Anda di halaman 1dari 2

Muhammad Rizqy Nawwari – KTT UGM – 22/500561/PSA/20178

Teori Kebudayaan

Joseph J Hobbs. 2014. “Bedouin Place Names in The Eastern Desert Of Egypt”. Nomadic
Peoples, vol. 18, no. 2, 2014, pp. 123–146..

Part I Livelihood + Chapter One: Culture, nature, environment

Didalam artikel ini pembahasan mengenai Toponomi Ma’aza Badui di utara gurun Timur
Mesir. Orang orang Ma’aza mulai memberi nama tempat yang mereka lalu ketika imigrasi dari
laut barat arabia. Objek tempat yang diutamakan adalah lembah, gunung sumber air, pohon, dan
jalna. Nama tempat itu membantu mereka untuk mengklaim atas tanah tersebut. Untuk kelompok
pengembala nomaden nama tempat itu membantu mereka dalam mengurangi resiko di lingkungan
yang tidak pasti, dan juga untuk melestarikan Sumber Daya yang mereka miliki.

Nama tempat yang mereka gunakan mewaklili pengetahuan lingkungan asli mereka. Nama
nama tersebut memeiliki cerita pengamatan orang berkaitan tentang asal usul tempat tersebut. Baik
adanya tumbuhan, artefak, hewan, material, persepsi, sensasi. Danjuga lingkungan fisik yang
mereka lalui, hal hal lain berkaian dengan kehidupan mereka, dengan tujuan agar orang orang
tersebut tidak tersesat.

Wadi Qattar attarfa yang merupakan cabang dari Wadi Qattar merupakan lembah yang
tinggi yang nama Al A’la dan Al Asfal dengan pengamatan lingkungan sekitar mereka secara
geofrafis. Penanaman pohon akasia menjadi komoditi yang mereka miliki untuk hewan ternak
mereka, bahkan untuk hewan liar yang ada, untuk dijadikan bahan baku bangunan, bahan bakar
dan lain sebagainya. Penduduk disekitarnya akan menjaga apa yang menjadi hasil dari lingkungan
tersebut. Pohon pohon tersebut diberi tanda, sebagai tanda penjagaan masyarakat terhadapnya.

Budaya Badui memiliki kenangan terhadap lingkungan lingkungan yang pernah


ditempatinya, berkaitan dengan waktu, dan juga fungsi dari tempat tersebut. Didalam ekologi
politis, mungkin adanya persimpangan antara tempat dan juga representasi diri, Ma’aza tidak
memiliki hak legal atas tanah yang diberi nama oleh mereka. Mereka hanya melakukan klaim
dengan pemberian nama sepihak atas mereka. Hal ini menurut saya wajar diatas tempat tempat
yang belum adanya kejelasan teritorial dari nagara yang ada. Apakah dengan penamaan daerah
tersebut bisa menjadi tanda pasti yang diakui oleh masyarakat lain yang juga melintasi atau bahkan
menempati tempat tersebut? Apakah nama tersebut tidak membuat konflik antara kelompok atau
suku lainnya yang juga ada di temoat tersebut?

Anda mungkin juga menyukai