Anda di halaman 1dari 18

MINI PROPOSAL PJBL

NAMA KELOMPOK 1:

SiarizkyCahyaharta S.(201810420311001) Khoirun Nisak (201810420311008)

Azizah Rahmatul I. (201810420311002) Muhammat Fadli A. (201810420311009)

Alaili Anzalna R. (201810420311003) Cempaka K. P. W. S (201810420311010)

Audina Yulia P. (201810420311004) Alfisyahrin Tavajio (201810420311011)

Safina Indriyani (201810420311005) Uria Fatayati (201810420311012)

Rosanti (201820420311006) Elsa Risma H. (201810420311013)

Diky Anggriawan (201810420311007)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesikan mini proposal PJBL yang berjudul “MASA
MENYUSUI”. Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ririn
Harini, M.Kep. selaku fasilitator mata kuliah BLOK MATERNITAS yang sudah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini. Kami sangat berharap
mini proposal PJBL ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan juga
wawasan mengenai kebersihan diri berkaitan dengan berwudhu.

Kami menyadari bahwa mini proposal PJBL ini terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi
perbaikan mini proposal PJBL yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun .

Mudah-mudahan mini proposal PJBL sederhana ini dapat di pahami oleh semua orang
khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata
yang kurang berkenan.

Malang, 20 November 2019

Penulis

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN

MINI PROPOSAL PROJECT BASED LEARNING

MINI PROPOSAL

Disusun Oleh :

Kelompok 1
Disusun dan disetujui :

Tanggal 20 November 2019

Fasilitator Ketua Kelompok

Ririn Harini, M.Kep. Diky Anggriawan

Mengetahui,

PJMK Blok

M. Rosyidul Ibad, M.Kep

M. Ari Arifianto, M.Kep.,Sp.Kep.J

MINI PROPOSAL

“”

Oleh Kelompok 1 :

PENYUSUN

Siarizky Cahyaharta Septawan (201810420311001)

Azizah Rahmatul Ilmiah (201810420311002)

Alaili Anzalna Rahma (201810420311003)


Audina Yulia Putri (201810420311004)

Safina Indriyani (201810420311005)

Rosanti (201820420311006)

Diky Anggriawan (201810420311007)

Khoirun Nisak (201810420311008)

Muhammat Fadli Angkotasan (201810420311009)

Cempaka Karina Putri W. S (201810420311010)

Alfisyahrin Tavajio (201810420311011)

Uria Fatayati (201810420311012)

Elsa Risma Hidayah (201810420311013)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Gangguan jiwa merupakan salah satu dari masalah kesehatan terbesar selain penyakit
degeneratif, kanker, dan kecelakaan. Gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan yang
serius karena jumlahnya yang terus mengalami peningkatan. Selain itu gangguan jiwa adalah
penyakit kronis yang membutuhkan proses panjang dalam penyembuhannya. Pengobatan di
rumah sakit adalah salah satu cara penyembuhan sementara, yang selanjutnya penderita
gangguan jiwa harus kembali dalam komunitas yang bersifat terapeutik akan mampu
membantu penderita mencapai tahap pemulihan.

Proses pemulihan dan penyembuhan pada orang dengan gangguan jiwa membutuhkan
dukungan dari keluarga untuk menentukan keberhasilan pemulihan. Adanya stigma yang
negatif pada orang gangguan jiwa dan keluarganya dapat menyebabkan penderita serta
keluarga terkucilkan. Stigmatisasi adalah suatu proses sosial ketika seseorang yang
terpinggirkan telah diberi label sebagai orang yang upnormal atau sesuatu yang memalukan.
Kata “Stigma” berasal dari bahasa yunani kuno, yang berarti adanya jarak sosial dimana
orang lain tidak mau bergaul dengan orang yang menderita gangguan jiwa. Orang yang
gangguan jiwa mengalami diskriminasi, sterotif, label dalam kehidupan mereka. Stigma
merupakan label negatif yang melekat pada tubuh seseorang yang diberikan oleh masyarakat
dan dipengaruhi oleh lingkungan dan merupakan salah satu faktor penghambat dalam
penyembuhan klien gangguan jiwa.

