, khususnya informasi

baru di bidang kesehatan, semakin tinggi pendidikan di masyarakat maka


67

diharapakan akan semakin tinggi pula kesadaran masyarakat tentang pentingnya

arti kesehatan, maka akan timbul berperilaku hidup sehat secara mandiri.

b. Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Gekbrong meliputi

institusi pendidikan formal dan non formal. Institusi pendidikan tersebut adalah

Taman Kanak-kanak hingga tingkat pendidikan tinggi dan pondok pesantren.

Keadaan ini menunjukan bahwa sasaran pembinaan terhadap institusi sekolah atau

pendidikan yang harus dilakukan oleh Puskesmas Gekbrong menjadi kompleks.

Berikut ini jumlah intitusi pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Gekbrong

terlihat pada Tabel 5.3 berikut ini.

Tabel 5.3
Sarana Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Gekbrong Kecamatan Gekbrong
Kabupaten Cianjur Tahun 2019

No Jenis Pendidikan Jumlah Sekolah


1 T.K 47
2 SD/MI 28
3 SLTP/MTs 13
4 SLTA/MA 3
5 Akademi 0
6 Perguruan Tinggi 0
7 Pondok Pesantren 56
Sumber : Profil Puskesmas

Pada Tabel 5.3 terlihat bahwa di wilayah kerja Puskesmas Gekbrong tidak

terdapat institusi pendidikan tinggi berupa Universitas maupun Akademik,

Jumlah institusi pendidikan terbanyak adalah SD/MI begitupun jumlah peserta

didiknya yang paling banyak pada institusi pendidikan SD/MI. Hperhatian buat

petugas kesehatan yang ada di Puskesmas terutama petugas UKS dan UKGS
dalam memberikan pelayanan kesehatan di Sekolah yang menjadi program

pengembangan di Puskesmas Gekbrong.

5.1.4 Mata pencaharian

Pekerjaan yang menjadi utama atau pokok penghidupan merupakan

pengertian dari mata pencaharian. Dengan kata lain mata pencaharian dapat di

artikan sebagai keseluruhan aktivitas manusia dalam memberdayakan potensi

sumber daya alam. Disimpulkan bahwa mata pencaharian adalah pekerjaan atau

pencaharian utama yang dikerjakan untuk memenuhi biaya hidup sehari-hari.

Mata Pencaharian penduduk di wilayah kerja Puskesmas Gekbrong diantaranya

adalah Petani, Pedagang, Buruh, Pegawai Negeri Sipil (PNS), TNI, POLRI dan

lain-lain. Pekerjaan lain-lain penduduk yang ada di wilayah kerja Puskesmas

Gekbrong merupakan pekerjaan yang tidak rutin dilakukan atau bersifat temporer

antara lain buruh tani yang memang masa pengerjaan lahan, musim tanam dan

hasil panen tidak menetap, bahkan ada yang berstatus pengangguran. Untuk lebih

jelasnya tentang pekerjaan atau mata pencaharian masyarakat terlihat pada

Tabel 5.4 berikut ini :

Tabel 5.4
Mata Pencaharian Penduduk
Di Puskesmas Gekbrong Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur
Tahun 2019

PNS/
Lain- Jumlah
No Desa Petani Buruh Pedagang TNI/
lain
POLRI
1 Gekbrong 534 1735 220 133 181 2803
2 Kebon Peuteuy 800 1000 300 7 5 2112
69

3 Cikahuripan 325 612 224 23 1000 2184


4 Songgom 556 850 211 6 411 2034
5 Bangbayang 281 259 161 35 897 1633
6 Sukaratu 719 596 83 14 0 1412
7 Cikancana 141 2409 266 140 0 2956
8 Cinta Asih 1483 349 20 13 0 1865
JUMLAH 4.839 7.810 1.485 371 2.494 16.999
Sumber : Profil Puskesmas

Pada Tabel 5.4 diatas menunjukan bahwa mata pencaharian buruh merupakan

mata pencaharian paling banyak di wilayah kerja Puskesmas Gekbrong, yang

mencapai hingga 7.839 (45,94%) dari total penduduk yang mempunyai mata

pencaharian, sehingga dari mata pencaharian tersebut kita dapat melihat bahwa

perekonomian masyarakat di wilayah Puskesmas Gekbrong masih di bawah rata-

rata. Hal ini berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat, maka dari itu

masyarakat yang tidak mampu/miskin diberikan jamkesmas untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan yang optimal, sehingga pelayanan kesehatan tidak

menjadikan lagi masalah bagi masyarakat. Sehingga masyarakat dapat menerima

pelayanan kesehatan secara optimal dan komprehensif.

5.2 Data khusus

Data khusus yang dipaparkan merupakan hasil capaian atau kondisi

puskesmas tahun 2018 dikarenakan data tahunan puskesmas untuk tahun 2019
belum dilaporkan sehubungan pada saat pengambilan data dilakukan pada akhir

bulan September 2019.

5.2.1 Kematian

Salah satu indikator penting untuk mengukur dan mengetahui derajat

kesehatan masyarakat adalah angka kematian. Indikator ini menunujukkan tingkat

kesehatan , mutu pelayanan kesehatan serta kondisi sosial ekonomi masyarakat.

a. Kematian Bayi

Berdasarkan data yang diperoleh dari program KIA/KB, untuk Puskesmas

Gekbrong tahun 2018 jumlah kematian bayi tidak ada , lahir mati sebanyak empat

bayi, sementara itu jumlah kelahiran hidup sebanyak sebanyak 676 bayi.

Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk

mengemukakan faktor yang paling dominan. Tersediannya berbagai fasilitas atau

faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil,

serta kesediaan masyarakat untuk merubah perilaku kehidupan tradisional ke

norma kehidupan moderen dalam bidang kesehatan, ini merupakan faktor yang

sangat berpengaruh terhadap tingkat AKB. Dengan menurunnya AKB dalam

beberapa waktu terakhir memberikan gambaran adanya peningkatan dalam

kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat.

b. Kematian Ibu

Dari laporan program KIA/KB Puskesmas Gekbrong pada tahun 2018

didapat kan jumlah kematian ibu sebanyak 2 orang. Hal ini harus mendapat
71

perhatian dalam meningkatkan pelayanan untuk kesehatan ibu, dan penemuan

sedini mungkin ibu hamil dengan risiko tinggi harus lebih ditingkatkan agar bisa

diintervensi secepat mungkin.

5.2.2 Kesakitan
Penyakit menular merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

mikroorganisme, seperti virus, bakteri, parasit, atau jamur, dan dapat berpindah ke

orang lain yang sehat. Beberapa penyakit menular yang pada umum dapat

dicegah melalui pemberian vaksinasi serta pola hidup bersih dan sehat.Penyakit

menular dapat ditularkan secara langsung maupun tidak langsung. Penularan

secara langsung terjadi ketika kuman pada orang yang sakit berpindah melalui

kontak fisik, misalnya lewat sentuhan dan ciuman, melalui udara saat bersin dan

batuk, atau melalui kontak dengan cairan tubuh seperti urine dan darah. Orang

yang menularkannya bisa saja tidak memperlihatkan gejala dan tidak tampak

seperti orang sakit, apabila dia hanya sebagai pembawa (carrier) penyakit.

Selain metode penyebaran di atas, penyakit menular juga dapat menyebar

melalui gigitan hewan, atau kontak fisik dengan cairan tubuh hewan, serta melalui

makanan dan minuman yang terkontaminasi mikroorganisme penyebab penyakit.

Penyakit menular juga dapat berpindah secara tidak langsung. Misalnya saat

menyentuh kenop pintu, keran air, atau benda-benda lainya yang terkontaminasi.

