Orang melayu tradisional yang hakikatnya hidup sebagai nelayan dan petani amat
bersebati dengan alam lingkungannya. Alam bukan saja dijadikan alat mencari nafkah,
juga berkaitan dengan kebudayaan dan kepercayaan. Kehidupan mereka amat
bergantung dengan alam.
Kebenaran ungkapan ini secara jelas dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Secara turun temurun mereka hiduo dari hasil laut dan hasil hutan atau mengolah tanah.
Mereka memanfaatkan hasil hutan untuk membuat alat dan kelengkapan upacara adat
dan tradisi, bangunan, alat dan kelengkapan rumah tangga, alat dan kelengkapan
nelayan, alat berburu, bertani, termasuk untuk ramuan obat tradisional.
hubungan manusia Melayu itu dengan alam disebut interaktif dialogis atau hubungan
dialog dengan alam. Orang melayu membaca lingkungan alamnya itu, membaca alam
sekitar kemudian mengekplorasinya , menjelajahinya, menelisiknya serta
mengakrabinya kemudian alam sekitar diposisikan sebagai subjek bukan objek.
“Sebagai sosok kawan berbagi, suatu budaya yang bersifat ekologikal determinisme.
Inilah kita sebut alam terkembang menjadi guru. Alam berfungsi sebagai guru. Berbagi
pengalaman atau dialog itu tadi. Kreasi-kreasi dan ekpresi budaya bersumber dari nilai-
nilai yang dibentuk melalui keakraban dengan alam itu. Misalnya, ada ekspresi budaya
yang memperlihatkan hubungan harmonis manusia dan komuntias Melayu itu dengan
lingkungannya. Jadi, antara manusia dengan alam itu berbagi berkah, Jadi, ekologi alam
sekitar dan ekspresi budaya serta nilai-nilainya jika dianalogikan ibarat hubungan
sarang dan burung, antara tanah dan tumbuh-tumbuhan, air dan ikan, adanya penyatuan
Budaya Melayu dengan sangat tegas dan jelas menata ruang. Tata ruang dalam
budaya Melayu itu jelas. Pembagian ruang menurut orang melayu :
1. Tanah kampung, yaitu berarti tempat rumah tegak berjajar, tempat masyarakat
dan membuat perkampungan dan negerinya. Ungkapan adat mengatakan :
Yang disebut tanah kampung Di situ anak dipinak
Tempat koto didirikan Disitu helat dengan jamu
Tempat rumah ditegakkan Yang disebut tanah kampung
Rumah besar berumah kecil Tempat berkampung orang ramai
Rumah berpagar puding puding Tempat berkumpul sanak
saudara
Rumah elok berhalaman luas Tempat berhimpun dagang lalu
Di sana rumah dicacak Tempat berundi bermufakat
Di sana darah tertumpah Tempat beradat berpusaka
Di sana adat ditegakkan Tempat gelanggang
didirikan
Di sana lembaga didirikan Yang disebut tanah kampung
Di situ ico pakaian dikekalkan Berkeliling tanah dusunnya
Di situ pendam pekuburan Berkeliling tanah ladangnya
Di situ rumah diatur Berkeliling rimba larangannya
Di situ pusaka turun Tanah bertentu pemakaiannya
Di situ tuan naik Tanah bertentu letak gunanya
Di situ harta bersalinan
Kampung yang dibuat bukanlah kampung sembarangan. Tetapi ditentukan pula oleh
adat penataannya. Sebagaimana dalam ungkapan adatnya :