Anda di halaman 1dari 1

Marvin Harris – Cows, Pigs, Wars, and Witches: The Riddles of Culture

Review oleh: Mukhtar Nabali Mufauwiq

Setiap orang mempunyai kebiasaan mengonsumsi makanan yang berbeda beda, orang
China suka makan anjing dan babi, orang Muslim, Yahudi dan Kristen suka makan daging sapi
tapi tidak diperbolehkan makan anjing dan babi, orang Hindu sangat mengkultuskan sapi, sampai
rela bertumpah darah hanya untuk mempertahankan keyakinannya ini. Beberapa suku di Brazil
menikmati semut tetapi tidak suka daging rusa. Hal ini terjadi di seluruh dunia.

Orang Hindu mengkultuskan sapi karena sapi adalah simbol kehidupan, seperti Bunda
Maria pada orang Kristen sebagai Ibu dari Tuhan, sapi untuk orang Hindu adalah ibu dari
kehidupan. Jadi tidak ada sesuatu yang lebih terkutuk bagi orang Hindu daripada membunuh
seekor sapi. Menurut beberapa ilmuwan, pemujaan terhadap sapi adalah sumber utama dari
kemiskinan dan kelaparan orang India, menurut Harris ini disebabkan oleh doktrin agama Hindu
yang tidak masuk akal.

Hal buruknya adalah, cinta terhadap sapi tidak serta merta membuat cinta terhadap
manusia. Orang Islam tidak makan anjing dan babi tapi makan daging sapi, orang Hindu
mengkategorikan orang Islam sebagai pembantai sapi. Sebelum India dan Pakistan terbagi
menjadi dua negara yang berbeda, unjuk rasa berdarah terjadi setiap tahunnya dalam rangka
mencegah Muslim untuk menyembelih sapi. Seperti yang terjadi di Bihar pada tahun 1917 ketika
30 orang meninggal dan 170 desa orang Muslim dijarah sampai habis.

Di lingkup dunia yang lain, ketiga umat agama Abrahamik: Muslim, Yahudi dan Kristen
sepakat untuk tidak memakan daging babi, karena dikategorikan sebagai makanan yang haram
oleh kitab suci mereka masing-masing. Bagi jutaan umat Islam, Yahudi dan Kristen, babi masih
menjadi hewan yang terlarang, meskipun faktanya babi dapat mengonversi biji-bijian dan
tumbuh-tumbuhan menjadi lemak baik dan protein yang lebih efisien dari hewan lainnya.

Marvin Harris sang penulis buku ini menyoroti tentang pelarangan umat Islam dan
Yahudi kepada babi. Dia mempertanyakan mengapa para Tuhan seperti Allah dan Yahweh
repot-repot melarang hewan yang tidak berbahaya dan lucu seperti babi yang dagingnya
dinikmati oleh sebagian besar umat manusia. Alasan yang diyakini sebagai penyebab pelarangan
babi adalah karena babi adalah hewan yang kotor, karena memakan urin dan kotorannya sendiri,
namun diyakini sapi juga melakukan hal yang sama, bahkan anjing dan ayam juga melakukan
hal yang sama. Menurut Harris ada inkonsistensi di sini.

Dari pemaparan Harris di atas, kita bisa melihat banyak peperangan dan kematian sia-sia
yang bersumber dari alasan spritual. Juga, inkonsistensi yang bisa kita lihat dari alasan
pelarangan babi bagi umat Muslim, Yahudi dan Kristen. Membicarakan hukum agama menjadi
sesuatu yang kontroversial di Indonesia, tetapi berdasar apa yang Harris tulis di dalam buku ini,
muncul tanda tanya besar, apakah pelarangan hewan tersebut adalah sesuatu yang disandarkan
pada hukum baik-buruk atau berkaitan dengan kondisi geografis dan budaya yang berkembang
pada masa itu? Dan apakah ilmu pengetahuan dapat menjadi solusi yang universal untuk semua
umat manusia?

Anda mungkin juga menyukai