Anda di halaman 1dari 27

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama sekolah : SMK Negeri 7 Medan


Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XII/1
Materi pokok : Teks cerita sejarah
Alokasi waktu : 4 x 45 menit (2 kali pertemuan)

A. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar IPK
3.3 Mengidentifikasi informasi, yang 1. Mengidentifikasi struktur teks cerita
mencakup orientasi, rangkaian kejadian sejarah
yang saling berkaitan, komplikasi dan 2. Mendata struktur (orientasi, rangkaian
resolusi, dalam cerita sejarah lisan atau kejadian yang saling berkaitan,
tulis komplikasi dan resolusi), nilai-nilai,
hal-hal yang menarikdalam cerita
(novel) sejarah.
4.3 Mengonstruksi nilai-nilai dari informasi 1. Mengidentifikasi isi teks cerita sejarah
cerita sejarah dalam sebuah teks 2. Mengidentifikasi nilai-nilai cerita
eksplanasi (novel) sejarah
3. Menyusun kembali nilai-nilai dari
cerita (novel) sejarah ke dalam teks
eksplanasi
4. Mempresentasikan, menanggapi,
merevisi teks eksplanasi yang disusun.

B. Tujuan
Setelah kegiatan belajar mengajar selesai, peserta didik dapat:
1. Mengidentifikasi struktur teks cerita sejarah
2. Mendata struktur (orientasi, rangkaian kejadian yang saling berkaitan, komplikasi dan resolusi),
nilai-nilai, hal-hal yang menarikdalam cerita (novel) sejarah.
3. Mengidentifikasi isi teks cerita sejarah
4. Mengidentifikasi nilai-nilai cerita (novel) sejarah
5. Menyusun kembali nilai-nilai dari cerita (novel) sejarah ke dalam teks eksplanasi
6. Mempresentasikan, menanggapi, merevisi teks eksplanasi yang disusun.

C. Model, Metode, dan Media


Pendekatan : saintifik
Model pembelajaran : problem based learning dan project based learning
Metode pembelajaran : ceramah, diskusi, tanya jawab
Media pembelajaran : youtube, video pembelajaran, powerpoint

D. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan 1
• Peserta didik memberi salam dan berdoa
PENDAHULUAN • Guru mengecek kehadiran peserta didik dan memberi motivasi
(10 menit) • Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran tentang topik yang
akan diajarkan
• Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan langkah
pembelajaran
• Peserta didik menyaksikan dan mengamati tayangan tentang teks cerita
sejarah melalui powerpoint yang ditampilkan.
Mengamati
• Peserta didik mengamati contoh teks cerita sejarah yang ada pada buku
pelajaran bahasa Indonesia.

• Guru memberikan pertanyaan terkait ciri-ciri dan struktur teks cerita


KEGIATAN INTI (70 menit)

Menanya sejarah
• Peserta didik bertanya jawab tentang ciri-ciri dan struktur teks cerita
sejarah.

• Peserta didik beridiskusi secara berkelompok mengidentifikasi dan


Mengumpulkan mengumpulkan informasi terkait ciri-ciri dan struktur teks cerita sejarah
informasi yang ada pada buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk selanjutnya dapat
disajikan hasilnya

• Peserta didik mengasosiasi informasi terkait ciri-ciri dan struktur teks cerita
Mengasosiasi sejarah yang ditemukan dalam teks cerita sejarah yang ada pada buku
pelajaran Bahasa Indonesia dan kemudian disajikan dalam bentuk
persentase kelompok.
Mengomunikasi • Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka, kemudian
kan kelompok lain memberikan komentar dan masukan.

• Guru membuat rangkuman/ simpulan pelajaran.


PENUTUP (10 • Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
menit) • Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran
• Guru memberikan pekerjaan rumah dalam bentuk LKPD

Pertemuan kedua
• Peserta didik memberi salam dan berdoa
• Guru mengecek kehadiran peserta didik dan memberi motivasi
PENDAHULUAN • Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran tentang topik yang
(10 menit) akan diajarkan
• Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan langkah
pembelajaran
• Peserta didik menyaksikan dan mengamati tayangan nilai-nilai dalam teks
KEGIATAN INTI (70 menit)

Mengamati
https://www.youtube.com/watch?v=lODf2IpP8tU

Menanya • Guru bersama peserta didik bertanya jawab tentang nilai-nilai dalam teks
cerita sejarah.

Mengumpulkan
• Peserta didik mengumpulkan bahan dari berbagai sumber terkait nilai-
informasi nilai dalam teks cerita sejarah.
• Siswa bersama kelompoknya menerima teks cerita sejarah untuk
Mengasosiasi
menentukan nilai-nilai yang terkandung dalam teks cerita sejarah
tersebut.
• Setiap kelompok secara bergantian mempresentasikan hasil kerja
Mengomunikasi kelompoknya dalam diskusi kelas untuk memverifikasikan hasil kerjanya.
kan • kelompok lain memberikan tanggapan terkait nilai-nilai cerita (novel)
sejarah.
• Guru dan peserta didik lain memberikan komentar dan masukan.
• Guru menghubungkan nilai-nilai dalam teks cerita sejarah dengan nilai-
PENUTUP (10 nilai dalam kehidupan sehari-hari.
menit) • Siswa mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum dikuasai.
• Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran hari itu.

E. PENILAIAN
1. Kompetensi keagamaan dan sosial
a. Teknik penilaian : observasi/ pengamatan
b. Bentuk : catatan hasil observasi
c. Instrumen : jurnal (terlampir)
2. Kompetensi Pengetahuan:
a. Teknik penilaian :tes
b. Bentuk Penilaian :Tes lisan (kuis) dan penugasan indiividu dan kelompok.
c. Instrumen penilaian: kuis (daftar soal) dan lembar kerja (terlampir)
3. Kompetensi keterampilan :
a. Teknik penilaian :penugasan.
b. Bentuk :tugas tertulis.
c. Instrumen penilaian :lembar kerja dan penilaian presentasi
4. Remedial
a. Pembelajaran remedial dilakukan bagi Siswa yang capaian KD nya belum tuntas
b. Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remidial teaching (klasikal), atau
tutor sebaya, atau tugas dan diakhiri dengan tes.
c. Tugas remedial, dilakukan sebanyak 3 kali yaitu dengan cara menugaskan kepada siswa
untuk membenahi tugas yang telah dikerjakan sehingga memenuhi ketentuan yang
ditetapkan.
5. Pengayaan
Bagi Siswa yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan pembelajaran pengayaan sebagai
berikut:
a. Siwa yang mencapai nilai n(ketuntasan) < n(maksimum) diberikan materi masih dalam
cakupan KD dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan.
b. Siwa yang mencapai nilai n > n(maksimum) diberikan materi melebihi cakupan KD
dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambaha

Medan, November 2022


Mengetahui
Kepala SMKN 7 Medan Guru Mata Pelajaran

Roberth Lesbatta, M.Si Irma Yani Tarigan, S.Pd.


