Anda di halaman 1dari 8

Prociding Call For Paper Thalamus Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta


Desember 2021

KERJASAMA DOKTER DAN INDUSTRI FARMASI TERKAIT OBAT


PADA PASIEN

Cooperation between Doctors and Pharmaceutical Traders Related to


the Provision of Drugs to Patients

Anis Afkar Adilah1, Amelia Rizki Ningtiyas1, Restiana Nugraheni K1, Ilham Taufik Mandja1, Khonsa
Afifah Husniyyah1, Nuzhulla Nuri Akmalina1, Sulistyani1

1
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Korespondensi: author 1. Alamat email: sul271@ums.ac.id

ABSTRAK

Kerjasama dokter dan perusahaan farmasi yang merugikan finansial pasien disebabkan oleh pemberian
resep obat oleh dokter. Resep yang diberikan oleh dokter atas dasar kerjasama dengan perusahaan
farmasi demi kepentingan pribadi akan berakibat penurunan kualitas pelayanan kesehatan dan juga
menyebabkan harga obat secara umum lebih mahal. Kerjasama dokter dan industri/ perusahaan farmasi
dilakukan dengan memberikan obat paten tertentu pada pasien dan dijual dengan harga yang cukup
tinggi. Hal tersebut dilakukan agar di lapangan obat tersebut laku sehingga industri farmasi akan
menindaklanjuti dokter yang bekerjasama dengan memberikan pesan untuk meresepkan obat dengan
perjanjian tertentu. Artikel ini dibuat bertujuan untuk menjawab empat masalah pokok berupa
memahami peraturan, peran bioetik kedokteran, peran hukum, etika profesi dalam kerjasama dokter dan
industri farmasi terkait obat pada pasien. Kode etik kewajiban umum profesi dokter diatur dalam Kode
Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) yang dibentuk oleh Majelis Kode Etik Kedokteran tahun 2012.
Tindakan kooperasi dokter dan industri farmasi dalam meresepkan obat berkaitan dengan mencari
keuntungan pribadi sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan kondisi dari pasien. Kolusi dari tindakan
kooperasi dokter dan industri farmasi diatur dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia dalam
Tindak Pidana kolusi. Kerjasama dokter dan perusahaan farmasi terbukti tidak sesuai dengan KODEKI
dan peraturan perundang-undangan. Selain itu, tindakan kooperasi tersebut tidak selaras dengan
KODEKI serta peraturan hukum, kerjasama tersebut menimbulkan adanya konflik dalam norma dilihat
dari sisi perspektif pasien.

Kata Kunci: Kerjasama, Dokter, Industri farmasi

ABSTRACT

The collaboration between doctors and pharmaceutical companies causes financial losses to patients by
prescribing drugs from doctors. The prescription drug is given by a doctor at a price that is far above the
standard price for drugs in general, while in terms of the composition and content of the drugs given to
the patient, both have the goal of healing the patient. This article aims to answer four main problems in
the form of understanding regulations, the role of medical bioethics, the role of law, professional ethics
in cooperation between doctors and pharmaceutical traders related to drug administration to patients.

ISSN : 2721-2882 115


Prociding Call For Paper Thalamus Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Desember 2021
The code of ethics for the general obligations of the medical profession is regulated by the Indonesian
Medical Ethics Code (KODEKI), which was established by the Medical Code of Ethics Council in 2012.
Cooperation between doctors and pharmaceutical traders in prescribing drugs is related to seeking as
much personal profit as possible without regard to the condition of the patient. Collusion resulting from
the collaboration of doctors and pharmaceutical traders is also regulated in Indonesian laws and
regulations on the crime of collusion. The collaboration between doctors and pharmaceutical companies
was proven not to be in accordance with KODEKI, laws and regulations. In addition to the collaboration
that is not in accordance with KODEKI and legal regulations, this cooperation creates a conflict in
norms from the perspective of the patient. pasien.

Keywords: Cooperation, Doctors, Pharmacy trade

ISSN : 2721-2882 116


Prociding Call For Paper Thalamus Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Desember 2021
PENDAHULUAN Dalam artikel yang diterbitkan
Negara Indonesia berlandaskan hukum kompasiana 2021 kasus penjualan harga obat
sehingga Semua tindakan harus sesuai dengan diatas harga standar menjadi keluhan oleh
hukum tanpa kecuali. Setiap profesi memiliki masyarakat menengah hingga menengah
kode etik begitu pula profesi dokter. Pada Pasal kebawah. Dari sudut pandang pasien, hal ini
53 (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 menyebabkan konflik, karena pasien dapat
tentang Kesehatan menyatakan pelayanan menderita kerugian finansial akibat menerima
kesehatan harus mendahulukan pertolongan resep obat dari dokter. Dokter menulis resep
keselamatan nyawa pasien dibanding kepentingan dengan harga obat yang mungkin di atas standar
lainnya. meskipun komposisi/ kandungan obatnya sama-
sama efektif untuk kesembuhan pasien.
Kode Etik Kedokteran Indonesia tahun
2012 menyatakan, dalam poin kewajiban umum Berdasarkan rincian peraturan tersebut,
Pasal 3 menyatakan dalam melakukan pekerjaan kami tertarik menganalisis kasus tentang tindakan
kedokterannya, dokter tidak boleh terombang- kooperasi dokter dan industri farmasi terkait obat
ambing oleh hal-hal yang mengakibatkan pada pasien. Tujuannya adalah untuk memahami
hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi. peraturan yang mengatur tindakan kooperasi,
Pada Pasal 3 dijelaskan mengenai tindakan yang peran bioetika medis, hukum kedokteran, dan
melanggar etika antara lain: meminjam atau etika profesi dalam pelaksanaan kolaborasi dokter
menerima remunerasi dari perusahaan farmasi, dan industri farmasi terkait obat pada pasien.
obat, vaksin, berpartisipasi secara langsung
maupun tidak langsung dalam segala jenis METODE

kegiatan yang dimaksudkan untuk Menggunakan metode analisis kualitatif


mempromosikan, mengiklankan barang dan/atau yang memaparkan analisis kasus dalam sudut
jasa untuk kepentingan dan keuntungan pribadi, pandang bioetik, hukum kedokteran, dan etika
kolega, atau bagian lain dari kelompok. Sebagai profesi. Pengambilan data dengan menelusuri
praktisi perorangan, dokter wajib menolak dalam artikel publikasi di Google Scholar menggunakan
bentuk apapun jika berkaitan dengan peresepan kata kunci ((dokter) AND ("pedagang farmasi"
obat-obatan /alat/produk/barang tertentu dan OR "perusahaan farmasi" OR "industri obat")
rekomendasi dari industri pelayanan kesehatan, AND (kerjasama)). Jurnal yang dipakai adalah
termasuk niat untuk mempengaruhi kehendak jurnal berbahasa Indonesia dalam rentang khusus
dokter, pasien/keluarga untuk membeli atau 5 tahun terakhir (2017-2021) sehingga didapatkan
mengkonsumsi obat-obatan, peralatan, dll. 384 artikel yang muncul dalam penelusuran. 5
mendapatkan keuntungan dari perusahaan artikel diantaranya yang kami gunakan membahas
farmasi. tentang bagaimana jika seorang dokter bekerja

ISSN : 2721-2882 117


Prociding Call For Paper Thalamus Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Desember 2021
sama dengan perusahaan farmasi dalam memberi pada individu atau komunitas. Sedangkan
resep obat (dilihat dari perspektif hukum). Salah apoteker memberikan obat atau pelayanan
satu artikel tersebut menjelaskan bahwa kerja kefarmasian dalam rangka pelayanan kesehatan,
sama antara dokter dengan industri obat dalam baik yang diselenggarakan oleh negara maupun
bentuk pemberian obat kepada pasien dapat swasta, termasuk pendirian apotek (Komalasari,
digolongkan tindakan pidana. Mengacu Pasal 4 2020).
dan 5 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58
Tahun 2016 tentang Sponsorship bagi Tenaga Dalam hubungan dokter-pasien ini, dokter

Kesehatan, hal tersebut termasuk bentuk memberikan pilihan pengobatan kepada dokter,

kerjasama yang dilarang. Selain itu, peraturan yang kemudian meresepkan obat tersebut.

yang tertuang dalam Pasal 3 KODEKI mengenai Pelayanan apotek dari resep dokter berdasarkan

promosi obat, untuk dokter yang terlibat dapat rumusan pengertian resep Pasal 1 nomor 10

dikenakan hukuman berupa surat peringatan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

tertulis atau teguran dan pencabutan Surat Tanda Nomor 9 Tahun 2017 mengenai Apotek, yang

Registrasi (STR) atau Surat Izin Praktek (SIP). dimaksud dengan resep yaitu permintaan tertulis
dari dokter, dokter gigi atau dokter hewan kepada
HASIL DAN PEMBAHASAN apoteker, dalam format kertas maupun elektronik
Departemen Kesehatan Republik untuk penyediaan dan pengeluaran sediaan
Indonesia, Pelayanan Kesehatan ialah usaha yang farmasi dan/atau alat kesehatan bagi pasien. Di
melangsungkan individu untuk mengembangkan Indonesia, sebelum obat dipasarkan kepada
kesehatan, menjaga serta mengobati penyakit dan masyarakat sudah pasti melewati beberapa tahap
juga mengobati kesehatan setiap masyarakat. yang kita kenal sebagai cara pembuatan obat yang
Pelayanan kesehatan dalam hal ini meliputi rumah baik (CPOB). pembuatan obat sendiri semestinya
sakit pemerintah, Rumah Sakit Umum Daerah diawali dengan screening dan pemilihan bahan
(RSUD), rumah sakit swasta dan Pusat Kesehatan baku. Selanjutnya, dibuatlah obat tersebut,
Masyarakat (puskesmas). Puskesmas adalah dikemas, dipromosikan, dan terakhir
tempat berlangsungnya upaya pemerintah, didistribusikan. Dalam hal ini, seluruh tahap
pemerintah daerah, dan masyarakat dalam rangka memiliki modal biayanya sendiri. Pelaksanaan
peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan sistem pengelolaan obat terdiri dari :
rehabilitasi kesehatan (Permenkes RI No.75,
2014). Saat ini masih kurangnya pelayanan 1. Perencanaan kebutuhan (selection)

kesehatan di Indonesia, karena petugas kesehatan 2. Pengadaan


belum profesional dan tidak mematuhi pedoman
3. Distribusi
etik. Secara umum, dokter memberikan layanan
4. Penggunaan (use)
perawatan kesehatan sebagai layanan individu
atau kolektif dalam pengaturan yang berpusat
ISSN : 2721-2882 118
Prociding Call For Paper Thalamus Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Desember 2021
Dari rumitnya proses pembuatan obat hingga tempat praktik perorangan yang bekerja sama
pemasaran obat, perusahaan farmasi dituding dan tidak memenuhi persyaratan hukum dan
menghasut dokter dengan iming-iming kekuasaannya (Yenny, 2016).
tertentu untuk meresepkan obat yang
diproduksi oleh mereka. Tidak sedikit dokter Sedangkan, dalam aturan Pasal 3

yang tergiur akan hal ini. Akan tetapi, masih Kode Etik Kedokteran Indonesia. Dimana,

banyak pula dokter yang meresepkan obat menurut pasal tersebut, jenis perdagangan

dengan wajar dan sesuai etika kedokteran. yang mencari keuntungan setinggi-tingginya

Pelayanan kesehatan yang diduga melanggar dalam segala situasi tidak dapat digunakan

hukum tersebut merupakan kerjasama antara karena tindakan tersebut bertentangan dengan

dokter dengan pedagang besar farmasi (PBF). etika kedokteran. Serta, dalam praktiknya

Profesional kesehatan, seperti dokter dan PBF dilarang dalam Undang-undang nomor 29

memiliki kode etik mereka sendiri. Namun, tahun 2004 tentang praktik kedokteran.

memiliki hubungan yang cukup dapat Penggunaan dokter sebagai sarana promosi

menciptakan tren yang dapat menguntungkan obat dalam Peraturan Menteri Kesehatan

kedua belah pihak. Masalah ini juga Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2016

merupakan konflik norma dari sudut pandang tentang Pembinaan Tenaga Kesehatan dapat

pasien, di mana pasien menderita kerugian dilakukan dengan catatan untuk kepentingan

finansial akibat menerima resep obat dari PPK (Pengembangan Keprofesian

dokter. Dalam artikel yang diterbitkan Berkelanjutan) atau ECM (pendidikan

kompasiana 2021 kasus penjualan harga obat kedokteran berkelanjutan). Namun, di sisi

diatas harga standar menjadi keluhan oleh lain, PBF memiliki kolaborasi yang tidak

masyarakat menengah hingga menengah sehat yang dapat membahayakan pasien saat

kebawah. Hasil penelitian tim majalah Tempo obat sedang diberikan.

pada akhir 2015 menunjukkan adanya kasus


Kerjasama antara dokter dan industri farmasi
kepuasan terhadap 2.125 dokter dari dalam peresepan obat kepada pasien dapat
perusahaan farmasi Interbat. Dana yang merupakan tindak pidana suap sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 dan 3 Undang-Undang
digunakan perusahaan untuk berobat ke
Nomor 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana
dokter dapat mewakili hingga 5 persen dari Suap dan pasal 12B Undang-Undang Nomor 31
harga obat. Karena hal tersebut, obat yang Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU
wajib dibayar pasien menjadi lebih mahal. Pemberantasan Korupsi), serta Perusahaan
Meskipun sama pentingnya untuk pemulihan farmasi dan dokter swasta yang membantu
meresepkan obat kepada pasien dapat dijerat
pasien dalam hal komposisi dan kandungan
dengan pasal 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 11
obat. Kejadian tersebut tidak hanya terjadi di Tahun 1980 tentang tindak pidana suap,
RSUD, tetapi juga di rumah sakit swasta atau sedangkan dokter jabatan (Pegawai Negeri Sipil)
dikenakan pasal 12B Undang-Undang Nomor 11

ISSN : 2721-2882 119


Prociding Call For Paper Thalamus Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Desember 2021
tahun 1980 tentang tindak pidana suap. hukum mengenai Kesehatan. UU mengatur mengenai
korupsi (Yenny, 2016). pelayanan kesehatan, dalam menjalankan

Dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia fungsinya, harus memprioritaskan keselamatan


(KODEKI) yang dikeluarkan oleh Dewan Kode hidup pasien di atas mengejar kepentingan dan
Etik Kedokteran pada tahun 2001, pasal 3
keuntungan pribadi. KODEKI dalam pasal 3
menyatakan bahwa seorang dokter dalam
menjalankan profesinya tidak boleh dipengaruhi menjelaskan peran dokter yaitu sebagai tenaga
oleh apa pun yang mempengaruhi kebebasan dan kesehatan perorangan wajib menolak segala
kemandirian profesi. Selain itu, penjelasan dalam
Pasal 3 menyatakan bahwa perbuatan-perbuatan macam sumbangan yang berkaitan dengan
berikut dianggap tidak etis: peresepan obat, alat, produk dan barang tertentu
di bidang kesehatan atau dalam bentuk pelayanan
1. Menerapkan pengetahuan dan
keterampilan medis dalam segala dengan tujuan memperoleh keuntungan yang akan
bentuknya, baik secara individu maupun digunakan untuk kepentingan pribadi, Kolega /
bersama-sama.
orang lain yang terhubung ke grup. Kolaborasi
2. Menerima imbalan di luar kewajaran
sesuai dengan pelayanan, kecuali dengan dokter dan industri farmasi dapat menimbulkan
keikhlasan dan pengetahuan dan/atau
kerugian ekonomi bagi pasien, karena
kehendak pasien.
menyangkut peresepan dan pemberian obat
3. Meminjam atau menerima imbalan dari
perusahaan farmasi/obat, perusahaan alat dengan harga yang jauh di atas standar obat pada
kesehatan atau badan lain yang dapat
umumnya, sedangkan obat resep dengan obat
mengganggu pekerjaan dokter.
dengan harga lebih murah memiliki komposisi
4. Berpartisipasi, langsung atau tidak
langsung, dalam mempromosikan obat- dan kandungan obat yang sama. pemulihan
obatan, alat atau bahan lain untuk
pasien. Kerjasama antara dokter dan industri
keuntungan dokter pribadi.
farmasi tidak selaras dengan peraturan hukum
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat
yang berlaku di Indonesia yaitu peraturan
disimpulkan bahwa kerja sama antara dokter dan
perundang-undangan dan kerjasama tersebut
perusahaan farmasi jelas bertentangan dengan
bertentangan dengan etika kedokteran, karena
kode etik kedokteran (Linzi, 2017).
sifat perdagangannya mencari keuntungan yang
SIMPULAN DAN SARAN setinggi-tingginya dalam segala situasi. Kasus-
Profesi kedokteran dalam memberikan kasus ini masih sering terjadi di rumah sakit
pelayanan kesehatan di Indonesia memiliki kode umum daerah dan rumah sakit swasta. Kerjasama
etik yang ditetapkan menurut Kode Etik antara dokter dan industri farmasi untuk mencapai
Kedokteran Indonesia (KODEKI) yang dibentuk kesepakatan tentang peresepan obat untuk pasien
melalui Dewan Kode Etik Kedokteran tahun dapat dikenai sanksi berdasarkan pasal 2 dan 3
2012. Peraturan hukum lain yang juga mengatur UU Nomor 11 Tahun 1980 mengenai Tindak
pelayanan kesehatan di Indonesia diantaranya Pidana Suap dan Pasal 12B UU Nomor 31 Tahun
adalah dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 1999 juncto. dengan UU Nomor 20 Tahun 2001

ISSN : 2721-2882 120


Prociding Call For Paper Thalamus Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Desember 2021
mengenai Pemberantasan Tindak Pidana Nomor 58 Tahun 2016 tentang Sponsorship Bagi
Korupsi/UU Pemberantasan Korupsi. Dokter Tenaga Kesehatan.

swasta dan penyalur obat yang melakukan kolusi Pasal 53 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36
dapat dituntut berdasarkan pasal 2 dan 3 UU Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Nomor 11 Tahun 1980 mengenai tindak pidana
Republik Indonesia. (1980). Undang-undang
suap. Tindak pidana dokter dengan status pegawai Republik Indonesia nomor 11 tahun 1980 tentang
negeri sipil (PNS) diatur dalam UU tindak pidana suap hak keuangan/ administratif
pimpinan dan anggota lembaga tertinggi negara
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi serta bekas pimpinan lembaga tertinggi/ tinggi
berdasarkan butir 12B sehingga dokter PNS dapat negara dan bekas anggota lembaga tinggi negara.
dituntut. Permasalahan ini dianggap sebagai
Republik Indonesia. (1980). Pasal 2 Undang-
masalah yang cukup sulit dibuktikan. Namun, undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 1980
kerjasama ini tidak terjadi pada semua dokter. tentang tindak pidana suap hak keuangan/
administratif pimpinan dan anggota lembaga
Masih banyak dokter yang memiliki hati nurani tertinggi negara serta bekas pimpinan lembaga
dan mengamalkan prinsip-prinsip etika tertinggi/ tinggi negara dan bekas anggota
kedokteran. lembaga tinggi negara.

Republik Indonesia. (1980). Pasal 3 Undang-


DAFTAR PUSTAKA undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 1980
tentang tindak pidana suap hak keuangan/
Fatika, HL. (2020). Kerjasama Dokter dengan administratif pimpinan dan anggota lembaga
Pedagang Besar Farmasi Terkait Pemberian Obat tertinggi negara serta bekas pimpinan lembaga
Pasien. Jurist-Diction. 3(5); 1783-1802. tertinggi/ tinggi negara dan bekas anggota
lembaga tinggi negara.
Komalasari, V. (2020). Tanggung Jawab
Apoteker Dalam Pelayanan Obat Dengan Resep Republik Indonesia. (1980). Pasal 12B Undang-
Dokter. Jurnal Poros Hukum Padjadjaran, 1(2), undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 1980
226–245. tentang tindak pidana suap hak keuangan/
administratif pimpinan dan anggota lembaga
Linzi, H. D. (2017). Farmasi Ditinjau Dari Aspek tertinggi negara serta bekas pimpinan lembaga
Etika dan Hukum., pp. 1–20. tertinggi/ tinggi negara dan bekas anggota
lembaga tinggi negara.
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran. 2012. Pasal
3 Kode Etik Kedokteran. Jakarta: Ikatan Dokter Republik Indonesia. (2001). Undang-undang
Indonesia. Republik Indonesia nomor 20 tahun 2001 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 tahun
Mochtar, S. (2020). Strategi Pemasaran Bisnis 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Farmasi. Sidoarjo: Zifatama Jawara. Korupsi.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Republik Indonesia. (2004). Undang-undang


Pasal 1 nomor 10 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 29 tahun 2004 tentang
Republik Indonesia Nomor 9 tentang Apotek. praktik kedokteran.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2016).


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

ISSN : 2721-2882 121


Prociding Call For Paper Thalamus Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Desember 2021
Yenny, FZ. (2016). Kolusi Perusahaan Farmasi
Dengan Dokter Dalam Pelayanan Kesehatan Dari
Perspektif Hukum Pidana Korupsi. Jurnal Unand.

Yenny, FZ. (2018). Tinjauan Hukum Dokter yang


Berkolusi dengan Perusahaan Farmasi dalam
Meresepkan Obat. Jurnal Cendekia Hukum. 3(2);
272-282.

ISSN : 2721-2882 122

Anda mungkin juga menyukai