Penyakit menular yang selalu muncul dalam sepuluh besar penyakit di

Puskesmas Gekbrong yang tertinggi pada tahun 2018 yaitu ISPA (Ipeksi Saluran

Pernapasan Akut).Pola kunjungan rawat jalan Pasien Puskesmas Gekbrong dari

tahun ketahun menunjukan pola yang hampir sama. Beberapa catatan penting
dikaitkan dengan kunjungan rawat jalan di Puskesmas Gekbrong adalah ISPA

menjadi urutan pertama kunjungan terbanyak di sepuluh besar penyakit dan

Tukak lambung menempati urutan ke dua. Hal ini menjadi permasalahan di

Puskesmas Gekbrong untuk merubah perilaku hidup sehat serta gaya hidup

Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gekbrong. Sepuluh besar penyakit yang

dilaporkan di Puskesmas Gekbrong tahun 2018 disajikan dalam grafik dibawah ini

Grafik 5.3
Distribusi 10 Besar Penyakit di Puskesmas Gekbrong
Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur Tahun 2018
1,179
1,043 985
1,200 911
1,000 810 754 732 721 633
800 539
600
400
200
-

Sumber : Laporan tahunan Puskesmas 2018

a. Penyakit Menular

1. Diare
Diare merupakan gangguan buang air besar (BAB). Penyakit ini ditandai

dengan BAB lebih dari tiga kali sehari, disertai rasa mulas, dengan konsistensi

tinja cair, dan dapat disertai dengan darah dan atau lendir. Diare mungkin

dianggap sepele padahal dapat berpotensi kematian, terutama pada balita. Diare

menular melalui air, tanah, atau makanan yang terkontaminasi virus, bakteri, atau

parasit.
73

Jumlah kasus diare di wilayah kerja Puskesmas Gekbrong pada tahun 2018

sebanyak 790 orang dari perkiraan kasus 1.822 orang, dan semua pasien Balita

yang diare 100% sudah mendapat pelayanan. Angka kesakitan Diare yang

terbanyak di Desa Gekbrong. Untuk kasus Diare yang ditangani di Puskesmas

Gekbrong dapat dilihat pada grafik di bawah ini

Grafik 5.4
Kasus Diare di Puskesmas Gekbrong
Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur Tahun 2018

800
700
600
500
400 790

300
200
100 132 109 104 104 103 99 73 66
0
Y
NG AN EU AS
IH
AN
G M
AN
A
AT
U
LA
H
RO RIP
UT
A Y GGO C A R M
KB U PE T A AN JU
GE AH B CIN NGB SON IK SUK
K K C
CI BA
Sumber : Laporan tahunan Puskesmas 2018

2. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam dengue merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi

virus dengue. Virus ini menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

aegypti dan Aedes albopictus. Demam dengue merupakan penyakit musiman yang

umum terjadi di negara beriklim tropis. Di Indonesia, penyakit menular ini lebih
banyak terjadi di saat musim hujan. Demam dengue dapat berkembang menjadi

kondisi yang lebih berat yaitu demam berdarah dengue (DBD).

Kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Gekbrong tahun 2018 sebanyak

sebelas orang dengan penyebaran kasus Desa Songgom, Gekbrong, Bangbayang,

Kebon Peuteuy, Cikancana masing-masing dua orang, dan di Desa Cikahuripan

satu orang.

3. Penyakit Infeksi Menular Seksual

Infeksi Menular Seksual merupakan pintu masuk terjadinya HIV, Pelayanan

pemeriksaan secara khusus untuk IMS HIV/AIDs di Puskesmas Gekbrong belum

dapat dilakukan, hal ini dikarenakan belum ada petugas khusus yang terlatih,

sehingga puskesmas belum memiliki data secara spesifik.

4. Penyakit TB Paru

Penyakit TB Paru masih menjadi pembunuh terbanyak di antara penyakit

menular. Berdasarkan data WHO tahun 2017, diperkirakan ada 1 juta kasus TB di

Indonesia. TB disebabkan oleh bakteri yang menyerang paru-paru, namun bakteri

tersebut bisa juga menyerang bagian tubuh lain seperti tulang dan sendi, selaput

otak (meningitis TB), kelenjar getah bening (TB kelenjar), dan selaput jantung.

Bakteri ini ditularkan melalui udara saat penderita batuk atau bersin. TB dapat

dicegah melalui pemberian. Menurut hasil Surkesnas 2001, TB Paru menempati

urutan ke tiga penyebab umum, selain menyerang paru, Tuberculosis dapat

menyerang organ lain (extra pulmonary). Berdasarkan data kompilasi dari

programer TB Paru Puskesmas Gekbrong, pada tahun 2018 jumlah BTA (+)

sebanyak 31 orang, yang dilakukan pengobatan sebanyak 29 orang, angka


75

kesembuhan sebanyak 29 orang sekitar. Penyakit TB paru dapat disajikan pada

grafik dibawah ini.

Grafik 5.5
Jumlah Kasus BTA Positif yang Diobati dan Kematian
di Puskesmas Gekbrong Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur
Tahun 2018

20
16
12 20
17
8 11
4
0
0
BTA (+) DIOBATI ANGKA KE- ANGKA PENGO- KEMATIAN SE-
SEMBUHAN BATAN LENGKAP LAMA PENGO-
BATAN
Sumber : Laporan tahunan Puskesmas 2018

5. Penyakit Kusta

Meskipun Indonesia sudah mencapai eliminasi kusta pada pertemuan kusta

tahun 2000, sampai saat ini penyakit kusta masih menjadi salah satu masalah

kesehatan masyarakat. Hal ini terbukti dari masih tingginya jumlah penderita

kusta di Indonesia dan Indonesia merupakan negara dengan urutan ke –3 penderita

terbanyak di dunia. Penyakit kusta dapat mengakibatkan kecacatan pada

penderita. Masalah ini diperberat masih tingginya stigma dikalangan masyarakat

dan sebagian petugas. Akibat dari kondisi ini sebagian dari penderita dan mantan

penderita dikucilkan sehingga tidak mendapatkan akses pelayanan kesehatan serta

pekerjaan. Untuk wilayah Puskesmas tahun 2018, Pasien Kusta sebanyak dua

orang.

6. Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I)


PD3I adalah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Penyakit-

penyakit yang sudah tersedia atau ada vaksinnya yang bertujuan untuk

memberikan perlindungan sebagian atau lengkap.

PD3I adalah penyakit-penyakit yang sudah tersedia vaksinnya untuk upaya

pencegahannya. Vaksin tersebut apabila diberikan kepada sasaran akan

memberikan perlindungan baik sebagian maupun secara keseluruhan kepada

sasaran tersebut. Penyakit-penyakit tersebut merupakan target Program

Pengembangan Imunisasi (PPI).

Tujuan awal PPI adalah untuk memberikan vaksinasi seluruh bayi yang lahir

secara lengkap sebelum mereka mencapai usia satu tahun. Pada laporan tahunan

Puskesmas Gekbrong disampaikan PD3I sebagai berikut :

a) Tetanus Neonatorum

Tetanus Neonatorum adalah salah satu penyakit yang terjadi pada bayi baru

lahir. Umumnya, penyakit ini terjadi di daerah pedesaan atau terpencil, karena

peralatan persalinan yang tidak steril. Pencegahan sejak dini dari tetanus

neonatorum lebih diutamakan dibandingkan pengobatan, karena tingkat kematian

penderita tetanus neonatorum sangat tinggi.

Penyebab utama tetanus adalah bakteri Clostridium tetani, yang merupakan

bakteri penghasil racun neurotoxin dan menyerang sistem saraf pusat. Bakteri ini

biasa ditemukan di tanah, debu, dan kotoran hewan, dan dapat masuk ke tubuh

melalui luka goresan, sobekan atau luka tusukan yang disebabkan oleh benda-

benda yang terkontaminasi. Pada bayi yang baru lahir, tetanus neonatorum terjadi
77

akibat bakteri ini masuk ke dalam tubuh bayi melalui praktik persalinan yang

tidak higienis, seperti memotong tali pusar dengan alat-alat yang tidak steril.

Risiko bayi menderita tetanus neonatorum meningkat umumnya karena

ibunya tidak terlindungi oleh vaksin tetanus toxoid (TT) pada masa kehamilan.

Risiko ini meningkat bukan hanya pada bayi, tapi juga pada sang ibu. Pada tahun

2018 dilaporkan tidak terjadi kasus Tetanus Neonatorum di wilayah Puskesmas

Gekbrong.

b) Campak

Campak adalah munculnya ruam kemerahan di seluruh tubuh akibat infeksi

virus. Campak merupakan penyakit menular dan dapat menyebabkan komplikasi

serius, terutama pada bayi dan anak-anak.Campak disebabkan oleh virus, yang

menular melalui percikan air liur yang dikeluarkan penderita saat batuk atau

bersin. Penularan juga bisa terjadi bila seseorang menyentuh hidung atau mulut,

setelah memegang benda yang terpercik air liur penderita. Campak merupakan

penyakit menular yang sering menyebabkan kejadian luar biasa. Puskesmas

Gekbrong pada tahun 2018 ditemukan ada tiga 3 (tiga) kasus campak.

c) Difteri

Difteri adalah infeksi bakteri pada hidung dan tenggorokan. Meski tidak selalu

menimbulkan gejala, penyakit ini biasanya ditandai oleh munculnya selaput abu-

abu yang melapisi tenggorokan dan kelenjar tonsil atau amandel. Bila tidak

ditangani, bakteri difteri bisa mengeluarkan racun yang dapat merusak sejumlah

organ, seperti jantung, ginjal, atau otak. Difteri tergolong penyakit menular

berbahaya dan berpotensi mengancam jiwa, namun bisa dicegah melalui


imunisasi. Di wilayah kerja Puskesmas Gekbrongtahun tahun 2018 ditemukan

satu kasus difteri .

d) Pertusis

Pertusis atau batuk rejan adalah infeksi bakteri pada paru-paru dan saluran

pernapasan yang mudah sekali menular. Penyakit ini dapat mengancam nyawa

bila terjadi pada lansia dan anak-anak, khususnya bayi yang belum cukup umur

untuk mendapat vaksin pertusis. Batuk rejan dapat dikenali dari rentetan batuk

keras secara terus-menerus yang diawali tarikan napas panjang lewat mulut

(whoop). Seseorang bisa menderita batuk rejan hingga tiga bulan lamanya,

sehingga penyakit ini juga biasa disebut “batuk seratus hari”. Batuk rejan bisa

membuat penderita kekurangan oksigen dalam darahnya. Selain itu dapat terjadi

berbagai komplikasi, misalnya pneumonia. Bahkan pada beberapa kasus, tulang

rusuk penderita mengalami luka akibat batuk yang sangat keras.