BAHAN AJAR
TEKS CERITA SEJARAH

Penyusun:
Irma Yani Tarigan, S.Pd.

PETA KONSEP

SMA
MATERI PEMBELAJARAN

A. Pengertian Cerita Sejarah


Teks sejarah merupakan teks yang didalamnya menjelaskan tentang peristiwa atau kejadian
masa lampau yang bersifat faktual, disajikan secara kronologis dan memiliki nilai kesejarahan
(Engkos Kosasih, 2019 :21). Sedangkan teks cerita atau novel sejarah merupakan cerita atau novel
yang didalamnya menjelaskan dan menceritakan tentang fakta kejadian masa lalu yang menjadi asal-
muasal atau latar belakang terjadinya sesuatu yang memiliki nilai kesejarahan, bisa bersifat naratif
dan deskriptif, dan disajikan dengan daya khayal pengetahuan yang luas dari pengarang (Maman
Suryaman, dkk, 2018:32).
Cerita sejarah tergolong kedalam genre teks naratif seperti halnya novel pada umumnya.
Didalamnya terdapat unsur penokohan, alur, atau rangkaian peristiwa serta latar. Hanya saja yang
satu bersifat informatif (faktual) dan yang satunya lagi berupa fiksi. Cerita sejarah yang bersifat fiksi
banyak dibumbui oleh cerita imajinatif penulis, namun ide dasar cerita tetap fokus pada cerita
faktualnya. Cerita Sejarah yang bersifat faktual disebut teks sejarah, sedangkan cerita sejarah yang
bersifat imajinatif disebut teks cerita sejarah atau novel sejarah.
Teks Sejarah dapat pula dikategorikan sebagai rekon atau cerita ulang. Berdasarkan jenisnya,
cerita ulang terdiri atas tiga jenis, yakni rekon pribadi (pengalaman pribadi), rekon faktual (cerita
faktual/informasional) dan rekon imajinatif (cerita imajinatif). Rekon pribadi adalah cerita yang
memuat suatu kejadian dan penulisnya terlibat secara langsung dalam cerita tersebut. Rekon faktual
adalah cerita yang memuat kejadian faktual seperti eksperimen ilmiah, laporan polisi, dan lain-lain.
Sedangkan Rekon imajinatif adalah cerita yang memuat kisah faktual yang dikhayalkan dan
diceritakan secara lebih rinci. Teks Cerita (novel) sejarah tergolong ke dalam rekon imajinatif.

B. Struktur Teks Cerita Sejarah


Novel sejarah, seperti juga novel-novel lainnya, termasuk dalam genre teks
cerita ulang. Novel sejarah juga mempunyai struktur teks yang sama dengan
struktur novel lainnya yaitu orientasi, pengungkapan peristiwa, rising action,
komplikasi, evaluasi/resolusi, dan koda.
1. Pengenalan situasi cerita (exposition, orientasi)
Dalam bagian ini, pengarang memperkenalkan setting cerita baik waktu, tempat, maupun
peristiwa. Selain itu, orientasi juga dapat disajikan dengan mengenalkan para tokoh, menata
adegan, dan hubungan antartokoh.
2. Pengungkapan peristiwa
Dalam bagian ini disajikan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah, pertentangan,
ataupun kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya.
3. Menuju konflik (rising action)
Terjadi peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun keterlibatan berbagai situasi
yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh.
4. Puncak konflik (turning point, komplikasi)
Bagian ini disebut pula sebagai klimaks. Inilah bagian cerita yang paling besar dan mendebarkan.
Pada bagian ini pula, ditentukannya perubahan nasib beberapa tokohnya. Misalnya, apakah dia
kemudian berhasil menyelesaikan masalahnya atau gagal.
5. Penyelesaian (evaluasi, resolusi)
Sebagai akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan ataupun penilaian tentang sikap ataupun
nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu. Pada bagian ini pun
sering pula dinyatakan wujud akhir dari kondisi ataupun nasib akhir yang dialami tokoh utama.
6. Koda
Bagian ini berupa komentar terhadap keseluruhan isi cerita, yang fungsinya sebagai penutup.
Komentar yang dimaksud bisa disampaikan langsung oleh pengarang atau dengan
mewakilkannya pada seorang tokoh. Hanya saja tidak setiap novel memiliki koda, bahkan novel-
novel modern lebih banyak menyerahkan simpulan akhir ceritanya itu kepada para pembacanya.
Mereka dibiarkan menebak-nebak sendiri penyelesaianceritanya.
Jika mencermati strukturnya antara teks sejarah dan teks cerita atau novel sejarah sangatlah berbeda
karena teks sejarah disajikan secara naratif faktual, rangkaian peristiwa bersifat gradual, ada kepastian pada
akhir cerita sedangkan novel sejarah identik dengan karangan fiksi dikemas berdasarkan daya imajinatif
penulis namun tetap bersumber pada cerita faktual, rangkaian peristiwa bersifat hierarkis, tidak ada kejelasan
diakhir cerita, dibumbui dengan konflik yang sengaja dihadirkan untuk membangkitkan emosi pembaca.
Beberapa contoh teks cerita (novel) sejarah yang saat ini berkembang antara lain Cut Nyak Dien karya
M.H Sekely Lulof, Perempuan Keumala karya Endang Moedopo, Napoleon dari Tanah Rencong karya
Akmal Nasery Basral, Saksi karya Seno Gumra Adjidarma, Arus Balik dan Mangir karya Pramoedya Ananta
Toer, Rumah Kaca karya Pramoedya Ananta Toer, serta Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer.

Sebuah cerita bergenre sejarah patut dikenalkan kepada generasi muda dengan tujuan untuk memberikan
pengetahuan kepada siswa tentang peristiwa sejarah dalam rangka membangun jiwa nasionalisme dan
menanamkan nilai-nilai positif dari keteladanan tokoh atau peristiwa sejarah.

