Anda di halaman 1dari 100

Pembelajaran untuk Mendidik Anak-anak

Yovan Hendriek – Kota Pontianak

Dalam masa pandemi Covid-19 ini, anak-anak pada umumnya tetap tinggal di dalam rumah.
Mereka bermain di dalam rumah, bersekolah secara daring dari rumah, beraktivitas harian di
dalam rumah, dan lebih banyak berinteraksi dengan orangtuanya yang juga kebanyakan
bekerja dari rumah.
Sebagai orangtua terkadang kita merasa kewalahan dalam menghadapi sikap dan perilaku
anak, yang kita rasakan tidak semestinya. Kita merasa kebingungan dan tidak tahu
bagaimana cara mendidik anak-anak secara baik. Terlebih lagi bila kita ditegur orang
serumah, misalnya kakek dan nenek dari anak-anak bahwa kita tidak pandai menjadi
orangtua yang baik.
Hal ini juga sudah saya alami. Saya berusaha mencari solusinya dengan mempelajari buku-
buku dari perpustakaan daerah yang berkaitan dengan mendidik anak-anak. Selanjutnya
coba saya terapkan kepada anak saya dan ternyata banyak perubahan perilakunya yang
sebelumnya kurang baik menjadi lebih terarah dan kondusif.
Oleh sebab itu, melalui media preprint ini saya juga ingin membagikan pengetahuan tentang
mendidik anak-anak yang sebelumnya telah saya peroleh dari perpustakaan daerah.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para orangtua dan anak-anak kita semua.

1
(Hari Anak Sedunia 20 November)

Ketika kita mengubah cara berpikir, berkata, dan berperilaku, anak akan melakukan hal
yang sama. Di tengah situasi yang memanas, kita memerlukan cara untuk menenangkan
anak sehingga kita dapat berhenti berteriak dan mulai bekerja sama. Dengan mencontohkan
perilaku yang ingin kita lihat pada anak, mereka akan mulai berkembang di lingkungan yang
lebih tenang dan penuh dengan kasih sayang. Buku ini berlaku bagi semua anak dan
membantu mereka berperilaku baik selamanya, tidak hanya sementara.
Percakapan dan aktivitas dari hati ke hati merupakan cara yang baik untuk membangun
hubungan positif dalam keluarga anda melalui permainan dan komunikasi.
Jadilah orangtua yang lebih menyayangi, baik, tenang, dan dewasa !
Bangunlah keterampilan emosional, sosial, dan kognitif yang lebih baik tanpa menghukum !
Terapkan strategi untuk meredam ketegangan, kemarahan, dan kegelisahan sehingga anak-
anak menjadi lebih terampil dalam berkomunikasi, berpikir, dan berperilaku.
Buku ini tidak menekankan pada kepatuhan instan dan lebih mementingkan pembentukan
hubungan yang menumbuhkan kestabilan emosional.
Hal terpenting membina anak-anak dengan emosi tinggi (sebagaimana kita) adalah
kesempatan untuk senantiasa berlatih dengan cara yang penuh kasih sayang. Banyaknya
pilihan hal yang dapat dikatakan, dipikirkan, dan dilakukan memungkinkan anda untuk
mengatasi situasi pelik berulang-ulang dengan keterampilan baru tanpa hukuman.
Pendekatan ini menempatkan anda pada posisi anak. Menurutnya, anda berdua berada
pada sisi yang sama, tidak ada persaingan mengenai siapa yang benar atau salah.
Kedamaian tumbuh pada diri anak-anak ketika tercipta keseimbangan antara apa yang
mereka perlukan dan apa yang kita berikan sebagai orangtua. Kita dapat menemukan solusi
untuk masalah ini bersama-sama, setiap hari ! Rancang untuk membesarkan anak-anak
yang baik dari dalam, bukan sekadar anak-anak yang tampak baik dari luar !
Kita perlu menuangkan lebih banyak kasih sayang, pengertian, kesabaran, dan
pembentukan keterampilan ke dalam dirinya. Anak-anak kita pun memerlukan sedikit hadiah
kejutan. Kata-kata kasar dan tatapan merendahkan tidaklah bermanfaat !!

Seorang tukang kebun tidak berhenti menyiram tanaman jika tanaman tersebut belum
berbunga dalam waktu satu atau dua minggu. Dia tahu bahwa untuk melihat kuncup yang
cantik suatu hari nanti, dia harus menyirami dan merawatnya terus-menerus.
Menyiapkan rutinitas yang dapat membantu anak-anak untuk menyelesaikan tugas-tugas
pagi mereka secara mandiri akan mengurangi kekacauan dan teriakan, serta membawa
kedamaian ke rumah anda. Kita juga perlu berupaya berkomunikasi secara tatap muka
dengan anak-anak pada pagi hari. Kita tidak bisa mengasuh mereka dari dapur atau sofa.
Luangkan waktu untuk membimbing anak-anak dan berikan mereka instruksi langsung dari
dekat. Tangani persoalan ini secara pribadi, dengan rasa cinta dan ketegasan. Berteriak
“Pakai baju !” dari ruangan lain akan memupuskan harapan akan hadirnya suasana pagi
yang tenang bahagia. Siapkan segala sesuatu pada malam sebelumnya !

Membangun sistem dan rutinitas dalam keluarga untuk menyelesaikan tugas-tugas rumah
tangga akan sangat membantu. Mulailah dengan duduk bersama anak-anak dan meminta
mereka menulis (atau menggambar) rutinitas pagi, siang, dan malam hari mereka di papan
atau kertas untuk ditempel di kamar tidur. Tulisan atau gambar ini akan menjadi pengingat
bagi anak-anak anda akan kegiatan yang perlu mereka lakukan.
Jadilah teman bicara, bukan pemberi perintah ! Pada gilirannya, anak-anak akan
belajar bahwa percakapan anda dengan mereka tidak bertujuan menyalahkan siapa pun.
Bekerja sama dengan anak-anak dalam menjalankan rutinitas dan tugas-tugas pagi mereka
mendorong mereka untuk bertanggung-jawab. Luangkan waktu untuk duduk bersama anak-
anak dan membicarakan tentang seperti apa hari yang mereka anggap menyenangkan.

Cara mudah mengurangi stres pada pagi hari :


- Tulislah rutinitas yang perlu dilakukan setiap anak pada pagi, siang, dan malam hari.
Tulislah tugas-tugas mereka secara berurutan, dengan bantuan mereka, sehingga mereka
mulai memiliki kesadaran akan apa saja yang harus mereka lakukan. Cara ini akan sangat
membantu jika tugas-tugas itu ditampilkan berupa gambar. Bantu anak anda menggambar
atau memotong gambar dari majalah untuk membuat jadwal bergambar.

2
Profil Pelajar Pancasila : Mandiri dan bernalar kritis !

Kegiatan pagiku (orangtua) :


- bangun tidur dan mandi.
- pakai baju.
- merapikan barang yang berserakan di lantai kamar.
- ke dapur untuk mengambil sarapan.
- ke luar rumah dengan senyuman.

Bangunlah sebelum anak-anak, lalu buatlah diri anda siap terlebih dahulu. Mandi,
merapikan rambut, dan berpakaian memerlukan waktu. Anda harus membiasakan hal itu
sebelum anak-anak terbangun. Rutinitas pagi anda merupakan contoh bagi anak-anak.

Orangtua harus meluangkan waktu untuk melatih anak-anak agar mereka dapat
menyelesaikan tugas tertentu secara mandiri.

Apa yang dapat anda katakan ?


- Bangun terlambat membuat kita terburu-buru. Kita akan berusaha bangun lebih awal agar
punya lebih banyak waktu bersama-sama.
- Ayo bangun dan bersiap-siap sehingga otak dan tubuh kita siap untuk menyelesaikan
tugas hari ini.
- Kita ingin memulai hari dengan tubuh yang tenang dan pikiran yang damai.
- Coba kita lihat jadwal, apakah kita sudah mengikuti jadwal ataukah belum.
- Kita sudah menyelesaikan daftar tugas dengan baik ! Hebat, kamu berhasil menyiapkan
ransel dan bekalmu semalam.
- Kamu boleh merasa bangga ketika bisa merapikan tempat tidur, membereskan kamar, dan
mengerjakan tugas-tugas pagimu sendiri.
- Kita punya waktu luang pagi ini, kamu mau main di luar sebentar ? Bapak/Ibu akan
menemanimu.
- Kita harus berangkat tepat waktu, tapi tetap tenang. Ayo kita coba sedikit demi sedikit.
- Kita bisa saling membantu. Kita adalah tim yang hebat !
Apa yang dapat anda pikirkan ?
- Saya bisa mempersiapkan diri lebih baik lagi sehingga anak-anak tidak tergesa-gesa lagi.
- Kalau saya sudah siap sebelum anak-anak bangun, saya bisa membantu mereka agar
berkonsentrasi pada tugas-tugas mereka.
- Saya akan berkonsentrasi pada satu tugas tiap waktu dan tidak membebani anak-anak
dengan rasa cemas atau frustasi saya sendiri.
- Memburu-buru anak saya tidak menjadikannya lebih baik.
- Memburu-buru menciptakan kecemasan.
- Kegiatan pagi hari harus direncanakan agar lebih efisien.
- Membantu anak-anak kita berperan aktif dalam menciptakan pagi hari yang sukses akan
mengajarkan keterampilan yang sangat mereka perlukan kelak.
- Saya harus mencontohkan sikap yang baik, santun, dan tenang setiap hari.

Apa yang dapat anda lakukan ?


- Bangunlah dengan niat untuk tetap tenang. Rangkullah niat untuk menjaga suasana
damai, akrab, dan penuh kasih sayang.
- Periksalah daftar tugas anak-anak anda dan pujilah mereka atas tugas-tugas yang berhasil
mereka selesaikan dengan baik.

Orang perlu melihat atau membayangkan keadaan ketika suatu tugas telah terselesaikan
sebelum mereka memulainya. Membayangkan keadaan ketika masalah terpecahkan akan
berguna bagi anak-anak dan remaja. Buatlah kegiatan visual untuk membantu
menenangkan otak anak anda karena kemarahan dan kecemasan dapat mengganggu
kemampuan berpikir.

Apa yang dapat anda pikirkan ?


- Terkadang, kita perlu lebih dari kata-kata untuk menyelesaikan tugas, kita perlu
membayangkan, menggambarkannya, atau rencana tertulis.
- Saya bisa menemaninya ketika mengerjakan tugas supaya dia merasakan kepedulian
saya.
- Saya selalu bisa bekerja sama dengannya. Saya akan membiarkannya mengambil
tanggung-jawab atas tugas ini.

Apa yang dapat anda lakukan ?


- Ingatlah bahwa mengelak, marah, atau frustasi adalah tanda-tanda bahwa anak anda
merasa bingung atau tidak mampu. Bersiaplah membantu anak anda melakukan tugas
tertentu dan tugas-tugas lain sewaktu-waktu.
- Pastikan anda mengerjakan tugas itu bersama anak, bukan mengerjakan hal itu
untuknya. Jika kita mengerjakan tugas anak-anak, mereka tidak akan belajar untuk
mengerjakannya sendiri.
- Ajari anak untuk membuat “rencana” sebelum mengerjakan sesuatu.
- Bantu dia memikirkan langkah-langkah untuk menyelesaikan tugasnya.

Memberi anak-anak anda keterampilan untuk memperkirakan, merencanakan, memecahkan


masalah, dan berlatih akan membangun mereka menjadi sosok yang lebih cerdas dan
terampil. Mengajari mereka untuk memikirkan dan merencanakan sesuatu akan
meningkatkan keterampilan mereka untuk berpikir dan bekerja.
Ingat ! kemarahan dan frustasi akan meletus bila seseorang dibebani tugas yang
dirasakannya terlampau berat. Mengajari anak-anak anda untuk membagi tugas dan
menyelesaikannya satu demi satu menghadirkan perasaan keberhasilan demi
keberhasilan, bukan kewalahan.

Katakan :
- Ayo kita bersihkan kamarmu sedikit demi sedikit.
- Kerjakan satu demi satu supaya lebih mudah.

Pikirkan :
- Saya mungkin harus membantunya sedikit sampai dia merasa mampu mengerjakannya
sendiri.
- Terkadang, sesuatu yang mudah bagi saya ternyata sulit bagi orang lain.
- Membantu anak saya membayangkan keadaan tercapainya sebuah keberhasilan dapat
membantu kemajuannya.
Lakukan :
- Belajar menangani tugas-tugas besar, merupakan keterampilan hidup yang penting.
- Ingatlah bahwa mengelak, marah, atau frustasi adalah tanda-tanda bahwa anak anda
merasa bingung atau tidak mampu.
- Bersiaplah membantu anak anda melakukan tugas tertentu dan tugas-tugas lain sewaktu-
waktu.
- Ajari anak anda untuk membuat “rencana” sebelum mengerjakan sesuatu.
- Bantu dia memikirkan langkah-langkah untuk menyelesaikan tugasnya.

3
Hayati dan amalkan Pancasila ; jangan berbuat dursila !

Perilaku Menggigit Pada Anak


Menggigit dapat menandakan kurangnya rangsangan sensorik. Beberapa anak mencari
rangsangan melalui mulut untuk menenangkan diri atau bahkan merangsang otak mereka.
Ingat, anak anda tidak memiliki kedewasaan atau keterampilan untuk menenangkan diri,
menarik napas dalam, dan mengekspresikan rasa frustasinya seperti anak yang lebih
dewasa. Diperlukan waktu dan kesabaran dari orangtua, guru, atau pengasuh untuk
menyampaikan dan menirukan kemampuan ini. Kuncinya adalah mengajarkan bahasa,
komunikasi, dan keterampilan mengendalikan suasana hati kepada anak-anak anda.

Mengapa anak menggigit ?


a. mereka belum dapat berbahasa, berkata-kata, atau mengekspresikan keinginan.
b. Mereka merasa kecewa, marah, atau jengkel, dan menggigit sepertinya menjadi cara
tercepat bagi mereka untuk menyampaikan hal itu.
c. Anak merasa bingung dengan keadaan di sekitarnya ketika ada anak-anak lain.
d. Anak mungkin memerlukan lebih banyak empati, sentuhan, atau pengertian, dan
mengekspresikannya dengan menggigit.
e. Anak mudah marah dan kesulitan menahan emosi.
f. Anak dalam masa tumbuh gigi, memiliki kendala sensorik di mulut, atau mencari tekanan
di mulut.
Ketika anak-anak terkalahkan oleh perasaan marah, takut, frustasi atau kecewa, misalnya
karena anak lain memiliki mainan yang mereka inginkan, mereka tidak memiliki bahasa
untuk mengungkapkannya. Bantulah anak dengan menyatakan apa yang mungkin
dirasakannya dan berilah solusi (kata-kata, ide, dan perilaku baru) yang tidak dapat
ditemukannya sendiri.
Sangat penting untuk membantu anak menemukan pikiran perasaan, atau persepsi yang
memicu ledakan emosi mereka.
Membicarakan masalah dan tidak menghukum akan mengajarkan tindakan positif. Jika kita
dapat bernapas dan mengembangkan kebiasaan untuk berempati, serta menelaah
perasaan anak-anak sebelum mengambil tindakan, kita dapat membantu mereka
mengembangkan keterampilan mengendalikan diri yang lebih baik sekaligus meningkatkan
kemampuan mereka untuk memecahkan masalah. Bila anda hendak membangun
keterampilan emosional-sosial dan keterampilan berpikir mereka, waktu terbaik untuk
berbicara adalah ketika anak anda cukup tenang. Terdapat 3 saat untuk mengambil
tindakan :
MOMENTUM 1 : sebelum kejadian. (ini pilihan kami)
MOMENTUM 2 : di tengah kejadian.
MOMENTUM 3 : setelah kejadian.

Mengetahui MOMENTUM yang sedang anda hadapi akan berdampak pada pikiran,
perkataan, dan tindakan anda. Kebanyakan dari kita baru berbuat sesuatu pada
MOMENTUM 3, yaitu setelah kejadian. Saat ini hormon kortisol dan adrenalin anak anda
sudah melonjak sehingga tugas utama anda adalah membantunya menenangkan diri.
Percakapan dan pembentukan keterampilan terjadi ketika anak anda cukup tenang untuk
memperhatikan tanpa merasa marah atau membela diri !
Hukuman bukanlah jawaban. Ketika emosi anak anda melonjak, tindakan terbaik yang
mungkin dapat anda lakukan untuk membantunya adalah berbicara dengan otak
emosionalnya. Dia mungkin merasa jengkel sehingga pemikiran rasional mungkin tidak
membantu. Jadi, pikirkan cara untuk menenangkan otak limbik pada MOMENTUM 2 dan 3.
Pada contoh ini, eksplorasi secara lembut dengan empati, memberi perhatian pada anak
yang digigit, dan menunjukkan sikap tenang merupakan langkah awal yang perlu dilakukan.
Orangtua: “Oh, Robert menangis.”
“Kenapa dia menangis?”
“Dia tampak kesakitan.”
“Sebaiknya, kita perban dan kompres dengan es.”
“Joni, tolong ambilkan kompres es, sementara Ibu rangkul Robert untuk menenangkannya.”
Setelah kekacauan mereda, Anda dapat membahas kejadian tersebut untuk membangun
keterampilan.
“Joni, kamu marah ketika Robert ikut bermain, ya?”
“Kamu takut dia mengambil truk mainanmu.”
“Tidak apa-apa kalau takut, tapi tidak boleh menggigit.”
“Digigit itu sakit.”
“Coba kita bermain peran untuk belajar melakukan sesuatu tanpa menggigit.”
Percakapan berikut berlangsung beberapa menit setelah anak berhenti menangis dan
kedua anak mau bermain bersama lagi. (MOMENTUM 3)
Orangtua : “Joni, kamu kelihatan benar-benar marah.”
Joni : “Aku mau mainan !”
Orangtua : “Ya.... Kamu mau mainanmu. Robert mengambilnya, kemudian kamu marah.
Joni : “Aku tidak suka itu !”
Orangtua : “Kalau kamu tidak suka, katakan, ‘Aku tidak suka itu. Tolong kembalikan !’ Kamu
bisa minta tolong Bapak atau Ibu kalau perlu bantuan. Bapak atau Ibu akan selalu
membantumu. Teman bukan untuk digigit. Kamu boleh menggigit roti dan apel. Ayo, kita
coba.”
Waktu mendidik yaitu ketika anak tenang dan bisa menerima ide serta perilaku baru yang
anda ajarkan kepadanya. Memberikan anak anda kesempatan untuk berlatih merupakan
cara terbaik untuk menangani kemarahannya.
Lakukanlah ini : metode “Tenang” untuk berempati, menawarkan ide, kata-kata, atau
tindakan baru, serta melatihkan perilaku baru. Berempati sebelum emosinya memuncak,
bukan menunggu sampai hormonnya meluap.
Anda berempati pada anak untuk membuatnya mengerti bahwa anda bersedia untuk turut
merasakan masalahnya dan memikirkan jalan keluarnya. Seolah-olah ia mendengar
“Bapak/Ibu ada di sisimu”, “Bapak/Ibu berada dipihakmu.” Perasaanmu penting bagi
Bapak/Ibu”.
Anda menawarkan kata-kata, ide, atau tindakan baru. Anda berlatih kata-kata, ide, atau
tindakan baru dengan anak anda.

LANGKAH 1 : BEREMPATI
(isilah titik-titik dengan kata-kata yang sesuai dengan situasi dan kondisi).
Bapak/Ibu mengerti bahwa........................
Bapak/Ibu paham kalau.........................
Kamu mungkin merasa...........................
Memang sulit untuk...........................
LANGKAH 2 : TAWARKAN KATA-KATA ATAU TINDAKAN BARU
Bapak/Ibu ingin membantumu..........................
Bapak/Ibu tahu ini sulit, mungkin kita bisa.......................
Mungkin ada cara lain untuk mengatakannya, ayo kita cari kata-kata yang lain....................
Kamu bisa mencari cara lain untuk melakukannya, ayo kita pikirkan..........................
Kita bisa melakukannya seperti ini, bukan........................

LANGKAH 3 : BERLATIH
Ayo, kita coba ini.....................
Bagaimana kedengarannya kalau........................
Bagaimana kelihatannya kalau........................

“Masalahmu juga penting bagi Bapak/Ibu, kita akan menyelesaikannya bersama-sama.”


Anda akan meraih hati anak anda dengan empati.
Mengatakan sesuatu menyampaikan bahwa, “Ya, Bapak/Ibu tahu kamu marah”, adalah awal
yang baik. Bersikaplah hangat dan penuh perhatian, biarkan anak anda mengekspresikan
emosinya. Jika anda berteriak, dia tidak akan belajar keterampilan baru untuk memecahkan
masalah.
Memerhatikan ketika anak anda bermain akan sangat membantu. Hargai perilaku baik
dengan sentuhan lembut, komentar, atau pelukan untuk mendukung pilihan yang lebih baik.
Pastikan anda menyaksikan ketika anak berperilaku baik dan pujilah.

Apa yang dapat anda katakan ?


- Ketika merasa terancam, kita akan marah.
- Kadang-kadang, kita marah ketika merasa takut.
- Kita tidak seharusnya mengamuk, apalagi menyakiti orang lain.
- Kita bisa menenangkan perasaan.
- Terkadang, kita perlu bermain di ruang kita sendiri.
- Ketika merasa ingin marah, kita perlu ruang untuk menyendiri.

Apa yang dapat anda pikirkan ?


- Menggigit menandakan anak saya tidak punya cara lain untuk mengatasi keadaan.
- Anak saya memerlukan saya untuk membantunya menenangkan diri.
- Anak-anak mengalami lonjakan perasaan ketika mereka tidak punya keterampilan untuk
mengendalikan situasi.
- Saya akan mencontohkan kesabaran, bukan kemarahan, kepada anak-anak saya.
- Kemarahan saya adalah tanda bahwa saya harus memecahkan masalah ketimbang
meluapkan emosi.

Apa yang dapat anda lakukan ?


- Tawarkan solusi, “ayo kita rencanakan apa yang bisa kamu lakukan nanti.”
- Tawarkan solusi, “Mungkin kamu langsung berpikir untuk menggigit. Kamu boleh
mengambil waslap dingin untuk digigit ketika kita marah.”
- Tunjukkan bahwa Anda bersedia memecahkan masalah bersamanya. “Menyakiti orang
lain itu tidak menyenangkan. Kita bisa mencari cara yang lebih baik bersama-sama.”
- Bermain peranlah dengan anak setelah ia merasa tenang, “Coba kita lakukan dengan cara
yang lain.”

4
Jadikan Kota Kita Kota Ramah Anak

Membantu anak-anak mengenali perasaan merupakan salah satu fondasi pengendalian diri.
Ketika anak-anak dapat menyatakan, “Aku marah !” atau “Aku sangat sedih”, mereka
mengambil kepemilikan atas perasaan mereka.
Membantu anak-anak menumbuhkan cara yang sehat dan realistis untuk menangani
perasaan marah dan kesal adalah keterampilan yang akan berkontribusi terhadap
keberhasilan anak anda secara keseluruhan.
Beberapa ide yang dapat dicoba :
Katakan : “Bicaralah pada seseorang yang kamu percayai”, “Lupakan kemarahanmu”, atau
“Gambarlah sebab kamu marah”.
Mengekspresikan perasaan dapat menjadi cara kuat untuk meredakan emosi mereka.
“Ceritakan kesedihanmu, maka kesedihan itu akan berkurang.”

Perilaku Memukul pada Anak


Anak-anak memukul untuk mengekspresikan diri dan mendapatkan kebutuhan mereka.
Banyak anak memukul untuk mengekspresikan rasa marah, kecewa, putus asa, dan sedih.
Jika mereka memiliki kata-kata untuk mendapatkan keinginan mereka tanpa memukul,
mereka akan menggunakannya.
Orangtua dapat membuat anak-anak merasa terpojok bila memberi arahan atau instruksi
secara bertubi-tubi. Tanyalah diri anda, “Apakah saya bicara terlalu banyak ?”
Mengamati bahasa tubuh, ruang, dan kata-kata anak membantu anda memberinya perilaku
alternatif sebelum terjadi tindakan pemukulan. Jika hal itu sudah terjadi, anak anda mungkin
terlalu marah atau putus asa untuk memecahkan masalah bersama anda.
Menjaga diri kita tetap tenang sangat penting ! Kita harus melakukan segala upaya untuk
menenangkan otak limbik (otak emosional) sehingga kita dapat menunjukkan cara
melakukannya kepada anak-anak.

Apa yang dapat anda katakan ?


- Kita terkadang menginginkan sesuatu yang tidak dapat kita miliki.
- Menunggu memang sulit.
- Bisakah kita mengatakan, “Boleh aku minta itu dikembalikan?”
- Jika kamu ingin memukul atau mendorong, itulah saatnya untuk memilih cara yang lain.
- Kamu mungkin bisa menyilangkan lengan di depan badan atau menaruh tanganmu di
kantong agar tidak memukul.
- Bapak/Ibu bisa membantu mengendalikan perasaanmu dengan membicarakannya.

Apa yang dapat anda pikirkan ?


- Saya akan mengendalikannya secara langsung. Semua perasaan anak saya baik-baik
saja. Tugas saya adalah membantunya mengendalikan perasaan itu.
- Saya akan tetap tenang dan menunjukkan kepada anak bahwa dia pun bisa tetap tenang.

Apa yang dapat anda lakukan ?


- Berempatilah dengan pengalaman anak anda. “Bapak/Ibu tahu ini sangat sulit bagimu”.
- Membenarkan perasaan anak anda adalah cara terbaik untuk mengajarinya menjadi sosok
yang penyayang.
- Ingatlah bahwa membenarkan sama dengan mengatakan, “Bapak/ Ibu mendengar dan
memahamimu.” Anda dapat memahami perilaku anak tanpa harus menyetujuinya.

Orangtua dapat merasa kecewa ketika anak-anak memukul saudaranya, atau yang lebih
buruk lagi, bila ditelepon dari sekolah karena dia memukul temannya. Sebagai orangtua kita
merasa malu, kewalahan, dan terkadang marah pada diri sendiri. Solusi yang paling baik
adalah merencanakan, berlatih, dan bermain peran ketika anak anda tenang. Lengkapi
mereka dengan cara yang lebih efektif ketika keadaan menjadi sulit. Bagi seorang anak,
penolakan atas keinginan mereka terasa sangat menjengkelkan. Jika mereka tidak memiliki
keterampilan kognitif dan emosional untuk tetap tenang dan berpikir dengan jernih, mereka
akan bertingkah. Untuk memperoleh perilaku yang dapat diterima secara sosial,
memberikan tuntunan untuk melalui interaksi sosial yang pelik ini merupakan cara yang jauh
lebih cepat daripada menghukum dan mempermalukan.

5
Anak-anak Berseri Kita pun Berseri

Ketidaksopanan timbul dari perasaan kehilangan, kesendirian, dan tidak disukai. Dalam
keluarga, jadikan sikap menghormati sebagai nilai utama yang diberitahukan dan
dicontohkan oleh orangtua dan anak-anak. Komunikasi nonverbal (tindakan tanpa kata-
kata) lebih kuat daripada kata-kata, jadi waspadai bahasa nonverbal anda sendiri !

Bertindak tidak sopan dapat menjadi cara menyampaikan :


“Kebutuhan emosionalku tidak terpenuhi”,
“Aku muak”,
“Aku tidak dihormati”,
“Kamu tidak mendengarku, jadi aku bertingkah”,
“Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dengan perasaanku”,
“Hati dan pikiran kalian tidak di sini”,
“Mengapa kalian berharap aku bersikap sopan, sedangkan kalian tidak pernah
bersikap sopan satu dengan yang lain?”

Anak-anak mungkin bertindak tidak sopan karena merasa sedih, tidak bahagia, tidak
berdaya, ditinggalkan, kesepian, disalahpahami, jengkel, frustasi, atau marah.
Tindakan tidak sopan mungkin lebih merupakan cerminan dari anak yang belum memiliki
kosakata atau wawasan emosional untuk mengatakan, “Aku putus asa dan kesal. Ini benar-
benar sulit bagiku sekarang. Aku tidak tahu harus berbuat apa.”
Namun, yang Anda tangkap/ dengar, “Terserah ! Aku tidak mau tahu,” atau bahkan, “Aku
benci Ibu !”
Ketika anak-anak berperilaku tidak sopan, hal itu boleh jadi usaha terakhirnya untuk
mendapatkan keinginan mereka. Ketika orang, termasuk anak-anak, merasa tidak berdaya,
mereka mungkin akan melakukan sejumlah perilaku negatif.
Secara subjektif, kita cenderung mencitrakan anak-anak tersebut pembangkang dan menilai
mereka dari luar, daripada mencari tahu dengan menggali lebih dalam.
Jika anda memberikan hukuman kepada anak berulang-ulang karena sikapnya yang tidak
sopan, jelaslah bahwa hukuman itu tidak efektif untuk mengubah perilaku.
Bersikaplah lebih peka terhadap anak anda, mengakui perasaan yang tersakiti di balik
ledakan kemarahan, serta membiarkan sistem limbik (sistem pengaturan emosi di otak) anak
untuk menstabilkan diri, dan mengelola kemarahan yang tersimpan di balik kata-kata. Ini
semua akan memberikan rute tercepat agar seorang anak dapat belajar cara memproses
dan mencerna perasaan-perasaan yang BESAR. Kitalah yang harus berubah terlebih
dahulu. Kita harus melupakan cara-cara lama, dan itu tidak mudah.
“Bapak/Ibu dengar nada suaramu kasar, coba lagi.” Jika anda konsisten dan keluarga
anda mencontohkan bahasa yang sopan, anak anda pasti akan mematuhinya. Ini
perlu waktu dan tenaga. Tetaplah berusaha !
Anda perlu memberikan dukungan terus-menerus kepada anak untuk membantunya
menyesuaikan diri dengan nilai-nilai keluarga yang anda ajarkan. Kita tidak hanya meminta
anak-anak kita untuk berubah, tetapi kita juga harus berubah bersama mereka. Bersikap
lembutlah kepada anak anda dan diri anda sendiri. Jika anak tidak berubah, terus perhatikan
perilaku anda sendiri. Anda mungkin tidak menyadari bahwa anda masih berkomunikasi
secara kasar, tidak baik, tidak sopan, merendahkan, atau sarkastis (maaf : “kurang ajar”)
Kita tidak dapat mengharapkan anak-anak menggunakan bahasa tubuh nonverbal (tindakan)
yang baik dan nada ucapan yang penuh kasih jika mereka tidak melihat rasa hormat
dicontohkan dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Apa yang dapat anda katakan ?


- Bapak/Ibu bisa dengar kalau kamu mau sesuatu, tapi nada suaramu membuat
Bapak/Ibu tidak mengerti apa yang sebenarnya kamu mau.
- Coba katakan lagi, apa yang sebenarnya kamu mau ?
- Dari suaramu, kamu sepertinya sedang kesal, ya ?
- Sepertinya, kamu merasa ....................... (marah, kecewa, jengkel, kesal, sakit hati).
- Boleh saja marah, tapi jangan kasar.
- Orang-orang akan mendengarmu ketika kamu berbicara dengan suara yang tenang
dan menggunakan kata-kata yang baik. Ayo, kita berlatih mengucapkannya.
- Di rumah, kita berbicara dengan sopan.
- Kalau kamu berbicara seperti itu, sepertinya kamu tidak merasa senang.
- Jika kamu menggunakan kata-kata kasar dan bernada melawan, berarti kamu punya
perasaan besar yang mengganggumu. Mari kita bicarakan perasaan itu.

Apa yang dapat anda pikirkan ?


- “Anda bisa menang atau menjalin hubungan.” Menjalin hubungan berarti tidak
menegaskan bahwa anda menguasai atau mengendalikan.
- Saya akan memastikan bahwa saya menggunakan kata-kata, nada ucapan, dan bahasa
tubuh yang sopan.
- Saya akan berupaya secara emosional untuk terhubung dengan anak dan memahami
pikirannya.
- Saya akan menetapkan batasan dengan kasih sayang, bukan dengan kemarahan.
- Ketika anak saya bertindak tidak sopan, dia tidak mampu mengelola perasaannya yang
memuncak.
- Saya bisa anggap tindakan tidak sopan ini sebagai tanda bahwa anak perlu lebih
banyak bimbingan dan dukungan dari sekitarnya untuk mengatasi rasa marah dan
kesal.

Apa yang dapat anda lakukan ?


- Terkadang, di balik tindakannya yang tidak sopan, tersembunyi seorang anak yang perlu
menangis. Ketika mengarahkannya, anda mungkin akan mendapati banyak air mata.
Jadilah pendengar yang baik.
- Tanyakan anak anda kalau saja dia dapat menggunakan cara lain untuk menyampaikan
permintaannya. Jika tidak, tawarkan padanya kalimat baru dengan nada suara yang
sopan sehingga dia dapat meniru anda.
- Jika anak anda terus bertindak tidak sopan, tetaplah bersikap netral. Katakan “Bapak/Ibu
baru bisa memahami apa yang kamu inginkan kalau kamu berbicara dengan tenang dan
sopan.”
- Rendahkan suara anda, berbisiklah, atau bergeraklah perlahan-lahan. Semakin tenang
diri anda, semakin efektif upaya anda.
- Sebagai orangtua, kita tidak selalu dapat mengendalikan nada ucapan, kata-kata, atau
tingkah laku anak, tetapi kita selalu dapat mengendalikan reaksi kita.
- Anda perlu memberi anak kata-kata, intonasi, dan bahasa tubuh baru yang mengatakan,
“Aku ingin belajar denganmu,” bukan “aku ingin menundukkanmu.”
- Katakan padanya, “Coba kamu tenangkan dirimu dulu. Kita bicara lagi setelah kamu
tenang.”

6
Anak-anak Cinta Kota Kita

Apa yang membuat anak bertindak lancang ?


Anak-anak mungkin merasa putus asa, cemas, marah, kecewa, bahkan malu. Mereka
belum mengetahui cara mengelola perasaan mereka dan memerlukan bimbingan anda.
Dalam beberapa keluarga, hierarki orangtua dan anak sudah hilang, dan anak-anak
berupaya meraih kendali dan meneguhkan diri mereka sebagai penguasa.
Anak-anak melakukan apa yang mereka lihat, bukan apa yang diperintahkan kepada
mereka ! Tindakan kita menunjukkan kepada anak-anak cara berperilaku. Kita harus
mengajari mereka cara mengekspresikan emosi dengan tepat, meskipun sedang berada di
bawah tekanan.
Ketika seorang anak belum dilatih untuk mengekspresikan rasa frustasi dan kemarahan
secara benar, perasaannya dapat terekspresikan dengan cara-cara yang tidak diinginkan.
Anda dan anak akan merasa lebih baik ketika pengelolaan suasana hati semua orang sudah
menjadi lebih baik.
Tenangkan diri dan tetaplah tenang ! Mempelajari keterampilan emosional baru
memerlukan waktu, latihan, pengulangan, dan dukungan dari orangtua yang tenang dan
siap mendampingi. Berkomitmenlah untuk perjalanan yang cukup panjang !
KUNCINYA : Membantu anak anda mengenali saat dia merasakan lonjakan emosi, seperti
apa perasaannya, di mana dia merasakannya, dan bagaimana melepaskan atau
mencernanya secara tepat.
Memiliki kegiatan yang sudah disiapkan untuk ditawarkan kepada anak anda pada saat
terjadi ketegangan dapat membantu. Bermain sepak bola atau bermain ping-pong misalnya.
“Jika ingin menenangkan energimu, kita bisa bermeditasi sambil mendengarkan musik
sejenak, melakukan beberapa posisi yoga, bahkan hanya berbaring di lantai.”

Anak-anak belajar untuk mengelola emosi mereka dengan melihat dan mendengarkan kita.
Sedikit cibiran yang tampak sepele dapat berkembang menjadi gunung kemarahan atau
rasa sakit hati.

Apa yang dapat anda katakan ?


- Perasaanmu penting bagi Bapak/Ibu. Kita bisa bicarakan apa yang kamu rasakan.
- Bapak/Ibu merasa kamu sepertinya sedih atau sakit hati, walaupun tampaknya marah.
Mari kita bicarakan.
- Apa yang bisa kita lakukan bersama-sama agar tidak bertengkar ?

Apa yang dapat anda pikirkan ?


- Anak melihat saya untuk mencari contoh yang baik dalam mengatasi rasa frustasi, marah,
dan kecewa.
- Saya tidak akan membiarkan kemarahan mengalahkan diri saya.
- Saya bisa tetap tenang ketika marah.
- Saya tidak perlu menandingi emosi anak saya.
- Reaksi saya akan menentukan hasilnya.
- Saya mampu mengatasi perilaku apa pun yang ditunjukkan anak.
- Saya lebih dewasa, lebih mampu berpikir. Saya bisa mengatasi situasi ini.
- Saya tunjukkan kepada anak cara mengatasi emosi yang tidak menyenangkan.
- Membantu anak saya mengenali saat dia perlu melepaskan energi atau menenangkannya
merupakan sebuah keterampilan yang diperlukan seumur hidup.

Apa yang dapat anda lakukan ?


- Tawarkan suatu kegiatan kepada anak anda. Kegiatan singkat seperti mengajak hewan
peliharaan berjalan-jalan di luar dapat mengalihkan pikiran menuju keadaan yang lebih
damai.
- Bernapaslah melampaui kemarahan anda, dan kendalikan suara agar tetap pelan.
- Contohkan sikap tenang (saat berbicara pada anak yang sedang marah). Jika anda tetap tenang,
anak akan lebih mampu melakukan hal yang sama.
- Gunakan keterampilan menenangkan diri, seperti musik, olah raga, meditasi, atau yoga
bagi diri anda.
- Mengatur reaksi anda merupakan cara terbaik untuk membantu anak.

Ekspresi emosional anak-anak kita sering terkait dengan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Tugas kita adalah membantu. Kalau dimasukkan ke hati, kita menjadi terjebak dan tidak
berguna, baik untuk anak-anak atau diri kita sendiri.
Jangan masukkan perilaku anak anda ke hati !! Dia tidak melakukan sesuatu pada anda; dia
berkomunikasi dengan anda.
Anak berkembang ketika mereka tahu bahwa kedua orangtuanya dapat memberitahu
mereka cara menangani hal-hal sulit dalam kehidupan.
Tanyakan: “Apa yang kamu lihat, dengar, atau lakukan sehingga membuatmu marah?” “Apa
yang dilakukan orang lain hingga kamu putus asa, marah, dan sedih?”

Mendongeng dapat bermanfaat untuk mengendalikan suasana hati !


Mengajarkan keterampilan-keterampilan baru kepada anak paling baik dilakukan ketika
anak tenang dan siap untuk belajar ide-ide baru.

7
Anak-anak Tangguh Masa Depan Bangsa

Ada anak-anak tertentu yang selalu aktif bergerak tak bisa diam.
Anak-anak yang terlalu banyak bergerak mendapat rangsangan berlebihan pada
pancaindra mereka, mengalami masalah pendengaran atau penglihatan, dan
masalah lain yang berhubungan dengan hal itu.
Gerakan-gerakan kecil anak anda benar-benar melepaskan neurotransmiter seperti
dopamin yang membantu otak tetap aktif. Dopamin sering disebut sebagai zat rasa
nyaman, tetapi lebih baik memikirkannya sebagai zat siap untuk belajar. Untuk
beberapa anak, bergerak merangsang pusat pikiran di otak. Bagi beberapa anak,
gerakan adalah ekspresi perasaan. Ketika merasa khawatir, gugup, frustasi, marah
atau sakit hati, anak-anak bergerak untuk mengekspresikan diri.

Apa yang dapat anda katakan ?


- Apakah badanmu terasa ingin bergoyang, seperti punya banyak tenaga ?
- Bergerak-gerak membuatmu merasa nyaman, bukan ?
- Ada waktu untuk duduk tenang. Perlukah kita berlatih ?
- Coba pikirkan apa yang kamu perlukan agar bisa duduk tenang pada waktunya.
- Tidak apa-apa jika kamu suka bergerak, tetapi pilihlah waktu yang tepat.
- Terkadang, ketika kita menahan perasaan, badan kita ingin bergerak.
- Apa yang kamu rasakan ketika banyak bergerak ?

Apa yang dapat anda pikirkan ?


- Saya harus memahami arti perilaku anak saya.
- Anak saya berbuat begitu untuk suatu tujuan. Apa kebutuhan yang tidak dia
dapatkan ?
- Apa yang anak saya perlukan dan tidak dapat dia peroleh ketika duduk ?
- Apakah anak saya memperoleh olahraga yang cukup ?

Apa yang dapat anda lakukan ?


- Tulislah daftar hal-hal yang dapat dilakukan anak anda untuk melepaskan
energinya sebelum, selama, dan setelah sekolah sehingga dia dapat diam dan
bergerak secara bergantian.

Strategi yang bisa digunakan untuk menenangkan, misalnya yoga, meditasi, olah
napas, atau musik yang menenangkan. Di waktu lain, bangun dan bergerak penuh
semangat mungkin diperlukan. Banyak bergerak adalah hal yang biasa bagi anak
kecil. Keterampilan untuk duduk tenang merupakan hasil latihan dan kedewasaan.
Bagi kebanyakan anak, bergerak benar-benar membantu mereka berpikir lebih baik.
Musik dan irama dapat digunakan untuk menenangkan dan penting bagi
perkembangan otak. Musik juga dapat menggantikan obat-obatan dalam beberapa
kasus. Musik membantu pikiran tenang, berkonsentrasi lebih baik, dan siap untuk
belajar.
Kapan pun orangtua berusaha untuk mengatasi masalah perilaku, perkembangan,
sosial, atau belajar, hal terbaik dilakukan pertama kali adalah: mundur, melihat,
mendengarkan, mengamati, dan mempelajari. Tenang dan bernapaslah sepanjang
waktu, maka anda akan melihat lebih jelas. Tanya pada diri sendiri :
apa yang saya pahami ?
apa yang tidak saya pahami ?
apa yang anak saya coba sampaikan kepada saya ?
bagaimana saya bertindak ?

Gambarkan situasi, perilaku, pengalaman, atau keadaan yang menimbulkan


kesulitan bagi anak. Contoh :
Jose tidak mau mengerjakan tugasnya.
Yosevine tidak mau makan apa yang telah disajikan untuk makan malam.
Perhatikan situasi yang mengarah pada perilaku buruk tersebut. Siapa saja yang
berada di sana, apa yang diminta dari anak, apa yang diharapkan ? Apa yang
mengarah pada perilaku tersebut ? Bagaimana keadaan di sekitarnya pada saat
itu ?

Buat Catatan di kolom :


apakah anak makan dengan baik ?
apakah anak tidur dengan baik ?
apakah orangtua tidak sabar sehingga turut memiliki andil dalam perilaku buruk itu ?
apakah anak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi pengalaman
itu ?
Jelaskan perilaku sebenarnya, durasi, dan tingkat keparahannya. Kolom ini
menggambarkan perilaku tertentu.
apa yang terjadi ?
perilaku apa yang ditunjukkan ?
berapa lama hal itu berlangsung ?
separah apa perilakunya ?

Jelaskan hasilnya ! Apa yang anda lakukan, apa yang dilakukan anak ? Bagaimana
anda bertindak ? Bagaimana situasi terakhir ? Apa solusinya ?

Jika anak anda bertingkah lagi suatu saat, jadilah seorang detektif perilaku. Duduk,
amati, dan catat. Pertimbangkan apa yang anda katakan dan lakukan.
Pertimbangkan apa yang anak anda katakan dan lakukan. Pertimbangkan apa yang
orang lain katakan dan lakukan. Menjadi lebih cermat saja sudah dapat mengubah
perilaku anda dan anak anda. Melihat, mendengar, dan belajar dapat mengubah
perilaku. Ketika anda memahami siapa, apa, kapan, di mana, dan bagaimana yang
berkenaan dengan perilaku anak, anda dapat membuat pilihan yang lebih tepat
tentang cara mengambil tindakan.

8
Anak-anak Kreatif Kota Kita Bahagia

Kecemasan masa kanak-kanak adalah nyata dan dapat berwujud ketakutan,


penolakan, kemarahan, dan letupan.
Anak-anak menyampaikan rasa marah dengan perilaku buruk. Hal ini merupakan
petunjuk bahwa anak anda memerlukan lebih banyak bantuan. Ingat ! hukuman
tidak akan membantu mereka sedikitpun untuk mengambil pilihan yang lebih baik di
lain waktu. Mereka masih belum tahu cara menangani perasaan dan situasi yang
sulit, kecuali anda menunjukkan kepada mereka cara yang lebih baik.
Anak-anak mungkin menampilkan perilaku yang tidak diinginkan karena mereka
tidak dapat menyampaikan pengalaman akademis, interpersonal, atau sensorik
mereka dengan kata-kata. Mereka mungkin mendapat rangsangan yang terlalu
banyak atau kebingungan di kelas. Semua perilaku memberi tahu kita sesuatu yang
tidak terwakili oleh kata-kata. Kurangnya keterampilan dapat menimbulkan perasaan
bingung, kewalahan, atau tidak mampu.
Perilaku mereka memberi sinyal : “aku perlu bantuan! Tolong beri aku ide, kata-kata,
dan perilaku agar aku berhasil di sekolah.” Ada harapan ! Pengendalian diri
merupakan keterampilan yang dapat diajarkan. Kesabaran dan bimbingan anda
dalam ketenangan akan membantu anak anda mengatur perasaan mereka dengan
cepat. ! Perilaku buruk pada seorang anak tidak menunjukkan bahwa dia anak
nakal. Itu mungkin hanya menandakan bahwa dia tidak memiliki keterampilan untuk
memenuhi tuntutan tugas di kelas, tempat bermain, atau rumahnya. Kita perlu
menemukan penyebabnya.

Apa yang dapat anda katakan ?


- Hari ini mungkin terasa sulit bagimu. Bapak/Ibu akan menjadi pembantu terbaikmu
untuk mencari tahu apa yang salah.
- Belajar melakukan sesuatu dengan benar memang memerlukan waktu. Bapak/Ibu
akan membantumu.
- Menurutmu, apa yang membuatmu dalam masalah ?
- Bapak/Ibu tidak marah padamu. Sudah menjadi tugas Bapak/Ibu untuk
membantumu.
- Kamu bisa mencobanya lagi besok. Bapak/Ibu tahu kamu pasti bisa !

Apa yang dapat anda pikirkan ?


- Saya harus memikirkan penyebab anak saya mengalami kesulitan seperti itu.
- Saya harus berbicara kepada gurunya dan meminta pendapatnya.
- Anak saya berperilaku buruk karena suatu sebab. Tugas saya adalah
menemukannya.
- Saya tidak akan membiarkan pikiran negatif tentang perilaku anak saya
menguasai diri saya.
- Saya harus meluangkan waktu untuk mempelajari masalah yang menjadi
penyebab kelakuan anak saya.
- Ini bukan kesalahan anak saya. Anak saya menginginkan bantuan untuk
berperilaku lebih baik.

Apa yang dapat anda lakukan ?


- Tetaplah terhubung dan selalu ada untuk anak, meskipun anda sedih, takut, dan
frustasi.
- Saat-saat berharga yang anda lalui bersama anak anda merupakan bagian dari
solusi.
- Tingkatkan pengetahuan anda dengan membaca dan mempelajari dilema anak.
- Sesuatu yang tampak sebagai perilaku buruk yang disengaja biasanya merupakan
kekurangan keterampilan atau kesulitan mengatur emosi.
9
Jadilah Sahabat Anak-anak Kota Kita

ANAK KECIL YANG TAKUT BERPISAH DENGAN ORANG TUANYA


Anak-anak yang mengalami kesulitan untuk berpisah tidak berpura-pura, merusak
hari anda, atau membuat anda terlambat bekerja. Mereka mencoba yang terbaik
untuk menjadi mandiri, tetapi memerlukan bantuan anda dan pengasuh mereka.
Anak-anak dapat merasakan jika anda merasa bimbang, marah, atau mengalami
kesulitan untuk berpisah dengan mereka. Berikut adalah kerajinan tangan yang
dapat anda buat dengan anak anda untuk membantu mengingatkan bahwa masing-
masing dari anda berada di dalam hati yang lainnya, meskipun ketika terpisah.
Cara kreatif untuk mengatasi kecemasan perpisahan :
dengan kertas lipat beraneka warna, potonglah satu bentuk jantung besar dan satu
bentuk jantung kecil dari tiap warna. Rekatkan jantung kecil dari warna yang
berlawanan di atas jantung besar. Jantung yang ada di luar menggambarkan hati
anak anda, sedangkan jantung yang ada di dalam menggambarkan hati anda.
Benda ini menjadi pengingat kasatmata bahwa anda selalu berada di hati anak.
Sekarang, ulangi prosesnya dan buatlah sebuah bentuk jantung besar untuk diri
anda, dan jantung kecil untuk anak anda, menunjukkan bahwa anak anda selalu
berada di hati anda ketika kalian berjauhan. Biarkan dia menyimpan jantung miliknya
di ranselnya dan anda dapat menyimpan milik anda di dalam tas atau dompet.

Apa yang dapat anda katakan ?


- Berpisah memang bisa terasa menyedihkan, tetapi kesedihan bisa menjadi
kegembiraan.
- Ketika ibu pergi ke pasar, kita berpisah. Namun kemudian, kita bersama lagi.
- Berpisah adalah sesuatu yang dilakukan orang sebelum bertemu kembali.
- Tidak apa-apa menangis ketika kamu sedih. Menangis membuat perasaan kita
lega.
- Kamu bisa memikirkan sesuatu yang membuatmu tertawa ketika merasa sedih,
seperti ketika anak kucing kita tidur di kepala bapak.
- Kamu bisa mengingat kenangan indah kita untuk menyenangkan hatimu.

Apa yang dapat anda pikirkan ?


- Kecemasan perpisahan merupakan hal yang biasa pada anak-anak.
- Karya seni diketahui mampu meningkatkan pusat kreativitas di otak. Saya akan
menggambar dengan anak saya untuk menjelajahi pengalamannya. Hal ini akan
membantu anak saya melihat perasaannya dengan cara yang baru.
- Saya akan menanggapi perasaan anak dengan serius dan tidak mengabaikannya.

Apa yang dapat anda lakukan ?


- Bermain sekolah-sekolahan di rumah. Tunjukkan kepada anak anda, apa yang bisa
dia nikmati di sekolah.
- Jadilah orang yang terpercaya dan konsisten ketika mengantar dan menjemput
anak anda.
- Ketahuilah bahwa seiring dengan semakin akrabnya dia dengan suasana di
sekolah, anak akan merasa senang bersekolah.
- Setujui perasaan anak anda. Buatlah semuanya menjadi baik.
- Biarkan dia menangis dan berikan empati, tapi bantu juga dia merencanakan
peralihan ke dalam aktivitas menyenangkan di sekolah.

Mengapa berpisah sangat sulit bagi beberapa anak ?


a. mereka tidak punya kemampuan untuk mengatasi perasaan kebingungannya dan
memerlukan bantuan anda.
b. mereka mungkin memiliki ketakutan tentang keselamatan dan keamanan mereka,
tetapi tidak dapat mengungkapkan dengan kata-kata.
c. mereka mungkin merasakan keragu-raguan anda tentang perpisahan dan turut
meragukan apakah hal itu baik-baik saja.
d. mereka gugup dan tegang, tetapi tidak punya kata-kata untuk
mengungkapkannya.

Akan membantu jika anda mengetahui bahwa kemandirian anak tumbuh ketika dia
dapat ditenangkan oleh orang dewasa lain yang menyayanginya. Saat dia mulai
mengandalkan orang dewasa lain untuk membantunya tenang, dunianya
berkembang. Ini penting untuk pertumbuhannya.

