Anda di halaman 1dari 5

ALAM DAN LINGKUNGAN MELAYU RIAU

1. Fungsi alam dalam budaya melayu

Orang melayu tradisional yang hakikatnya hidup sebagai nelayan dan petani amat
bersebati dengan alam lingkungannya. Alam bukan saja dijadikan alat mencari nafkah,
juga berkaitan dengan kebudayaan dan kepercayaan. Kehidupan mereka amat
bergantung dengan alam.

Dalam ungkapan dikatakan:

kalau tidak ada laut, hampalah perut 

bila tak ada hutan, binasalah badan

kalau binasa hutan yang lebat,

rusak lembaga hilanglah adat

Kebenaran ungkapan ini secara jelas dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Secara turun temurun mereka hiduo dari hasil laut dan hasil hutan atau mengolah tanah.
Mereka memanfaatkan hasil hutan untuk membuat alat dan kelengkapan upacara adat
dan tradisi, bangunan, alat dan kelengkapan rumah tangga, alat dan kelengkapan
nelayan, alat berburu, bertani, termasuk untuk ramuan obat tradisional.

2. Hubungan Manusia dan Alam Dalam Budaya Melayu di Riau

hubungan manusia Melayu itu dengan alam disebut interaktif dialogis atau  hubungan
dialog dengan alam. Orang melayu membaca lingkungan alamnya itu, membaca alam
sekitar kemudian mengekplorasinya , menjelajahinya, menelisiknya serta
mengakrabinya kemudian alam sekitar diposisikan sebagai subjek bukan objek.
“Sebagai sosok kawan berbagi, suatu budaya yang bersifat ekologikal determinisme.

kebudayaan Melayu mengkespresikan hubungan lingkungan itu dalam dua sikap.


Pertama ada yang dinamakan kepatuhan referensial, kebudayaan Melayu itu dalam satu
pola bergerak mengikuti gerak ekologis. Dalam hal itu, dicontohkannya, ada sejumlah
bentuk ekspresi budaya itu menampilkan penerimaan alam semesta sebagaimana
adanya, ditafsirkan dalam semangat kepatuhan yang dihidangkan dalam berbagai
upacara ritual seperti semah laut, tolak bala dan lain-lain. “Ritual-ritual seperti itu salah
satu contoh yang menunjukkan kepatuhan referensial manusia kepada gerak alam
sekitarnya.

Inilah kita sebut alam terkembang menjadi guru. Alam berfungsi sebagai guru. Berbagi
pengalaman atau dialog itu tadi. Kreasi-kreasi dan ekpresi budaya bersumber dari nilai-
nilai yang dibentuk melalui keakraban dengan alam itu. Misalnya, ada ekspresi budaya
yang memperlihatkan hubungan harmonis manusia dan komuntias Melayu itu dengan
lingkungannya. Jadi, antara manusia dengan alam itu berbagi berkah, Jadi, ekologi alam
sekitar dan ekspresi budaya serta nilai-nilainya jika dianalogikan ibarat hubungan
sarang dan burung, antara tanah dan tumbuh-tumbuhan, air dan ikan, adanya penyatuan

Keraifan Lokal Menjaga Hutan dan Lahan


Dinamika kebudayaan Melayu itu di mana lingkungan ruang hidup itu mempengaruhi
kebudayaan Melayu yang berarti, berkembang atau terhambatnya perkembangan
budaya Melayu itu bergantung kepada lngkungan baik lingkungan fisik, lingkungan
biologis, flora, fauna dan lingkungan sosial.
Makanya banyak sekali tunjuk ajar, petuah tetua dahulu terkait dengan larangan anak
cucu untuk merusak hutan, tahu mana hutan yang boleh ditebang, mana yang kawasan
larangan. Pedoman-pedoman tentang penggunaan hutan ditetapkan dengan teliti.
Tentang menebang pohon diuraikan apa yang boleh ditebang, seberapa banyak, dan apa
yang pantang ditebang.
Tebang tidak merusakkan
Tebang tidak membinasakan
Tebang tidak menghabiskan
Tebang menutup aib malu
Tebang membuat rumah tangga
Membuat balai dengan istana
Membuat madrasah dengan alatnya.
Tentang pantangan dalam menebang dikatakan:
Pantang menebang kayu tunggal
Pantang menebang kayu berbunga
Pantang menebang kayu berbuah
Pantang menebang kayu seminai
Pantang menebang induk gaharu
Pantang menebang induk kemenyan
Pantang menebang induk damar
Kalau menebang berhingga-hingga
Tengoklah kayu di rimba
Ada yang besar ada yang kecil
Ada yang lurus ada yang bengkok
Ada yang berpilin memanjat kawan
Ada yang dihimpit oleh kayu lain
Ada yang licin ada yang berbongkol
Ada yang tegak ada yang condong

Ada yang hidup ada yang mati


Ada yang berduri ada yang tidak
Ada yang bergetah ada yang tidak
Ada yang berbuah ada yang tidak
Beragam-ragam kayu di rimba
Beragam pula hidup manusia

3. Bentuk-Bentuk Kearifan Lokal Melayu Riau Dalam Pemanfaatan alam

Budaya Melayu dengan sangat tegas dan jelas menata ruang. Tata ruang dalam
budaya Melayu itu jelas. Pembagian ruang menurut orang melayu :
1. Tanah kampung, yaitu berarti tempat rumah tegak berjajar, tempat masyarakat
dan membuat perkampungan dan negerinya. Ungkapan adat mengatakan :
Yang disebut tanah kampung Di situ anak dipinak
Tempat koto didirikan Disitu helat dengan jamu
Tempat rumah ditegakkan Yang disebut tanah kampung
Rumah besar berumah kecil Tempat berkampung orang ramai
Rumah berpagar puding puding Tempat berkumpul sanak
saudara
Rumah elok berhalaman luas Tempat berhimpun dagang lalu
Di sana rumah dicacak Tempat berundi bermufakat
Di sana darah tertumpah Tempat beradat berpusaka
Di sana adat ditegakkan Tempat gelanggang
didirikan
Di sana lembaga didirikan Yang disebut tanah kampung
Di situ ico pakaian dikekalkan Berkeliling tanah dusunnya
Di situ pendam pekuburan Berkeliling tanah ladangnya
Di situ rumah diatur Berkeliling rimba larangannya
Di situ pusaka turun Tanah bertentu pemakaiannya
Di situ tuan naik Tanah bertentu letak gunanya
Di situ harta bersalinan
Kampung yang dibuat bukanlah kampung sembarangan. Tetapi ditentukan pula oleh
adat penataannya. Sebagaimana dalam ungkapan adatnya :

Apa tanda kampung halaman Rumah induk ada penanggahnya


Kampung ada susun aturnya Disusun letak dengan tempatnya
Rumah tegak menurut adat Ditentukan jalan orang lalu
Rumah bertiang bersusun anak Ditentukan tepian tempat mandinya
Rumah berselasar berumah induk Ditentukan adat dan pusakanya
2. Tanah dusun, yaitu tanah yang diperuntukkan bagi kebun tanaman keras, yang
nantinya dicadangkan pula untuk perluasan atau penambahan area perkampungan.
Ungkapan adat mengatakan :
Kampung ada dusunnya Mempelam bersabung buah
Dusun tua dan dusun muda Buah pauh bertindih tangkai
Tempat tumbuh tanaman keras Buah rambai masak berayun
Apalah tanda tanah dusun Buah durian masak bergantung
Jalin berjalin batang pinang Buah cempedak berlumut batang
Menghitam masaknya manggis Buah macang mematah dahan
Memutih bunga buah keras

3. Tanah Peladangan, yaitu tanah yang disediakan sebagai tempat berladang.


Menurut adat dalam kawasan itulah mereka berladang berpindah-pindah tetapi sangat
dilarang berpindah keluar dari areal yang disediakan. Dalam ungkapan adat dikatakan ‘
walau ladang berpindah-pindah, pindahnya ke situ juga”, maksudnya , setiap tahun
masyarakat melakukan ladang berpindah tetapi dalam sirkulasi 5-10 tahun mereka
kembali lagi ke belukar lama (tempat berladang sebelumnya).
Ungkapan adat mengatakan :

Apalah tanda tanah peladangan Beralih tidak melanggaradat

Rimbanya sudah disukat Beralih tidak merusak lembaga


Belukarnya sudah dijangka Tidak beralih membuka rimba
Rimba tumbuh dari belukar Tidak beralih ke tanah dusun
Belukar kecil belukar tua Walau beralih ke sana juga
Bukan rimba kepungan sialang Beralih menyusuk belukar
tua
Bukan pula rimpa simpanan Beralih menyesap belukar muda
apa tanda tanah peladangan Apalah tanda tanah peladangan
Tempat berladang orang banyak Tempat berladang berbanjar-banjar
Berladang menurut adatnya Bukan berladang pencil memencil
Setahun sedikitnya Bukan berladang bersuka hati
Tiga tahun naik panjatnya Bukan pula menurutkan selera
Cukup musim awak beralih Berladang menurut undang adatnya
Beralih ke belukar tua Yang disebut adat berladang
Karena berladang merupakan mata pencaharian pokok masyarakat melayu
petalangan mereka mengatur tata cara berladang dengan sebaik dan secermat mungkin
yang disebut adat berladang.
4. Rimba larangan, Menurut adat yang disebut rimba larangan ialah rimba yang
tidak boleh dirusak, wajib dipelihara dengan sebaik mungkin pelestariannya. Rimba
larangan ini terdiri dari dua jenis , yakni rimba kepungan sialang dan rimba simpanan.
Rimba kepungan sialang ialah rimba tempat pohon sialang tumbuh ( yakni pohon rimba
tempat lebah bersarang), ungkapan adat mengatakan :
Apa tanda kepungan sialang
Tempat sialang rampak dahan
Tempat lebah meletakkan sarang
Rimba dijaga dan dipelihara
Rimba tak boleh ditebas tebang
Bila ditebas dimakan adat
Bila ditebang dimakan undang
sedangkan rimba lebat/rimba simpanan tempat berbagai jenis pepohonan dan binatang
hutan hidup. Ungkapan adat mengatakan :
apa tanda rimba larangan
rimba dikungkung dengan adat
rimba dipelihara dengan lembaga
tempat tumbuh kayu kayan
tempat hidup binatang hutan
tempat duduk saudara akuan
tempat beramu dan berburu
tempat buah bermusim musim
rima tak boleh rusak binasa
Ke semua yang tersebut di atas, merupakan tanah mineral, sedangkan tanah gambut,
bagi orang Melayu, bukan untuk usaha-usaha tanaman produktif, tetapi mereka
mengambil produk-produk dari hutan itu yang non kayu seperti rotan dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai