Anda di halaman 1dari 57

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/278243227

Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan Lingkungan

Research · June 2015


DOI: 10.13140/RG.2.1.4327.4403

CITATIONS READS

0 14,758

1 author:

OJ Sumampouw
Sam Ratulangi University
16 PUBLICATIONS   10 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Underfive children Diarrhea in coastal City View project

All content following this page was uploaded by OJ Sumampouw on 14 June 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

PRINSIP DASAR PERENCANAAN DAN


1 KOMPONEN DASAR KESEHATAN
LINGKUNGAN

1.1 Pengertian Perencanaan


Perencanaan telah beranjak dari kegiatan yang bersifat naluriah, spontan, dan
bersifat subyektif berdasar pengalaman masa lalu menjadi suatu proses yang
sistematik, dan obyektif. Perencanaan yang telah dilakukan dengan baik sering
menjadi gagal karena kurangnya perhatian terhadap pelaksanaannya. Perencana
kesehatan merasa tugasnya telah selesai ketika mereka menghasilkan dokumen
perencanaan. Perencanaan harus dikenali sebagai satu bagian suatu proses
menyeluruh yang melibatkan analisis kebijakan, persiapan perencanaan, pengelola
perencanaan, evaluasi dan penelitian.
Pengertian perencanaan memiliki banyak makna sesuai dengan pandangan
masing-masing ahli dan belum terdapat batasan yang dapat diterima secara umum.
Beberapa batasaan perencanaan menurut para ahli disajikan sebagai berikut :
1. Perencanaan adalah pemikiran rasional berdasarkan fakta-fakta dan atau
perkiraan yang mendekat (estimate) sebagai persiapan untuk melaksanakan
tindakan-tindakan kemudian (Abdulrachman, 1973).
2. Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penetuan secara
matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan dating
dalam rangka pencapaian yang telah ditentukan (Siagian, 1994).
3. Perencanaan adalah pemilihan dan menghubungkan fakta-fakta, membuat
serta menggunakan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa dating
dengan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan tertentu yang
diyakini diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu (Terry, 1975 dalam
Kusmiadi, 1995).
4. Perencanaan adalah proses dasar yang kita gunakan untuk memilih tujuan-
tujuan dan menguraikan bagaimana cara pencapainnya (Stoner and Wankel,
1986 dalam Kusmiadi, 1995).
5. Menurut Soekartawi (2000), perencanaan adalah pemilihan alternatif atau
pengalokasian berbagai sumberdaya yang tersedia.
Perencanaan merupakan inti kegiatan manajemen, karena semua kegiatan
manajemen diatur dan diarahkan oleh perencanaan tersebut. Dengan perencanaan
itu memungkinkan para pengambil keputusan atau manajer untuk menggunakan
sumber daya mereka secara berhasil guna dan berdaya guna. Banyak batasan
perencanaan yang telah dibuat oleh para ahli.
Dari batasan-batasan yang telah ada dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
perencanaan adalah suatu kegiatan atau proses penganalisaan dan pemahaman
sistem, penyusunan konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai

1
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

tujuan-tujuan demi masa depan yang baik. Dari batasan ini dapat ditarik
kesimpulan-kesimpulan antara lain :
a. Perencanaan harus didasarkan kepada analisis dan pemahaman sistem dengan
baik.
b. Perencanaan pada hakekatnya menyusun konsep dan kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan misi organisasi.
c. Perencanaan secara implisit mengemban misi organisasi untuk mencapai hari
depan yang lebih baik.
Secara sederhana dan awam dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah suatu
proses yang menghasilkan suatu uraian yang terinci dan lengkap tentang suatu
program atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Oleh sebab itu, hasil proses
perencanaan adalah "rencana" (plan).
1.2 Prinsip-Prinsip Perencanaan
Menurut Reinke (1994), suatu perencanaan harus memiliki prinsip-prinsip
(asas-asas) sebagai berikut :
1. Principle of contribution to objective. Setiap perencanaan dan segala
perubahannya harus ditujukan kepada capaian tujuan.
2. Principle of efficiency of plans. Suatu perencanaan adalah efisien jika
perencanaan itu dalam pelaksanaannya dapat mencapai tujuan dengan biaya
yang sekecil-kecilnya.
3. Principle of primacy of planning (asas pengutamaan perencanaan).
Perencanaan adalah keperluan utama para pemimpin dan fungsi-fungsi
lainnya, “organizing, staffing, directing dan controlling”. Seorang pemimpin
tidak akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen lainnya tanpa
mengetahui tujuan dna pedoman dalam melaksanakan kebijaksanaan.
4. Principle of pervasiveness of planning (asas pemerataan perencanaan). Asas
pemerataan perencanaan memegang peranan penting, mengingat pemimpin
pada tingkat tinggi banyak mengerjakan perencanaan dan bertanggung jawab
atas berhasilnya rencana itu. Tidak seorang manajer pun yang tidak
mengerjakan perencanaan.
5. Principle of planning premise (asas patokan perencanaan). Patokan-patokan
perencanaan sangat berguna bagi ramalan-ramaln, sebab premis-pemis
perencanaan dapat menunjukkan kejadian-kejadian yang akan datang.
6. Principle of policy frame work (asas kebijaksanaan pola kerja).
Kebijaksanaan ini mewujudkan pola kerja prosedur kerja dan program
tersusun.
7. Principle of timing (asas waktu). Perencanaan waktu yang relative singkat
dan tepat.
8. Principle of planning communication (asas tata hubungan perencanaan).
Peremcanaan dapat disusun dan dikoordinasi dengan baik, jika setiap orang
bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dan memperoleh penjelasan yang
memadai mengenai bidang yang akan dilaksanakannya.
2
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

9. Principle of alternatives. Alternative pada setiap wangkaian kerja dan


perencanaan meliputi pemilihan rangkaian alternative dalam pelaksanaan
pekerjaan, sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan.
10. Principle of limiting factor (asas pembatasan factor). Dalam pemilihan
alternative-alternatif, pertama-tama harus ditujukan pada factor-faktor yang
strategis dan dapat membantu pemecahan masalah. Asas alternative dan dapat
membantu pemecahan masalah. Asas alternative dan asas pembatasan factor
merupakan syarat mutlak dalam penetapan keputusan.
11. The commitment principle (asas keterikatan). Perencanaan harus
memperhitungkan jangka waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan.
12. The principle of flexibility. Perencanaan yang efektif memerlukan
fleksibilitas, tetapi tidak berarti mengubah tujuan.
13. The principle of navigation change (asas ketetapan arah). Perencanaan yang
efektif memerlukan pengamatan yang terus-menerus terhadap kejadian-
kejadian yang timbul dalam pelaksanaannya untuk mempertahankan tujuan.
14. Principle of strategic planning (asas perencanaan strategis). Dalam kondisi
tertentu manajer harus memilihtindakan-tindakan yang diperlukan utnuk
menjamin pelaksanaan perencanaan agar tujuan tercapai dengan efektif.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut :
1. Perencanaan merupakan fungsi utama manajer. Pelaksanaan pekerjaan
tergantung pada baik buruknya suatu rencana.
2. Perencanaan harus diarahkan pada tercapainya tujuan. Jika tujuan tidak
tercapai mungkin disebabkan oleh kurang sempurnya perencanaan.
3. Perencanaan harus didasarkan atas kenyataan-kenyataan obyektif dan rasional
untuk mewujudkan adanya kerja sama yang efektif.
4. Perencanaan harus mengandung atau dapat memproyeksikan kejadian-
kejadian pada masa yang akan datang.
5. Perencanaan harus memikirkan dengan matang tentang anggaran,
kebijaksanaan, program, prosedur, metode dan standar untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
6. Perencanaan harus memberikan dasar kerja dan latar belakang bagi fungsi-
fungsi manajemen lainnya.

1.3 Komponen Kesehatan Lingkungan


Lingkungan adalah seluruh faktor luar yang mempengaruhi suatu organisme.
Faktor-faktor ini dapat berupa organisme hidup (biotik) atau variabel-variabel
yang tidak hidup (abiotik). Misalnya, suhu, curah hujan, panjangnya siang, angin
serta arus laut.
Interaksi- interaksi antara organisme-organisme dengan kedua faktor biotik
dan abiotik membentuk suatu ekosistem. Bahkan perubahan kecil suatu faktor

3
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

dalam suatu ekosistem dapat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu jenis


binatang atau tumbuhan dalam lingkungannya.
Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup pada Pasal 1, menjelaskan bahwa lingkungan adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan
perilakunya dengan mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Daftar komponen kesehatan lingkungan dari Leopard yang dikutip oleh
F.Gunarwan Soeratmo (1988) adalah :
a. Komponen fisik dan kimia
b. Komponen hubungan ekologi
c. Komponen sosial
d. Komponen biologis
Pembagian lingkungan oleh G. Melya Howe dalam bukunya Environmental
Medicine (1980) adalah lingkungan eksternal dan lingkungan internal.
Sedangkan berdasarkan mengganggunya terhadap kesehatan manusia, maka
lingkungan dapat dibagi menjadi :
a. Lingkungan fisik
b. Lingkungan biologis
c. Lingkungan manusia (sosial-ekonomi-budaya)
Macam komponen lingkungan hidup menurut Leopard adalah:
a. Komponen lingkungan hidup fisik dan kimia
b. Komponen lingkungan hidup sosial
c. Komponen lingkungan hidup biologi dan hubungan ekologi
Menurut Norbert Dee adapun yang menjadi komponen lingkungan yang
dibagi dalam empat kelompok dasar, yaitu :
1. Ekologi
a. Spesies dan populasi
b. Habitat dan komunitas
c. Ekosistem
2. Pencemaran lingkungan
a. Air (temperatur, pH, turbiditas, salinitas, pengaruh pasang, surut, iklim
mikro, DO, BOD, nutrien, karbon organik, bahan racun, pestisida)
b. Udara (CO, hidrokarbon, nitrogen oksida, bahan khusus, sulfur oksida,
kebisingan, iklim mikro)
c. Lahan (tata guna lahan, erosi tanah, iklim mikro)
3. Estetika
a. Lahan (vegetasi penutup, cakrawala, bentuk alam)
b. Air (penampilan air, pencampuran lahan dan air, bau dan benda terapung)
c. Sejarah dan kebudayaan (arsitektur, peristiwa budaya, tanda-tanda alam,
atmosfir)
4. Kepentingan manusia
4
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

a. Sosial dan demografi (aspirasi komunitas, ciri perumahan)


b. Pelayanan sosial (kesehatanm pelayanan umum dan swasta, proses
pendidikan, sistem transportasi)
c. Ekonomi (struktur ekonomi, pendapatan perkapita, pemerataan)

PUSTAKA

Amsyari, F. 2003. Dasar-Dasar dan Metode Perencanaan Lingkungan Dalam


Pembangunan Nasional. Jakarta : Widya Medika.

Kusmiadi, H. R. 1995. Teori dan Teknik Perencanaan Edisi Pertama. Bandung :


Penerbit Ilham Jaya.

Mukono, H.J. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan Edisi Kedua. Surabaya
: Airlangga University Press.
Mulyanto, R. 2007. Ilmu Lingkungan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Notoatmodjo, S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet.


ke-2 Mei. Jakarta : Rineka Cipta.
Reinke, W. 1994. Perencanaan Kesehatan Untuk Meningkatkan Efektifitas
Manajemen. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Siagian, S. P. 1994. Filsafat Administrasi. Jakarta : Penerbit PT. Gunung Agung.

5
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

POLA PENYAKIT AKIBAT


2 LINGKUNGAN

Pada mulanya konsep terjadinya penyakit didasarkan pada adanya gangguan


mahluk halus atau karena kemurkaan dari Maha Pencipta. Namun seiring zaman,
Hipocrates mengembangkan teori bahwa timbulnya penyakit disebabkan oleh
pengaruh lingkungan yang meliputi air, udara, tanah cuaca dan lainnya. Namun
tidak dijelaskan faktor lingkungan yang bagaimana yang dapat menimbulkan
penyakit.
Lingkungan yang merupakan bagian dari kehidupan manusia yang sangat
penting. Dari lingkungan didapatkan udara untuk bernapas, air untuk minum,
makanan untuk dinikmayi, dan ruang untuk bergerak. Gangguan lingkungan akan
mengganggu kesehatan manusia. Untuk itu diperlukan upaya untuk menjaga agar
lingkungan tidak tercemar/rusak sehingga tidak membawa gangguan.
Kemudian berkembanglah teori terjadinya penyakit berdasarkan sisa-sisa
mahluk hidup yang mengalami pembusukan, sehingga menyebabkan pengotoran
udara dan lingkungan sekitarnya. Konsep penyakit mulai mengacu pada adanya
peranan jasad renik.
Ditinjau dari sudut ekologis, ada tiga faktor yang dapat menimbulkan suatu
kesakitan, kecacatan, ketidakmampuan, atau kematian pada manusia. Tiga faktor
itu disebut sebagai ecological atau epidemiological triad.
Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang
memberikan gambaran tentang hubungan antara tiga faktor utama yang berperan
timbulnya penyakit yakni host, agent and environment.
Dalam keadaan normal, ketiga komponen tersebut atau dengan kata lain
orang disebut sehat. Pada suatu keadaan saat keseimbangan dinamis tersebut
terganggu, misalnya saat kualitas lingkungan hidup menurun sampai tingkatan
tertentu, agens penyakit dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh manusia dan
menimbulkan sakit.

