Anda di halaman 1dari 8

DIABETES MELITUS

No : 440/229/
Dokumen PKMSKL/SOP/
IV/2019

SOP No Revisi :

Tanggal : 11 April 2019


Terbit

Halaman : 1/4

UPT drg. Meta Damajanti


Puskesmas NIP.19660916199303
Sekeloa 2005

1. Pengertian Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai


berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, saraf,
ginjal dan pembuluh darah.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah menegakkan
diagnosis, pengobatan, dan konseling diabetes melitus.
3. Kebijakan SK Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sekeloa Nomor
440/120/PKMSKL/SK/IV/2019 Tentang Pelayangan Klinis di
UPT Puskesmas Sekeloa
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur/ 1. Dokter/perawat/bidan memanggil pasien sesuai nomor urut
Langkah- 2. Dokter/perawat/bidan melakukan identifiksi ulang
langkah 3. Dokter/perawat/bidan melakukan anamnesa pada pasien
apakah pasien mengeluhkan gejala klasik DM yang berupa
poliuria (sering kencing), polidipsi (sering haus) dan polifagi
(sering lapar)
4. Dokter/perawat/bidan menanyakan pada pasien apakah
terdapat keluhan lain seperti berat badan turun tanpa
penyebab yang jelas, kesemutan, gatal, mata kabur,
impotensi pada pria, pruritus vulva pada wanita, serta
adakah luka yang tidak kunjung sembuh
5. Dokter/perawat/bidan melakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital
6. Dokter/perawat/bidan melakukan pemeriksaan fisik
termasuk ekstremitas atas dan bawah termasuk jari
7. Dokter/perawat/bidan membuat permintaan pemeriksaan
gula darah atau urin ke laboratorium, jika diperlukan
8. Dokter/perawat/bidan menyerahkan surat rujukan internal
kepada pasien untuk selanjutnya pasien ke laboratorium
minimal setiap 1 bulan sekali
9. Dokter/perawat/bidan menerima hasil laboratorium dari
pasien
10. Dokter membaca hasil laboratorium dan menegakan
diagnose berdasarkan hasil lab dan anamnesis, yaitu:
 Gejala klasik DM + Glukosa darah sewatu ≥ 200 mg/dl
(darah kapiler)
 Gejala klasik DM + Glukosa darah puasa ≥ 100 mg/dl
(darah kapiler)
 Tanpa gejala kasik DM + kadar GDS ≥ 200 mg/dl atau GDP
ulang ≥ 100 mg/dl (darah kapiler)
11. Dokter memberikan penatalaksanaan awal DM berupa terapi
gizi medis (TGM) dan latihan jasmani selama 2 – 4 minggu.
Apabila kadar gula darah belum mencapai sasaran
dilakukan intervensi farmakologi dengan obat hipoglikemik
oral (OHO) dan atau suntikan insulin.
12. Dokter memberikan obat hipoglikemik oral (OHO) dimulai
dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai
respons kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis
hampir maksimal. Pemberian OHO bersamaan dengan
pengaturan diit dan latihan jasmani, bila diperlukan dapat
dilakukan pemberian OHO tunggal atau OHO kombinasi.
Terapi OHO kombinasi harus dipilih dua macam obat dari
kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda
 Golongan Biguanid: Metformin, dosis awal 500 mg dosis
maksimal 2500 mg diberikan 1-3 kali/hari
 Golongan Sulfonilurea: Glibenklamid dosis awal 2.5 mg
dosis maksimal 15 mg/hr diberikan 15 – 30 menit sebelum
mkan, 1-2 kali/hari.
 Golongan Inhibitor α glukosidase: Acarbose dosis awal 50
mg dosis maksimal 300 mg diberikan 1-3 kali/hari.
13. Dokter/perawat/bidan melakukan edukasi meliputi
pemahaman tentang:
 Penyakit DM tipe 2 tidak dapat sembuh tetapi dapat
dikontrol
 Gaya hidup sehat harus diterapkan pada penderita
misalnya olahraga, menghindari rokok, dan menjaga
pola makan
 Pemberian obat jangka panjang dengan kontrol teratur
setiap 2 minggu
 Perencanaan Makan
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan
komposisi:
 Karbohidrat 45 – 65 %
 Protein 15 – 20 %
 Lemak 20 – 25 %
 Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300
mg/hari.
14. Dokter/perawat/bidan mengedukasi pasien tentang latihan
jasmani secara teratur 3 – 4 kali seminggu selama kurang
lebih 30 menit.
15. Dokter/perawat/bidan menulis resep.
16. Dokter/perawat/bidan menyerahkan resep kepada pasien
17. Dokter/perawat/bidan melakukan rujukan internal ke klinik
konsultasi gizi untuk perencanaan makan
18. Dokter/perawat/bidan menulis hasil pemeriksaan fisik,
laboratorium, diagnose dan terapi kedalam rekam medic
pasien dan register rawat jalan
6. Diagram
Dokter/perawat/bidan memanggil pasien
Alir antrian

Dokter/perawat/bidan melakukan identifikasi ulang

Dokter/perawat/bidan melakukan anamnesa gejala klasik DM

Dokter/perawat/bidan menanyakan keluhan lain

Dokter/perawat/bidan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital

Dokter/perawat/bidan melakukan pemeriksaan fisik


termasuk ekstremitas atas dan bawah termasuk jari

Dokter/perawat/bidan membuat permintaan pemeriksaan


gula darah atau urin

Dokter/perawat/bidan menyerahkan surat rujukan internal ke lab

Dokter/perawat/bidan menerima hasil laboratorium dari pasien

Dokter membaca hasil laboratorium dan menegakan diagnose

Dokter memberikan penatalaksanaan awal DM berupa terapi gizi


medis (TGM) dan latihan jasmani

Dokter memberikan obat hipoglikemik oral (OHO)

Dokter/perawat/bidan melakukan edukasi

Dokter/perawat/bidan mengedukasi pasien tentang latihan


jasmani

Dokter/perawat/bidan mengedukasi pasien tentang latihan


jasmani secara teratur

Dokter/perawat/bidan menulis resep

Dokter/perawat/bidan melakukan rujukan internal ke klinik


konsultasi gizi untuk perencanaan makan

7. Unit Terkait 1. Ruangan Pendaftaran


2. Ruangan Pemeriksaan Umum
3. Ruangan Pemeriksaan Lansia
3. Ruang Farmasi

8. Rekaman Historis Perubahan

Tanggal mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
1.
2.

DIABETES MELITUS

No : 440/229/
Dokumen PKMSKL/SOP/
IV/2019
DAFTAR
No Revisi :
TILIK
Tanggal : 11 April 2019
Terbit

Halaman : 1/3

UPT drg. Meta Damajanti


Puskesmas NIP.19660916199303
Sekeloa 2005

Nama Bidan :
Jabatan :
Tgl. Pelaksanaan :

TIDAK
NO KEGIATAN YA TIDAK
BERLAKU

1. Apakah Petugas memanggil pasien sesuai nomor


urut
2. Apakah Petugas melakukan identifiksi ulang,
mencocokan identitas pasien dengan rekam medis
3. Apakah Petugas melakukan anamnesa pada pasien
apakah pasien mengeluhkan gejala klasik DM yang
berupa poliuria (sering kencing), polidipsi (sering
haus) dan polifagi (sering lapar)
4. Apakah Petugas menanyakan pada pasien apakah
terdapat keluhan lain seperti berat badan turun
tanpa penyebab yang jelas, kesemutan, gatal, mata
kabur, impotensi pada pria, pruritus vulva pada
wanita, serta adakah luka yang tidak kunjung
sembuh.
5. Apakah Petugas melakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital
6. Apakah Petugas melakukan pemeriksaan fisik
termasuk ekstremitas atas dan bawah termasuk
jari.
7. Apakah Bila diperlukan petugas membuat
permintaan pemeriksaan gula darah atau urin ke
laboratorium.
8. Apakah Petugas menyerahkan surat rujukan
internal kepada pasien untuk selanjutnya pasien ke
laboratorium minimal setiap 1 bulan sekali
9. Apakah Petugas menerima hasil laboratorium dari
pasien
10. Apakah Petugas membaca hasil laboratorium dan
menegakan diagnose berdasarkan hasil lab dan
anamnesis, yaitu:
a. Gejala klasik DM +Glukosa darah
sewatu ≥ 200 mg/dl (darah kapiler)
b. Gejala klasik DM +Glukosa darah
puasa ≥ 100 mg/dl (darah kapiler)
c. Tanpa gejala kasik DM + kadar GDS ≥
200 mg/dl atau GDP ulang ≥ 100
mg/dl (darah kapiler)
11. Apakah Petugas memberikan penatalaksanaan awal
DM berupa terapi gizi medis (TGM) dan latihan
jasmani selama 2 – 4 minggu. Apabila kadar gula
darah belum mencapai sasaran dilakukan
intervensi farmakologi dengan obat hipoglikemik
oral (OHO) dan atau suntikan insulin.
12. Apakah Obat hipoglikemik oral (OHO) dimulai
dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara
bertahap sesuai respons kadar glukosa darah,
dapat diberikan sampai dosis hampir maksimal.
Pemberian OHO bersamaan dengan pengaturan diit
dan latihan jasmani, bila diperlukan dapat
dilakukan pemberian OHO tunggal atau OHO
kombinasi. Terapi OHO kombinasi harus dipilih dua
macam obat dari kelompok yang mempunyai
mekanisme kerja berbeda
 Golongan Biguanid: Metformin, dosis awal
500 mg dosis maksimal 2500 mg
diberikan 1-3 kali/hari
 Golongan Sulfonilurea: Glibenklamid
dosis awal 2.5 mg dosis maksimal 15
mg/hr diberikan 15 – 30 menit sebelum
mkan, 1-2 kali/hari.
 Golongan Inhibitor α glukosidase:
Acarbose dosis awal 50 mg dosis
maksimal 300 mg diberikan 1-3 kali/hari.
13. Apakah petugas melakukan Edukasi meliputi
pemahaman tentang:
 Penyakit DM tipe 2 tidak dapat sembuh
tetapi dapat dikontrol
 Gaya hidup sehat harus diterapkan pada
penderita misalnya olahraga, menghindari
rokok, dan menjaga pola makan
 Pemberian obat jangka panjang dengan
kontrol teratur setiap 2 minggu
 Perencanaan Makan
Standar yang dianjurkan adalah makanan
dengan komposisi:
Karbohidrat 45 – 65 %
Protein 15 – 20 %
Lemak 20 – 25 %
Jumlah kandungan kolesterol disarankan <
300 mg/hari.
 Petugas mengedukasi pasien tentan latihan
jasmani secara teratur 3 – 4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit.
14. Apakah Petugas menulis resep
15. Apakah Petugas menyerahkan resep kepada pasien
16. Apakah Petugas melakukan rujukan internal ke
klinik konsultasi gizi untuk perencanaan makan
17. Apakah Petugas menulis hasil pemeriksaan fisik,
laboratorium, diagnose dan terapi kedalam rekam
medic pasien dan register rawat jalan
Compliance Rate (CR) : %
Rencana Tindak Lanjut :

Bandung, …………………

Bidan Pelaksana Kegiatan Pelaksana /Auditor

(................................) (................................)

Anda mungkin juga menyukai