C. Nilai-nilai dalam Teks Cerita Sejarah


1. Nilai Moral atau etik, merupakan nilai yang menggambarkan perilaku dan pembentukan akhlak
yang baik. Biasanya, nilai ini dapat diketahui melalui deskripsi tokoh, hubungan antartokoh,
dialog, dan lain-lain.
2. Nilai Budaya, merupakan nilai yang bisa kita dapatkan dari kebiasaan adat dan pola pikir
masyarakat dalam teks sejarah yang dihubungkan dengan kehidupan nyata. Biasanya nilai ini
dapat diketahui dengan penggambaran adat istiadat, bahasa dan gaya bicara tokoh yang
mencerminkan bahasa tertentu dan kebiasaan yang berlaku pada tempat para tokoh.
3. Nilai Pendidikan, merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan perilaku baik, dewasa,
dan bermanfaat, serta dapat memilah mana yang baik dan buruk. Selain itu, bisa juga berhubungan
dengan sesuatu hal yang mempunyai latar belakang pendidikan atau pengajaran.
4. Nilai Sosial, merupakan nilai yang berhubungan dengan masalah sosial dan hubungan manusia
dengan masyarakat (interaksi sosial antar manusia). Biasanya nilai ini dapat diketahui dengan
penggambaran hubungan antar tokoh.
5. Nilai Psikologi, merupakan nilai yang bisa kita dapat dengan melihat kondisi kejiwaan atau batin
tokoh – tokoh dari teks sejarah tersebut.
6. Nilai Agama, merupakan nilai yang berhubungan dengan norma-norma agama. Biasanya nilai ini
dapat diketahui dengan symbol agama tertentu, kutipan atau dalil dari suatu kitab suci, dan
penggambaran nilai-nilai kehidupan yang dilandasi ajaran agama yang bersifat universal
D. Kebahasaan Teks Cerita Sejarah
Bahasa adalah bahan dasar sebuah cerita sejarah. Bahasa merupakan sistem tanda yang digunakan
oleh masyarakat. Sistem bahasa juga memiliki sifat-sifat yang khas (Tewuw, 1983:97), yakni lincah, luwes,
longgar, malahan licin, licik serta penuh dinamika sehingga memberikan segala macam kemungkinan untuk
pemanfaatan yang kreatif dan orsinal (termasuk dari segi konsep).
Bahasa yang digunakan dalam teks novel sejarah identik dengan penggunaan bahasa konotatif dan
emotif. Penggunaan bahasa konotatif dan emotif dalam teks cerita novel sejarah sengaja diwujudkan
pengarang melalui beragam gaya bahasa, pencitraan, dan beragam pengucapan. Setiap teks memiliki unsur
kebahasaan yang berbeda-beda, demikian pula dengan novel sejarah. Pada bagian berikut Anda akan
mempelajari kaidah kebahasaan teks cerita atau novel sejarah.
Kaidah Kebahasaan Teks Cerita atau Novel Sejarah adalah sebagai berikut:
1. Banyak menggunakan kalimat bermakna lampau
Contoh:
Memasuki abad kelima belas Masehi Majapahit mendapat sebuan berkali-kali dari Kerajaan
Kediri. Ketika itu Kerajaan Kediri dipimpin oleh Prabu Girindrawardana. Banyak adipati di daerah
itu yang bertekuk lutut pada Kerajaan Kediri.
2. Banyak menggunakan kata penghubung yang menyatakan urutan waktu (konjungsi temporal).
Seperti: sejak saat itu, setelah itu, kemudian, mula-mula, lalu, selanjutnya, suatu hari, telah,
berlalu dll.
3. Contoh:
a. Setelah juara gulat itu pergi Sang Adipati bangkit dan berjalan tenang tenang masuk ke
kadipaten.
b. “Sejak sekarang kau sudah boleh membuat rancangan yang harus kau lakukan, Gagak Bongol.
Sementara itu dimana pencandian akan dilakukan, aku usahakan
malam ini sudah diketahui jawabnya.”
4. Banyak menggunakan kata penghubung yang menyatakan sebab akibat (konjungsi kausalitas),
seperti ; karena, sebab, karena itu, oleh karena itu.
Contoh:
a. Kerajaan Mataram pun menghormatinya karena di kerajaan Islam itu berperan pula seorang
wali, yakni Syeikh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
b. Karena itu, kedudukan Sultan diserahkan kepada Pangeran Sebakingking atau yang bergelar
Sultan Maulana Hasanuddin
5. Banyak menggunakan fungsi keterangan tempat dan waktu. Hal itu terkait dengan cerita sejarah,
sebagai teks naratif yang selalu menghadirkan latar, penokohan, dan alur.
Contoh:
Kerajaan yang bercorak islam pertama di Sulawesi berdiri di daerah Makassar Ada dua kerajaan
disana: Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo. Raja Gowa bernama Daeng Mannabia. La bergelar
Sultan Alauddin. Raja Tallo bernama Karaeng Matoaya. la bergelar Sultan Abdulah. Pada abad
ke-17, kedua raja tersebut sudah memeluk agama Islam.
6. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan sesuatu tindakan (kata kerja material).
Contoh:
Sultan Hasanuddin wafat pada tahun 1570 dan digantikan putranya Maulana yusuf. Ia berhasil
mengalahkan kerajaan sunda yang masih menganut agama Hindu.
7. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh
tokoh (kata kerja mental), misalnya; merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan,
mentakan, menganggap.
Contoh:
Gajah Mada sependapat dengan jalan pikiran Senopati Gajah Enggon. Melihat itu, tak seorang pun
yang menolak karena semua berpikir Patih Daha Gajah Mada memang mampu dan layak berada
di tempat yang sekarang ia pegang.
8. Banyak menggunakan kalimat langsung. Kalimat langsung adalah kalimat tuturan langsung dari
tokoh atau pelaku.
Contoh:
"Dan kau anakku, tetaplah mendalami agama Islam dengan sungguh-sungguh. Hidup semakin sulit
dan penuh tantangan. Seseorang harus memperkukuh dasar keimanan seseorang. Allah menguji
hambanya yang ia cintai,"kata Adipati Aria Teja pada Raden Seca yang baru berusia dua belas
tahun.
9. Banyak menggunakan kata kerja yang menujukkan kalimat tak langsung. misalnya ;
mengatakan bahwa, menceritakan tentang, menurut, mengungkapkan, menanyakan,
menyatakan, menuturkan.
Contoh:
a. Menurut Sang Patih, Galeng telah periksa seluruh kamar Syahbandar dan ia telah melihat
banyak botol dan benda-benda yang ia tak tahu nama dan gunanya.
b. Riung Samudera menyatakan bahwa ia masih bingung dengan semua penjelasan Kendit Galih
tentang masalah itu.
10. Banyak menggunakan kata-kata (kosa kata percakapan), seperti kau, aku, ya.
Contoh:
a. "Dan kau anakku, tetaplah mendalami agama Islam dengan sungguh-sungguh. Hidup semakin
sulit dan penuh tantangan.
b. "Ya, Ayahanda, saya dapat melihat para adipati tidak peduli dengan rakyat kecil," kata Raden
Seca.
11. Menggunakan dialog. Hal ini ditandai oleh penggunaan tanda petik ganda (“...”)dan kata kerja
yang menunjukkan tuturan langsung.
Contoh:
"Allah Dewa Batara!" sahut Sang Patih. "Itu bukan aturan raja raja! Itu aturan brandal!"
"Balatentara Tuban tak sempat dikerahkan, Paduka
"Bagaimana Bupati Jepara?
"Tewas enggan menyerah Paduka, Patragading mengangkat sembah."Sisa balatentara Tuban
mundur ke timur kota. Jepara penuh dengan balatentara Demak. Lebih dari tiga ribu orang.
12. Menggunakan kata-kata sifat (deskriptive language) untuk menggambarkan tokoh, tempat atau
suasana.
13. Contoh:
Gajah Mada mempersiapkan diri sebelum berbicara dan menebar pandangan mata menyapu wajah
semua pimpinan prajurit, pimpinan dari satuan masing-masing. Dari apa yang terjadi itu terlihat
betapa besar wibawa Gajah Mada, bahkan beberapa prajurit harus mengakui wibawa yang dimiliki
Gajah Mada jauh lebih besar dari wibawa Jayanegara. Sri Jayanegara masih bisa diajak bercanda,
tetapi tidak dengan Patih Daha Gajah Mada, sang pemilik wajah yang amat beku
itu.menggambarkan tokoh, tempat atau suasana..
14. Menggunakan Kata Ganti Orang Ketiga baik jamak maupun tunggal, seperti: ia, dia, mereka.
Contoh :
Selain ilmu agama, Raden Syahid lebih mendalami ilmu bela diri. Ia terkenal yang tangguh dan
handal. Ia selalu teringat pesan Sunan Ampel untuk menolong orang miskin. Untuk itu, Ia
mengembara ke pesisir utara Pulau Jawa hingga sampai di hutan Jatiwangi di daerah Lasem, Jawa
Tengah.

7. Contoh teks cerita sejarah

Kemelut di Majapahit
(S. H. Mintardja)

ORIENTASI:

Setelah Raden Wijaya berhasil menjadi Raja Majapahit pertama bergelar Kertarajasa Jayawardhana,
beliau tidak melupakan jasa-jasa para senopati (perwira) yang setia dan banyak membantunya semenjak
dahulu itu membagibagikan pangkat kepada mereka. Ronggo Lawe diangkat menjadi adipati di Tuban dan
yang lain-lain pun diberi pangkat pula. Dan hubungan antara junjungan ini dengan para pembantunya, sejak
perjuangan pertama sampai Raden Wijaya menjadi raja, amatlah erat dan baik.

MENUJU KONFLIK ATAU KOMPLIKASI:

Akan tetapi, guncangan pertama yang memengaruhi hubungan ini adalah ketika Sang Prabu telah
menikah dengan empat putri mendiang Raja Kertanegara, telah menikah lagi dengan seorang putri dari
Melayu. Sebelum putri dari tanah Malayu ini menjadi istrinya yang kelima, Sang Prabu Kertarajasa
Jayawardhana telah mengawini semua putri mendiang Raja Kertanegara. Hal ini dilakukannya karena beliau
tidak menghendaki adanya dendam dan perebutan kekuasaan kelak.

Keempat orang puteri itu adalah Dyah Tribunan yang menjadi permaisuri, yang kedua adalah Dyah
Nara Indraduhita, ketiga adalah Dyah Jaya Inderadewi, dan yang juga disebut Retno Sutawan atau Rajapatni
yang berarti “terkasih” karena memang putri bungsu dari mendiang Kertanegara ini menjadi istri yang paling
dikasihinya. Dyah Gayatri yang bungsu ini memang cantik jelita seperti seorang dewi kahyangan, terkenal
di seluruh negeri dan kecantikannya dipuja-puja oleh para sastrawan di masa itu. Akan tetapi, datanglah
pasukan yang beberapa tahun lalu diutus oleh mendiang Sang Prabu Kertanegara ke negeri Malayu. Pasukan
ini dinamakan pasukan Pamalayu yang dipimpin oleh seorang senopati perkasa bernama Kebo Anabrang
atau juga Mahisa Anabrang, nama yang diberikan oleh Sang Prabu mengingat akan tugasnya menyeberang
(anabrang) ke negeri Malayu. \
Pasukan ekspedisi yang berhasil baik ini membawa pulang pula dua orang putri bersaudara. Putri yang
kedua, yaitu yang muda bernama Dara Petak, Sang Prabu Kertarajasa terpikat hatinya oleh kecantikan sang
putri ini, maka diambillah Dyah Dara Petak menjadi istrinya yang kelima. Segera ternyata bahwa Dara Petak
menjadi saingan yang paling kuat dari Dyah Gayatri, karena Dara Petak memang cantik jelita dan pandai
membawa diri. Sang Prabu sangat mencintai istri termuda ini yang setelah diperistri oleh Sang Baginda, lalu
diberi nama Sri Indraswari.

Terjadilah persaingan di antara para istri ini, yang tentu saja dilakukan secara diam-diam namun cukup
seru, persaingan dalam memperebutkan cinta kasih dan perhatian Sri Baginda yang tentu saja akan
mengangkat derajat dan kekuasaan masing-masing. Kalau Sang Prabu sendiri kurang menyadari akan
persaingan ini, pengaruh persaingan itu terasa benar oleh para senopati dan mulailah terjadi perpecahan
diam-diam di antara mereka sebagai pihak yang bercondong kepada Dyah Gayatri keturunan mendiang Sang
Prabu Kertanegara, dan kepada Dara Petak keturunan Malayu.

Tentu saja Ronggo Lawe, sebagai seorang yang amat setia sejak zaman Prabu Kertanegara, berpihak
kepada Dyah Gayatri. Namun, karena segan kepada Sang Prabu Kertarajasa yang bijaksana, persaingan dan
kebencian yang dilakukan secara diam-diam itu tidak sampai menjalar menjadi permusuhan terbuka.
Kiranya tidak ada terjadi hal-hal yang lebih hebat sebagai akibat masuknya Dara Petak ke dalam kehidupan
Sang Prabu, sekiranya tidak terjadi hal yang membakar hati Ronggo Lawe, yaitu pengangkatan patih
hamangku bumi, yaitu Patih Kerajaan Mojapahit. Yang diangkat oleh Sang Prabu menjadi pembesar yang
tertinggi dan paling berkuasa sesudah raja yaitu Senopati Nambi.

PUNCAK KONFLIK ATAU KLIMAKS:

Pengangkatan ini memang banyak terpengaruh oleh bujukan Dara Petak. Mendengar akan
pengangkatan patih ini, merahlah muka Adipati Ronggo Lawe. Ketika mendengar berita ini dia sedang
makan, seperti biasa dilayani oleh kedua orang istrinya yang setia, yaitu Dewi Mertorogo dan Tirtowati.
Mendengar berita itu dari seorang penyelidik yang datang menghadap pada waktu sang adipati sedang
makan, Ronggo Lawe marah bukan main. Nasi yang sudah dikepalnya itu dibanting ke atas lantai dan karena
dalam kemarahan tadi sang adipati menggunakan aji kedigdayaannya, maka nasi sekepal itu amblas ke
dalam lantai. Kemudian terdengar bunyi berkerotok dan ujung meja diremasnya menjadi hancur.

“Kakangmas adipati ... harap Paduka tenang ...,” Dewi Mertorogo menghibur suaminya. “Ingatlah,
Kakangmas Adipati ... sungguh merupakan hal yang kurang baik mengembalikan berkah ibu pertiwi secara
itu...” Tirtowati juga memperingatkan karena melempar nasi ke atas lantai seperti itu penghinaan terhadap
Dewi Sri dan dapat menjadi kualat. Akan tetapi, Adipati Ronggo Lawe bangkit berdiri, membiarkan kedua
tangannya dicuci oleh kedua orang istrinya yang berusaha menghiburnya. “Aku harus pergi sekarang juga!”
katanya. “Pengawal lekas suruh persiapkan si Mego Lamat di depan! Aku akan berangkat ke Mojopahit
sekarang juga!” Mego Lamat adalah satu di antara kuda-kuda kesayangan Adipati Ronggo Lawe, seekor
kuda yang amat indah dan kuat, warna bulunya abu-abu muda. Semua cegahan kedua istrinya sama sekali
tidak didengarkan oleh adipati yang sedang marah itu.

Tak lama kemudian, hanya suara derap kaki Mego Lamat yang berlari congkalang yang memecah
kesunyian gedung kadipaten itu, mengiris perasaan dua orang istri yang mencinta dan mengkhawatirkan
keselamatan suami mereka yang marah-marah itu. Pada waktu itu, sang Prabu sedang dihadap oleh para
senopati dan punggawa. Semua penghadap adalah bekas kawan-kawan seperjuangan Ronggo Lawe dan
mereka ini terkejut sekali ketika melihat Ronggo Lawe datang menghadap raja tanpa dipanggil, padahal
sudah agak lama Adipati Tuban ini tidak datang menghadap Sri Baginda. Sang Prabu sendiri juga
memandang dengan alis berkerut tanda tidak berkenan hatinya, namun karena Ronggo Lawe pernah menjadi
tulang punggungnya di waktu beliau masih berjuang dahulu, sang Prabu mengusir ketidaksenangan hatinya
dan segera menyapa Ronggo Lawe.

Di dalam kemarahan dan kekecewaan, Adipati Ronggo Lawe masih ingat untuk menghanturkan
sembahnya, tetapi setelah semua salam tata susila ini selesai, serta merta Ronggo Lawe menyembah dan
berkata dengan suara lantang, “Hamba sengaja datang menghadap Paduka untuk mengingatkan Paduka dari
kekhilafan yang paduka lakukan di luar kesadaran Paduka!” Semua muka para penghadap raja menjadi pucat
mendengar ucapan ini, dan semua jantung di dalam dada berdebar tegang. Mereka semua mengenal belaka
sifat dan watak Ronggo Lawe, banteng Mojopahit yang gagah perkasa dan selalu terbuka, polos dan jujur,
tanpa tedeng aling-aling lagi dalam mengemukakan suara hatinya, tidak akan mundur setapak pun dalam
membela hal yang dianggap benar. Sang Prabu sendiri memandang dengan mata penuh perhatian, kemudian
dengan suara tenang bertanya, “Kakang Ronggo Lawe, apakah maksudmu dengan ucapan itu?”

“Yang hamba maksudkan tidak lain adalah pengangkatan Nambi sebagai pepatih paduka! Keputusan
yang paduka ambil ini sungguh-sungguh tidak tepat, tidak bijaksana dan hamba yakin bahwa paduka tentu
telah terbujuk dan dipengaruhi oleh suara dari belakang! Pengangkatan Nambi sebagai patih hamangkubumi
sungguh merupakan kekeliruan yang besar sekali, tidak tepat dan tidak adil, padahal Paduka terkenal sebagai
seorang Maharaja yang arif bijaksana dan adil!”

Hebat bukan main ucapan Ronggo Lawe ini! Seorang adipati, tanpa dipanggil, berani datang
menghadap sang Prabu dan melontarkan teguran-teguran seperti itu! Muka Patih Nambi sebentar pucat
sebentar merah, kedua tangannya dikepal dan dibuka dengan jari-jari gemetar. Senopati Kebo Anabrang
mukanya menjadi merah seperti udang direbus, matanya yang lebar itu seperti mengeluarkan api ketika dia
mengerling ke arah Ronggo Lawe. Lembu Sora yang sudah tua itu menjadi pucat mukanya, tak mengira dia
bahwa keponakannya itu akan seberani itu. Senopati-senopati Gagak Sarkoro dan Mayang Mekar juga
memandang dengan mata terbelalak.
RESOLUSI:

Pendeknya, semua senopati dan pembesar yang saat itu menghadap sang prabu dan mendengar
ucapan-ucapan Ronggo Lawe, semua terkejut dan sebagian besar marah sekali, tetapi mereka tidak berani
mencampuri karena mereka menghormat sang Prabu. Akan tetapi, sang Prabu Kertarajasa tetap tenang,
bahkan tersenyum memandang kepada Ronggo Lawe, ponggawanya yang dia tahu amat setia kepadanya
itu, lalu berkata halus, “Kakang Ronggo Lawe, tindakanku mengangkat kakang Nambi sebagai patih
hamangkubumi, bukanlah merupakan tindakan ngawur belaka, melainkan telah merupakan suatu keputusan
yang telah dipertimbangkan masak-masak, bahkan telah mendapatkan persetujuan dari semua paman dan
kakang senopati dan semua pembantuku.

Bagaimana Kakang Ronggo Lawe dapat mengatakan bahwa pengangkatan itu tidak tepat dan tidak
adil?” Dengan muka merah, kumisnya yang seperti kumis Sang Gatotkaca itu bergetar, napas memburu
karena desakan amarah, Ronggo Lawe berkata lantang, “Tentu saja tidak tepat! Paduka sendiri tahu siapa si
Nambi itu! Paduka tentu masih ingat akan segala sepak terjang dan tindak-tanduknya dahulu! Dia seorang
bodoh, lemah, rendah budi, penakut, sama sekali tidak memiliki wibawa ...”

8. Menulis Cerita Sejarah Pribadi

1. Menentukan Topik Untuk Cerita Sejarah


Terlebih dahulu tentukan topik yang akan diangkat menjadi cerita sejarah pribadi. Setelah
menentukan topik, kumpulkan sumber-sumbernya, referensi, dan fokuslah pada sang tokoh yang
akan diangkat dalam novel.
2. Merancang Garis Besar Topik Cerita Sejarah
Setelah semua data terkumpul, buatlah skema dasar yang merupakan kerangka cerita yang akan
diangkat dalam cerita (novel) sejarah. Untuk memudahkan penyusunan novel sejarah, kamu harus
menentukan peristiwa sejarah yang akan menjadi latar cerita. Peristiwa sejarah yang menjadi
dasar penulisan novel sejarah adalah peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lalu. Wujudnya
dapat berupa peristiwa yang berkaitan dengan hidup orang banyak atau hidup seseorang. Setelah
menentukan peristiwa sejarah, kamu harus menyusun kerangka atau gambaran singkat cerita sejarah
yang akan ditulis.
3. Mengembangkan Rancangan Cerita Sejarah Pribadi Menjadi Suatu Teks Cerita Sejarah
Yang Utuh.
Pada langkah sebelumnya, kamu sudah membuat draf awal berupa kerangka, membuat bagan, dan
menarasikan. Pada tahapan tersebut, misalnya kamu dapat membuat bagan tokoh, mengidentifikasi
waktu dan tempat kejadian, membuat ilustrasi visual setiap tokoh, dan menentukan apa yang
dipermasalahkan, dan sebagainya. Pada beberapa peristiwa, kamu dapat saja mengganti tokoh
dengan tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari-harinya, membuat bagan hubungan antartokoh jika
berbeda dengan bagan tokoh yang dibacanya, mengganti waktu dan tempat kejadian, mengganti
permasalahan sesuai dengan imajinasimu, dan sebagainya. Berikut ini disajikan contoh
penulisan novel yang dilakukan oleh Nadeea (Suryaman, 2012).
LATIHAN

1. Perhatikan kutipan teks cerita sejarah di bawah ini!


Tetapi sebetulnya yang membuat gusar pihak Kadaton Kulon adalah hubungan Kedaton Wetan
dan Dinasti Ming Cina. Sebagaimana diketahui, semenjak Kaisar Yung Lo berkuasa, Cina mulai
melebarkan sayap kekuasaannya. Serangan militer Majapahit ke Swarnabhumi tahun 1397
setelah menghancurkan Dharmasraya lalu memindahkan ibu kota ke Palembang berjalan mulus
tanpa gangguan Cina, karena pada waktu itu Cina sedang mengalami situasi dalam negeri yang sulit.
Pada waktu itu Kaisar Hung Wu sering sakit-sakitan dan mulai ada kasak-kusuk mengenai
pergantian kekuasaan. Kematian Kaisar Hung Wu pada tahun 1398 mengakibatkan
pemberontakan di dalam negeri. Oleh karena itu, setelah Kaisar Yung Lo berkuasa ia segera
mengubah kebijakan politik luar negerinya menjadi agresif. Ia tidak ingin Majapahit menjadi jaya
seperti dulu lagi. Sekarang adalah saatnya Cina bangkit memimpin dunia. Perlahan namun pasti,
pengaruhnya mulai terasa menggerogoti kekuasaan negeri-negeri selatan.

Jawablah pertanyaan di bawah ini berdasarkan teks di atas!


Pertanyaan Teks Cerita Sejarah Jawaban
1. Kapan dan di manakah latar waktu cerita
dalam kutipan novel sejarah tersebut dibuat?
2. Peristiwa apa saja yang dikisahkan?

3. Siapa saja tokoh yang terlibat dalam


penceritaan?
4. Apakah latar waktu, tempat, tokoh, dan
peristiwa sudah dikenal atau belum?
5. Di bagian apa saja yang menandakan bahwa
novel tersebut tergolong ke dalam novel sejarah?

2. Setelah memahami materi kebahasaan teks cerita sejarah, analisislah kebahasaan teks cerita sejarah
dengan judul “Kemelut di Majapahit” dengan mengisi tabel di bawah ini!
No Kaidah Kebahasaan Kutipan teks
1. Kalimat bermakna lampau
Penggunaan konjungsi yang
2.
menyatakan urutan waktu
3. Penggunaan kata kerja material
4. Penggunaan kalimat tidak langsung
5. Penggunaan kata kerja mental
6. Penggunaan dialog
7. Penggunaan kata sifat

3. Tulislah sebuah teks cerita sejarah pribadi dengan memerhatikan struktur dan kaidah kebahasaan
teks cerita sejarah!
DAFTAR PUSTAKA

Kosasih, Engkos. 2017. Cerdas Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI kelompok
Peminatan Bahasa dan Budaya. Jakarta: Erlangga.
Suherli, dkk. 2017. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas XI Revisi. Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
MEDIA PEMBELAJARAN
Youtube dan video pembelajaran
https://www.youtube.com/watch?v=wvOh4Owl0p8
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
(LKPD)

LEMBAR KERJA 1
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XII/I
Materi : Teks Cerita (Novel) Sejarah
Kelompok :

