Anda di halaman 1dari 2

Joseph J.

Hobbs – Bedouin Place Names In The Eastern Desert of Egypt


Review oleh: Mukhtar Nabali Mufauwiq

Jurnal yang ditulis Hobbs ini secara garis besar menganalisis tentang suku Badui
Ma’aza yang terletak di gurun sebelah timur Mesir. Orang orang Suku Ma’aza memulai
penamaan akan daerah daerahnya sejak mereka berimigrasi dari barat laut Arab
sekitar 250 tahun yang lalu. Objek objek penamaan dalam Suku Ma’aza ini berupa
lembah, gunung, sumber air, pohon, dan jalan. Tempat tempat tersebut dinamai
berdasarkan individu atau kelompok, even bersejarah, hewan dengan perilakunya, dan
presepsi lingkungan. Penamaan ini membantu masyarakat dalam rangka menegaskan
akan kepemilikan tanahnya, secara sudut pandang kultural ini juga menjadi otobiografi
yang secara terus menerus diceritakan hanya dari mulut ke mulut.

Dari banyak tempat yang telah dinamai oleh Suku Ma’aza ini hanya beberapa
yang dipublikasikan dalam peta peta yang diketahui oleh publik secara luas. Hal ini
dikarenakan kurangnya akses dan kontak terhadap otoritas pemerintahan. Hal ini juga
disebabkan karena orang orang Suku Ma’aza tidak mempunyai kemampuan membaca
dan menulis, dan mereka tidak mempunyai tradisi memakai peta, seperti para nenek
moyang kita lakukan untuk para milenial seperti kita. Para Badui hanya mengandalkan
penyampaian akan tempat tempat tersebut secara turun menurun dengan oral. Dalam
jurnal ini Hobbs menjelaskan tentang toponymy (ilmu penamaan tempat) dari
masyarakat Suku Ma’aza, bagaimana suku yang nomaden ini membangun, menghuni
dan menggunakan tempat tempat di dalam masyarakatnya.

Tempat tempat dalam penamaan Suku Ma’aza ini merepresentasikan sesuatu


yang khusus bagaimana orang Badui memahami lingkungan mereka. Mereka bagaikan
kamus bergerak asli yang diturunkan dari generasi ke generasi. Penamaan itu juga
merupakan otobiografi orang orang yang tertulis dalam lanskap dan hanya berafiliasi
dengan memori manusia. Juga agar kita mengetahui bagaimana orang orang Badui ini
berasal, dan kemudian menamakan nama nama tempat tersebut secara unik dengan
cara mereka sendiri. Penamaan akan tempat tempat tersebut mempunyai peran
signifikan dalam bagaimana orang orang Badui menerima, meggunakan dan menjaga
sumber daya alam gurun pasir mereka.

Sistem penamaan tempat dalam budaya masyarakat Badui sudah tertata


sedemikian baiknya, dengan melihat faktor budaya, sejarah dan topografi daerah
tersebut, namun amat disayangkan penamaan penamaan ini belum diakui secara luas
oleh otoritas setempat, alih alih didaftarkan dalam peta termutakhir, di mana
masyarakat kita secara luas memakainya era global ini. Sedangkan problem lain yang
dihadapi, kebanyakan masyarakat Badui ini tidak mempunyai kecakapan menulis dan
budaya literasi sehingga menyulitkan adanya akses dan kontak. Bagaimana seharusnya
teknologi yang serba cepat dan mudah ini dapat mengakses ke seluruh lapisan
manusia dan memberdayakan budaya entitas masyarakat setempat?

Anda mungkin juga menyukai