Internal - Fisiologis
- Biokimia
- Psikologis
Eksternal - Fisik
- Biologis
- Kimiawi
- Sosekbud

6
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

Biologis
Kimiawi Ras
Agent Nutrisi Seks Host
Fisik Gen
Mekanis

Fisik
Environment Biologis
Sosial

Gambar 1. Epidemilogical/Ecological Triad

1. Faktor Host
Adalah manusia atau mahluk hidup lain sangat kompleks dalam proses
alamiah terjadinya perkembangan penyakit, termasuk burung dan artropoda.

Faktor host tersebut bergantung pada karakteristik yang dimilki individu,


anatara lain dapat berupa umur, jenis kelamin, ras, etnik, anatomi tubuh,
tingkah laku, pekerjaan, adat, gaya hidup, dan lainnya.
2. Faktor Agent
Adalah suatu unsur, organisme hidup atau kuman infeksi yang dapat
menyebabkan terjadinya suatu penyakit. Pada beberapa penyakit agent ini
adalah sendiri, misalnya pada penyakit-penyakit infeksi, sedangkan yang lain
beberapa agent yang bekerjasama misalnya pada penyakit kanker. Agent
dapat berupa unsur biologis, unsur nutrisi, unsur kimiawi dan unsur fisika.
3. Faktor Lingkungan
Adalah semua faktor luar dari suatu individu yang dapat berupa lingkungan
fisik (geologis, iklim, geografis), biologis (kepadatan penduduk) dan sosial
(urbanisasi, lingkungan kerja, dan lainnya).

PUSTAKA

Bustan, M dan Arsunan, A. 2002. Pengantar Epidemilogi. Jakarta : Penerbit


Rineka Cipta.

Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

7
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

DASAR PERENCANAAN
3 MANAJEMEN PROGRAM
KESEHATAN LINGKUNGAN

Perencanan lingkungan pada dasarnya adalah proses dinamik. Perencanan


lingkungan tidak hanya merupakan satu tindakan saja, namunlebih nayak sebagai
suatu rentan aktivitas yang tersusun sistematis dan bertahap, mengarah pada hasil
perbaikan lingkungan hidup yang lebih mantap.
Pada dasarnya tiap perencanaan lingkungan harus mempunyai tiga aspek
pokok yakni strategi, tujuan dan proses perencanaan. Strategi perencanaan
lingkungan akan dibahas pada bab berikutnya, sedang aspek tujuan dan proses
akan dijabarkan pada bab ini.
Tujuan perencanaan lingkungan sebagai suatu pernyataan hasrat atau harapan
terhadap terciptanya kondisi lingkungan ideal yang ingin dicapai. Umumnya
tujuan dikaitkan dengan perbaikan kualitas lingkungan hidup sehingga
memebrikan suasana yang lebih menguntungkan bagi penduduk.
Kondisi lingkungan yang meningkat kualitasnya juga diusahakan berlangsung
permanen/lestari. Namun tujuan seperti itu tidak dapat dipakai sebagai arah
operasional lingkungan, lebih banyak hanya berupa arah konsepsional yang
menjadi orientasi para pengelola lingkungan.
Tujuan perbaikan lingkungan dalam bentuk yang memilki nilai operasionil
banyak tergantung pada kemampuan perencana untuk melihat ke depan tentang
prospek lingkungan yang akan dihadapi. Dengan kata lain, suatu tujuan
perencanaan lingkungan perlu dibuat secara kuantitatif, kalau mungkin dalam
bentuk satuan jumlah untuk jangka waktu tertentu.
Suatu perencanan lingkungan perlu terdiri dari aktifitas yang
berkesinambungan dan tersusun sistematis, serta bertahap menuju suatu perbaikan
kualitas lingkungan dengan ukuran yang objektif. Prosesnya sangat dinamik
mengikuti perubahan-perubahan alamiah maupun tak alamiah yakni perubahan
yang dikaitkan dengan aktifitas manusia, yang bersifat terkontrol melalui
program-program perbaikan lingkungan.
Adapun proses kegiatan perencanaan lingkungan pada hakikatnya adalah
rantai aktifitas yang berkaitan dengan upaya perbaikan kualitas lingkungan
terencana, sistematis dan rasional. Proses itu meliputi berbagai aktifitas yang bisa
diklasifikasikan dalam tujuh kelompok kegiatan pokok, yaitu :
1. Analisis lingkungan
2. Penetapan dan penyusunan urutan prioritas masalah lingkungan
3. Penyusunan alternatif pemecahan masalah lingkungan
4. Pemilihan alternatif dan penentuan rencana perbaikan lingkungan
5. Pelaksanaan rencana dan program perbaikan lingkungan
8
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

6. Pengawasan dalam pelaksanaan


7. Evaluasi pelaksanaan
Ketujuh kelompok aktifitas perencanaan lingkungan diatas merupakan suatu
aktifitas yang senantiasa ada dan dilaksanakan dalam upaya-upaya perbaikan
lingkungan.

PUSTAKA

Amsyari, F. 2003. Dasar-Dasar dan Metode Perencanaan Lingkungan Dalam


Pembangunan Nasional. Jakarta : Widya Medika.

9
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

PENDEKATAN SISTEM
4
KESEHATAN LINGKUNGAN

4.1 Pengertian Pendekatan Sistem Kesehatan Lingkungan


Dalam cakupan pengertian sistem termuat adanya berbagai komponen
(unsur), berbagai kegiatan (menunjuk fungsi dari setiap komponen), adanya saling
hubungan serta ketergantungan antar komponen, adanya keterpaduan (kesatuan
organis = integrasi) antar komponen, adanya keluasan sistem (ada kawasan di
dalam sistem dan di luar sistem), dan gerak dinamis semua fungsi dari semua
komponen tersebut mengarah (berorientasi = berkiblat) ke pencapaian tujuan
sistem yang telah ditetapkan lebih dahulu. Bertolak dari identifikasi sistem
tersebut, akan disajikan beberapa batasan sistem untuk diarifi seperlunya, batasan
sistem tersebut, adalah:
1. Sistem adalah komposisi (susunan yang serasi) dari fungsi komponennya.
2. Sistem adalah rangkaian komponen yang saling berkaitan dan berfungsi ke
arah tercapainya tujuan sistem yang telah ditetapkan lebih dahulu (Warijan,
dkk., 1984: 1)
3. Sistem adalah pengkoordinasian (pengorganisasian) seluruh komponen serta
kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan lebih dulu.
4. A system is an organized or complex whole; an assemblage or combination of
things or parts forming a complex or unitary whole (Johnson, Kast, dan
Rosenzweig, 1973: 4).
Pengertian dan ciri-ciri sistem atau pendekatan sistem dapat dihubungkan
dengan analisis kondisi fisis (misalnya: sistem tata surya, rakitan mesin), dapat
dihubungkan dengan analisis biotis (misalnya: jaring-jaring ekologis, koordinasi
tubuh manusia), dan dapat dihubungkan dengan analisis gejala sosial (misalnya:
kehidupan ekonomis, gejala pendidikan, pola nilai hidup). Analisis sistem sosial
relatif lebih rumit dibanding analisis sistem fisis dan sistem biotis; sistem sosial
pada umumnya dan khususnya sistem pendidikan bersifat terbuka, yaitu suatu
sistem yang mudah dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di luar sistemnya (rentan
terhadap pengaruh luar).
Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah
suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar
dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
Jadi dapat disimpulkan, suatu pendekatan sistem kesehatan lingkungan adalah
suatu rangkaian hubungan interaktif antara sekelompok manusia atau masyarakat
dengan berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat dan perlunya menganalisis
komponennya baik fisiks, biotis dan sosial.
10
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

4.2 Ciri-Ciri Sistem Atau Pendekatan Sistem


Secara lebih rinci, ciri-ciri yang terkandung dalam sistem atau pendekatan
sistem, adalah:
1. Adanya tujuan. Setiap rakitan sistem pasti bertujuan, tujuan sistem telah
ditentukan lebih dahulu, dan itu menjadi tolok ukur pemilihan komponen
serta kegiatan dalam proses kerja sistem. Komponen, fungsi komponen, dan
tahap kerja yang ada dalam suatu sistem mengarah ke pencapaian tujuan
sistem. Tujuan sistem adalah pusat orientasi dalam suatu sistem.
2. Adanya komponen sistem (selain tujuan). Jika suatu sistem itu adalah sebuah
mesin, maka setiap bagian (onderdil) adalah komponen dari mesin
(sistemnya); demikian pula halnya dengan pengajaran di kampus sebagai
sistem, maka semua unsur yang tercakup di dalamnya (baik manusia maupun
non manusia) dan kegiatan-kegiatan lain yang terjadi di dalamnya adalah
merupakan komponen sistem. Jadi setiap sistem pasti memiliki komponen-
komponen sistem.
3. Adanya fungsi yang menjamin dinamika (gerak) dan kesatuan kerja sistem.
Tubuh kita merupakan suatu sistem, setiap organ (bagian) dalam tubuh
tersebut mengemban fungsi tertentu, yang keseluruhannya (semua fungsi
komponen sistem) dikoordinasikan secara kompak, agar diri kita dan
kehidupan kita sebagai manusia berjalan secara sehat dan semestinya.
Penyelenggaraan pengajaran di kampus merupakan suatu sistem, maka
setiap komponen yang mempunyai fungsi tertentu itu mesti menyumbang
secara sepantasnya dalam rangka mencapai tujuan dan semua fungsi tersebut
perlu dikoordinasikan secara terpadu agar proses pengajaran berlangsung
secara efektif dan efisien.
4. Adanya interaksi antar komponen. Antar komponen dalam suatu sistem
terdapat saling hubungan, saling mempengaruhi, dan saling ketergantungan.

4.3 Pendekatan dan Metodologi dalam Penerapan Prinsip dan Hubungan


Ekologi
Ekologi merupakan hubungan antara total antara organisme dengan
lingkungannyayang bersifat organik maupun anorganik, menurut Ernst Haeckel
(1869).
Penerapan prinsip dan hubungan ekologi dalam kehidupan manusia dapat
berupa pendekatan dan metodologi, yaitu:
1. Pendekatan Holistik
Pendekatan seutuhnya berupa analitik dan reduksionistik (Odum dan
Boyden).
2. Pendekatan Evolusioner
Pendekatan yang mengkaji evolusi yang terjadi pada para pelaku dalam
lingkungan hidup, baik secara individual, populasi maupun komunitas.
11
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

3. Pendekatan Interaktif
Menurut Price, dkk (1983), suatu kehidupan harus dilihat dari hubungan-
hubungan interaktif antar komponen penyusun dan merupakan suatu
pendekatan bottom up untuk mengenal ekosistem atau lingkungan hidup
dengan lebih baik.
4. Pendekatan Situsional
Jarvie, Papper, dan Vayda, menganjurkan pendekatan ekologi dengan cara
memperhatikan perubahan situasi pada saat suatu permasalahan timbul.
5. Pendekatan Sosiosistem dan Ekosistem
Pendekatan ini berupaya memisahkan lingkungan hidup ke dalam sistem
sosial dan sistem alami serta mempelajarinya berdasarkan aliran materi,
energi dan informasi. Dari keduanya akan menghasilkan proses seleksi dan
adaptasi.
6. Pendekatan Peranan dan Perilaku Manusia
Pendekatan ini berupaya mempelajari peranan manusia dalam program MAB
(man and biosphere) atau pendekatan pemanfaatan oleh manusia (UNESCO,
1974).
7. Pendekatan Kontektualisasi Progresif
Pendekatan ini bersifat interdisipliner dan dapat ditelusuri secara progresif
sehingga setiap permasalahan dapat dimengerti dan dipahami dengan baik.
8. Pendekatan Kualitas Lingkungan
Pendekatan ini merupakan kelanjutan pendekatan kontektualisasi progresif
yang kemudian dikembangkan dengan penyusunan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL).

4.4 Kegiatan Program Kesehatan Lingkungan


Berbagai kegiatan dapat dilakukan untuk menjadikan lingkungan itu sehat,
seperti:
1. Pengawasan/pemeliharaan penyediaan sarana air bersih (SAB) dan sanitasi
dasar;
2. Pengawasan dan pemeliharaan kualitas lingkungan misalnya sistem
pembuangan air limbah (SPAL), jamban keluarga (JAGA);
3. Pengawasan dan pemeliharaan tempat-tempat umum (TTU)
4. Pengawasan dan pemeliharaan tempat pengelolaan makanan (TPM)
5. Pengawasan dan pemeliharaan tempat-tempat pestisida
6. Pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan;
7. Pengembangan wilayah sehat seperti pengawasan dan pemeliharaan tempat
pembuangan sampah (TPS)

12
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

PUSTAKA

Anonimous. 2008. Pengertian Dan Ciri-Ciri Pendekatan Sistem. (Online),


(http://blog.persimpangan.com/blog/20070806/pengertian-dan-ciri-ciri-
pendekatan-sistem) Diakses 12 November 2008.

Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Jauhari, N. 2008. Upaya Kesehatan Lingkungan. (Online),


(http://puskesmasklk1.web.id/categoryprogram-wajib) Diakses 14 November
2008.

13
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

STATUS KESEHATAN
5
LINGKUNGAN

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian
pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi
kesehatannya sendiri tetapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya
terhadap masalah "sehat-sakit" atau kesehatan tersebut.
Hendrik L. Blum dalam Planning for Health, Development and Application
of Social Change Theory secara jelas menyatakan bahwa determinan status
kesehatan masyarakat merupakan hasil interaksi domain lingkungan, perilaku dan
genetika serta bukan hasil pelayanan medis semata-mata.
Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu
maupun kesehatan masyarakat, untuk hal ini Hendrik L. Blum menggambarkan
secara ringkas (lihat gambar Faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan di
bawah !)

Keturunan

Lingkungan Status Pelayan


(fisik, sosbud, Kesehatan Kesehatan
ekonomi),

Perilaku

Gambar 2. Faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan


Keempat faktor tersebut (keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayan
kesehatan) disamping berpengaruh langsung kepada kesehatan, juga saling
berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara optimal
bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang
optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu (tidak
optimal) maka status kesehatan akan tergeser ke arah dibawah optimal.
Berdasarkan teori Blum, menunjukkan konsep status kesehatan seseorang
bahkan suatu komunitas masyarakat, dipengaruhi oleh empat faktor terdiri
kesehatan lingkungan 45%, perilaku 30% disusul jasa layanan kesehatan 20%,
serta faktor genetik atau keturunan hanya berpengaruh 5%.
Aspek fisik dari lingkungan dapat berupa panas, sinar, udara dan air, radiasi,
atmosfir dan tekanan. Sebagai faktor ekstrinsik yang terdiri dari lingkungan fisik,
14
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

kimia, biologi dan social, pendekatan lain yang dapat digunakan adalah model
roda dan pendekatan segitiga epidemiologi. Kedua model tersebut menyebutkan
bahwa lingkungan fisik, biologi dan sosial dapat menyebabkan penyakit.

Host

Agent Lingkungan

Gambar 3. Segitiga Epidemiologi

Lingkungan biologi Lingkungan Sosial

Manusia (host) Genetic Core

Lingkungan fisik/
kimia

Gambar 4. Whell Model of Man Environment Interaction

Kualitas lingkungan merupakan determinan penting terhadap kesehatan


masyarakat, penurunan kualitas lingkungan memiliki peran terhadap terjadinya
penyakit seperti diare, ISPA, malaria, schistosomiasis dan penyakit vektor
lainnya, CPOD (PPOM), CVD, penyakit infeksi pada anak. Karena itu, jika upaya
peningkatan kesehatan masyarakat hanya memprioritaskan jasa layanan secara
"kuratif", tanpa menitikberatkan pada perwujudan kesehatan lingkungan, maka
fenomena tersebut diibaratkan menabur garam ditengah samudera, tidak akan
membuahkan hasil yang optimal.
Akibatnya, masyarakat sebatas menuai kesembuhan sementara, karena pada
pasca pengobatan atau perawatan, faktor lingkungan yang tidak sehat kembali
menggerogoti kondisi kesehatan masyarakat, karena akar permasalahannya berupa
fenomena lingkungan yang "sakit", tidak secara tuntas dan menyeluruh
disembuhkan. Meski pengobatan secara "kuratif" tetap diperlukan hingga
kapanpun, akan tetapi jangan justru mengabaikan faktor lainnya, yang sebenarnya
bisa mewujudkan kualitas derajat kesehatan masyarakat bermasa depan, sebab
akar permasalahannya telah tercerabut ditengah komunitas mereka.

15
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

Pembangunan kesehatan masyarakat khususnya pembangunan kesehatan


lingkungan, juga harus sejalan dengan upaya peningkatan kualitas perilaku
masyarakat agar mereka bisa memiliki gaya hidup yang mandiri, sekaligus
bermotivasi tinggi untuk mewujudkan kualitas kesehatannya. Karena mustahil
pembangunan kesehatan bisa ditanggulangi sendiri oleh pemerintah, menyusul
selama inipun alokasi anggaran kesehatan di setiap Kabupaten setiap tahunnya
masih dibawah standar yang disyaratkan organisasi kesehatan dunia (WHO),
sebesar 15% dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
setempat.

PUSTAKA

Hasyim, H. 2008. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Volume 11;


Manajemen Penyakit Lingkungan Berbasis wilayah. (Online),
(http://www.jmpk-online.net/files/03-4.APhamzah.pdf) Diakses 12 November
2008.

Hidayat, J. 2005. Lingkungan Penentu Status Kesehatan. (Online),


(http://www.garutkab.go.id/pub/article/plain/24-lingkungan-penentu-status-
kesehatan-warga-garut.html) Diakses 12 November 2008.
Mukono, H.J. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan Edisi Kedua. Surabaya
: Airlangga University Press.
Notoatmodjo, S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet.
ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta.

16
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

SISTEM KESEHATAN
6
LINGKUNGAN

6.1 Konsep dan Batasan Kesehatan Lingkungan


Batasan kesehatan lingkungan sangatlah luas, sehingga kita terlebih dahulu
harus paham akan pengertian kesehatan dan lingkungan itu sendiri.
Pengertian Kesehatan
1. Menurut WHO, kesehatan adalah keadaan yg meliputi kesehatan fisik,
mental, dan sosial yg tidak hanya berarti suatu keadaan yg bebas dari
penyakit dan kecacatan.
2. Menurut UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, yang dimaksud
kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Pengertian Lingkungan
1. Menurut Encyclopaedia of Science and Technology (1960) disebutkan,
lingkungan adalah sejumlah kondisi di luar dan mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan organisme.
2. menurut Encyclopaedia Americana (1974), lingkungan adalah pengaruh yang
ada di atas / sekeliling organisme.
3. Lingkungan menurut A. L. Slamet Riyadi (1976) merupakan tempat
pemukiman dengan segala sesuatunya dimana organismenya hidup beserta
segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun tidak dapat diduga
ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme itu.

Pengertian kesehatan lingkungan


1. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia),
kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang
sehat dan bahagia.
2. Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah
suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan
agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
3. Menurut kalimat yang merupakan gabungan (sintesa dari Azrul Azwar,
Slamet Riyadi, WHO dan Sumengen), kesehatan lingkungan adalah upaya
perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan
menuju keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan manusia yang
semakin meningkat.
17
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

6.2 Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan


Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup
kesehatan lingkungan, yaitu :
1. Penyediaan air minum
2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan sampah padat
4. Pengendalian vektor
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Kesehatan lingkungan tempat rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/
wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22
ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu :
1. Penyehatan air dan udara
2. Pengamanan limbah padat/sampah
3. Pengamanan limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
5. Pengamanan radiasi
6. Pengamanan kebisingan
7. Pengamanan vektor penyakit
8. Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana

6.3 Sasaran Kesehatan Lingkungan


Di dalam Pasal 22 ayat (2) UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, yang
menjadi sasaran kesehatan lingkungan sebagai berikut :
1. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang
sejenis
2. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama / yang sejenis
3. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri / yang sejenis.
4. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk
umum.

18
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

5. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang


berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an,
reaktor/tempat yang bersifat khusus.

6.4 Perencanaan Program Kesehatan Lingkungan


Perencanaan merupakan inti kegiatan manajemen, karena semua kegiatan
manajemen diatur dan diarahkan oleh perencanaan tersebut. Dengan perencanaan
itu memungkinkan para pengambil keputusan atau manajer untuk menggunakan
sumber daya mereka secara berhasil guna dan berdaya guna. Banyak batasan
perencanaan yang telah dibuat oleh para ahli.
Dari batasan-batasan yang telah ada dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
perencanaan adalah suatu kegiatan atau proses penganalisaan dan pemahaman
sistem, penyusunan konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan-tujuan demi masa depan yang baik. Dari batasan ini dapat ditarik
kesimpulan-kesimpulan antara lain :
a. Perencanaan harus didasarkan kepada analisis dan pemahaman sistem dengan
baik.
b. Perencanaan pada hakekatnya menyusun konsep dan kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan misi organisasi.
c. Perencanaan secara implisit mengemban misi organisasi untuk mencapai hari
depan yang lebih baik.
Secara sederhana dan awam dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah suatu
proses yang menghasilkan suatu uraian yang terinci dan lengkap tentang suatu
program atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Oleh sebab itu, hasil proses
perencanaan adalah "rencana" (plan). Perencanaan atau rencana itu sendiri banyak
macamnya, antara lain :
1. Dilihat dari jangka waktu berlakunya rencana :
a. Rencana jangka panjang (long term planning), yang berlaku antara 10- 25
tahun.
b. Rencana jangka menengah (medium range planning), yang berlaku antara
5-7 tahun.
c. Rencana jangka pendek (short range planning), umumnya hanya berlaku
untuk 1 tahun.
2. Dilihat dari tingkatannya :
a. Rencana induk (masterplan), lebih menitikberatkan uraian kebijakan
organisasi. Rencana ini mempunyai tujuan jangka panjang dan mempunyai
ruang lingkup yang luas.
b. Rencana operasional (operational planning), lebih menitikberatkan pada
pedoman atau petunjuk dalam melaksanakan suatu program.
c. Rencana harian (day to day planning) ialah rencana harian yang bersifat
rutin.
3. Ditinjau dari ruang lingkupnya :
19
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

a. Rencana strategis (strategic planning), berisikan uraian tentang kebijakan


tujuan jangka panjang dan waktu pelaksanaan yang lama. Model rencana
ini sulit untuk diubah.
b. Rencana taktis (tactical planning) ialah rencana yang berisi uraian yang
bersifat jangka pendek, mudah menyesuaikan kegiatan-kegiatannya,
asalkan tujuan tidak berubah.
c. Rencana menyeluruh ialah rencana yang mengandung uraian secara
menyeluruh dan lengkap.
d. Rencana terintegrasi (integrated planning) ialah rencana yang
mengandung uraian yang menyeluruh bersifat terpadu, misalnya dengan
program lain diluar kesehatan.
Meskipun ada berbagai jenis perencanaan berdasarkan aspek-aspek tersebut
diatas namun prakteknya sulit untuk dipisah-pisahkan seperti pembagian tersebut.
Misalnya berdasarkan tingkatannya suatu rencana termasuk rencana induk tetapi
juga merupakan rencana strategis berdasarkan ruang lingkupnya dan rencana
jangka panjang berdasarkan jangka waktunya.

6.5 Proses Perencanaan Kesehatan Lingkungan


Perencanaan dalam suatu organisasi adalah suatu proses, dimulai dari
identifikasi masalah, penentuan prioritas masalah, perencanaan pemecahan
masalah, implementasi (pelaksanaan pemecahan masalah) dan evaluasi. Dari hasil
evaluasi tersebut akan muncul masalah-masalah baru kemudian dari masalah-
masalah tersebut dipilih prioritas masalah dan selanjutnya kembali ke siklus
semula. Lihat bagan Proses Perencanaan dibawah !

Identifikasi masalah Prioritas Masalah

Evaluasi

Pelaksanaan Perencanaan Pemecahan Masalah

Bagan 1. Proses Perencanaan

Proses perencanaan ini pada umumnya menggunakan pendekatan pemecahan


masalah (problem solving) yakni Problem Solving For Better Health.

Problem Solving For Better Health membantu dalam melaksanakan upaya


problem sloving skala kecil yang secara langsung dapat memberi manfaat bagi
banyak orang. Falsafahnya adalah dapat menggunakan sumber daya yang ada
20
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

untuk mencapai dampak positif yang lebih besar dalam mengatasi masalah
kesehatan setempat dibandingkan dengan dampak umum yang telah dicapai
walaupun ketersediaan dana yang tidak memadai.
Adapun yang menjadi proses dalam Problem Solving For Better Health
adalah sebagai berikut :
1. Langkah pertama yaitu mendefinisikan masalah secara jelas.
- Tentukan sifat, besar, sebab dan faktor-faktor penunjang timbulnya suatu
masalah kesehatan.
- Masalah yang didapat harus riil berdasarkan data primer yang didapatkan.
- Prioritas masalah merupakan masalah kesehatan yang dapat diatasi sendiri.
- Prinsip utamanya menggunakan sumber daya setempat yang sudah ada
(tenaga, teknis, peralatan, logistik dan dana) untuk mengatasi masalah.
2. Langkah kedua yaitu menentukan bagian realistik dari masalah.
- Prinsipnya mengatasi masalah bagian demi bagian.
- Caranya dengan mengambil bagian yang kecil dari masalah, bagian yang
realistik dan dapat dikelola
3. Langkah ketiga yaitu mendefinisikan suatu solusi.
- 43eJenis-jenis solusi : pendidikan, biomedis, psikologis, ekonomi, usaha
mikro, job training, lingkungan.
- Buatlah pertanyaan yang baik yaitu pertanyaan yang relevan, terdefinisi
dengan baik dan dapat dijawab. Sebaiknya pertanyaan harus mencakup
elemen-elemen seperti:
- Dengan apa
- Melakukan (kegiatan apa)
- Dengan (siapa atau untuk siapa)
- Dimana
- Selama (untuk berapa lama)
- Akan mencapai (tujuan yang diinginkan)
4. Langkah keempat yaitu menyusun Plan of Action
- POA merupakan perangkat organisasi, langkah-langkah dan alat
komunikasi
- POA dapat menjabarkan rincian dari solusi yang diambil
- POA harus dapat menjabarkan bagaimana anda akan mengevaluasi
dampak dari upaya anda.
Suatu POA seharusnya memiliki 5 komponen utama, yaitu:
1) Mengapa. Jabaran dari alasan mengapa anda memilih masalah yang akan
anda pecahkan.
2) Apa. Jabaran dari masalah yang anda pilih dan ditulis dalam bentuk
pertanyaan yang baik.
3) Bagaimana. Menjabarkan metodologi (siapa, apa kegiatannya, isi,
frekuensi, lama, dimana) yang akan digunakan untuk mengatasi masalah.

21
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

4) Evaluasi. Bagaimana caranya mengukur atau melakukan evaluasi dampak


atau efektifitas upaya anda, Apa yang paling penting untuk dinilai
Komponen dari kegiatan evaluasi adalah : apa yang akan dievaluasi,
bagaimana cara melakukan evaluasi, berapa sering/ dan berapa lama dan
siapa yang akan melakukan evaluasi. Perlu dibuat rencana anggaran yang
diperlukan (termasuk yang telah tersedia ataupun yang belum tersedia) dan
jadwal kegiatan.
5) Kesinambungan. Bagaimana caranya untuk mencegah agar masalah yang
telah anda atasi tidak timbul kembali.
5. Langkah terakhir yaitu kesinambungan.
Langkah ini merupakan pendekatan untuk menjamin kesinambungan solusi :
- Melibatkan pihak terkait dari awal masalah ataupun pada fase persiapan
kegiatan
- Apabila kegiatan tersebut berhasil mengatasi masalah perlu dilakukan
melegalkan pola, model, pendekatan atau sistem yang berhasil tersebut
sebagai kegiatan rutin masyarakat setempat
- Penyebar luasandan penerapan pola, metode, model ketempat lain dengan
masalah yang sama.

PUSTAKA

Notoatmodjo, S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet.


ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta.

Setiyabudi, R. 2007. Dasar Kesehatan Lingkungan. (Online),


(http://ajago.blogspot.com/200712/dasar-kesehatan-lingkungan.html) Diakses

22
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

MODEL PENDIDIKAN
7 KESEHATAN LINGKUNGAN

7.1 Model Pendidikan Tenaga Kesehatan Lingkungan


Lingkungan terdiri dari semua kondisi, keadaan dan pengaruh eksternal yang
mengelilingi dan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu
organisme atau suatu komunitas organisme. Terdapat bahaya alam dan bahaya
buatan manusia yang mengancam habitat, iklim, dam pada akhirnya kesehatan
baik individu maupun komunitas mereka.
Masalah lingkungan yang semakin tidak baik, membuat diperlukannya model
pendidikan bagi tenaga kesehatan khususnya untuk masalah lingkungan. Disini
tenaga kesehatan diberikan pendidikan berupa sosialisasi guna menyebarluaskan
kesadaran terhadap masalah-masalah lingkungan yang semakin banyak. Sasaran
pendekatan ini dimaksudkan untuk mengubah perilaku mereka yang
menghasilkan pencemaran/masalah, yang berarti akan mengurangi masalah
langsung pada sumber.

7.2 Aspek Kesehatan Lingkungan


Banyak aspek yang mempengaruhi kesehatan suatu komunitas. Akibatnya,
status kesehatan setiap komunitas berlainan. Aspek tersebut dapat berupa aspek
fisik, sosial dan atau budaya. Aspek tersebut juga mencakup kemampuan
komunitas untuk mengorganisasi dan bekerja sama sebagai satu kesatuan dan juga
perilaku individu yang ada dalam komunitas tersebut.

Aspek fisik Aspek Sosial/


budaya
Kesehatan
manusia

Aspek organisasi Aspek perilaku


komunitas individual

1. Aspek fisik
Aspek fisik mencakup pengaruh demografi, lingkungan, besar komunitas dan
perkembangan industri. Pengaruh demografi dipengaruhi secara langsung
oleh ketinggian, letak dan iklim. Mutu lingkungan berkaitan dengan mutu
kepedulian kita terhadapnya. Besarnya komunitas juga dapat memberikan
dampak positif maupun negatif terhadap kesehatan komunitas. Kemampuan
komunitas untuk merencanakan, mengorganisasi maupun mendayagunakan
23
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

sumber daya secara efektif dapat menentukan apakah besarannya dapat


dimanfaatkan atau tidak.
2. Aspek sosial budaya
Faktor yang muncul dari interaksi antara individu atau kelompok di dalam
komunitas. Contohnya, masyarakat yang hidup di kota, dengan keadaan serba
ada, memiliki angka kesakitan terkait stres yang lebih tinggi dibanding
masyarakat yang hidup didesa. Budaya muncul dari petunjuk yang diwariskan
kepada seseoranga sebagai bagian dari lingkungan tertentu. Mereka diarahkan
bagaimana memandang dunia dan berperilaku di dalamnya berkaitan dengan
orang lain, dengan kekuatan supranatural atau Tuhan, dan dengan lingkungan
alamnya. Beberapa faktor yang menyebabkan adalah kepercayaa, tradisi, dan
praduga; ekonomi, politik, agama, sosial, dan lain sebagainya.
3. Apek organisasi komunitas
Pengorganisasi masyarakat merupakan proses untuk membantu masyarakat
dalam mengidentifikasikan masalah atau tujuan umum, memobilisasikan
sumber daya, dan dengan cara lain membangun serta menerapkan startegi
untuk mencapai tujuan yang telah mereka tetapkan bersama.
4. Aspek perilaku individual
Imunitas kelompok merupakan kekebalan suatu populasi terhadap penyebaran
suatu agens infeksius yang didasarkan pada imunitas sebagian besar
penduduk.

PUSTAKA
Amsyari, F. 2003. Dasar-Dasar dan Metode Perencanaan Lingkungan Dalam
Pembangunan Nasional. Jakarta : Widya Medika.

McKenzie, J. 2006. An Introduction To Community Health Terjemahan


Kesehatan Masyarakat : Suatu Pengantar . Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

24
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

IDENTIFIKASI MASALAH
8 KESEHATAN LINGKUNGAN

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian
pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi
kesehatannya sendiri tetapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya
terhadap masalah "sehat-sakit" atau kesehatan tersebut.
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya
status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan
tersebut antara lain mencakup perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja),
penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah),
rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya.
Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu
usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar
merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan optimum bagi manusia
yang hidup di dalamnya. Masalah kesehatan lingkungan di negara-negara yang
sedang berkembang adalah berkisar pada masalah sanitasi (jamban), penyediaan
air minum, perumahan (housing), pembuangan sampah dan pembuangan air
limbah (air kotor).
Sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari
200 juta jiwa, masalah kesehatan lingkungan di Indonesia menjadi sangat
kompleks terutama di kota-kota besar. Hal tersebut disebabkan, antara lain :
1. Urbanisasi penduduk
Di Indonesia, terjadi perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari desa ke
kota. Lahan pertanian yang semakin berkurang terutama di pulau Jawa dan
terbatasnya lapangan pekerjaan mengakibatkan penduduk desa berbondong-
bondong datang ke kota besar mencari pekerjaan sebagai pekerja kasar seperti
pembantu rumah tangga, kuli bangunan dan pelabuhan, pemulung bahkan
pengemis dan pengamen jalanan yang secara tidak langsung membawa
dampak sosial dan dampak kesehatan lingkungan seperti munculnya
pemukiman kumuh dimana-mana.
2. Tempat pembuangan sampah
Di hampir setiap tempat di Indonesia, sistem pembuangan sampah dilakukan
secara dumping tanpa ada pengolahan lebih lanjut. Sistem pembuangan
semacam itu selain memerlukan lahan yang cukup luas juga menyebabkan
pencemaran pada udara, tanaha dan air selain lahannya juga dapat menjadi
tempat berkembangbiaknya agen dan vektor penyakit menular.
25
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

3. Penyediaan sarana air bersih


Berdasarkan survei yang pernah dilakukan, hanya 60% penduduk Indonesia
mendapatkan air bersih dari PDAM, terutama untuk penduduk perkotaan,
selebihnya mempergunakan sumur atau sumber lain. Bila datang musim
kemarau, krisis air dapat terjadi dan penyakit gastroenteritis mulai muncul
dimana-mana.
4. Pencemaran udara
Tingkat pencemaran udara di Indonesia sudah melebihi nilai ambang batas
(NAB) normal terutama di kota-kota besar akibat gas buangan kendaraan
bermotor. Selain itu, hampir setiap tahun asap tebal meliputi wilayah
nusantara bahkan sampai ke negara tetangga akibat pembakaran hutan untuk
lahan pertanian dan perkebunan.
5. Pembuangan limbah industri dan rumah tangga
Hampir semua limbah cair baik yang berasal dari rumah tangga dan industri
dibuang langsung dan bercampur menjadi satu ke badan sungai atau laut,
ditambah lagi dengan kebiasaan penduduk melakukan kegiatan MCK di
bantaran sungau. Akibatnya, kualitas air sungai menurun dan apabila
digunakan untuk air baku memerlukan biaya yang tinggi.
Untuk lebih jelas, akan dibahas masalah kesehatan lingkungan sebagai
berikut :

8.1 Masalah Penyedian Air Bersih


Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Didalam tubuh manusia
itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60 %
berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65 % dan untuk bayi sekitar
80 %.
Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum,
masak, mandi, mencuci (bermacam-macam cucian) dan sebagainya. Menurut
perhitungan WHO, di negara-negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-
120 L/hari. Sedangkan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, tiap
orang memerlukan air 30-60 L/ hari.
Diantara kegunaan-kegunaan air tersebut yang sangat penting adalah
kebutuhan untuk minum. Untuk itu air harus mempunyai persyaratan khusus agar
layak untuk diminum / digunakan. Air yang sehat harus mempunyai persyaratan
sebagai berikut :
1. Syarat Fisik : bening (tak berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara
diluarnya.
2. Syarat Bakteriologis : harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri
patogen. Untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri
patogen adalah dengan memeriksa sampel (contoh) air tersebut. Bila
pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E. coli maka air
tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
26
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

3. Syarat Kimia : Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu
didalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat
kimia didalam air akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.
Bahan-bahan atau zat kimia yang terdapat dalam air yang ideal antara lain
sebagai berikut :
-----------------------------------------------------------------------
Jenis Bahan Kadar yang dibenarkan (mg/L)
-----------------------------------------------------------------------
Fluor (F) 1-1,5
Chlor (Cl) 250
Arsen (As) 0,05
Tembaga (Cu) 1,0
Besi (Fe) 0,3
Zat organik 10
Ph (keasaman) 6,5-9,0
CO2 0
-----------------------------------------------------------------------
Sesuai dengan prinsip teknologi tepat guna di pedesaan maka air minum yang
berasal dari mata air dan sumur dalam adalah dapat diterima sebagai air yang
sehat dan memenuhi ketiga persyaratan tersebut diatas asalkan tidak tercemar oleh
kotoran-kotoran terutama kotoran manusia dan binatang. Oleh karena itu mata air
atau sumur yang ada di pedesaan harus mendapatkan pengawasan dan
perlindungan agar tidak dicemari oleh penduduk yang menggunakan air tersebut.
Pada prinsipnya semua air dapat diproses menjadi air minum. Sumber-sumber
air ini, sebagai berikut :
1. Air hujan, ditampung kemudian dijadikan air minum, tetapi air hujan ini tidak
mengandung kalsium. Oleh karena itu, agar dapat dijadikan air minum yang
sehat perlu ditambahkan kalsium didalamnya.
2. Air sungai dan danau sering juga disebut air permukaan. Oleh karena air
sungai dan danau ini sudah terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai
macam kotoran maka bila akan dijadikan air minum harus diolah terlebih
dahulu.
3. Mata air. Air yang keluar dari mata air ini berasal dari air tanah yang muncul
secara alamiah. Oleh karena itu, air dari mata air ini bila belum tercemar oleh
kotoran sudah dapat dijadikan air minum langsung. Tetapi karena kita belum
yakin apakah betul belum tercemar maka alangkah baiknya air tersebut
direbus dahulu sebelum diminum.
4. Air sumur dangkal. Air ini keluar dari dalam tanah maka juga disebut air
tanah. Air berasal dari lapisan air didalam tanah yang dangkal, biasanya
berkisar antara 5 - 15 meter dari permukaan tanah. Air sumur pompa dangkal
ini belum begitu sehat karena kontaminasi kotoran dari permukaan tanah
masih ada. Oleh karena itu, perlu direbus dahulu sebelum diminum.

27
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

5. Air sumur dalam. Air ini berasal dari lapisan air kedua didalam tanah,
kedalamannya biasanya diatas 15 meter. Air sumur dalam ini sudah cukup
sehat untuk dijadikan air minum yang langsung (tanpa melalui proses
pengolahan).
Sumber-sumber air minum pada umumnya dan di daerah pedesaan khususnya
tidak terlindung (protected) sehingga air tersebut tidak atau kurang memenuhi
persyaratan kesehatan. Untuk itu perlu pengolahan terlebih dahulu. Ada beberapa
cara pengolahan air minum antara lain sebagai berikut :
1. Pengolahan secara alamiah (penyimpanan (storage) dari air yang diperoleh)
2. Pengolahan air dengan menyaring (dengan kerikil, ijuk dan pasir).
3. Pengolahan air dengan menambahkan zat kimia. Zat kimia yang digunakan
dapat berupa 2 macam yakni zat kimia yang berfungsi untuk koagulasi dan
akhirnya mempercepat pengendapan (misalnya tawas) dan yang berfungsi
untuk menyucihamakan (membunuh bibit penyakit yang ada didalam air,
misalnya chlor).
4. Pengolahan air dengan mengalirkan udara. Tujuan utamanya adalah untuk
menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, menghilangkan gas-gas yang
tak diperlukan, misalnya CO2 dan juga menaikkan derajat keasaman air.
5. Pengolahan air dengan memanaskan sampai mendidih. Tujuannya untuk
membunuh kuman-kuman yang terdapat pada air. Pengolahan semacam ini
lebih tepat hanya untuk konsumsi kecil misalnya untuk kebutuhan rumah
tangga.

8.2 Masalah Pembuangan Air Limbah


Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari
rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya
mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia serta menggangu lingkungan hidup.
Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombiasi dari cairan dan
sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan
industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang
mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto, 1985).
Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang
tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain
seperti indusri, perhotelan dan sebagainya.
Meskipun merupakan air sisa namun volumenya besar karena lebih kurang
80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut
dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air limbah ini
akhirnya akan mengalir ke sungai dan laut dan akan digunakan oleh manusia lagi.
Oleh sebab itu, air buangan ini harus dikelola dan atau diolah secara baik.
Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi sebagai berikut :
28
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water),
yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air
limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan
kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.
2. Air buangan industri (industrial wastes water) yang berasal dari berbagai
jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung didalamnya
sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing
industi, antara lain nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, garam-garam, zat
pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya.
3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water) yaitu air buangan yang
berasal dari daerah perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat
umum, tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang
terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.
Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup
terhadap pencemaran air limbah tersebut. Secara ilmiah sebenarnya lingkungan
mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul
karena pencemaran air limbah tersebut. Namun demikian, alam tersebut
mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya sehingga air limbah
perlu diolah sebelum dibuang. Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan
antara lain :
1. Pengenceran (Dilution). Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi
yang cukup rendah kemudian baru dibuang ke badan-badan air.
2. Kolam Oksidasi (Oxidation Ponds). Yaitu adanya pemanfaatan sinar
matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan
alamiah. Air limbah dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk segi empat
dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak perlu
diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman dan
di daerah yang terbuka sehingga memungkinkan sirkulasi angin dengan baik.
3. Irigasi. Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali dan air
akan merembes masuk ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit
tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk
pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk
pemupukan.

8.3 Masalah Kotoran Manusia


Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak
dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (feces), air seni (urine), dan
CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan. Pembuangan kotoran manusia didalam
tulisan ini dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urin, yang pada
umumnya disebut latrine (jamban atau kakus).

29
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area


pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi
kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah
yang pokok untuk sedini mungkin diatasi. Karena kotoran manusia (faeces) adalah
sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang
bersumber pada faeces dapat melalui berbagai macam jalan atau cara.
Berdasarkan hasil penelitian yang ada, seorang yang normal diperkirakan
menghasilkan tinja rata-rata sehari 970 gram dan menghasilkan air seni 970 gram.
Jadi bila penduduk Indonesia dewasa saat ini 200 juta maka setiap hari tinja yang
dikeluarkan sekitar 194.000 juta gram (194.000 ton). Maka bila pengelolaan tinja
tidak baik, jelas penyakit akan mudah tersebar.
Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain tipus,
disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita),
schistosomiasis, dan sebagainya. Untuk mencegah sekurang-kurangnya
mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran
manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di
suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban disebut sehat untuk
daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.
2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.
3. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya.
4. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatang-
binatang lainnya.
5. Tidak menimbulkan bau.
6. Mudah digunakan dan dipelihara (maintenance).
7. Sederhana desainnya.
8. Murah.
9. Dapat diterima oleh pemakainya.
Agar persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi maka perlu diperhatikan
antara lain sebagai berikut :
1. Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari
panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain, terlindung dari
pandangan orang (privacy) dan sebagainya.
2. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak
yang kuat, dan sebagainya.
3. Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak
mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau, dan sebagainya.
4. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.

8.4 Masalah Sampah


Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi
oleh manusia atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan
30
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan,
sampah (waster) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak
terjadi dengan sendirinya.
Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah merupakan hasil suatu kegiatan
manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna. Sehingga bukan semua benda
padat yang tidak digunakan dan dibuang disebut sampah misalnya benda-benda
alam, benda-benda yang keluar dari bumi akibat dari gunung meletus, banjir,
pohon dihutan yang tumbang akibat angin ribut dan sebagainya. Dengan demikian
sampah mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Adanya sesuatu benda atau bahan padat.
b. Adanya hubungan langsung / tidak langsung dengan kegiatan manusia.
c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi.
Sampah dapat bersumber dari :
1. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes), yaitu hasil kegiatan
rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang seperti sisa-sisa makanan, baik
yang sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus, baik kertas, plastik,
daun, dan sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot
rumah tangga, daun-daunan dari kebun atau taman.
2. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum (pasar, tempat-tempat
hiburan, terminal bis, stasiun kereta api, dan sebagainya). Sampah ini berupa
kertas, plastik, botol, daun dan sebagainya.
3. Sampah yang berasal dari perkantoran (perkantoran pendidikan, perdagangan,
departemen, perusahaan dan sebagainya). Sampah ini berupa kertas-kertas,
plastik, karbon, klip, dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering
dan mudah terbakar (rabish).
4. Sampah yang berasal dari jalan raya, yaitu dari pembersihan jalan yang
umumnya terdiri dari kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir,
sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik
dan sebagainya.
5. Sampah yang berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal
dari pembangunan industri dan yang berasal dari proses produksi, misalnya
sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan tekstil,
kaleng dan sebagainya.
6. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan misalnya jerami, sisa sayur-
mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan sebagainya.
7. Sampah yang berasal dari pertambangan misalnya batu-batuan, tanah / cadas,
pasir, sisa-sisa pembakaran (arang), dan sebagainya.
8. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan berupa kotoran-kotoran
ternak, sisa-sisa makanan, bangkai binatang, dan sebagainya.
Kalau kita berbicara sampah, sebenarnya meliputi 3 jenis sampah yakni
sampah padat, sampah cair, dan sampah dalam bentuk gas (fume, smoke). Tetapi
31
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

seperti telah dibuatkan batasan diatas bahwa dalam konteks ini hanya akan
dibahas sampah padat. Sampah cair yang berupa antara lain air limbah akan
dibahas dibagian lain. Sedangkan sampah dalam bentuk gas yang menimbulkan
polusi udara seperti asap kendaraan, asap pabrik dan sebagainya tidak dibahas.
Sampah padat (selanjutnya akan disebut sampah saja) dapat dibagi menjadi
berbagai jenis, yakni :
1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya, sampah dibagi menjadi :
a. Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk,
misalnya logam / besi, pecahan gelas, plastik, dan sebagainya.
b. Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk,
misalnya sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya.
2. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar :
a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya kertas, karet, kayu, plastik, kain
bekas, dan sebagainya.
b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya kaleng-kaleng bekas,
besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya.
3. Berdasarkan karakteristik sampah :
a. Garbage yaitu jenis sampah hasil pengolahan atau pembuatan makanan,
yang umumnya mudah membusuk dan berasal dari rumah tangga, restoran,
hotel, dan sebagainya.
b. Rabish yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan, baik
yang mudah terbakar seperti kertas, karton, plastik dan sebagainya maupun
yang tidak mudah terbakar, seperti kaleng bekas, klip, pecahan kaca, gelas,
dan sebagainya.
c. Ashes (abu) yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar,
termasuk abu rokok.
d. Sampah jalanan (street sweeping) yaitu sampah yang berasal dari
pembersihan jalan yang terdiri dari campuran bermacam-macam sampah,
daun-daunan, kertas, plastik, pecahan kaca, besi, debu dan sebagainya.
e. Sampah industri yaitu sampah yang berasal dari industri atau pabrik-
pabrik.
f. Bangkai binatang (dead animal) yaitu bangkai binatang yang mati karena
alam, ditabrak kendaraan atau dibuang orang.
g. Bangkai kendaraan (abandoned vehicle) adalah bangkai mobil, sepeda,
sepeda motor, dan sebagainya.
h. Sampah pembangunan (construction waste) yaitu sampah dari proses
pembangunan gedung, rumah, dan sebagainya, yang berupa puing-puing,
potongan-potongan kayu, besi, beton, bambu, dan sebagainya.
Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat karena dari sampah-
sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit dan juga
binatang serangga sebagai pemindah / penyebar penyakit (vektor). Oleh sebab itu

32
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak mengganggu
atau mengancam kesehatan masyarakat.
Pengelolaan sampah yang baik bukan saja untuk kepentingan kesehatan tetapi
juga untuk keindahan lingkungan. Yang dimaksud pengelolaan sampah disini
adalah meliputi pengumpulan, pengangkutan sampai dengan pemusnahan atau
pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak mengganggu
kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Cara-cara pengelolaan sampah
antara lain sebagai berikut :
1. Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah
Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah
tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Mekanisme, sistem, atau
cara pengangkutannya untuk daerah perkotaan adalah tanggung jawab
pemerintah daerah setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat
produksi sampah, khususnya dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk daerah
pedesaan pada umumnya sampah dapat dikelola oleh masing-masing keluarga
tanpa memerlukan TPS maupun TPA. Sampah rumah tangga daerah pedesaan
umumnya didaur ulang menjadi pupuk.
2. Pemusnahan dan Pengolahan Sampah
Pemusnahan dan/atau pengolahan sampah padat ini dapat dilakukan melalui
berbagai cara, antara lain:
a. Ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang
ditanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.
b. Dibakar (inceneration) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan
membakar didalam tungku pembakaran (incenerator).
c. Dijadikan pupuk (composting) yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk
(kompos), khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan,
dan sampah lain yang dapat membusuk. Apabila sampah dipisahkan antara
yang organik dengan anorganik, sampah organik dapat diolah menjadi
pupuk tanaman, dapat dijual atau dipakai sendiri. Sedangkan sampah
anorganik dibuang dan akan segera dipungut oleh para pemulung. Dengan
demikian masalah sampah akan berkurang.

8.5 Perumahan
Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah
atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perkembangan.
Pada zaman purba manusia bertempat tinggal di gua-gua kemudian berkembang
dengan mendirikan rumah tempat tinggal di hutan-hutan dan di bawah pohon.
Sampai pada abad modern ini manusia sudah membangun rumah (tempat
tinggalnya) bertingkat dan diperlengkapi dengan peralatan yang serba modern.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu rumah antara
lain sebagai berikut :
1. Faktor lingkungan
33
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

Baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosial. Harus


memperhatikan tempat dimana rumah itu didirikan, di pegunungan ataukah di
tepi pantai, di desa ataukah di kota, di daerah dingin ataukah di daerah panas,
di daerah dekat gunung berapi (daerah gempa) atau di daerah bebas gempa
dan sebagainya.
2. Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat
Hal ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan
penghuninya. Perlu dicatat bahwa mendirikan rumah adalah bukan sekedar
berdiri pada saat itu saja namun diperlukan pemeliharaan seterusnya. Oleh
karena itu, kemampuan pemeliharaan oleh penghuninya perlu
dipertimbangkan.
3. Teknologi yang dimiliki masyarakat
Teknologi modern membuat harga bahan itu sangat mahal bahkan kadang-
kadang tidak dimengerti oleh masyarakat. Rakyat pedesaan bagaimanapun
sederhananya sudah mempunyai teknologi perumahan sendiri yang dipunyai
turun temurun. Dalam rangka penerapan teknologi tepat guna maka teknologi
yang sudah dipunyai masyarakat tersebut dimodifikasi. Segi-segi yang
merugikan kesehatan dikurangi dan mempertahankan segi-segi yang sudah
positif.
4. Kebijaksanaan (peraturan-peraturan) pemerintah yang menyangkut tata guna
tanah
Untuk hal ini, bagi perumahan masyarakat pedesaan belum merupakan
problem namun di kota sudah menjadi masalah yang besar.
Rumah yang dikatakan sehat berarti telah memperhatikan persyaratan antara
lain :
1. Bahan bangunan
a. Lantai : syarat yang penting disini adalah tidak berdebu pada musim
kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk memperoleh lantai
tanah yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air
kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat dan dilakukan
berkali-kali. Lantai yang basah dan berdebu merupakan sarang penyakit.
b. Dinding/tembok adalah baik namun disamping mahal, tembok sebenarnya
kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasinya tidak
cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya di pedesaan, lebih baik
dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup maka lubang-
lubang pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi dan
dapat menambah penerangan alamiah.
c. Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan maupun di
pedesaan. Namun masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu maka
atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng
maupun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, disamping mahal juga
menimbulkan suhu panas didalam rumah.
34
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

d. Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di pedesaan.
Bahan-bahan ini tahan lama tapi perlu diperhatikan bahwa lubang-lubang
bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk menghindari ini maka
cara memotongnya harus menurut ruas-ruas bambu tersebut. Apabila tidak
pada ruas maka lubang pada ujung-ujung bambu yang digunakan untuk
kaso tersebut ditutup dengan kayu.
2. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi seperti untuk menjaga agar aliran
udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2
yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya
ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 di dalam rumah yang berarti
kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat.
Disamping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara
di dalam ruangan naik karena terjadi proses penguapan cairan dari kulit dan
penyerapan.
Fungsi lainnya adalah membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri
terutama bakteri patogen karena disitu selalu terjadi aliran udara yang terus-
menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi
lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap didalam
kelembaban (humudity) yang optimum.
Ada 2 macam ventilasi, yakni :
1) Ventilasi Alamiah
Dimana aliran udara di dalam ruangan melalui jendela, pintu, lubang angin,
lubang-lubang pada dinding dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah
ini tidak menguntungkan karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan
serangga lainnya ke dalam rumah.
2) Ventilasi Buatan
Yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara
terebut, misalnya kipas angin dan mesin pengisap udara. Tetapi jelas alat ini
tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan. Perlu diperhatikan disini
bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga agar udara tidak mandeg atau
membalik lagi, harus mengalir. Artinya di dalam ruangan rumah harus ada
jalan masuk dan keluarnya udara.
3. Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak
terlalu banyak. Kurangnya cahaya terutama cahaya matahari menyebabkan
kurang nyaman penghuninya, juga merupakan media/tempat yang baik untuk
hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak
cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya dapat
merusakkan mata. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni :
1) Cahaya alamiah, yakni matahari