Batuk rejan dapat menyebar dengan cepat dari orang ke orang. Maka dari itu,

vaksin pertusis diperlukan untuk mencegah seseorang terkena penyakit ini.

Bakteri penyebab batuk rejan biasanya menyebar melalui cairan yang keluar saat

penderita batuk atau bersin.

e) Hepatitis B

Hepatitis B adalah peradangan organ hati yang disebabkan oleh virus

hepatitis B. Virus ini dapat menular melalui hubungan seksual atau berbagi jarum

suntik. Infeksi hepatitis B merupakan penyakit yang tidak bertahan lama dalam

tubuh penderita dan akan sembuh sendiri tanpa pengobatan khusus. Kondisi ini
79

disebut infeksi hepatitis B akut. Akan tetapi, infeksi hepatitis B juga dapat

menetap dan bertahan dalam tubuh seseorang (menjadi kronis).

Infeksi hepatitis B kronis ini dapat menimbulkan komplikasi yang dapat

membahayakan nyawa, yaitu sirosis dan kanker hati. Oleh karena itu, penderita

hepatitis B kronis perlu melakukan kontrol secara berkala ke dokter untuk

mendapatkan penanganan dan deteksi dini bila terjadi komplikasi. Perlu diketahui,

hepatitis B dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi hepatitis B.

Pada tahun 2018 Kasus Hepatitis tidak ditemukan di wilayah kerja puskesmas

Gekbrong, namun kasus Hepatitis B digambarkan sebagai fenomena gunung es.

7. Filariasis

Filariasis atau kaki gajah adalah pembengkakan tungkai akibat infeksi cacing

jenis filaria. Cacing ini menyerang pembuluh getah bening dan ditularkan melalui

gigitan nyamuk. Selain tungkai, bagian tubuh lain, seperti organ kelamin, lengan,

dan dada, juga dapat mengalami pembengkakan. Sebelum timbul pembengkakan,

penyakit kaki gajah tidak menimbulkan gejala yang spesifik, sehingga

pengobatannya sering kali terlambat.

Oleh karena itu, pencegahan kaki gajah sangat penting. Pencegahannya dapat

dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk dan mengikuti program pemberian

obat pencegahan massal (POPM) yang dilakukan oleh pemerintah. Kasus

penderita Filariasis Pada tahun 2018 di Puskesmas Gekbrong dilaporkan tidak ada

8. Acute Flacid Paralysis

Acute Flacid Paralysis atau lumpuh layuh mendadak merupakan gejala

lumpuh yang ada dan terjadi dengan cepat mendadak atau akut. Dengan kateristik
atau sifat yang terjadi ialah lemas dan disebabkan ole ruda paksa. Sifat akut

diartikan dengan lama waktu mulai sakit demam, pilek sampai dengan lumpuh

berlangsung cepat berkisar antara 1-14 hari.

Penemuan kasus lumpuh layuh mendadak pada anak usia <15 tahun ditujukan

untuk membuktikan ada tidaknya virus polio liar di Indonesia dalam rangka

eradikasi polio (ERAPO).Gejala yang terjadi dengan cara cepat dan memiliki sifat

akut artinya lama waktu tersebut ditandai dengan demam, pilek sampai dengan

lumpuh yang terjadi bekisar antara 1-14 hari. Penemuan kasus lumpuh layu

memang mendadak dan hal ini disebabkan oleh Virus Polio Liar di Indonesia

dalam rangka eradikasi polio (ERAPO). Kasus AFP pada penderita yang berumur

< 15 tahun di Puskesmas Gekbrong pada tahun 2018 tidak ditemukan.

9. Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi menular yang menyebar melalui gigitan

nyamuk. Penderita malaria akan mengeluhkan gejala demam dan

menggigil.Walaupun mudah menular melalui gigitan nyamuk, malaria bisa

sembuh secara total bila ditangani dengan tepat. Namun jika tidak ditangani,

penyakit ini bisa berakibat fatal dari menyebabkan anemia berat, gagal ginjal,

hingga kematian. Manusia dapat terkena malaria setelah digigit nyamuk yang

terdapat parasit malaria di dalam tubuh nyamuk.

Gigitan nyamuk tersebut menyebabkan parasit masuk ke dalam tubuh

manusia. Parasit ini akan menetap di organ hati sebelum siap menyerang sel darah

merah. Parasit malaria ini bernama Plasmodium. Jenis Plasmodium bermacam-


81

macam, dan akan berpengaruh terhadap gejala yang ditimbulkan serta

pengobatannya.

Kecamatan Gekbrong tidak termasuk dalam wilayah endemis malaria, dan tahun

2018 di wilayah kerja Puskesmas Gekbrong tidak ditemukan malaria.

10. Penumoni Balita

Pneumonia adalah penyakit infeksi yang menyerang paru, sehingga

menyebabkan kantung udara di dalam paru meradang dan membengkak. Kondisi

kesehatan ini sering kali disebut dengan paru-paru basah, sebab paru bisa saja

dipenuhi dengan air atau cairan lendir. Faktanya, pneumonia adalah penyakit

infeksi yang bisa disebabkan oleh bakteri, jamur, dan virus. Jadi, penyakit

pneumonia sangat mudah ditularkan melalui udara. Biasanya, penularannya

terjadi ketika seseorang yang terkena kondisi ini bersin atau batuk.

Virus dan bakteri penyebab pneumonia dapat dengan mudah keluar melalui

hidung atau mulut saat bersin dan kemudian menginfeksi tubuh yang lain.

Pasalnya, bakteri dan virus dapat dikeluarkan dengan mudah saat seseorang

bernapas. Kondisi paru-paru basah ini dapat dialami oleh siapa pun. Namun

pneumonia pada anak bisa sangat berbahaya dan menyebabkan kematian. Bahkan,

badan kesehatan dunia (WHO) menyebutkan jika penyakit pneumonia adalah

penyebab 16% kematian balita di dunia pada tahun 2015.

Pada tahun 2018 penemuan kasus Pneumonia mengalami peningkatan dari

tahun 2017 sebanyak 228 kasus menjadi 567 kasus atau naik sebanyak 71,32%.

Grafik 5.6
Penemuan Kasus Pneumonia
di Puskesmas Gekbrong tahun 2018

567 567
600

500

400

300

200 93 83 72 72 69 60 59 59 Ditemukan
93 83 72 72 69 Ditangani
60 59 59
100

0
sih gom teuy g
on ripa
n g
an arat
u
an
a as
taa g u r ay nc sm
n n e kb u b k ka ke
Ci So b.P Ge ik ah ang Su Ci P us
K C B

Sumber : Laporan tahunan Puskesmas 2018

5.2.3 Status gizi

Status gizi masyarakat dapat diukur melalui beberapa indikator, antara lain

bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, status gizi

wanita usia subur Kurang Energi Kronis (KEK).

a. Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Berat Badan Lahir Rendah

(kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh

terhadap kematian Perinatal dan Neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori

yaitu BBLR karena Premature atau BBLR karena Intrauterine Growth

Reterdation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya

kurang.

Di negara berkembang banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus

Gizi Buruk, Anemia, Malaria dan menderita penyakit Menular Seksual (PMS)

sebelum konsepsi atau pada saat kehamilan. Bayi dengan Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR) di wilayah Puskesmas Gekbrong pada tahun 2018 dilaporkan


83

ada 14 kelahiran bayi dengan BBLR. Jumlah kasus yang paling banyak yaitu di

Desa Songgom, dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Grafik 5.7
Kasus BBLR Puskesmas Gekbrong Kecamatan Gekbrong
Kabupaten Cianjur Tahun 2018
25
25

20

15
9
10 8
5
5 3
0 0 0 0
0

Sumber : Laporan tahunan Puskesmas 2018

b. Status gizi balita

Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan

tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita

adalah pengukuran secara anthropometri dengan menggunakan Indeks Berat

Badan menurut Umur (BB/U). Tabel berikut menunjukkan status gisi pada balita

di wilayah kerja Puskesmas Gekbrong tahun 2018.