Para ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) mengalami stigmatisasi yang menyebabkan
mereka rentan terhadap perilaku kekerasan. Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia
mencapai 2,5 juta dan di perkirakan sekitar 60% di antaranya mengalami resiko perilaku
kekerasan. Tanda gejala yang umum perilaku kekerasan adalah ada ide melukai,
merencanakan tindakan kekerasan, mengancam, penyalahgunaan obat, depresi berat, marah,
sikap bermusuhan, atau panik, bicara ketus, mengucapkan kata-kata kotor, serta adanya
riwayat perilaku kekerasan.

1.2 Tujuan

1. Produk PJBL berupa poster berisikan materi-materi keperawatan mengenai.


2. Memaparkan informasi terkini dengan evidence based di keperawatan terkait dengan
topik
3. Pada masyarakat ditujukan agar mengetahui bagaimana cara.
4. Bagi mahasiswa ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah BLOK
KEPERAWATAN JIWA serta memberikan penjelasan secara umum tentang
pentingnya mengedukasikan kebutuhan nutrisi pada ibu menyusui.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa merupakan sindrom pola perilaku individu yang berkaitan dengan
suatu gejala penderitaan dan pelemahan didalam satu atau lebih fungsi penting dari manusia,
yaitu psikologik, perilaku, biologik, gangguan tersebut mempengaruhi hubungan antara
dirinya sendiri dan juga masyarakat. (Maramis, 2010)

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
sesorang, baik secara fisik maupun secara psikologis. Perilaku kekerasan dapat dilakukan
secara verbal diarahkan pada diri sendiri orang lain dan lingkungan perilaku kekerasan terjadi
dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku
kekerasan.

2.2. Penyebab Gangguan Jiwa

Secara umum, gangguan kejiwaan tersebut disebabkan 3 faktor yaitu :

1. Faktor somatogeneik (somatoginetik)


a. Neuroanatomi
b. Neurofisiologi
c. Neurokimia
2. Faktor psikologik (psikologik)
a. Interaksi ibu anak normal/abnormal
b. Peranan ayah
c. Persaingan antara saudara kandung
d. Intelegensi
e. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan permainan dan masyarakat.

Dan ada juga dari beberapa faktor lain yakni

- Faktor keimanan yang kurang mendalam sehingga seseorang menjadi rentan terhadap
gejala sakit kejiwaan.
- Karena beratnya tekanan hidup yang banyak masalah sehingga ia tak mampu
menanggungnya.
- Faktor keturunan, yakni karena orang tua atau kakek nenek dan seterusnya pernah
mengidap penyakit kejiwaan sehingga menurun kepada anak keturunannya.
- Bisa jadi karena adanya faktor tenung (guna guna dari orang jahat) hingga
mempengaruhi syarafnya, sehingga berakibat menjadi gila.

Karena penyalahgunaan obat obatan terlarang hingga over dosis.

2.3. Penyebab Perilaku Kekerasan

a. Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau symbol solidaritas seperti dalam
sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian massal dan
sebagainya.
b. Ekspresi diri tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi social ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengomnikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan
dialog untuk memecahkan masalah cennderung memerlukan kekerasan dalam
menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmapuan dirinya
sebagai orang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkolisme dan
tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

2.4. Tanda Gejala Gangguan Jiwa dan Perilaku Kekerasan

1. Tanda Gejala Perilaku Kekerasan


a) Dada berdebar debar
b) Mata melotot
c) Rahang tertutup rapat
d) Tangan mengepal
e) Muka merah dan tegang
f) Pandangan tajam
g) Jalan mondar mandir
h) Bicara kasar
i) Suara tinggi,menjerit/berteriak
j) Mengacam secara verbal/fisik
k) Melempar atau memukul benda atau orang lain
l) Merusak barang atau benda

Tidak mempunyai kemampuan mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan

2. Tanda Gejala Gangguan Jiwa Secara Umum


a) Depresi : sedih berlarut larut
b) Gangguan kognisi : merasa mendengar atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak
hanya muncul dari dalam diri individua tau disebut halusinasi.
c) Ketegangan : munculnya perasaan cemas yang berlebihan, putus asa, murung, gelisah,
takut serta pikiran pikiran yang buruk.
d) Gangguan emosi : individu biasanya merasakan senang yang berlebihan kemudian
bias merasa sedih,menangis, dan tak berdaya sampai ada keinginan bunuh diri.
e) Gangguan psikomotor hiperaktivitas : individu melakukan pergerakan yang
berlebihan misalnya meloncat loncat, berjalan maju mundur.
f) Gangguan kemauan : individu tidak memeilii kemauan serta sulit untuk membuat
keputusan atau memulai tingkah laku

2.5. Indikator Kesehatan Jiwa di Masyarakat

Eksitensi manusia meliputi 2 aspek yaitu organo-biologis (fisik atau jasmani) dan
psikoedukatif (mental emosional). Terjadinya gangguan jiwa juga merupakan proses interaksi
yang kompleks antara faktor-faktor seperti genetik, organo-biologis, psikologis, serta sosial-
cultural. Telah terbukti bahwa ada korelasi erat antara timbulnya ganggua jiwa dengan
konsisi sosial dan lingkungan di masyarakat sebagai suatu stesor psikososial. Kini, masalah
kesehatan tidak lagi hanya menyangkut soal angka kematian atau kesakitan melainkan juga
mencangkup berbagai kondisi psikososial yang berdampak pada kualitas kesehatan
masyarakat termasuk taraf kesehatan jiwa masyarakat.

Berbagai kondisi psikososial yang menjadi indikator taraf kesehatan jiwa masyarakat,
khususnya yang berkaitan dengan karakteristik kehidupan di perkotaan meliputi kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT), kasus penceraian, remaja putus sekolah, kriminalitas anak dan
remaja, masalah anak jalalan, penyalahgunaan narkotik, psikotropika, dan zat adiktif (napsa)
serta dampaknya (hepatitis C, HIV atau AIDS dll), gelandangan psikotik, serta kasus bunuh
diri.

2.6. Macam Macam Gangguang Jiwa

1. Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara,
pengelihatan,pengecapan,perabaan,atau penghiduan.
2. Waham
Waham adalah suatu keyakinan yang salahyang dipertahankan secara kuat atau
terus menerus tetapi tidak sesuai kenyataan.
3. Perilaku kekerasan (PK)
PK adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai sesorang, baik
secara fisik maupun secara psikologis.

4. Resiko Bunuh Diri (RBD)


RBD adalah tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengahiri
kehidupannya.
5. Harga Diri Rendah (HDR)
HDR adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat efaluasi negatif terhadap diri sendri dan kemampuan diri.
6. Isolasi diri (ISOS)
Isos adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain sekitarnya.
7. Defisit perawatan diri (DPD)
DPD adalah ketidakmampuan dalam melakukan perawatan diri sendiri secara
mandiri. Pada umumnya terjadi karena ada nya perubahan proses pikir pada klien
gangguan jiwa sehingga terjadi penurunan dalam melakukan aktifitas perawatan dri.
8. Relaksasi Hipnotis 5 Jari
Relaksasi Hipnotis 5 Jari merupakan suatu pilihan terapi yang digunakan untuk
menurunkan tingkat kecemasan pada individu dengan menggunakan kombinasi
antara latihan relaksasi dan penggunaan ke lima jari untuk mengalihkan kecemasan
yang muncul.

2.7. Penanganan Gangguan Jiwa di Masyarakat

1. Upaya Pencegahan Primer

Pada pelayanan keperawatan kesehatan jiwa di masyarakat di fokuskan pada


peningkatan kesehatan dan pencegahan terjadinya gangguan jiwa. Tujuan upaya pelayanan
primer adalah mencegah terjadinya gangguan jiwa, mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan jiwa (Departement of Health, 2010). Prioritas pelayanan diberikan kepada anggota
masyarakat yang belum mengalami resiko gangguan jiwa mulai dari usia anak sampai dengan
lanjut usia. Kegiatan perawatan pada pelayanan primer dimasyarakat adalah memberikan
pendidikan kesehatan, melakukan stimulasi perkembangan, program sosialisasi kesehatan
jiwa, serta menejemen stress

2. Upaya Pencegahan Sekunder

Upaya pencegahan sekunder pada pelayanan keperawatan kesehatan jiwa di


masyarakat difokuskan pada kegiatan deteksi dini dan pelayanan segera masalah resiko
kesehatan jiwa dan gangguan jiwa (Keliat, 2007). Prioritas pelayanan sekunder diberikan
pada anggota masyarakat yang beriseko atau menunjukkan tanda-tanda masalah kesehatan
jiwa dan gangguan jiwa. Kegiatan keperawatan pada pelayanan sekunder diantaranya
menemukan masalah kesehatan jiwa sedini mungkin serta penjaringan masalah kesehatan
jiwa.

3. Upaya Pencegahan Tersier

Upaya pencegahan tersier pada pelayanan keperawatan kesehatan jiwa di masyarakat


difokuskan pada kegiatan peningkatan fungsi dan sosialisasi serta pencegahan terhadap
kekambuhan pada klien gangguan jiwa. Tujuan dari upaya pencegahan tersier adalah
mengurangi kecacatan atau ketidakmampuan akibat gangguan jiwa (Dirjen Med dan WHO,
2012). Prioritas pelayanan tersier diberikan pada anggota masyarakat yang mengalami
gangguan jiwa pada tahap pemulihan. Kegiatan keperawatan pada pelayanan tersier adalah
pencegahan tersier melalui program dukungan sosial dari masyarakat, program rehabilitasi
untuk memberdayakan klien dan keluarga, program sosialisasi serta program pencegahan
terhadap stigma.

2.8. Asuhan Keperawatan Jiwa

Asuhan keperawatan adalah suatu tindakan mandiri perawat profesional atau ners
melalui kerja sama yang bersifat kolaboratif, baik dengan klien maupun tenaga kesehatan
lainnya dalam upaya memberikan asuhan keperawatan yang holistik sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab pada berbagai tatanan pelayanan termasuk praktik
keperawatan individu dan berkelompok.

Tahapan dalam proses keperawatan jiwa standar praktik profesionalnya mengacu pada 5
tahap standar yaitu : 1). Pengkajian, 2). Diagnosis, 3). Perencanaan. 4.) pelaksanaan
(implementasi), 5). Evaluasi.

2.9 Penatalaksanaan Perilaku Kekerasan

a) Pengekangan fisik dan medikasi.


b) Dekati pasien dengn hati hati dan posisi yang aman. Apabila bercakap cakap harus
yang bermanfaat.
c) Medikasi : Lorazepam 1-2mg IM setiap 2-4 jam maksimal 3 dosis , Haloperidol 5mg
IM/jam untuk 3-4 dosis
d) Non Medis : Terapi music klasik Mozart dapat mengurangi perilaku agresif, antisosial
, mengatur hormone yang berkaitan dengan stress.

Penatalaksaan perilaku kekerasan dalam masyarakat

a) Isolasi atau tindakan pengikatan


b) Pasung
BAB III

MEKANISME DAN RANCANGAN

3.1 Proses Perencanaan Pembuatan Poster

Mendiskusikan Produk yang akan


di Publikasikan

Pembuatan Mini Proposal PJBL

Perencanaan Isi Produk Yang


akan di Publikasikan

Pembuatan Produk berupa


Poster

Peluncuran produk berupa


poster

3.2 Pembagian Tugas

No. Nama Fakultas Jurusan Uraian


Tugas
1. Audina Yulia Fakultas Ilmu Ilmu Tim Materi
Putri Kesehatan Keperawatan
2. Siarizky Fakultas Ilmu Ilmu Tim Materi
Cahyaharta Kesehatan Keperawatan
Septawan
3. Alaili Anzalna Fakultas Ilmu Ilmu Tim LA
Rahma Kesehatan Keperawatan
4. Uria Fatayati Fakultas Ilmu Ilmu Tim LA
Kesehatan Keperawatan
5. Khoirun Nisak Fakultas Ilmu Ilmu Tim Mini
Kesehatan Keperawatan Proposal
6. Muhammat Fadli Fakultas Ilmu Ilmu Tim Desain
Angkotasan Kesehatan Keperawatan
7. Alfisyahrin Fakultas Ilmu Ilmu Tim Mini
Tavajio Kesehatan Keperawatan Proposal
8. Cempaka Karina Fakultas Ilmu Ilmu Tim Mini
Putri Widya Kesehatan Keperawatan Proposal
Sundari
9. Rosanti Fakultas Ilmu Ilmu Tim Desain
Kesehatan Keperawatan
10. Safina Indriyani Fakultas Ilmu Ilmu Tim Desain
Kesehatan Keperawatan
11. Elsa Risma Fakultas Ilmu Ilmu Tim Mini
Hidayah Kesehatan Keperawatan Proposal
12. Azizah Rahmatul Fakultas Ilmu Ilmu Tim Desain
Ilmiah Kesehatan Keperawatan
13. Diki Anggriawan Fakultas Ilmu Ilmu Ketua
Kesehatan Keperawatan Kelompok

3.3 Sumber Dana

No. Kebutuhan Keterangan Jumlah Harga Total


Satuan (Rp)
(Rp)
1. Kertas HVS Media 14 250 3.500
Pencetakan
Proposal
2. Jasa Cetak Pencetakan
Poster Poster
3. Jasa Penjilidan Penjilidan 1 3.000 3.000
Proposal Poposal
4. Kertas Glossy Media
ukuran A3 Pencetakan
Poster
TOTAL PENGELUARAN

3.4 Produk PJBL (Poster)

3.5 Jadwal Pelaksanaan

N0. Kegiatan Minggu


I II III IV V VI
1. Planning
2. Background
Research
3. Writing Proposal
4. Initial Design
5. Revising Plan
6. Oral Presentation

Kesimpulan

Seorang ibu yang menyusui memerlukan nutrisi yang lebih dibandingkan yang tidak
menyusui. Pemenuhan gizi yang baik bagi ibu menyusui akan berpengaruh kepada status gizi
ibu menyusui dan juga bagi tumbuh kembang bayinya. Apabila nutrisinya tidak terpenuhi
maka asi yang dihasilkan juga tidak cukup nutrisi untuk bayinya.

Saran

Sebaiknya ibu menyusui mengomsumsi makanan makanan yang bergizi agar nutrisi
pada ASI terpenuhi dengan baik sehinggan bayi mendapatan asupan yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Ferry. Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Irwan. (2018). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Yogyakarta: Deepublish.

Ismaya, Annisa. Asti, Arnika Dwi. (2019). Penerapan Terapi Musik Klasik Untuk
Menurunkan Tanda Dan Gejala Pasien Resiko Perilaku Kekerasan Di Rumah
Singgah Dosaraso Kebumen. Urecol; 64-71

Maramis, W. F. (2010). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Ed. 2. Surabaya: Airlangga


University Press.
Munith, Abdul. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: ANDI

Ramdhani, Neila. Patria, Bhina. (2018). Psikologi Untuk Indonesia Maju dan Beretika.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Subu, Muhammad Arsyad. Waluyo, Imam. Nurdin, Adnil Edwin. Priscilla, Vetty. Aprina,
Tilawaty. (2018). Stigma, Stigmatisasi, Perilaku Kekerasan dan Ketakutan Diantara
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Indonesia: Penelitian Constructive
Grounded Theory. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 30:53-60

Tarjum. (2011). Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.

Zaini, Mad. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial Di Pelayanan Klinis
Dan Komunitas. Yogyakarta: Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai