Mini Proposal PJBL Jiwa
Mini Proposal PJBL Jiwa
NAMA KELOMPOK 1:
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesikan mini proposal PJBL yang berjudul “MASA
MENYUSUI”. Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ririn
Harini, M.Kep. selaku fasilitator mata kuliah BLOK MATERNITAS yang sudah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini. Kami sangat berharap
mini proposal PJBL ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan juga
wawasan mengenai kebersihan diri berkaitan dengan berwudhu.
Kami menyadari bahwa mini proposal PJBL ini terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi
perbaikan mini proposal PJBL yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun .
Mudah-mudahan mini proposal PJBL sederhana ini dapat di pahami oleh semua orang
khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata
yang kurang berkenan.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
MINI PROPOSAL
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Disusun dan disetujui :
Mengetahui,
PJMK Blok
MINI PROPOSAL
“”
Oleh Kelompok 1 :
PENYUSUN
Rosanti (201820420311006)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Gangguan jiwa merupakan salah satu dari masalah kesehatan terbesar selain penyakit
degeneratif, kanker, dan kecelakaan. Gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan yang
serius karena jumlahnya yang terus mengalami peningkatan. Selain itu gangguan jiwa adalah
penyakit kronis yang membutuhkan proses panjang dalam penyembuhannya. Pengobatan di
rumah sakit adalah salah satu cara penyembuhan sementara, yang selanjutnya penderita
gangguan jiwa harus kembali dalam komunitas yang bersifat terapeutik akan mampu
membantu penderita mencapai tahap pemulihan.
Proses pemulihan dan penyembuhan pada orang dengan gangguan jiwa membutuhkan
dukungan dari keluarga untuk menentukan keberhasilan pemulihan. Adanya stigma yang
negatif pada orang gangguan jiwa dan keluarganya dapat menyebabkan penderita serta
keluarga terkucilkan. Stigmatisasi adalah suatu proses sosial ketika seseorang yang
terpinggirkan telah diberi label sebagai orang yang upnormal atau sesuatu yang memalukan.
Kata “Stigma” berasal dari bahasa yunani kuno, yang berarti adanya jarak sosial dimana
orang lain tidak mau bergaul dengan orang yang menderita gangguan jiwa. Orang yang
gangguan jiwa mengalami diskriminasi, sterotif, label dalam kehidupan mereka. Stigma
merupakan label negatif yang melekat pada tubuh seseorang yang diberikan oleh masyarakat
dan dipengaruhi oleh lingkungan dan merupakan salah satu faktor penghambat dalam
penyembuhan klien gangguan jiwa.
Para ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) mengalami stigmatisasi yang menyebabkan
mereka rentan terhadap perilaku kekerasan. Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia
mencapai 2,5 juta dan di perkirakan sekitar 60% di antaranya mengalami resiko perilaku
kekerasan. Tanda gejala yang umum perilaku kekerasan adalah ada ide melukai,
merencanakan tindakan kekerasan, mengancam, penyalahgunaan obat, depresi berat, marah,
sikap bermusuhan, atau panik, bicara ketus, mengucapkan kata-kata kotor, serta adanya
riwayat perilaku kekerasan.
1.2 Tujuan
PEMBAHASAN
Gangguan jiwa merupakan sindrom pola perilaku individu yang berkaitan dengan
suatu gejala penderitaan dan pelemahan didalam satu atau lebih fungsi penting dari manusia,
yaitu psikologik, perilaku, biologik, gangguan tersebut mempengaruhi hubungan antara
dirinya sendiri dan juga masyarakat. (Maramis, 2010)
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
sesorang, baik secara fisik maupun secara psikologis. Perilaku kekerasan dapat dilakukan
secara verbal diarahkan pada diri sendiri orang lain dan lingkungan perilaku kekerasan terjadi
dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku
kekerasan.
- Faktor keimanan yang kurang mendalam sehingga seseorang menjadi rentan terhadap
gejala sakit kejiwaan.
- Karena beratnya tekanan hidup yang banyak masalah sehingga ia tak mampu
menanggungnya.
- Faktor keturunan, yakni karena orang tua atau kakek nenek dan seterusnya pernah
mengidap penyakit kejiwaan sehingga menurun kepada anak keturunannya.
- Bisa jadi karena adanya faktor tenung (guna guna dari orang jahat) hingga
mempengaruhi syarafnya, sehingga berakibat menjadi gila.
a. Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau symbol solidaritas seperti dalam
sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian massal dan
sebagainya.
b. Ekspresi diri tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi social ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengomnikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan
dialog untuk memecahkan masalah cennderung memerlukan kekerasan dalam
menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmapuan dirinya
sebagai orang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkolisme dan
tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
Eksitensi manusia meliputi 2 aspek yaitu organo-biologis (fisik atau jasmani) dan
psikoedukatif (mental emosional). Terjadinya gangguan jiwa juga merupakan proses interaksi
yang kompleks antara faktor-faktor seperti genetik, organo-biologis, psikologis, serta sosial-
cultural. Telah terbukti bahwa ada korelasi erat antara timbulnya ganggua jiwa dengan
konsisi sosial dan lingkungan di masyarakat sebagai suatu stesor psikososial. Kini, masalah
kesehatan tidak lagi hanya menyangkut soal angka kematian atau kesakitan melainkan juga
mencangkup berbagai kondisi psikososial yang berdampak pada kualitas kesehatan
masyarakat termasuk taraf kesehatan jiwa masyarakat.
Berbagai kondisi psikososial yang menjadi indikator taraf kesehatan jiwa masyarakat,
khususnya yang berkaitan dengan karakteristik kehidupan di perkotaan meliputi kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT), kasus penceraian, remaja putus sekolah, kriminalitas anak dan
remaja, masalah anak jalalan, penyalahgunaan narkotik, psikotropika, dan zat adiktif (napsa)
serta dampaknya (hepatitis C, HIV atau AIDS dll), gelandangan psikotik, serta kasus bunuh
diri.
1. Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara,
pengelihatan,pengecapan,perabaan,atau penghiduan.
2. Waham
Waham adalah suatu keyakinan yang salahyang dipertahankan secara kuat atau
terus menerus tetapi tidak sesuai kenyataan.
3. Perilaku kekerasan (PK)
PK adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai sesorang, baik
secara fisik maupun secara psikologis.
Asuhan keperawatan adalah suatu tindakan mandiri perawat profesional atau ners
melalui kerja sama yang bersifat kolaboratif, baik dengan klien maupun tenaga kesehatan
lainnya dalam upaya memberikan asuhan keperawatan yang holistik sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab pada berbagai tatanan pelayanan termasuk praktik
keperawatan individu dan berkelompok.
Tahapan dalam proses keperawatan jiwa standar praktik profesionalnya mengacu pada 5
tahap standar yaitu : 1). Pengkajian, 2). Diagnosis, 3). Perencanaan. 4.) pelaksanaan
(implementasi), 5). Evaluasi.
Kesimpulan
Seorang ibu yang menyusui memerlukan nutrisi yang lebih dibandingkan yang tidak
menyusui. Pemenuhan gizi yang baik bagi ibu menyusui akan berpengaruh kepada status gizi
ibu menyusui dan juga bagi tumbuh kembang bayinya. Apabila nutrisinya tidak terpenuhi
maka asi yang dihasilkan juga tidak cukup nutrisi untuk bayinya.
Saran
Sebaiknya ibu menyusui mengomsumsi makanan makanan yang bergizi agar nutrisi
pada ASI terpenuhi dengan baik sehinggan bayi mendapatan asupan yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Ferry. Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Ismaya, Annisa. Asti, Arnika Dwi. (2019). Penerapan Terapi Musik Klasik Untuk
Menurunkan Tanda Dan Gejala Pasien Resiko Perilaku Kekerasan Di Rumah
Singgah Dosaraso Kebumen. Urecol; 64-71
Ramdhani, Neila. Patria, Bhina. (2018). Psikologi Untuk Indonesia Maju dan Beretika.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Subu, Muhammad Arsyad. Waluyo, Imam. Nurdin, Adnil Edwin. Priscilla, Vetty. Aprina,
Tilawaty. (2018). Stigma, Stigmatisasi, Perilaku Kekerasan dan Ketakutan Diantara
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Indonesia: Penelitian Constructive
Grounded Theory. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 30:53-60
Tarjum. (2011). Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Zaini, Mad. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial Di Pelayanan Klinis
Dan Komunitas. Yogyakarta: Deepublish.