Grafik 5.8
Status Gizi Balita Puskesmas Gekbrong Kecamatan Gekbrong
Kabupaten Cianjur Tahun 2018

400 374

350

300

250

200 180

150

100 75
57 43
52 30 35 53
42 34 40
50 21 21 22 22 23 18 19
6 7 6 5 7 9 5 8
0
G Y A TU IH AS
OM NG AN EU AN AN AS
O A IP M
GG BR AY UT N C AR R A KE
S
N K GB PE KA K HU NT
SO GE N KB CI S U
IKA CI PUS
BA C

Sangat Kurang Kurang Lebih


Sumber : Laporan tahunan Puskesmas 2018
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Gekbrong dari

tanggal 26 Juni 2019 sampai 05 Juli 2019, penelitian ini melibatkan ibu hamil

yang berada di delapan desa di wilayah kerja puskesmas sebanyak 242 responden.

Hasil penelitian ini diperoleh dari lembar kuesioner yang merupakan data

primer, data yang telah dikumpulkan akan diolah dengan komputer dengan

menggunakan program SPSS versi 25 sesuai dengan tujuan penelitian, kemudian

disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan narasi. Berikut ini peneliti akan

menyajikan analisa univariat pada tiap variabel dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi serta analisa bivariat untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji Chi-Square

dengan nilai ρ = 0,05.

Hasil penelitian menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan,

yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman mengenai hubungan konseling,

kelas ibu hamil, dukungan keluarga dengan kepatuhan minum tablet Fe pada ibu

hamil trismester III di Puskesmas Gekbrong Kabupaten Cianjur tahun 2019, data

penelitian yang didapatkan berupa kuesioner dan catatan lapangan.

6.1 Analisis univariat

Analisis univariat dibuat dengan distribusi frekuensi dari semua variabel yang

terdapat dalam penelitian, analisis univariat merupakan dasar untuk analisis lebih

lanjut. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan


85
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti, data yang didapatkan

merupakan data primer hasil pengisian kuesioner dari 242 responden, data

univariat dalam penelitian ini terdiri dari umur ibu, umur kehamilan dan

pekerjaan.

6.1.1 Karakteristik responden

Berikut ini adalah karakteristik responden yang menampilkan data distribusi

responden berdasarkan umur, distribusi responden berdasarkan umur kehamilan

dan distribusi responden berdasarkan status pekerjaan .

Tabel 6.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Umur Ibu Hamil Jumlah

Mean 27.57
Median 28
Minimum 17
Maximum 42
Sumber : Data Primer

Pada tabel 6.1 memperlihatkan sebaran umur ibu hamil yang menjadi

responden yaitu rata-rata berumur 28 tahun, umur paling rendah ibu hamil yang

menjadi responden atau umur paling muda adalah 17 tahun sementara umur

tertinggi atau umur paling tua ibu hamil yang menjadi responden adalah 42 tahun.

Tabel 6.2
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Kehamilan

Umur Hamil Jumlah Persentase

Preterm 232 95.9


Aterm 10 4.1
Post term 0 0
Jumlah 242 100
Sumber: Data Primer
87

Pada tabel 6.2 tersebut bahwa umur kehamilan ibu di bagi menjadi tiga

kelompok: preterm yaitu umur kehamilan ibu < 37 minggu, aterm yaitu umur

kehamilan antara 37 – 42 minggu dan post term yaitu umur kehamilan > 42

minggu. Pada tabel 6.2 memperlihatkan sebaran umur kehamilan responden yaitu

preterm ada 232 orang (95,9%) sedangkan aterm sebanyak 10 orang (4,1%) dan

posterm tidak ada (0%).

Tabel 6.3
Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Persentase

Tidak Bekerja 216 89.3


Bekerja 26 10.7
Jumlah 242 100
Sumber: Data Primer

Dari tabel 6.3 diatas dapat diketahui bahwa dari 242 responden ada 26

orang (10,7%) yang berstatus bekerja, sedangkan responden yang tidak bekerja

atau berstatus ibu rumah tangga sebanyak 216 orang (89,3%).

6.2 Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas

yaitu konseling, kelas ibu hamil dan dukungan keluarga dengan variabel terikat

yaitu kepatuhan minum tablet Fe pada ibu hamil trismester III.

Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square dengan derajat kepercayaan

yang digunakan adalah 95% (α = 0,05) dengan asumsi jika p-value lebih kecil dari
α (p < 0,05) artinya terdapat hubungan yang bermakna atau signifikan dari dua

variabel yang diteliti dan disimpulkan tidak terdapat hubungan yang bermakna

atau signifikan jika p-value lebih besar dari α (p > 0,05).

Untuk memperjelas besar dan arah hubungan variabel bebas dalam

memperkirakan peluang kepatuhan minum tablet Fe pada ibu hamil trimester III

maka dilakukan perhitungan Odss Ratio (OR). Untuk mengetahui tingkat

kemaknaan dilakukan perhitungan Confidence Interval (CI) pada batas

kepercayaan 95 %. Hasil analisis bivariat dari masing – masing variabel dapat

dilihat dari uraian dibawah ini :

6.2.1 Hubungan Konseling dengan Kepatuhan Minum Tablet Fe pada Ibu

Hamil Trimester III di Puskesmas Gekbrong Kabupaten Cianjur

Tahun 2019

Berikut ini adalah tabel tentang hubungan konseling dengan kepatuhan

minum tablet Fe pada ibu hamil trimester III pada ibu hamil trimester III di

Puskesmas Gekbrong Kabupaten Cianjur tahun 2019.

Tabel 6.4
Hubungan Konseling dengan Kepatuhan Minum Tablet Fe
Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Gekbrong
Kabupaten Cianjur Tahun 2019

Kepatuhan
Konseling Minum Fe Trimester III Total P value
Tidak Patuh Patuh
N % N % N %
Tidak Konseling 0 0 3 100 3 100 0,1
Konseling 138 57,7 101 42,3 239 100
Jumlah 138 57 104 43 242 100
89

Pada analisis bivariat konseling dikelompokan menjadi tidak mendapat

konseling dan mendapat konseling. Dari analisis bivariat tersebut responden yang

tidak mendapatkan konseling mempunyai perilaku patuh mengonsumsi tablet Fe

sebanyak 3 responden (100%) dan yang mendapatkan konseling memiliki

perilaku patuh mengonsumsi tablet Fe sebanyak 101 responden ( 42,3%).

Hasil uji statistic Chi Square di peroleh nilai p = 0,1 lebih besar dari α 0,05,

maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara konseling

dengan kepatuhan minum tablet Fe pada ibu hamil trimester III .

6.2.2. Hubungan Kelas Ibu Hamil Dengan Kepatuhan Minum Tablet Fe

Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Gekbrong Kabupaten

Cianjur Tahun 2019

Berikut ini adalah tabel tentang hubungan kelas ibu hamil dengan kepatuhan

minum tablet Fe pada ibu hamil trimester III pada ibu hamil trimester III di

Puskesmas Gekbrong Kabupaten Cianjur tahun 2019.

Tabel 6.5
Hubungan Kelas Ibu Hamil Dengan Kepatuhan Minum Tablet Fe
Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Gekbrong
Kabupaten Cianjur Tahun 2019

Kepatuhan
Kelas Minum Fe Trimester III Total OR P value
Ibu 95% CI
Hamil Tidak Patuh Patuh

N % N % N %

Tidak 50 74,6 17 25, 67 100 2,908 0,001


pernah 4 1,556 – 5,432

Pernah 88 50,3 87 49, 175 100


7
Jumlah 138 57 104 43 242 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa responden yang tidak pernah

mengikuti kelas ibu hamil mempunyai perilaku patuh minum tablet Fe sebanyak

17 orang (25,4%), sedangkan responden yang pernah mengikuti kelas ibu hamil

memiliki perilaku patuh minum tablet Fe sebanyak 87 orang (49,7%) .

Dari hasil uji statistik dengan Chi-Square diperoleh nilai ρ = 0,001 < α 0,05,

disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kelas ibu hamil dengan

kepatuhan minum tablet Fe pada ibu hamil trimester III di wilayah kerja

Puskesmas Gekbrong.

Hasil analisis statistik diperoleh pula nilai odss ratio (OR) = 2,908 dengan

95 % Confindence Interval (CI) : 1,556 – 5,432 artinya reponden yang pernah

mengikuti kelas ibu hamil mempunyai peluang 2,908 kali lebih tinggi untuk patuh

minum tablet Fe dibandingkan dengan responden yang tidak pernah mengikuti

kelas ibu hamil. Dengan kata lain ibu yang pernah mengikuti kelas ibu hamil

mempunyai peluang atau kesempatan untuk patuh minum atau mengonsumsi

tablet Fe 2,9 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil yang tidak pernah ikut kelas

ibu hamil.

6.2.3 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Tablet Fe

Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Gekbrong Kabupaten

Cianjur Tahun 2019

Berikut ini adalah tabel tentang hubungan dukungan keluarga dengan

kepatuhan minum tablet Fe pada ibu hamil trimester III pada ibu hamil trimester

III di Puskesmas Gekbrong Kabupaten Cianjur tahun 2019.


91

Tabel 6.6
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Tablet Fe
Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Gekbrong
Kabupaten Cianjur Tahun 2019

Kepatuhan
Dukungan Minum Fe Trimester Total
keluarga III OR P value
95% CI
Tidak Patuh
Patuh

N % N % N %

Tidak 48 73.8 17 26. 65 100


Mendukung 2 2.72 0.02
1,458 -5,108
Mendukung 90 50. 87 49. 177 100
8 2

Jumlah 138 57 104 43 242 100

Berdasarkan tabel di atas, responden yang tidak mendapatkan dukungan

keluarga mempunyai perilaku patuh minum tablet Fe sebanyak 17 responden

(26,2%), responden yang mendapatkan dukungan keluarga mempunyai perilaku

patuh mengonsumsi tablet Fe sebanyak 87 ( 49,2%).

Hasil uji statistik menggunakan Chi Square di peroleh nilai p = 0,02 < α

0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna ada hubungan

yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum tablet Fe

pada ibu hamil trimester III di wilayah kerja Puskesmas Gekbrong tahun 2019.

Dari hasil uji statistik juga didapatkan nilai Odss Ratio (OR) = 2.72

Confidence Interval (CI) 95 % : 1,458 - 5,108, artinya ibu yang mendapatkan


dukungan keluarga mempunyai peluang 2,7 kali lebih tinggi untuk patuh minum

Fe dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapatkan dukungan keluarga.


7.1 Keterbatasan penelitian

Berikut ini penulis sampaikan beberapa keterbatasan dalam penelitian ini

antara lain keterbatasan data, keterbatasan variabel penelitian, keterbatasan

instrumen penelitian dan keterbatasan desain penelitian.

7.1.1 Keterbatasan data

Pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner yang diisi sendiri oleh

responden bersifat subjektif, sehingga kebenaran dari data sangat tergantung

kepada kejujuran serta keseriusan responden dalam mengisi kuisioner, serta tidak

adanya bukti catatan lain sebagai pembuktian, misalnya : kartu catatan minum

tablet Fe, catatan atau daftar hadir di kelas ibu hamil. Pengambilan data secara

retrospektif akan menimbulkan terjadinya recall bias, walaupun demikian

pelaksananaan penelitian telaj melakukan upaya untuk mengurangi bias tersebut

antara lain :

a. Pemilihan pewawancara yang sudah berpengalaman.

b. Melakukan pembekalan atau pengarahan kepada pewawancara antara lain

tentang bagaimana melakukan wawancara yang baik, menyepakati

penggunaan koding pada hasil wawancara.

7.1.2 Keterbatasan variabel penelitian

Terdapat banyak faktor yang berhubungan dengan kepatuhan mengonsumsi

tablet Fe, tetapi karena adanya beberapa keterbatasan yang ada maka hanya dipilih

beberapa variabel saja. Pemilihan variabel tersebut didasarkan pada beberapa teori

93
dan penelitian terdahulu walaupun demikian masih ada variabel-variabel lain yang

masih bisa diteliti yang berkaitan dengan kepatuhan konsumsi tablet Fe tersebut.

7.1.3 Keterbatasan instrumen penelitian

Instrumen penelitian secara keseluruhan adalah kuisioner yang dibuat sendiri

oleh penulis. Kelemahan dari instrument menggunakan kuisioner adalah bahwa

pertanyaan dalam kuisioner berbentuk terstruktur, dan sifatnya tertutup sehingga

tidak memungkinkan responden memberikan jawaban yang lainnya.

7.1.4 Keterbatasan desain penelitian

Kelemahan dari desain penelitian menggunakan uji statistic Cross Sectional

sebagai salah satu desain penelitian observasional adalah menentukan sebab

akibat, tetapi cukup valid dalam meramalkan suatu kecenderungan. Adanya urutan

waktu kejadian yang tidak diketahui penyebab pastinya yaitu penyebab dapat

mendahului akibat karena variabel bebas dan variabel terikat dikumpulkan pada

saat yang bersamaan. Namun demikian setidaknya hasil penelitian yang sejenis

dapat dijadikan sebagai pembanding, sehingga tidak semua variabel penelitian

dapat dibandingkan dengan teori atau referensi yang ada.

7.2 Hasil Penelitian

7.2.1 Karakteristik responden

Karakteristik responden pada penelitian ini terdiri dari umur ibu, umur

kehamilan dan status pekerjaan. Dari 242 responden umur rata-rata adalah 28

tahun, dengan umur terendah atau paling muda adalah 17 tahun dan umur yang

tertinggi atau paling tua adalah 42 tahun.


95

Untuk umur kehamilan di kelompokan menjadi preterm ada 232 orang

(95.9%), aterm sebanyak 10 orang (4,1%) dan posterm tidak ada (0%). Dari 242

responden ada 26 orang (10,7%) yang berstatus bekerja, sedangkan responden

yang tidak bekerja atau berstatus ibu rumah tangga sebanyak 216 orang (89,3%).

7.2.2 Hubungan konseling dengan kepatuhan minum tablet fe pada ibu

hamil trimester III

Pada penelitian ini responden yang mendapatkan konseling mempunyai

perilaku patuh mengonsumsi tablet Fe sebanyak 104 orang (42,3%), responden

yang tidak mendapatkan konseling mempunyai perilaku tidak patuh sebanyak 138

orang (57%), sedangkan responden yang tidak mendapatkan konseling memiliki

perilaku tidak patuh sebanyak nol orang (100%) dan yang memiliki perilaku patuh

yaitu sebanyak tiga orang (100 %). Hasil uji statistic Chi Square di peroleh nilai p

= 0,1 lebih besar dari α 0,05 maka disimpulkan tidak ada hubungan yang

bermakna antara konseling dengan kepatuhan minum tablet Fe pada ibu hamil

trimester III.

Hasil penelitian Pratama dkk tentang pengaruh konseling terhadap kepatuhan

suplementasi tablet besi (fe) pada ibu hamil di Kabupaten Lumajang adalah total

rata-rata skor kepatuhan yang diperoleh berdasar kuesioner

Morisky Medication Adherence Scale-8 (MMAS-8) pada kelompok perlakuan

sebesar (5,9 ± 1,9) dan berbeda signifikan (p = 0,027) dengan kelompok kontrol

(5,0 ± 1,2).
Dapat disimpulkan bahwa konseling dengan memberikan brosur terbukti

efektif dapat meningkatkan kepatuhan suplemasi tablet Fe pada ibu hamil.

Puskesmas diharapkan memiliki minimal satu farmasis. Farmasis harus lebih

inovatif untuk turut membekali bidan dengan konseling yang cukup (clear, clean,

and complete) sehingga tujuan terapi dapat tercapai. Konseling bidan saja dapat

meningkatkan kepatuhan suplementasi tablet besi (Fe) pada ibu hamil apalagi

konseling yang dilakukan oleh farmasis sendiri 50

Dalam penelitiannya Handayani menyampaikan bahwa petugas harus mampu

untuk berperan sebagai kominikator dengan memberikan informasi yang jelas

kepada sasaran atau klien. Komunikasi diperlukan untuk menyampaikan

informasi sehingga bisa meminimalkan ketidaktahuan, sikap dan perilaku

masyarakat terhadap kesehatan. Dalam permasalahan pencegahan anemia pada

ibu hamil, peran petugas bukan hanya sebagai komunikator tapi dituntut bisa

menjadi motivator juga untuk menguatkan minat dan kepatuhan ibu hamil dalam

mengonsumsi tablet Fe.51

Hasil penelitian Vernissa dkk, dengan melakukan intervensi berupa konseling

oleh apoteker di Puskesmas Cibungbulan dan pemberian leaflet pada di

Puskesmas Cileungsi Kabupaten Bogor pada tahun 2013, dengan kesimpulan

penelitian bahwa konseling oleh apoteker atau pemberian leaflet pada ibu hamil

dengan anemia meningkatkan kepatuhan minum tablet besi (P < 0,05) secara

50
Pratama,dkk.Pengaruh Konseling terhadap Kepatuhan Suplementasi Tablet Besi (Fe) pada Ibu Hamil di Kabupaten
Lumajang. Fakultas Farmasi Universitas Jember Jln. Kalimantan 37, Jember 68121e-mail korespondensi:
anton.farmasi@unej.ac.id
51
Handayani,L. Peran Petugas Kesehatan Dan Kepatuhan Ibu Hamil Mengonsumsi Tablet Besi. FKM Universitas Ahmad
Dahlan.Yogyakarta.2013
97

bermakna. Efektivitas leaflet dan konseling terhadap peningkatan kepatuhan

minum tablet besi pada ibu hamil dengan anemia secara statistik tidak berbeda. 52

Hasil penelitian kualitatif Septiani (2016) didapatkan hasil kepatuhan ibu

hamil dalam konsumsi tablet Fe belum berjalan dengan baik, disarankan agar

petugas kesehatan dalam memberikan penjelasan tentang tablet Fe tersebut harus

lebih optimal, dilakukan evaluasi kepatuhan ibu hamil dengan pemeriksaan

berkala kadar Hb. 53

Konseling merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan

ibu hamil sehingga bisa bersikap dan berprilaku lebih baik dan bertanggung jawab

dengan diri sendiri dalam upaya meningkatkan kesehatan dan pencegahan

penyakit. Dengan memberikan konseling tentang anemia dan manfaat tablet Fe

maka ibu hamil akan mengetahui masalah yang sedang terjadi dan termotivasi

untuk mencegah anemia dengan mengonsumsi tablet Fe sesuai dengan yang

dianjurkan.

Dalam memberikan penjelasan kepada sasaran tentunya petugas kesehatan

atau bidan harus dilengkapi dengan buku pedoman pemberian tablet Fe, agar

informasi yang diberikan berdasarkan sumber yang bisa dipertanggungjawabkan,

yang tentunya merupakan hasil dari pemikiran para ahli dan melalui hasil dari

sebuah peneliatian ilmiah.

52
Vernissa,V dkk Efektivitas Leaflet dan Konseling terhadap Kepatuhan Minum Tablet Besi dan Kadar Hemoglobin Ibu
Hamil dengan Anemia di Puskesmas di Kabupaten Bogor. Direktorat Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI, Jl. HR. Rasuna Said Blok X-5 Kuningan Jakarta, Indonesia
53
Septiani,W. Pelaksanaan Program Pemberian Tablet Zat Besi (Fe) Pada Ibu Hamil.Program Magister IKMSTKes Hang
Tuah.Pekanbaru.2016.
Apalagi ibu merasa dalam kondisi sehat-sehat saja sehingga ibu enggan untuk

mengonsumsi tablet Fe. Kecuali jika ibu merasa sakit atau konsidisi tubuh tidak

sehat. Untuk itulah diperlukan konseling dari tenaga kesehatan untuk

meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu hamil tentang pentingnya

mengonsumsi tablet Fe agar ibu patuh mengonsumsinya sebagai upaya untuk

mencegah dan mengobati

anemia selama kehamilan.

Asumsi penulis bahwa hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis

menyatakan tidak ada hubungan konseling dengan kepatuhan minum tablet Fe

bertentangan dengan hasil penelitian lain, hal ini dimungkinkan karena hal-hal

sebagai berikut: waktu konseling tidak memadai, situasi dan kondisi saat

konseling tidak kondusif sehingga konseli kurang bisa menerima informasi yang

disampaikan oleh konselor atau isi pesan yang disampaikan oleh konselor kepada

konseli pada saat konseling kurang jelas dan lengkap.

Penulis juga berasumsi bahwa petugas kesehatan sangat berperan dalam

memberikan pengaruh atau motivasi kepada ibu hamil untuk patuh minum atau

mengonsumsi tablet Fe dengan memberikan konseling yang jelas dan lengkap

terkait pentingnya minum tablet Fe bagi kesehatan ibu maupun bayinya. Kegiatan

konseling ini bisa dilakukan saat pemeriksaan kehamilan, kelas ibu hamil, saat

pelaksanaan pos yandu, dan akan lebih baik jika pada saat pelaksanaan konseling

ibu hamil didampingi oleh keluarga terdekat atau suami.

Konseling juga akan memberikan informasi lebih banyak kepada sasaran

yang dalam hal ini adalah ibu hamil jika konselor memberikan leaflet atau brosur
99

yang bisa dibaca ulang setelah ibu hamil sampai di rumah, dan leaflet atau brosur

tersebut juga bisa dibaca oleh anggota keluarga yang lainnya juga, sehingga akan

memperoleh informasi yang sama. Dengan demikian anggota keluarga bisa

menyampaikan kembali pesan-pesan kesehatan dan bisa mengingatkan ibu hamil

untuk tidak lupa minum tablet Fe.

7.2.3 Hubungan kelas ibu hamil dengan kepatuhan minum tablet fe pada ibu

hamil trimester III

Hasil penelitian menunjukan responden yang pernah mengikuti kelas ibu

hamil memiliki perilaku patuh mengonsumsi tablet Fe sebanyak 87 responden

(49,7 %) dan 88 responden (50,3%) berperilaku tidak patuh mengonsumsi Fe.

Dalam penelitian ini hasil uji statistik menyatakan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara kelas ibu hamil dengan kepatuhan minum tablet Fe pada ibu

hamil trimester III di wilayah kerja Puskesmas Gekbrong.

Hasil analisis statistik diperoleh pula nilai odss ratio (OR) = 2,908 dengan

95 % Confindence Interval (CI) : 1,556 – 5,432 artinya reponden yang pernah

mengikuti kelas ibu hamil mempunyai peluang 2,908 kali lebih tinggi untuk patuh

minum tablet Fe dibandingkan dengan responden yang tidak pernah mengikuti

kelas ibu hamil. Dengan kata lain ibu yang pernah mengikuti kelas ibu hamil

mempunyai peluang atau kesempatan untuk patuh minum atau mengonsumsi

tablet Fe 2,9 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil yang tidak pernah ikut kelas

ibu hamil.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya antara

lain yang dilakukan oleh Pujaningsih dkk, (2013) menyatakan ada hubungan yang

bermakna antara kelas ibu hamil dengan kepatuhan mengonsumsi tablet besi (p =

0.010), terdapat hubungan yang bermakna antara kelas ibu hamil dengan tingkat

kecukupan zat besi (p = 0.043) dan ada hubungan yang sangat bermakna antara

kelas ibu hamil dengan kadar hemoglobin ibu hamil (p = 0.001). Ibu yang

mengikuti kelas ibu hamil mampu meningkatkan kadar Hb pada kehamilan

Trimester II dan III sehingga dapat mencegah risiko anemia gravidarum.

Penelitian Yeni Andriani, Supriyadi Hari Respati dan Okid Parama Astirin,

dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh keikutsertaan

di dalam kelas ibu hamil terhadap risiko ibu hamil untuk mengalami anemia

gravidarum, dan secara statistik mendekati signifikan. Ibu hamil yang mengikuti

kelas ibu hamil memiliki risiko untuk mengalami anemia 1/5 kali lebih rendah

dari pada tidak mengikuti kelas ibu hamil.

Kelas ibu hamil merupakan kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur

kehamilan antara 4 minggu sampai dengan 36 minggu (menjelang persalinan)

dengan jumlah peserta maksimal 10 orang yang bertujuan umum untuk

meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami

mengenai kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan

kehamilan, persalinan, nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir.

Kelas ibu hamil bertujuan khusus untuk meningkatkan pemahaman, sikap dan

perilaku ibu hamil tentang kehamilan melalui penyuluhan dan pengaturan gizi

termasuk pemberian tablet tambah darah untuk penanggulangan anemia. 54

54
Ibid. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2009.
101

Asumsi penulis bahwa kelas ibu hamil merupakan kegiatan pembelajaran

yang ditujukan bagi ibu hamil untuk dan mendapatkan berbagai informasi terkait

kesehatan ibu dan bayi, selain itu kelas ibu hamil merupakan sarana untuk

berdiskusi dan saling berbagi pengalaman terkait kesehatan, hal ini tentunya akan

akan memberikan pengaruh positif terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku

kesehatan. Kegiatan kelas ibu hamil minimal dilaksanakan tiga kali dan satu kali

pertemuan wajib dihadiri oleh keluarga atau suami, dengan demikian yang

mendapat pengetahuan bukan saja ibu hamilnya tetapi keluarga atau suaminya

juga, dengan bertambahnya pengetahuan keluarga sehingga suami atau keluarga

dapat memberikan dorongan atau pendampingan lebih baik lagi kepada ibu hamil,

termasuk diantaranya adalah mengingatkan ibu untuk minum tablet Fe.

7.2.4 Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum tablet fe pada

ibu hamil trimester III dukungan keluarga

Hasil penelitian menunjukan responden yang mendapatkan dukungan

keluarga memiliki perilaku patuh minum tablet Fe sebanyak 87 ( 49,2%)

danresponden yang tidak mendapatkan dukungan sebanyak 17 responden (26 %)

saja yang patuh dalam konsumsi Fe.

Dari hasil uji statistik di peroleh nilai p = 0,02 < α 0,05 disimpulkan bahwa

ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kepatuhan

minum tablet Fe pada ibu hamil trimester III di wilayah kerja Puskesmas

Gekbrong tahun 2019. Hasil uji statistik juga didapatkan Odds Ratio = 2,75

artinya ibu yang mendapatkan dukungan keluarga mempunyai peluang 2,7 kali
lebih tinggi untuk patuh minum Fe dibandingkan dengan ibu yang tidak

mendapatkan dukungan keluarga.

Dalam penelitian ini didapatkan bahwa responden yang tidak mendapatkan

dukungan dari keluarga sebagian besar 73, 8 % tidak patuh mengonsumsi tablet

Fe. Jika dukungan keluarga kurang baik maka kepatuhan ibu hamil dalam

mengonsumsi tablet Fe juga akan kurang baik, dan sebaliknya jika dukungan

keluarga baik maka kepatuhan ibu hamil akan baik.

Dalam bukunya Padila mengatakan bahwa sistem pendukung utama untuk

memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan sehat ataupun sakit adalah

dukungan keluarga. Sementara itu Nugroho dkk menyampaikan bahwa salah satu
55

anggota keluarga yang berpengaruh adalah ibu ,sehingga perubahan apapun yang

terjadi pada ibu akan mempengaruhi keluarga, orang yang paling penting bagi

seorang wanita adalah suaminya. Jika wanita diperhatikan dan dikasihi oleh

pasangannya selama kehamilan akan lebih mudah melakukan penyesuaian diri

selama kehamilan dan sedikit resiko komplikasi persalinan. 56

Dukungan keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan

lingkungan sosialnya. Dukungan keluarga adalah dukungan yang diberikan baik

dalam moril maupun materil kepada anggota keluarga yang hamil berupa

dorongan untuk merawat dan memeriksakan kehamilannya sesuai jadwal. 57

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Kristianingsih dan Setu Retno

menyatakan ada hubungan bermakna antara dukungan keluarga dengan

55
Padila. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Nuha Medika.2014
56
Nugroho, dkk. 2014. Buku Ajar Askeb Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika.2014

57
Prasetyawati, A. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Yogyakarta : Nuha Medika.2012
103

kepatuhan ibu hamil trimester II dan III mengonsumsi suplementasi tablet Fe

dengan kategori cukup tinggi, diketahui suami mempunyai pengaruh yang besar

dalam penyelesaian masalah yang dihadapi ibu hamil, lingkungan keluarga dapat

membuat ibu merasa lebih nyaman dan aman karena saat hamil ibu ingin selalu di

berikan kasih sayang dan perhatian lebih oleh keluarga terutama suami. 58

Dari hasil penelitiannya Ratna juga menyampaikan bahwa sebagian besar ibu

hamil tidak patuh mengonsumsi suplementasi tablet Fe dan tidak mendapatkan

support dari keluarga terutama suami, yang menyebabkan k etidakpatuhan antara

lain yaitu kurangnya dukungan keluarga. Seandainya dukungan keluarga kurang

baik maka akan kurang baik juga kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet

Fe, dan sebaliknya ibu hamil patuh untuk mengonsumsi tablet Fe jika dukungan

yang dia terima dari keluarga baik. Lingkungan keluarga dapat memberikan rasa

lebih nyaman dan aman karena dukungan yang diberikan oleh keluarga dalam hal

ini terutama adalah suami, yang mempunyai pengaruh besar dalam menyelesaikan

masalah yang dihadapi oleh ibu hamil. Ibu hamil selalu ingin mendapatkan kasih

saying dan perhatian lebih dari keluarga terutama suami. 59

Tetapi jika ibu hamil tetap kurang baik dalam mengonsumsi tablet Fe. Hal

tersebut dikarenakan oleh faktor lain yang mempengaruhi bisa karena kurangnya

kesadaran pada diri ibu hamil akan penting dan manfaat mengonsumsi

suplementasi tablet Fe bisa juga karena lupa minum tablet Fe atau karena adanya

58
Kristaningsih,R.dkk. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Trimester Ii Dan Iii Mengonsumsi
Suplementasi Tablet Fe Di Wilayah Kerja Puskesmas Dukuh Klopo Kabupaten Jombang 2015
59
Ibid,Kristianingsih 2015
efek samping yang dapat membuat ibu hamil tidak mau mengonsumsi

suplementasi tablet Fe.

Dukungan yang dapat diberikan oleh keluarga terutama suami yaitu berupa

dukungan informasional, emosional, instrumental dan penilaian. Suami

seharusnya merasakan atau berempati terhadap masalah yang dihadapi oleh

istrinya, dengan memberikan informasi kepada istri untuk minum obat pada

malam hari karena dapat mengurangi efek samping mual muntah juga

memberikan informasi akan pentingnya mengonsumsi suplementasi tablet Fe

tersebut.

Suami seharusnya mendengarkan semua keluhan yang dirasakan oleh ibu

hamil dan menemani saat pemeriksaan kehamilan, menemani saat mengikuti kelas

ibu hamil, juga membantu atau menyiapkan obat yang akan diminum oleh ibu

serta mengingatkan istri jika lupa minum suplementasi tablet Fe. Suami juga

seharusnya memberikan penghargaan atau pujian kepada istri setelah meminum

suplementasi tablet Fe.

Dari hasil wawancara yang penulis lakukan didapatkan juga bahwa sebagian

besar ibu hamil yang tidak patuh dalam mengonsumsi tablet Fe antara lain

dikarenakan efek samping dari tablet Fe tersebut yang dapat menyebabkan mual,

susah buang air besar, faeces berwarna kehitamab sehingga membuat ibu hamil

merasa cemas, mereka atau masyarakat berasumsi jika faeces sudah berwarna

kehitaman itu merupakan tanda bahwa akan segera terjadi kematian. Selain itu

faktor ketidakpatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet Fe juga dikarenakan

sering lupa dan tidak ada orang yang mengingatkan.


105

Asumsi penulis bahwa, ibu hamil membutuhkan keberadaan orang lain dalam

hal ini keluarga terdekat atau suami untuk memberikan dorongan, perhatian,

membantu dalam menghadapi permasalahan kesehatan. Terkait dengan perilaku

patuh minum tablet Fe, seorang ibu hamil membutuhkan orang terdekat yang

dapat mengingatkan dan membantunya untuk minum tablet Fe sesuai dengan

ketentuan yang seharusnya. Dukungan keluarga merupakan hal yang sangat

penting dalam memberikan perubahan terhadap sikap dan perilaku kesehatan

anggota keluarganya. Dalam keluarga terdapat hubungan yang erat secara

emosional, hal ini akan menciptakan rasa mempercayai jika anggota keluarga

memberikan masukan atau nasihat .

Dengan adanya dukungan dari keluarga maka ibu hamil akan merasa

diperhatikan, dicintai, disayangi dan hal ini tentunya menjadi salah satu faktor

yang membuat ibu hamil bersemangat untuk menerapkan pesan-pesan kesehatan

yang disampaikan oleh keluarga termasuk salah satunya adalah patuh minum

tablet Fe.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian penulis tentang hubungan konseling, kelas ibu hamil

dan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum tablet fe pada ibu hamil

trismester III di Puskesmas Gekbrong Kabupaten Cianjur Tahun 2022 maka

didapatkan hasil sebagai berikut ini :

A. Kesimpulan

1. Tidak ada hubungan yang bermakna antara konseling dengan kepatuhan

minum tablet Fe pada ibu hamil trimester III, didapatkan nilai p = 0,1 atau

nilai p-value > α-value (0,05).

2. Ada hubungan yang bermakna antara keikutsertaan kelas ibu hamil

dengan kepatuhan minum tablet Fe pada ibu hamil trimester III, dengan

nilai p-value = 0,001 atau nilai p value < α-value (0,05) dan Odds Ratio =

2,908, artinya ibu hamil yang pernah ikut kelas ibu hamil mempunyai

peluang 2,9 kali lebih tinggi untuk patuh minum Fe dibandingkan dengan

ibu yang tidak pernah mengikuti kelas ibu hamil.

3. Ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan

kepatuhan minum tablet tablet Fe pada ibu hamil trimester III dengan nilai

p-value = 0,002 atau nilai p value < α-value (0,05).) dan Odds Ratio =

2,729, artinya ibu yang mendapatkan dukungan keluarga mempunyai

peluang 2,7 kali lebih tinggi untuk patuh minum Fe dibandingkan dengan

ibu yang tidak mendapatkan dukungan keluarga.

106
107

B. Saran

Berikut ini saran atau masukan yang penulis sampaikan terkait dengan hasil

kesimpulan penelitian yang telah dilakukan.

1. Saran untuk kesimpulan satu (1) :

a.Untuk Dinas kesehatan dapat memfasilitasi pelatihan Komunikasi

Interpersonal/Konseling (KIP/K) bagi petugas kesehatan khususnya bidan.

b. Untuk puskesmas mengadakan kalakarya tentang Komunikasi

Interpersonal/Konseling (KIP/K) bagi petugas kesehatan khususnya bidan

dan membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang : pelaksanaan

konseling , kegiatan kelas ibu hamil, agar kegiatan tersebut terstandar atau

sesuai dengan ketentuan yang berlaku

c.Untuk petugas kesehatan agar meningkatkan keterampilan komunikasi agar

kegiatan konseling berjalan dengan baik, informasi disampaikan dengan

jelas dan dilengkapi dengan sarana media promosi terkait pentingnya

tablet Fe dan kelas ibu hamil dalam bentuk leaplet atau brosur.

2. Saran untuk kesimpulan dua (2) :

a. Untuk Dinas Kesehatan adanya monitoring dan evaluasi berjenjang dalam

pelaksanaan kelas ibu hamil, dan pendistribuasian tablet Fe terutama di

lokus fokus puskesmas dengan jumlah kasus ibu hamil anemianya tinggi.

b. Untuk Puskesmas dalam sosialisasi kegiatan kelas ibu hamil tidak hanya

ditujukan pada kelompok sasaran ibu hamil tetapi disampaikan juga

kepada seluruh masyarakat secara luas.


c. Untuk petugas kesehatan waktu pelaksanaan kelas ibu hamil harus disepati

terlebih dahulu dengan kelompok sasaran agar memungkinkan suami atau

anggota kelurga dapat ikut hadir di kelas ibu hamil minimal satu kali

pertemuan.

d. Untuk ibu hamil dalam pelaksanaan kelas ibu hamil diharpakan bisa

membawa suami atau anggota keluarga yang lain untuk hadir atau

mendampinginya dalam kegiatan kelas ibu hamil agar ada anggota

keluarga yang mengingatkan atau mengawasi agar ibu hamil selalu ingat

dan patuh untuk mengonsumsi tablet Fe.

3. Saran untuk kesimpulan tiga (3) :

a. Untuk petugas kesehatan agar lebih memotivasi ibu hamil untuk mengajak

suami atau keluarga hadir dalam kegiatan kelas ibu hamil.

b. Untuk ibu hamil agar menyampaikan semua infomasi terkait

perkembangan kesehatan ibu dan bayi atau permasalahan kesehatan

lainnya kepada keluarga, sehingga keluarga termotivasi untuk memberikan

memberikan dukungannya.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Hidayani. 2011. “Kepatuhan Ibu Hamil Mengonsumsi Tablet Tambah


Darah Di Puskesmas Mumbulsari,Kecamatan Mumbulsari,Kabupaten
Jember,Provinsi Jawa Timur.”
Anon. 2019a. “Inovasi: Arti, Tujuan, Manfaat, Dan Ciri-Ciri Inovasi.” Retrieved
June 17, 2019 (https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-
inovasi.html).
Anon.2019b.“Pengertian Konseling Menurut Para Ahli.” Retrieved
(Indonesiastudents.com/pengertian-konseling-menurut-para
ahli/(https//indonesiastudents.com:https)).
Asmuji, Dian. 2014. Buku Ajar Keperawatan. Yogyakarta. Ar-Ruzz Media.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan. 2013.
“Laporan Hasil Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2010.” Jakarta: Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (Penyakit Menular):103.
Balai Pustaka. 2002. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002 Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta.
Cianjur, Dinas Kesehatan Kabupaten. 2018. “Data Kesehatan Kabupaten Cianjur
Tahun 2018.”
Cimahi, Dinas Kesehatan Kota. 2018. “Sistem Informasi DBD Kota Cimahi.”
D, Indriyani. 2003. “Aplikasi Konsep&Teori Keperawatan Maternitas
Postpartum Dengan Kematian Janin.”
Dewi.MS. 2014. “Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Frekuensi
Kunjungan ANC Pada Komunitas Ibu Slum Area Kota Tangerang Banten.”
Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur. 2018. “Profil Kesehatan Kabupaten Cianjur
Tahun 2018.”
Gekbrong, Puskesmas. 2018. “Penilaan Kinerja Puskesmas Gekbrong 2018.”
Heri.P. 1999. “Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan.”
Indonesia, Kementrian Kesehatan Republik. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2014 Tentang Penanggulangan
Penyakit Menular. Vol. 3.
Indonesia, Kementrian Kesehatan Republik. 2018a. “24 Indikator Kesehatan
Dalam IPKM.” (59):491985–86.
Indonesia, Kementrian Kesehatan Republik. 2018b. “Profil Kesehatan
Indonesia.” 33(0).
Is Susiloningtyas.2004.“Pemberian Zat Besi (Fe) Dalam Kehamilan.”
Juwita, Ratna. 2018. “Hubungan Konseling Dan Dukungan Keluarga Terhadap
Kepatuhan Ibu Hamil Mengonsumsi Tablet Fe.”
Kementrian Kesehatan. 2017. Kelas Ibu. Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil.
Indonesia: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Petunjuk Teknis Surveilans
Demam Berdarah Dengue. 2015: Direktorat Jenderal Pengendalian dan
Penyehatan Lingkungan.

109
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. “Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2017.”
Kesehatan, Kementrian. 2019. “Slogan, Dan Visual Gizi Seimbang.”
Kesehatan, Litbang Kementrian. 2010. “Riset Kesehatan Dasar.”
Luknis Sabri. 1996. Aplikasi Survey Cepat. FKM Universitas Indonesia. Jakarta.:
Pusdakes Depkes RI.
Mahmud.D. 2010. Hubungan Dukungan Keluarga Dan Religius Dengan
Kecemasan Melahirkan Pada Ibu Hamil Anak Pertama. Indonesia: Uinklt.
Masri Singarimbun, Sofian EfFendi. 1995. Masri. Indonesia: PT Pustaka LP3ES
Indonesia-USAID.
Mulawarman. 2017. “Buku Ajar Dasar Konseling Bagi Konselor Pendididkan.”
Nirdayani. 2012. “Pengaruh Kepatuhan Mengonsumsi Tablet Fe Terhadap Kadar
Hemoglobin (Hb) Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Kabupaten
Aceh Tengah Tahun 2012.”
Niven.N. 2002. Health Psychology : An Introduction for Nurses and Other Health
Care ProFessionals.
Nursalam, Dkk. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinveksi HIV/AIDS.
Jakarta: Salemba Medika.
Padila. 2014. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Nuha
Medika.Pustaka, Balai. 2019. “Keluarga.”
RC, Dewi. 2008. “Pengaruh Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD), Seng
Dan Vitamin A Terhadap Kadar Hemoglobin Ibu Hamil.” Universitas
Indonesia.
Rukiyah dkk. 2009. Asuhan Kebidanan 1 (Kehamilan). Indonesia: CV Trans Info
Media.
S, Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Indonesia: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Soekidjo Notoatmodjo. 1993. “Pengantar Pendididkan Dan Ilmu Perilaku
Kesehatan.” Jakarta.Rineka Cipta
Soekidjo Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Jakarta.Rineka Cipta.
Septiani,W. 2016. Pelaksanaan Program Pemberian Tablet Zat Besi (Fe) Pada
Ibu Hamil. Program Magister IKMSTKes Hang Tuah.Pekanbaru.
Venni Vernissa,dkk.2017. Efektivitas Leaflet dan Konseling terhadap Kepatuhan
Minum Tablet Besi dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Anemia di
Puskesmas di Kabupaten Bogor. Direktorat Jenderal Farmasi dan Alat
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Jl. HR. Rasuna Said Blok X-5
Kuningan Jakarta, Indonesia
Wiradnyani. 2013. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Ibu
Mengonsumsi Tablet Besi-Folat Selama Kehamilan.” Jurnal Gizi Dan
Pangan.
World Health Organization. 2015. Prevention of Iron Deficiency Anemia in
Adolescent.
Yusnaini. 2014. “Pengaruh Konsumsi Jambu Biji (Psidium Guajava. L) Terhadap
Perubahan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Anemia Yang Mendapat
Suplementasi Tablet Fe.”
111

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai