Anda di halaman 1dari 2

KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 4

Nama : Tentrem Wahyu Nugraheni


NIM : 2217563963

a. Developmentally Appropriate Practice (DAP)


Developmentally Appropriate Practice (DAP) merujuk pada aplikasi
pengetahuan tentang perkembangan anak usia dini dalam program
pengembangan anak usia dini. Segala teori dan riset tentang bagaimana anak
berkembang dan belajar sesuai tahap perkembangan digunakan dalam
merekayasa lingkungan yang selaras dengan kebutuhan dan kemampuan
anak. Artinya DAP berdasarkan pengetahuan dan pengertian tentang anak,
bukan berdasarkan harapan atau keinginan orang tua belaka. Developmentally
Appropriate Practice (DAP) bukan merupakan kurikulum atau seperangkat
standar kaku, melainkan seperangkat kerangka kerja, filosofi atau pendekatan
dalam pengembangan anak. Developmentally Appropriate Practice (DAP)
adalah proses pembelajaran yang asik dan menyenangkan.
Koneksi dengan kehidupan sehari-hari :
Pembelajaran di SD Muhammadiyah Danunegaran sudah menggunakan
Kurikulum Merdeka di kelas 1dan 4. Dimana penanaman materi menciptakan
siswa yang merdeka dan pembelajaran yang menyenangkan sudah tertanam di
sekolah. Proses pembelajaran juga sudah menggunakan pendekatan, metode
dan model yang bermacam-macam sesuai dengan karakteristik pesertadidik.
Contoh guru mengguanakan media pembelajaran video, benda konkret seperti
bangun ruang atau tumbuhan.
b. Culturally Responsive Pedagogy (selanjutnya dipakai singkatan CRP)
Culturally Responsive Pedagogy berpijak pada premise bahwa landasan
budaya memainkan peran dalam membentuk gaya belajar dan pada gilirannya
menuntut adanya pengajaran yang sejalan dengan lensa budaya tersebut
(Villegas, 1991; Provenzo, Ed., 2009). Pendidikan atau lebih khusus lagi
institusi pendidikan pada hakikatnya merupakan bagian pranata budaya.
Lembaga pendidikan, sebagaimana diulas dalam Encyclopedia of the Social
and Cultural Foundations of Education (Provenzo, Ed., 2009), merupakan
pengejawantahan dari upaya sadar manusia dalam transmisi dan transformasi
budaya. Sejalan dengan hal tersebut, konsep pendidikan tanggap budaya
berupaya merevitalisasi berbagai artikulasi budaya, termasuk berbagai aspek
kearifan lokal yang berkembang pada setiap komunitas, untuk mendukung
terselenggaranyapendidikan yang lebih bermakna.
Koneksi dengan kehidupan sehari-hari :
Pembelajaran berbasis budaya juga dilakuakan di SD Muhammadiyah
Danunegaran seperti mengenalkan pakaian adat, mengenalkan lagu lagu
daerah dan juga kesenian. Contoh lagu yang di ajarkan antara lain : cublak-
cublak suweng, gundul-gundul pacul, dll. Pembelaaran juga menyesuaikan
budaya yang ada seperti penggunaan bahasa jawa juga disisipkan setiap
kegiatan pembelaaran. Selain itu pengenalan kesenian daerah juga dilakukan
melalui video dan juga kegiatan tari.
c. Teaching at the Right Level
Setiap perkembangan peserta didik memiliki pendekatan yang berbeda.
Teaching at the right level adalah proses intervensi yang harus dilakukan guru
dengan memberikan masukan pembelajaran yang relevan dan spesifik untuk
menjembatani perbedaan yang ditemukan. Peserta didik tidak terikat pada
tingkatan kelas, namun di sesuaikan berdasarkan kemampuan peserta didik
yang sama. Setiap fase, ataupun tingkatan tersebut mempunyai capaian
pembelajaran yang harus dicapai. Proses pembelajaran peserta didik akan
disusun mengacu pada capaian pembelajaran tersebut, namun disesuaikan
dengan karakteristik,potensi, kebutuhan peserta didiknya
Koneksi dengan kehidupan sehari-hari :
Pendekatan TaRL dilakukan dengan memberikan materi dengan
tingkatan yang berbeda untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa. Sehingga
pembelajaran disesuaikandengan tahap perkembangan siswa. Contoh : soal
matematika tentang bangun ruang dimana pada kelas 2 hanya mengenal rusuk,
sisi dan titik sudut dengan media yang lebih bayak warna dan melakukan
kegiatan kinestetik.

Anda mungkin juga menyukai