35
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen


didalam rumah, misalnya basil TBC. Seyogyanya jalan masuk cahaya
(jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15-20 % dari luas lantai yang
terdapat dalam ruangan rumah. Diusahakan agar sinar matahari dapat
langsung masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain.
Fungsi jendela sebagai ventilasi juga sebagai jalan masuk cahaya. Lokasi
penempatan jendela harus di tengah-tengah tinggi dinding (tembok) agar
sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Jalan
masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng kaca yang
dapat dibuat secara sederhana, melubangi genteng biasa waktu
pembuatannya dan menutupnya dengan pecahan kaca.
2) Cahaya buatan
Yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu
minyak tanah, listrik, api dan sebagainya.
4. Luas bangunan rumah
Harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lantai bangunan
disesuaikan dengan jumlah penghuninya, apabila tidak sebanding dengan
jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini
dapat menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu anggota
keluarga terkena penyakit infeksi, sehingga akan mudah menular kepada
anggota keluarga. Luas bangunan yang optimum adalah dapat menyediakan
2,5 – 3 m2 untuk tiap orang (tiap anggota keluarga).
5. Fasilitas-fasilitas didalam rumah sehat
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut :
a. Penyediaan air bersih yang cukup
b. Pembuangan tinja
c. Pembuangan air limbah (air bekas)
d. Pembuangan sampah
e. Fasilitas dapur
f. Ruang berkumpul keluarga
Untuk rumah di pedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi muka atau
belakang). Disamping fasilitas-fasilitas tersebut, ada fasilitas lain yang perlu
diadakan tersendiri untuk rumah pedesaan, yakni :
g. Gudang, tempat menyimpan hasil panen. Gudang ini dapat merupakan
bagian dari rumah tempat tinggal tersebut atau bangunan tersendiri.
h. Kandang ternak. Oleh karena ternak adalah merupakan bagian hidup para
petani maka kadang-kadang ternak tersebut ditaruh didalam rumah. Namun
sebaiknya, demi kesehatan, ternak harus terpisah dari rumah tinggal atau
dibikinkan kandang tersendiri.

36
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

PUSTAKA

Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC.
Notoatmodjo, S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Cetakan Ke-2 Mei. Jakarta : Rineka Cipta.

37
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

PENYUSUNAN STRATEGI
9 KESEHATAN LINGKUNGAN

9.1 Strategi Pencapaian Tujuan


Strategi Pengelolaan Lingkungan disusun dengan mengacu pada kebijakan
nasional, dikaitkan dengan kepedulian wilayah yang dimaksudkan untuk memberi
arahan kebijakan umum kepada pemerintah daerah agar dapat menindak
lanjutinya kedalam kerangka program pengelolaan lingkungan. Tujuan
penyusunan strategi lingkungan adalah untuk menunjang perbaikan dan
peningkatan kualitas lingkungan dengan meningkatkan kemampuan pemerintah
daerah dalam mengendalikan tingkat pencemaran melalui pengkajian kembali
penyiapan instrumen kebijakan, strategi dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan
oleh masing-masing daerah dalam mengatasi masalah lingkungannya.
Adapun proses penyusunannya adalah dengan melakukan identifikasi dan
pengkajian ulang kondisi lingkungan regional dan lingkungan perkotaan terhadap
permasalahan (issues I concerns) yang terjadi dalam konteks regional - lokal yang
dilakukan bersama dengan stakeholders untuk kemudian merumuskan strategi
penanganan lingkungan dan perolehan kesepakatan terhadap rencana tindak yang
akan dilakukan mendatang.
Isue lingkungan global, regional, dan nasional dijadikan titik tolak untuk
mengidentifikasi permasalahan lingkungan. Berdasarkan permasalahan (issue)
lingkungan, kemudian disebandingkan dengan kebijakan-kebijakan yang ada, baik
pada tingkat nasional (Propenas, RTRW, Renstranas, Sarlita) maupun propinsi
(Pola Dasar, Rencana Strategi Pembangunan, RTRWP, Propeda) sebagai rujukan,
sehingga strategi yang disusun dapat berkesinambungan tanpa kesenjangan
dengan kebijakan-kebijakan yang ada.
Dengan strategi pengelolaan lingkungan diharapkan menjadi arahan
kebijakan umum atau untuk dijadikan acuan umum (guidance) rencana kegiatan
berbagai sektor, sehingga memungkinkan partisipasi berbagai pihak terkait baik di
tingkat propinsi, maupun kabupaten/kota. Strategi pengelolaan lingkungan dapat
dijadikan payung bagi penyusunan strategi lingkungan di tingkat kabupaten/kota
serta dapat dijadikan acuan bagi para pihak berkepentingan (stakeholders) dalam
menyusun rencana tidak lanjut dan program aksi.
1. Mempunyai kemampuan dalam sumber daya manusia secara profesional
dalam bidang manajemen kesehatan lingkungan industri.
2. Mampu menyusun program intervensi dalam bidang kesehatan lingkungan.
3. Besifat terbuka dan tanggap terhadap perubahan dalam kemajuan ilmu dan
teknologi maupun masalah yang dihadapi masyarakat khususnya berkaitan
dengan bidang manajemen kesehatan lingkungan.
4. Mempunyai kemampuan dalam pengembangan ilmu sehingga mengikuti
gerakan dan kesesuaian dengan paradigma baru kesehatan masyarakat.
38
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

5. Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan manajemen dan


penyelenggaraan kesehatan lingkungan.

9.2 Syarat Menyusun Strategi Pencapaian Program


1. Sistematis
Program yang disusun merupakan bagian dari konsep implementasi
organisasi yang dirumuskan dalam bentuk susunan, metode, dan rincian yang
mencerminkan pemikiran komprehensif dan berurutan.
2. Berkesinambungan
Berbagai program mempunyai dimensi yang berkelanjutan (sustainibilily),
sehingga dijalankan secara terus menerus dan saling berkaitan.
3. Dinamis
Program yang akan dilaksanakan memiliki tingkat kepekaan yang tinggi akan
perubahan internal dan eksternal, sehingga dapat dilaksanakan fleksibel,
sesuai dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya.
4. Akomodatif
Perumusan dan pelaksanaan program merupakan hasil dari kristalisasi
beragam aspirasi, kebutuhan, dan kepentingan masyarakat pada umumnya.
5. Terpadu dan Terarah
Perumusan dan pelaksanaan program merupakan kesatupaduan yang
diarahkan demi terwujudnya tujuan.
6. Simpel dan Realistik
Perumusan dan pelaksanaan program ditetapkan sesederhana mungkin
dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi di mana program itu
dijalankan, serta melihat kemampuan yang dimiliki.

9.3 Alternatif Strategi Perencanaan Lingkungan


Dalam menghadapi masalah lingkungan, pada dasarnya ada dua pola strategi
yang dapat digunakan yaitu strategi yang berorientasi pada masalah lingkungan
yang timbul akibat pembangunan sektoral (problem oriented startegy), dan
strategi yang menekankan pada pengaturan dan penataan lingkungan hidup secara
menyeluruh (programe oriented strategy).
Ciri-ciri problem oriented startegy, yaitu :
1. Pengelola lingkungan merupakan bagian integral dari sektor pembangunan
yang ada.
2. Menekankan pada pengawasan sumber daya alam yang dianggap kritis dan
analisis dampak lingkungan dari proyek sektoral (AMDAL).
3. Bersifat segmental, temporal, dan parsial (ruang lingkup yang sempit).
4. Relatif murah dan mudah.
5. Regionalisasi dalam wawasan nusantara akan tergantung pada sektor
pembangunan tertentu dimana integrasi antar wilayah sering sulit ditemukan.
Ciri-ciri programe oriented strategy, yaitu :
39
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

1. Pengelola lingkungan memiliki tanggung jawab dan wewenang besar dalam


menentukan pengawasan lingkungan hidup sebagai proses pembangunan
yang dominan.
2. Menekankan pada pengaturan dan penataan lingkungan wilayah negara
menurut konsep kesatuan ekosistem.
3. Bersifat menyeluruh, berkesinambungan dan meliputi kesatuan wilayah
ekosistem secara utuh.
4. Pada mulanya memerlukan anggaran cukup besar, namun selanjutnya akan
berjalan secara mantap dengan biaya relatif murah.
5. Regionalisasi dalam wawasan nusantara didasarkan pada konsep ekosistem
dimana banyak sektor akan mudah terintegrasi.

PUSTAKA

Amsyari, F. 2003. Dasar-Dasar dan Metode Perencanaan Lingkungan Dalam


Pembangunan Nasional. Jakarta : Widya Medika.

Joomla. 2008. Strategi Pengelolaan Lingkungan. (Online),


(http://lempu.co.cc/index.php/Program-KerjaArah-dan-Strategi-
Pencapaian.html) Diakses 12 November 2008.

40
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

PENDEKATAN SISTEM
10
KESEHATAN LINGKUNGAN

Menteri Kesehatan RI pada 1998 yang lalu telah mengeluarkan kebijakan


tentang "Paradigma Sehat" sebagai acuan pembangunan kesehatan di Indonesia.
Dengan Paragdima baru ini maka orientasi
pembangunan kesehatan di Indonesia bergeser dari kuratif rehabilitatif ke
promotif dan preventif. Hal ini berarti bahwa pembangunan kesehatan
memprioritaskan pada upaya-upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan
upaya kuratif.
Kesehatan lingkungan berangkat dari konsep konvensional dari pencegahan,
termasuk dalam upaya pencegahan primer yang menekankan pencegahan secara
dini kejadian suatu penyakit, ditujukan terutama kepada penghambatan
perkembangbiakan dan penularan serta kontak manusia dengan agent, vektor
ataupun faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit (seperti kuman patogen,
vektor, dan polutan). Misalnya, penyediaan jamban saniter sangat efektif
memutuskan kontaminasi dan perkembangbiakan bakteri penyebab diare terhadap
sumber air atau makanan. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun cukup
efektif memutuskan mata rantai infeksi bakteri. Demikian pula klorinasi air
minum dapat mengurangi pemajanan kuman patogen. Ketiga upaya seperti
dicontohkan di atas dapat merupakan cara sederhana guna mengurangi risiko
timbulnya beberapa penyakit rakyat.
Beberapa studi yang dilakukan oleh Esrey dkk. (1985--1991) melaporkan
bahwa intervensi air bersih dapat menurunkan insiden penyakit diare sekitar 17--
27%. Sedangkan beberapa studi yang dilakukan Esrey dan Daniel (1990) tentang
dampak penyediaan jamban terhadap penurunan prevalensi penyakit diare
menghasilkan angka yang konsisten, yaitu 22--24%. Demikian pula kajian oleh
Esrey dkk. (1985--1991) tentang intervensi kebiasaan mencuci tangan dapat
menurunkan prevalensi penyakit diare sebesar 33%. Jika ketiga upaya tersebut
dilakukan bersama-sama secara intensif, sangat mungkin sebagian besar penyakit
diare yang disebabkan oleh mikroba dapat dicegah.
Berdasarkan kajian tersebut di atas serta bila Departemen Kesehatan
konsisten dengan kebijakan barunya, yakni paradigma sehat, maka seyogyanya
kita merenungkan untuk kembali ke hal-hal yang sangat mendasar. Istilah lainnya
"Back to basic" dengan memberikan penekanan dan porsi anggaran yang lebih
besar untuk upaya-upaya promotif dan preventif. Karena, kalau orang sudah jatuh
sakit sebagai akibat dari lingkungan yang rusak, sedikit sekali yang dapat
dilakukan. Kalaupun ada, biayanya sangat besar.

41
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

PUSTAKA

Rihadi, S. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Berbasis Lingkungan


Melalui JPS-BK. (Online), (http://www.tempo.co.id/medikaarsip032001top-
1.htm), Diakses 1 Desember 2008.

42
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

SUMBER DAN SARANA PROGRAM


11
KESEHATAN LINGKUNGAN

Lingkungan adalah segala sesuatu yg ada disekitarnya (benda hidup, mati,


nyata, abstrak) serta suasana yg terbentuk karena terjadi interaksi antara elemen-
elemen di alam tersebut (Sumirat’96).
Kesehatan lingkungan yang merupakan salah satu upaya pencegahan primer
diprioritaskan pada kegiatan kesehatan lingkungan yang murah, yang memberikan
dampak kesehatan yang besar, serta merupakan komitmen internasional, yaitu
pencapaian "Universal access".
Kebijakan strategis sangat erat kaitannya dengan sasaran strategis. Sasaran
strategis sendiri merupakan turunan langsung dari tujuan strategis. Dalan tahapan
berikutnya, untuk mencapai sasaran strategis ini kemudian harus ditetapkan
kebijakan-kebijakan strategis yang menyertainya, untuk kemudian kebijakan-
kebijakan strategis ini diintervensi melalui berbagai program strategis yang terdiri
dari berbagai kegiatan strategis. Berkaitan dengan kebijakan, untuk mencapai
sasaran strategis tersebut, secara khusus harus diambil kebijakan-kebijakan
strategis yang berkaitan dengan sasaran.
Prinsip dasar kebijakan pelestarian lingkungan hidup di indonesia, antara
lain :
1. Pelestarian lingkungan dilaksanakan berdasarkan konsep pembangunan
berkelanjutan;
2. Fungsi lingkungan hidup perlu dilestarikan demi kepentingan manusia dalam
jangka pendek, menengah, dan jangka panjang;
3. Pemanfaatan sumber daya alam tak terbarukan harus perhatikan untuk
kebutuhan antar generasi, sedang pemanfaatan sumber daya alam terbarukan
perlu pertahankan daya pulihnya;
4. Setiap warga negara berhak atas lingkungan yang baik dan sehat dan
berkewajiban menjaganya, memiliki hak atas informasi yang benar, lengkap,
dan mutakhir tentang lingkungan hidup;
5. Dalam pelestarian lingkungan hidup, usaha pencegahan lebih diutamakan
daripada penanggulangan dan pemulihan;
6. Kualitas lingkungan ditetapkan berdasarkan fungsinya, pencemaran dan
perusakan dihindari, dan bila terjadi maka pemulihan harus dilakukan oleh
pihak yang bertanggungjawab;
7. Pelestarian lingkungan dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip pelestarian
melalui pendekatan manajemen yang layak dengan sistem
pertanggungjawaban;

43
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

8. Dalam rangka desentralisasi pengelolaan lingkungan, maka ego sektoral harus


dikesampingkan.
Sedangkan sasaran akhir program pembangunan lingkungan hidup di
Indonesia antara lain adalah :
1. Membaiknya fungsi lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam
yang mengarah pada pelaksanaan prinsip pembangunan berkelanjutan di
seluruh sektor dan bidang pembangunan, dengan prioritas pada perbaikan
pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup;
2. Menurunnya beban pencemaran lingkungan air, udara, atmosfer, laut,
dan tanah;
3. Menurunnya laju kerusakan lingkungan meliputi sumber daya air, hutan dan
lahan, keanekaragaman hayati, energi, atmosfir, serta ekosistem pesisir dan
laut;
4. Peningkatan penerapan tata lingkungan, AMDAL dan Penegakan Hukum;
5. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola lingkungan hidup;
6. Peningkatan kesadaran masyarakat.
Berdasarkan kajian dan uraian-uraian tersebut di atas, beberapa menu
kegiatan kesehatan lingkungan yang dapat dimasukkan dalam paket kegiatan
program JPS-BK, antara lain:
1. Pemutusan rantai penularan penyakit berbasis lingkungan
a. Tersedianya informasi yang murah dan mudah dimengerti tentang
kesehatan lingkungan bagi keluarga/penderita dengan penyakit berbasis
lingkungan di Puskesmas/Klinik Sanitasi.
b. Kegiatan out-reach proaktif. Kunjungan rumah dalam rangka inspeksi
sanitasi pada keluarga penderita dengan penyakit berbasis lingkungan.
Pengambil sampel air yang tercemar untuk pemeriksaan laboratorium.
Pemberian kaporit pada sumber air yang tercemar.
c. Pemberian stimulan untuk rehabilitasi fisik sarana kesehatan lingkungan
(sarana air bersih, jamban, SPAL, genteng kaca, plesterisasi, ventilasi, dll).
2. Pemberdayaan masyarakat agar mampu ikut serta dalam kegiatan kesehatan
lingkungan.
a. Lokakarya mini di Puskesmas maupun di kecamatan dalam rangka
membahas masalah kesehatan lingkungan/kegiatan Pekan Sanitasi.
b. Temu karya di desa dalam rangka penyusunan "Rencana kerja
masyarakat".
c. Pemberian stimulan untuk pembuatan/rehabilitasi sarana kesehatan
lingkungan permukiman.

44
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

PUSTAKA

Rihadi, S. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Berbasis Lingkungan


Melalui JPS-BK. (Online), (http://www.tempo.co.id/medikaarsip032001top-
1.htm), Diakses 1 Desember 2008.

45
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

PENYUSUNAN PROGRAM AKSI


12
KESEHATAN LINGKUNGAN

Pengantar
Program aksi adalah pelaksanaan dari serangkaian kegiatan yang
terkoordinasi kan dan saling berhubungan yang dirancang untuk mencapai tujuan
yang spesifik dengan alokasi dana yang jelas dan terinci dalam kurun waktu
tertentu.
Topik ini menjelaskan bagaimana merancang suatu program aksi kesehatan
lingkungan. Terdapat 4 sub topik utama dan 2 sub topik pendukung untuk
merancang program aksi, yaitu:
1. Menyusun Rasional dan Strategi Program
2. Menyusun Tujuan, Keluaran, Kegiatan dan Masukan
3. Menyusun Indikator, Asumsi dan Pra Kondisi
4. Menyusun Rancangan Monitoring dan Evaluasi
5. Menyusun dan Menghitung Biaya Program
6. Memeriksa dan Menilai Rancangan Program Aksi

A. Merumuskan Rasional dan Strategi Program


Dalam menyusun Rasional dan Strategi Program terdapat pertanyaan-
pertanyaan pokok yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Mengapa kita menanggapi masalah tersebut ?
2. Apa Pokok masalahnya dan siapa yang paling beresiko ?
3. Siapa Mitra Kerja Kita ?
4. Bagaimana kita merencanakan strategi yang efektif ?
5. Dimana kita harus memulai dan Kapan ?

Dalam Rumusan Rasional harus tergambar cakupan dan inti masalahnya


secara jelas, apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut,
sehingga diketahui masalah-masalah yang belum ditangani, sedangkan dalam
merumuskan strategi lebih ditekankan pada apa yang harus dilakukan selanjutnya,
untuk siapa hal tersebut harus dilakukan, dengan siapa dan bagaimana cara
melakukannya.
Dalam menyusun Rasional, selalu melihat dan memperhatikan hasil analisis
masalah yang telah dibahas sebelumnya. Pertanyaan mendasar dalam merumuskan
rasional yaitu Mengapa Program tersebut dirancang ? Karena itu alasannya berasal
dari analisis masalah yang telah dilakukan. Dengan beberapa pertanyaan, yaitu:
1) Apa Masalah Sebenarnya? Siapa yang berapa pada kondisi riskan tersebut?
2) Mengapa perlu menanggapi secara khusus masalah tersebut ?
Oleh karena itu dalam merumuskan Rasional harus berdasarkan informasi
yang cukup tentang persoalan/masalah yang akan ditangani oleh program aksi.
Perhatikan betul temuan-temuan yang terdapat dalam analisis masalah, apa
rekomendasinya, pelajaran yang dapat dipetik dari program sebelumnya dan

46
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

lainnya, sedangkan dalam menyusun Strategi Program, hal-hal yang harus


diperhatikan adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut :
1) Apa yang harus dilakukan dan bagaimana caranya ?
2) Siapa yang akan menjadi kelompok sasasarannya (baik langsung maupun tidak
langsung ?
3) Siapa Mitra kerja yang akan dilibatkan ?
4) Dimana dan kapan seharusnya memulai ?
Jadi dalam menyusun Rasional dan strategi program harus didasarkan pada :
besaran masalah yang ada dan tanggapan yang ada terhadap masalah tersebut.
Dengan demikian strategi yang harus dirumuskan adalah untuk memecahkan sisa
masalah dari besaran masalah dikurangi tanggapan yang ada.
Strategi program adalah pernyataan yang jelas akan apa yang ining dilakukan
dalam program, untuk siapa, dengan siapa dan bagaimana. Dalam merumuskan
strategi, terdapat 2 pendekatan yang bisa dilakukan yaitu Program Langsung
maupun Program Pengembangan Kelembagaan, dan bisa juga kedua-duanya
tergantung hasil analisisnya.
Dengan demikian yang harus tergambar dalam Rasional dan Strategi
Program adalah:
1. Paparan besaran masalah yang ada:
a. Gambaran situasi sosial ekonomi yang melingkupi,
b. Gambaran masalah
c. Gambaran masalah yang akan ditangani melalui program,
2. Para pihak yang akan menjadi sasaran program (langsung maupun tidak
langsung): karakteristiknya, jumlahnya,
3. Gambaran bagaimana program tersebut dilaksanakan (langsung maupun tidak
langsung)
4. Gambaran organisasi pelaksana maupun mitranya (kerjasama dengan berbagai
pihak)

B. Tujuan, Keluaran, Kegiatan Dan Masukan


Setelah diketahui dan ditemukan permasalahan yang dipaparkan dalam
Rasional, yang kemudian ditentukan strategi untuk mengatasi masalahnya, maka
langkah selanjutnya ialah merumuskan Tujuan, Keluaran, Kegiatan dan
menghitung masukan untuk merealisasikan kegiatan tersebut.
Rumusan tujuan program dapat dibagi menjadi 2 yaitu Tujuan
Pengembangan atau Tujuan Jangka Panjang dan Tujuan langsung atau tujuan
jangka pendek.
1. Tujuan Pengembangan/Jangka Panjang menggambarkan tujuan akhir yang lebih
luas dalam sebuah program. Kata kunci dari Tujuan Pengembangan adalah ”
IKUT MENYUMBANG PADA”
2. Tujuan Langsung/Jangka Pendek adalah situasi yang diharapkan terjadi pada
akhir pelaksanaan kegiatan Program. Dan tujuan ini mencerminkan perubahan
yang diharapkan muncul dengan adanya kegiatan program tersebut. Kata kunci
dalam rumusan tujuan langsung adalah ” MENCAPAI”
Output atau Keluaran ialah produk yang dihasilkan atau hasil yang ingin
dicapai dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan program. Perumusan keluaran ini
merupakan penjabaran dari tujuan langsung. Kata kunci dalam rumusan keluaran
adalah ” UNTUK MENGHASILKAN”
47
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

Kegiatan merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menghasil kan


keluaran yang diinginkan. Kata kunci dari rumusan kegiatan adalah
”MELAKUKAN”. Untuk menghasilkan 1 keluaran biasanya perlu dilakukan
beberapa kegiatan atau serangkaian kegiatan.
Masukan merupakan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan
kegiatan. Kata kuncinya yaitu ”MENYEDIAKAN”. Untuk dapat menghitung apa
saja dan berapa masukan yang diperlukan, rumusan kegiatannya harus jelas dan
terinci.
1. Jelas, realistis dan rinci sesuai dengan kebutuhah kegiatan dalam program,
dengan memperhatikan indikator masing-masing kegiatan
2. Jelas siapa yang bertanggungjawab dalam penyediaan input tersebut,
3. Jelas apa yang dimiliki oleh organisasi anda untuk merealisasikan kegiatan
program tersebut dan apa yang anda mintakan kepada donor (harus kongkrit)
Masukan-masukan tersebut bisa berupa SDM, Dana, Bahan, Peralatan,
Keahlian dan lainnya yang diperlukan agar kegiatan dapat terlaksana.

48
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

Bahan latihan :
Buatlah urutan Logis dari elemen rancangan program menyegarkan Kuda Haus
mulai dari:
- Masalah, Masukan, kegiatan, Output/Keluaran, Tujuan Langsung dan Tujuan
Pengembangan.
Atau sebaliknya mulai dari:
- Tujuan Pengembangan, Tujuan Langsung, Keluaran/Output, Kegiatan, Masukan
untuk mengatasi masalah Kuda Haus

KUDA HAUS

49
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

C. Merancang Program Aksi


Pertanyaan untuk memahami Eleman Rancangan Program mulai dari: Masalah,
Kelompok Sasaran, Kerangka Kerja Kelembagaan, Tujuang Pengembangan,
Tujuan Langsung, Keluaran, Kegiatan dan Masukan.

Latihan soal :
Berikut ini merupakan elemen-elemen sebuah rancangan program. Golongkan
pernyataan berikut mana yang termasuk:
M = Masalah
KS = Kelompok Sasaran
KKK = Kerangka Kerja Kelembagaan
TP = Tujuan Pengembangan
TL = Tujuan Langsung
K = Keluaran
Keg = Kegiatan
Msk = Masukan
Dengan memberi tanda diatas kedalam kolom disamping pernyataan berikut:

Menyumbang pada penghapusan pekerjaan terburuk anak di Jawa


Timur

Anak yang dilacurkan di Lokalisasi Dolly dan di Jalanan kota Surabaya,

Konsultan pendidikan anak-anak dalam situasi khusus,

Anak-anak korban trafficking bekerja pada dunia pelacuran yang rawan


terhadap berbagai penyakit dan ekploitasi ekonomi serta seksual.

Pada akhir proyek suatu program uji coba yang terdiri dari pengalihan,
pemulihan dan pemberian ketrampilan hidup bagi anak-anak yang
dilacurkan di Kota Surabaya.

Mengadakan kunjungan ke lembaga-lembaga potensial yang telah


teridentifikasi, untuk mengetahui peran dan kegiatan yang dapat
dimainkan dalam menangani korban anak dilacurkan,

LSM, Dinas Sosial Kota, Dinas Pendidikan, Kepolisian, dan PPT


dengan pembagian peran yang jelas.

Terbangunya system dan mekanisme Rujukan serta Selter untuk


penanganan korban anak-anak yang dilacurkan,

Mendesain program pendidikan ketrampilan yang cocok untuk anak-


anak yang dilacurkan,

50
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

Merumuskan system dan mekanisme rujukan untuk pananganan korban


anak yang dilacurkan,

Melakukan koordinasi antara Instansi yang berwenang dalam penarikan


anak yang dilacurkan,

250 anak- anak laki-laki dan perempuan yang dilacurkan ditarik dari
dunia pelacuran dan mendapatkan pendidikan ketrampilan hidup

Tim Pelaksana program,

Melakukan pendekatan dan tindakan hukum Kepada pihak-pihak yang


melacurkan anak,

Alat dan bahan- bahan ketrampilan, serta kelengkapan selter

Melaksanakan program pendidikan ketrampilan untuk 250 anak-anak


yang menjadi korban pelacuran.

Gaji untuk tenaga full time dan tenaga paruh waktu / konsultan

Mengidentifikasi lembaga dan Instansi yang potensial dalam


penanganan anak yang dilacurkan

Mengadakan lokakarya untuk mensepakati system dan mekanisme


rujukan.

Membentuk selter untuk penanganan korban anak yang dilacurkan

D. Indikator, Asumsi Dan Pra Kondisi


Indikator
Untuk memperjelas rumusan tujuan dalam rancangan program aksi biasanya
juga dirumuskan indikator, yaitu: alat ukur untuk menghitung ketepatan atau
menilai keberhasilan program dan membantu memperjelas tujuan program, seperti
SITUASI SEBELUM PROGRAM YAITU…. DAN SETELAH PROGRAM
YAITU….
Dengan demikian indikator program mengandung unsur-unsur sebagai
berikut:
a. Alat ukur yang digunakan untuk membantu menilai keberhasilan program
b. Menambah tingkat ketepatan tujuan langsung
c. Menyediakan bukti-bukti yang dapat di uji untuk mengukur kemajuan
d. Dinyatakan dalam rumusan yang yang dapat diukur.

51
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

Dalam merumuskan indikator perlu membedakan tipe-tipe intervensi


programnya, apakah program langsung atau program pengembangan. Untuk
program intenvensi langsung indikatornya harus menggambarkan perubahan
kearah yang lebih baik kondisi kelompok sasaran. Sedang untuk program
pengembangan institusi, indicator pencapaian tujuan langsungnya adalah: apakah
yang mampu dilakukan oleh lembaga setelah pelaksanaan program.
Contoh perumusan Indikator untuk Program Langsung, dari rumusan Tujuan
dan Output sebagai berikut, indikatornya adalah:
PROGRAM TUJUAN KELUARAN INDIKATOR
LANGSUNG
Langsung Pada akhir - Sebanyak 25 Pekerja - Dari 25 pekerja anak
program, 50 Anak yang ditarik yang kembali ke sekolah
anak yang kembali sekolah formal formal 75% lulus
bekerja di - Sebanyak 25 Pekerja - Dari 25 pekerja anak
perkebunan Anak yang ditarik yang mendapatkan layanan
tembakau mengikuti pendidikan pendidikan kesetaraan 70
ditarik dan kesetaraan Paket A dan % dapat mengikuti ujian
mendapatkan B persamaan dan lulus
layanan - Sebanyak 50 pekerja - Dari 50 pekerja anak
pendidikan anak yang ditarik yang ditarik pada awalnya
dan kesehatan mendapatkan layanan kekurangan gizi kondisi
di Pusat kesehatan dan kesehatan menjadi baik
Rehabilitasi tambahan gizi (Tidak pernah sakit dalam 1
anak bulan)
- Dari 50 Pekerja anak
tidak lagi mengalami sakit-
sakit
Pengemban Pada akhir - Disahkannya Komite - Anggota Komite Aksi
gan program, Pengawasan berasal dari Multi Stake
Pemerintah Lingkungan di Kota holders,
Kota Manado Manado - Pembentukan Komite
Memiliki - Tersusun dan Aksi dan Penyusunan
Kebijakan disahkannya Rencana Rencana Aksi dilakukan
untuk Aksi Pelestarian secara Partisipatif melalui
Menjaga Lingkungan workshop dan pertemuan-
kelestarian pertmuan,
Lingkungan - Terdapat Alokasi dana
dari APBD untuk
implementasi Rencana Aksi

Asumsi
Faktor Ekternal adalah kondisi-kondisi, peristiwa atau keputusan yang
berada diluar kendali program. Faktor ekternal ini dapat mempengaruhi
pelaksanaan, keberhasilan maupun kegagalan program. Faktor ekternal ini dapat
berupa faktor ekonomi, sosial, politik, lingkungan dan lainnya. Pada tahap
menyusun Rancangan Program faktor ekternal tersebut juga perlu di identifikasi
untuk mengetahui apakah akan mempengaruhi keberhasilan maupun kegagalan
program.
52
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

Dalam rancangan program, faktor ekternal tersebut biasanya disebut Asumsi,


yaitu faktor luar yang mempengaruhi keberhasilan program dan memiliki
kemungkinan dapat diwujudkan. Contohnya yaitu ”Jika ...terjadi, program akan
melakukan ..... ”

Contoh Faktor Ekternal ialah:


Setelah pergantian Gubernur Sulut, tahun 2010 ini, pengganti Gubernurnya
mungkin tidak lagi memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup.
Asumsi untuk faktor ekternal tersebut:
Gubernur baru Sulut tetap melanjutkan dukungan untuk pelestarian lingkungan.
Jika Gubernur Sulut tidak melanjutkan dukungannya, maka program akan
melakukan : ..... Advokasi, lobby-lobby dan lainnya.

Pra Kondisi
Pra Kondisi merupakan kegiatan persiapan, sebelum program di
implementasikan. Dalam dokumen Rancangan Program. Pra-Kondisi ini bisa
menjadi bagian dari masukan yang disediakan oleh lembaga pelaksana atau dibuat
terpisah, yang merupakan kontribusi dari lembaga pelaksana.

E. Monitoring Dan Evaluasi (MONEV)


Dalam sebuah rancangan program, harus sudah dirumuskan alat untuk
mengetahui kesulitan-kesulitan dan permasalahan dalam pelaksanaan program,
sehingga dapat segera dilakukan perbaikan serta alat untuk melihat kemajuan
pelaksanaan program, bahkan dampak terhadap sasaran dari program yang
diimplementasikan tersebut.
Karena itu ketika merancang program aksi sudah harus dirumuskan
Monitoring dan Evaluasinya. MONITORING merupakan melihat kembali atau
memantau kegiatan program dalam waktu tertentu atau secara terus menerus untuk
mengetahui apakah program yang dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.
EVALUASI merupakan kegiatan untuk mengukur pencapaian tujuan program
berdasarkan sasaran program yang telah ditetapkan dan dampak program bagi
kelompok sasaran.
Dengan demikian MONITORING melakukan pemantauan proses perjalanan
program mulai dari masukan, kegiatan dan keluaran, Artinya:
1. Apakah masukan dalam program telah sesuai dengan yang direncanakan,
2. Apakah kegiatan yang berlangsung sesuai dengan rencana yang diharapkan dan
jadual yang ditetapkan,
3. Apakah hasil yang dicapai sesuai dengan rencana dan jadual serta perubahan-
perubahan apa yang terjadi.

EVALUASI lebih menekankan pada upaya-upaya untuk mengetahui:


1. Apakah hasil program sesuai dengan biaya yang dikeluarkan, yaitu melihat
efesiensi ?
2. Apakah tujuan program yang dicapai member dampak terhadap kelompok
sasaran ?
3. Apakah setelah bantuan berakhir program masih terus berkelanjutan,

53
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

Untuk monitoring biasanya dilakukan secara terus-menerus, sedangkan


evaluasi dilakukan untuk waktu-waktu tertentu, seperti: pada pertengahan program
yang sedang berlangusng, pada akhir program atau paska pelaksanaan program.
Sedangkan caranya bisa dalam bentuk review terhadap laporan-laporan yang
dibuat, bisa juga melakukan kunjungan lapangan dan wawancara kepada pihak-
pihak terkait atau dalam bentuk Lokakarya.

Dinamika Evaluasi
Menurut William A. Reinke (Ed.) (1994) evaluasi memiliki sifat dinamis
dengan cara membedakan input program dengan proses, keluaran, dan indicator-
indikator hasil. Pertama, penting bagi kita untuk mengembangkan personil dengan
keahlian yang sesuai kebutuhan dan untuk menyediakan dukungan mereka. Hal
tersebut menyangkut pencarian dan / atau pelatihan, pengembangan pengawasan
yang mendukung, dan organisasi logistik dan mekanisme pendukung lainnya.
Pengembangan komponen-komponen system individual tidak menjamin
koordinasi fungsi mereka dalam praktek. Aspek proses evaluasi dapat
diikutsertakan sebagai input sumber daya, atau dapat dipandang sebagai potensi
keluaran. Identifikasi secara terpisah dianjurkan, untuk membedakan kapasitas
tindakan dari penggunaan nyata kapasitas tersebut. Keluaran dibedakan dari hasil,
yaitu dalam hal keluaran suatu system perawatan kesehatan adalah pelayanan, yang
dapat member dampak yang berbeda-beda terhadap status kesehatan hasil.
Keluaran umumnya lebih mudah diukur daripada hasil dan seringkali harus
bertindak sebagai wakil dari hasil.

Prinsip-prinsip Evaluasi
Menurut William A. Reinke (Ed.) (1994) prinsip-prinsip evaluasi adalah
sebagai berikut :
1. Sebagai kunci pengambilan keputusan yang lebih baik, evaluasi harus
melihat ke depan dan berorientasi pada tindakan.
2. Evaluasi bersifat menyeluruh dan dinamis, menaruh perhatian pada
kebijakan pengujian dan alternatif-alternatif rencana, mengawasi kemajuan
dalam proses penerapan dan memberi penilaian sumatif kepada hasil akhir.
3. Evaluasi dilandasi prinsip manajemen berdasar tujuan (MBO) dan mulai
dengan pertanyaan yang jelas mengenai pengaruh-pengaruh yang harus
dicapai pada populasi mana dan dalam jangka waktu kapan.
4. Strategi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan harus diperiksa
ketepatan dan kesesuaiannya.
5. Menyesuaikan diri dengan prinsip manajemen berdasar pengecualian (MBE),
rencana-rencana evaluasi harus menyediakan suatu ruang lingkup informasi
yang luas yang akan memberitahu kita segera masalah-masalah yang timbul.
Walau sistem informasi rutin yang menunjukkan masalah, tidak dapat
diharapkan untuk menyediakan pemecahan yang segera, evaluasi harus dibarengi
dengan analisa khusus dan penelitian sistem kesehatan.
Dalam kaitannya dengan ketepatan waktu dan sangat sedikitnya
pengumpulan data, sorotan evaluasi akan beralih dari input melalui proses menjadi
output dan hasil dalam rangka penerapan program. Ketepatan waktu dan tempat
laporan-laporan evaluatif harus disesuaikan dengan kebutuhan akan keputusan
yang tepat waktu. Sering tidaknya pelaporan sangat banyak bergantung kepada laju
54
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

perubahan keadaan-keadaan yang menuntut tindakan. Karena evaluasi bersifat


memperbandingkan, evaluasi bergantung pada indikator-indikator yang
menggambarkan tingkat dan rasio yang tepat, daripada tingkat-tingkat
penyelesaian yang tepat.
Penilaian-penilaian harus membedakan antara hasil yang merupakan pusat
perhatian pengendalian keputusan dan keluaran yang timbul sebagai akibat
ketidakpastian dan kesempatan.

F. Menghitung Biaya Program


Biaya/dana merupakan salah satu bentuk masukan dalam sebuah rancangan
program aksi. Menghitung biaya program harus didasarkan pada harga yang ada
pada wilayah program. Langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum menyusun
anggaran program aksi adalah:
1. Memastikan bahwa aktivitas program telah dirumuskan dengan jelas agar dapat
mencapai output yang diharapkan,
2. Menentukan jenis biaya yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas program,
3. Menghitung biaya sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan program, artinya jelas,
detail/terinci, akurat dan realistis. Realitis adalah aspek penting dalam
menyusun rancangan biaya program.
4. Mengelompokkan biaya berdasarakan pada pos-pos biaya, seperti: Administrasi,
Gaji, pelaksanaan kegiatan program berdasarkan output, monitoring evaluasi
dan lainnya.

Namun tidak semua lembaga dana komponen anggarannya sama, begitu juga
jika programnya berbeda kemungkinan komponennya juga berbeda. Untuk
membantu memudahkan dalam menghitung biaya dan memperjelas urutan
pembiayaan dapat dibuat dalam bentuk kolom, bahkan dalam kolom tersebut dapat
juga digambarkan pihak-pihak yang mendanai, jika tidak hanya 1 lembaga
pendukung, bahkan termasuk kontribusi lembaga pelaksana juga dapat
digambarkan dalam kolom tersebut.

Contoh komponen dan kolom-kolom untuk menghitung anggaran program sebagai


berikut:
NO MATA Satuan Volue HARGA/ TOTAL Kontribusi Kontribusi Kategori
ANGGARAN SATUAN Pelaksana Donatur
A. Personil

B. Administrasi

C. Kegiatan
Program

55
Bahan Ajar Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Mata Kuliah dalam Bidang Kesehatan Lingkungan FKM Unsrat Manado

Contoh bentuk lain:


NO URAIAN SATUAN VOLUME HARGA/SATUAN JUMLAH
A. Personil

B. Biaya Invenstasi

C. Biaya Program

Kepustakaan

Anonimous. 2009. Desain, Manajemen dan Evaluasi Program Penghapusan


Pekerja Anak. Modul Pelatihan. Jarak. Jakarta

Reinke, W.E. 1994. Perencanaan Kesehatan dalam Peningkatan Efektivitas


Program Kesehatan

56

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai