Dalam masa pandemi Covid-19 ini, anak-anak pada umumnya tetap tinggal di dalam rumah.
Mereka bermain di dalam rumah, bersekolah secara daring dari rumah, beraktivitas harian di
dalam rumah, dan lebih banyak berinteraksi dengan orangtuanya yang juga kebanyakan
bekerja dari rumah.
Sebagai orangtua terkadang kita merasa kewalahan dalam menghadapi sikap dan perilaku
anak, yang kita rasakan tidak semestinya. Kita merasa kebingungan dan tidak tahu
bagaimana cara mendidik anak-anak secara baik. Terlebih lagi bila kita ditegur orang
serumah, misalnya kakek dan nenek dari anak-anak bahwa kita tidak pandai menjadi
orangtua yang baik.
Hal ini juga sudah saya alami. Saya berusaha mencari solusinya dengan mempelajari buku-
buku dari perpustakaan daerah yang berkaitan dengan mendidik anak-anak. Selanjutnya
coba saya terapkan kepada anak saya dan ternyata banyak perubahan perilakunya yang
sebelumnya kurang baik menjadi lebih terarah dan kondusif.
Oleh sebab itu, melalui media preprint ini saya juga ingin membagikan pengetahuan tentang
mendidik anak-anak yang sebelumnya telah saya peroleh dari perpustakaan daerah.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para orangtua dan anak-anak kita semua.
1
(Hari Anak Sedunia 20 November)
Ketika kita mengubah cara berpikir, berkata, dan berperilaku, anak akan melakukan hal
yang sama. Di tengah situasi yang memanas, kita memerlukan cara untuk menenangkan
anak sehingga kita dapat berhenti berteriak dan mulai bekerja sama. Dengan mencontohkan
perilaku yang ingin kita lihat pada anak, mereka akan mulai berkembang di lingkungan yang
lebih tenang dan penuh dengan kasih sayang. Buku ini berlaku bagi semua anak dan
membantu mereka berperilaku baik selamanya, tidak hanya sementara.
Percakapan dan aktivitas dari hati ke hati merupakan cara yang baik untuk membangun
hubungan positif dalam keluarga anda melalui permainan dan komunikasi.
Jadilah orangtua yang lebih menyayangi, baik, tenang, dan dewasa !
Bangunlah keterampilan emosional, sosial, dan kognitif yang lebih baik tanpa menghukum !
Terapkan strategi untuk meredam ketegangan, kemarahan, dan kegelisahan sehingga anak-
anak menjadi lebih terampil dalam berkomunikasi, berpikir, dan berperilaku.
Buku ini tidak menekankan pada kepatuhan instan dan lebih mementingkan pembentukan
hubungan yang menumbuhkan kestabilan emosional.
Hal terpenting membina anak-anak dengan emosi tinggi (sebagaimana kita) adalah
kesempatan untuk senantiasa berlatih dengan cara yang penuh kasih sayang. Banyaknya
pilihan hal yang dapat dikatakan, dipikirkan, dan dilakukan memungkinkan anda untuk
mengatasi situasi pelik berulang-ulang dengan keterampilan baru tanpa hukuman.
Pendekatan ini menempatkan anda pada posisi anak. Menurutnya, anda berdua berada
pada sisi yang sama, tidak ada persaingan mengenai siapa yang benar atau salah.
Kedamaian tumbuh pada diri anak-anak ketika tercipta keseimbangan antara apa yang
mereka perlukan dan apa yang kita berikan sebagai orangtua. Kita dapat menemukan solusi
untuk masalah ini bersama-sama, setiap hari ! Rancang untuk membesarkan anak-anak
yang baik dari dalam, bukan sekadar anak-anak yang tampak baik dari luar !
Kita perlu menuangkan lebih banyak kasih sayang, pengertian, kesabaran, dan
pembentukan keterampilan ke dalam dirinya. Anak-anak kita pun memerlukan sedikit hadiah
kejutan. Kata-kata kasar dan tatapan merendahkan tidaklah bermanfaat !!
Seorang tukang kebun tidak berhenti menyiram tanaman jika tanaman tersebut belum
berbunga dalam waktu satu atau dua minggu. Dia tahu bahwa untuk melihat kuncup yang
cantik suatu hari nanti, dia harus menyirami dan merawatnya terus-menerus.
Menyiapkan rutinitas yang dapat membantu anak-anak untuk menyelesaikan tugas-tugas
pagi mereka secara mandiri akan mengurangi kekacauan dan teriakan, serta membawa
kedamaian ke rumah anda. Kita juga perlu berupaya berkomunikasi secara tatap muka
dengan anak-anak pada pagi hari. Kita tidak bisa mengasuh mereka dari dapur atau sofa.
Luangkan waktu untuk membimbing anak-anak dan berikan mereka instruksi langsung dari
dekat. Tangani persoalan ini secara pribadi, dengan rasa cinta dan ketegasan. Berteriak
“Pakai baju !” dari ruangan lain akan memupuskan harapan akan hadirnya suasana pagi
yang tenang bahagia. Siapkan segala sesuatu pada malam sebelumnya !
Membangun sistem dan rutinitas dalam keluarga untuk menyelesaikan tugas-tugas rumah
tangga akan sangat membantu. Mulailah dengan duduk bersama anak-anak dan meminta
mereka menulis (atau menggambar) rutinitas pagi, siang, dan malam hari mereka di papan
atau kertas untuk ditempel di kamar tidur. Tulisan atau gambar ini akan menjadi pengingat
bagi anak-anak anda akan kegiatan yang perlu mereka lakukan.
Jadilah teman bicara, bukan pemberi perintah ! Pada gilirannya, anak-anak akan
belajar bahwa percakapan anda dengan mereka tidak bertujuan menyalahkan siapa pun.
Bekerja sama dengan anak-anak dalam menjalankan rutinitas dan tugas-tugas pagi mereka
mendorong mereka untuk bertanggung-jawab. Luangkan waktu untuk duduk bersama anak-
anak dan membicarakan tentang seperti apa hari yang mereka anggap menyenangkan.
2
Profil Pelajar Pancasila : Mandiri dan bernalar kritis !
Bangunlah sebelum anak-anak, lalu buatlah diri anda siap terlebih dahulu. Mandi,
merapikan rambut, dan berpakaian memerlukan waktu. Anda harus membiasakan hal itu
sebelum anak-anak terbangun. Rutinitas pagi anda merupakan contoh bagi anak-anak.
Orangtua harus meluangkan waktu untuk melatih anak-anak agar mereka dapat
menyelesaikan tugas tertentu secara mandiri.
Orang perlu melihat atau membayangkan keadaan ketika suatu tugas telah terselesaikan
sebelum mereka memulainya. Membayangkan keadaan ketika masalah terpecahkan akan
berguna bagi anak-anak dan remaja. Buatlah kegiatan visual untuk membantu
menenangkan otak anak anda karena kemarahan dan kecemasan dapat mengganggu
kemampuan berpikir.
Katakan :
- Ayo kita bersihkan kamarmu sedikit demi sedikit.
- Kerjakan satu demi satu supaya lebih mudah.
Pikirkan :
- Saya mungkin harus membantunya sedikit sampai dia merasa mampu mengerjakannya
sendiri.
- Terkadang, sesuatu yang mudah bagi saya ternyata sulit bagi orang lain.
- Membantu anak saya membayangkan keadaan tercapainya sebuah keberhasilan dapat
membantu kemajuannya.
Lakukan :
- Belajar menangani tugas-tugas besar, merupakan keterampilan hidup yang penting.
- Ingatlah bahwa mengelak, marah, atau frustasi adalah tanda-tanda bahwa anak anda
merasa bingung atau tidak mampu.
- Bersiaplah membantu anak anda melakukan tugas tertentu dan tugas-tugas lain sewaktu-
waktu.
- Ajari anak anda untuk membuat “rencana” sebelum mengerjakan sesuatu.
- Bantu dia memikirkan langkah-langkah untuk menyelesaikan tugasnya.
3
Hayati dan amalkan Pancasila ; jangan berbuat dursila !
Mengetahui MOMENTUM yang sedang anda hadapi akan berdampak pada pikiran,
perkataan, dan tindakan anda. Kebanyakan dari kita baru berbuat sesuatu pada
MOMENTUM 3, yaitu setelah kejadian. Saat ini hormon kortisol dan adrenalin anak anda
sudah melonjak sehingga tugas utama anda adalah membantunya menenangkan diri.
Percakapan dan pembentukan keterampilan terjadi ketika anak anda cukup tenang untuk
memperhatikan tanpa merasa marah atau membela diri !
Hukuman bukanlah jawaban. Ketika emosi anak anda melonjak, tindakan terbaik yang
mungkin dapat anda lakukan untuk membantunya adalah berbicara dengan otak
emosionalnya. Dia mungkin merasa jengkel sehingga pemikiran rasional mungkin tidak
membantu. Jadi, pikirkan cara untuk menenangkan otak limbik pada MOMENTUM 2 dan 3.
Pada contoh ini, eksplorasi secara lembut dengan empati, memberi perhatian pada anak
yang digigit, dan menunjukkan sikap tenang merupakan langkah awal yang perlu dilakukan.
Orangtua: “Oh, Robert menangis.”
“Kenapa dia menangis?”
“Dia tampak kesakitan.”
“Sebaiknya, kita perban dan kompres dengan es.”
“Joni, tolong ambilkan kompres es, sementara Ibu rangkul Robert untuk menenangkannya.”
Setelah kekacauan mereda, Anda dapat membahas kejadian tersebut untuk membangun
keterampilan.
“Joni, kamu marah ketika Robert ikut bermain, ya?”
“Kamu takut dia mengambil truk mainanmu.”
“Tidak apa-apa kalau takut, tapi tidak boleh menggigit.”
“Digigit itu sakit.”
“Coba kita bermain peran untuk belajar melakukan sesuatu tanpa menggigit.”
Percakapan berikut berlangsung beberapa menit setelah anak berhenti menangis dan
kedua anak mau bermain bersama lagi. (MOMENTUM 3)
Orangtua : “Joni, kamu kelihatan benar-benar marah.”
Joni : “Aku mau mainan !”
Orangtua : “Ya.... Kamu mau mainanmu. Robert mengambilnya, kemudian kamu marah.
Joni : “Aku tidak suka itu !”
Orangtua : “Kalau kamu tidak suka, katakan, ‘Aku tidak suka itu. Tolong kembalikan !’ Kamu
bisa minta tolong Bapak atau Ibu kalau perlu bantuan. Bapak atau Ibu akan selalu
membantumu. Teman bukan untuk digigit. Kamu boleh menggigit roti dan apel. Ayo, kita
coba.”
Waktu mendidik yaitu ketika anak tenang dan bisa menerima ide serta perilaku baru yang
anda ajarkan kepadanya. Memberikan anak anda kesempatan untuk berlatih merupakan
cara terbaik untuk menangani kemarahannya.
Lakukanlah ini : metode “Tenang” untuk berempati, menawarkan ide, kata-kata, atau
tindakan baru, serta melatihkan perilaku baru. Berempati sebelum emosinya memuncak,
bukan menunggu sampai hormonnya meluap.
Anda berempati pada anak untuk membuatnya mengerti bahwa anda bersedia untuk turut
merasakan masalahnya dan memikirkan jalan keluarnya. Seolah-olah ia mendengar
“Bapak/Ibu ada di sisimu”, “Bapak/Ibu berada dipihakmu.” Perasaanmu penting bagi
Bapak/Ibu”.
Anda menawarkan kata-kata, ide, atau tindakan baru. Anda berlatih kata-kata, ide, atau
tindakan baru dengan anak anda.
LANGKAH 1 : BEREMPATI
(isilah titik-titik dengan kata-kata yang sesuai dengan situasi dan kondisi).
Bapak/Ibu mengerti bahwa........................
Bapak/Ibu paham kalau.........................
Kamu mungkin merasa...........................
Memang sulit untuk...........................
LANGKAH 2 : TAWARKAN KATA-KATA ATAU TINDAKAN BARU
Bapak/Ibu ingin membantumu..........................
Bapak/Ibu tahu ini sulit, mungkin kita bisa.......................
Mungkin ada cara lain untuk mengatakannya, ayo kita cari kata-kata yang lain....................
Kamu bisa mencari cara lain untuk melakukannya, ayo kita pikirkan..........................
Kita bisa melakukannya seperti ini, bukan........................
LANGKAH 3 : BERLATIH
Ayo, kita coba ini.....................
Bagaimana kedengarannya kalau........................
Bagaimana kelihatannya kalau........................
4
Jadikan Kota Kita Kota Ramah Anak
Membantu anak-anak mengenali perasaan merupakan salah satu fondasi pengendalian diri.
Ketika anak-anak dapat menyatakan, “Aku marah !” atau “Aku sangat sedih”, mereka
mengambil kepemilikan atas perasaan mereka.
Membantu anak-anak menumbuhkan cara yang sehat dan realistis untuk menangani
perasaan marah dan kesal adalah keterampilan yang akan berkontribusi terhadap
keberhasilan anak anda secara keseluruhan.
Beberapa ide yang dapat dicoba :
Katakan : “Bicaralah pada seseorang yang kamu percayai”, “Lupakan kemarahanmu”, atau
“Gambarlah sebab kamu marah”.
Mengekspresikan perasaan dapat menjadi cara kuat untuk meredakan emosi mereka.
“Ceritakan kesedihanmu, maka kesedihan itu akan berkurang.”
Orangtua dapat merasa kecewa ketika anak-anak memukul saudaranya, atau yang lebih
buruk lagi, bila ditelepon dari sekolah karena dia memukul temannya. Sebagai orangtua kita
merasa malu, kewalahan, dan terkadang marah pada diri sendiri. Solusi yang paling baik
adalah merencanakan, berlatih, dan bermain peran ketika anak anda tenang. Lengkapi
mereka dengan cara yang lebih efektif ketika keadaan menjadi sulit. Bagi seorang anak,
penolakan atas keinginan mereka terasa sangat menjengkelkan. Jika mereka tidak memiliki
keterampilan kognitif dan emosional untuk tetap tenang dan berpikir dengan jernih, mereka
akan bertingkah. Untuk memperoleh perilaku yang dapat diterima secara sosial,
memberikan tuntunan untuk melalui interaksi sosial yang pelik ini merupakan cara yang jauh
lebih cepat daripada menghukum dan mempermalukan.
5
Anak-anak Berseri Kita pun Berseri
Ketidaksopanan timbul dari perasaan kehilangan, kesendirian, dan tidak disukai. Dalam
keluarga, jadikan sikap menghormati sebagai nilai utama yang diberitahukan dan
dicontohkan oleh orangtua dan anak-anak. Komunikasi nonverbal (tindakan tanpa kata-
kata) lebih kuat daripada kata-kata, jadi waspadai bahasa nonverbal anda sendiri !
Anak-anak mungkin bertindak tidak sopan karena merasa sedih, tidak bahagia, tidak
berdaya, ditinggalkan, kesepian, disalahpahami, jengkel, frustasi, atau marah.
Tindakan tidak sopan mungkin lebih merupakan cerminan dari anak yang belum memiliki
kosakata atau wawasan emosional untuk mengatakan, “Aku putus asa dan kesal. Ini benar-
benar sulit bagiku sekarang. Aku tidak tahu harus berbuat apa.”
Namun, yang Anda tangkap/ dengar, “Terserah ! Aku tidak mau tahu,” atau bahkan, “Aku
benci Ibu !”
Ketika anak-anak berperilaku tidak sopan, hal itu boleh jadi usaha terakhirnya untuk
mendapatkan keinginan mereka. Ketika orang, termasuk anak-anak, merasa tidak berdaya,
mereka mungkin akan melakukan sejumlah perilaku negatif.
Secara subjektif, kita cenderung mencitrakan anak-anak tersebut pembangkang dan menilai
mereka dari luar, daripada mencari tahu dengan menggali lebih dalam.
Jika anda memberikan hukuman kepada anak berulang-ulang karena sikapnya yang tidak
sopan, jelaslah bahwa hukuman itu tidak efektif untuk mengubah perilaku.
Bersikaplah lebih peka terhadap anak anda, mengakui perasaan yang tersakiti di balik
ledakan kemarahan, serta membiarkan sistem limbik (sistem pengaturan emosi di otak) anak
untuk menstabilkan diri, dan mengelola kemarahan yang tersimpan di balik kata-kata. Ini
semua akan memberikan rute tercepat agar seorang anak dapat belajar cara memproses
dan mencerna perasaan-perasaan yang BESAR. Kitalah yang harus berubah terlebih
dahulu. Kita harus melupakan cara-cara lama, dan itu tidak mudah.
“Bapak/Ibu dengar nada suaramu kasar, coba lagi.” Jika anda konsisten dan keluarga
anda mencontohkan bahasa yang sopan, anak anda pasti akan mematuhinya. Ini
perlu waktu dan tenaga. Tetaplah berusaha !
Anda perlu memberikan dukungan terus-menerus kepada anak untuk membantunya
menyesuaikan diri dengan nilai-nilai keluarga yang anda ajarkan. Kita tidak hanya meminta
anak-anak kita untuk berubah, tetapi kita juga harus berubah bersama mereka. Bersikap
lembutlah kepada anak anda dan diri anda sendiri. Jika anak tidak berubah, terus perhatikan
perilaku anda sendiri. Anda mungkin tidak menyadari bahwa anda masih berkomunikasi
secara kasar, tidak baik, tidak sopan, merendahkan, atau sarkastis (maaf : “kurang ajar”)
Kita tidak dapat mengharapkan anak-anak menggunakan bahasa tubuh nonverbal (tindakan)
yang baik dan nada ucapan yang penuh kasih jika mereka tidak melihat rasa hormat
dicontohkan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
6
Anak-anak Cinta Kota Kita
Anak-anak belajar untuk mengelola emosi mereka dengan melihat dan mendengarkan kita.
Sedikit cibiran yang tampak sepele dapat berkembang menjadi gunung kemarahan atau
rasa sakit hati.
Ekspresi emosional anak-anak kita sering terkait dengan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Tugas kita adalah membantu. Kalau dimasukkan ke hati, kita menjadi terjebak dan tidak
berguna, baik untuk anak-anak atau diri kita sendiri.
Jangan masukkan perilaku anak anda ke hati !! Dia tidak melakukan sesuatu pada anda; dia
berkomunikasi dengan anda.
Anak berkembang ketika mereka tahu bahwa kedua orangtuanya dapat memberitahu
mereka cara menangani hal-hal sulit dalam kehidupan.
Tanyakan: “Apa yang kamu lihat, dengar, atau lakukan sehingga membuatmu marah?” “Apa
yang dilakukan orang lain hingga kamu putus asa, marah, dan sedih?”
7
Anak-anak Tangguh Masa Depan Bangsa
Ada anak-anak tertentu yang selalu aktif bergerak tak bisa diam.
Anak-anak yang terlalu banyak bergerak mendapat rangsangan berlebihan pada
pancaindra mereka, mengalami masalah pendengaran atau penglihatan, dan
masalah lain yang berhubungan dengan hal itu.
Gerakan-gerakan kecil anak anda benar-benar melepaskan neurotransmiter seperti
dopamin yang membantu otak tetap aktif. Dopamin sering disebut sebagai zat rasa
nyaman, tetapi lebih baik memikirkannya sebagai zat siap untuk belajar. Untuk
beberapa anak, bergerak merangsang pusat pikiran di otak. Bagi beberapa anak,
gerakan adalah ekspresi perasaan. Ketika merasa khawatir, gugup, frustasi, marah
atau sakit hati, anak-anak bergerak untuk mengekspresikan diri.
Strategi yang bisa digunakan untuk menenangkan, misalnya yoga, meditasi, olah
napas, atau musik yang menenangkan. Di waktu lain, bangun dan bergerak penuh
semangat mungkin diperlukan. Banyak bergerak adalah hal yang biasa bagi anak
kecil. Keterampilan untuk duduk tenang merupakan hasil latihan dan kedewasaan.
Bagi kebanyakan anak, bergerak benar-benar membantu mereka berpikir lebih baik.
Musik dan irama dapat digunakan untuk menenangkan dan penting bagi
perkembangan otak. Musik juga dapat menggantikan obat-obatan dalam beberapa
kasus. Musik membantu pikiran tenang, berkonsentrasi lebih baik, dan siap untuk
belajar.
Kapan pun orangtua berusaha untuk mengatasi masalah perilaku, perkembangan,
sosial, atau belajar, hal terbaik dilakukan pertama kali adalah: mundur, melihat,
mendengarkan, mengamati, dan mempelajari. Tenang dan bernapaslah sepanjang
waktu, maka anda akan melihat lebih jelas. Tanya pada diri sendiri :
apa yang saya pahami ?
apa yang tidak saya pahami ?
apa yang anak saya coba sampaikan kepada saya ?
bagaimana saya bertindak ?
Jelaskan hasilnya ! Apa yang anda lakukan, apa yang dilakukan anak ? Bagaimana
anda bertindak ? Bagaimana situasi terakhir ? Apa solusinya ?
Jika anak anda bertingkah lagi suatu saat, jadilah seorang detektif perilaku. Duduk,
amati, dan catat. Pertimbangkan apa yang anda katakan dan lakukan.
Pertimbangkan apa yang anak anda katakan dan lakukan. Pertimbangkan apa yang
orang lain katakan dan lakukan. Menjadi lebih cermat saja sudah dapat mengubah
perilaku anda dan anak anda. Melihat, mendengar, dan belajar dapat mengubah
perilaku. Ketika anda memahami siapa, apa, kapan, di mana, dan bagaimana yang
berkenaan dengan perilaku anak, anda dapat membuat pilihan yang lebih tepat
tentang cara mengambil tindakan.
8
Anak-anak Kreatif Kota Kita Bahagia
Akan membantu jika anda mengetahui bahwa kemandirian anak tumbuh ketika dia
dapat ditenangkan oleh orang dewasa lain yang menyayanginya. Saat dia mulai
mengandalkan orang dewasa lain untuk membantunya tenang, dunianya
berkembang. Ini penting untuk pertumbuhannya.
10
Mari Bersama Ciptakan Anak Bangsa yang Kuat & Beriman
Orang dewasa sering merasa tak berdaya dan putus asa ketika dihadapkan pada
seorang anak yang traumanya “bangkit” dan telah mencapai keadaan yang tidak
terbendung lagi. Pada saat-saat seperti itu, penting untuk mengingatkan diri kita
bahwa sistem anak sedang lepas kendali. Anak itu mungkin merasa diteror. Pada
saat-saat seperti itulah kita bertindak sebagai pengendali eksternal, membantu
mereka memadukan pikiran, perasaan, dan sensasi tubuh.
11
Bangsa Kuat Anak-anak Sejahtera
Dalam hal TRAUMA, atau masalah apa pun, semakin banyak alat bantu yang kita
miliki untuk dipilih dalam mengatasi situasi, tentu semakin baik. Menggabungkan
teknik untuk membantu anak-anak yang sistemnya bekerja terlalu aktif, bereaksi
berlebihan, dan sulit diatur, akan memberikan hasil yang lebih berpengaruh. Kita
dapat memperkenalkan “Balon Pernapasan” atau “intervensi Seni”.
Stres, kecemasan, masalah kemarahan dan kekhawatiran lainnya akan
mengganggu kemampuan kita untuk mengendalikan diri. Untuk mengembalikan
kerja korteks prafrontal, kita perlu menenangkan sistem limbik (otak emosional).
Pernapasan Balon.
Salah satu cara paling sederhana : dengan bernapas. Ketika stres, kita sering
bernapas sangat dangkal, mengisi dada kita dengan udara. Pernapasan dalam
ialah mengisi perut dengan napas. Untuk anak-anak, kita dapat memberitahu
mereka untuk berpura-pura memiliki balon di perut mereka yang terisi dengan udara
ketika mereka menghirup napas dan mengempis ketika mereka mengeluarkan
napas. Contohkan dan berlatihlah dengan mereka untuk menarik napas dalam-
dalam dan mengembuskannya. Mintalah anak-anak memegang perut mereka untuk
merasakannya mengembang ketika pertama kali belajar melakukannya. Ulangi
beberapa kali. Begitulah, mudah dan sederhana. Ajarkan keterampilan ini kepada
anak ketika mereka santai dan tidak tergesa-gesa. Berupaya mengajarkan
keterampilan ini kepada anak yang sudah meledak-ledak sangat sulit.
Ini bukan teknik yang hanya dilakukan sekali dan selesai. Kita perlu mengingatkan
anak-anak dan berlatih melakukannya beberapa kali.
Intervensi Seni
Trauma berada di bagian nonverbal dari otak. Seni berasal dari bagian nonverbal
otak, menggunakan gambar dan lambang. Ketika seorang anak mulai terombang-
ambing, cara yang bermanfaat untuk membantu menariknya kembali adalah
membiarkannya melepaskan perasaan itu. Anak dapat diajak menggambarkan
perasaannya, sebesar apa ketakutan, ke marahan, atau kekesalannya, kemudian
menggunakan kemampuannya untuk mengendalikan perasaan itu dengan
memutuskan apakah dia ingin orangtua atau gurunya memegang perasaan itu,
apakah dia ingin merobek-robek lalu membuangnya, ataukah dia ingin menginjaknya
sampai perasaan itu reda. Cara ini mungkin hanya akan menghabiskan 5 menit,
tetapi berhasil menggaet otak nonverbal anak, memberikan aktivitas limbik yang
berulang-ulang dan menenangkan (melukis, mewarnai, atau menggambar), serta
pelampiasan fisik (merobek, menginjak, melempar).
Anak memiliki hak untuk mengatakan, “TIDAK”, dan kita perlu menghormati hal itu.
Kita perlu bertindak dengan sudut pandang bahwa anak tahu apa yang dia perlukan,
apa yang dapat dia terima, dan apa yang malah akan membuatnya semakin aktif.
Kita harus menghormati dan memandang anak sebagai ahli dalam mengetahui
kebutuhannya. Dengan sudut pandang itu, kita memiliki lebih banyak kesempatan
untuk membantu anak tersebut.
Ketika orangtua mengejar sebuah mimpi, seluruh keluarga merupakan bagian tak
terpisahkan dari perjalanan, memberi, mendukung, mendorong, dan berpartisipasi.
12
Pendidikan Syarat Kemajuan Suatu Bangsa
Renungkanlah dan Kerjakan yang Baik serta Tinggalkan yang Tidak Baik :
Bila seorang anak hidup dengan kritik, ia akan belajar menghukum.
Bila seorang anak hidup dengan permusuhan, ia akan belajar kekerasan.
Bila seorang anak hidup dengan ketakutan, ia akan belajar dengan rasa cemas.
Bila seorang anak hidup dengan rasa kasihan, ia akan belajar mengasihani diri sendiri.
Bila seorang anak hidup dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
Bila seorang anak hidup dengan toleransi, ia belajar tentang kesabaran.
Bila seorang anak hidup dengan pujian, ia belajar tentang penghargaan.
Bila seorang anak hidup dengan penerimaan, ia belajar untuk mencintai.
Bila seorang anak hidup dengan dukungan, ia belajar untuk menyukai diri sendiri.
Bila seorang anak hidup dengan pengakuan, ia belajar untuk mempunyai tujuan.
Bila seorang anak hidup dengan kebaikan dan perhatian , ia belajar tentang menghormati.
Bila seorang anak hidup dengan ketentraman, ia belajar tentang iman.
Keberhasilan tidak akan terlepas dari sebuah persyaratan mutlak berupa : tulus ikhlas,
penuh kesabaran, tekun dalam melakukan prosesnya secara bertahap satu demi satu, serta
konsisten antara ucapan dan tindakan.
13
Mari Tingkatkan Minat Baca Anak-anak
14
Hendaklah Ilmu dan Moral Anak Terpelihara dengan Baik
Poin A
Faktor pertama anak berbohong karena ada yang dicontoh. Faktor kedua, sering kali
orangtua selalu ingin jawaban yang bagus-bagus dari anaknya. Kalau anak cerita sesuatu
yang jelek, yang tidak menggembirakan, sering kali orangtua marah. Padahal, asalkan
orangtua siap, (misalnya: berapa pun nilai ulangan anaknya) tidak marah, mungkin anak
tidak akan berbohong. Faktor ketiga, kejujuran anak dibalas dengan emosi.
Kalau orangtua mau berubah, anak juga pasti berubah.
Poin B
Sikap manja pada anak dikarenakan beberapa faktor. Pertama, anak banyak ditolong atau
dibantu. Kedua, orangtua membolehkan segalanya. Ketiga, orangtua tidak mengajarkan
batas-batas atau etika.
Poin C
Berilah waktu khusus untuk anak dan lakukanlah dengan senang hati. Hal yang penting
adalah memberikan perhatian pada anak karena hadiah yang paling disenangi dan terindah
bagi mereka bukanlah mainan, tetapi kebersamaan dengan orangtuanya.
Tetaplah alokasikan waktu secara konsisten bermain dengan buah hati tercinta.
Poin D
Anak yang tidak menghargai pendapat orang lain, besar kemungkinan disebabkan
pendapatnya tidak didengarkan pula di rumah. Jika orangtua ingin anak menghargai
pendapat orang lain, rumusnya mudah saja. Hargailah ketika anak berbicara, dengarkan ia
dan jangan menyelanya. Meskipun mungkin pendapat anak kurang tepat, tetapi terimalah
pendapat mereka. Sesudah mereka menjelaskan pendapat mereka, barulah orangtua
menjelaskan apa yang benar. Hindari ucapan yang merendahkan seperti “Halah, omongan
anak kecil,” atau “anak kecil sok tahu.”
Poin E
Anak yang suka menyakiti temannya adalah anak yang perlu ditolong. Ia kemungkinan besar
juga diperlakukan kasar oleh orangtuanya atau orang terdekatnya.
Poin F
Di usia SD, anak sedang berada pada fase meniru. Apa yang digunakan teman, diucapkan
teman, pasti ditiru. Maka untuk membentenginya, orangtua harus sering memberi contoh
yang baik. Berilah waktu bersama yang banyak untuk anak. Jadilah orangtua favorit
sehingga yang ditiru anak adalah kita, bukan teman-temannya.
15
Generasi Muda Pontianak Berakhlak Mulia
Kalau setiap kali salah anak dimarahi, ia tidak akan percaya diri dan selalu takut melakukan
atau mencoba sesuatu.
Sering-seringlah memberi kalimat positif pada anak. Jangan pelit untuk memberi pujian
meski untuk keberhasilan kecil yang ia lakukan. Berikan contoh orang-orang hebat yang
mirip dengan “kekurangan” anak kita. Selain itu, beri tahu juga kelebihan-kelebihan yang
mereka miliki. Sifat positif yang dimiliki anak tidak terlepas dari peran kita sebagai orangtua
dalam mendidik dan memberi contoh pada mereka.
Hindari memotivasi dengan cara membandingkan prestasi anak dengan prestasi temannya.
Sedangkan jika Anda memuji hal-hal kecil yang mereka lakukan, mereka tentu akan
termotivasi untuk melakukan hal-hal besar. Hindari kalimat-kalimat yang merendahkan
seperti “Ah, begini saja nggak bisa.” Sering kali orangtua menganggap remeh prestasi kecil
yang sudah dilakukan anak.
Bandingkanlah ia dengan dirinya pada saat berprestasi, bukan dengan kakak atau orang lain
sehingga tidak akan membuatnya tersinggung.
Jangan mengklaim prestasi anak sebagai hasil kerja kita orangtuanya. Seolah prestasi itu
bukan buah karya dan kerja kerasnya, tetapi karena “anak Mama”.
Kalau anak sudah termotivasi, orangtua sebaiknya tidak perlu lagi memotivasi supaya anak
tidak merasa terbebani........ Anak yang sudah termotivasi, memiliki efek tekanan yang
tinggi. Semakin dimotivasi, semakin tinggi beban yang ia tanggung. Hal ini justru akan
mengganggu prestasinya. Sebaliknya, mintalah anak yang sudah termotivasi untuk lebih
santai.
16
Mari Bersama Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
Regulasi emosi adalah aspek penting dalam perkembangan. Orang tua dapat berperan penting
dalam membantu anak-anak meregulasi emosi mereka. Tergantung bagaimana orang tua berbicara
kepada anak-anaknya mengenai emosi, orang tua dapat dikatakan menggunakan pendekatan
melatih-emosi atau menolak-emosi. Perbedaan di antara kedua pendekatan ini sangat terlihat pada
cara orang tua mengatasi emosi negatif anak (marah, frustasi, sedih, dan sebagainya).
Orang tua yang melatih-emosi mengawasi emosi anak-anaknya, memandang emosi negatif anak
sebagai kesempatan untuk melatih, membantu anak-anak melabeli emosi, serta melatih anak-anak
bagaimana mengatasi emosi secara efektif. Sebaliknya, orang tua yang menolak-emosi memandang
peran mereka untuk menolak, mengabaikan, atau mengubah emosi negatif. Orang tua yang melatih-
emosi berinteraksi dengan anak-anaknya dengan cara yang tidak menampik, lebih banyak
mendukung dan memuji, dan lebih bersifat mengasuh daripada orang tua yang menolak-emosi.
Anak-anak dari orang tua yang melatih-emosi lebih dapat menenangkan diri ketika sedang marah,
lebih efektif dalam meregulasi dampak negatif, lebih baik dalam memfokus atensi, dan memiliki
lebih sedikit masalah.
Kemampuan mengatur emosi merupakan sebuah aspek penting dalam relasi dengan kawan-kawan
sebaya.
17
Spiderman memotivasi anak-anak menjadi
pembela kebenaran dan keadilan
Perilaku orangtua saat bermain dengan anak dapat mempengaruhi perilaku anak. Bagaimana
dengan orangtua yang suka bermain ponsel saat bersama anak ?
Meski terlihat menjaga anaknya, orangtua sibuk dengan bermain ponsel atau menonton TV. Ini
adalah tipe bermain yang paling buruk untuk pengembangan daya fokus anak. Anak-anak dalam
keluarga yang tingkat keterlibatan bermain bersama anaknya rendah memiliki daya fokus 4 kali lebih
rendah. Anak-anak yang menunjukkan rentang perhatian yang lebih lama ketika bayi, cenderung
lebih berhasil di sekolah kelak. Dengan demikian, diharapkan orangtua dapat bersungguh-sungguh
saat bermain bersama anak, dengan tidak diselingi bermain ponsel, demi masa depan anak.
Anak-anak tidak pernah baik dalam mendengarkan orang yang lebih tua. Namun anak-anak tidak
pernah gagal dalam meniru orang yang lebih tua. (James Baldwin).
Bagaimana cara bijak mengatasi kecanduan gadget pada anak ?
- anak-anak usia 5 tahun ke atas sebaiknya menggunakan gadget tidak lebih dari 2 jam dalam sehari
untuk penggunaan rekreasional (di luar kebutuhan belajar).
- Beri jadwal. Jadwalkan waktu yang tepat untuk bermain gadget. Di luar itu, orangtua juga harus
menyiapkan kegiatan alternatif lainnya agar anak tidak bosan, sehingga tidak membuatnya beralih
lagi ke gadget.
- Letakkan TV atau komputer di ruang keluarga. Dengan demikian, setiap kali anak menggunakannya,
dia tidak sendirian dan masih dalam pengawasan anggota keluarga lainnya. Smartphone juga
sebaiknya tidak diserahkan pada anak sepenuhnya. Biarkan anak meminta izin terlebih dahulu bila
ingin menggunakannya dan ambil kembali setelah selesai.
- Buat peraturan tidak boleh menggunakan gadget di tempat-tempat tertentu, misalnya di meja
makan, kamar tidur, dan mobil.
- Ajarkan anak tentang pentingnya menahan diri. Pastikan untuk memberikan pujian pada anak
ketika ia berhasil menahan diri untuk tidak bermain game dan mengikuti aturan yang telah
ditetapkan.
Anak-anak yang sehat adalah anak-anak yang tidak berhenti bergerak (Dee Motivational).
Anak meniru apa yang dilakukan orangtuanya. Orangtua harus menjadi contoh yang baik. Letakkan
ponsel dan bermainlah bersama si kecil.
Perkembangan otak anak dapat terganggu karena orangtua sibuk bermain ponsel sambil
mengasuh anak. Berpotensi mengganggu perkembangan bahasa anak dan merusak ikatan sosial
antara anak dan orangtua.
Batasilah penggunaan telepon pintar anda ketika anda sedang bersama anak-anak dan jangan balas
pesan singkat apapun, kecuali benar-benar penting.
Ketika bayi atau anak kecil kehilangan perhatian yang dibutuhkan, mereka akan cenderung memiliki
masalah perilaku di kemudian hari.
18
Generasi Kita akan berlalu,
Generasi Muda Penerus Estafet Pembangunan
Idealnya seseorang harus mampu memilih gadget yang sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Jika kita hanya perlu ponsel untuk menelpon dan kirim sms, sebaiknya memilih ponsel sederhana
(bukan smartphone).
Memberikan gadget kepada anak boleh-boleh saja, tetapi berikanlah yang sesuai kebutuhan. Ajaklah
anak berdialog, berikan kesadaran tentang dampak positif dan negatif dari gadget. Berikan
kesepakatan dan komitmen terlebih dahulu sebelum membelikannya.
Untuk mengantisipasi anak yang terlanjur kecanduan bermain game, orangtua perlu melakukan
pembatasan waktu. Misalnya dengan membuat kesepakatan atau komitmen. “Yose boleh main
game kalau sudah selesai makan dan mandi, dan waktunya hanya sampai jam sekian.”
Buatlah substitusi atau penggantinya. Jika tak ingin anak terus-menerus main game, apa solusi yang
ditawarkan untuk anak sebagai penggantinya ??
misalnya main ping-pong, bola, sepeda, membacakan dongeng/ buku cerita, dll.
Membaca itu tidak diajarkan, tetapi ditularkan. Anak-anak perlu contoh di rumah. Menurut para ahli,
membacakan buku 15-20 menit setiap hari setara dengan belajar di sekolah aktif sekurang-
kurangnya 10 hari. Sesekali ajak anak ke tempat-tempat yang pernah diceritakan di dalam buku.
Pornografi
Pornografi ialah penggambaran tingkah laku secara erotis dengan gambar, lukisan, atau tulisan
untuk membangkitkan nafsu berahi. Bahan bacaan yang dengan sengaja dan semata-mata dirancang
untuk membangkitkan nafsu berahi.
Pornografi dapat merusak otak manusia, bahkan efeknya lebih parah dari kecanduan narkotika. Ahli
bedah otak dari USA, Dr. Donald Hilton Jr., mengatakan bahwa pornografi sesungguhnya merupakan
penyakit, karena mengubah struktur dan fungsi otak.
Apa masalah yang dapat ditimbulkan akibat gangguan perkembangan otak tersebut ?
- gangguan pengambilan keputusan.
- tidak mampu membuat perencanaan dengan baik.
- tidak linear dalam berkomunikasi (tidak berkorelasi / tadak nyambung).
- keterbatasan dalam kemampuan berbahasa.
- cenderung tidak memiliki tujuan dalam melakukan aktivitas.
Bagian otak mana yang berpotensi mengalami kerusakan paling fatal jika seseorang kecanduan
pornografi ?
Pre Frontal Cortex (PVC). Bagian otak itulah yang sebenarnya dapat membedakan manusia dengan
binatang. Ketika PVC tersebut rusak, yang akan terjadi adalah :
- tidak dapat membuat perencanaan dengan baik.
- tidak dapat mengendalikan hawa nafsu.
- tidak mampu mengendalikan emosi.
- tidak dapat mengambil keputusan dan berbagai peran eksekutif otak sebagai pengendali impuls.
Dr. Mark Keslemen mengatakan bahwa The Drugs of New Millenium is Pornografi, yaitu narkotika
lewat mata adalah pornografi.
Konten pornografi yang diakses anak-anak atau orang dewasa akan terekam di dalam otak. Menurut
Dr. Mark, jika seorang anak laki-laki mengalami ejakulasi pertama kali karena pornografi yang
dinikmatinya, mekanisme otaknya akan meminta informasi yang sama lagi dan lagi. Ini sangat
berkaitan dengan 4 hormon yang dirusak cara kerjanya. Sebenarnya hormon-hormon ini jika bekerja
secara normal akan sangat menguntungkan. Namun pornografi membuat keempat hormon ini
keluar secara berlebihan dan terus-menerus. Hormon-hormon tubuh tersebut adalah : dopamin,
neuropiniphrin, serotonin, dan oksitosin.
2. Hormon neuropiniphrin
Otaknya tidak dapat berpikir jernih, malas belajar dan berpikir, serta tidak dapat berpikir kreatif.
Karena otaknya sudah penuh dengan daftar kosa kata atau kejadian-kejadian yang dihubungkan
dengan seks.
3. Hormon serotonin
Pecandu pornografi yang ketika bersentuhan dengan hal terkait pornografi, hormon ini akan keluar.
Saat hormon ini keluar, para pecandu pornografi akan merasa seperti terbang, tenang, dan damai.
Efeknya, jika seseorang merasa frustasi, sedih, kesepian, atau mengalami hal yang menyulitkan,
orang itu akan memilih menghibur diri dengan hal yang bersifat pornografi. Karena mereka berpikir
bahwa hal itu akan membuatnya tentram, tenang, dan damai.
4. Hormon Oksitosin
Diri pecandu pornografi membutuhkan hormon oksitosin bekerja terus-menerus saat mengakses hal
terkait pornografi. Hormon ini akan membuat seorang pecandu pornografi seperti terikat secara
lahir batin dengan hal yang berkaitan dengan pornografi. Hormon inilah yang membuat seseorang
menjadi sangat terikat pada pornografi, karena jika tidak melihat atau mengalami hasratnya itu
selama beberapa hari, dirinya akan terus-menerus merasa rindu.
19
Kita Kuat Kita Mengayomi yang Lemah
Perkembangan moral mencakup perkembangan pikiran, perasaan, dan perilaku menurut aturan dan
kebiasaan mengenai hal-hal yang seharusnya dilakukan seseorang ketika berinteraksi dengan orang
lain.
Rasa bersalah pasti dapat memotivasi perilaku moral. Meskipun demikian, emosi-emosi lain juga
berkontribusi bagi perkembangan moral anak, termasuk berbagai perasaan positif. Salah satu contoh
penting adalah empati.
Dari usia 4 hingga 7 tahun, anak-anak memperlihatkan moralitas heteronom. Dalam pikiran anak-
anak tersebut, keadilan dan aturan-aturan dibayangkan sebagai sifat-sifat dunia yang tidak boleh
berubah dan terlepas dari kendali manusia.
Dari usia 7 hingga 10 tahun, dalam suatu transisi memperlihatkan beberapa ciri dari tahap pertama
penalaran moral (moralitas heteronom) dan beberapa ciri dari tahap kedua (moralitas otonom).
Usia 10 tahun ke atas, anak-anak memperlihatkan moralitas otonom. Mereka menyadari aturan-
aturan dan hukum-hukum yang diciptakan oleh manusia, menilai suatu tindakan, dan
mempertimbangkan intensi pelaku maupun konsekuensinya.
Karena anak-anak kecil adalah para moralis heteronom, mereka menilai kebenaran perilaku
berdasarkan konsekuensi dari perilaku itu, bukan berdasarkan intensi dari pelaku. Bagi seorang
moralis heteronom, memecahkan 12 cangkir secara tidak sengaja lebih buruk dibandingkan
memecahkan sebuah cangkir secara sengaja. Ketika anak-anak mengembangkan moralitas otonom,
anak-anak beranggapan bahwa intensi sebagai hal terpenting.
Para pemikir heteronom juga percaya pada keadilan yang pasti ada, yaitu konsep bahwa hukuman
akan langsung diberikan jika sebuah aturan dilanggar. Anak kecil berkeyakinan bahwa sebuah
penyimpangan secara otomatis berkaitan dengan hukuman. Keadilan yang pasti ada juga
mengimplikasikan bahwa jika sesuatu yang tidak menguntungkan terjadi, maka orang tersebut
sebelumnya telah melakukan pelanggaran.
20
Wahai ayah’ doakanlah senantiasa anak-anak yang kaujadikan yatim ®
Kawan sebaya semakin berperan penting dalam perkembangan moral anak-anak. Relasi orangtua-
anak, dimana orang tua lebih berpengaruh dibandingkan kawan-kawan, kurang melatih penalaran
moral yang sulit, karena aturan-aturan sering kali ditetapkan secara autoritarian.
Proses penguatan, hukuman, dan imitasi, menjelaskan perkembangan perilaku moral. Ketika anak-
anak diberi penghargaan karena menampilkan perilaku yang sesuai dengan hukum dan kebiasaan
sosial, mereka cenderung akan mengulang perilaku itu. Ketika mereka diberikan panutan moral,
anak-anak cenderung mengadopsi tindakan mereka. Ketika anak-anak dihukum karena perilaku yang
tidak bermoral, perilaku itu cenderung tidak diulangi. Meskipun demikian, hukuman dapat memiliki
dampak negatif. Hukuman perlu diberikan secara adil dan hati-hati.
21
Nafkahilah anak-anak dengan rezeki yang halal sekalipun itu sulit
Apa yang dilakukan oleh anak-anak dalam satu situasi sering kali hanya sedikit terkait
dengan apa yang mereka lakukan di situasi lain. Seorang anak mungkin berbuat curang di kelas,
namun tidak dalam suatu permainan; seorang anak mungkin mencuri sepotong permen ketika
sedang sendiri, namun tidak mencuri ketika ada orang tuanya.
Ada hati nurani pada anak-anak. Anak-anak dengan kelekatan yang aman cenderung
menginternalisasi nilai-nilai dan peraturan orang tuanya.
Anak-anak merupakan pembelajar moral, yang berusaha untuk memahami arti dari moral. Aspek
terpenting dari relasi antara orang tua dan anak-anak yang berkontribusi terhadap perkembangan
moral anak-anak adalah kualitas relasi, disiplin orang tua, strategi proaktif, dan dialog komunikasi.
Relasi orang tua-anak mengenalkan anak-anak kepada kewajiban bersama dari relasi yang akrab.
Kewajiban orang tua adalah memberikan pengasuhan yang positif dan mengarahkan anak-anak
untuk menjadi manusia yang kompeten. Kewajiban anak-anak adalah merespons dengan pantas
inisiatif orang tua dan mempertahankan relasi yang positif dengan orang tua.
Untuk anak-anak yang lebih besar, menjadi proaktif adalah berkomunikasi kepada mereka mengenai
nilai-nilai yang dianggap penting oleh orang tua. Komunikasi yang terkait dengan perkembangan
moral dapat bermanfaat bagi anak-anak, entah komunikasi tersebut dapat menjadi bagian dari
disiplin atau di luar interaksi sehari-hari orang tua-anak. Komunikasi dapat direncanakan atau secara
spontan dan berfokus topik seperti kejadian-kejadian yang telah terjadi (sebagai contoh, perilaku
salah anak-anak atau tingkah laku moral yang positif), berbagi kejadian-kejadian yang akan datang
(sebagai contoh, bepergian ke suatu tempat akan menimbulkan keinginan dan perilaku moral yang
positif), dan kejadian yang mendadak (misalnya, berkomunikasi kepada anak tentang luapan
kemarahan saudaranya).
22
Anak-anak Pemilik Masa Depan Bangsa
23
Jangan biarkan anak-anak kita menjadi yatim !
Kepedulian dan keterlibatan dalam kehidupan anak-anak dalam wujud tipe pelatihan itu penting !!
Anak-anak yang memiliki prestasi akademik tinggi bisa jadi merupakan hasil dari ‘pelatihan’ orang
tua yang seperti itu.
Perlu juga adanya penekanan pada sikap hormat dan taat !
Pemukulan oleh orang tua tidak baik bagi perkembangan jiwa anak. Hal ini bisa terkait dengan
perilaku anti sosial, termasuk mencontek, berbohong, berlaku kejam, membully, berkelahi, dan tidak
patuh. Sejarah disiplin yang terlampau keras terkait dengan depresi dan kenakalan remaja.
Jika orang dewasa menghukum seorang anak dengan cara berteriak, menjerit, atau memukul,
artinya orang tua memberikan contoh yang tidak baik dalam menangani situasi yang dalam
tekanan. Anak-anak dapat meniru perilaku yang agresif dan kehilangan kendali itu.
Hukuman dapat menanamkan rasa takut, marah, atau sikap menghindar. Memukul anak dapat
menyebabkan anak tersebut menghindar berada di dekat orang tua karena takut.
Hukuman mengatakan hal-hal yang tidak boleh dilakukan alih-alih menyatakan hal-hal yang
seharusnya dilakukan. Sebaiknya anak-anak diberi umpan-balik, seperti “mengapa kamu tidak
mencoba ini ?”
Hukuman dapat menyiksa. Tanpa sengaja, orang tua dapat menghukum anaknya hingga di luar batas
kewajaran.
! Untuk mengatasi perilaku yang salah pada anak, ajak anak bernalar, khususnya dengan
menjelaskan konsekuensi dari tindakan anak terhadap orang lain. Penerapan anak dipindahkan
dari sebuah setting (tempat tertentu) yang memberikan penguatan positif juga dapat efektif. Sebagai
contoh, ketika anak-anak berperilaku buruk, orang tua dapat melarang anak menonton TV selama
periode tertentu.
Jika hukuman fisik digunakan, maka seharusnya hukuman tersebut ringan, tidak sering, sesuai usia,
dan digunakan dalam konteks relasi orang tua-anak yang positif.
Renungkanlah pentingnya pengasuhan bersama dan terapkanlah, yakni dukungan yang diberikan
oleh masing-masing orang tua terhadap satu sama lain dalam membesarkan anak. Koordinasi yang
buruk di antara orang tua, rongrongan salah satu orang tua, kurangnya kooperasi dan kehangatan,
dan terputusnya hubungan dengan salah satu orang tua, adalah kondisi-kondisi yang dapat
membuat anak berisiko menjadi anak tak baik.
24
Berilah santunan bagi anak-anak yatim-piatu !
Konsekuensi kekerasan terhadap perkembangan anak dan remaja adalah regulasi emosi yang buruk,
masalah kelekatan, masalah dalam relasi dengan kawan-kawan sebaya, kesulitan beradaptasi di
sekolah, serta masalah-masalah psikologis lain seperti depresi dan kenakalan remaja. Tingkat
hormon stres yang tinggi terutama terjadi pada anak-anak asuh yang diabaikan. Remaja yang
mengalami kekerasan atau pengabaian ketika kecil cenderung melakukan kekerasan dalam relasi
romantis, kenakalan, hubungan seks berisiko, dan penyalahgunaan obat terlarang.
Ketika dewasa, anak-anak yang pernah mengalami kekerasan juga sering kali melakukan kekerasan
pada orang dewasa lain – terutama terhadap pacar, suami atau isteri – dan menyalahgunakan obat
terlarang, obat anti kecemasan serta depresi.
25
Tetap jaga kesehatan ! Jasmani & Rohani.
Kita sakit anak kita juga susah.
Anak yang suka merusak dan mengganggu anak-anak lain (juga orang tuanya)
dengan berbagai ulahnya seharusnya tidak dipandang sebagai anak pemarah, tetapi
sebagai anak yang sedang berusaha menjalin hubungan dengan orang lain (sesuatu
yang merupakan kepuasan terpenting). Anda sendirilah yang menjadi guru terbaik
bagi anak anda. Yang ia inginkan ialah cinta dan perhatian dari orang tuanya.
Perilaku-perilaku baik anak seringkali tidak terlihat oleh orang tua, sehingga orang
tua tidak memberinya dorongan semangat. Terkadang, usaha anak untuk menjadi
dewasa dan bertanggung jawab, untuk menunjukkan kepeduliannya, untuk
berteman, untuk belajar hal-hal baru, itu semua terlihat sangat biasa di mata orang
dewasa, sehingga mengalir begitu saja, serta terlupakan dalam waktu singkat. Jika
perilaku anak tidak terlihat oleh kita, atau terlupakan, anak tidak mengetahui bahwa
perilaku yang demikianlah yang dianggap orangtuanya sebagai perilaku yang terpuji
dan baik.
Anak suka diperhatikan, terutama yang datang dari orang-orang penting dalam
hidup mereka, yaitu orangtua mereka. Jika anda membuat perilaku baik menjadi
berharga bagi anak anda, anak akan mengulangi perilaku baiknya. Ketika anda
memberi pujian kepada anak anda, berarti anda mendorong perasaan harga dirinya,
dan anak pun mulai merasakan bahwa ia adalah anak yang berguna. Anak yang
memiliki perasaan diri berguna dan peduli kepada dirinya, ia boleh dikatakan anak
yang bahagia.
26
Bermain & bersenang-senanglah bersama
anak-anak di waktu senggang
Anak tidak akan mempelajari nilai-nilai dengan mendengarkan apa yang diajarkan
orangtua kalau orangtua berbicara dengan nada teguran atau nasehat dan dengan
kritikan terlebih dahulu baru terakhirnya pesan yang disampaikan oleh orangtua.
Waktu yang tepat mengajarkan nilai-nilai kepada anak anda ialah ketika anak mau
mendengarkan dan mau belajar melalui perkataan anda.
Pujian tidak akan ada nilainya kecuali kalau pujian itu adalah pujian yang lengkap,
pujian yang anda berikan terhadap perilaku tertentu yang ingin anda semangati.
Pujian yang sebenarnya : Kamu bermain sangat bagus sore ini. Saya menyukai
caramu menunjukkan kepada temanmu Jeff mengelem model pesawat baru dan
kemudian mengecatnya. Orang menyukai teman yang dapat menolong.
Pujian yang sebenarnya : Kamu mengemasi kamarmu dan kamarmu tampak rapi
sekali. Saya suka kamu menempatkan semua mainanmu dengan rapi dan teratur
seperti itu.
Anak yakin akan apa yang dikatakan orangtua kepada mereka mengenai diri
mereka. Jika anda mengatakan hal-hal yang negatif, anak akan mulai memikirkan
dirinya sendiri seperti itu juga. Dengan seringkali mengatakan kepada anak bahwa ia
mementingkan diri sendiri, baik secara langsung maupun secara tersamar disertai
dengan “pujian”, ia akan percaya bahwa ia adalah anak yang egois.
27
Emansipasi pria bukanlah perkara mudah
terutama dalam mengasuh & mendidik anak
Tanggung jawab bukan berarti ketundukan anak kepada orangtua. Tanggung jawab
juga bukan semata-mata persoalan melaksanakan daftar tugas yang dibebankan
kepada anak, walaupun beberapa orangtua merasa bahwa itulah cara mengajarkan
tanggung jawab kepada anak mereka. Melakukan kerja di rumah sudah umum
dilakukan di banyak keluarga. Kerja di rumah bukanlah cara mengajari anak
bagaimana bertanggung jawab, terutama jika dilakukan layaknya sedang bertempur.
Ada pula anak-anak di mana masa kanak-kanaknya tidak pernah membersihkan
tempat tidur, tidak pernah memotong rumput, atau tidak pernah mencuci piring,
tetapi dalam masa dewasanya menjadi orang yang bertanggung jawab.
Mengerjakan pekerjaan rumah tangga itu sendiri bukan merupakan perilaku dewasa,
namun mengetahui mengapa pekerjaan itu perlu dikerjakan, itulah pekerjaan
dewasa. “Perilaku” bertanggung jawab adalah hasil dari pujian dan dorongan
semangat terhadap pertumbuhan menjadi dewasa, serta terhadap perbuatan yang
menunjukkan kemandirian. Membantu orang tua ketika anak diperlukan merupakan
cara untuk menjadi dewasa. Pujian membentuk tanggung jawab pada anak anda.
Salah satu kualitas kedewasaan adalah sifat peka dan peduli kepada orang lain.
Perilaku peduli merupakan perilaku positif yang dapat diajarkan semenjak anak
masih sangat muda. Anak atau orang dewasa yang bertanggung jawab peduli akan
dampak dari apa yang dilakukan terhadap orang lain.
Dalam mengajari anak, bentuklah bahwa perilaku peduli dapat menciptakan rasa
bangga diri yang positif, dan jika anak merasakan nyaman pada dirinya sendiri, ia
juga akan mudah peduli dengan perasaan teman-temannya. Para orangtua dapat
mengajarkan kepedulian kepada anak mereka dengan cara memperlihatkan diri
mengenali kepedulian, dan membuat kepedulian menjadi berharga bagi anak, dan
bagi orang tuanya.
28
Perpustakaan Daerah memiliki banyak koleksi
buku anak-anak yang bermutu
Para orang tua tidak dapat membantu anak, betapapun mereka ingin memberikan
“pertolongan” dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Dasar bagi sifat haus belajar
terletak pada para orangtua, yang dapat membuat kegiatan belajar menjadi
berharga. Ketika hendak menanamkan dalam diri anak rasa haus belajar, harus
mengingat bahwa belajar membaca harus dibuat “manis” dengan memberi dorongan
semangat pada mereka. Pujian patut diberikan. Banyaknya masalah belajar yang
muncul dikarenakan anak tidak mengetahui pentingnya membaca.
Misalkan anak-anak mengetahui tentang bola lampu yang bisa menyala di dalam
gelap malam. Mereka bisa diajarkan pengetahuan lebih lanjut tentang hubungan
bola lampu tersebut dengan listrik. Di mana listrik merupakan sumber energi yang
memungkinkan bola lampu dapat menyala.
29
Motivasi merupakan unsur penting dari belajar mengajar. Pembaca yang baik
berpartisipasi aktif dalam proses membaca. Mereka mempunyai tujuan yang jelas
serta memonitor tujuan membaca mereka dari teks yang mereka baca. Pembaca
yang baik menggunakan strategi pemahaman untuk mempermudah membangun
makna.
- Kesenangan.
- Menyempurnakan membaca nyaring.
- Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik.
- Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya.
- Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
Arti peribahasa : setiap kejadian/ masalah pasti ada penyebabnya. Keduanya tidak dapat dipisahkan.
30
Kelelahan merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar,
khususnya belajar membaca.
Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan bahasa anak.
Kondisi di rumah memengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak dalam
masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membantu anak, dan dapat juga
menghalangi anak belajar membaca. Anak yang tinggal di dalam rumah tangga yang
harmonis, rumah yang penuh dengan cinta kasih, yang orang tuanya memahami
anak-anaknya, dan mempersiapkan mereka dengan rasa harga diri yang tinggi, tidak
akan menemukan kendala yang berarti dalam membaca. Orang tua yang hangat,
demokratis, bisa mengarahkan anak-anak mereka pada kegiatan yang berorientasi
pendidikan, suka menantang anak untuk berpikir, dan suka mendorong anak untuk
mandiri merupakan orang tua yang memiliki sikap yang dibutuhkan anak sebagai
persiapan yang baik untuk belajar di sekolah. Rumah juga berpengaruh pada sikap
anak terhadap buku dan membaca. Membaca seharusnya merupakan suatu
kegiatan yang bermakna.
Arti peribahasa : sifat-sifat anak biasanya menurun dari sifat orang tuanya.
31
a. Kebermaknaan.
b. Pengetahuan dan keterampilan prasyarat.
c. Model.
d. Komunikasi terbuka.
e. Keaslian dan tugas yang menantang, latihan yang tepat dan aktif.
f. Kondisi dan konsekuensi yang menyenangkan.
g. Keragaman pendekatan.
h. Mengembangkan beberapa kemampuan.
i. Melibatkan sebanyak mungkin indra.
Pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya atau siswa yang telah menguasai
semua prasyarat berupa pengetahuan akan memengaruhi hasil belajar siswa. Siswa
akan belajar lebih baik dibandingkan dengan siswa yang belum memiliki prasyarat
tersebut.
Untuk memotivasi meningkatkan hasil belajarnya, guru bisa memberikan model dan
contoh untuk dilihat dan ditiru. Misalnya dengan mencontohkan bagaimana
membacakan cerpen, guru bisa mencontohkan bagaimana intonasi dan lafal yang
sesuai dengan isi cerita. Guru juga harus memodelkan ekspresi wajah dan tindakan
yang menggambarkan peristiwa sedih dan gembira berdasarkan isi cerpen tersebut.
Di samping itu, siswa akan termotivasi belajar jika penyampaian dilakukan secara
terstruktur sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif sehingga pesan
pembelajaran dapat dievaluasi dengan tepat.
Tugas yang diberikan kepada siswa hendaklah tugas yang menantang, dan sedikit
melebihi kemampuannya. Dibutuhkan latihan yang intensif. Yang perlu diperhatikan
guru ialah waktu yang diberikan kepada siswa untuk mengerjakan tugas hendaknya
tidak begitu lama. Guru bisa memberikan tugas yang sama dengan frekuensi
pengulangan yang tinggi.
Suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan akan mengoptimalkan kerja otak
siswa. Berbagai pengalaman belajar hendaknya disediakan guru di sekolah yang
memungkinkan siswa dapat mengembangkan berbagai kemampuan berbahasa
lainnya setelah selesai membaca.
33
Arti peribahasa : orang yang kerap membereskan urusan orang lain tanpa mempedulikan urusan
sendiri.
34
Kegiatan membaca dalam hati dan membaca nyaring merupakan kegiatan inti
yang umumnya dilakukan di kelas membaca, khususnya di SD. Kedua kegiatan
ini hendaknya mendapat porsi yang seimbang dalam program membaca.
Kegiatan membaca dalam hati akan berjalan dengan baik sesudah istirahat atau
sesudah olahraga, setelah anak letih melakukan kegiatan fisik. Membaca dalam
hati memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami teks yang
dibacanya secara lebih mendalam.
Membaca dengan tujuan untuk apresiasi dan rekreasi dilaksanakan dalam
suasana santai.
35
Umumnya anak-anak mempunyai minat yang besar pada buku-buku yang telah
dibacakan kepada mereka sebelumnya dan sering memilih buku tersebut
berulang kali. Guru hendaknya berusaha agar buku-buku yang dibacakannya
juga bisa dibaca langsung oleh anak-anak. Selalulah mendiskusikan isi bahan
bacaan dengan siswa untuk membangkitkan minat siswa pada buku. Adakan
kontak mata selama membaca cerita berlangsung. Hentikan membaca pada titik
yang menegangkan. Jangan belokkan diskusi menjadi bentuk ujian.
Siswa yang memandang diri mereka sebagai siswa yang lamban (lemah)
mungkin mempunyai sikap yang negatif terhadap belajar membaca, tidak
mengherankan mereka memandang tugas membaca bukanlah tugas yang
menyenangkan karena mereka kurang percaya diri menyelesaikan tugas
membaca yang diberikan kepada mereka. Siswa-siswa yang kurang berhasil
kurang suka melakukan sesuatu yang berulang kali mengalami kegagalan. Guru
hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa mengalami suatu
keberhasilan dengan memberikan tugas yang lebih mudah atau tugas yang
sesuai dengan kemampuan mereka. Hal ini penting untuk membantu mereka
mengembangkan percaya diri, mereka butuh sikap positif dan minat yang kuat.
Arti peribahasa : ilmu yang dituntut secara tidak sempurna, tidak akan berfaedah.
36
Tugaskan siswa untuk menjawab soal-soal yang bersumber dari buku perpustakaan.
37
Orangtua harus ingat bahwa bentuk terbaik dari hukuman ialah, hukuman yang
tidak sering diberikan, dan harus sesegera mungkin dilaksanakan, serta jelas
alasan pemberian hukumannya. Hukuman yang paling efektif adalah hukuman
yang berupa pelarangan seorang anak untuk berhubungan dengan anak-anak
lainnya, dengan lingkungannya, atau dengan banyak kepuasan di dunia.
Metode hukuman akan efektif jika digunakan sekali-sekali, tidak sering, dan hanya
untuk perilaku yang sangat serius. Bentuk hukuman apa pun yang sering diterapkan,
dan diberikan karena hanya masalah kecil, akan menimbulkan rasa marah dan
dendam kepada orangtuanya, dan lambat laun akan memutuskan ikatan antara
orangtua dan anak.
Anak yang berperilaku baik adalah anak yang bahagia, dan orangtuanya pun
bahagia juga. Cara untuk menjadikan anak kita bahagia ialah dengan mengajarkan
kepadanya perilaku yang akan mendatangkan kebahagiaan dan membuat perasaan
anak menjadi berharga yang akan berlangsung selama hidup mereka. Mereka akan
menjadi teman yang baik, merasa puas karena menjadi orang yang bertanggung
jawab, mempunyai rasa haus untuk belajar, dan memiliki rasa kepedulian yang
besar.
38
Contoh Kasus :
Mike (6 tahun) – Perilaku merusak (kira-kira untuk umur 3 sampai 9 tahun).
Contoh-contoh dari perilaku Mike yang merusak misalnya : mendorong anak lain,
melempar batu, memukul anak lainnya, dan mengekspresikan amarahnya.
Kami tidak ingin ada kemarahan di dalam diri Mike. Kami ingin mengajarinya
bagaimana mengekspresikan perasaan marahnya, dan akhirnya mengajarinya
keterampilan-keterampilan sosial yang akan membuat rasa marahnya berkurang.
Perilaku brutal dan perilaku tegas merupakan dua kelompok perilaku yang terpisah;
perilaku yang pertama tidak mengarah ke perilaku yang kedua. Perilaku brutal bukan
persyaratan bagi perilaku tegas. Jika seseorang memberi dorongan semangat
perilaku brutal, respons seperti ini akan berakhir pada frustasi di masa yang akan
datang.
1. Segera katakan kepada Mike, “Kita tidak memukul, atau mendorong, (dan
sebagainya).”
2. Cepat pegang tangannya, dan bawa ia ke kursi, dudukkanlah ia dengan
menghadap ke tembok.
3. Mike harus duduk di kursi selama satu atau tiga menit.
4. Jika ia membalikkan badan dan mencoba meninggalkan kursi, segera
kembalikan ia ke kursinya. Pada saat itu, jangan mengatakan apa pun. Tapi
jika ia berteriak, menendang, atau apa pun, abaikan dia.
5. Jika di akhir tiga menit ia telah tenang, katakan segera kepadanya bahwa ia
berperilaku tenang, dan boleh meninggalkan kursi.
6. Jika pada akhir tiga menit ia menendang, atau apa pun, ia harus tinggal di
kursi sampai ia tenang selama 15 detik. Kemudian, segeralah mengatakan
kepadanya bahwa ia bisa tenang, dan berkelakuan baik, dan sekarang boleh
meninggalkan kursi.
7. Mike seharusnya tidak pernah dibiarkan meninggalkan kursi apabila ia
berperilaku buruk.
8. Setelah itu, jangan bicarakan hukuman tersebut. Pembahasan yang panjang
mengenai tipe ini akan mengajarkan anak bahwa hukuman memberinya
keterlibatan total dengan orangtuanya.
Hukuman di atas hanya diberikan kepada anak yang berperilaku sangat buruk, atau
sangat serius. Anda tidak boleh menerapkan metode hukuman ini sekali atau dua
kali seminggu setelah minggu pertama menghukum dengan cara tersebut (jika
metode itu diterapkan dengan benar).
Hal yang paling penting dilakukan oleh ayah dan ibu ialah, mencari perilaku-perilaku
baik pada anaknya, seperti : kejujuran, kemandirian, tanggung jawab, dan
kemampuan bersosialisasi (perilaku ini membuat anak-anak lain akan mau berteman
dengan Barry). Apabila ada tanda-tanda perilaku tersebut, buatlah catatan ;
lakukan ini satu atau dua kali dalam sehari :
Jangan mengatakan bahwa Barry anak yang baik budi dan suka berbagi; tapi
katakan bagaimana ia baik hati, apa yang ia katakan, dan apa yang ia kerjakan.
Para orangtua diingatkan untuk mengingat beberapa detail perilaku ini (apa yang
dikatakan anak, siapa yang melakukan, dan apa yang telah dikerjakan), sedemikian
rupa sehingga untuk menjelaskannya kepada anak nantinya bisa menjadi hidup.
39
40
Pembahasan berikut lebih terarah untuk mahasiswa atau siswa dari sekolah-
sekolah unggulan.
Belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Somatic
yang bermakna gerakan tubuh (aktivitas fisik) dimana belajar dengan mengalami &
melakukan; auditory, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi,
mengemukakan pendapat, & menanggapi; mengamati, menggambar,
mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media & alat peraga; serta
intellectualy yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan
berpikir, dengan konsentrasi pikiran & berlatih menggunakannya melalui bernalar,
menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi,
memecahkan masalah, dan menerapkan.
Berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi), hasil
bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat
laporan hasil presentasi.
Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring siswa untuk menyadari
apa yang telah didapatkan selama belajar. Guru berkewajiban menggiring siswa
untuk melakukan kegiatan. Guru mempunyai tujuan agar siswa terangsang oleh
tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari
sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompoknya. Diharapkan
siswa juga mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan
nantinya.
Pilihlah dan tetapkan suatu materi atau masalah yang pantas untuk didiskusikan.
Masalah yang dipilih harus memungkinkan timbulnya beberapa pendapat, harus
ada dalam batas-batas kemampuan mahasiswa pemecahannya. Pengajar
sebagai fasilitator atau pembimbing diskusi memberikan penjelasan-penjelasan
tentang masalah yang dijadikan pokok diskusi, sebab-sebab perlunya didiskusikan,
dan tujuan yang ingin dicapai dari diskusi tersebut.
Usahakan masalah yang didiskusikan menarik bagi semua peserta dan
mengundang berbagai jawaban. Usahakan semua peserta dapat urun pendapat
dan mempertahankan pendapatnya. Persiapkan tempat diskusi yang
memungkinkan setiap peserta dapat berhadapan dan peserta merasa sama
kedudukan dan hak-haknya. Usahakan kesimpulan yang diambil tepat dan
menghargai pendapat semua peserta.
Arti peribahasa : kelakuan murid (orang bawahan) selalu mencontoh kelakuan guru (atasannya).
41
42
Anak perlu diberi gambaran dan wawasan yang luas tentang berbagai alternatif
pemecahan masalah yang dihadapinya. Termasuk juga, pengetahuan tentang akibat
baik dan buruk dari perbuatannya.
Orangtua, juga guru, sebaiknya bertindak sebagai fasilitator daripada bersikap
menggurui. Anak perlu diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat
sekalipun pendapat itu agak tidak masuk akal dan jauh dari penyelesaian yang
tepat.
Konstruksi jaringan otak ternyata hanya hidup bila diprogram melalui pelbagai
rangsangan. Tanpa dirangsang, otak manusia akan tetap “bodoh”. Dengan
demikian, rangsangan otak di masa kecil sangat penting. Yang dibutuhkan justru
rangsangan yang beragam, bukan masukan yang banyak. Anak bukanlah orang
dewasa yang tahu memilah isi, mana yang baik atau buruk. Mereka lebih hidup
dengan rangsangan yang kreatif, dan ini membutuhkan suasana kebebasan.
Kebebasan pun butuh kesempatan untuk dimanfaatkan.
Anak-anak akan lebih cepat mempelajari bahasa baru dibandingkan dengan orang-
orang dewasa. Kegiatan sering bercerita dan membacakan buku bisa sangat
menopang perkembangan bicara dan membaca sang balita.
Ajaklah anak banyak bicara. Jika ingin ia mampu menguasai bahasa kedua, ajarilah
sebelum usia 10 tahun. Pendidikan bahasa kedua sebaiknya diberikan semasa
sekolah dasar (sebelum 10 tahun).
Cukup bijaksanakah orangtua menjejali anaknya dengan bahasa asing, di saat si
anak masih sibuk beradaptasi dengan bahasa ibunya ? Anak-anak berusia di bawah
5 tahun malah bingung bila diharuskan mempelajari dua bahasa secara bersamaan,
yaitu bahasa ibu dan bahasa asing. Yang lebih sulit lagi, mereka harus melakukan
pengucapan (pronounciation) berbeda untuk huruf-huruf yang sama.
Alhasil, pemberian dua bahasa sekaligus (bilingualism) pada anak-anak di bawah
usia lima tahun, malah cenderung akan menghambat perkembangan kedua bahasa
bersangkutan, baik bahasa ibu maupun bahasa asing yang dipelajarinya. Kegagalan
anak dalam menyerap bahasa yang dipelajarinya itu, lama kelamaan bisa membuat
si anak rendah diri dan frustasi. Belajar dua bahasa sekaligus pada anak balita,
hanya akan menjadi beban daripada sebagai aset untuk menyongsong masa depan.
“Masa keemasan” atau peluang paling ideal untuk belajar bahasa selain bahasa ibu
(bahasa pertama) adalah pada usia 6-15 tahun. Pada masa itu otak anak masih
plastis dan lentur, sehingga lebih mudah dalam melakukan penyerapan. Usia 5-6
tahun dikatakan sebagai awal yang wajar untuk memperkenal kan bahasa kedua,
karena pada periode itu pun anak dianggap sudah cukup sempurna menguasai
ragam lisan bahasa ibunya.
Sesudah masa pubertas (di atas 15 tahun), seseorang secara cepat akan
mengalami hambatan mempelajari bahasa.
Biarkan “masa keemasan” anak diisi dengan kegembiraan, dan bukan kekhawatiran
ataupun ambisi sang orangtua. Masa itu tak akan kembali lagi.
43
44
45
Hal-hal baik yang bisa dilakukan oleh orangtua bagi perkembangan dan kemajuan
diri anak-anaknya, antara lain :
1. Membiasakan diri membacakan cerita yang mengandung pesan-pesan moral
bagi anak-anaknya.
2. Menjelaskan mengapa beberapa perilaku tidak dapat diterima.
3. Doronglah sikap selalu mempertimbangkan perspektif orang lain, empati,
dan perilaku prososial.
4. Memperlihatkan berbagai contoh perilaku moral dalam hidup sehari-hari.
5. Menciptakan atmosfer saling menghargai di dalam keluarga.
46
Begitu pula seorang ibu jika ingin anak perempuannya misalnya mencuci piring atau memasak, maka
ibu wajib melakukannya sendiri di hadapan anak perempuannya. Baru kemudian meminta anak
perempuannya melakukan aktivitas itu dengan bimbingannya hingga bisa melakukannya secara
sempurna. Jadi instruksi dan latihan secara praktis adalah penting dalam meyakinkan anak-anak
melakukan tugas yang diminta dari mereka.
Benar bahwa anak-anak bisa saja belajar sendiri dengan trial and error atau coba-coba, akan tetapi
itu memerlukan sejumlah percobaan dan kesalahan. Instruksi dan latihan secara langsung akan
memudahkan masalah dan menghemat waktu dan tenaga.
47
Permintaan yang santun akan efektif terhadap anak-anak yang sejak pertumbuhannya terdidik taat
dan menghormati kedua orang tua serta menghormati orang yang lebih besar. Akan tetapi ada anak-
anak yang tumbuh di atas pembangkangan, ketidakpatuhan, sikap keras kepala dan tidak terikat
dengan kewajiban. Karenanya orang tua harus memberikan perintah yang efektif dan tidak
mencukupkan diri dengan memintanya secara lembut.
Berikan perintah ketika anda ingin menghentikan anak anda dari melakukan perbuatan yang keliru,
seperti berteriak atau gaduh. Katakan kepadanya: “berhenti berteriak !”
Berikan perintah ketika anda ingin agar anak anda melakukan sesuatu seperti menyelesaikan tugas-
tugas pelajaran. Katakan kepadanya: “kerjakan PR-mu !”
Jika anda mendapati anak anda melakukan perbuatan yang buruk, misalnya mempermainkan
peralatan dapur atau memberantakkan isi lemari, dan anda sudah melarangnya lebih dari sekali,
maka ikutilah langkah berikut :
- mendekatlah kepadanya.
- pasang muka marah dan tetap seperti itu.
- tatap kedua matanya dengan tajam.
- panggil namanya.
- berikan perintah-perintah secara tegas dan jelas dengan suara yang tajam : “berhenti
bermain perabotan dapur”, atau “ambil pakaianmu dan rapikan di lemari !”
- jika ia masih menolak, ulangi permintaan itu dengan lebih tegas.
1. Jangan memberi perintah yang samar. Memberikan perintah yang rinci dan jelas jauh lebih
baik. Jangan anda berkata kepada anak anda : “lakukan sesuatu dengan pakaianmu !” Akan
tetapi katakan : “rapikan pakaianmu di lemari !”
2. Jangan bertanya apapun pada saat anda memberi perintah. Jangan anda berkata : “kenapa
kamu berantakan tidak rapi ?” “kenapa bukumu di tanah ?”
3. Jangan kaitkan tingkah laku yang buruk pada saat anda memberikan perintah. Jangan
katakan: “tidak bagus kamu mengotori pakaianmu.” Karena penjelasan itu harus diberikan
lebih dahulu sebelum terjadinya penyimpangan.
4. Jangan berikan sebab untuk suatu aturan. Pada saat terjadi tingkah laku yang kurang baik,
maka waktu menjelaskan aturan atau kaedah tingkah laku yang diminta seharusnya sebelum
terjadi penyimpangan atau setelah selesai, bukan pada saat terjadi. Jangan katakan kepada
anak anda yang berbohong : “tidak boleh berbohong karena berbohong hukumnya haram
akan menyebabkan ke neraka.” Akan tetapi cukup katakan : “Jangan berbohong !” saja.
Sedangkan penjelasan, maka itu wajib diberikan sebelum terjadinya kesalahan. Adapun
pada saat terjadi aktivitas berbohong maka jangan jelaskan atau terangkan apapun. Tetapi
segera hentikan dia dari terus melakukan kebohongan.
48
Jangan Sampai Tanpa Sengaja Memberi Reward Atas Tingkah Laku Jelek
Contoh kasus : anak meminta uang untuk membeli es krim dan ibu menolak untuk memberinya
karena ia telah menghabiskan semua jatah jajannya, lalu anak itu menangis, berteriak dan
menyerang anak yang ditemui. Maka jika ibu menyerah dengan teriakan dan tangisan anaknya lalu
memberinya uang untuk menghentikan suaranya, maka hal itu termasuk memberi reward kepada si
anak atas perilaku buruk yang ia lakukan. Juga berarti ibu justru menguatkan dan menstimulir
perilaku buruk itu. Dengan itu anak belajar bagaimana ia menjadi pembangkang dan tidak taat. Sifat
itu akan semakin kuat setiap kali situasi serupa berulang.
Jika anda meminta anak anda melakukan suatu aktivitas yang tidak dia sukai dan ia tidak ingin
melaksanakannya, sedangkan aktivitas itu penting untuk dia pelajari dan ketahui, maka gunakan cara
membangkitkan keinginan. Seperti katakan kepada anak anda, “jika kamu menyelesaikan PR, ibu
izinkan kamu nonton TV”. Atau, “jika kamu rapikan kamarmu, akan ibu izinkan kamu main bola”.
Sesungguhnya cara itu menciptakan dorongan internal dalam diri anak untuk melaksanakan suatu
tugas atau aktivitas yang tidak dia inginkan. Ia mau melakukannya untuk mendapat reward dengan
syarat reward itu harus meningkatkan perhatiannya dan mendorongnya untuk memenuhi
permintaan anda. Pilihlah reward yang ia sukai/ inginkan.
49
Sanksi yang diberikan harus sesuai dengan usia anak dari satu sisi dan di sisi lain juga harus sesuai
dengan perilaku tidak baiknya. Jika orang tua telah menetapkan keputusan sanksi maka sanksi itu
wajib ia adopsi dengan tetap tenang dan jauh dari sikap emosional dan kemarahan yang
berlebihan. Misalnya, tidak memperbolehkan anak untuk nonton film kartun selama dua hari jika ia
berbohong kepada orang tua. Upayakan menyebutkan sanksi atau imbalan kepada anak sebelum
terjadi suatu perilaku. Hindari memperlihatkan kemarahan yang berlebihan pada saat menggunakan
sanksi. Anak wajib merasa bahwa dia diberi sanksi karena perilaku buruknya, bukan karena
kemarahan orang tua kepadanya. Jika perilaku buruk itu terus saja terjadi, itu artinya bahwa sanksi
lebih kecil kadarnya dari kesalahan yang dilakukan. Perhatikan keseimbangan kadar sanksi dengan
kadar kesalahan, dan juga harus sesuai dengan tingkat usia anak.
50
- Terima dan hargai semua perasaan anak. Perhatikan dan dengarkan dia
dengan tenang dan terima perasaannya.
- Dengarkan dengan seksama apa yang dikatakan oleh si anak dan perhatikan
ekspresi wajahnya. Sebutkan perasaannya dan usahakan mengetahui
sebabnya. Misalnya, anda katakan kepadanya : “kamu merasa tertekan
(perasaan) dan kacau (perasaan lain) karena kamu harus menghadapi
ulangan sementara kamu belum mempersiapkan diri sebaik-baiknya (posisi)”.
Jika anda keliru dalam menganalisis, maka usahakan lagi hingga anda dan
dia mengetahui sebab apa yang dia rasakan.
- Berikan nasihat, usulan dan sesuatu yang menenangkan atau sesuatu
alternatif lainnya. Bisa jadi anak cukup hanya mengungkapkan perasaan
negatifnya terhadap anda maka berikan kesempatan kepadanya, akan tetapi
jangan izinkan dia mencaci anda atau membentak anda.
- Bantulah anak untuk berpikir sebelum melakukan suatu aktivitas sebagai
reaksi terhadap apa yang ia rasakan dan latihlah dia untuk melaksanakan hal
itu. Jika dia merasa marah maka hendaknya dia berpikir sebelum meluapkan
ledakan emosinya.
Beritahukan kepadanya bahwa siapa yang membuat kekacauan maka
akibatnya adalah kegagalan di dalam pelajaran dan kerja di masa datang.
Jika ia tidak menuruti anda maka biarkan dia mendapat pengalaman akan
hasil alami dari apa yang ia lakukan. Ajukan kepadanya syair :
Orang berakal adalah orang yang mengambil pelajaran dari orang lain. Orang
bodoh adalah orang yang baru mengambil pelajaran jika mengalami sendiri.
51
Belajar akan efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Dalam
belajar, anak diberi kesempatan merencanakan dan menggunakan cara belajar yang
mereka senangi. Orang yang belajar akan merasa senang jika memahami apa yang
dipelajari. Anak akan senang belajar matematika jika memahami topik yang
dipelajari.
Anak kelompok umur ini sifat fisiknya sangat aktif sehingga mudah merasa letih dan
memerlukan istirahat. Untuk dapat menciptakan proses belajar matematika yang
efektif dan hidup, guru harus dapat menentukan suasana yang tepat dengan kondisi
anak. Hindari anak menulis atau mengerjakan soal matematika yang
berkepanjangan karena dapat menyebabkan anak jemu, bosan, lelah, dan
keterampilan menulisnya semakin menurun.
Jangan memaksa anak untuk masuk ke dalam kelompok yang tidak disukai atau
tidak menyukainya. Kegiatan perlombaan matematika antar kelompok akan sangat
membantu anak untuk menguasai matematika, karena setiap kelompok ingin
menjadi pemenang atau yang terbaik. Mereka sangat sensitif terhadap kritik dan
celaan yang ditujukan kepada dirinya atau temannya. Mereka juga selalu
berkeinginan untuk menyenangkan hati gurunya. Mereka senang sekali kalau
disuruh membantu gurunya menyelesaikan suatu pekerjaan. Untuk itu maka guru
harus bijaksana di dalam memberikan kritikan dan adil di dalam memberikan tugas
atau perintah.
Pada usia kelompok ini merupakan saat yang tepat bagi guru untuk menanamkan
sikap atau kebiasaan yang baik pada anak. Karena adanya keinginan anak untuk
selalu menyenangkan hati gurunya, maka anak akan berusaha menuruti perintah
atau nasehat gurunya. Agar kebiasaan yang baik dapat berlangsung terus dan
dilaksanakan dengan kesadaran, maka sangat diperlukan keteladanan yang baik
dari guru. Adapun sifat mental anak kelompok usia ini adalah senang sekali belajar.
Tetapi guru harus bijaksana dalam memberi motivasi positif kepada mereka,
misalnya jika guru memberikan PR atau tugas hargailah pekerjaan mereka dengan
mengoreksi dan memberi nilai.
52
Harapan adalah induk sebuah kesuksesan
(Hope is the mother of success)
Salah satu faktor yang menyebabkan anak tidak senang belajar matematika adalah
saat mereka sedang sakit. Dengan demikian jangan memaksa anak untuk belajar
matematika, terlebih mengerjakan soal-soal hitung, jika anak sedang sakit. Untuk
menghindari rasa tidak senang anak terhadap matematika yang disebabkan karena
faktor sakit, misalnya bagi kelas yang sedang diserang wabah flu, pada saat
pelajaran matematika, disarankan guru tidak memberikan materi baru, tetapi guru
dapat memberikan suatu topik matematika dengan permainan, atau teka-teki
matematika yang lucu dan menyenangkan. Dengan demikian anak tidak merasa
sedang belajar, tetapi merasa sedang bermain-main atau bergurau saja, sehingga
tetap merasa senang terhadap pelajaran matematika.
53
Persiapkan rencana Anda dengan doa
(Prepare your plan prayerfully)
Kecerdasan seorang anak juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dalam bentuk
pengalaman yang diperoleh anak selama hidupnya. Dalam membimbing belajar
matematika, guru harus memahami bahwa anak yang kurang cerdas membutuhkan
lebih banyak cara dan kesabaran untuk memahami konsep-konsep matematika jika
dibandingkan dengan anak yang cerdas. Oleh karena itu, diharap guru memberi
waktu lebih lama untuk belajar matematika bagi anak yang kurang cerdas, misalnya
dengan memberikan pembelajaran remidial.
Jika anak mempunyai minat yang besar terhadap topik yang sedang dipelajari, maka
perhatian dan usaha untuk menguasai topik tersebut besar pula. Selama belajar
anak juga akan merasa senang. Oleh karena itu guru harus dapat membangkitkan
minat anak terhadap setiap topik yang dipelajari, terutama topik-topik dalam
matematika yang pada umumnya kurang diminati anak. Minat timbul bersangkut
paut dengan kebutuhan (yaitu merasa ada keterkaitan dengan objek). Karena itu,
guru hendaklah memberikan motivasi dengan memanfaatkan kebutuhan anak didik,
agar mereka berminat untuk belajar matematika. Minat adalah perhatian yang
mengandung unsur-unsur perasaan. Minat bukan hanya berhubungan dengan unsur
kognitif (pikiran) tetapi juga afektif (perasaan) dan bahkan psikomotorik (gerak-gerak
fisik).
54
Jatuh cintalah kepada apa yang kamu kerjakan
(Fall in love with what you do)
Ganjaran atau penguatan mempunyai peranan yang amat penting dalam proses
belajar. Penguatan merupakan stimulus positif, jika penguatan tersebut seiring
dengan meningkatnya perilaku anak didik dalam melakukan pengulangan perilaku
tersebut. Contoh penguatan positif antara lain pujian pada saat anak didik menjawab
benar atau mendapat nilai tinggi. Penguatan akan berbekas pada diri anak didik.
Mereka yang mendapat pujian setelah berhasil menyelesaikan tugas atau dapat
menjawab pertanyaan biasanya akan berusaha memenuhi tugas berikutnya dengan
penuh semangat. Penguatan yang berbentuk hadiah atau pujian akan memotivasi
anak didik untuk rajin belajar dan untuk mempertahankan prestasi yang diraihnya.
Belajar akan lebih berhasil bila respon siswa terhadap suatu stimulus segera diikuti
dengan rasa senang atau kepuasan. Rasa senang atau kepuasan ini bisa timbul
sebagai akibat siswa mendapat pujian atau ganjaran lainnya.
55
Harapan yang kuat memiliki keajaiban
(The strongest hope have a miracle)
Seorang anak didik yang telah memiliki kecenderungan (siap) untuk bertindak atau
melakukan kegiatan tertentu, dan dia kemudian benar-benar melakukan kegiatan
tersebut, maka tindakannya akan melahirkan kepuasan bagi dirinya.
Seorang anak didik yang siap untuk bertindak dan kemudian bertindak, sedangkan
tindakannya itu menimbulkan ketidakpuasan bagi dirinya, akan selalu
menghindarkan dirinya dari tindakan-tindakan yang melahirkan ketidakpuasan.
Sebagai contoh, anak yang telah siap mengerjakan PR matematika, kemudian
mengerjakan PR matematika tersebut, tetapi tidak dapat karena baginya terlalu sulit.
Timbul ketidakpuasan pada dirinya dalam mengerjakan soal matematika. Maka
untuk selanjutnya dia akan menghindarkan dirinya dari mengerjakan soal
matematika.
Seorang anak didik yang tidak memiliki kecenderungan (tidak siap) untuk bertindak
atau melakukan kegiatan tertentu, sedangkan anak tersebut ternyata melakukan
kegiatan/ tindakan, maka apa yang dilakukannya itu menimbulkan rasa tidak puas
bagi dirinya. Untuk menghilangkan ketidakpuasannya, anak tersebut akan
melakukan tindakan lain. Anak yang tidak mempunyai kecenderungan (tidak siap)
untuk belajar matematika (mungkin tidak suka atau takut pada pelajaran
matematika), jika dia belajar matematika (pada pelajaran matematika), maka dia
tidak puas. Dia akan mengganggu temannya atau melakukan tindakan yang aneh-
aneh untuk menghilangkan ketidakpuasannya.
Seorang anak didik akan lebih berhasil dalam belajar matematika, dan mendapat
kepuasan, jika dia telah siap untuk melakukan kegiatan belajar matematika.
56
Tuntaskan tugasmu hingga akhir
(Finish your action to the end)
Terkait dengan belajar matematika, ada dua hal yang harus diupayakan guru, yaitu
agar anak merasa matematika tidak sulit, dan anak merasa matematika merupakan
suatu tantangan baginya. Hal ini akan mendorong anak untuk berani dan senang
belajar matematika.
Kesan adalah apa yang terasa (terpikir) sesudah melihat dan (mendengar) sesuatu.
Memberi kesan matematika tidak sulit dalam hal ini adalah memberi image pada
anak, sehingga sesudah mereka melihat dan (mendengar) atau menghadapi
masalah (soal) matematika, mereka merasa atau menganggap bahwa matematika
tidak sulit. Dengan menganggap matematika tidak sulit, anak menjadi tidak takut
pada matematika serta berani belajar atau menyelesaikan masalah matematika
(sendiri), tanpa tergantung pada pertolongan orang lain. Hal ini memotivasi anak
untuk mendapatkan prestasi tinggi dalam pelajaran matematika, sehingga anak
menjadi senang pada pelajaran matematika. Kesan matematika sulit merupakan
faktor penyebab yang cukup besar bagi anak untuk tidak senang belajar
matematika. Cara yang dapat dilakukan oleh guru agar anak menganggap
matematika tidak sulit :
57
Apapun yang bernilai dalam hidup perlu diperjuangkan
(Life worth leaving is wroth working for)
Anak yang takut belajar matematika, akan takut menanyakan masalah yang tidak
dipahami, takut memaparkan pendapatnya karena takut salah, takut dimarahi, takut
mencoba atau melakukan tindakan, sehingga bertambah lama dia akan jauh
ketinggalan dari temannya yang berani.
Beberapa cara dapat dilakukan guru dalam menghilangkan rasa takut anak untuk
belajar matematika, antara lain dengan bersikap ramah, memberi bimbingan dan
tuntunan dengan sabar, memberi motivasi dan dorongan kepada anak untuk berani
mencoba memecahkan masalah matematika atau melakukan kegiatan menemukan
suatu rumus atau sifat, menanyakan gagasan anak, dll.
Bagi anak, permintaan untuk dapat menolong orang dewasa merupakan tantangan
yang harus dijawab. Seorang anak akan merasa hebat kalau dapat menolong orang
dewasa.
Matematika dikatakan menantang bagi anak, jika matematika dapat menarik anak,
dan membuat anak berpikir serta melakukan suatu perbuatan untuk memahami,
menguasai, dan menyelesaikan masalahnya.
Anak didik yang lamban lebih banyak membutuhkan motivasi dari guru untuk berani
dan tekun belajar matematika. Para guru jangan sampai mematahkan semangat
belajar anak didik yang lamban belajar matematika, atau membuatnya takut, atau
membuatnya rendah diri. Misalnya dengan mengatakan “bodoh”, membentak atau
memarahi karena kelambanannya.
Jika dalam belajar matematika perhatian anak tinggi, maka dia akan berhasil (hasil
belajarnya tinggi).
Kelelahan psikis (rohani) dapat terjadi jika terus-menerus memikirkan masalah yang
dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu sama/konstan tanpa
variasi, atau mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat,
minat, dan perhatian.
58
Apa yang terlalu sukar bagimu jangan kaucari,
dan apa yang melampaui kemampuanmu jangan kau selidiki. (Sirakh)
Anak didik akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara mendidik orang tua,
hubungan antara anggota keluarga, dan suasana rumah.
Agar guru dapat menjadi faktor pengaruh positif atau yang menyenangkan bagi
belajar anak, maka guru harus berusaha agar dirinya menjadi idola bagi anak
didiknya. Hendaknya guru berusaha agar anak senang berinteraksi dengannya baik
di dalam pembelajaran matematika maupun di luar kelas, serta menjadikan dirinya
guru matematika yang ideal bagi anak didiknya. Tugas guru sebagai pendidik adalah
mengantarkan anak dari ketergantungannya pada orang lain menjadi anak yang
mempunyai kemampuan untuk menghadapi tantangan kehidupan secara mandiri,
cerdas, kritis, rasional, kreatif, dan bersusila tinggi.
Hasil belajar yang baik bersifat tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan.
Pengetahuan (hasil belajar) matematis yang diperoleh anak akan tahan lama jika
pengetahuan itu didapat anak dari menemukan sendiri melalui pengamatan atau
pengalaman yang dilakukan sendiri. Oleh karena itu guru sebaiknya membimbing
dan melatih mereka untuk belajar menemukan pengetahuan dan menerapkannya
dalam kehidupan mereka. Misalnya anak belajar tentang satuan berat kilogram dan
gram. Anak bisa diajak oleh ibunya untuk praktek membuat kue bersama-sama.
Menimbang tepung terigu sekian gram, gula pasir sekian gram, ditambah telur
beberapa butir, dan diaduk, dicampur jadi satu membentuk adonan kue.
Anak dapat timbul minatnya untuk belajar matematika, jika dia merasa
kebutuhannya dapat terpenuhi dengan belajar matematika. Kebutuhan anak
mencakup empat hal, yaitu: kebutuhan berbuat sesuatu untuk suatu aktivitas,
kebutuhan untuk menyenangkan orang lain, kebutuhan untuk mencapai hasil, dan
kebutuhan untuk mengatasi kesulitan.
Anak-anak menjadi senang belajar matematika jika materi yang sedang dipelajari
mudah dipahami, masalah yang diberikan dapat dikerjakan, materi yang dipelajari
dapat menambah pengetahuan, materinya menantang dan menyenangkan, tugas
yang diberikan tidak terlalu banyak, materi yang dipelajari merupakan kunci atau
rumus praktis untuk menyelesaikan masalah, dan tidak harus menghafalkan.
Sedangkan mereka menjadi tidak suka belajar matematika kalau dirasakan materi
yang sedang dipelajari sulit, masalah yang diberikan tidak dapat diselesaikannya,
atau materi yang sering diulang-ulang, banyak rumus yang harus dihafalkan, materi
tidak menarik dan tidak menyenangkan, dan terlalu banyak tugas.
59
Jangan bersusah payah mengenai apa yang di luar bidang pekerjaanmu,
karena apa yang dinyatakan kepadamu sudah terlalu luas untuk akal insani.
(Sirakh)
Gembira.
Percaya diri.
Memiliki rasa ingin tahu yang sehat.
Tidak manja dan berwatak mandiri.
Kontrol diri (self control) yang baik.
Mudah disukai; memiliki keterampilan sosial yang efektif.
Menghargai kebutuhan-kebutuhan orang lain.
Termotivasi dan berprestasi di sekolah.
Tidak bahagia.
Cemas.
Memiliki kepercayaan diri yang rendah.
Kurang inisiatif.
Bergantung pada orang lain.
Kurang memiliki keterampilan sosial dan perilaku prososial.
Memiliki gaya komunikasi yang koersif dalam berhubungan
dengan orang lain.
Pembangkang.
Tidak patuh.
Banyak menuntut.
Kontrol diri yang rendah.
Kesulitan mengelola perasaan frustasi.
Kurang memiliki sasaran-sasaran jangka panjang.
60
Mereka yang pantang menyerah, tidak terkalahkan
(Those who never give up cannot beated)
61
Jadikan dirimu berharga dengan karya-karyamu
(Make yourself so valuable in your works)
Baik emosi positif (empati, simpati, kekaguman, dan self-esteem) dan juga emosi
negatif (marah, murka, rasa bersalah, malu) berkontribusi terhadap perkembangan
moral anak. Ketika dialami secara kuat, emosi ini mempengaruhi anak untuk berbuat
sesuai dengan standar benar-salah. Emosi moral sangat terkait dengan aspek
kognitif (pemikiran) dan sosial dari perkembangan anak.
Integritas adalah aspek kunci dari perkembangan moral. Teladan moral sangat
penting. Ada empat domain utama perkembangan moral : penalaran, perilaku,
perasaan, dan kepribadian. Hubungan dengan teman sebaya memiliki pengaruh
yang sangat penting dalam perkembangan moral. Beberapa aspek penting dari
hubungan orang tua dan anak yang berkontribusi terhadap perkembangan moral
anak adalah kualitas hubungan, disiplin dari orang tua, strategi proaktif, dan dialog
konversasional.
Induksi ialah teknik disiplin dimana orang tua menggunakan penalaran dan
penjelasan tentang konsekuensi perilaku anak terhadap orang lain.
62
Percaya dirilah pada arah impianmu
(Be confident in the direction of your dream)
Secara proaktif, hindarilah potensi perilaku buruk anak sebelum hal ini terjadi.
Bicaralah dengan anak mengenai nilai yang dianggap penting bagi orang tua. Nilai-
nilai ini dapat membantu anak menahan godaan yang pasti muncul dalam konteks
seperti hubungan dengan teman sebaya dan juga dari media yang berada di luar
jangkauan pengawasan langsung orang tua.
Orang tua yang menunjukkan perilaku seperti ini akan lebih mungkin menumbuhkan
perhatian dan kepedulian terhadap orang lain pada diri anak mereka, dan
menciptakan hubungan orang tua -- anak yang positif. Perkembangan moral anak
akan lebih baik ketika ada kewajiban mutual orang tua – anak yang melibatkan
kehangatan dan tanggung jawab, ketika orang tua menggunakan strategi proaktif
dan ketika orang tua melakukan dialog konversasional dengan anak.
Sosialisasi timbal balik adalah sosialisasi yang berlangsung dua arah; anak
bersosialisasi dengan orang tua seperti orang tua bersosialisasi dengan anak.
63
Penuhi hidup dengan cinta dan pengertian
(Fill life with love and understanding).
Orang tua yang memiliki pernikahan yang bahagia lebih peka, responsif, hangat, dan
penyayang terhadap anak-anaknya. Meningkatkan kepuasan perkawinan sering kali
menghasilkan pengasuhan yang baik. Hubungan perkawinan memberikan dukungan
yang penting bagi pengasuhan. Ketika orang tua melaporkan lebih banyak keintiman
dan komunikasi yang baik dalam perkawinan mereka, mereka lebih menyayangi
anak-anak mereka. Kompetensi sosial anak juga berhubungan dengan kehidupan
emosional orang tuanya. Orang tua yang mengekspresikan emosi positif memiliki
anak yang mempunyai kompetensi sosial tinggi. Melalui interaksi dengan orang tua,
anak belajar untuk mengekspresikan emosinya dengan cara yang wajar.
Penerimaan dan dukungan orang tua terhadap emosi anak berhubungan dengan
kemampuan anak untuk mengelola emosi dengan cara yang positif. Penghiburan
dari orang tua terhadap anak ketika mereka mengalami emosi yang negatif
berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengendalikan amarah secara lebih
efektif. Penerimaan dan bantuan ayah terhadap kesedihan dan amarah anak berusia
5 tahun berhubungan dengan kompetensi sosial anak dengan teman sebaya pada
usia 8 tahun. Bagi kebanyakan anak, ada pengaruh yang terus berlanjut di mana
hubungan awal dalam keluarga memberikan dukungan yang diperlukan bagi
hubungan yang efektif dalam dunia teman sebaya, yang pada gilirannya
menghasilkan dasar bagi hubungan teman sebaya yang lebih kompleks dan luas.
Perkembangan keluarga tidak terjadi dalam ruang hampa sosial.
Banyak dari anak yang depresi menunjukkan agresi, kecemasan, prestasi yang
buruk di sekolah, perilaku antisosial, dan juga hubungan yang buruk dengan teman
sebaya. Anak yang depresi akan menyalahkan diri sendiri secara berlebihan.
Depresi pada anak dilihat sebagai hasil perkembangan dari dua kecenderungan
kognitif :
64
Kita adalah apa yang kita lakukan berulang-ulang
(We are what we repeatedly do)
Ketika anak semakin besar, orang tua mulai mengajarkan logika, memberikan
nasihat moral, dan memberikan atau mencabut hak-hak khusus.
Hal yang perlu dimunculkan pada usia 7 tahun : bagaimana membantu anak belajar
berpikir sendiri alih-alih bergantung pada orang tua untuk segala hal, dan bagaimana
memantau kehidupan anak di luar keluarga di sekolah dan di antara teman sebaya.
Orang tua tetap menjadi agen sosialisasi yang sangat penting dalam kehidupan
anak. Anak-anak juga harus belajar berhubungan dengan orang dewasa di luar
keluarga secara teratur – orang dewasa yang berinteraksi dengan anak dengan cara
yang sangat berbeda dari orang tua.
Selama pertengahan atau akhir masa kanak-kanak, sebagian kendali berpindah dari
orang tua kepada anak, walaupun prosesnya bertahap dan melibatkan regulasi
bersama alih-alih kendali oleh anak atau orang tua. Selama masa regulasi bersama
ini, orang tua harus :
- memantau, membimbing, dan mendukung anak dari jauh.
- menggunakan waktu secara efektif ketika mereka memiliki kontak langsung
dengan anak.
- menguatkan kemampuan anak untuk memantau perilakunya sendiri,
menganut standar perilaku yang pantas, menghindari risiko yang berbahaya,
dan merasakan ketika dukungan orang tua dan kontak sudah tepat.
65
Siapa yang mencintai kebijaksanaan mencintai kehidupan
Tipe perlakuan yang salah terhadap anak : kekerasan fisik, penelantaran anak,
kekerasan seksual, dan kekerasan emosional.
Interaksi antara semua anggota keluarga perlu dipertimbangkan, terlepas dari siapa
yang melakukan kekerasan terhadap anak. Sebagai contoh, meskipun pelaku
kekerasan terhadap anak adalah ayah, kontribusi si ibu, si anak, dan saudara-
saudaranya juga harus dievaluasi.
Akibat perlakuan salah terhadap anak pada perkembangan antara lain adalah
pengendalian emosi yang buruk, masalah keterikatan, masalah dalam hubungan
dengan kawan sebaya, kesulitan beradaptasi di sekolah, dan masalah psikologis
lainnya. Ketika anak-anak diperlakukan secara salah, mereka sering menunjukkan
pola keterlibatan yang tidak percaya diri dalam hubungan sosial mereka ketika
dewasa. Mereka cenderung menjadi terlalu agresif terhadap teman sebaya atau
menghindari interaksi dengan teman sebaya. Anak-anak yang menjadi korban
kekerasan dan penelantaran berisiko menghadapi masalah akademis. Kekerasan
fisik terkait dengan kecemasan anak, masalah kepribadian, depresi, dan percobaan
bunuh diri, gangguan perilaku, dan kenakalan. Pada masa dewasa, anak-anak yang
diperlakukan secara salah sering mengalami kesulitan dalam menjalin dan
mempertahankan hubungan intim yang sehat. Sebagai orang dewasa, anak-anak
yang diperlakukan salah juga menunjukkan kekerasan yang meningkat terhadap
orang dewasa lainnya, kekasih, dan pasangan dalam perkawinan, juga
penyalahgunaan obat, kecemasan, dan depresi yang meningkat.
Strategi yang penting adalah mencegah terjadinya perlakuan yang salah terhadap
anak. Pengasuhan membutuhkan waktu dan usaha !
66
Waktu tidak ternilai
Bermain merupakan kegiatan yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik,
sosial, emosi, intelektual, dan spiritual anak sekolah dasar. Dengan bermain anak dapat
mengenal lingkungan, berinteraksi, serta mengembangkan emosi dan imajinasi dengan
baik. Pada dasarnya anak-anak gemar bermain, bergerak, bernyanyi dan menari, baik
dilakukan sendiri maupun berkelompok. Bermain adalah kegiatan untuk bersenang-senang
yang terjadi secara alamiah. Anak tidak merasa terpaksa untuk bermain, tetapi mereka akan
memperoleh kesenangan, kenikmatan, informasi, pengetahuan, imajinasi, dan motivasi
bersosialisasi. Bermain memiliki fungsi yang sangat luas, seperti : mengembangkan fisik,
motorik, sosial, emosi, kognitif, daya cipta (kreativitas), bahasa, perilaku, ketajaman
pengindraan, melepaskan ketegangan, dan terapi fisik, mental ataupun gangguan
perkembangan lainnya.
Bermain merupakan alat utama belajar anak. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan
prinsip, “Bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain”. Bermain membentuk
perkembangan anak pada semua bagian, yaitu: intelektual, sosial, emosional, dan fisik.
Melalui bermain anak-anak dapat mengeluarkan energi yang ada dalam dirinya ke dalam
aktivitas yang menyenangkan.
Melalui bermain anak-anak dapat berpetualang menjelajah lingkungan dan menemukan hal-
hal baru dalam kehidupan.
Melalui bermain anak dapat belajar bekerjasama, mengerti peraturan, saling berbagi dan
belajar menolong sendiri dan orang lain serta menghargai waktu.
Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain, akan membuat
anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa
ahli psikologi mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan jiwa anak.
Dasar dari semua aktivitas permainan sosial adalah adanya interaksi antara dua orang atau
lebih. Aktivitas seperti permainan bola, domino, atau bermain jual-jualan membutuhkan anak
untuk berperan memberi dan menerima secara bergantian. Jika seseorang tidak memainkan
peran tersebut, maka permainan sosial tidak dapat berjalan. Pentingnya bermain sosial
adalah :
67
Anak yang baik, berakhlak, dan berbudi pekerti tidak turun dari langit, tetapi
diciptakan atau dididik. “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, kecuali tanahnya
miring dan di pinggir sungai”. Maksudnya, selain genetik, pengaruh lingkungan
sangatlah penting. Lingkungan yang paling melekat pada anak adalah keluarga,
sekolah, dan teman.
Ajaran/ aturan, hukum, atau tata tertib berfungsi sebagai batasan norma, etika, dan
sopan santun. Buatlah peraturan di rumah atau di kelas dan sampaikan kepada
anak secara bertahap sesuai dengan usia mereka. Ajaran ini juga akan membuat
mereka terbiasa hidup dengan aturan, mengerti aturan, serta memiliki kedewasaan
dan perkembangan emosi dan sosial yang baik.
Ajaran/ aturan tidak akan berlaku atau tidak akan dipatuhi dan membawa keadaan
kacau jika tidak ada hukuman bagi yang melanggarnya. Bagian dari mendidik adalah
menghukum atau mendisiplinkan anak. Itu adalah bentuk kasih dan perhatian. Sikap
memberontak dan liar timbul karena anak tidak pernah ditegur dan tidak pernah
didisiplinkan atau terlalu dimanja.
Jika anak sudah merasa bersalah, kita harus berhenti menghukumnya. Jangan
sampai anak sudah merasa bersalah dan menyadari kesalahannya, kita masih
ngomel, marah, dan berteriak-teriak karena kita merasa belum selesai berbicara dan
belum puas.
Berikan hukuman mulai dari ukuran terendah hingga tujuan didikan tercapai, yaitu
anak menyadari kesalahannya. Beri disiplin yang keras jika memang dia melakukan
kesalahan besar atau kurang ajar, misalnya kesalahan yang berupa dosa, seperti
mencuri mengambil barang teman atau tetangga, dan lainnya.
Aturan dan hukuman yang dibuat harus konsisten, tidak boleh diubah dengan
semena-mena sesuai keinginan kita. Para pendidik (orangtua dan guru) – tidak
boleh arogan atau plin-plan. Aturan dan hukuman yang tidak konsisten akan
merusak wibawa kita sebagai pendidik dan kita akan dicemooh anak-anak.
Prinsip mendidik yang baik adalah tegurlah kesalahannya, tetapi jangan serang
pribadinya. Tidak apa-apa untuk menegur anak yang bangun kesiangan dengan
mengatakan, “Ayo, bangun sudah siang !” dengan nada tinggi atau berteriak sesuai
kebutuhan. Tetapi, jangan katakan, “Ayo bangun! Dasar pemalas!”. Perkataan
semacam itu sudah menyerang pribadi anak dan kita memberi label anak dengan
sebutan “pemalas”.
Kalau anak nakal, malas, atau kurang ajar, katakan, “Anak Tuhan tidak boleh kurang
ajar !” , “Anak soleh tidak boleh bohong !” atau “Anak baik tidak boleh begitu !”
Dengan demikian, label si anak tetap anak soleh, anak Tuhan, dan anak baik.
Itu penting untuk membangun citra diri yang benar dalam hidup anak dan citra diri itu
sangat penting bagi keberhasilannya di masa mendatang. Jangan katakan, “anak
bandel, dasar anak kurang ajar !” atau sumpah serapah lainnya, itu bukan mendidik,
tetapi mengutuk dan anak akan sakit hati dan membenci si pendidik.
Maksud kita marah adalah menghukum supaya anak kembali ke jalan yang benar
dan menyadari kesalahannya. Tapi kalau cara menghukum kita salah, kita tidak
akan mencapai tujuan. Sebaliknya, kita akan menyakiti hatinya, merusak citra
dirinya, membuatnya minder, tertutup, takut bicara, dan masalah-masalah lain yang
bersumber dari citra diri yang rusak.
Marah bukanlah untuk memojokkan anak. Jangan menghukum atau marah dengan
mengatakan, “Papa malu kamu berbuat begitu !”, “Kamu itu merusak martabat
keluarga kita, bikin malu keluarga !”, dan hal-hal serupa lainnya. Itu menunjukkan
bahwa sebenarnya fokus kita – yang kita pertahankan dan kasihi – bukanlah si
anak, tetapi diri kita sendiri, nama baik kita, nama marga, atau reputasi kita sendiri.
Kalau anak kebetulan memang tidak suka dengan orang tuanya, dia justru akan
berbuat lagi supaya orangtuanya malu.
Misalkan, seorang anak berbuat salah atau memakai narkoba, lebih baik kita berkata
begini, “Kalau kamu berbuat begitu, coba kamu pikir apa akibatnya buat kamu ?
Badanmu akan rusak, masa depanmu, dirimu sendiri, dan reputasimu hancur.”
68
Anak bisa dididik dengan menerapkan prinsip-prinsip mendidik secara konsisten dan tekun
karena hal itu memang butuh waktu. Percayalah pada doa dan puasa serta pada kasih dan perhatian;
kita bisa mendidik anak dengan hikmat. Hukuman dilakukan hanya untuk awal mendisiplinkan anak
saja dan untuk membentuk pola, selanjutnya ancaman (peringatan) saja sudah cukup. Dalam hal
ancam mengancam atau peringatan, jangan mengancam dengan sesuatu yang kita memang tidak
akan melakukannya. Anak berebut Channel TV dan orang tua mengancam akan membuang TV. Itu
tidak berhikmat dan tidak produktif.
Jangan menghukum dan setelah itu tidak berbicara apa-apa kepada anak yang kita didik. Bicaralah,
“Kamu dididik karena kesalahan ini. Jika tidak salah juga tidak dididik. Papa mendidik karena
mengasihi kamu.”
Membentuk karakter anak memerlukan waktu. Itu adalah proses yang panjang dan kita harus
menjalaninya. Hadiah atau imbalan adalah sesuatu yang wajar sebagai apresiasi, sebagai ungkapan
terima kasih dan perhatian kita. Imbalan/ reward memberikan penerimaan, merupakan apresiasi atau
penghargaan, memotivasi orang melakukan hal yang sama sekali lagi, serta membangun hubungan
pribadi. Imbalan membalut hati yang terluka karena hukuman dan memecahkan kekakuan karena
aturan-aturan yang dibuat. Hadiah bisa kita berikan ketika anak melakukan aturan/ajaran kita. Imbalan
yang paling murah, sederhana, dan efisien adalah pujian. Pujian harus diberikan secara wajar, tidak
berlebihan. Hukuman tidak akan menimbulkan kepahitan dan sakit hati, asalkan bagian itu (memuji)
kita lakukan juga.
Uang adalah motivator yang luar biasa. Uang bisa kita gunakan sebagai motivator atau sebagai bentuk
imbalan/ hadiah. Arahkan dan motivasi anak untuk menabung uang yang didapat tersebut. Janjikan
dan berikan sejumlah uang apabila mereka melakukan sesuatu atau memperoleh prestasi tertentu
sesuai permintaan atau harapan kita.
Motivasilah anak agar tidak cinta uang atau pelit. Lakukan itu dengan mengarahkan penggunaan uang
yang telah mereka kumpulkan untuk hal yang memang diperlukan, seperti keperluan sekolah, pensil,
buku, baju, sepeda, dan mainan yang diperlukan. Sebenarnya kita, sebagai orang tua, memang juga
akan mengeluarkan biaya untuk hal-hal itu, namun kita menyalurkannya lewat sistem hadiah.
Anak setelah menabung juga diajar dan telah mengerti menggunakan uangnya untuk persembahan,
pelayanan, dan menolong orang lain. Dia mengatur uangnya dari hasil menabung.
69
Cara efektif untuk mengubah dan mempengaruhi orang lain dalam jangka panjang
adalah memberi teladan. Anak-anak bangsa mencari guru yang bisa menjadi
panutan dan teladan bagi mereka.
- membuat aturan.
- menghukum.
- memuji.
- dan memberikan teladan.
Hanya menghukum tanpa memuji, kita menjadi orang tua yang keras dan anak akan
sakit hati. Tanpa menghukum dan hanya memberi pujian/ reward, anak akan
menjadi manja, dan ketika di luar rumah disinggung, ditegur, atau dimarahi, dia akan
mudah sekali terluka atau merepotkan orang lain. Karena di rumah tidak pernah
mendengar kata-kata keras atau ditegur/ dihukum, ketika di kampus atau di kantor
ditegur atau dibentak orang lain, dia tidak akan bisa bertahan, ngambek, dan stres.
Hanya menyampaikan norma dan tidak menjadi teladan berarti kita munafik.
Teladan membuat pelajaran, ajaran, dan aturan menjadi nyata serta mudah
dimengerti karena ada contohnya. Orang tua atau guru yang punya kemauan akan
menjadi orang tua atau guru yang baik. Pemberian teladan merupakan cara efektif
dalam mendidik suatu kebiasaan baik. Misalnya, dalam kerapian, kebersihan,
membuang sampah, berdoa sebelum makan, ataupun sikap dan nilai hidup, dan
sebagainya.
70
Bermain
Dunia anak adalah bermain, kegemaran anak adalah bermain, dan sambil bermain
mereka belajar. Bermain adalah pekerjaan anak-anak, dan anak-anak menambah
penggalian pengetahuan mereka melalui bermain dan berpartisipasi di dalam
kegiatan. Anak-anak tidak akan capai bermain, selalu ada energi dan kemauan
untuk bermain karena itu memang dunia mereka. Pada sekolah maju yang dikatakan
bertaraf internasional – mereka banyak bermain. Sambil bermain, kita bisa
menyampaikan konsep-konsep dan nilai-nilai hidup. Norma-norma antri, menerima
kekalahan, bermain dengan fair, jujur, tidak curang, ataupun sportivitas yang jauh
lebih penting daripada “pokoknya menang” sangat efektif ditanamkan saat bermain.
Hubungan orang tua dan anak akan terjalin erat jika terlibat dalam permainan. Ayah
yang bermain dengan anaknya bisa mendongkrak IQ anak !
Beryanyi
Melalui lagu-lagu, anak belajar sesuatu. Sebuah konsep akan lebih mudah
ditanamkan lewat lagu karena diucapkan berkali-kali, bahkan dihafalkan. Dengan
menyanyi, anak tanpa sadar dilatih daya ingatnya dan dengan menghafal lirik lagu
tersebut, kecerdasannya dipacu. Anak yang pandai memainkan alat musik
mempunyai daya kreativitas dan keahlian yang tinggi.
Saat mendidik, mereka harus mendengar dan kita harus ingat, daya konsentrasi
mereka sangat pendek maka segala hal yang mereka sukai, kita pakai sebagai
jembatan untuk mengajarkan sesuatu. Termasuk menyanyi.
Jika kita cermati, lagu-lagu yang bertemakan pendidikan juga cukup banyak.
Misalnya lagu yang liriknya : “Oh Ibu dan Ayah selamat pagi. Kupergi sekolah
sampai kan nanti. ................................ Hormati gurumu sayangi teman, itu tandanya
kau anak yang budiman.”
Daftar Pustaka
Azerrad, J. 2005. Membangun Masa Depan Anak. Bandung : Penerbit Nusamedia & Penerbit Nuansa.
Dimas, MR. 2005. 20 Kesalahan Dalam Mendidik Anak. Penerjemah: H. Abdurrahman Kasdi. Jakarta
: Pustaka Al-Kautsar.
Edy. 2012. Ayah Edy Menjawab. Jakarta Selatan: Penerbit Noura Books (PT Mizan Publika).
Kenney, L & Young, W. 2017. 50 Panduan Mengasuh Anak yang Sulit Diatur. Jakarta: Penerbit
Bhuana Ilmu Populer.
Kumala, T. 2018. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia PUEBI. Perpustakaan Nasional RI :
Katalog Dalam Terbitan. C-Klik Media.
Najah as-Sabatin. 2014. Dasar-Dasar Mendidik Anak (Usia 1-10 Tahun). Penerjemah: Yahya
Abdurrahman. Bogor: Al Azhar Freshzone Publishing.
Nugroho, F. 2017. Keselamatan di Rumah dan Perjalanan untuk SD/MI Kelas II Semester 2. Tema 8.
Sukoharjo : Sindunata.
Ormrod, JE. 2009. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Jilid 1. Edisi
Keenam. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Pitadjeng. 2015. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rahim, F. 2011. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Edisi Kedua. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Rahmawati, S. (Editor). 2005. Mencetak Anak Cerdas dan Kreatif. Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara.
Saktyowati, DO. 2011. Panduan Pendidik: Meningkatkan Mutu Pendidik Dalam Pembelajaran Sains.
Jakarta : CV. Ghina Walafafa.
Santrock, JW. 2012. Perkembangan MASA-HIDUP. Edisi 13 Jilid 1. Terjemahan dari : LIFE-SPAN
Development. McGraw Hill. Indonesia : Penerbit Erlangga.
___________. 2007. Perkembangan Anak. Edisi 11. Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Wijanarko, J. 2005. Mendidik Anak untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional dan Spiritual.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Wulansari, NMD. 2017. Didiklah Anak Sesuai Zamannya. Jakarta Selatan: PT Visimedia Pustaka.