STERILISASI
Nomor :
Revisi Ke :
Berlaku Tanggal :
dr. xx
NIP. xxx
A. Latar Belakang
Puskesmas selain merupakan pusat rujukan medik, juga potensial mengandung
ancaman penularan penyakit di samping pencemaran lingkungan. Untuk meminimalkan
terjadinya penularan penyakit dibutuhkan suatu pusat sterilisasi yang berfungsi untuk membantu
unit-unit lain di Puskesmas DISI yang membutuhkan barang steril, membantu menurunkan angka
kejadian infeksi/infeksi nosokomial di Puskesmas DISI serta menyediakan dan menjamin kualitas
hasil sterilisasi yang dihasilkan.
Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan Puskesmas adalah rendahnya
angka infeksi nosokomial di Puskesmas. Untuk mencapai keberhasilan tersebut maka perlu
dilakukan pengendalian infeksi di Puskesmas dengan cara melakukan sterilisasi pada alat atau
bahan tertentu yang bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk
endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
Pusat sterilisasi mempunyai peranan yang sangat penting sekali dalam upaya
pengendalian infeksi dan pencegahan terjadinya resiko bahaya infeksi nosokomial di Puskesmas
DISI. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi, pusat sterilisasi sangat bergantung pada
unit penunjang lain seperti unsur pelayanan medik, unsur penunjang medik maupun instalasi
antara lain perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan sarana Puskesmas, sanitasi dan lain-lain.
Apabila terjadi hambatan pada salah satu sub unit di atas maka pada akhirnya akan
mengganggu proses dan hasil sterilisasi.
Untuk melaksanakan tugas sterilisasi alat atau bahan diperlukan pengetahuan dan
keterampilan yang khusus oleh petugas sterilisasi sehingga mendapatkan hasil yang baik yaitu
kondisi alat atau bahan yang steril secara cepat dan tepat dari masing-masing unit lain yang
membutuhkannya sehingga resiko terjadinya infeksi nosokomial terhadap pasien dan karyawan
Puskesmas DISI dapat dicegah sedini mungkin.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan dan atas dasar pemikiran latar belakang di atas maka Puskesmas DISI memandang
perlu untuk penyusunan suatu pedoman pusat sterilisasi Puskesmas DISI.
B. Tujuan Pedoman
Buku pedoman sterilisasi ini dibuat sebagai acuan untuk pelaksanaan kegiatan di unit
pelayanan unit sterilisasi.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan unit sterilisasi adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan dan penerimaan barang
2. Dekontaminasi
3. Pencucian
4. Proses sterilisasi
5. Penyimpanan dan distribusi
6. Pencatatan dan pelaporan.
D. Batasan Operasional
Dengan adanya buku pedoman ini diharapkan petugas di unit pelayanan sterilisasi
mampu memberikan pelayanan sesuai standar yang telah ditetapkan di Puskesmas DISI.
E. Landasan Hukum
1. Undang Undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Adapun distribusi ketenagaan di Unit Sterilisasi Puskesmas DISI adalah sebagai berikut :
No Jenis Petugas Jumlah Lulusan
Jumlah Petugas 3
C. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan yang dilakukan di Unit Sterilisasi Puskesmas DISI adalah setiap hari oleh
petugas sesuai jadwal yang sudah ditentukan.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Ruang Sterilisasi
WA STERILISATOR
STA
FEL
Troli
Alat
K
P
u
r
Meja i
s n
i t
u
B. Standar Fasilitas
A. Lingkup Kegiatan
Unit pelayanan Sterilisasi menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien, melakukan
proses sterilisasi alat/ bahan, mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh poli umum, poli gigi,
ruangan KIA, ruangan VK maupun ruangan lainnya, berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan
bahan yang aman dan efektif serta bermutu. Ruang lingkup sterilisasi :
1. Perencanaan dan penerimaan barang
2. Pencucian
3. Dekontaminasi
4. Proses sterilisasi
5. Penyimpanan dan distribusi
6. Pencatatan dan pelaporan.
Unit sterilisasi melayani semua unit Puskesmas yang membutuhkan kondisi steril. Dalam
melaksanakan tugas sehari-hari unit sterilisasi selalu berhubungan dengan:
1. Pemeliharaan sarana
2. Unit Pelayanan Obat
3. Perlengkapan/ logistik
4. Poli Gigi, Poli Umum, ruangan VK, ruangan KIA
B. Metode
Metode yang digunakan di unit sterilisasi Puskesmas DISI adalah dengan sterilisasi
panas/kering (oven).
C. Langkah Kegiatan
Langkah kegiatan pelayanan penyediaan barang steril terdiri dari:
1. Perencanaan dan penerimaan barang
Instrumen
Sarung tangan dan bahan habis pakai.
Selama penerimaan, petugas yang melakukan pengiriman dan penerimaan instrumen harus
menggunakan APD (sarung tangan, masker), serta harus waspada terhadap instrumen yang
terkontaminasi cairan tubuh.
2. Pencucian
Instrumen
Sarung tangan dan bahan habis pakai.
Sebagian besar (hingga 80%) mikroorganisme yang terdapat dalam darah dan bahan-bahan
organik lainnya bisa dihilangkan melalui proses pencucian. Pencucian juga dapat menurunkan jumlah
endospora bakteri yang menyebabkan tetanus dan gangren. Pencucian ini penting karena residu
bahan-bahan organik bisa menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme (termasuk endospora) dan
melindungi mikroorganisme dari proses sterilisasi atau desinfeksi kimiawi.
Proses pencucian meliputi:
Pembilasan: Pembilasan alat-alat yang telah digunakan dilakukan di unit masing-masing.
Pembersihan: Semua peralatan yang dipakai ulang harus dibersihkan secara baik sebelum
dilakukan proses desinfeksi dan sterilisasi. Peralatan medis dibersihkan untuk membebaskan
materi organik yang menempel seperti darah, jaringan tubuh, dan sebagainya, kemudian
dilanjutnya dengan proses pengeringan.
Pengeringan: Dilakukan sampai kering.
3. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah proses fisik atau kimia untuk membersihkan benda-benda yang
mungkin terkontaminasi oleh mikroba yang berbahaya bagi kehidupan, sehingga aman untuk proses-
proses selanjutnya. Tujuan dari proses dekontaminasi ini adalah untuk melindungi pekerja yang
bersentuhan langsung dengan alat-alat kesehatan yang sudah melalui proses dekontaminasi
tersebut, dari penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme pada alat-alat
kesehatan tersebut.
Peralatan medis, sarung tangan, dan permukaan harus segera didekontaminasi segera
setelah terpapar darah atau cairan tubuh. Segera setelah digunakan, masukkan benda-benda yang
terkontaminasi ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Prosedur ini dengan cepat mematikan
virus hepatitis B dan HIV.
D. Proses sterilisasi
Instrumen
Sarung tangan dan bahan habis pakai
Salah satu upaya pencegahan infeksi nosokomial di Puskesmas adalah melalui proses
sterilisasi yang efektif. Salah satu metode sterilisasi yang paling efisien dan paling efektif adalah
melalui sterilisasi panas/kering (oven). Panas pada suhu 1700 C dan biarkan selama 60 menit mampu
membunuh mikroba patogen dengan cara denaturasi protein dari enzim dan membran sel.
Untuk dapat menghasilkan barang yang steril, maka perlakuan pre-sterilisasi (dekontaminasi
dan pembersihan yang baik, pengemasan yang baik) dan pasca sterilisasi (penyimpanan) perlu
diperhatikan. Kesempurnaan proses sterilisasi panas/kering tergantung pada proses pengurangan
jumlah mikroorganisme sebelum sterilisasi melalui pembersihan yang baik dan mencegah terjadinya
rekontaminasi sebelum digunakan.
Indikator fisik merupakan bagian dari instrumen mesin sterilisasi, yang berupa lampu indikator
suhu yang menunjukkan apakah alat sterilisasi telah bekerja dengan baik. Pengukuran temperatur
dan tekanan merupakan fungsi penting dari sistem monitoring sterilisasi. Bila indikator mekanik
berfungsi dengan baik, maka setelah proses sterilisasi akan memberikan informasi dengan segera
mengenai temperatur, tekanan, waktu, serta fungsi mekanik lainnya. Indikator fisik tidak menunjukkan
bahwa keadaan steril sudah tercapai, melainkan hanya memberikan informasi dengan cepat tentang
fungsi dari alat sterilisasi.
BAB V
LOGISTIK
Beberapa sarana dan prasarana yang harus disediakan di unit Sterilisasii antara lain :
Logistik untuk administrasi pelayanan:
1. Buku dan ATK
2. Label
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan,
keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi
proyek.Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. K3
juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin
terpengaruh kondisi lingkungan kerja.
Tujuan Keselamatan Kerja:
1. Meningkatnya kemampuan tenaga Puskesmas memecahkan masalah sekehatan
kerja di wilayah kerja Puskesmas.
2. Teridentifikasinya permasalahan kesehatan kerja di lingkungan Puskesmas
3. Teridentifikasi potensi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
4. Terlaksananya pelayanan kesehatan kerja yang berkualitas.
5. Terselenggaranya kemitraan dengan para pengandil dalam pelayanan
6. Terselenggaranya koordinasi lintas program dan lintas sektor
Strategi Keselamatan Kerja:
1. Melindungi petugas dari setiap kecelakaan kerja yang mungkin timbul dari pekerjaan dan
lingkungan kerja.
2. Membantu petugas menyesuaikan diri dengan pekerjaannya.
3. Memelihara atau memperbaiki keadaan fisik, mental, maupun sosial
4. Pakai APD pada tindakan tertentu : pengumpulan sampah medis dan non medis,
pelaksanaan kegiatan kebersihan di Puskesmas.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Indikator mutu ini di monitor setiap bulan. Hasil capaian indikator mutu ini kemudian
dilaporkan ke ketua tim mutu UKP setiap bulan. Ketua tim mutu UKP untuk di analisa dan di
evaluasi.
BAB IX
PENUTUP
Demikian buku panduan ini dibuat sebagai pedoman pelayanan operasional unit
sterilisasi sehingga berjalan dengan baik dan sesuai standar yang telah ditetapkan oleh
Undang-Undang Kesehatan yang berlaku.