Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

OLEH :

MUH RIFAL MARDANI

NIM : 2021032059

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI NERS

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU

TAHUN 2022
PEMBAHASAN

I. Konsep Teoritis
A. Definisi
Menurut WHO yang dimaksud dengan diabetes mellitus adalah
keadaan hiperglikemia kronis yang disebabkan oleh factor lingkungan
dan keturunanan secara bersama-sama mempunyai karakteristik
hiperglikemia tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol.
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolism yang ditandai
dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolism karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh
penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitifitas insulin atau
keduanya yang dapat menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler,
makrovaskuler dan neuropati.( Huda amin DKK 2015 )
B. Etiologi
Berdasarkan klasifikasi menurut WHO adalah :
a. DM tipe I ( IDDM )
1) Factor genetic / herediter : factor penyebab herediter
menyebabkan timbulnya DM melalui kerentangan sel-sel betha
terhadap penghancuran oleh virus-virus
2) Factor infkesi virus : berupa infkesi virus coxakie dan
gondogen yang merupakan pemicu yang menentukan proses
auto imun pada individu yang peka secara genetic.
b. DM tipe II ( NIDDM )
Terjadi paling sering pada orang dewasa dengan keadaan
obesitas.Obesitas dapat menurunkan jumlah reseptor dari dalam sel
terger insulin dari seluruh tubuh, sehingga membuat insulin yang
tersedia kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolic yang
biasa.
c. DM malnutrisi
1) Fibrocalculous pancreatic DM ( FCPD ) : terjadi karena
mengkonsumsi makanan yang rendah kalori dan rendah protein
sehingga klasifikasi pangkreas melalui proses mekanik
( Fibrosis ) atau toksik ( Cyanide ) yang menyebabkan sel-sel
beta menjadi rusak.
2) Protein defisiensi pancreatic DM ( PDPD ) karena kekurangan
protein kronik menyebabkan hipofungsi sel beta pancreas
d. DM tipe lain
1) Penyakit pancreas seperti pancreacitis, Ca pancreas.
2) Penyakit hormonal seperti : acromengalli yang meningkat GH (
Growth Hormon ) yang merangsang sel-sel beta pancreas yang
menyebabkan sel-sel ini hiperaktif dan rusak.

Secara umum ada 4 penyebab terjadinya DM yaitu :


a. Factor keturunan
Factor keturunan dapat terjadinya DM karena pola familial
yang kuat ( keturunan ) mengakibatkan kerusakan sel-sel beta
pancreas yang memproduksi insulin. Sehingga terjadi kelainan
dalam sekresi insulin maupun kerja insulin. Karena ada
kelainan fungsi atau jumlah sel-sel beta pancreas yang bersifat
genetic dan diturunkan secara autosom dominant sehingga
mempengaruhi sel beta serta mengubah kemampuannya dalam
menggalih dan menyebarkan rangsang yang merupakan bagian
dari sintesis insulin
b. Fungsi sel pancreas dan sekresi insulin yang berkurang
Fungsi sel pancreas serta sekresi insulin yang berkurang
dapat terjadi karena insulin diperlukan untuk transport glukosa,
asam amino, kalium dan fosfat yang melintasi membrane sel
untuk metablisme intraseluler. Jika terjadi kekurangan insulin
akibat kerusakan fungsi sel pancreas akan menyebabkan
gangguan dalam metabolism karbohidrat, asam amino dan
fosfat. Jumlah glukosa yang diambil dan dilepas oleh hati dan
yang digunakan oleh jaringan perifer tergantung keseimbangan
fisiologis beberapa hormone.Hormone yang menurunkan
glukosa darah yaitu insulin yang dibebntuk sel beta pulau
pancreas.
c. Gemukan atau obesitas
Dapat sebagai pencetus terjadinya DM karena inseiden DM
menurun pada populasi dengan suplai rendah dan meningkat
pada mereka yang mengalami perubahan makanan secara
berlebihan.Obesitas merupakan factor resiko tinggi DM karena
jumlah repseptor insulin menurun pada obesitas mengakibatkan
intoleran glukosa dan hiperglikemia. Terjadi karena hipertrofi
sel beta pancreas dan hiperinsulinemia dan intoleransi glukosa
dan berakhir dengan kegemukan dengan diabetes melitus dan
insufisiensi relatife
d. Perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan resistensi
insulin
Perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan
resistensi insulin dapat mendukung terjadinya DM karena
toleransi glukosa secara berangsur-angsur akan menurun
bersamaan dengan berjalannya usia seseorang mengakibatkan
kadar glukosa darah yang lebih tinggi dan lebih lama keadaan
hiperglikemi pada usia lanjut. Hal ini berkatan dengan
berkurangnya pelepasan insulin dari sel-sel beta.Lambatnya
pelepasan insulin dan penurunan sensitifitas perifer terhadap
insulin resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin
untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer
dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta
tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya
( terjadinya defisiensi relative insulin ).
( NANDA 2015 )
C. Patofisiologi
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan
mengalami metabolism sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi
glikogen dan 20-40% diubah menjadi lemak. Pada diabetes mellitus
semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi insulin.
Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya
terganggu.Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap
berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit DM disebabkan oleh karena gagalnya hormone insulin.
Akibat kekurangan insulin glukosa tidak dapat diubah menjadi
glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi
hiperglikemia. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena
ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg % sehingga apabila
terjadi hiperglikemia maka ginjal tidak dapat menyaring dan
mengabsobrsi sejumlah glukosa dalam darah. Akibatnya glukosa dan
natrium yang diserap ginjal menjadi berlebihan sehingga urine
dihasilkan banyak dan membuat penderita cepat pipis ( Poliuri )
Proses filtrasi pada ginjal normal merupakan proses difusi yaotu
filtrasi zat dari tekanan yang rendah ke tekanan tinggi. Pada penderita
DM glukosa dalam darah tinggi menyebabkan kepekatan glukosa
dalam PD sehingga proses filtrasi ginjal berubah menjadi osmosis
(Filtrasi zat dari tekanan tinggi ketekanan rendah ) akibatnya air
didalam PD diambil oleh ginjal sehingga PD menjadi kekurangan air
(dehidrasi intraseluler ) menyebabkan penderita cepat haus ( polidipsi).
Pada penderita DM kandungan gula darah akan meningkat karena
gula darah bersifat diuresis/ menyerap air makan konsentrasi darah
akan mengental dan akan terjadi gangguan transportasi darah kedalam
PD dengan terganggunya aliran darah maka pasokan nutrisi yang ke
sel-sel tubuh akan terganggu dan mengakibatkan kulit mongering,
kerusakan sel darah putih dan kematian jaringan. Kulit yang kering dan
jaringan yang mati menyebabkan penderita DM mudah terluka apabila
terkena benda-benda yang tajam dan baisanya luka, tusukan, nyeri dan
sensai panas tidak di rasakan oleh penderita DM, karena hiperglikemia
menjadikan gangguan pada system saraf tepi, ( perifer ) yang
menyebabkan penderita mati rasa. Kemudian sehubungan dengan
darah yang mengental maka akan terjadi kesulitan pembekuan darah
dan penutupan luka, keadaan itu diperparah dengan keadaan bakteri
saprofit. Pertumbuhan tersebut semakin merusak PD.
Produksi insulin akan menyebabkan transport glukosa sel-sel
sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidart.
Lemak dan protein menajdi menipis. Karena digunakan dalam
pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga
menyebakan banyak makan yang disebut polyphagia. Terlalu banyak
lemak yang dibakar akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang
menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan
meracuni tubuh bila banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan
urine dan pernafasan, akibatnya bau urine dan nafas penderita berbau
aseton atau berbau buah-buahan. Keadaan asidosis ini tidak diobati
akan terjadi koma yang disebut komadiabetik. Dan kerusakan berbagai
organ tubuh dapat menimbulkan gangguan pada mata. Hal ini
disebabkan gangguan lintas polibi ( glukosa-sarbitol fruktasi ) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat teradapat penimbunan
sorbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
( wijaya 2013 )
D. Pathway

(Smeltzel dan Bare,2015).


E. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala yang lazim terjadi pada DM adalah :


a. Poliururi ( banyak kencing )
b. Polidipsi ( banyak minum )
c. Polivagia ( banyak makan )
d. Berat badan menuru, lemas, lekas lelah, tenaga kurang
e. Mata kabur
f. Luka atau goresan yang lama akan sembuh
g. Kaki kesemutan dan mati rasa
h. Infeksi kulit
i. Lemas ( Fadilah, 2013 )

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Kadar Glukosa darah


a. Kadar Glukosa darah sewaktu (mg/dl)
b. Kadar Glukosa darah puasa (mg/dl)
2. Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2
kali pemeriksaan
a. Glukosa Plasma sewaktu ( >200 mg/dl )
b. Glukosa Plasma puasa >140 mg/dl )
c. Glukosa Plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian
sesudah mengkonsumsi 75 gr Karbohidrat ( 2 jam post prandial
(pp) >200 mg/dl)
3. Tes Laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostic,
tes pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi
4. Tes saring
Tes yang dilakukan pada saat tes saring pada DM antara lain :
a. GDP, GDS
b. Tes Glukosa Urine
5. Tes untuk mendeteksi komplikasi
Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah:
a. Mikroalbuminuria urine
b. Ureum, Kreatinin, asam urat
c. Kolesterol total plasma vena (puasa)
d. Kolesterol LDL; plasma vena (puasa)
e. Trigliserida; Plasma Vena (Puasa)

G. Penatalaksanaan

1. Hindari stres
Stres adalah satu hal yang bisa menyebabkan gula darah
naik. Kondisi ini tak hanya terjadi pada orang dengan diabetes saja.
Orang yang tidak memiliki diabetes namun sedang mengalami
stres maka kadar gula darah didalam tubuhnya bisa meningkat.
Penngkatan kadar gula darah ini sebenarnya adalah respon alami
dari tubuh karena perubahan hormon ( adrenalin dan kortisol )
yang mempengaruhi kadar gula darah
2. Insulin
Pada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya
digunakan human monocommponent Insulin ( 40 UI dan 100
Ui/ml Injeksi ), yang beredar adalah actrapid. Injeksi insulin juga
diberikan kepada penderita DM tipe II yang kehilangan berat
badan secara drastic.
Jenis insulin : insulin kerja cepat : regular insulin, cristalin zink,
dan semilente, insulin kerja sedang : NPH ( netral protamine
hagerdon), insulin lambat : PZI ( Protamine zinc insulin )
3. Edukasi
Penyuluhan diabetes adalah suatu proses pemberian
pengetahuan dan keterampilan bagi penderita DM, yang diperlukan
untuk merawat diri sendiri, mengatasi krisis, serta mengubah gaya
hidupnya agar dapat menangani penyakitnya dengan baik.
4. Diet
Tujuan utama pengaturan diet adalah membantu orang yang
dengan DM memperbaiki gizi dan olahraga untuk mendapatkan
control metabolic yang lebih baik, mempertahankan kadar glukosa
darah mendekati normal, memberikan energy yang cukup untuk
mencapai atau mempertahankan kadar glukosa darah mendekati
normal, memberikan energy yang cukup untuk mempertahankan
berat badan yang memadai, Latihan jasmani ( olahraga )
5. Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena
membuat insulin bekerja lebh efektif. Olahraga juga membantu
menurunkan berat badan, memperkuat jantung, dan mengurangi
stress. Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan teratur akan
lebih baik, tetapi jangan melakukan olahraga yang berat-berat.
Dianjurkan untuk latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE
6. Pendampingan perawat
Konseling kesehatan ini merupakan suatu pola dengan
suatu system, cara kerja, bentuk atau model yang tepat.
Pendampingan berarti mendampingi yaitu suatu kegiatan menolong
yang karena suatu sebab butuh didampingi. Menurut Kemensos
pendampingan adalah kegiatan dalam pemberdayaan masyarakat
dengan berperan sebagai fasilisator, komunikator, dan dinamisator.
Pendampinga dilakukan dengan cara melakukan perhatian,
menyampaikan pesan, memberikan solusi, menyampaikan layanan
atau bantuan, memberikan nasihat,merujuk menggerakan dan
bekerjasama. Hasil peneltian yang dilalukan Arif 2014 menunjukka
bahwa pendampingan terbukti untuk meningkatkan kepatuhan diet
pasien diabetes melitus.
H. Komplikasi

Komplikasi yang dapat muncul pada penyakit ini adalah :


a. Komplikasi metabolic
1) Ketoasidosis diabetic
2) HHNK ( hoperglikemik Hiperosmolar Non ketotik )
b. Komplikasi
1) Mikrovaskular kronis ( penyakit ginjal dan mata ) dan
neuropati
2) Makrovaskuler ( MCI, stroke, penyakit vaskuler perifer ).
( NANDA 2015 )
Rencana Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam
pemgumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
status kesehatan klien
1. Identitas klien
Berisi nama, tempat dan tanggal lahir kluen, pendidikan terakhir,
agama, suku, status perkawainan, tinggi badan, berat badan,
penampilan umum, alamat, tanggal masuk klien, orang terdekat
yang dapat dihibungi, diagnose medis, dan nomor rekan medis.
2. Keluhan utama hal yang mendasari mengapa klien dibawah
kerumah sakit, biasanya karena ada luka yang tidak kunjung
sembuh atau karena lemas pada seluruh badan.
3. Riwayat kesehaatn sekarang
Merupakan pengkajian riwayat kesehatan yang dikaji diawal klien
mengalami sakit, selama sakit, sampai pengkajian dirumah
sakit.Biasanya klien masuk RS dengan keluhan utama gatal-gatal
pada kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh,
kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh. Disamping itu
klien juga mengeluh polidipsi, anoreksia,mualwa muntah dan BB
mnurun, kadanf-kadanf disertai nyeri perut, gangguan istirahat.
4. Riwayat kesehatan dahulu
a) Riwayat hipertensi/infarmiocard akut dan diabetes gestasional
b) Riwayat ISK berulang
c) Penggunaan obat-obatan seperti steroid, dimetik ( tiazid )
d) Riwayat mengkonsumsi glukosa/karbohidrat berlebihan.
5. Riwayat kesehatan keluarga : biasanya pasien DM mengalami DM
karena adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM juga
6. Riwayat lingkungan : riwayat pengkajian lingkungan merupakan
pengkajian untuk mengkaji keadaan lingkungan tempat tinggal
sekitar yang bertujuan mengetahui apakah ada hal-hal yang
dimungkinkan menjadi penyebab terjadinya penyakit.
7. Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b) Pola akktivitas dan latihan
c) Pola nutrisi dan metabolic
d) Pola eliminasi
e) Pola istirahat dan tidur
f) Pola kognitif persepsi
g) Pemeriksaan fisik
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik
3. Infeksi b.d peningkatan Leukosit
4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas
3 RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1 Ketidakstabilan gula darah b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Manajemen hiperglikemia Observasi :
resistensi insulin selama 1x 24 jam maka ketidakstabilan gula
darah membaik KH : - Identifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemia
• Kestabilan kadar glukosa - Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
darah membaik
Terapeutik :
• Status nutrisi membaik
• Tingkat pengetahuan meningkat - Berikan asupan cairan oral Edukasi :

- Ajurkan kepatuhan terhadap diet dan olah


raga Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian insulin 6 Iu

 Edukasi program pengobatan Observasi :

- Identifikasi pengobatan yang


direkomendasi Terapeutik :

- Berikan dukungan untuk menjalani program


pengobatan dengan baik dan
benar Edukasi:

- Jelaskan mamfaat dan efek samping


pengobatan
- Anjurkan mengosomsi obat sesuai
indikasi

2 Nyeri Akut b.d Agen cedera fisik Setelah dilakukan tindakan Keperawatan 1 x24  Manajemen nyeri Observasi :
jam diharapkan nyeri menurun KH :
• Tingkat nyeri menurun - Identifikasi identifikasi lokasi, karakteristik,
• Penyembuhan luka membaik durasi, frekuensi,
kualitas,intensitas nyeri
• Tingkat cidera menurun
- Identifikasi skala nyeri Terapeutik :

- Berikan teknik non farmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri Edukasi:

- Jelaskan penyebab dan periode dan


pemicu nyeri Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik


 Edukasi teknik nafas dalam Observasi :

- Identifikasi kesiapan dan kemampuan


menerima informasi Terapeutik :

- Sediakan materi dan media pendidikan


kesehatan Edukasi:

- Jelaskan tujuan dan mamafaat teknik nafas


dalam
- Jelaskan prosedur teknik nafas dalam

3 Infeksi b.d peningkatan Setelah dilakukan tintdakan keperawatan  Pengcegahan Infeksi Observasi
Leukosit selama 1x 24 jam maka tingkat infeksi
menurun KH : - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
• Tingkat nyeri menurun sistematik Terapetik
• Integritas kulit dan jaringan
membaik - Berikan perawatan kulit pada area edema
• Kontrol resiko meningkat - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien
Edukasi

- Jelaskan tanda dan gejala infeksi


- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik


 Perawatan luka Observasi :

- Monitor karakteristik luka (drainase, warna


ukuran, bau)
- Monitor tanda tanda infeksi Terapeutik :

- Lepaskan balutan dan plester seccara


perlahan
- Bersihkan dengan Nacl
- Bersihkan jaringan nikrotik
- Berikan salaf yang sesuai kekulit
- Pertahan teknik steril saat
melakkanperawtan luka Edukasi:

- Jelaskan tanda,gejala infeksi Kolaborasi:

- Kolaborasi prosedur debridement


4 Intoleransi Aktivitas b.d Setelah dilakukan tintdakan keperawatan  Terapi aktivitas Observasi :
imobilitas selama 1x 24 jam intoleransi aktivitas membaik
KH : - Identifikasi defisit tingkat aktivitas
• Toleransi aktivitas membaik - Identifikasi kemapuan berpartisipasi dalam
• Tingkat keletihan menurun aktivitas tertentu Terapeutik :

- Fasilitasi pasien dan keluarga dalam


menyesuiakan lingkungan untuk
mengakomodasi aktivitas
yang di pilih
- Libatkan keluarga dalam aktivitas Edukasi:

- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih


 Manajenen program latihan Observasi :

- Identifikasi pengetahuan dan


pengalaman aktivitas fisik sebelumnya
- Identifikasi kemampuan
pasien
beraktivitas Terapeutik :

- Motivasi untuk memulai/

melanjutkan aktivitas fisik


Edukasi:

-
Jelaskan mamnfaat aktivitas fisik
DAFTAR PUSTAKA

Huda Amin & Kusuma Hardhi. 2015. Asuhan Keperawatan Edisi Revisi Jilid 1.

Yogyakarta: Mediaction Publishing

Wijaya 2013.Keperawatan Medikal Bedah, Jilid 1. Yogyakarta: Nuha Medika.

WHO. Global Report On Diabetes. France: World Health Organization; 2016

IDF. IDF Diabetes Atlas Seventh Edition: International Diabetes Federation; 2015

NANDA .( 2015 ). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
Nic-Noc, Edisi Revisi Jilid 1.Jogjakarta : Mediaction Publishing

Anda mungkin juga menyukai