Review 5 - Mukhtar Nabali Mufauwiq

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 1

Andrew P. Vayda, Bradley B.

Walters – Against Political Ecology


Review oleh: Mukhtar Nabali Mufauwiq

Salah satu kritik Andrew P. Vayda dalam bukunya ini adalah beberapa ahli ekologi politik
tidak mempertimbangkan pengaruh politik dalam perubahan lingkungan, melainkan hanya
kesepakatan saja dengan para pemangku kebijakan, meskipun politik bagaimanapun erat
kaitannya dengan lingkungan. Mereka tetap mengklaim bahwa mereka bergerak atas nama
“ekologi politik” untuk mencari pemahaman tentang perubahan lingkungan atau proses
ekologi, meskipun apa yang sebenarnya mereka pelajari adalah kontrol politik atau kontestasi
politik dalam sumber daya alam.

Vayda mengambil contoh dari penanaman dan penebangan hutan bakau di Filipina.
Bakau adalah tanaman penting dalam ekologi manusia, di mana bakau adalah tempat di mana
habitat ikan dan satwa liar berada, bakau juga berkontribusi dalam melindungi garis pantai dari
erosi. Karena pemukiman manusia seringkali terkonsentrasi di pinggir pantai, maka bakau inilah
yang menjadi korban penebangan oleh manusia. Bakau digunakan untuk bahan properti untuk
menghalau badai dan dijadikan sebagai lahan tambak. Proses penebangan hutan bakau yang
merata ini menjadi kekhawatiran nasional dan dikategorikan sebagai konsen lingkungan utama
negara Filipina.

Perubahan terbaru pada kebijakan kehutanan dan sumber daya di pesisir Filipina telah
menekankan perlunya peran serta dari otoritas yang lebih tinggi dan dari lembaga negara
dalam memahami perubahan lingkungan, di provinsi Bataan dan Negros Filipina misalnya,
menjelaskan bagaimana para elit mencoba untuk memperkaya dirinya dan ironisnya ini
didukung oleh kebijakan pembangunan nasional yang berorientasi pada ekspor. Hal ini telah
menyebabkan kerusakan yang masif hutan bakau tempat dimana tambak pengembang biakan
udang.

Dari kasus yang terjadi di Filipina di atas, kerusakan ekologis yang dihasilkan di pesisir
hutan bakau, dinilai akan dapat dihindari jika adanya kerjasama yang baik antara para
pemangku kebijakan politik, masyarakat setempat, dan ahli ekologis. Tapi, dari beberapa
contoh kasus di atas terkadang ahli ekologi lebih berpihak kepada para elit politik, dan elit
politik yang mempunyai wawasan dan kepedulian yang rendah akan ekologi laut dengan
mudahnya membuat peraturan yang merugikan negara mereka sendiri, alam dan
lingkungannya. Masuknya para elit oligarki yang bersekutu dengan para elit politisi juga menjadi
tantangan ekologis. Di sini saya dapat melihat bahwa faktor yang mendorong para nelayan
melakukan hal tersebut adalah minimnya edukasi yang baik akan ekologi lingkungan, politisi
dan elit oligarki sibuk memikirkan kekuasaan dan uang. Lalu ketika ini semuanya tentang uang,
bagaimana seharusnya langkah para ahli ekologi ini dalam rangka mewujudkan kebijakan publik
yang berguna bagi lingkungan dan hutan bakau? Apakah perlu adanya keterwakilan ahli ekologi
ke dalam kontestasi politik?

Anda mungkin juga menyukai