Anda di halaman 1dari 1

Andrew P.

Vayda - The Study of the Causes of War, with Special Reference to Head-Hunting
Raids in Borneo
Review oleh: Mukhtar Nabali Mufauwiq

Andrew P. Vayda dalam bukunya ‘The Study of the Causes of War’ mengambil studi
kasus perburuan kepala manusia di tanah Borneo. Pendekatan study ethnohistory yang
dilakukan oleh Vayda menunjukkan adanya keterkaitan biologis atau adaptif dari perilaku
tersebut, di mana berkaitan erat dengan cara mereka untuk bertahan hidup ‘survival’ dan
beranak pinak ‘reproduction’ di antara masyarakat yang terlibat dalam perilaku tersebut.

Kelompok sosial yang diidentifikasi erat kaitannya dengan perburuan kepala manusia
adalah suku Iban dan Dayak Sarawak. Menurut Charles Hose yang dikutip di dalam buku Vayda
menyebutkan bahwa penyerangan kepada rumah atau desa biasanya dilakukan dengan
kekuatan yang sangat besar. Semua yang dilakukan hanya untuk berburu kepala. Menurut Hugh
Low pada tahun 1840-an, motif orang Iban berburu kepada adalah karena hal ini adalah
kebiasaan nenek moyang mereka. Menurut riset terbaru dari Raymond Kennedy menemukan
bahwa motif perburuan kepala ini terletak pada gagasan bahwa adanya kekuatan magis dalam
kepala manusia.

Sebuah daerah di Kalimantan, katakanlah mereka sedang menghadapi penyakit, gagal


panen dan permasalahan kesuburan perempuan, mereka akan mencari penjelasan akan
kemalangan mereka, sampai pada titik di mana mereka menemukan bahwa kekuatan magis
spiritual mereka telah melemah, sehingga mereka membutuhkan kekuatan supernatural baru
untuk memperkuat diri mereka, tanaman mereka, dan wanita mereka dan juga untuk melawan
roh jahat dengan lebih efektif.

Menurut mereka cara untuk memperoleh kembali atau men charge kekuatan mereka
yang sudah melemah adalah dengan menebas kepala manusia dari kelompok sosial lain, karena
mereka berpendapat bahwa letak organ spiritual terkonsentrasi pada kepala manusia. Dan
hanya dengan menguasai kepala manusia dari kelompok lain akan membuat kekuatannya pulih
kembali.

Menurut Aristoteles, ‘Manusia pada dasarnya adalah hewan yang berpolitik’, tujuan
daripada apa yang dilakukan oleh suku Iban adalah bermotif politik; untuk menunjukkan
kekuatan dan kekuasaan. Orang barat menilai bahwa apa yang dilakukan oleh orang suku Iban
ini menunjukkan keterbelakangan sosial, lalu pertanyaan saya, apa bedanya perilaku sosial suku
Iban ini jika dibandingkan dengan bangsa Barat yang menghalalkan segala cara dalam rangka
menguasai ekonomi, minyak, dan politik di negara negara yang lebih terbelakang? Apakah
dampak kerusakan yang dihasilkan melalui peperangan tersebut sepadan dengan keuntungan
sosial yang mereka dapatkan? Jika perilaku sosial yang seperti ini dianggap sadis dan jahat, lalu
bagaimana kita seharusnya menanggapi perilaku manusia yang menyembelih makhluk hidup
lain seperti hewan dan tumbuhan?

Anda mungkin juga menyukai