10
Mari Bersama Ciptakan Anak Bangsa yang Kuat & Beriman

Trauma pada Anak


Anak-anak yang mengalami trauma mungkin menghadapi situasi biasa dengan
reaksi yang berlebihan dan tidak dapat diterima oleh masyarakat. Jangan
menganggap perilaku anak-anak ini salah, tetapi hargailah bahwa mereka sedang
berada dalam mode bertahan hidup dan melakukan hal terbaik yang dapat mereka
lakukan pada saat itu.
Reaksi berlebihan, disebabkan oleh rasa tidak berdaya dan kemarahan yang tidak
terkendali. Anak mungkin terdiam atau melarikan diri untuk menghindari situasi
tersebut. Beberapa anak berlindung di bawah meja atau ranjang.
Apa saja penyebab trauma ?
- kekerasan dalam rumah tangga.
- trauma masa kecil.
- diabaikan.
- kekerasan fisik.
- kesedihan traumatis.
- dll.
Trauma dapat berkontribusi dalam masalah perilaku setelah kejadian traumatis itu
dialami. Perilaku ini dapat muncul pada waktu tak terduga dan tampak tidak masuk
akal bagi anda. Itulah sifat trauma. Bila seorang anak mengalami trauma secara
berulang-ulang, trauma tersebut dapat memiliki dampak yang berlipat ganda. Anak
akan terus mengalami dorongan yang sulit diatur hingga dia bisa berhasil
mengatasinya. Hal ini akan menuntut banyak kesabaran dan pengertian dari orang
dewasa yang mengasuhnya.
Trauma dapat dianggap sebagai keadaan darurat bagi tubuh, pikiran, dan perasaan
karena reaksi trauma mencakup komponen fisiologis, kognitif, dan afektif. Reaksi
trauma bukan reaksi sesaat. Trauma menimbulkan reaksi terus-menerus yang
memerlukan intervensi berkelanjutan. Mengatasi teror dan kecemasan, serta
kejatuhan fisiologis, perilaku, dan emosional akibat trauma dapat menjadi sebuah
tantangan.
Trauma dapat membekas dan berpengaruh pada perilaku selamanya. Trauma
mengubah segalanya. Dukungan keluarga dan masyarakat sangat penting.
Seorang anak tidak dapat sembuh begitu saja dari trauma. Mempelajari cara
mengatasi gejala emosional dan fisiologis akibat trauma adalah suatu proses.
Trauma dapat mengubah struktur dan fungsi otak. Ketika seseorang memahami
trauma dan dampaknya pada otak dan perilaku, akan jauh lebih mudah untuk
memahami beberapa tindakan yang membingungkan dan tampak tidak masuk akal
yang terjadi pada anak-anak yang mengalami trauma.
Mengabaikan, menghindari, dan menggunakan pengalih perhatian tidak
menghilangkan trauma, juga tidak mengajarkan perilaku yang lebih adaptif.
Mengumbar hukuman juga tidak membantu.
Trauma hidup di bagian nonverbal otak, tempat yang menjadikan kata-kata hampir
tidak berarti. Singkatnya, ketika anda mencoba untuk menggugah pancaindra anak,
trauma tidak dapat mendengar kata-kata anda.
Kedisiplinan konvensional melibatkan bagian kognitif (berpikir) otak. Trauma tidak
hidup di sana. Kedisiplinan tradisional tidak dapat mengubah perilaku yang didorong
oleh trauma. Perilaku anak harus dilihat melalui kacamata trauma. Memahami
pengaruh trauma terhadap suasana hati dan perilaku akan mengurangi frustasi para
pengasuh dan memungkinkan mereka untuk mendekati anak lebih baik lagi ;
membantu menenangkan otak limbik (sistem pengatur emosi) anak dan
membantu mereka kembali dari keadaan waspada/ stres-tinggi ke fungsi dasar.
Semua orang dewasa mampu menolong anak-anak yang menderita trauma.
Keamanan fisik dan emosional adalah sesuatu yang diperlukan semua anak, tetapi
anak yang mengalami trauma lebih memerlukannya. Jika anda dapat belajar untuk
tidak memasukkan perilaku anak trauma tersebut ke dalam hati, memiliki telinga
yang siap mendengar, hati yang peduli, dan dapat tetap tenang di bawah tekanan,
Anda memiliki semua yang diperlukan untuk membantu seorang anak. Mengelola
reaksi emosional anda sendiri sangat penting untuk membantu anak
mendapatkan kembali keadaan seimbangnya. Kita dapat memberikan pengalaman
emosional korektif bagi penderita trauma. Penawar sederhana untuk trauma ialah :
kepekaan, kesabaran, kebaikan, dan kehadiran. Pengasuh dengan kualitas
semacam itu dapat membantu kesembuhan otak dari marabahaya dan memperbaiki
perilaku yang dipicu trauma.
Berikanlah kenyamanan, dan dukungan ! Anda memiliki kekuatan untuk
membantu kesembuhan anak.

Atur perilaku yang dipicu trauma :


Jangan masukkan ke hati. Mengelola reaksi anda sendiri terhadap perilaku tersebut
adalah lini pertama pertahanan anda.
Menjauhlah dari tujuan menghentikan perilaku itu segera, tetapi berusahalah untuk
membantu menenangkan sistem limbik anak. Pendekatan yang lembut dan tenang
dapat mencapainya.
“Apa yang Dapat Anda Katakan” dapat membantu anda memulainya. Anda hanya
menggunakan kata-kata sebagai teknik menenangkan. Nada, kecepatan, dan
volume suara anda ketika berbicara harus rileks. Kata-kata yang diucapkan
menyampaikan rasa aman secara fisik dan emosional. Apa yang anda katakan
sama penting dengan cara anda mengatakannya.
Berikan jalan keluar yang kreatif. Ketika seorang anak mengalami trauma, kita tidak
dapat menggugah kecerdasannya. Oleh karena itu, menyuruhnya untuk tenang
tidak berguna. Trauma disimpan di dalam ingatan nonverbal. Sehingga kita harus
menggugah otak limbik, indra, dan sistem gerak.
Kegiatan yang menarik dan menenangkan otak limbik, seperti menggambar, atau
membantu menenangkan sensasi tubuh akibat perasaan tertekan, seperti latihan
pernapasan, adalah pilihan terbaik anda.

Apa yang dapat anda katakan ?


- Ini pasti terasa amat sulit untukmu saat ini.
- Kamu sedang kesusahan.
- Banyak hal yang mengganggumu sekarang.
- Kamu sepertinya perlu bantuan.
- Bapak/Ibu akan mendampingi dan membantumu.
- Ayo tarik napas dalam-dalam bersama-sama.
- Apakah mengusap punggungmu akan membuatmu lebih tenang ?
- Ayo, kita lempar bola sampai kamu merasa lebih baik.
- Maukah kamu menggambarkan seperti apa kemarahan, kesedihan, atau
ketakutanmu ?
- Kita bisa duduk saja di sini dengan tenang.

Apa yang dapat anda pikirkan ?


- Perilaku ini tidak harus masuk akal bagi saya.
- Anak ini mungkin tidak dapat mengucapkan apa yang mengganggunya.
- Anak ini memerlukan bantuan.
- Tidak ada yang salah dengan anak ini. Masalahnya ada pada peristiwa yang
menimpanya.
- Saya akan tetap tenang sehingga saya dapat menenangkannya.
- Hal pertama yang saya coba mungkin tidak berhasil. Saya akan tetap mencoba
sampai menemukan solusi yang dapat membantu.
- Tujuan saya ialah membantunya tenang dan merasa aman.

Apa yang dapat anda lakukan ?


- Tetaplah tenang dan santai. Itulah satu-satunya cara membantu anak tersebut.
- Berikan sentuhan (jika anak itu tidak menolak), seperti pijatan lembut, “titik-titik
hujan” di punggung, huruf atau angka yang dituliskan di punggungnya.
- Berikan mainan adonan tanah liat atau plastisin.
- Berikan kertas dan alat gambar.
- Berikan selimut berat atau boneka binatang yang cukup berat.

Orang dewasa sering merasa tak berdaya dan putus asa ketika dihadapkan pada
seorang anak yang traumanya “bangkit” dan telah mencapai keadaan yang tidak
terbendung lagi. Pada saat-saat seperti itu, penting untuk mengingatkan diri kita
bahwa sistem anak sedang lepas kendali. Anak itu mungkin merasa diteror. Pada
saat-saat seperti itulah kita bertindak sebagai pengendali eksternal, membantu
mereka memadukan pikiran, perasaan, dan sensasi tubuh.

11
Bangsa Kuat Anak-anak Sejahtera

Dalam hal TRAUMA, atau masalah apa pun, semakin banyak alat bantu yang kita
miliki untuk dipilih dalam mengatasi situasi, tentu semakin baik. Menggabungkan
teknik untuk membantu anak-anak yang sistemnya bekerja terlalu aktif, bereaksi
berlebihan, dan sulit diatur, akan memberikan hasil yang lebih berpengaruh. Kita
dapat memperkenalkan “Balon Pernapasan” atau “intervensi Seni”.
Stres, kecemasan, masalah kemarahan dan kekhawatiran lainnya akan
mengganggu kemampuan kita untuk mengendalikan diri. Untuk mengembalikan
kerja korteks prafrontal, kita perlu menenangkan sistem limbik (otak emosional).
Pernapasan Balon.
Salah satu cara paling sederhana : dengan bernapas. Ketika stres, kita sering
bernapas sangat dangkal, mengisi dada kita dengan udara. Pernapasan dalam
ialah mengisi perut dengan napas. Untuk anak-anak, kita dapat memberitahu
mereka untuk berpura-pura memiliki balon di perut mereka yang terisi dengan udara
ketika mereka menghirup napas dan mengempis ketika mereka mengeluarkan
napas. Contohkan dan berlatihlah dengan mereka untuk menarik napas dalam-
dalam dan mengembuskannya. Mintalah anak-anak memegang perut mereka untuk
merasakannya mengembang ketika pertama kali belajar melakukannya. Ulangi
beberapa kali. Begitulah, mudah dan sederhana. Ajarkan keterampilan ini kepada
anak ketika mereka santai dan tidak tergesa-gesa. Berupaya mengajarkan
keterampilan ini kepada anak yang sudah meledak-ledak sangat sulit.
Ini bukan teknik yang hanya dilakukan sekali dan selesai. Kita perlu mengingatkan
anak-anak dan berlatih melakukannya beberapa kali.

Intervensi Seni
Trauma berada di bagian nonverbal dari otak. Seni berasal dari bagian nonverbal
otak, menggunakan gambar dan lambang. Ketika seorang anak mulai terombang-
ambing, cara yang bermanfaat untuk membantu menariknya kembali adalah
membiarkannya melepaskan perasaan itu. Anak dapat diajak menggambarkan
perasaannya, sebesar apa ketakutan, ke marahan, atau kekesalannya, kemudian
menggunakan kemampuannya untuk mengendalikan perasaan itu dengan
memutuskan apakah dia ingin orangtua atau gurunya memegang perasaan itu,
apakah dia ingin merobek-robek lalu membuangnya, ataukah dia ingin menginjaknya
sampai perasaan itu reda. Cara ini mungkin hanya akan menghabiskan 5 menit,
tetapi berhasil menggaet otak nonverbal anak, memberikan aktivitas limbik yang
berulang-ulang dan menenangkan (melukis, mewarnai, atau menggambar), serta
pelampiasan fisik (merobek, menginjak, melempar).

Anak memiliki hak untuk mengatakan, “TIDAK”, dan kita perlu menghormati hal itu.
Kita perlu bertindak dengan sudut pandang bahwa anak tahu apa yang dia perlukan,
apa yang dapat dia terima, dan apa yang malah akan membuatnya semakin aktif.
Kita harus menghormati dan memandang anak sebagai ahli dalam mengetahui
kebutuhannya. Dengan sudut pandang itu, kita memiliki lebih banyak kesempatan
untuk membantu anak tersebut.

Satu-satunya cara menyembuhkan kesedihan ialah berduka (Earl Grollman).


Dukacita bukan untuk dilupakan; melainkan untuk dilalui. Dari sudut pandang anak,
hal yang akan membantu adalah memiliki orang yang mereka kenal dan cintai untuk
berbagi cerita dengan mereka tentang kematian orang yang dicintai.
Apa yang dapat anda katakan ?
- Maukah kamu menggambarkan kesedihanmu ?
- Sulit mengikuti kata-kata orang lain ketika hatimu penuh akan kesedihan.
- Ayo memukul bola kuat-kuat. Itu bisa membantu mengeluarkan kemarahanmu.

Apa yang dapat anda pikirkan ?


- Dia tidak tahu cara mengatasi perasaan besar ini sendiri.
- Saya dapat memberikan tempat yang tenang dan aman untuknya melepaskan
semua perasaan berat ini.

Apa yang dapat anda lakukan ?


- Biarkan anak mengalami kemunduran dan beri mereka dukungan.
- Berikan kontak fisik (pelukan, usapan di punggung, dll).
- Semangati anak untuk bermain dan bersenang-senang.
- Berikan cara yang aman untuk mengungkapkan perasaannya (menggambar,
mewarnai, membangun menara balok dan menghancurkannya, meletuskan plastik
gelembung, mengen takkan kaki seperti monster BESAR yang sedang MARAH,
merobek-robek koran atau majalah lama, dan kegiatan motorik kasar lainnya).
- Tetap pelihara keteraturan dan kegiatan rutin. Ini sangat penting.
- Tenangkan anak yang menangis. Biarkan air mata, kemarahan, dan perasaan
lainnya menguap.
- Mengatakan kebenaran dengan cara yang sesuai umur.
- Jawablah pertanyaan anak.
- Jika anda tidak tahu jawabannya, katakan demikian. Bertanyalah bersama-sama,
kuat-kuat.
- Libatkan anak dalam ritual, peringatan, dan perencanaan.
- Bantu anak membuat kotak kenangan untuk menyimpan kenang-kenangan dari
orang tercinta yang sudah meninggal.

Ketika orangtua mengejar sebuah mimpi, seluruh keluarga merupakan bagian tak
terpisahkan dari perjalanan, memberi, mendukung, mendorong, dan berpartisipasi.
12
Pendidikan Syarat Kemajuan Suatu Bangsa

Renungkanlah dan Kerjakan yang Baik serta Tinggalkan yang Tidak Baik :
Bila seorang anak hidup dengan kritik, ia akan belajar menghukum.
Bila seorang anak hidup dengan permusuhan, ia akan belajar kekerasan.
Bila seorang anak hidup dengan ketakutan, ia akan belajar dengan rasa cemas.
Bila seorang anak hidup dengan rasa kasihan, ia akan belajar mengasihani diri sendiri.
Bila seorang anak hidup dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
Bila seorang anak hidup dengan toleransi, ia belajar tentang kesabaran.
Bila seorang anak hidup dengan pujian, ia belajar tentang penghargaan.
Bila seorang anak hidup dengan penerimaan, ia belajar untuk mencintai.
Bila seorang anak hidup dengan dukungan, ia belajar untuk menyukai diri sendiri.
Bila seorang anak hidup dengan pengakuan, ia belajar untuk mempunyai tujuan.
Bila seorang anak hidup dengan kebaikan dan perhatian , ia belajar tentang menghormati.
Bila seorang anak hidup dengan ketentraman, ia belajar tentang iman.

Keberhasilan tidak akan terlepas dari sebuah persyaratan mutlak berupa : tulus ikhlas,
penuh kesabaran, tekun dalam melakukan prosesnya secara bertahap satu demi satu, serta
konsisten antara ucapan dan tindakan.

13
Mari Tingkatkan Minat Baca Anak-anak

Perenungan & Coba dipraktekkan


Bagaimana cara melarang yang tepat ?
Perkataan “Jangan berlari nanti jatuh!” Teknik yang digunakan ini kurang tepat dan malah
sering kali benar-benar terjadi. Seharusnya yang kita gunakan adalah pendekatan preventif.
Supaya tidak jatuh, anak seharusnya berhati-hati. Jadi yang kita gunakan adalah kata-kata
preventif, seperti hati-hati, berhenti, diam di tempat, atau stop. Kita sebaiknya tidak
menggunakan kata “jangan” karena alam bawah sadar manusia tidak merespons dengan
cepat kata “jangan”.
Alam bawah sadar berpikir dengan gambar. Selain itu, yang didengar anak adalah kata
terakhir sehingga jika kita katakan “jangan berlari” maka yang ia dengar adalah “berlari”.
Ketimbang mengatakan “jangan berlari” katakanlah “berjalan pelan-pelan ya nak.”
Ketimbang mengatakan “jangan malas” katakan saja “kamu kan anak rajin, ayo dilanjutkan
buat PR nya, sayang.....”
Ganti kalimat “jangan nakal” dengan “anak baik dan patuh.” Dengan mengatakan hal-hal
positif seperti itu, yang ditangkap alam bawah sadar anak adalah rajin, baik, dan patuh
sehingga ia akan menjadi seperti yang kita harapkan.

14
Hendaklah Ilmu dan Moral Anak Terpelihara dengan Baik

Perenungan & Coba dipraktekkan :

Poin A
Faktor pertama anak berbohong karena ada yang dicontoh. Faktor kedua, sering kali
orangtua selalu ingin jawaban yang bagus-bagus dari anaknya. Kalau anak cerita sesuatu
yang jelek, yang tidak menggembirakan, sering kali orangtua marah. Padahal, asalkan
orangtua siap, (misalnya: berapa pun nilai ulangan anaknya) tidak marah, mungkin anak
tidak akan berbohong. Faktor ketiga, kejujuran anak dibalas dengan emosi.
Kalau orangtua mau berubah, anak juga pasti berubah.

Poin B
Sikap manja pada anak dikarenakan beberapa faktor. Pertama, anak banyak ditolong atau
dibantu. Kedua, orangtua membolehkan segalanya. Ketiga, orangtua tidak mengajarkan
batas-batas atau etika.

Poin C
Berilah waktu khusus untuk anak dan lakukanlah dengan senang hati. Hal yang penting
adalah memberikan perhatian pada anak karena hadiah yang paling disenangi dan terindah
bagi mereka bukanlah mainan, tetapi kebersamaan dengan orangtuanya.
Tetaplah alokasikan waktu secara konsisten bermain dengan buah hati tercinta.

Poin D
Anak yang tidak menghargai pendapat orang lain, besar kemungkinan disebabkan
pendapatnya tidak didengarkan pula di rumah. Jika orangtua ingin anak menghargai
pendapat orang lain, rumusnya mudah saja. Hargailah ketika anak berbicara, dengarkan ia
dan jangan menyelanya. Meskipun mungkin pendapat anak kurang tepat, tetapi terimalah
pendapat mereka. Sesudah mereka menjelaskan pendapat mereka, barulah orangtua
menjelaskan apa yang benar. Hindari ucapan yang merendahkan seperti “Halah, omongan
anak kecil,” atau “anak kecil sok tahu.”

Poin E
Anak yang suka menyakiti temannya adalah anak yang perlu ditolong. Ia kemungkinan besar
juga diperlakukan kasar oleh orangtuanya atau orang terdekatnya.

Poin F
Di usia SD, anak sedang berada pada fase meniru. Apa yang digunakan teman, diucapkan
teman, pasti ditiru. Maka untuk membentenginya, orangtua harus sering memberi contoh
yang baik. Berilah waktu bersama yang banyak untuk anak. Jadilah orangtua favorit
sehingga yang ditiru anak adalah kita, bukan teman-temannya.

15
Generasi Muda Pontianak Berakhlak Mulia
Kalau setiap kali salah anak dimarahi, ia tidak akan percaya diri dan selalu takut melakukan
atau mencoba sesuatu.
Sering-seringlah memberi kalimat positif pada anak. Jangan pelit untuk memberi pujian
meski untuk keberhasilan kecil yang ia lakukan. Berikan contoh orang-orang hebat yang
mirip dengan “kekurangan” anak kita. Selain itu, beri tahu juga kelebihan-kelebihan yang
mereka miliki. Sifat positif yang dimiliki anak tidak terlepas dari peran kita sebagai orangtua
dalam mendidik dan memberi contoh pada mereka.

Hindari memotivasi dengan cara membandingkan prestasi anak dengan prestasi temannya.
Sedangkan jika Anda memuji hal-hal kecil yang mereka lakukan, mereka tentu akan
termotivasi untuk melakukan hal-hal besar. Hindari kalimat-kalimat yang merendahkan
seperti “Ah, begini saja nggak bisa.” Sering kali orangtua menganggap remeh prestasi kecil
yang sudah dilakukan anak.
Bandingkanlah ia dengan dirinya pada saat berprestasi, bukan dengan kakak atau orang lain
sehingga tidak akan membuatnya tersinggung.
Jangan mengklaim prestasi anak sebagai hasil kerja kita orangtuanya. Seolah prestasi itu
bukan buah karya dan kerja kerasnya, tetapi karena “anak Mama”.
Kalau anak sudah termotivasi, orangtua sebaiknya tidak perlu lagi memotivasi supaya anak
tidak merasa terbebani........ Anak yang sudah termotivasi, memiliki efek tekanan yang
tinggi. Semakin dimotivasi, semakin tinggi beban yang ia tanggung. Hal ini justru akan
mengganggu prestasinya. Sebaliknya, mintalah anak yang sudah termotivasi untuk lebih
santai.

16
Mari Bersama Mencerdaskan Kehidupan Bangsa

Regulasi emosi adalah aspek penting dalam perkembangan. Orang tua dapat berperan penting
dalam membantu anak-anak meregulasi emosi mereka. Tergantung bagaimana orang tua berbicara
kepada anak-anaknya mengenai emosi, orang tua dapat dikatakan menggunakan pendekatan
melatih-emosi atau menolak-emosi. Perbedaan di antara kedua pendekatan ini sangat terlihat pada
cara orang tua mengatasi emosi negatif anak (marah, frustasi, sedih, dan sebagainya).
Orang tua yang melatih-emosi mengawasi emosi anak-anaknya, memandang emosi negatif anak
sebagai kesempatan untuk melatih, membantu anak-anak melabeli emosi, serta melatih anak-anak
bagaimana mengatasi emosi secara efektif. Sebaliknya, orang tua yang menolak-emosi memandang
peran mereka untuk menolak, mengabaikan, atau mengubah emosi negatif. Orang tua yang melatih-
emosi berinteraksi dengan anak-anaknya dengan cara yang tidak menampik, lebih banyak
mendukung dan memuji, dan lebih bersifat mengasuh daripada orang tua yang menolak-emosi.
Anak-anak dari orang tua yang melatih-emosi lebih dapat menenangkan diri ketika sedang marah,
lebih efektif dalam meregulasi dampak negatif, lebih baik dalam memfokus atensi, dan memiliki
lebih sedikit masalah.
Kemampuan mengatur emosi merupakan sebuah aspek penting dalam relasi dengan kawan-kawan
sebaya.

17
Spiderman memotivasi anak-anak menjadi
pembela kebenaran dan keadilan

Ingat ! Perilaku anak umumnya dipengaruhi oleh 4 hal :


1. Berdasarkan siapa yang lebih dulu mengajarinya. Orangtua atau TV ?
2. Berdasarkan siapa yang lebih dipercayainya. Kata-kata kita atau malah program-program TV ?
3. Siapa yang penyampaiannya dianggapnya lebih menyenangkan. Kita yang terkadang dianggap
terlalu menasehatinya dengan cara mendikte (menggurui) atau program-program TV yang
menurutnya lebih menyenangkan ?
4. Siapa yang lebih sering menemaninya. Kita atau malah program-program TV yang dengan setia
menemani anak-anak kita ?
Sesungguhnya, semakin anak dekat dengan TV, semakin menunjukkan bahwa kita sebagai
orangtua tidak dekat dengan anak.
Untuk menjaga kesehatan mentalnya, orangtua harus benar-benar menjaga program yang akan
dimainkan. Semakin banyak program jelek yang anak tonton, makin banyak keburukan yang akan
diserapnya.
Yang penting : upayakan sesering mungkin mengajak anak berbicara dan bermain. Setiap hari
sepulang kerja, orangtua menyiapkan waktu untuk mengobrol dengan anak. Kegiatan ini harus
dijadwalkan ! bukan ‘meluangkan’ waktu. Karena jika meluangkan waktu, yang terjadi hanya sisa
waktu yang diberikan kepada anak.
Sudah semestinya orangtua mendampingi anak ketika mereka menonton TV. Jika sudah terlanjur
menonton TV, misalnya tayangan horor dan banyak adegan kekerasan, orangtua harus memberikan
penjelasan kepada anak bahwa hal itu hanya wujud dari imajinasi pembuat film. Katakan kepadanya
jika lain kali dia melihat ada adegan horor, kekerasan, dan dewasa, segera ganti ke program yang
memang untuk usia mereka.
Hal yang menjadi PR besar bagi kita sebagai orangtua adalah mempersiapkan anak-anak dalam
menghadapi zamannya, bukan zaman kita.
Karena gadget adalah hal yang tidak dapat ditinggalkan sepenuhnya dan tidak selalu membawa
pengaruh baik, perlu adanya pembatasan dalam penggunaannya.
Cara membatasi gadget untuk anak:
a. jauhkan TV, gadget, dan internet dari kamar anak.
b. awasi apa saja yang diakses anak di gadgetnya.
c. jangan pernah menggunakan gadget untuk menenangkan anak yang menangis maupun
mengamuk.
d. gunakan media TV, video, maupun aplikasi untuk mendiskusikan nilai-nilai yang dianut oleh
keluarga.
e. gunakan alasan yang tepat saat akan membatasi anak dari penggunaan TV, media digital, dan
internet.
Tengkorak anak yang masih tipis lebih rentan terhadap bahaya radiasi ponsel. Oleh karena itu,
sebaiknya batasi penggunaannya.
Bagaimana cara mengurangi risiko radiasi ponsel pada anak-anak maupun orang dewasa ?
a. bila ingin menonton film dari ponsel, unduhlah terlebih dahulu. Kemudian, pindahkan ke ‘mode
pesawat’ guna menghindari paparan radiasi yang tidak perlu.
b. gunakanlah earphone, headset, atau speaker phone saat menelpon.
c. hindari menelpon pada saat sinyal melemah. Semakin lemah sinyal yang ada, kerja ponsel akan
semakin keras dan sinar radiasi yang dipancarkannya pun akan semakin kuat.

Perilaku orangtua saat bermain dengan anak dapat mempengaruhi perilaku anak. Bagaimana
dengan orangtua yang suka bermain ponsel saat bersama anak ?
Meski terlihat menjaga anaknya, orangtua sibuk dengan bermain ponsel atau menonton TV. Ini
adalah tipe bermain yang paling buruk untuk pengembangan daya fokus anak. Anak-anak dalam
keluarga yang tingkat keterlibatan bermain bersama anaknya rendah memiliki daya fokus 4 kali lebih
rendah. Anak-anak yang menunjukkan rentang perhatian yang lebih lama ketika bayi, cenderung
lebih berhasil di sekolah kelak. Dengan demikian, diharapkan orangtua dapat bersungguh-sungguh
saat bermain bersama anak, dengan tidak diselingi bermain ponsel, demi masa depan anak.

Anak-anak tidak pernah baik dalam mendengarkan orang yang lebih tua. Namun anak-anak tidak
pernah gagal dalam meniru orang yang lebih tua. (James Baldwin).
Bagaimana cara bijak mengatasi kecanduan gadget pada anak ?
- anak-anak usia 5 tahun ke atas sebaiknya menggunakan gadget tidak lebih dari 2 jam dalam sehari
untuk penggunaan rekreasional (di luar kebutuhan belajar).
- Beri jadwal. Jadwalkan waktu yang tepat untuk bermain gadget. Di luar itu, orangtua juga harus
menyiapkan kegiatan alternatif lainnya agar anak tidak bosan, sehingga tidak membuatnya beralih
lagi ke gadget.
- Letakkan TV atau komputer di ruang keluarga. Dengan demikian, setiap kali anak menggunakannya,
dia tidak sendirian dan masih dalam pengawasan anggota keluarga lainnya. Smartphone juga
sebaiknya tidak diserahkan pada anak sepenuhnya. Biarkan anak meminta izin terlebih dahulu bila
ingin menggunakannya dan ambil kembali setelah selesai.
- Buat peraturan tidak boleh menggunakan gadget di tempat-tempat tertentu, misalnya di meja
makan, kamar tidur, dan mobil.
- Ajarkan anak tentang pentingnya menahan diri. Pastikan untuk memberikan pujian pada anak
ketika ia berhasil menahan diri untuk tidak bermain game dan mengikuti aturan yang telah
ditetapkan.