1. Bacalah teks cerita (novel) sejarah berikut untuk menjawab soal nomor 1, 2, dan 3!

Bumi Berguncang di Dataran Konflik


Gempa bumi berkekuatan 7,8 skala richter mengguncang kawasan barat Provinsi
Baluchistan, Pakistan. Gempa ini terjadi pada 24 September 2013. Pusat gempa berada di kedalaman
23 kilometer, sekitar 233 kilometer tenggara Dalbandin, Baluchistan. Bencana menyebabkan
sedikitnya 515 orang tewas, 765 orang terluka, dan lebih dari 100.000 orang terlantar, serta
menghancurkan sejumlah fasilitas umum dan infrastruktur. Gempa juga dirasakan masyarakat di
Gwadar, Khuzdar, Chagai, Hyderabad, dan Karachi yang berada ratusan kilometer dari pusat
gempa.
Bahkan, guncangan terasa hingga New Delhi, India. Beberapa jam setelah gempa, sebuah
pulau baru muncul di kota pelabuhan Gwadar di pesisir Pakistan. Pulau itu diduga terbentuk dari
lapisan tanah di kawah lumpur. Gundukan lumpur dan batu itu tingginya 18 meter dengan panjang
30 meter dan lebar 76 meter. Lima hari setelah terjadi gempa pertama, Provinsi Baluchistan kembali
diguncang gempa berkekuatan 6,8 skala richter, yaitu pada 28 September 2013.
Pusat gempa berada di 96 kilometer timur laut Distrik Awaran, dengan kedalaman 14
kilometer. Sedikitnya 22 orang tewas dan hampir 15.000 rumah di Kota Nokjo, bagian barat
Provinsi Baluchistan. Evakuasi korban dan pendistribusian bantuan ke sejumlah daerah terdampak
gempa terkendala kerusakan infrastruktur jalan dan lokasi yang berjauhan. Tim penyelamat juga
harus berhadapan dengan serangan kelompok separatis Baluchistan.
Lima orang tentara perbatasan yang mengawal konvoi bantuan tewas saat berhadapan
dengan militan di Kota Panjgore, 800 km utara Quetta, (28/9/2013). Sebelumnya, helikopter tim
pemantau dan penyelamat korban gempa juga diserang kelompok separatis. Pemerintah Pakistan
mencatat kelompok separatis Baluchistan tersebar di sejumlah distrik di Provinsi Baluchistan
tersebut. Salah satu tempat persebaran kelompok itu berada di pedalaman Distrik Awaran yang
dekat dengan pusat gempa dan tingkat kerusakannya paling parah.

Pertanyaan
1. Tentukan isi teks (novel) sejarah di atas!
2. Tentukan struktur teks (novel) sejarah di atas sesuai dengan struktur teks yang benar!
3. Tentukan kronologi teks (novel) sejarah di atas sesuai dengan struktur teks yang
benar!
LEMBAR KERJA 2
Mendata dan Merancang Nilai-Nilai dari Informasi Teks Cerita Sejarah

Bacalah kutipan novel sejarah Perawan Remaja dalam Cengkraman Militer karya Pramoedya
Ananta Toer (2011a) berikut ini.
Jadi aku hendak bercerita tentang buangan yang lain lagi, tentang sejumlah orang yang terbuang
hanya karena mereka itu perawan remaja yang diinginkan. Cerita ini aku himpun dari teman-
teman yang pernah bertemu dengan mereka, baik langsung atau tidak.

Pada senja hari 16 Agustus 1969 kami, sekitar 800 orang, telah berada di atas Kapal “Adri” 15,
meninggalkan Pelabuhan Sodong, Nusa Kambangan. Kapal berangkat. Kami berangkat ke
pembuangan di Pulau Buru. Besok adalah 17 Agustus 1969, ulang tahun proklamasi ke-24. Ada
di antara kami yang waktu belum lahir (Toer, 2011a:46-53).

Berdasarkan cuplikan teks cerita sejarah tersebut, lakukanlah pendataan nilai-nilai dari
informasi teks cerita sejarah keterkaitannya dengan kehidupan saat ini.
Pendataan Keterkaitan Teks Cerita Sejarah Dengan Kehidupan Saat Ini
No Kutipan Novel Nilai-nilai Keterkaitannya
dalam dengan kehidupan
Novel
1

5
LKPD 3: Mengontruksi Nilai-Nilai dari Informasi Teks Cerita Sejarah dalam sebuah teks
eksplanasi

Berdasarkan hasil pengerjaan LKPD 1.4. peserta didik selanjutnya secara individu
mengontruksi nilai-nilai dari informasi teks cerita sejarah dalam sebuah teks eksplanasi.

………………………………………………..……………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
………………………………………………..……………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………….
………………………………………………..……………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
INSTRUMEN PENILAIAN

1. PENILAIAN SIKAP
Teknik Penilaian : Pengamatan
Instrumen Penilaian : Rubrik pengamatan

JURNAL PENGAMATAN SIKAP DALAM PEMBELAJARAN

Nama Satuan pendidikan : SMKN 7 Medan


Tahun Pelajaran : 2022/2023
Kelas/Semester : XII / 1
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Butir Tindak
Waktu Nama Kejadian/Perilaku Positif/Negatif
Sikap Lanjut

Keterangan: butir sikap yang diamati rasa ingin tahu, disiplin, tanggung jawab, responsive
(berpikir kritis), dan proaktif (kreatif), berkomunikasi, bekerjasama, nasionalisme, dan religius.

2. PENILAIAN PENGETAHUAN
Teknik Penilaian : Tes tertulis
Instrumen Penilaian : Soal

Indikator Pencapaian Jenjang Bentuk


Instrumen
Kompetensi Kognitif Penilaian
3.3.1 Mengidentifikasi informasi, C2 Uraian 1. Tentukan struktur teks
yang mencakup orientasi, teks cerita (novel)
rangkaian kejadian yang sejarah di atas!
saling berkaitan, komplikasi
dan resolusi, dalam cerita
sejarah lisan atau tulis
3.3.2 Menentukan informasi, yang C2 Uraian 2. Tentukan kronologi teks
mencakup orientasi, teks cerita (novel)
rangkaian kejadian yang sejarah di atas!
saling berkaitan, komplikasi
dan resolusi, dalam cerita
sejarah lisan atau tulis
RUBRIK PENILAIAN PENGETAHUAN

Kriteria Skor Indikator


Ketepatan 5 Mengidentifikasi informasi, yang mencakup orientasi, rangkaian
Jawaban kejadian yang saling berkaitan, komplikasi dan resolusi, dalam
cerita sejarah lisan atau tulis dengan jawaban tepat
2 Mengidentifikasi informasi, yang mencakup orientasi, rangkaian
kejadian yang saling berkaitan, komplikasi dan resolusi, dalam
cerita sejarah lisan atau tulis dengan jawaban kurang tepat
5 Menentukan informasi, yang mencakup orientasi, rangkaian
kejadian yang saling berkaitan, komplikasi dan resolusi, dalam
cerita sejarah lisan atau tulis dengan jawaban tepat
2 Menentukan informasi, yang mencakup orientasi, rangkaian
kejadian yang saling berkaitan, komplikasi dan resolusi, dalam
cerita sejarah lisan atau tulis dengan jawaban kurang tepat

3. PENILAIAN KETERAMPILAN
Teknik Penilaian : Penugasan, unjuk kerja
Instrumen : Soal, rubrik pengamatan

Indikator Pencapaian Jenjang Bentuk


Instrumen
Kompetensi Psikomotorik Penilaian
4.3.1 Menjelaskan nilai- P1 Uraian Jelaskan nilai-nilai dari
nilai dari informasi informasi cerita sejarah
cerita sejarah dalam dalam sebuah teks
sebuah teks eksplanasi eksplanasi!
4.3.2 Mengonstruksi nilai- P2 Uraian Konstruksi nilai-nilai dari
nilai dari informasi informasi cerita sejarah
cerita sejarah dalam dalam sebuah teks
sebuah teks eksplanasi eksplanasi!

RUBRIK PENILAIAN KETERAMPILAN (POSTEST)

Kriteria Skor Indikator


Kesesuaian 5 Menjelaskan nilai-nilai dari informasi cerita sejarah dalam sebuah teks
Jawaban eksplanasi yang sesuai
3 Menjelaskan nilai-nilai dari informasi cerita sejarah dalam sebuah teks
eksplanasi yang kurang sesuai
2 Menjelaskan nilai-nilai dari informasi cerita sejarah dalam sebuah teks
eksplanasi yang tidak sesuai
5 Mengonstruksi nilai-nilai dari informasi cerita sejarah dalam sebuah
teks eksplanasi yang sesuai
3 Mengonstruksi nilai-nilai dari informasi cerita sejarah dalam sebuah
teks eksplanasi yang kurang sesuai
2 Mengonstruksi nilai-nilai dari informasi cerita sejarah dalam sebuah
teks eksplanasi yang tidak sesuai
LEMBAR OBSERVASI LESSON STUDY
TAHAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama sekolah : SMKN 7 Medan Guru Model : Irma Yani Tarigan


Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : XII OTKP 2

Aspek yang Diamati Ya Tidak


1. Guru hadir tepat waktu √
2. Guru menentukan cakupan materi Bahasa Indonesia untuk SMK (plan) √
3. Indikator sesuai dengan kompetensi dasar yang terdapat dalam RPP. (plan) √
4. Guru memilih materi yang sesuai dengan perkembangan peserta didik.

(plan)
5. Guru mengolah materi secara kreatif sesuai dengan perkembangan peserta

didik. (plan)
6. Guru menggunakan berbagai macam sumber belajar. (plan) √
7. Guru melakukan apersepsi. (do) √
8. Guru menyampaikan indikator-indikator yang dibuat dalam RPP. (do) √
9. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. (do) √
10. Guru menyampaikan materi-materi yang telah dipilih pada tahap

perencanaan. (do)
11. Guru menyampaikan materi yang telah diolah secara kreatif kepada peserta

didik. (do)
12. Guru menggunakan media pembelajaran. (do) √
13. Guru menggunakan model pembelajaran PBL/PJBL √
14. Terdapat siswa yang bertanya kepada siswa lain √
15. Terdapat siswa yang menjawab/menjelaskan kepada siswa lain √
16. Guru menggunakan metode diskusi kelompok √
17. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran √
18. Lesson study dilaksanakan dengan tahapan yang telah ditentukan √
19. Guru model berdiskusi membahas hasil pengamatan yang dilakukan oleh

guru yang bertindak sebagai pengamat. (see atau refleksi)
20. Guru memecahkan masalah yang ditemukan oleh guru model pada tahapan

do (pelaksanaan) secara bersama-sama. (see atau refleksi)
Nama : Irma Yani Tarigan

NIM : 22022110016

PPG PRAJABATAN 2022 GELOMBANG I

HASIL REFLEKSI

Praktik Pembelajaran Terbimbing Siklus ke-1

Kegiatan selama PPL 1 ini berlangsung dengan baik, terutama pada Praktik Pembelajaran
Terbimbing Siklus ke-1. Sebelum memulai praktik pembelajaran terbimbing, saya menyusun
rancangan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa berdasarkan
hasil observasi sebelumnya. Rancangan pembelajaran yang disusun mulai dari RPP, bahan
ajar, media pembelajaran, dan penilaian. Penyusunan rancangan pembelajaran tersebut telah
didiskusikan dengan guru pamong agar dapat terlaksana dengan baik.

Beberapa hal yang sudah maksimal dilakukan selama Praktik Pembelajaran Terbimbing
Siklus ke-1, yaitu:

1. Merancang pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa.


2. Praktik mengajar yang sesuai dengan rancangan pembelajaran.
3. Pemilihan media pembelajaran yang sesuai.
4. Penilaian yang terencana dan terlaksana dengan baik.

Beberapa hal sudah terlaksana dengan baik, namun terdapat beberapa kendala selama
praktik Pembelajaran Terbimbing Siklus ke-1, seperti listrik padam ketika jam pelajaran
sehingga media pembelajaran yang ditampilkan tidak maksimal dan beberapa siswa datang
terlambat di tengah penyampaian materi.

Berdasarkan kendala tersebut, saya akan melakukan beberapa perbaikan, seperti


mengelola waktu dengan baik, menyiapkan rencana pembelajaran yang lebih baik dan sesuai,
menyiapkan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif, dan melakukan refleksi diri secara
rutin.
Nama : Irma Yani Tarigan
NIM : 22022110016
PPG PRAJABATAN 2022 GELOMBANG 1

RENCANA TINDAK LANJUT


Praktik Pembelajaran Terbimbing Siklus ke-1

Setiap program yang selesai dilaksanakan membutuhkan Rencana Tindak Lanjut (RTL).
Rencana tindak lanjut saya setelah Praktik Pembelajaran Terbimbing Siklus ke-1, yaitu:
1. Menjalin komunikasi yang lebih baik dengan siswa.
2. Menyusun rancangan pembelajaran dengan berbagai model pembelajaran yang
sesuai kebutuhan siswa.
3. Menentukan metode dan strategi dalam kegiatan belajar agar siswa mendapatkan
pembelajaran yang bermanfaat dan bermakna.
4. Menyusun penilaian sikap antar siswa.
5. Memilih media pembelajaran yang tepat untuk menyajikan materi agar suasana kelas
aktif dan untuk mengumpulkan tugas agar siswa menjadi lebih kreatif.

Anda mungkin juga menyukai