Anak-anak yang sehat adalah anak-anak yang tidak berhenti bergerak (Dee Motivational).

Anak meniru apa yang dilakukan orangtuanya. Orangtua harus menjadi contoh yang baik. Letakkan
ponsel dan bermainlah bersama si kecil.
Perkembangan otak anak dapat terganggu karena orangtua sibuk bermain ponsel sambil
mengasuh anak. Berpotensi mengganggu perkembangan bahasa anak dan merusak ikatan sosial
antara anak dan orangtua.
Batasilah penggunaan telepon pintar anda ketika anda sedang bersama anak-anak dan jangan balas
pesan singkat apapun, kecuali benar-benar penting.
Ketika bayi atau anak kecil kehilangan perhatian yang dibutuhkan, mereka akan cenderung memiliki
masalah perilaku di kemudian hari.

Cara mengurangi radiasi ponsel :


Menggunakan ponsel hanya saat sinyal kuat menjadi salah satu cara untuk mengurangi tingkat
radiasi terhadap tubuh.
- Jika di kantor atau di rumah, sebaiknya menggunakan telepon kabel.
- Gunakan ponsel seminimal mungkin, yaitu hanya saat benar-benar membutuhkannya.
- Mengirim pesan singkat akan lebih baik dibandingkan melakukan panggilan melalui ponsel.
- Tidak melakukan panggilan terlalu lama.
- Jangan menggunakan ponsel di dalam lift.
- Gunakan perangkat hands-free ketika menelpon.

18
Generasi Kita akan berlalu,
Generasi Muda Penerus Estafet Pembangunan

Idealnya seseorang harus mampu memilih gadget yang sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Jika kita hanya perlu ponsel untuk menelpon dan kirim sms, sebaiknya memilih ponsel sederhana
(bukan smartphone).
Memberikan gadget kepada anak boleh-boleh saja, tetapi berikanlah yang sesuai kebutuhan. Ajaklah
anak berdialog, berikan kesadaran tentang dampak positif dan negatif dari gadget. Berikan
kesepakatan dan komitmen terlebih dahulu sebelum membelikannya.
Untuk mengantisipasi anak yang terlanjur kecanduan bermain game, orangtua perlu melakukan
pembatasan waktu. Misalnya dengan membuat kesepakatan atau komitmen. “Yose boleh main
game kalau sudah selesai makan dan mandi, dan waktunya hanya sampai jam sekian.”
Buatlah substitusi atau penggantinya. Jika tak ingin anak terus-menerus main game, apa solusi yang
ditawarkan untuk anak sebagai penggantinya ??
misalnya main ping-pong, bola, sepeda, membacakan dongeng/ buku cerita, dll.
Membaca itu tidak diajarkan, tetapi ditularkan. Anak-anak perlu contoh di rumah. Menurut para ahli,
membacakan buku 15-20 menit setiap hari setara dengan belajar di sekolah aktif sekurang-
kurangnya 10 hari. Sesekali ajak anak ke tempat-tempat yang pernah diceritakan di dalam buku.

Pornografi

Pornografi ialah penggambaran tingkah laku secara erotis dengan gambar, lukisan, atau tulisan
untuk membangkitkan nafsu berahi. Bahan bacaan yang dengan sengaja dan semata-mata dirancang
untuk membangkitkan nafsu berahi.
Pornografi dapat merusak otak manusia, bahkan efeknya lebih parah dari kecanduan narkotika. Ahli
bedah otak dari USA, Dr. Donald Hilton Jr., mengatakan bahwa pornografi sesungguhnya merupakan
penyakit, karena mengubah struktur dan fungsi otak.
Apa masalah yang dapat ditimbulkan akibat gangguan perkembangan otak tersebut ?
- gangguan pengambilan keputusan.
- tidak mampu membuat perencanaan dengan baik.
- tidak linear dalam berkomunikasi (tidak berkorelasi / tadak nyambung).
- keterbatasan dalam kemampuan berbahasa.
- cenderung tidak memiliki tujuan dalam melakukan aktivitas.

Bagian otak mana yang berpotensi mengalami kerusakan paling fatal jika seseorang kecanduan
pornografi ?
Pre Frontal Cortex (PVC). Bagian otak itulah yang sebenarnya dapat membedakan manusia dengan
binatang. Ketika PVC tersebut rusak, yang akan terjadi adalah :
- tidak dapat membuat perencanaan dengan baik.
- tidak dapat mengendalikan hawa nafsu.
- tidak mampu mengendalikan emosi.
- tidak dapat mengambil keputusan dan berbagai peran eksekutif otak sebagai pengendali impuls.
Dr. Mark Keslemen mengatakan bahwa The Drugs of New Millenium is Pornografi, yaitu narkotika
lewat mata adalah pornografi.
Konten pornografi yang diakses anak-anak atau orang dewasa akan terekam di dalam otak. Menurut
Dr. Mark, jika seorang anak laki-laki mengalami ejakulasi pertama kali karena pornografi yang
dinikmatinya, mekanisme otaknya akan meminta informasi yang sama lagi dan lagi. Ini sangat
berkaitan dengan 4 hormon yang dirusak cara kerjanya. Sebenarnya hormon-hormon ini jika bekerja
secara normal akan sangat menguntungkan. Namun pornografi membuat keempat hormon ini
keluar secara berlebihan dan terus-menerus. Hormon-hormon tubuh tersebut adalah : dopamin,
neuropiniphrin, serotonin, dan oksitosin.

1. Hormon dopamin atau hormon tantangan.


Hormon dopamin pada diri kita menimbulkan sensasi puas, senang, dan bahagia di dalam dada.
Namun efek hormon dopamin cenderung menimbulkan peningkatan tantangan untuk mendapatkan
kepuasan lebih. Misalnya, setelah merasa puas dengan mengerjakan tugas yang mudah, Anda
membutuhkan tugas lebih sulit guna merasakan sensasi kepuasan lebih, demikian seterusnya. Hal
inilah yang akan terjadi pada orang yang kecanduan pornografi, terus-menerus mencari kepuasan
yang lebih besar. Bukan tidak mungkin akan terjadi penyimpangan seksual di kemudian hari. Pelaku
tahu itu salah, tetapi tetap melakukannya karena tidak dapat melawan hormon dopamin yang
meningkat dalam dirinya. Hormon tersebut dibuat bekerja terus-menerus oleh asupan pornografi
yang sengaja dikonsumsinya.

2. Hormon neuropiniphrin
Otaknya tidak dapat berpikir jernih, malas belajar dan berpikir, serta tidak dapat berpikir kreatif.
Karena otaknya sudah penuh dengan daftar kosa kata atau kejadian-kejadian yang dihubungkan
dengan seks.

3. Hormon serotonin
Pecandu pornografi yang ketika bersentuhan dengan hal terkait pornografi, hormon ini akan keluar.
Saat hormon ini keluar, para pecandu pornografi akan merasa seperti terbang, tenang, dan damai.
Efeknya, jika seseorang merasa frustasi, sedih, kesepian, atau mengalami hal yang menyulitkan,
orang itu akan memilih menghibur diri dengan hal yang bersifat pornografi. Karena mereka berpikir
bahwa hal itu akan membuatnya tentram, tenang, dan damai.
4. Hormon Oksitosin
Diri pecandu pornografi membutuhkan hormon oksitosin bekerja terus-menerus saat mengakses hal
terkait pornografi. Hormon ini akan membuat seorang pecandu pornografi seperti terikat secara
lahir batin dengan hal yang berkaitan dengan pornografi. Hormon inilah yang membuat seseorang
menjadi sangat terikat pada pornografi, karena jika tidak melihat atau mengalami hasratnya itu
selama beberapa hari, dirinya akan terus-menerus merasa rindu.

19
Kita Kuat Kita Mengayomi yang Lemah

Perkembangan moral mencakup perkembangan pikiran, perasaan, dan perilaku menurut aturan dan
kebiasaan mengenai hal-hal yang seharusnya dilakukan seseorang ketika berinteraksi dengan orang
lain.
Rasa bersalah pasti dapat memotivasi perilaku moral. Meskipun demikian, emosi-emosi lain juga
berkontribusi bagi perkembangan moral anak, termasuk berbagai perasaan positif. Salah satu contoh
penting adalah empati.
Dari usia 4 hingga 7 tahun, anak-anak memperlihatkan moralitas heteronom. Dalam pikiran anak-
anak tersebut, keadilan dan aturan-aturan dibayangkan sebagai sifat-sifat dunia yang tidak boleh
berubah dan terlepas dari kendali manusia.
Dari usia 7 hingga 10 tahun, dalam suatu transisi memperlihatkan beberapa ciri dari tahap pertama
penalaran moral (moralitas heteronom) dan beberapa ciri dari tahap kedua (moralitas otonom).
Usia 10 tahun ke atas, anak-anak memperlihatkan moralitas otonom. Mereka menyadari aturan-
aturan dan hukum-hukum yang diciptakan oleh manusia, menilai suatu tindakan, dan
mempertimbangkan intensi pelaku maupun konsekuensinya.
Karena anak-anak kecil adalah para moralis heteronom, mereka menilai kebenaran perilaku
berdasarkan konsekuensi dari perilaku itu, bukan berdasarkan intensi dari pelaku. Bagi seorang
moralis heteronom, memecahkan 12 cangkir secara tidak sengaja lebih buruk dibandingkan
memecahkan sebuah cangkir secara sengaja. Ketika anak-anak mengembangkan moralitas otonom,
anak-anak beranggapan bahwa intensi sebagai hal terpenting.
Para pemikir heteronom juga percaya pada keadilan yang pasti ada, yaitu konsep bahwa hukuman
akan langsung diberikan jika sebuah aturan dilanggar. Anak kecil berkeyakinan bahwa sebuah
penyimpangan secara otomatis berkaitan dengan hukuman. Keadilan yang pasti ada juga
mengimplikasikan bahwa jika sesuatu yang tidak menguntungkan terjadi, maka orang tersebut
sebelumnya telah melakukan pelanggaran.
20
Wahai ayah’ doakanlah senantiasa anak-anak yang kaujadikan yatim ®

Kawan sebaya semakin berperan penting dalam perkembangan moral anak-anak. Relasi orangtua-
anak, dimana orang tua lebih berpengaruh dibandingkan kawan-kawan, kurang melatih penalaran
moral yang sulit, karena aturan-aturan sering kali ditetapkan secara autoritarian.
Proses penguatan, hukuman, dan imitasi, menjelaskan perkembangan perilaku moral. Ketika anak-
anak diberi penghargaan karena menampilkan perilaku yang sesuai dengan hukum dan kebiasaan
sosial, mereka cenderung akan mengulang perilaku itu. Ketika mereka diberikan panutan moral,
anak-anak cenderung mengadopsi tindakan mereka. Ketika anak-anak dihukum karena perilaku yang
tidak bermoral, perilaku itu cenderung tidak diulangi. Meskipun demikian, hukuman dapat memiliki
dampak negatif. Hukuman perlu diberikan secara adil dan hati-hati.

21
Nafkahilah anak-anak dengan rezeki yang halal sekalipun itu sulit

Apa yang dilakukan oleh anak-anak dalam satu situasi sering kali hanya sedikit terkait
dengan apa yang mereka lakukan di situasi lain. Seorang anak mungkin berbuat curang di kelas,
namun tidak dalam suatu permainan; seorang anak mungkin mencuri sepotong permen ketika
sedang sendiri, namun tidak mencuri ketika ada orang tuanya.
Ada hati nurani pada anak-anak. Anak-anak dengan kelekatan yang aman cenderung
menginternalisasi nilai-nilai dan peraturan orang tuanya.
Anak-anak merupakan pembelajar moral, yang berusaha untuk memahami arti dari moral. Aspek
terpenting dari relasi antara orang tua dan anak-anak yang berkontribusi terhadap perkembangan
moral anak-anak adalah kualitas relasi, disiplin orang tua, strategi proaktif, dan dialog komunikasi.
Relasi orang tua-anak mengenalkan anak-anak kepada kewajiban bersama dari relasi yang akrab.
Kewajiban orang tua adalah memberikan pengasuhan yang positif dan mengarahkan anak-anak
untuk menjadi manusia yang kompeten. Kewajiban anak-anak adalah merespons dengan pantas
inisiatif orang tua dan mempertahankan relasi yang positif dengan orang tua.
Untuk anak-anak yang lebih besar, menjadi proaktif adalah berkomunikasi kepada mereka mengenai
nilai-nilai yang dianggap penting oleh orang tua. Komunikasi yang terkait dengan perkembangan
moral dapat bermanfaat bagi anak-anak, entah komunikasi tersebut dapat menjadi bagian dari
disiplin atau di luar interaksi sehari-hari orang tua-anak. Komunikasi dapat direncanakan atau secara
spontan dan berfokus topik seperti kejadian-kejadian yang telah terjadi (sebagai contoh, perilaku
salah anak-anak atau tingkah laku moral yang positif), berbagi kejadian-kejadian yang akan datang
(sebagai contoh, bepergian ke suatu tempat akan menimbulkan keinginan dan perilaku moral yang
positif), dan kejadian yang mendadak (misalnya, berkomunikasi kepada anak tentang luapan
kemarahan saudaranya).

22
Anak-anak Pemilik Masa Depan Bangsa

Pengasuhan Pada Anak


Pengasuhan yang baik memerlukan waktu dan usaha. Anda tidak dapat melakukannya setengah-
setengah. Kualitas pengasuhan jelas penting. Orang tua seharusnya tidak menghukum atau bersikap
dingin kepada anak-anaknya. Orang tua seharusnya mengembangkan aturan-aturan dan bersikap
hangat kepada anak-anaknya. Empat tipe gaya pengasuhan :
1. Pengasuhan otoritarian  gaya yang bersifat membatasi dan menghukum, di mana orang tua
mendesak anaknya agar mematuhi orang tua serta menghormati usaha dan jerih payah mereka.
Orang tua otoritarian menempatkan batasan-batasan dan kendali yang tegas pada anak serta tidak
banyak memberi peluang kepada anak-anak untuk bermusyawarah. Orang tua otoritarian mungkin
mengatakan “Lakukan sesuai perintahku atau tidak sama sekali.” Orang tua otoritarian juga mungkin
memukul anak, menetapkan aturan-aturan secara kaku tanpa memberikan penjelasan, dan
menunjukkan kemarahan terhadap anak. Anak-anak dari orang tua otoritarian sering kali tidak
bahagia, takut, dan cemas ketika membandingkan dirinya dengan orang lain, tidak memiliki inisiatif,
dan memiliki keterampilan komunikasi yang buruk.
2. Pengasuhan otoritatif  mendorong anak-anak untuk mandiri namun masih tetap memberi
batasan dan kendali atas tindakan-tindakan anak. Orang tua masih memberikan kesempatan untuk
berdialog secara verbal. Orang tua juga bersifat hangat dan mengasuh. Orang tua yang otoritatif
akan merangkul anak dan mengatakan, “kamu tahu bahwa seharusnya kamu tidak melakukan hal
itu. Sekarang mari kita bicarakan bagaimana agar kelak kamu mampu menangani situasi itu secara
lebih baik” Orang tua otoritatif memperlihatkan rasa senang dan dukungan sebagai respons
terhadap tingkah laku konstruktif anak-anak. Mereka juga mengharapkan tingkah laku yang matang,
mandiri, dan sesuai usia anak-anaknya. Anak-anak yang orang tuanya otoritatif sering kali terlihat
riang-gembira, memiliki kendali diri dan percaya diri, serta berorientasi pada prestasi; mereka
cenderung mempertahankan relasi yang bersahabat dengan kawan-kawan sebaya, kooperatif
dengan orang dewasa, dan mampu mengatasi stres dengan baik.
3. Pengasuhan yang melalaikan  orang tua sangat tidak terlibat di dalam kehidupan anak. Anak-
anak yang orang tuanya lalai mengembangkan perasaan bahwa aspek-aspek lain dari kehidupan
orang tua lebih penting daripada mereka. Anak-anak ini cenderung tidak kompeten secara sosial.
Banyak anak-anak yang kurang memiliki kendali diri dan tidak mampu menangani independensi
secara baik. Mereka sering kali memiliki harga diri yang rendah, tidak matang, dan mungkin terasing
dari keluarga.
4. Pengasuhan yang memanjakan  orang tua sangat terlibat dengan anak-anaknya namun kurang
memberikan tuntutan atau kendali terhadap mereka. Orang tua semacam ini membiarkan anak-
anaknya melakukan apa pun yang mereka inginkan. Hasilnya adalah anak-anak yang tidak pernah
belajar mengendalikan perilakunya sendiri dan selalu berharap kemauan mereka dituruti. Anak
tersebut jarang belajar menghormati orang lain dan kesulitan mengendalikan perilakunya. Mereka
mungkin mendominasi, egosentris, tidak patuh, dan kesulitan dalam relasi dengan kawan sebaya.

23
Jangan biarkan anak-anak kita menjadi yatim !

Kepedulian dan keterlibatan dalam kehidupan anak-anak dalam wujud tipe pelatihan itu penting !!
Anak-anak yang memiliki prestasi akademik tinggi bisa jadi merupakan hasil dari ‘pelatihan’ orang
tua yang seperti itu.
Perlu juga adanya penekanan pada sikap hormat dan taat !
Pemukulan oleh orang tua tidak baik bagi perkembangan jiwa anak. Hal ini bisa terkait dengan
perilaku anti sosial, termasuk mencontek, berbohong, berlaku kejam, membully, berkelahi, dan tidak
patuh. Sejarah disiplin yang terlampau keras terkait dengan depresi dan kenakalan remaja.
Jika orang dewasa menghukum seorang anak dengan cara berteriak, menjerit, atau memukul,
artinya orang tua memberikan contoh yang tidak baik dalam menangani situasi yang dalam
tekanan. Anak-anak dapat meniru perilaku yang agresif dan kehilangan kendali itu.
Hukuman dapat menanamkan rasa takut, marah, atau sikap menghindar. Memukul anak dapat
menyebabkan anak tersebut menghindar berada di dekat orang tua karena takut.
Hukuman mengatakan hal-hal yang tidak boleh dilakukan alih-alih menyatakan hal-hal yang
seharusnya dilakukan. Sebaiknya anak-anak diberi umpan-balik, seperti “mengapa kamu tidak
mencoba ini ?”
Hukuman dapat menyiksa. Tanpa sengaja, orang tua dapat menghukum anaknya hingga di luar batas
kewajaran.
! Untuk mengatasi perilaku yang salah pada anak, ajak anak bernalar, khususnya dengan
menjelaskan konsekuensi dari tindakan anak terhadap orang lain. Penerapan anak dipindahkan
dari sebuah setting (tempat tertentu) yang memberikan penguatan positif juga dapat efektif. Sebagai
contoh, ketika anak-anak berperilaku buruk, orang tua dapat melarang anak menonton TV selama
periode tertentu.
Jika hukuman fisik digunakan, maka seharusnya hukuman tersebut ringan, tidak sering, sesuai usia,
dan digunakan dalam konteks relasi orang tua-anak yang positif.
Renungkanlah pentingnya pengasuhan bersama dan terapkanlah, yakni dukungan yang diberikan
oleh masing-masing orang tua terhadap satu sama lain dalam membesarkan anak. Koordinasi yang
buruk di antara orang tua, rongrongan salah satu orang tua, kurangnya kooperasi dan kehangatan,
dan terputusnya hubungan dengan salah satu orang tua, adalah kondisi-kondisi yang dapat
membuat anak berisiko menjadi anak tak baik.

24
Berilah santunan bagi anak-anak yatim-piatu !

Jenis-jenis perlakuan yang salah pada anak :


kekerasan fisik, pengabaian anak, kekerasan seksual, dan kekerasan emosi.
Pengabaian anak ditandai oleh kegagalan untuk menyediakan kebutuhan dasar anak. Kekerasan
seksual ditandai oleh mengusap genital anak, hubungan intim. Kekerasan emosional (kekerasan
psikologis/ kekerasan verbal/cedera mental) meliputi tindakan atau kelalaian dari orang tua yang
dapat menimbulkan masalah-masalah perilaku, kognitif, atau emosi.

Konsekuensi kekerasan terhadap perkembangan anak dan remaja adalah regulasi emosi yang buruk,
masalah kelekatan, masalah dalam relasi dengan kawan-kawan sebaya, kesulitan beradaptasi di
sekolah, serta masalah-masalah psikologis lain seperti depresi dan kenakalan remaja. Tingkat
hormon stres yang tinggi terutama terjadi pada anak-anak asuh yang diabaikan. Remaja yang
mengalami kekerasan atau pengabaian ketika kecil cenderung melakukan kekerasan dalam relasi
romantis, kenakalan, hubungan seks berisiko, dan penyalahgunaan obat terlarang.
Ketika dewasa, anak-anak yang pernah mengalami kekerasan juga sering kali melakukan kekerasan
pada orang dewasa lain – terutama terhadap pacar, suami atau isteri – dan menyalahgunakan obat
terlarang, obat anti kecemasan serta depresi.
25
Tetap jaga kesehatan ! Jasmani & Rohani.
Kita sakit anak kita juga susah.

Anak yang suka merusak dan mengganggu anak-anak lain (juga orang tuanya)
dengan berbagai ulahnya seharusnya tidak dipandang sebagai anak pemarah, tetapi
sebagai anak yang sedang berusaha menjalin hubungan dengan orang lain (sesuatu
yang merupakan kepuasan terpenting). Anda sendirilah yang menjadi guru terbaik
bagi anak anda. Yang ia inginkan ialah cinta dan perhatian dari orang tuanya.

Perilaku-perilaku baik anak seringkali tidak terlihat oleh orang tua, sehingga orang
tua tidak memberinya dorongan semangat. Terkadang, usaha anak untuk menjadi
dewasa dan bertanggung jawab, untuk menunjukkan kepeduliannya, untuk
berteman, untuk belajar hal-hal baru, itu semua terlihat sangat biasa di mata orang
dewasa, sehingga mengalir begitu saja, serta terlupakan dalam waktu singkat. Jika
perilaku anak tidak terlihat oleh kita, atau terlupakan, anak tidak mengetahui bahwa
perilaku yang demikianlah yang dianggap orangtuanya sebagai perilaku yang terpuji
dan baik.

Anak suka diperhatikan, terutama yang datang dari orang-orang penting dalam
hidup mereka, yaitu orangtua mereka. Jika anda membuat perilaku baik menjadi
berharga bagi anak anda, anak akan mengulangi perilaku baiknya. Ketika anda
memberi pujian kepada anak anda, berarti anda mendorong perasaan harga dirinya,
dan anak pun mulai merasakan bahwa ia adalah anak yang berguna. Anak yang
memiliki perasaan diri berguna dan peduli kepada dirinya, ia boleh dikatakan anak
yang bahagia.

26
Bermain & bersenang-senanglah bersama
anak-anak di waktu senggang

Anak tidak akan mempelajari nilai-nilai dengan mendengarkan apa yang diajarkan
orangtua kalau orangtua berbicara dengan nada teguran atau nasehat dan dengan
kritikan terlebih dahulu baru terakhirnya pesan yang disampaikan oleh orangtua.
Waktu yang tepat mengajarkan nilai-nilai kepada anak anda ialah ketika anak mau
mendengarkan dan mau belajar melalui perkataan anda.

Pujian tidak akan ada nilainya kecuali kalau pujian itu adalah pujian yang lengkap,
pujian yang anda berikan terhadap perilaku tertentu yang ingin anda semangati.

Bukan pujian : Tumben, sore ini kamu bermain dengan baik.

Pujian yang sebenarnya : Kamu bermain sangat bagus sore ini. Saya menyukai
caramu menunjukkan kepada temanmu Jeff mengelem model pesawat baru dan
kemudian mengecatnya. Orang menyukai teman yang dapat menolong.

Bukan pujian : sudah waktunya kamu membersihkan kamarmu.

Pujian yang sebenarnya : Kamu mengemasi kamarmu dan kamarmu tampak rapi
sekali. Saya suka kamu menempatkan semua mainanmu dengan rapi dan teratur
seperti itu.

Anak yakin akan apa yang dikatakan orangtua kepada mereka mengenai diri
mereka. Jika anda mengatakan hal-hal yang negatif, anak akan mulai memikirkan
dirinya sendiri seperti itu juga. Dengan seringkali mengatakan kepada anak bahwa ia
mementingkan diri sendiri, baik secara langsung maupun secara tersamar disertai
dengan “pujian”, ia akan percaya bahwa ia adalah anak yang egois.

27
Emansipasi pria bukanlah perkara mudah
terutama dalam mengasuh & mendidik anak

Tanggung jawab bukan berarti ketundukan anak kepada orangtua. Tanggung jawab
juga bukan semata-mata persoalan melaksanakan daftar tugas yang dibebankan
kepada anak, walaupun beberapa orangtua merasa bahwa itulah cara mengajarkan
tanggung jawab kepada anak mereka. Melakukan kerja di rumah sudah umum
dilakukan di banyak keluarga. Kerja di rumah bukanlah cara mengajari anak
bagaimana bertanggung jawab, terutama jika dilakukan layaknya sedang bertempur.
Ada pula anak-anak di mana masa kanak-kanaknya tidak pernah membersihkan
tempat tidur, tidak pernah memotong rumput, atau tidak pernah mencuci piring,
tetapi dalam masa dewasanya menjadi orang yang bertanggung jawab.

Mengerjakan pekerjaan rumah tangga itu sendiri bukan merupakan perilaku dewasa,
namun mengetahui mengapa pekerjaan itu perlu dikerjakan, itulah pekerjaan
dewasa. “Perilaku” bertanggung jawab adalah hasil dari pujian dan dorongan
semangat terhadap pertumbuhan menjadi dewasa, serta terhadap perbuatan yang
menunjukkan kemandirian. Membantu orang tua ketika anak diperlukan merupakan
cara untuk menjadi dewasa. Pujian membentuk tanggung jawab pada anak anda.
Salah satu kualitas kedewasaan adalah sifat peka dan peduli kepada orang lain.
Perilaku peduli merupakan perilaku positif yang dapat diajarkan semenjak anak
masih sangat muda. Anak atau orang dewasa yang bertanggung jawab peduli akan
dampak dari apa yang dilakukan terhadap orang lain.

Dalam mengajari anak, bentuklah bahwa perilaku peduli dapat menciptakan rasa
bangga diri yang positif, dan jika anak merasakan nyaman pada dirinya sendiri, ia
juga akan mudah peduli dengan perasaan teman-temannya. Para orangtua dapat
mengajarkan kepedulian kepada anak mereka dengan cara memperlihatkan diri
mengenali kepedulian, dan membuat kepedulian menjadi berharga bagi anak, dan
bagi orang tuanya.

28
Perpustakaan Daerah memiliki banyak koleksi
buku anak-anak yang bermutu

Meniru orangtua bukan merupakan cara yang meyakinkan untuk memberikan


dorongan semangat kepada anak-anak agar dapat membaca. Mengajar melalui
teladan dan contoh, menyampaikan makna dan kegunaan belajar dengan menjadi
orang tua yang suka belajar, mungkin juga tidak banyak berpengaruh kepada anak.
Tindakan terbaik agar anak menjadi haus belajar ialah memberi sedikit dorongan
semangat dari luar. Dasar-dasar keterampilan belajar dapat membuat anak menjadi
haus belajar sebelum mereka memasuki proses pendidikan formal yang lebih
kompleks. Pelajaran membaca dan matematika diajarkan secara bertahap, dan jika
anak gagal dalam salah satu tahap atau tingkatan, ia tidak dapat melanjutkannya ke
tahapan atau tingkatan berikutnya.

Para orang tua tidak dapat membantu anak, betapapun mereka ingin memberikan
“pertolongan” dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Dasar bagi sifat haus belajar
terletak pada para orangtua, yang dapat membuat kegiatan belajar menjadi
berharga. Ketika hendak menanamkan dalam diri anak rasa haus belajar, harus
mengingat bahwa belajar membaca harus dibuat “manis” dengan memberi dorongan
semangat pada mereka. Pujian patut diberikan. Banyaknya masalah belajar yang
muncul dikarenakan anak tidak mengetahui pentingnya membaca.

Anak-anak yang tidak memahami pentingnya belajar membaca tidak akan


termotivasi untuk belajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus-menerus,
dan anak-anak yang melihat tingginya nilai membaca dalam kegiatan pribadinya
akan lebih giat belajar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan
keuntungan dari kegiatan membaca.

Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna. Manfaat membaca


yang berasal dari berbagai teks hendaknya dapat dirasakan oleh anak-anak.
Perkembangan kosakata dan pembelajaran juga memengaruhi pemahaman
membaca.

Anak-anak membangun pengetahuan dengan menghubungkan pengetahuan yang


dibaca dengan pengetahuan yang telah diketahuinya. Belajar terjadi apabila
informasi baru diintegrasikan dengan apa yang diketahui. Guru bisa membantu
siswa belajar keterampilan berikut: membuat hubungan antara apa yang mereka
ketahui dan apa yang akan mereka pelajari.

Misalkan anak-anak mengetahui tentang bola lampu yang bisa menyala di dalam
gelap malam. Mereka bisa diajarkan pengetahuan lebih lanjut tentang hubungan
bola lampu tersebut dengan listrik. Di mana listrik merupakan sumber energi yang
memungkinkan bola lampu dapat menyala.

Selayang pandang Bahasa Indonesia :


1. Ejaan van Ophuijsen (1896)
2. Ejaan Republik/ Ejaan Soewandi (1938)
3. Ejaan Melindo (Melayu Indonesia) akhir tahun 1959.
4. Ejaan Baru (Ejaan EBK) tahun 1967.
5. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) tahun 1972.
6. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) tahun 2015.

Dalam edisi-edisi selanjutnya, saya akan menyisipkan PERIBAHASA Indonesia yang


memiliki Makna Filosofis Penting dalam kehidupan Berbangsa dan Bernegara kita.

29

Ada asap ada api

Motivasi merupakan unsur penting dari belajar mengajar. Pembaca yang baik
berpartisipasi aktif dalam proses membaca. Mereka mempunyai tujuan yang jelas
serta memonitor tujuan membaca mereka dari teks yang mereka baca. Pembaca
yang baik menggunakan strategi pemahaman untuk mempermudah membangun
makna.

Belajar kosakata hendaknya sesuai dengan selera (keinginan) siswa, diajarkan


mengakrabi kata-kata. Pengajaran kosakata secara langsung dan belajar dari
konteks sebaiknya seimbang. Pengajaran sebaiknya bermakna bagi siswa,
mencakup kata-kata dari bacaan siswa dan memfokuskan pada berbagai strategi
untuk menentukan makna kata-kata yang tidak dikenal siswa.

Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan


suatu tujuan, cenderung lebih memahami. Tujuan membaca mencakup :

- Kesenangan.
- Menyempurnakan membaca nyaring.
- Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik.
- Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya.
- Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
Arti peribahasa : setiap kejadian/ masalah pasti ada penyebabnya. Keduanya tidak dapat dipisahkan.

30

Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga.

Peningkatan kemampuan berpikir melalui membaca seharusnya dimulai sejak dini.


Guru SD dapat membimbing siswanya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
yang memungkinkan mereka bisa meningkatkan kemampuan berpikirnya.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru hendaknya merangsang siswa berpikir,
seperti pertanyaan mengapa dan bagaimana.

Aspek afektif merupakan proses membaca yang berkenaan dengan kegiatan


memusatkan perhatian, membangkitkan kegemaran membaca (sesuai dengan
minatnya), dan menumbuhkan motivasi membaca ketika sedang membaca.
Pemusatan perhatian, kesenangan, dan motivasi yang tinggi diperlukan dalam
membaca. Guru SD bisa melatih siswanya terbiasa memusatkan perhatiannya
dengan memberikan bacaan yang menjadi minat mereka. Tanpa perhatian yang
penuh ketika membaca, siswa sulit mendapatkan sesuatu dari bacaan. Motivasi dan
kesenangan membaca sangat membantu siswa untuk memusatkan perhatian pada
bacaan.

Kelelahan merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar,
khususnya belajar membaca.

Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan bahasa anak.
Kondisi di rumah memengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak dalam
masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membantu anak, dan dapat juga
menghalangi anak belajar membaca. Anak yang tinggal di dalam rumah tangga yang
harmonis, rumah yang penuh dengan cinta kasih, yang orang tuanya memahami
anak-anaknya, dan mempersiapkan mereka dengan rasa harga diri yang tinggi, tidak
akan menemukan kendala yang berarti dalam membaca. Orang tua yang hangat,
demokratis, bisa mengarahkan anak-anak mereka pada kegiatan yang berorientasi
pendidikan, suka menantang anak untuk berpikir, dan suka mendorong anak untuk
mandiri merupakan orang tua yang memiliki sikap yang dibutuhkan anak sebagai
persiapan yang baik untuk belajar di sekolah. Rumah juga berpengaruh pada sikap
anak terhadap buku dan membaca. Membaca seharusnya merupakan suatu
kegiatan yang bermakna.

Arti peribahasa : sifat-sifat anak biasanya menurun dari sifat orang tuanya.

31

Air di daun keladi.

Pengalaman masa lalu anak-anak memungkinkan anak-anak untuk lebih memahami


apa yang mereka baca. Usaha orang tua hendaknya tidak berhenti hanya sampai
pada membaca permulaan saja. Orang tua harus melanjutkan kegiatan membaca
anak secara terus-menerus. Anak lebih membutuhkan perhatian daripada uang.
Oleh sebab itu, orang tua hendaknya menghabiskan waktu mereka untuk berbicara
dengan anak mereka agar anak menyenangi membaca dan berbagi buku cerita dan
pengalaman membaca dengan anak-anak.
Motivasi adalah faktor kunci dalam belajar membaca. Kunci motivasi itu sederhana,
tetapi tidak mudah untuk mencapainya. Kuncinya adalah guru harus
mendemonstrasikan kepada siswa praktik pengajaran yang relevan dengan minat
dan pengalaman anak sehingga anak memahami belajar itu sebagai suatu
kebutuhan.
Motivasi belajar memengaruhi minat dan hasil belajar siswa. Siswa lebih tertarik
pada hal-hal yang kurang jelas yang belum diketahui, tetapi berharga untuk mereka.
Salah satu faktor yang sangat penting bagi kesuksesan belajar ialah motivasi,
keinginan, dorongan, dan minat yang terus-menerus untuk mengerjakan suatu
pekerjaan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk selalu memotivasi siswa agar
berhasil menyelesaikan tugas belajar mereka dengan baik.

Arti peribahasa : sukar diajar atau dinasihati.


32

Air yang tenang jangan disangka tiada berbuaya.

Prinsip motivasi dalam belajar antara lain :

a. Kebermaknaan.
b. Pengetahuan dan keterampilan prasyarat.
c. Model.
d. Komunikasi terbuka.
e. Keaslian dan tugas yang menantang, latihan yang tepat dan aktif.
f. Kondisi dan konsekuensi yang menyenangkan.
g. Keragaman pendekatan.
h. Mengembangkan beberapa kemampuan.
i. Melibatkan sebanyak mungkin indra.

Kebermaknaan dalam belajar umumnya terkait dengan faktor bakat, minat,


pengetahuan, dan tata nilai siswa.

Pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya atau siswa yang telah menguasai
semua prasyarat berupa pengetahuan akan memengaruhi hasil belajar siswa. Siswa
akan belajar lebih baik dibandingkan dengan siswa yang belum memiliki prasyarat
tersebut.

Untuk memotivasi meningkatkan hasil belajarnya, guru bisa memberikan model dan
contoh untuk dilihat dan ditiru. Misalnya dengan mencontohkan bagaimana
membacakan cerpen, guru bisa mencontohkan bagaimana intonasi dan lafal yang
sesuai dengan isi cerita. Guru juga harus memodelkan ekspresi wajah dan tindakan
yang menggambarkan peristiwa sedih dan gembira berdasarkan isi cerpen tersebut.

Di samping itu, siswa akan termotivasi belajar jika penyampaian dilakukan secara
terstruktur sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif sehingga pesan
pembelajaran dapat dievaluasi dengan tepat.
Tugas yang diberikan kepada siswa hendaklah tugas yang menantang, dan sedikit
melebihi kemampuannya. Dibutuhkan latihan yang intensif. Yang perlu diperhatikan
guru ialah waktu yang diberikan kepada siswa untuk mengerjakan tugas hendaknya
tidak begitu lama. Guru bisa memberikan tugas yang sama dengan frekuensi
pengulangan yang tinggi.

Suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan akan mengoptimalkan kerja otak
siswa. Berbagai pengalaman belajar hendaknya disediakan guru di sekolah yang
memungkinkan siswa dapat mengembangkan berbagai kemampuan berbahasa
lainnya setelah selesai membaca.

Arti peribahasa : orang pendiam jangan disangka tidak berani.

33

Anak dipangku dilepaskan, beruk di rimba disusui.

Faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan minat anak :

- Pengalaman sebelumnya; siswa tidak akan mengembangkan minatnya


terhadap sesuatu jika mereka belum pernah mengalaminya.
- Konsepsinya tentang diri; siswa akan menolak informasi yang dirasa
mengancamnya, sebaliknya siswa akan menerima jika informasi itu
dipandang berguna dan membantu meningkatkan dirinya.
- Nilai-nilai; minat siswa timbul jika sebuah mata pelajaran disajikan oleh orang
yang berwibawa.
- Mata pelajaran yang bermakna; informasi yang mudah dipahami oleh anak
akan menarik minat mereka.
- Jika siswa merasa dirinya mempunyai beberapa tingkat pilihan dan kurang
mendapat tekanan, minat membaca mereka mungkin akan lebih tinggi.

Anak-anak yang lebih mudah mengontrol emosinya, akan lebih mudah


memusatkan perhatiannya pada teks yang dibacanya. Pemusatan perhatian
pada bahan bacaan memungkinkan kemajuan peningkatan kemampuan anak-
anak dalam memahami bacaan. Percaya diri sangat dibutuhkan oleh anak-anak.
Siswa perlu menghargai segi-segi positif dalam dirinya. Dengan demikian, siswa
menjadi yakin, penuh percaya diri, dan bisa melaksanakan tugas dengan baik.
Sebaliknya, siswa yang mempunyai harga diri rendah, selalu takut berbuat salah,
dia tidak akan berusaha untuk mencoba berulang kali menyelesaikan tugasnya
sampai tuntas. Untuk menyelesaikan tugas apapun, siswa harus berusaha
mencobanya walaupun gagal atau mengalami perubahan. Siswa yang
mempunyai harga diri dan percaya diri, akan mencoba dan mencoba lagi apabila
mengalami kegagalan. Siswa yang merasa bahwa belajar adalah tanggung
jawabnya sendiri akan memahami bahwa kegagalan adalah bagian dari proses
belajar.

Arti peribahasa : orang yang kerap membereskan urusan orang lain tanpa mempedulikan urusan
sendiri.

34

Bagai anak ayam kehilangan induk.

Pengajaran membaca harus didasarkan pada tujuan membaca dan diarahkan


pada penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Alasan utama orang
membaca adalah untuk memperoleh informasi yang dibutuhkannya dari teks
sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.

Kegiatan membaca dalam hati dan membaca nyaring merupakan kegiatan inti
yang umumnya dilakukan di kelas membaca, khususnya di SD. Kedua kegiatan
ini hendaknya mendapat porsi yang seimbang dalam program membaca.
Kegiatan membaca dalam hati akan berjalan dengan baik sesudah istirahat atau
sesudah olahraga, setelah anak letih melakukan kegiatan fisik. Membaca dalam
hati memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami teks yang
dibacanya secara lebih mendalam.
Membaca dengan tujuan untuk apresiasi dan rekreasi dilaksanakan dalam
suasana santai.

Membaca dengan teliti dan hati-hati dibangun dengan latihan-latihan yang


direncanakan dengan hati-hati terutama membaca materi bacaan yang bersifat
informatif.

Membaca dalam hati hendaknya dilakukan sebelum kegiatan membaca


nyaring.

Menyimak merupakan keterampilan yang harus diajarkan pada siswa.

Kegiatan yang paling penting untuk membangun pengetahuan dan keterampilan


berbahasa siswa memerlukan membaca nyaring. Program yang kaya dengan
membaca nyaring dibutuhkan untuk semua siswa karena membantu siswa
memperoleh fasilitas menyimak, memerhatikan sesuatu secara lebih baik,
memahami suatu cerita, mengingat secara terus-menerus pengungkapan kata-
kata, serta mengenali kata-kata baru yang muncul dalam konteks lain.

Tujuan umum membaca adalah pemahaman, menghasilkan siswa yang lancar


membaca. Untuk pembaca pemula, guru yang membacakan cerita untuk siswa
merupakan suatu model mengajar yang bagus, karena merupakan kegiatan
berbagi pengalaman yang menyenangkan dan memberikan kesempatan yang
bagus untuk mendiskusikan materi bacaan dengan siswa.

Membaca nyaring untuk anak-anak merupakan kegiatan berharga yang bisa


meningkatkan keterampilan menyimak, menulis, dan membantu
perkembangan anak untuk mencintai buku dan membaca cerita sepanjang
hidup mereka.

Anak-anak cenderung meniru dan mengikuti jejak orang dewasa. Membaca


nyaring untuk anak-anak yang dilakukan setiap hari merupakan sesuatu yang
penting untuk mengajar mereka menyimak, berbicara, atau menulis. Orang tua
yang membacakan cerita untuk anak-anaknya, ternyata anak-anaknya
memperoleh perkembangan bahasa yang baik melalui perkembangan
kosakata, semangat membaca yang tinggi, dan akhirnya berhasil membaca
permulaan ketika mereka telah memasuki sekolah.
Arti peribahasa : bercerai berai kehilangan tumpuan.

35

Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi.

Umumnya anak-anak mempunyai minat yang besar pada buku-buku yang telah
dibacakan kepada mereka sebelumnya dan sering memilih buku tersebut
berulang kali. Guru hendaknya berusaha agar buku-buku yang dibacakannya
juga bisa dibaca langsung oleh anak-anak. Selalulah mendiskusikan isi bahan
bacaan dengan siswa untuk membangkitkan minat siswa pada buku. Adakan
kontak mata selama membaca cerita berlangsung. Hentikan membaca pada titik
yang menegangkan. Jangan belokkan diskusi menjadi bentuk ujian.

Siswa yang memandang diri mereka sebagai siswa yang lamban (lemah)
mungkin mempunyai sikap yang negatif terhadap belajar membaca, tidak
mengherankan mereka memandang tugas membaca bukanlah tugas yang
menyenangkan karena mereka kurang percaya diri menyelesaikan tugas
membaca yang diberikan kepada mereka. Siswa-siswa yang kurang berhasil
kurang suka melakukan sesuatu yang berulang kali mengalami kegagalan. Guru
hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa mengalami suatu
keberhasilan dengan memberikan tugas yang lebih mudah atau tugas yang
sesuai dengan kemampuan mereka. Hal ini penting untuk membantu mereka
mengembangkan percaya diri, mereka butuh sikap positif dan minat yang kuat.

Arti peribahasa : ilmu yang dituntut secara tidak sempurna, tidak akan berfaedah.

36

Berguru dahulu sebelum bergurau.


Apabila siswa bisa mengembangkan dan mengidentifikasi kebutuhannya sendiri
untuk belajar, mereka akan lebih siap mempersepsi nilai belajar membaca,
akibatnya sikap positifnya terhadap membaca akan meningkat. Kegemaran
membaca merupakan salah satu kunci keberhasilan seseorang dalam meraih
ilmu pengetahuan dan teknologi ! Jika membaca merupakan suatu kebutuhan,
sikap positif terhadap membaca umumnya berkembang. Penting untuk menyediakan
waktu khusus (tertentu) untuk membaca dengan senang hati tanpa terpaksa.

Guru juga harus membaca ketika siswa membaca.

Siswa membaca untuk periode waktu tertentu.

Siswa memilih bahan bacaan yang mereka sukai.

Tugaskanlah siswa untuk membaca 15 menit dengan pengawasan (setiap hari).

Tugaskan siswa untuk menjawab soal-soal yang bersumber dari buku perpustakaan.

Arti peribahasa : belajar dahulu sebelum bersenang-senang.

37

Berjalan peliharakan kaki, berkata peliharakan lidah.

Berikut ini disajikan contoh penanganan perilaku anak-anak.


Ketika Cindy berkomentar mengenai ibunya, “Ibu tidak menyayangiku, ibu
membenciku,” orangtuanya perlu segera meyakinkannya bahwa mereka
mencintainya. Respons positif dari orangtua merupakan hadiah baginya; ia
mendapatkan perhatian dari orangtuanya, dan mereka pun menyediakan waktu
untuk anak mereka. Tanpa hadiah atau pujian membuat perilaku anak tampak
kurang dihargai. Tidak adanya penghargaan merupakan hukuman bagi anak,
dan untuk kebanyakan masalah perilaku anak, sebuah pernyataan sederhana “Saya
tidak mau membicarakannya lagi” merupakan bentuk non-penghargaan yang
efektif. Jawaban ini menunjukkan bahwa ia tidak menanggapi anaknya, dalam arti ia
tidak memberi hadiah kepadanya.

Mengabaikan sama sekali perilaku anak tidaklah efektif. Jika orangtua


mengatakan “sama sekali tidak apa-apa”, anak akan meningkatkan perilakunya yang
kurang baik sampai ia benar-benar mendapat respons dari orangtuanya. Perilaku
anak harus diberi pengakuan orangtua, tetapi pengakuan itu tidak boleh disertai
dengan cercaan atau khotbah panjang lebar.

Pada waktu makan, Edi menunjukkan perilaku bermasalah; ia memukul-mukulkan


garpu di meja makan, menendang kursi, mendominasi pembicaraan dengan
keluhan-keluhannya, dan menolak untuk makan. Walaupun orangtuanya pernah
memberinya dorongan semangat ketika ia bersikap baik pada suatu jam makan, ia
tetap saja berperilaku buruk. Respons yang diberikan kepadanya seharusnya bukan
berupa argumentasi panjang mengenai perilakunya yang lalu, namun sebaiknya
berupa komentar singkat yang berupa : “Saya tidak suka kamu melakukan itu” atau
“Edi ! Jangan memukul-mukul dengan garpumu”.

Orangtua harus ingat bahwa bentuk terbaik dari hukuman ialah, hukuman yang
tidak sering diberikan, dan harus sesegera mungkin dilaksanakan, serta jelas
alasan pemberian hukumannya. Hukuman yang paling efektif adalah hukuman
yang berupa pelarangan seorang anak untuk berhubungan dengan anak-anak
lainnya, dengan lingkungannya, atau dengan banyak kepuasan di dunia.

Ketika Delia berperilaku yang sangat merusak, seperti :


- menendang seseorang.
- mengatakan hal-hal jelek kepada ayah atau ibunya.
- memperlihatkan amarahnya.
- memukul ayah atau ibunya ..............

Segera katakan kepadanya, “Kami tidak suka .................... (menendang, berkata


jelek, berteriak, dsb.)

Mengambil hak-hak istimewa anak selama waktu yang lama (berhari-hari,


berminggu-minggu, atau bertahun-tahun) akan menimbulkan perasaan benci dan
dendam yang mendalam kepada orangtuanya. Ini tidak baik untuk dilakukan.

Metode hukuman akan efektif jika digunakan sekali-sekali, tidak sering, dan hanya
untuk perilaku yang sangat serius. Bentuk hukuman apa pun yang sering diterapkan,
dan diberikan karena hanya masalah kecil, akan menimbulkan rasa marah dan
dendam kepada orangtuanya, dan lambat laun akan memutuskan ikatan antara
orangtua dan anak.

Seandainya orangtua memberi respons cepat terhadap perilaku ekstrim anaknya,


bisa saja hukuman itu dilakukan untuk menghilangkan perilakunya yang kurang baik.

Anak yang berperilaku baik adalah anak yang bahagia, dan orangtuanya pun
bahagia juga. Cara untuk menjadikan anak kita bahagia ialah dengan mengajarkan
kepadanya perilaku yang akan mendatangkan kebahagiaan dan membuat perasaan
anak menjadi berharga yang akan berlangsung selama hidup mereka. Mereka akan
menjadi teman yang baik, merasa puas karena menjadi orang yang bertanggung
jawab, mempunyai rasa haus untuk belajar, dan memiliki rasa kepedulian yang
besar.

Arti peribahasa : ingat-ingat selalu dalam berbuat sesuatu.

38

Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.

Contoh Kasus :
Mike (6 tahun) – Perilaku merusak (kira-kira untuk umur 3 sampai 9 tahun).

Contoh-contoh dari perilaku Mike yang merusak misalnya : mendorong anak lain,
melempar batu, memukul anak lainnya, dan mengekspresikan amarahnya.

Kami tidak ingin ada kemarahan di dalam diri Mike. Kami ingin mengajarinya
bagaimana mengekspresikan perasaan marahnya, dan akhirnya mengajarinya
keterampilan-keterampilan sosial yang akan membuat rasa marahnya berkurang.

Perilaku brutal dan perilaku tegas merupakan dua kelompok perilaku yang terpisah;
perilaku yang pertama tidak mengarah ke perilaku yang kedua. Perilaku brutal bukan
persyaratan bagi perilaku tegas. Jika seseorang memberi dorongan semangat
perilaku brutal, respons seperti ini akan berakhir pada frustasi di masa yang akan
datang.

Perilaku merusak akan membentuk perilaku brutal.

1. Segera katakan kepada Mike, “Kita tidak memukul, atau mendorong, (dan
sebagainya).”
2. Cepat pegang tangannya, dan bawa ia ke kursi, dudukkanlah ia dengan
menghadap ke tembok.
3. Mike harus duduk di kursi selama satu atau tiga menit.
4. Jika ia membalikkan badan dan mencoba meninggalkan kursi, segera
kembalikan ia ke kursinya. Pada saat itu, jangan mengatakan apa pun. Tapi
jika ia berteriak, menendang, atau apa pun, abaikan dia.
5. Jika di akhir tiga menit ia telah tenang, katakan segera kepadanya bahwa ia
berperilaku tenang, dan boleh meninggalkan kursi.
6. Jika pada akhir tiga menit ia menendang, atau apa pun, ia harus tinggal di
kursi sampai ia tenang selama 15 detik. Kemudian, segeralah mengatakan
kepadanya bahwa ia bisa tenang, dan berkelakuan baik, dan sekarang boleh
meninggalkan kursi.
7. Mike seharusnya tidak pernah dibiarkan meninggalkan kursi apabila ia
berperilaku buruk.
8. Setelah itu, jangan bicarakan hukuman tersebut. Pembahasan yang panjang
mengenai tipe ini akan mengajarkan anak bahwa hukuman memberinya
keterlibatan total dengan orangtuanya.
Hukuman di atas hanya diberikan kepada anak yang berperilaku sangat buruk, atau
sangat serius. Anda tidak boleh menerapkan metode hukuman ini sekali atau dua
kali seminggu setelah minggu pertama menghukum dengan cara tersebut (jika
metode itu diterapkan dengan benar).

Mengajari Mike cara yang benar mengekspresikan rasa marahnya

1. Ketika Mike mengekspresikan amarahnya dengan perilaku brutal, jangan


alihkan perhatiannya untuk memukul tas atau menghantam batu bata. Jangan
coba-coba mengajarinya untuk “mengeluarkan” amarahnya dengan cara
tersebut, karena hal ini akan mengajarinya untuk lebih marah lagi.
2. Sebagai gantinya, lebih baik berperanlah untuk Mike sebagai seseorang yang
tetap tenang ketika Mike menghadapi masalah kecil. Contohnya, jika Mike
menumpahkan sesuatu, dan ia sedih serta marah, maka katakan padanya:
“Tidak apa-apa, Mike. Saya ambil lap dan membersihkannya.” Yang demikian
akan memberinya model perilaku santai, dan juga suatu teknik dalam
memecahkan masalah kecil.
3. Jika terjadi hal yang membuatnya marah, misalnya seorang anak kecil
mengambil mainan Mike, maka responsnya, pasti ia mendorong anak itu.
Maka ajarkanlah kepada Mike untuk memberi respons baru atas kejadian itu.
Anggaplah ia punya alasan untuk marah karena ketidakadilan ini. Katakan
pada Mike bagaimana ia harus merespons, misalkan : katakan kepada anak
itu, “Jangan ambil mainanku.” Apa yang ingin kita lakukan adalah mengajari
Mike bagaimana berbicara, bagaimana berkata dengan tegas, bagaimana
mengekspresikan perasaan amarahnya dengan cara yang pantas. Untuk
melakukan semua itu padanya, katakan dengan sederhana bagaimana ia
seharusnya berperilaku ketika menghadapi situasi frustasi tersebut.
4. Jika ia menirukan petunjuk anda tersebut, segera lakukan beberapa hal di
bawah ini :
a. katakan padanya apa yang anda amati darinya (dengan jelas).
b. pujilah ia dengan serius (100% pujian).
c. ikutilah pujian anda selama lima atau sepuluh menit dengan melakukan
kegiatan yang ia sukai. Misalnya bermain ular tangga.
d. jika anda memujinya setelah kejadian itu, buatlah situasinya sehidup
mungkin, dan fokus pada permasalahannya.
Contoh Kasus lain :

Untuk Barry (8 tahun) – kejujuran, kemandirian, tanggung jawab, dan


kemampuan bersosialisasi.

Hal yang paling penting dilakukan oleh ayah dan ibu ialah, mencari perilaku-perilaku
baik pada anaknya, seperti : kejujuran, kemandirian, tanggung jawab, dan
kemampuan bersosialisasi (perilaku ini membuat anak-anak lain akan mau berteman
dengan Barry). Apabila ada tanda-tanda perilaku tersebut, buatlah catatan ;
lakukan ini satu atau dua kali dalam sehari :

- walaupun perilaku tersebut hanya berlangsung sebentar (selama 30 detik).


- walaupun perilaku buruk dilakukan setelah melakukan perilaku baik.
- walaupun perilaku itu adalah perilaku yang diharapkan atau “memang
seharusnya demikian.”
- walaupun Barry sering mengatakannya : misalnya mengatakan terima kasih.
- walaupun ia mempelajarinya dengan menirukan dari kakak-kakaknya.
- tidak masalah apapun motivasinya.

Jangan mengatakan bahwa Barry anak yang baik budi dan suka berbagi; tapi
katakan bagaimana ia baik hati, apa yang ia katakan, dan apa yang ia kerjakan.

Para orangtua diingatkan untuk mengingat beberapa detail perilaku ini (apa yang
dikatakan anak, siapa yang melakukan, dan apa yang telah dikerjakan), sedemikian
rupa sehingga untuk menjelaskannya kepada anak nantinya bisa menjadi hidup.

Contoh perilaku bertanggung jawab dan dewasa :

- membuat makan pagi untuk orangtuanya (telur goreng dan mie).


- memberi makan ayam atau kucing.
- segera menukar pakaian sekolah dengan pakaian bermain.
- memasukkan makanan ringan ke tasnya (catatlah bagaimana ia melakukan
nya).
- antri di restoran dengan sikap orang dewasa (catatlah bagaimana ia
melakukannya).
- dll.
Arti peribahasa : di mana pun kita tinggal harus dapat menyesuaikan diri dengan adat dan keadaan
tempat tersebut.

39

Datang tampak muka, pulang tampak punggung.

Kreativitas seorang pendidik sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Salah


satu ciri pembelajaran efektif : mengembangkan pemikiran bahwa anak akan
belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, &
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya; membantu murid
mengenal dan mengetahui sesuatu, terutama memperoleh pengetahuan.
Pengetahuan itu dapat dibentuk secara pribadi dan murid itu sendiri yang
membentuknya.
Peran guru atau pendidik tugasnya adalah merangsang atau memberikan stimulus,
membantu murid untuk mau belajar sendiri dan merumuskan pengertiannya.
Tugas murid aktif belajar, mencerna dan memodifikasi gagasan sebelumnya.
Pembelajaran yang ideal yaitu pembelajaran murid aktif & kritis. Murid tidak
kosong, tetapi sudah ada pengertian awal tertentu yang harus dibantu untuk
berkembang. Murid dapat mengungkapkan gagasannya, dapat mengkritik
pendapat guru yang dianggap kurang tepat, dapat mengungkapkan jalan
pikirannya yang lain dari guru. Pendidikan yang benar harus membebaskan
murid untuk berpikir, berkreasi dan berkembang.
Siswa akan mampu menunjukkan dan berbagi tentang kelebihan yang dimilikinya.
Pembelajaran dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka,
negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa, sehingga akan terasa
manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran
siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan
menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa
melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan
pengembangan kemampuan sosialisasi. Mencoba, mengerjakan, membangun
pemahaman sendiri, rangkuman, tindak lanjut.
Melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk
merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Mencari atau menemukan cara
penyelesaian.

Sajikanlah serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga


terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan
pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Proses tanya
jawab dilakukan sehingga siswa harus berpartisipasi aktif. Siswa tidak bisa
menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses
tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun bisa dibiasakan.
Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya rangkaikan pertanyaan
disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, dan nada lembut. Ada canda,
senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan
ceria. Jawaban siswa yang salah harus dihargai.

Arti peribahasa : datang dan pergi hendaklah memberi tahu.

40

Guru kencing berdiri, murid kencing berlari.

Pembahasan berikut lebih terarah untuk mahasiswa atau siswa dari sekolah-
sekolah unggulan.
Belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Somatic
yang bermakna gerakan tubuh (aktivitas fisik) dimana belajar dengan mengalami &
melakukan; auditory, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi,
mengemukakan pendapat, & menanggapi; mengamati, menggambar,
mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media & alat peraga; serta
intellectualy yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan
berpikir, dengan konsentrasi pikiran & berlatih menggunakannya melalui bernalar,
menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi,
memecahkan masalah, dan menerapkan.

Tanggung jawab belajar adalah pada siswa. Siswa harus membangun


pengetahuan ; tidak menerima bentuk jadi dari guru.

Berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi), hasil
bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat
laporan hasil presentasi.

Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling


ekonomis untuk menyampaikan informasi dan paling efektif dalam mengatasi
kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli.
Namun bila terlalu lama terasa membosankan.

Mintalah siswa membaca keseluruhan materi, kemudian meresume (meringkas)


apa yang dapat mereka serap atau ambil intisari dari materi tersebut.
Dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya
menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau
diceramahkan saja. Metode mengajar ini banyak digunakan di sekolah-sekolah
yang sudah maju.
Biasanya pada sekolah-sekolah yang sudah maju, tahap yang harus ditempuh
dalam metode discovery yaitu:
- perumusan masalah untuk dipecahkan siswa.
- penetapan jawaban sementara atau pengajuan hipotesis.
- peserta didik mencari informasi, data, fakta, yang diperlukan untuk
menjawab atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis.
- menarik kesimpulan dari jawaban atau generalisasi.
- aplikasi kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru.

Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring siswa untuk menyadari
apa yang telah didapatkan selama belajar. Guru berkewajiban menggiring siswa
untuk melakukan kegiatan. Guru mempunyai tujuan agar siswa terangsang oleh
tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari
sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompoknya. Diharapkan
siswa juga mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan
nantinya.
Pilihlah dan tetapkan suatu materi atau masalah yang pantas untuk didiskusikan.
Masalah yang dipilih harus memungkinkan timbulnya beberapa pendapat, harus
ada dalam batas-batas kemampuan mahasiswa pemecahannya. Pengajar
sebagai fasilitator atau pembimbing diskusi memberikan penjelasan-penjelasan
tentang masalah yang dijadikan pokok diskusi, sebab-sebab perlunya didiskusikan,
dan tujuan yang ingin dicapai dari diskusi tersebut.
Usahakan masalah yang didiskusikan menarik bagi semua peserta dan
mengundang berbagai jawaban. Usahakan semua peserta dapat urun pendapat
dan mempertahankan pendapatnya. Persiapkan tempat diskusi yang
memungkinkan setiap peserta dapat berhadapan dan peserta merasa sama
kedudukan dan hak-haknya. Usahakan kesimpulan yang diambil tepat dan
menghargai pendapat semua peserta.

Arti peribahasa : kelakuan murid (orang bawahan) selalu mencontoh kelakuan guru (atasannya).

41

Lebih baik teguran yang nyata-nyata daripada


kasih yang tersembunyi
Bermain adalah awal dari timbulnya kreativitas. Bagi anak, kegiatan bermain adalah
kebutuhan bukan sekadar pengisi waktu luang. Namun, dewasa ini muncul
kecenderungan waktu bermain anak habis untuk berbagai macam kegiatan belajar
tanpa unsur permainan. Padahal, kebebasan bermain sangat berkaitan dengan daya
kreatif dan imajinasi anak. “Kalau kebebasan bermain tersebut, atau spontanitasnya
ditunda, maka di masa selanjutnya daya kreatif, daya imajinasi, bahkan kemampuan
belajar anak bakal mengalami hambatan yang akibatnya bisa serius. Pemasungan
daya kreatif anak-anak terjadi karena baik orangtua maupun pendidik terlalu
memusatkan perhatian dan tenaga mereka pada hasil akhir (output).
Kegiatan seperti berolahraga atau kesenian terbukti memiliki sumbangan positif bagi
perkembangan anak. Anak-anak yang biasa berolahraga, misalnya, lebih mudah
menyerap pengetahuan baru karena ia sudah terlatih untuk menerapkan sebuah
teori (meski sangat sederhana) ke dalam praktik. Olahraga bukan hanya
berpengaruh pada perkembangan fisik tetapi juga mempunyai andil dalam
pembentukan kepribadian anak. Olahraga di samping memperbaiki metabolisme
otak juga berperan dalam meningkatkan jumlah sinaps, sehingga mempermudah
pembelajaran.
Seni dan musik dapat membuat para siswa menjadi lebih pintar. Selain sebagai
selingan yang menyenangkan, musik dapat membantu otak berfokus pada hal lain
yang dipelajari. Masa kritis perkembangan untuk musik antara umur 3-10 tahun.
music trains the brain for higher forms of thinking and ability to reason. Mozart effect,
yaitu belajar musik atau banyak mendengar musik sejak usia dini akan membina
perkembangan di bidang visuospasial, matematika dan logika.
Nyanyikan lagu-lagu bersama anak-anak. Mainkan musik dengan melodi dan
ketukan teratur. Bila anak punya minat musik, cepat berikan sebuah alat musik di
tangannya. Batas kesempatan dari 3 – 10 tahun.
Siswa tingkat pertama yang berusia enam dan tujuh tahun, mengalami kemajuan
dalam membaca dan bermatematika karena mendapat latihan musik dan seni
secara teratur. Musik dan kesenian menunjang pertumbuhan otak kanan, yang
diyakini mempengaruhi kecerdasan. Musik melatih otak melakukan pemikiran rumit.
Sebuah penelitian di Universitas California bahkan memperlihatkan anak-anak yang
belajar piano dan setiap hari bernyanyi, memiliki kemampuan dan ketepatan
pemahaman 80 persen di atas rekan-rekan mereka yang sama sekali tidak terlibat
dengan musik. Dalam perkembangan selanjutnya, kemampuan tersebut terwujud
dalam keahlian memecahkan pelbagai masalah matematika dan teknologi. Musik
dan olahraga sejak awal atau sejak dini itulah kata kuncinya.
Kecerdasan emosi (EQ) lebih berperan dalam menentukan keberhasilan.
Kecerdasan ini membuat seseorang memiliki ketangguhan menghadapi rasa frustasi
dan mengatur suasana hati. Dengan begitu ia dapat menjauhkan diri dari stres, tetap
berkonsentrasi, dan berpikir secara jernih. Kecerdasan emosional menumbuhkan
empati, mengerti perasaan orang lain, mengenal lingkungan dengan lebih baik.

42

Orang yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat

Anak perlu diberi gambaran dan wawasan yang luas tentang berbagai alternatif
pemecahan masalah yang dihadapinya. Termasuk juga, pengetahuan tentang akibat
baik dan buruk dari perbuatannya.
Orangtua, juga guru, sebaiknya bertindak sebagai fasilitator daripada bersikap
menggurui. Anak perlu diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat
sekalipun pendapat itu agak tidak masuk akal dan jauh dari penyelesaian yang
tepat.
Konstruksi jaringan otak ternyata hanya hidup bila diprogram melalui pelbagai
rangsangan. Tanpa dirangsang, otak manusia akan tetap “bodoh”. Dengan
demikian, rangsangan otak di masa kecil sangat penting. Yang dibutuhkan justru
rangsangan yang beragam, bukan masukan yang banyak. Anak bukanlah orang
dewasa yang tahu memilah isi, mana yang baik atau buruk. Mereka lebih hidup
dengan rangsangan yang kreatif, dan ini membutuhkan suasana kebebasan.
Kebebasan pun butuh kesempatan untuk dimanfaatkan.

Anak-anak akan lebih cepat mempelajari bahasa baru dibandingkan dengan orang-
orang dewasa. Kegiatan sering bercerita dan membacakan buku bisa sangat
menopang perkembangan bicara dan membaca sang balita.
Ajaklah anak banyak bicara. Jika ingin ia mampu menguasai bahasa kedua, ajarilah
sebelum usia 10 tahun. Pendidikan bahasa kedua sebaiknya diberikan semasa
sekolah dasar (sebelum 10 tahun).
Cukup bijaksanakah orangtua menjejali anaknya dengan bahasa asing, di saat si
anak masih sibuk beradaptasi dengan bahasa ibunya ? Anak-anak berusia di bawah
5 tahun malah bingung bila diharuskan mempelajari dua bahasa secara bersamaan,
yaitu bahasa ibu dan bahasa asing. Yang lebih sulit lagi, mereka harus melakukan
pengucapan (pronounciation) berbeda untuk huruf-huruf yang sama.
Alhasil, pemberian dua bahasa sekaligus (bilingualism) pada anak-anak di bawah
usia lima tahun, malah cenderung akan menghambat perkembangan kedua bahasa
bersangkutan, baik bahasa ibu maupun bahasa asing yang dipelajarinya. Kegagalan
anak dalam menyerap bahasa yang dipelajarinya itu, lama kelamaan bisa membuat
si anak rendah diri dan frustasi. Belajar dua bahasa sekaligus pada anak balita,
hanya akan menjadi beban daripada sebagai aset untuk menyongsong masa depan.
“Masa keemasan” atau peluang paling ideal untuk belajar bahasa selain bahasa ibu
(bahasa pertama) adalah pada usia 6-15 tahun. Pada masa itu otak anak masih
plastis dan lentur, sehingga lebih mudah dalam melakukan penyerapan. Usia 5-6
tahun dikatakan sebagai awal yang wajar untuk memperkenal kan bahasa kedua,
karena pada periode itu pun anak dianggap sudah cukup sempurna menguasai
ragam lisan bahasa ibunya.
Sesudah masa pubertas (di atas 15 tahun), seseorang secara cepat akan
mengalami hambatan mempelajari bahasa.
Biarkan “masa keemasan” anak diisi dengan kegembiraan, dan bukan kekhawatiran
ataupun ambisi sang orangtua. Masa itu tak akan kembali lagi.

43

Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan

Kecerdasan emosional menyangkut kesadaran diri dan kendali dorongan hati,


ketekunan, semangat dan motivasi diri, empati dan kecakapan sosial.
Tipe orangtua yang gagal memberikan pelatihan kecerdasan emosional kepada
anaknya :
1. orangtua yang mengabaikan, tidak menghiraukan, menganggap sepi, atau
meremehkan emosi-emosi negatif anak-anak mereka.
2. orangtua yang tidak menyetujui, bersikap kritis terhadap ungkapan perasaan-
perasaan negatif anak-anak mereka dan barangkali memarahi atau menghukum
mereka karena mengungkapkan emosinya.
3. tipe orangtua laissez-faire, yang menerima emosi anak mereka dan berempati
dengan mereka, tetapi tidak memberikan bimbingan atau menentukan batas-
batas pada tingkah laku anak mereka.

Untuk melakukan pendekatan emosi terhadap anak, orangtua akan melewati


tahapan sebagai berikut :
1. orangtua menyadari emosi anaknya.
2. mengakui emosi itu sebagai peluang untuk meningkatkan kedekatan dan
mengajar.
3. mendengarkan dengan penuh empati dan meneguhkan perasaan anak tersebut.
4. menolong anaknya menemukan kata-kata untuk memberi nama emosi yang
sedang dialaminya.
5. menentukan batas-batas sambil membantu anak memecahkan masalah yang
dihadapi.

Pergaulan orangtua akan sangat mempengaruhi emosi, prestasi, dan kemampuan


anak untuk bergaul dengan orang lain. Bilamana orangtua saling mendukung dan
mengasuh, mekarlah kecerdasan emosional anak-anak mereka. Sebaliknya,
peristiwa perceraian dan konflik orangtua dapat menimbulkan krisis pada anak. Bila
orangtua menunjukkan perselisihan, permusuhan atau penghinaan satu sama lain,
anak pasti menderita.
Tetaplah terlibat dalam detail-detail kehidupan sehari-hari anak-anak. Coba kenali
seluruh potensi yang dimiliki anak, dengan “ikut serta” dalam kegiatan anak.
Orangtua harus memberi kesempatan dan memberi pengalaman kepada anak untuk
mengekspresikan seluruh kemampuannya.

44

Orang yang mencintai hikmat menggembirakan ayahnya


Ajarkanlah dan bimbinglah anak-anak tentang Dasa Dharma Pramuka.

Dasa Dharma Pramuka ; Pramuka itu :


1. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia.
3. Patriot yang sopan dan kesatria.
4. Patuh dan suka bermusyawarah.
5. Rela menolong dan tabah.
6. Rajin, terampil, dan gembira.
7. Hemat, cermat, dan bersahaja.
8. Disiplin, berani, dan setia.
9. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya.
10. Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.

45

Anak elang jatuh ke rawa


Ditolong oleh menjangan rusa
Kasih dan sayang orangtua
Selalu ada sepanjang masa

Hal-hal baik yang bisa dilakukan oleh orangtua bagi perkembangan dan kemajuan
diri anak-anaknya, antara lain :
1. Membiasakan diri membacakan cerita yang mengandung pesan-pesan moral
bagi anak-anaknya.
2. Menjelaskan mengapa beberapa perilaku tidak dapat diterima.
3. Doronglah sikap selalu mempertimbangkan perspektif orang lain, empati,
dan perilaku prososial.
4. Memperlihatkan berbagai contoh perilaku moral dalam hidup sehari-hari.
5. Menciptakan atmosfer saling menghargai di dalam keluarga.

46

Mati berkafan cindai


(Artinya : mati dengan nama baik)
makna lain kata cindai : kuntilanak
Pelaksanaan aktivitas tertentu memerlukan informasi-informasi awal yang diberikan kepada anak-
anak sehingga mereka mampu menggali keahlian. Jika orang tua ingin anaknya misalnya menyemai
biji atau memperbaiki kursi, maka orang tua wajib melakukan aktivitas itu terlebih dahulu di
hadapan anaknya kemudian meminta anaknya menirukan apa yang dia lakukan. Sehingga anak akan
mampu melaksanakan aktivitas yang diminta dengan cepat dan sempurna.

Begitu pula seorang ibu jika ingin anak perempuannya misalnya mencuci piring atau memasak, maka
ibu wajib melakukannya sendiri di hadapan anak perempuannya. Baru kemudian meminta anak
perempuannya melakukan aktivitas itu dengan bimbingannya hingga bisa melakukannya secara
sempurna. Jadi instruksi dan latihan secara praktis adalah penting dalam meyakinkan anak-anak
melakukan tugas yang diminta dari mereka.

Benar bahwa anak-anak bisa saja belajar sendiri dengan trial and error atau coba-coba, akan tetapi
itu memerlukan sejumlah percobaan dan kesalahan. Instruksi dan latihan secara langsung akan
memudahkan masalah dan menghemat waktu dan tenaga.

47

Iman membuka pintu kepada prestasi yang paling tinggi

Permintaan yang santun akan efektif terhadap anak-anak yang sejak pertumbuhannya terdidik taat
dan menghormati kedua orang tua serta menghormati orang yang lebih besar. Akan tetapi ada anak-
anak yang tumbuh di atas pembangkangan, ketidakpatuhan, sikap keras kepala dan tidak terikat
dengan kewajiban. Karenanya orang tua harus memberikan perintah yang efektif dan tidak
mencukupkan diri dengan memintanya secara lembut.

Berikan perintah ketika anda ingin menghentikan anak anda dari melakukan perbuatan yang keliru,
seperti berteriak atau gaduh. Katakan kepadanya: “berhenti berteriak !”

Berikan perintah ketika anda ingin agar anak anda melakukan sesuatu seperti menyelesaikan tugas-
tugas pelajaran. Katakan kepadanya: “kerjakan PR-mu !”

Jika anda mendapati anak anda melakukan perbuatan yang buruk, misalnya mempermainkan
peralatan dapur atau memberantakkan isi lemari, dan anda sudah melarangnya lebih dari sekali,
maka ikutilah langkah berikut :

- mendekatlah kepadanya.
- pasang muka marah dan tetap seperti itu.
- tatap kedua matanya dengan tajam.
- panggil namanya.
- berikan perintah-perintah secara tegas dan jelas dengan suara yang tajam : “berhenti
bermain perabotan dapur”, atau “ambil pakaianmu dan rapikan di lemari !”
- jika ia masih menolak, ulangi permintaan itu dengan lebih tegas.

Berhati-hatilah dengan hal-hal berikut :

1. Jangan memberi perintah yang samar. Memberikan perintah yang rinci dan jelas jauh lebih
baik. Jangan anda berkata kepada anak anda : “lakukan sesuatu dengan pakaianmu !” Akan
tetapi katakan : “rapikan pakaianmu di lemari !”
2. Jangan bertanya apapun pada saat anda memberi perintah. Jangan anda berkata : “kenapa
kamu berantakan tidak rapi ?” “kenapa bukumu di tanah ?”
3. Jangan kaitkan tingkah laku yang buruk pada saat anda memberikan perintah. Jangan
katakan: “tidak bagus kamu mengotori pakaianmu.” Karena penjelasan itu harus diberikan
lebih dahulu sebelum terjadinya penyimpangan.
4. Jangan berikan sebab untuk suatu aturan. Pada saat terjadi tingkah laku yang kurang baik,
maka waktu menjelaskan aturan atau kaedah tingkah laku yang diminta seharusnya sebelum
terjadi penyimpangan atau setelah selesai, bukan pada saat terjadi. Jangan katakan kepada
anak anda yang berbohong : “tidak boleh berbohong karena berbohong hukumnya haram
akan menyebabkan ke neraka.” Akan tetapi cukup katakan : “Jangan berbohong !” saja.
Sedangkan penjelasan, maka itu wajib diberikan sebelum terjadinya kesalahan. Adapun
pada saat terjadi aktivitas berbohong maka jangan jelaskan atau terangkan apapun. Tetapi
segera hentikan dia dari terus melakukan kebohongan.

48

Laut tenang tidak akan pernah


membuat pelaut menjadi mahir

Jangan Sampai Tanpa Sengaja Memberi Reward Atas Tingkah Laku Jelek

Contoh kasus : anak meminta uang untuk membeli es krim dan ibu menolak untuk memberinya
karena ia telah menghabiskan semua jatah jajannya, lalu anak itu menangis, berteriak dan
menyerang anak yang ditemui. Maka jika ibu menyerah dengan teriakan dan tangisan anaknya lalu
memberinya uang untuk menghentikan suaranya, maka hal itu termasuk memberi reward kepada si
anak atas perilaku buruk yang ia lakukan. Juga berarti ibu justru menguatkan dan menstimulir
perilaku buruk itu. Dengan itu anak belajar bagaimana ia menjadi pembangkang dan tidak taat. Sifat
itu akan semakin kuat setiap kali situasi serupa berulang.

Jika anda meminta anak anda melakukan suatu aktivitas yang tidak dia sukai dan ia tidak ingin
melaksanakannya, sedangkan aktivitas itu penting untuk dia pelajari dan ketahui, maka gunakan cara
membangkitkan keinginan. Seperti katakan kepada anak anda, “jika kamu menyelesaikan PR, ibu
izinkan kamu nonton TV”. Atau, “jika kamu rapikan kamarmu, akan ibu izinkan kamu main bola”.
Sesungguhnya cara itu menciptakan dorongan internal dalam diri anak untuk melaksanakan suatu
tugas atau aktivitas yang tidak dia inginkan. Ia mau melakukannya untuk mendapat reward dengan
syarat reward itu harus meningkatkan perhatiannya dan mendorongnya untuk memenuhi
permintaan anda. Pilihlah reward yang ia sukai/ inginkan.

49

Ke hulu membuat pagar


Jangan terpotong batang durian
Cari guru tempat belajar
Supaya jangan sesat kemudian

Sanksi yang diberikan harus sesuai dengan usia anak dari satu sisi dan di sisi lain juga harus sesuai
dengan perilaku tidak baiknya. Jika orang tua telah menetapkan keputusan sanksi maka sanksi itu
wajib ia adopsi dengan tetap tenang dan jauh dari sikap emosional dan kemarahan yang
berlebihan. Misalnya, tidak memperbolehkan anak untuk nonton film kartun selama dua hari jika ia
berbohong kepada orang tua. Upayakan menyebutkan sanksi atau imbalan kepada anak sebelum
terjadi suatu perilaku. Hindari memperlihatkan kemarahan yang berlebihan pada saat menggunakan
sanksi. Anak wajib merasa bahwa dia diberi sanksi karena perilaku buruknya, bukan karena
kemarahan orang tua kepadanya. Jika perilaku buruk itu terus saja terjadi, itu artinya bahwa sanksi
lebih kecil kadarnya dari kesalahan yang dilakukan. Perhatikan keseimbangan kadar sanksi dengan
kadar kesalahan, dan juga harus sesuai dengan tingkat usia anak.
50

Tak ada manusia yang sempurna tanpa cobaan


(No perfect man without trial)

Ketika anak mengekspresikan perasaan-perasaan dan emosinya yang terluka itu


artinya ia menghilangkan sebagian dari penderitaannya. Hal itu memungkinkan si
anak untuk mengendalikan perasaan-perasaan dan perilakunya. Dalam mendorong
anak untuk mengekspresikan perasaan-perasaannya, maka :

- Terima dan hargai semua perasaan anak. Perhatikan dan dengarkan dia
dengan tenang dan terima perasaannya.
- Dengarkan dengan seksama apa yang dikatakan oleh si anak dan perhatikan
ekspresi wajahnya. Sebutkan perasaannya dan usahakan mengetahui
sebabnya. Misalnya, anda katakan kepadanya : “kamu merasa tertekan
(perasaan) dan kacau (perasaan lain) karena kamu harus menghadapi
ulangan sementara kamu belum mempersiapkan diri sebaik-baiknya (posisi)”.
Jika anda keliru dalam menganalisis, maka usahakan lagi hingga anda dan
dia mengetahui sebab apa yang dia rasakan.
- Berikan nasihat, usulan dan sesuatu yang menenangkan atau sesuatu
alternatif lainnya. Bisa jadi anak cukup hanya mengungkapkan perasaan
negatifnya terhadap anda maka berikan kesempatan kepadanya, akan tetapi
jangan izinkan dia mencaci anda atau membentak anda.
- Bantulah anak untuk berpikir sebelum melakukan suatu aktivitas sebagai
reaksi terhadap apa yang ia rasakan dan latihlah dia untuk melaksanakan hal
itu. Jika dia merasa marah maka hendaknya dia berpikir sebelum meluapkan
ledakan emosinya.
Beritahukan kepadanya bahwa siapa yang membuat kekacauan maka
akibatnya adalah kegagalan di dalam pelajaran dan kerja di masa datang.
Jika ia tidak menuruti anda maka biarkan dia mendapat pengalaman akan
hasil alami dari apa yang ia lakukan. Ajukan kepadanya syair :
Orang berakal adalah orang yang mengambil pelajaran dari orang lain. Orang
bodoh adalah orang yang baru mengambil pelajaran jika mengalami sendiri.

51

Tantanglah diri Anda dengan segala tugas


(Challenge with every your task)

Belajar akan efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Dalam
belajar, anak diberi kesempatan merencanakan dan menggunakan cara belajar yang
mereka senangi. Orang yang belajar akan merasa senang jika memahami apa yang
dipelajari. Anak akan senang belajar matematika jika memahami topik yang
dipelajari.

Sifat anak SD kelompok umur 6-9 tahun

Anak kelompok umur ini sifat fisiknya sangat aktif sehingga mudah merasa letih dan
memerlukan istirahat. Untuk dapat menciptakan proses belajar matematika yang
efektif dan hidup, guru harus dapat menentukan suasana yang tepat dengan kondisi
anak. Hindari anak menulis atau mengerjakan soal matematika yang
berkepanjangan karena dapat menyebabkan anak jemu, bosan, lelah, dan
keterampilan menulisnya semakin menurun.

Untuk pelajaran matematika yang memerlukan berpikir ekstra keras, hendaknya


diselingi dengan humor, permainan, atau teka-teki yang akan dapat menurunkan
ketegangan berpikir anak.

Guru hendaknya dapat menciptakan suasana belajar matematika yang santai


misalnya dengan memberi kegiatan memanipulasi benda-benda konkret atau
permainan yang relevan dengan materi yang sedang dipelajari, karena suasana
kelas yang tegang atau terlalu serius justru dapat menyebabkan kurangnya
konsentrasi anak terhadap pembelajaran matematika.

Jangan memaksa anak untuk masuk ke dalam kelompok yang tidak disukai atau
tidak menyukainya. Kegiatan perlombaan matematika antar kelompok akan sangat
membantu anak untuk menguasai matematika, karena setiap kelompok ingin
menjadi pemenang atau yang terbaik. Mereka sangat sensitif terhadap kritik dan
celaan yang ditujukan kepada dirinya atau temannya. Mereka juga selalu
berkeinginan untuk menyenangkan hati gurunya. Mereka senang sekali kalau
disuruh membantu gurunya menyelesaikan suatu pekerjaan. Untuk itu maka guru
harus bijaksana di dalam memberikan kritikan dan adil di dalam memberikan tugas
atau perintah.

Pada usia kelompok ini merupakan saat yang tepat bagi guru untuk menanamkan
sikap atau kebiasaan yang baik pada anak. Karena adanya keinginan anak untuk
selalu menyenangkan hati gurunya, maka anak akan berusaha menuruti perintah
atau nasehat gurunya. Agar kebiasaan yang baik dapat berlangsung terus dan
dilaksanakan dengan kesadaran, maka sangat diperlukan keteladanan yang baik
dari guru. Adapun sifat mental anak kelompok usia ini adalah senang sekali belajar.
Tetapi guru harus bijaksana dalam memberi motivasi positif kepada mereka,
misalnya jika guru memberikan PR atau tugas hargailah pekerjaan mereka dengan
mengoreksi dan memberi nilai.

52
Harapan adalah induk sebuah kesuksesan
(Hope is the mother of success)

Salah satu faktor yang menyebabkan anak tidak senang belajar matematika adalah
saat mereka sedang sakit. Dengan demikian jangan memaksa anak untuk belajar
matematika, terlebih mengerjakan soal-soal hitung, jika anak sedang sakit. Untuk
menghindari rasa tidak senang anak terhadap matematika yang disebabkan karena
faktor sakit, misalnya bagi kelas yang sedang diserang wabah flu, pada saat
pelajaran matematika, disarankan guru tidak memberikan materi baru, tetapi guru
dapat memberikan suatu topik matematika dengan permainan, atau teka-teki
matematika yang lucu dan menyenangkan. Dengan demikian anak tidak merasa
sedang belajar, tetapi merasa sedang bermain-main atau bergurau saja, sehingga
tetap merasa senang terhadap pelajaran matematika.
53
Persiapkan rencana Anda dengan doa
(Prepare your plan prayerfully)

Kecerdasan seorang anak juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dalam bentuk
pengalaman yang diperoleh anak selama hidupnya. Dalam membimbing belajar
matematika, guru harus memahami bahwa anak yang kurang cerdas membutuhkan
lebih banyak cara dan kesabaran untuk memahami konsep-konsep matematika jika
dibandingkan dengan anak yang cerdas. Oleh karena itu, diharap guru memberi
waktu lebih lama untuk belajar matematika bagi anak yang kurang cerdas, misalnya
dengan memberikan pembelajaran remidial.
Jika anak mempunyai minat yang besar terhadap topik yang sedang dipelajari, maka
perhatian dan usaha untuk menguasai topik tersebut besar pula. Selama belajar
anak juga akan merasa senang. Oleh karena itu guru harus dapat membangkitkan
minat anak terhadap setiap topik yang dipelajari, terutama topik-topik dalam
matematika yang pada umumnya kurang diminati anak. Minat timbul bersangkut
paut dengan kebutuhan (yaitu merasa ada keterkaitan dengan objek). Karena itu,
guru hendaklah memberikan motivasi dengan memanfaatkan kebutuhan anak didik,
agar mereka berminat untuk belajar matematika. Minat adalah perhatian yang
mengandung unsur-unsur perasaan. Minat bukan hanya berhubungan dengan unsur
kognitif (pikiran) tetapi juga afektif (perasaan) dan bahkan psikomotorik (gerak-gerak
fisik).

54
Jatuh cintalah kepada apa yang kamu kerjakan
(Fall in love with what you do)
Ganjaran atau penguatan mempunyai peranan yang amat penting dalam proses
belajar. Penguatan merupakan stimulus positif, jika penguatan tersebut seiring
dengan meningkatnya perilaku anak didik dalam melakukan pengulangan perilaku
tersebut. Contoh penguatan positif antara lain pujian pada saat anak didik menjawab
benar atau mendapat nilai tinggi. Penguatan akan berbekas pada diri anak didik.
Mereka yang mendapat pujian setelah berhasil menyelesaikan tugas atau dapat
menjawab pertanyaan biasanya akan berusaha memenuhi tugas berikutnya dengan
penuh semangat. Penguatan yang berbentuk hadiah atau pujian akan memotivasi
anak didik untuk rajin belajar dan untuk mempertahankan prestasi yang diraihnya.

Belajar akan lebih berhasil bila respon siswa terhadap suatu stimulus segera diikuti
dengan rasa senang atau kepuasan. Rasa senang atau kepuasan ini bisa timbul
sebagai akibat siswa mendapat pujian atau ganjaran lainnya.

55
Harapan yang kuat memiliki keajaiban
(The strongest hope have a miracle)

Seorang anak didik yang telah memiliki kecenderungan (siap) untuk bertindak atau
melakukan kegiatan tertentu, dan dia kemudian benar-benar melakukan kegiatan
tersebut, maka tindakannya akan melahirkan kepuasan bagi dirinya.

Seorang anak didik yang siap untuk bertindak dan kemudian bertindak, sedangkan
tindakannya itu menimbulkan ketidakpuasan bagi dirinya, akan selalu
menghindarkan dirinya dari tindakan-tindakan yang melahirkan ketidakpuasan.
Sebagai contoh, anak yang telah siap mengerjakan PR matematika, kemudian
mengerjakan PR matematika tersebut, tetapi tidak dapat karena baginya terlalu sulit.
Timbul ketidakpuasan pada dirinya dalam mengerjakan soal matematika. Maka
untuk selanjutnya dia akan menghindarkan dirinya dari mengerjakan soal
matematika.

Seorang anak didik yang tidak memiliki kecenderungan (tidak siap) untuk bertindak
atau melakukan kegiatan tertentu, sedangkan anak tersebut ternyata melakukan
kegiatan/ tindakan, maka apa yang dilakukannya itu menimbulkan rasa tidak puas
bagi dirinya. Untuk menghilangkan ketidakpuasannya, anak tersebut akan
melakukan tindakan lain. Anak yang tidak mempunyai kecenderungan (tidak siap)
untuk belajar matematika (mungkin tidak suka atau takut pada pelajaran
matematika), jika dia belajar matematika (pada pelajaran matematika), maka dia
tidak puas. Dia akan mengganggu temannya atau melakukan tindakan yang aneh-
aneh untuk menghilangkan ketidakpuasannya.

Seorang anak didik akan lebih berhasil dalam belajar matematika, dan mendapat
kepuasan, jika dia telah siap untuk melakukan kegiatan belajar matematika.

56
Tuntaskan tugasmu hingga akhir
(Finish your action to the end)

Terkait dengan belajar matematika, ada dua hal yang harus diupayakan guru, yaitu
agar anak merasa matematika tidak sulit, dan anak merasa matematika merupakan
suatu tantangan baginya. Hal ini akan mendorong anak untuk berani dan senang
belajar matematika.
Kesan adalah apa yang terasa (terpikir) sesudah melihat dan (mendengar) sesuatu.
Memberi kesan matematika tidak sulit dalam hal ini adalah memberi image pada
anak, sehingga sesudah mereka melihat dan (mendengar) atau menghadapi
masalah (soal) matematika, mereka merasa atau menganggap bahwa matematika
tidak sulit. Dengan menganggap matematika tidak sulit, anak menjadi tidak takut
pada matematika serta berani belajar atau menyelesaikan masalah matematika
(sendiri), tanpa tergantung pada pertolongan orang lain. Hal ini memotivasi anak
untuk mendapatkan prestasi tinggi dalam pelajaran matematika, sehingga anak
menjadi senang pada pelajaran matematika. Kesan matematika sulit merupakan
faktor penyebab yang cukup besar bagi anak untuk tidak senang belajar
matematika. Cara yang dapat dilakukan oleh guru agar anak menganggap
matematika tidak sulit :

- Memastikan kesiapan anak untuk belajar matematika.


- Membiasakan anak siap belajar matematika.
- Pemakaian media belajar yang mempermudah pemahaman anak.
- Permasalahan yang diberikan merupakan masalah dalam kehidupan anak
sehari-hari.
- Tingkat kesulitan soal yang diberikan pada anak sesuai dengan (atau lebih
sedikit di atas) kemampuan anak.
- Peningkatan kesulitan masalah sedikit demi sedikit.
- Memberi kebebasan kepada anak untuk mencari penyelesaian masalah yang
dihadapi dengan memakai caranya sendiri.
- Menghilangkan rasa takut anak untuk belajar matematika.

Pastikan kesiapan intelektual anak untuk mempelajari konsep baru dalam


matematika. Persiapkan penguasaan materi prasyarat anak untuk belajar materi
baru. Jika materi prasyarat belum dikuasai anak, jangan sekali-kali
memaksanya untuk mempelajari topik baru. Sebaiknya guru mempersiapkan
penguasaan anak terhadap materi prasyarat dengan memberi kegiatan untuk
mengulang mempelajari materi tersebut. Misalnya menguasai perhitungan
penjumlahan merupakan prasyarat untuk belajar perkalian.

57
Apapun yang bernilai dalam hidup perlu diperjuangkan
(Life worth leaving is wroth working for)

Anak yang takut belajar matematika, akan takut menanyakan masalah yang tidak
dipahami, takut memaparkan pendapatnya karena takut salah, takut dimarahi, takut
mencoba atau melakukan tindakan, sehingga bertambah lama dia akan jauh
ketinggalan dari temannya yang berani.

Beberapa cara dapat dilakukan guru dalam menghilangkan rasa takut anak untuk
belajar matematika, antara lain dengan bersikap ramah, memberi bimbingan dan
tuntunan dengan sabar, memberi motivasi dan dorongan kepada anak untuk berani
mencoba memecahkan masalah matematika atau melakukan kegiatan menemukan
suatu rumus atau sifat, menanyakan gagasan anak, dll.
Bagi anak, permintaan untuk dapat menolong orang dewasa merupakan tantangan
yang harus dijawab. Seorang anak akan merasa hebat kalau dapat menolong orang
dewasa.

Merangsang anak belajar matematika dapat dilakukan antara lain dengan


memberikan kegiatan belajar dengan pendekatan permainan, masalah teka-teki,
motivasi dan hadiah, dll.

Matematika dikatakan menantang bagi anak, jika matematika dapat menarik anak,
dan membuat anak berpikir serta melakukan suatu perbuatan untuk memahami,
menguasai, dan menyelesaikan masalahnya.

Anak didik yang lamban lebih banyak membutuhkan motivasi dari guru untuk berani
dan tekun belajar matematika. Para guru jangan sampai mematahkan semangat
belajar anak didik yang lamban belajar matematika, atau membuatnya takut, atau
membuatnya rendah diri. Misalnya dengan mengatakan “bodoh”, membentak atau
memarahi karena kelambanannya.

Jika dalam belajar matematika perhatian anak tinggi, maka dia akan berhasil (hasil
belajarnya tinggi).

Kelelahan psikis (rohani) dapat terjadi jika terus-menerus memikirkan masalah yang
dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu sama/konstan tanpa
variasi, atau mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat,
minat, dan perhatian.

58
Apa yang terlalu sukar bagimu jangan kaucari,
dan apa yang melampaui kemampuanmu jangan kau selidiki. (Sirakh)

Anak didik akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara mendidik orang tua,
hubungan antara anggota keluarga, dan suasana rumah.

Agar guru dapat menjadi faktor pengaruh positif atau yang menyenangkan bagi
belajar anak, maka guru harus berusaha agar dirinya menjadi idola bagi anak
didiknya. Hendaknya guru berusaha agar anak senang berinteraksi dengannya baik
di dalam pembelajaran matematika maupun di luar kelas, serta menjadikan dirinya
guru matematika yang ideal bagi anak didiknya. Tugas guru sebagai pendidik adalah
mengantarkan anak dari ketergantungannya pada orang lain menjadi anak yang
mempunyai kemampuan untuk menghadapi tantangan kehidupan secara mandiri,
cerdas, kritis, rasional, kreatif, dan bersusila tinggi.

Hasil belajar yang baik bersifat tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan.
Pengetahuan (hasil belajar) matematis yang diperoleh anak akan tahan lama jika
pengetahuan itu didapat anak dari menemukan sendiri melalui pengamatan atau
pengalaman yang dilakukan sendiri. Oleh karena itu guru sebaiknya membimbing
dan melatih mereka untuk belajar menemukan pengetahuan dan menerapkannya
dalam kehidupan mereka. Misalnya anak belajar tentang satuan berat kilogram dan
gram. Anak bisa diajak oleh ibunya untuk praktek membuat kue bersama-sama.
Menimbang tepung terigu sekian gram, gula pasir sekian gram, ditambah telur
beberapa butir, dan diaduk, dicampur jadi satu membentuk adonan kue.

Anak dapat timbul minatnya untuk belajar matematika, jika dia merasa
kebutuhannya dapat terpenuhi dengan belajar matematika. Kebutuhan anak
mencakup empat hal, yaitu: kebutuhan berbuat sesuatu untuk suatu aktivitas,
kebutuhan untuk menyenangkan orang lain, kebutuhan untuk mencapai hasil, dan
kebutuhan untuk mengatasi kesulitan.

Anak-anak menjadi senang belajar matematika jika materi yang sedang dipelajari
mudah dipahami, masalah yang diberikan dapat dikerjakan, materi yang dipelajari
dapat menambah pengetahuan, materinya menantang dan menyenangkan, tugas
yang diberikan tidak terlalu banyak, materi yang dipelajari merupakan kunci atau
rumus praktis untuk menyelesaikan masalah, dan tidak harus menghafalkan.
Sedangkan mereka menjadi tidak suka belajar matematika kalau dirasakan materi
yang sedang dipelajari sulit, masalah yang diberikan tidak dapat diselesaikannya,
atau materi yang sering diulang-ulang, banyak rumus yang harus dihafalkan, materi
tidak menarik dan tidak menyenangkan, dan terlalu banyak tugas.

59
Jangan bersusah payah mengenai apa yang di luar bidang pekerjaanmu,
karena apa yang dinyatakan kepadamu sudah terlalu luas untuk akal insani.
(Sirakh)

Ragam Pola Asuh Orangtua dan Dampaknya pada Anak

Jenis Pola Gambaran pola asuh


Asuh
Otoritatif  menyediakan lingkungan rumah yang penuh kasih dan suportif.
 menerapkan ekspektasi dan standar yang tinggi dalam
berperilaku.
 menjelaskan mengapa beberapa perilaku dapat diterima
sedangkan perilaku lainnya tidak.
 menegakkan aturan-aturan keluarga secara konsisten.
 melibatkan anak dalam pengambilan keputusan dalam
keluarga.
 secara bertahap melonggarkan batasan-batasan saat anak
semakin bertanggung jawab dan mandiri.

Kecenderungan Anak pola asuh Otoritatif

 Gembira.
 Percaya diri.
 Memiliki rasa ingin tahu yang sehat.
 Tidak manja dan berwatak mandiri.
 Kontrol diri (self control) yang baik.
 Mudah disukai; memiliki keterampilan sosial yang efektif.
 Menghargai kebutuhan-kebutuhan orang lain.
 Termotivasi dan berprestasi di sekolah.

Otoritarian  lebih jarang menampilkan kehangatan emosional dibandingkan


keluarga otoritatif.
 menerapkan ekspektasi dan standar yang tinggi dalam
berperilaku.
 menegakkan aturan-aturan berperilaku tanpa mempertimbang
kan kebutuhan anak.
 mengharapkan anak mematuhi peraturan tanpa pertanyaan.
 hanya sedikit ruang bagi dialog timbal-balik antara orangtua dan
anak (sedikit ruang bagi anak untuk memberikan umpan-balik
kepada orangtua).
Kecenderungan Anak pola asuh Otoritarian

 Tidak bahagia.
 Cemas.
 Memiliki kepercayaan diri yang rendah.
 Kurang inisiatif.
 Bergantung pada orang lain.
 Kurang memiliki keterampilan sosial dan perilaku prososial.
 Memiliki gaya komunikasi yang koersif dalam berhubungan
dengan orang lain.
 Pembangkang.

Permisif  menyediakan lingkungan rumah yang penuh kasih dan


suportif.
 menerapkan sedikit ekspektasi atau standar berperilaku bagi
anak.
 jarang memberi hukuman terhadap perilaku yang tidak tepat.
 membiarkan anak mengambil keputusan secara mandiri
(misalnya mengenai makanan yang hendak dimakan dan
mengenai waktu tidur).
Kecenderungan Anak pola asuh Permisif
 Egois.
 Tidak termotivasi.
 Bergantung pada orang lain.
 Menuntut perhatian orang lain.
 Tidak patuh.
 Impulsif.

Acuh tak  hanya menyediakan sedikit dukungan emosional terhadap


anak (terkadang tidak sama sekali).
acuh
 menerapkan sedikit ekspektasi atau standar berperilaku bagi
anak.
 menunjukkan sedikit minat dalam kehidupan anak.
 orangtua tampaknya lebih sibuk mengurus masalah-
masalahnya sendiri.
Kecenderungan Anak pola asuh Acuh tak Acuh

 Tidak patuh.
 Banyak menuntut.
 Kontrol diri yang rendah.
 Kesulitan mengelola perasaan frustasi.
 Kurang memiliki sasaran-sasaran jangka panjang.

60
Mereka yang pantang menyerah, tidak terkalahkan
(Those who never give up cannot beated)

Pola pandang demonstratif


Pola pandang seperti ini tercermin dalam kelambanan dan kelunakan dalam menyikapi
anak, serta tidak mengarahkannya untuk memikul tanggung jawab dan beban yang sesuai
dengan tingkatan usia yang dilewatinya.
Pola pandang demonstratif diarahkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak pada
saat dia menginginkannya. Pada jenis ini, orangtua selalu mencukupi segala yang diinginkan
anak meskipun sebenarnya tidak disarankan atau tidak dapat diterima. Si anak merasa
semua orang harus menaati dirinya, merealisasikan keinginannya, dan tidak boleh ada yang
membantahnya. Dalam hal ini, anak terbiasa mengambil tanpa memberi, memerintah dan
melarang tanpa tahu akan kewajiban-kewajiban dan tanggung jawabnya. Tidak mampu
mengemban tanggung jawab, dan selalu bergantung pada orang lain dalam segala sesuatu.
Sikap demikian dapat berdampak buruk :
1. menjadikan anak tidak mandiri dan tidak mampu melakukan segala aktivitas kecuali
jika dibantu orang lain, sehingga mengakibatkan terlambatnya kematangan sosial
dan emosional pada anak.
2. menjadikan anak menuntut proteksi dan perhatian secara terus-menerus, dan tidak
dapat terlepas dari kedua orangtuanya dengan mudah.
3. menjadikan anak tidak dapat bertanggung jawab, dan tidak bisa ditolak permintaan-
permintaannya. Ia dapat mengalami guncangan psikologis ketika mengalami
keruwetan atau menghadapi kondisi yang bisa membuat frustasi.
4. dalam dirinya, berkembang sifat egois dan suka memiliki.

61
Jadikan dirimu berharga dengan karya-karyamu
(Make yourself so valuable in your works)

Baik emosi positif (empati, simpati, kekaguman, dan self-esteem) dan juga emosi
negatif (marah, murka, rasa bersalah, malu) berkontribusi terhadap perkembangan
moral anak. Ketika dialami secara kuat, emosi ini mempengaruhi anak untuk berbuat
sesuai dengan standar benar-salah. Emosi moral sangat terkait dengan aspek
kognitif (pemikiran) dan sosial dari perkembangan anak.
Integritas adalah aspek kunci dari perkembangan moral. Teladan moral sangat
penting. Ada empat domain utama perkembangan moral : penalaran, perilaku,
perasaan, dan kepribadian. Hubungan dengan teman sebaya memiliki pengaruh
yang sangat penting dalam perkembangan moral. Beberapa aspek penting dari
hubungan orang tua dan anak yang berkontribusi terhadap perkembangan moral
anak adalah kualitas hubungan, disiplin dari orang tua, strategi proaktif, dan dialog
konversasional.

Induksi ialah teknik disiplin dimana orang tua menggunakan penalaran dan
penjelasan tentang konsekuensi perilaku anak terhadap orang lain.

Orang tua harus menggunakan induksi untuk mendorong perkembangan moral


anak. Umumnya induksi lebih berhubungan secara positif dengan
perkembangan moral dibandingkan dengan penarikan kasih sayang dan
penegasan kekuasaan. Induksi berhasil dengan lebih baik terhadap anak usia
sekolah dasar.

62
Percaya dirilah pada arah impianmu
(Be confident in the direction of your dream)

Secara proaktif, hindarilah potensi perilaku buruk anak sebelum hal ini terjadi.
Bicaralah dengan anak mengenai nilai yang dianggap penting bagi orang tua. Nilai-
nilai ini dapat membantu anak menahan godaan yang pasti muncul dalam konteks
seperti hubungan dengan teman sebaya dan juga dari media yang berada di luar
jangkauan pengawasan langsung orang tua.

Dialog yang berkaitan dengan perkembangan moral dapat menguntungkan baik


ketika mendisiplinkan anak ataupun berlangsung dalam interaksi sehari-hari orang
tua dan anak. Pembicaraan ini dapat saja direncanakan atau spontan dan dapat
terfokus pada kejadian masa lalu (sebagai contoh, perilaku salah anak yang
terdahulu atau perilaku yang positif secara moral), kejadian di masa yang akan
datang (sebagai contoh, pergi ke suatu tempat yang dapat menimbulkan godaan
dan memerlukan perilaku moral positif) atau kejadian masa kini (sebagai contoh,
berbicara pada anak mengenai tantrum saudaranya). Bahkan ketika hal ini tidak
disengaja sebagai pengajaran moral, atau mendorong penilaian moral yang lebih
baik secara eksplisit, pembicaraan ini dapat berkontribusi terhadap perkembangan
moral anak.

Anak yang bermoral cenderung memiliki orang tua yang :

- hangat dan mendukung, ketimbang menghukum.


- menggunakan disiplin induktif.
- memberikan kesempatan bagi anak dalam mempelajari dan memahami
perasaan orang lain.
- melibatkan anak dalam pengambilan keputusan keluarga dan dalam proses
pemikiran mengenai keputusan moral.
- menjadi model terhadap penalaran dan perilaku moral, dan menyediakan
kesempatan bagi anak untuk juga melakukan hal tersebut.
- menyediakan informasi mengenai perilaku apa yang diharapkan dan
mengapa.

Orang tua yang menunjukkan perilaku seperti ini akan lebih mungkin menumbuhkan
perhatian dan kepedulian terhadap orang lain pada diri anak mereka, dan
menciptakan hubungan orang tua -- anak yang positif. Perkembangan moral anak
akan lebih baik ketika ada kewajiban mutual orang tua – anak yang melibatkan
kehangatan dan tanggung jawab, ketika orang tua menggunakan strategi proaktif
dan ketika orang tua melakukan dialog konversasional dengan anak.

Sosialisasi timbal balik adalah sosialisasi yang berlangsung dua arah; anak
bersosialisasi dengan orang tua seperti orang tua bersosialisasi dengan anak.

63
Penuhi hidup dengan cinta dan pengertian
(Fill life with love and understanding).

Orang tua yang memiliki pernikahan yang bahagia lebih peka, responsif, hangat, dan
penyayang terhadap anak-anaknya. Meningkatkan kepuasan perkawinan sering kali
menghasilkan pengasuhan yang baik. Hubungan perkawinan memberikan dukungan
yang penting bagi pengasuhan. Ketika orang tua melaporkan lebih banyak keintiman
dan komunikasi yang baik dalam perkawinan mereka, mereka lebih menyayangi
anak-anak mereka. Kompetensi sosial anak juga berhubungan dengan kehidupan
emosional orang tuanya. Orang tua yang mengekspresikan emosi positif memiliki
anak yang mempunyai kompetensi sosial tinggi. Melalui interaksi dengan orang tua,
anak belajar untuk mengekspresikan emosinya dengan cara yang wajar.
Penerimaan dan dukungan orang tua terhadap emosi anak berhubungan dengan
kemampuan anak untuk mengelola emosi dengan cara yang positif. Penghiburan
dari orang tua terhadap anak ketika mereka mengalami emosi yang negatif
berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengendalikan amarah secara lebih
efektif. Penerimaan dan bantuan ayah terhadap kesedihan dan amarah anak berusia
5 tahun berhubungan dengan kompetensi sosial anak dengan teman sebaya pada
usia 8 tahun. Bagi kebanyakan anak, ada pengaruh yang terus berlanjut di mana
hubungan awal dalam keluarga memberikan dukungan yang diperlukan bagi
hubungan yang efektif dalam dunia teman sebaya, yang pada gilirannya
menghasilkan dasar bagi hubungan teman sebaya yang lebih kompleks dan luas.
Perkembangan keluarga tidak terjadi dalam ruang hampa sosial.

Banyak dari anak yang depresi menunjukkan agresi, kecemasan, prestasi yang
buruk di sekolah, perilaku antisosial, dan juga hubungan yang buruk dengan teman
sebaya. Anak yang depresi akan menyalahkan diri sendiri secara berlebihan.
Depresi pada anak dilihat sebagai hasil perkembangan dari dua kecenderungan
kognitif :

1. anak terlalu memperhatikan petunjuk negatif di lingkungan, dan


2. mengidentifikasi diri mereka sebagai sumber dari kejadian negatif.

64
Kita adalah apa yang kita lakukan berulang-ulang
(We are what we repeatedly do)

Ketika anak semakin besar, orang tua mulai mengajarkan logika, memberikan
nasihat moral, dan memberikan atau mencabut hak-hak khusus.
Hal yang perlu dimunculkan pada usia 7 tahun : bagaimana membantu anak belajar
berpikir sendiri alih-alih bergantung pada orang tua untuk segala hal, dan bagaimana
memantau kehidupan anak di luar keluarga di sekolah dan di antara teman sebaya.
Orang tua tetap menjadi agen sosialisasi yang sangat penting dalam kehidupan
anak. Anak-anak juga harus belajar berhubungan dengan orang dewasa di luar
keluarga secara teratur – orang dewasa yang berinteraksi dengan anak dengan cara
yang sangat berbeda dari orang tua.

Selama pertengahan atau akhir masa kanak-kanak, sebagian kendali berpindah dari
orang tua kepada anak, walaupun prosesnya bertahap dan melibatkan regulasi
bersama alih-alih kendali oleh anak atau orang tua. Selama masa regulasi bersama
ini, orang tua harus :
- memantau, membimbing, dan mendukung anak dari jauh.
- menggunakan waktu secara efektif ketika mereka memiliki kontak langsung
dengan anak.
- menguatkan kemampuan anak untuk memantau perilakunya sendiri,
menganut standar perilaku yang pantas, menghindari risiko yang berbahaya,
dan merasakan ketika dukungan orang tua dan kontak sudah tepat.

65
Siapa yang mencintai kebijaksanaan mencintai kehidupan

Pengasuhan otoritatif mendorong anak untuk mandiri namun masih menerapkan


batas dan kendali pada tindakan mereka. Tindakan memberi dan menerima secara
verbal / kata-kata dimungkinkan, dan orang tua bersikap hangat dan penyayang
terhadap anak. Mereka juga mengharapkan perilaku anak yang dewasa, mandiri,
dan sesuai dengan usianya. Anak yang memiliki orang tua otoritatif sering kali ceria,
bisa mengendalikan diri dan mandiri, dan berorientasi pada prestasi; mereka
cenderung untuk mempertahankan hubungan yang ramah dengan teman sebaya,
bekerja sama dengan orang dewasa, dan bisa mengatasi stres dengan baik.
Kehangatan dan keterlibatan orang tua yang diberikan oleh orang tua yang otoritatif
membuat anak lebih bisa menerima pengaruh orang tua.

Tipe perlakuan yang salah terhadap anak : kekerasan fisik, penelantaran anak,
kekerasan seksual, dan kekerasan emosional.

Penelantaran fisik meliputi penolakan atau penundaan dalam mencari perawatan


kesehatan; peninggalan; pengusiran dari rumah atau penolakan terhadap
kembalinya anak yang minggat; dan pengawasan yang kurang memadai.

Penelantaran emosional mencakup tindakan seperti tidak adanya perhatian


terhadap kebutuhan anak akan kasih sayang; penolakan atau ketidakmampuan
untuk memberikan kepedulian psikologis yang perlu; penyiksaan pasangan di depan
anak; dan pembiaran penggunaan alkohol dan obat-obatan oleh anak.

Kekerasan emosional (cedera mental akibat kekerasan psikologis atau verbal)


meliputi tindakan pengabaian oleh orang tua atau pengasuh yang menyebabkan
(atau bisa menyebabkan) masalah behavioral (perilaku), kognitif (pemikiran), atau
emosional yang serius. Menggunakan tipe hukuman yang tak biasa, seperti
mengurung anak dalam kamar yang gelap. Tindakan yang lebih ringan, seperti
peremehan dan penolakan yang sering terhadap anak.

Interaksi antara semua anggota keluarga perlu dipertimbangkan, terlepas dari siapa
yang melakukan kekerasan terhadap anak. Sebagai contoh, meskipun pelaku
kekerasan terhadap anak adalah ayah, kontribusi si ibu, si anak, dan saudara-
saudaranya juga harus dievaluasi.

Akibat perlakuan salah terhadap anak pada perkembangan antara lain adalah
pengendalian emosi yang buruk, masalah keterikatan, masalah dalam hubungan
dengan kawan sebaya, kesulitan beradaptasi di sekolah, dan masalah psikologis
lainnya. Ketika anak-anak diperlakukan secara salah, mereka sering menunjukkan
pola keterlibatan yang tidak percaya diri dalam hubungan sosial mereka ketika
dewasa. Mereka cenderung menjadi terlalu agresif terhadap teman sebaya atau
menghindari interaksi dengan teman sebaya. Anak-anak yang menjadi korban
kekerasan dan penelantaran berisiko menghadapi masalah akademis. Kekerasan
fisik terkait dengan kecemasan anak, masalah kepribadian, depresi, dan percobaan
bunuh diri, gangguan perilaku, dan kenakalan. Pada masa dewasa, anak-anak yang
diperlakukan secara salah sering mengalami kesulitan dalam menjalin dan
mempertahankan hubungan intim yang sehat. Sebagai orang dewasa, anak-anak
yang diperlakukan salah juga menunjukkan kekerasan yang meningkat terhadap
orang dewasa lainnya, kekasih, dan pasangan dalam perkawinan, juga
penyalahgunaan obat, kecemasan, dan depresi yang meningkat.

Strategi yang penting adalah mencegah terjadinya perlakuan yang salah terhadap
anak. Pengasuhan membutuhkan waktu dan usaha !

66
Waktu tidak ternilai

Bermain merupakan kegiatan yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik,
sosial, emosi, intelektual, dan spiritual anak sekolah dasar. Dengan bermain anak dapat
mengenal lingkungan, berinteraksi, serta mengembangkan emosi dan imajinasi dengan
baik. Pada dasarnya anak-anak gemar bermain, bergerak, bernyanyi dan menari, baik
dilakukan sendiri maupun berkelompok. Bermain adalah kegiatan untuk bersenang-senang
yang terjadi secara alamiah. Anak tidak merasa terpaksa untuk bermain, tetapi mereka akan
memperoleh kesenangan, kenikmatan, informasi, pengetahuan, imajinasi, dan motivasi
bersosialisasi. Bermain memiliki fungsi yang sangat luas, seperti : mengembangkan fisik,
motorik, sosial, emosi, kognitif, daya cipta (kreativitas), bahasa, perilaku, ketajaman
pengindraan, melepaskan ketegangan, dan terapi fisik, mental ataupun gangguan
perkembangan lainnya.

Bermain merupakan alat utama belajar anak. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan
prinsip, “Bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain”. Bermain membentuk
perkembangan anak pada semua bagian, yaitu: intelektual, sosial, emosional, dan fisik.

Bermain merupakan dasar bagi pertumbuhan mental anak.

Melalui bermain anak-anak dapat mengeluarkan energi yang ada dalam dirinya ke dalam
aktivitas yang menyenangkan.

Melalui bermain anak-anak dapat berpetualang menjelajah lingkungan dan menemukan hal-
hal baru dalam kehidupan.

Melalui bermain anak dapat belajar bekerjasama, mengerti peraturan, saling berbagi dan
belajar menolong sendiri dan orang lain serta menghargai waktu.

Bermain juga merupakan sarana mengembangkan kreativitas anak.

Bermain dapat mengembangkan keterampilan olahraga dan menari. Melatih konsentrasi


atau pemusatan perhatian pada tugas tertentu.

Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain, akan membuat
anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa
ahli psikologi mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan jiwa anak.

Dasar dari semua aktivitas permainan sosial adalah adanya interaksi antara dua orang atau
lebih. Aktivitas seperti permainan bola, domino, atau bermain jual-jualan membutuhkan anak
untuk berperan memberi dan menerima secara bergantian. Jika seseorang tidak memainkan
peran tersebut, maka permainan sosial tidak dapat berjalan. Pentingnya bermain sosial
adalah :

a. mendorong anak belajar berbagai bentuk karakter orang lain.


b. mengembangkan kemampuan berkomunikasi.
c. mendorong anak menjadi ramah dan mudah bergaul.
d. membantu anak mengembangkan persahabatan.

Anak-anak perlu mempelajari berbagai keterampilan yang bernilai di masyarakat. Anak-anak


di desa belajar menanam, memancing, dan berkebun. Sedangkan anak di perkotaan belajar
membaca, menulis, menyanyi dan menggunakan komputer.

67

Mudah memindahkan sungai & gunung,


namun sukar mengubah sifat dasar manusia

Anak yang baik, berakhlak, dan berbudi pekerti tidak turun dari langit, tetapi
diciptakan atau dididik. “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, kecuali tanahnya
miring dan di pinggir sungai”. Maksudnya, selain genetik, pengaruh lingkungan
sangatlah penting. Lingkungan yang paling melekat pada anak adalah keluarga,
sekolah, dan teman.

Bagian pertama dalam mendidik adalah menyampaikan ajaran dan membentuk


perilaku. Hal ini dilakukan dengan membuat peraturan praktis. Peraturan harus
dibuat di rumah ataupun di kelas (jika diaplikasikan di sekolah). Tanpa peraturan,
anak akan terbiasa hidup liar, semaunya sendiri, dan menjadi pembuat masalah.
Buatlah peraturan-peraturan sederhana di rumah, sesuai usia anak-anak, seperti
menaruh baju kotor di mana, merapikan tempat tidur, jam berapa nonton TV dan jam
berapa belajar, jika ketemu orang memberi salam, saat bangun pagi atau tidur
ucapkan “good morning” atau “good night”, dsb.

Mendidik adalah menyampaikan pengajaran, norma-norma dan nilai-nilai hidup,


aturan, dan hukum. Atau, bisa juga menggunakan Firman Allah sesuai agama yang
dianut sebagai sumber ajaran, ataupun cerita-cerita hikayat, dongeng, serta
pengalaman pribadi.

Ajaran/ aturan, hukum, atau tata tertib berfungsi sebagai batasan norma, etika, dan
sopan santun. Buatlah peraturan di rumah atau di kelas dan sampaikan kepada
anak secara bertahap sesuai dengan usia mereka. Ajaran ini juga akan membuat
mereka terbiasa hidup dengan aturan, mengerti aturan, serta memiliki kedewasaan
dan perkembangan emosi dan sosial yang baik.

Ajaran/ aturan tidak akan berlaku atau tidak akan dipatuhi dan membawa keadaan
kacau jika tidak ada hukuman bagi yang melanggarnya. Bagian dari mendidik adalah
menghukum atau mendisiplinkan anak. Itu adalah bentuk kasih dan perhatian. Sikap
memberontak dan liar timbul karena anak tidak pernah ditegur dan tidak pernah
didisiplinkan atau terlalu dimanja.

Dengan menghukum dan mendisiplinkan, berarti kita juga mengasihi, memerhatikan,


serta membangun karakter anak kita. Tujuan dan fungsi hukuman adalah
menekankan dan menegakkan peraturan dengan lebih sungguh-sungguh. Fungsi
hukuman adalah untuk menegaskan peraturan, menyatakan kesalahan, dan
menyadarkan seseorang yang berada di jalan yang salah agar meninggalkan jalan
tersebut.

Jika anak sudah merasa bersalah, kita harus berhenti menghukumnya. Jangan
sampai anak sudah merasa bersalah dan menyadari kesalahannya, kita masih
ngomel, marah, dan berteriak-teriak karena kita merasa belum selesai berbicara dan
belum puas.

Misalnya, dengan memarahi selama lima menit anak sudah menyadari


kesalahannya, tetapi kita teruskan didikan kita, katakan sampai 15 menit, itu justru
merusak fungsi didikan pada lima menit pertama tadi. Anak tidak jadi menyadari
kesalahannya, tetapi justru membenci atau sakit hati, merasa diperlakukan tidak adil
atau diperlakukan seperti anak kecil.

Berikan hukuman mulai dari ukuran terendah hingga tujuan didikan tercapai, yaitu
anak menyadari kesalahannya. Beri disiplin yang keras jika memang dia melakukan
kesalahan besar atau kurang ajar, misalnya kesalahan yang berupa dosa, seperti
mencuri mengambil barang teman atau tetangga, dan lainnya.

Sesuaikan bentuk hukuman dengan karakter masing-masing anak. Berikan


hukuman dari yang terendah. Setiap hukuman tersebut ada baiknya hanya dua atau
tiga kali saja diberikan, lalu ganti dengan jenis lainnya. Jangan setiap jenis hukuman
dilakukan monoton dalam jangka waktu lama.
Hukuman yang adil tidak akan menimbulkan kebencian dan kepahitan. Untuk
memberikan hukuman yang adil, jangan terburu-buru menyalahkan, menghakimi,
dan menghukum, tetapi panggil semua anak yang terlibat dalam pertengkaran dan
dengar semua ceritanya.

Keadilan menimbulkan rasa aman, sebaliknya ketidakadilan memunculkan


pemberontakan. Ketidakadilan membuat orang kehilangan damai sejahtera dan
menjadi gelisah. Keadilan akan muncul jika kita mengerti apa yang sebenarnya
terjadi dan itu bisa kita dapatkan jika kita mau mendengar.

Aturan dan hukuman yang dibuat harus konsisten, tidak boleh diubah dengan
semena-mena sesuai keinginan kita. Para pendidik (orangtua dan guru) – tidak
boleh arogan atau plin-plan. Aturan dan hukuman yang tidak konsisten akan
merusak wibawa kita sebagai pendidik dan kita akan dicemooh anak-anak.

Prinsip mendidik yang baik adalah tegurlah kesalahannya, tetapi jangan serang
pribadinya. Tidak apa-apa untuk menegur anak yang bangun kesiangan dengan
mengatakan, “Ayo, bangun sudah siang !” dengan nada tinggi atau berteriak sesuai
kebutuhan. Tetapi, jangan katakan, “Ayo bangun! Dasar pemalas!”. Perkataan
semacam itu sudah menyerang pribadi anak dan kita memberi label anak dengan
sebutan “pemalas”.

Kalau anak nakal, malas, atau kurang ajar, katakan, “Anak Tuhan tidak boleh kurang
ajar !” , “Anak soleh tidak boleh bohong !” atau “Anak baik tidak boleh begitu !”
Dengan demikian, label si anak tetap anak soleh, anak Tuhan, dan anak baik.

Itu penting untuk membangun citra diri yang benar dalam hidup anak dan citra diri itu
sangat penting bagi keberhasilannya di masa mendatang. Jangan katakan, “anak
bandel, dasar anak kurang ajar !” atau sumpah serapah lainnya, itu bukan mendidik,
tetapi mengutuk dan anak akan sakit hati dan membenci si pendidik.

Maksud kita marah adalah menghukum supaya anak kembali ke jalan yang benar
dan menyadari kesalahannya. Tapi kalau cara menghukum kita salah, kita tidak
akan mencapai tujuan. Sebaliknya, kita akan menyakiti hatinya, merusak citra
dirinya, membuatnya minder, tertutup, takut bicara, dan masalah-masalah lain yang
bersumber dari citra diri yang rusak.
Marah bukanlah untuk memojokkan anak. Jangan menghukum atau marah dengan
mengatakan, “Papa malu kamu berbuat begitu !”, “Kamu itu merusak martabat
keluarga kita, bikin malu keluarga !”, dan hal-hal serupa lainnya. Itu menunjukkan
bahwa sebenarnya fokus kita – yang kita pertahankan dan kasihi – bukanlah si
anak, tetapi diri kita sendiri, nama baik kita, nama marga, atau reputasi kita sendiri.
Kalau anak kebetulan memang tidak suka dengan orang tuanya, dia justru akan
berbuat lagi supaya orangtuanya malu.

Misalkan, seorang anak berbuat salah atau memakai narkoba, lebih baik kita berkata
begini, “Kalau kamu berbuat begitu, coba kamu pikir apa akibatnya buat kamu ?
Badanmu akan rusak, masa depanmu, dirimu sendiri, dan reputasimu hancur.”

68

Para pendahulu menanam pohon,


anak cucu menikmati hasilnya

Anak bisa dididik dengan menerapkan prinsip-prinsip mendidik secara konsisten dan tekun
karena hal itu memang butuh waktu. Percayalah pada doa dan puasa serta pada kasih dan perhatian;
kita bisa mendidik anak dengan hikmat. Hukuman dilakukan hanya untuk awal mendisiplinkan anak
saja dan untuk membentuk pola, selanjutnya ancaman (peringatan) saja sudah cukup. Dalam hal
ancam mengancam atau peringatan, jangan mengancam dengan sesuatu yang kita memang tidak
akan melakukannya. Anak berebut Channel TV dan orang tua mengancam akan membuang TV. Itu
tidak berhikmat dan tidak produktif.
Jangan menghukum dan setelah itu tidak berbicara apa-apa kepada anak yang kita didik. Bicaralah,
“Kamu dididik karena kesalahan ini. Jika tidak salah juga tidak dididik. Papa mendidik karena
mengasihi kamu.”

Membentuk karakter anak memerlukan waktu. Itu adalah proses yang panjang dan kita harus
menjalaninya. Hadiah atau imbalan adalah sesuatu yang wajar sebagai apresiasi, sebagai ungkapan
terima kasih dan perhatian kita. Imbalan/ reward memberikan penerimaan, merupakan apresiasi atau
penghargaan, memotivasi orang melakukan hal yang sama sekali lagi, serta membangun hubungan
pribadi. Imbalan membalut hati yang terluka karena hukuman dan memecahkan kekakuan karena
aturan-aturan yang dibuat. Hadiah bisa kita berikan ketika anak melakukan aturan/ajaran kita. Imbalan
yang paling murah, sederhana, dan efisien adalah pujian. Pujian harus diberikan secara wajar, tidak
berlebihan. Hukuman tidak akan menimbulkan kepahitan dan sakit hati, asalkan bagian itu (memuji)
kita lakukan juga.

Uang adalah motivator yang luar biasa. Uang bisa kita gunakan sebagai motivator atau sebagai bentuk
imbalan/ hadiah. Arahkan dan motivasi anak untuk menabung uang yang didapat tersebut. Janjikan
dan berikan sejumlah uang apabila mereka melakukan sesuatu atau memperoleh prestasi tertentu
sesuai permintaan atau harapan kita.

Motivasilah anak agar tidak cinta uang atau pelit. Lakukan itu dengan mengarahkan penggunaan uang
yang telah mereka kumpulkan untuk hal yang memang diperlukan, seperti keperluan sekolah, pensil,
buku, baju, sepeda, dan mainan yang diperlukan. Sebenarnya kita, sebagai orang tua, memang juga
akan mengeluarkan biaya untuk hal-hal itu, namun kita menyalurkannya lewat sistem hadiah.

Anak setelah menabung juga diajar dan telah mengerti menggunakan uangnya untuk persembahan,
pelayanan, dan menolong orang lain. Dia mengatur uangnya dari hasil menabung.

69

Setiap tindakan kita haruslah mempunyai dasar pijakan yang tepat

Keteladanan bersifat penting. Tanpa keteladanan, ajaran kita akan kehilangan


otoritasnya sehingga kita dicemooh oleh anak dan dianggap munafik. Tanpa
keteladanan, anak akan kecewa, kehilangan figur, atau akan melakukan bukan yang
diajarkan, tetapi apa yang kita lakukan, sebab anak adalah peniru ulung.

Cara efektif untuk mengubah dan mempengaruhi orang lain dalam jangka panjang
adalah memberi teladan. Anak-anak bangsa mencari guru yang bisa menjadi
panutan dan teladan bagi mereka.

Lakukan keempat hal dalam mendidik secara seimbang :

- membuat aturan.
- menghukum.
- memuji.
- dan memberikan teladan.
Hanya menghukum tanpa memuji, kita menjadi orang tua yang keras dan anak akan
sakit hati. Tanpa menghukum dan hanya memberi pujian/ reward, anak akan
menjadi manja, dan ketika di luar rumah disinggung, ditegur, atau dimarahi, dia akan
mudah sekali terluka atau merepotkan orang lain. Karena di rumah tidak pernah
mendengar kata-kata keras atau ditegur/ dihukum, ketika di kampus atau di kantor
ditegur atau dibentak orang lain, dia tidak akan bisa bertahan, ngambek, dan stres.

Hanya menyampaikan norma dan tidak menjadi teladan berarti kita munafik.
Teladan membuat pelajaran, ajaran, dan aturan menjadi nyata serta mudah
dimengerti karena ada contohnya. Orang tua atau guru yang punya kemauan akan
menjadi orang tua atau guru yang baik. Pemberian teladan merupakan cara efektif
dalam mendidik suatu kebiasaan baik. Misalnya, dalam kerapian, kebersihan,
membuang sampah, berdoa sebelum makan, ataupun sikap dan nilai hidup, dan
sebagainya.

70

Bersama menebar kasih

Bermain

Dunia anak adalah bermain, kegemaran anak adalah bermain, dan sambil bermain
mereka belajar. Bermain adalah pekerjaan anak-anak, dan anak-anak menambah
penggalian pengetahuan mereka melalui bermain dan berpartisipasi di dalam
kegiatan. Anak-anak tidak akan capai bermain, selalu ada energi dan kemauan
untuk bermain karena itu memang dunia mereka. Pada sekolah maju yang dikatakan
bertaraf internasional – mereka banyak bermain. Sambil bermain, kita bisa
menyampaikan konsep-konsep dan nilai-nilai hidup. Norma-norma antri, menerima
kekalahan, bermain dengan fair, jujur, tidak curang, ataupun sportivitas yang jauh
lebih penting daripada “pokoknya menang” sangat efektif ditanamkan saat bermain.
Hubungan orang tua dan anak akan terjalin erat jika terlibat dalam permainan. Ayah
yang bermain dengan anaknya bisa mendongkrak IQ anak !
Beryanyi

Melalui lagu-lagu, anak belajar sesuatu. Sebuah konsep akan lebih mudah
ditanamkan lewat lagu karena diucapkan berkali-kali, bahkan dihafalkan. Dengan
menyanyi, anak tanpa sadar dilatih daya ingatnya dan dengan menghafal lirik lagu
tersebut, kecerdasannya dipacu. Anak yang pandai memainkan alat musik
mempunyai daya kreativitas dan keahlian yang tinggi.

Saat mendidik, mereka harus mendengar dan kita harus ingat, daya konsentrasi
mereka sangat pendek maka segala hal yang mereka sukai, kita pakai sebagai
jembatan untuk mengajarkan sesuatu. Termasuk menyanyi.

Jika kita cermati, lagu-lagu yang bertemakan pendidikan juga cukup banyak.
Misalnya lagu yang liriknya : “Oh Ibu dan Ayah selamat pagi. Kupergi sekolah
sampai kan nanti. ................................ Hormati gurumu sayangi teman, itu tandanya
kau anak yang budiman.”

Daftar Pustaka

Azerrad, J. 2005. Membangun Masa Depan Anak. Bandung : Penerbit Nusamedia & Penerbit Nuansa.

Dimas, MR. 2005. 20 Kesalahan Dalam Mendidik Anak. Penerjemah: H. Abdurrahman Kasdi. Jakarta
: Pustaka Al-Kautsar.

Edy. 2012. Ayah Edy Menjawab. Jakarta Selatan: Penerbit Noura Books (PT Mizan Publika).

Kenney, L & Young, W. 2017. 50 Panduan Mengasuh Anak yang Sulit Diatur. Jakarta: Penerbit
Bhuana Ilmu Populer.

Kumala, T. 2018. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia PUEBI. Perpustakaan Nasional RI :
Katalog Dalam Terbitan. C-Klik Media.

Najah as-Sabatin. 2014. Dasar-Dasar Mendidik Anak (Usia 1-10 Tahun). Penerjemah: Yahya
Abdurrahman. Bogor: Al Azhar Freshzone Publishing.

Nugroho, F. 2017. Keselamatan di Rumah dan Perjalanan untuk SD/MI Kelas II Semester 2. Tema 8.
Sukoharjo : Sindunata.

Ormrod, JE. 2009. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Jilid 1. Edisi
Keenam. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Pitadjeng. 2015. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rahim, F. 2011. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Edisi Kedua. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Rahmawati, S. (Editor). 2005. Mencetak Anak Cerdas dan Kreatif. Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara.

Saktyowati, DO. 2011. Panduan Pendidik: Meningkatkan Mutu Pendidik Dalam Pembelajaran Sains.
Jakarta : CV. Ghina Walafafa.

Santrock, JW. 2012. Perkembangan MASA-HIDUP. Edisi 13 Jilid 1. Terjemahan dari : LIFE-SPAN
Development. McGraw Hill. Indonesia : Penerbit Erlangga.

___________. 2007. Perkembangan Anak. Edisi 11. Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Wiarto, G. 2015. Psikologi Perkembangan Manusia. Yogyakarta : Psikosain.

Wijanarko, J. 2005. Mendidik Anak untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional dan Spiritual.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wulansari, NMD. 2017. Didiklah Anak Sesuai Zamannya. Jakarta Selatan: PT Visimedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai