Anda di halaman 1dari 19

1

MAKALAH

PERMASALAHAN PEREDARAN BARANG-BARANG


BAJAKAN YANG MELANGGAR HAK CIPTA

DI
S
U
S
U
N

OLEH

NAMA : MAWAR HARAHAP

MAPEL: PKDK

GURU : NANDA

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI


PERTANIAN PEMBANGUNAN
KUALUH SELATAN
TAHUN 2022-2023
i

KATA PENGANTAR

      Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan laporan ini. dimana
makalah ini merupakan salah satu dari Tugas Mata Pelajaran PKN.

       Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Guru dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin...

29 Januari 2023

Penyusun
ii

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 3
1.1. Latar Belakang Masalah....................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
1.3. Tujuan Masalah..................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 6


A. Jenis-Jenis Karya Fotografi....................................................................... 6
1. Fotografi Komersial & Fotografi Non Komersial................................. 6
2. Perbedaan Potret & Fotografi................................................................ 7
B. Jenis-Jenis Media Massa............................................................................ 9
C. Pelanggaran Hak Cipta Karya Fotografi Di Media Internet...................... 11
D. Ketentuan Hak Moral & Hak Ekonomi Terkait Privasi Pencipta Terhadap
Pelanggaran Hak Cipta Karya Fotografi ....................................................... 16

BAB IV PENUTUP ................................................................................... 17


A. Kesimpulan ................................................................................... 17
B. Rekomendasi ................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 18


3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi ini, Indonesia termasuk negara yang dalam perkembangan dunia usahanya
semakin pesat. Hal ini dikarenakan seiring bergantinya waktu, pertumbuhan perekonomian di
dunia semakin bersaing satu sama lain. Dewasa ini, kehidupan manusia tidak dapat dilepas dari
arus komunikasi dan informasi, bahkan kini informasi telah menjelma menjadi suatu kekuatan
tersendiri dalam persaingan global yang semakin kompetitif. Salah satu nya maraknya fotografi
di media internet. Dari karya fotografi yang dihasilkan terdapat hak cipta di dalamnya dan
dilindungi oleh undangundang yang berlaku.

Hak Kekayaan Intelektual secara umum dapat digolongkan kedalam dua kategori utama,
yaitu Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri. Hak Kekayaan Intelektual atau yang biasa disebut
HKI merupakan terjemahan dari Intellectual Property Rights. Secara sederhana HKI adalah suatu
hak yang timbul bagi hasil pemikiran yang menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi
manusia. HKI juga dapat diartikan sebagai hak bagi seseorang karena telah membuat sesuatu
yang berguna bagi orang lain. Objek atau hal-hal yang diatur dalam HKI adalah karya-karya
yang lahir dari kemampuan intelektual daya pikir manusia. Hak Kekayaan Intelektual
dikategorikan sebagai hak atas kekayaan mengingat HKI pada akhirnya menghasilkan karya-
karya intelektual berupa: pengetahuan, seni, sastra, teknologi dimana dalam mewujudkannya
membutuhkan pengorbanan tenaga, waktu biaya dan pikiran.

Hak Cipta adalah karya cipta dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra.. Hak Cipta
terdiri atas hak ekonomi (economic rights) dan hak moral (moral rights). Hak ekonomi adalah
hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk terkait. Hak moral adalah
hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus
dengan alasan apapun walaupun Hak Cipta atau hak terkait telah dialihkan. Khusus mengenai
hak cipta, awalnya terdapat dua aliran sistem hukum yang membentuknya, yaitu sistem hukum
common law yang lahir di Inggris, kemudian berkembang serta banyak mendapat pengaruh dari
Amerika Serikat dan sistem hukum Kontinental yang awalnya dianut oleh negara-negara Eropa
daratan, seperti Prancis, Belanda, Italia dan Jerman.
4

Di Indonesia sendiri pengaturan hak cipta hadir pada masa pemerintahan kolonial Belanda
setelah diberlakukannya Auteurswet 1912 (selanjutnya disebut Undang-Undang Hak Cipta 1912)
merupakan peraturan perundang undangan buatan legislatif pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Setelah merdeka, Indonesia memiliki Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
(UUHC). Hak Kekayaan Intelektual (HKI) adalah hak yang berkenaan dengan kekayaan yang
timbul karena kemampuan intelektual manusia. 2 Terkait hak moral, maka perlindungannya akan
berlaku seumur hidup, lain halnya dengan hak komersil (hak ekonomi) yang perlindungannya
dibatasi dalam waktu tertentu.

Berdasarkan Pasal 59 ayat (1) Undang-Undang Hak Cipta, perlindungan komersil atas
suatu karya fotografi dibatasi selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan
pengumuman. Perlindungan hukum terhadap Hak Cipta di Indonesia saat ini diatur dalam
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang memberikan pengertian bahwa:
“Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip
deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.” Secara yuridis tidak ada kewajiban
mendaftarkan setiap ciptaan pada kantor Hak Cipta, karena Hak Cipta tidak diperoleh
berdasarkan pendaftaran namun Hak Cipta terjadi dan dimiliki penciptanya secara otomatis
ketika ide itu „selesai‟ dan diekspresikan dalam bentuk suatu karya atau ciptaan yang berwujud.

Hal ini sesuai dengan prinsip first to invent dalam Hak Cipta. Salah satu masalah yang
seringkali dihadapi oleh pencipta foto adalah ketika ia bekerja sebagai karyawan dan berada
dibawah suatu perjanjian kuasa, terlebih lagi ketika salah satu pihaknya tidak paham betul
mengenai apa yang telah diperjanjikan sebelumnya berkaitan dengan hak kepemilikan atas foto-
foto yang telah tercipta. Setiap karya kreatif yang tercipta dari seseorang atau sekelompok orang
sebagai bentuk dari kemampuan intelektual manusia yang berguna dan memberi dampak baik
dari berbagai aspek perlu diakui dan perlu dilindungi, agar ide-ide kreatif yang telah diciptakan
tidak diklaim atau di bajak oleh pihak lain.

Hukum diharapkan dapat memberikan perlindungan bagi karya intelektual, sehingga


mampu mengembangkan daya kreasi masyarakat. Salah satu pelanggaran Hak Cipta atas karya
fotografi yang terjadi di Indonesia adalah yang terjadi antara seorang pencipta karya fotografi
bernama Aryono Huboyo Djati yang menyatakan foto Potret Tino Saroengallo karya Aryono, ia
5

merasa karya fotonya digunakan, dipublikasikan, dan diperbanyak oleh 8 media online di
Indonesia tanpa izin dan tidak mencantumkan nama asli dari pencipta atas karya fotografi
tersebut. Karena merasa haknya telah dilanggar maka akhirnya pencipta tersebut mengajukan
gugatan atas pelanggaran yang terjadi. Aryono pun menggugat melalui Pangka dan Syndicate
Law Office. Aryono mempersoalkan hak moral dan hak ekonomi atas pemuatan foto itu.
Pengaduan itu pun diselesaikan oleh Dewan Pers.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah peneliti berikan pada latar belakang dan batasan masalah di
atas perumusan masalah yang diangkat ialah implementasi tinjauan hukum terhadap pelanggaran
Hak Cipta karya fotografi di media internet. Dari perumusan masalah tersebut peneliti pertegas
dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Apa penyebab media daring masih melanggar hak cipta fotografi?

b. Bagaimana ketentuan hak moral dan hak ekonomi karya pencipta fotografi jika privasi
seseorang dilanggar?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, paling tidak peneliti mendalilkan tujuan penelitian sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui mengenai penyebab media online masih melanggar hak cipta fotografi

b. Untuk mengetahui ketentuan hak moral dan hak ekonomi karya pencipta tersebut jika privasi
seseorang dilanggar
6

BAB II

PEMBAHASAN

A. JENIS-JENIS KARYA FOTOGRAFI

1. Fotografi Komersial dan Fotografi Non Komersial

Fotografi Komersional merupakan foto yang mempunyai nilai jual dan fotografi yang
dibuat berdasarkan tujuan komersil seperti iklan produk, poster, dan lain lain yang akan
mendapatkan bayaran dari perusahaan yang menyewa jasa tersebut. Dalam fotografi komersial
biasanya akan dibantu oleh pengarah style dari perusahaan, sebagai fotografer juga harus bisa
berkomunikasi dengan baik dengan pengarah style agar mencapai konsep yang dimaksud dengan
baik dan sesuai dengan keinginan yang dituju Fotografi komersial itu biasanya meliputi :
Fashion, Still Life fotografi, food fotografi, foto produk, arsitektural dan Potret dan Wedding
fotografi.

Suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang bak pribadi atau Badan yang bertujuan untuk
mendaparkan suatu keuntungan, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Pada fotografi
komersial, struktur pasarnya dapat dilihat dari variasi strategi bisnisnya yang dapat dibagi
menjadi 3 yaitu (1) low volume high price, para pemainnya relatif lebih sedikit dan eksklusif
karena harga yang ditawarkan memang cukup tinggi. Tingginya harga yang ditawarkan biasanya
karena pemain di kelas ini telah memiliki reputasi baik yang cukup lama, dan memiliki
diferensiasi teknik atau produk (dalam bentuk hasil foto ataupun jasa) yang sulit disaingi para
pemain lain. Harga yang ditawarkan di kelas ini berkisar di atas 50 juta rupiah. Bahkan saat ini
ada yang menawarkan harga paket fotografi perkawinan hingga ratusan juta rupiah. (2) mid
volume mid price, pemainnya relatif lebih banyak daripada pasar low volume high price, namun
tidak sebanyak high volume low price. Harga menengah ini dikarenakan reputasi yangdimiliki
bisnis fotografi tersebut belum lama atau diferensiasi produknya tidak terlalu unik. Harga yang
ditawarkan pada pasar menengah ini berkisar antara belasan hingga puluhan juta rupiah dan (3)
high volume low price, pemain pada pasar high volume low price biasanya diisi para pemain
baru dan pemain lama yang memang menyasar pada pasar yang besar. Para pemain baru ini
biasanya didominasi fotografer yang mulai beralih dari fotografi amatir ke fotografi profesional.
Fotografi yang tadinya hanya sebagai hobi kemudian dikembangkan menjadi sumber
7

penghasilan. Dalam tahap ini, tentunya fotografer masih dalam usaha membangun reputasinya.
Untuk itu, harga yang ditawarkan kepada konsumen juga masih rendah. Sementara itu, dari
pemain lama di pasar ini, tidak banyak diferensiasi produk yang diberikan kepada konsumen.
Perlu waktu lebih lama dalam menghasilkan karya foto untuk menciptakan diferensiasi, sehingga
demi mendapatkan volume pasar yang besar, diferensiasi produk tidak dijadikan prioritas dalam
bisnis.

Ketiga jenis bisnis fotografi tersebut dapat secara gamblang memperlihatkan struktur pasar
di dalam ruang lingkup fotografi komersial. Terlihat bahwa semakin rendah volumenya, maka
semakin rendah pula persaingannya. Strategi bisnis tersebut dapat dilakukan bidang fotografi
mana pun seperti jasa fotografi perkawinan, fotografi produk komersial, fotografi mode, atau
jasa studio foto. Di pasar ini terjadi persaingan sempurna karena jumlah pemain dan juga
permintaannya sangat banyak.

Fotografi non komersial adalah sesuatu jasa fotografi yang tidak berorientasi profit atau
sama sekali tidak berfokus pada mencari keuntungan. Suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang
baik pribadi atau badan yang tidak untuk mendapatkan suatu keuntungan, baik yang secara
langsung ataupun tidak langsung. Tidak semua fotografi berjeniskomersial, banyak kegunaan
fotografi non komersial contohnya mengabadikan momen dengan kamera handphone untuk
disimpan atau untuk foto pribadi yang bisa dilakukan sebagai hobi. Banyak orang yang
mengabadikan momen untuk dimasukkan di media sosial untuk menunjukkan suatu visual
kepada khalayak umum. Dalam fotografi juga berfungsi sebagai alat komunikasi visual dimana
oleh orang-orang dapat digunakan sebagai bahan publisitas yang bermanfaat. Fotografi juga
dapat menciptakan dan memvisualkan secara jelas buah pikiran karena dapat menggambarkan
kejadian sesungguhnya lewat karya fotonya, intinya foto yang dihasilkan harus bias bercerita,
sehingga tanpa harus menjelaskan orang sudah mengerti isi dari foto tersebut tanpa
memanipulasi foto tersebut.

2. Perbedaan Potret dan Fotografi

Potret adalah sebuah lukisan, foto, patung, atau representasi seni dari seseorang, yang mana
wajah atau ekspresinya adalah hal utama. Dimaksudkan untuk menampilkan personalitas, dan
8

juga kadang perasaan seseorang. Untuk alasan tersebut, maka potret pada umumnya bukanlah
foto spontan (snapshot), namun komposisi seseorang dalam kondisi diam dan dipersiapkan.

Sebuah potret seringkali menampilkan seseorang yang melihat langsung ke pelukis atau
fotografer, dengan tujuan yang berkaitan antara subyek dengan yang melihat potret tersebut
Potret terdiri dari environmental portrait dan close-up/headshot. Environmental portrait yaitu
potret yang merekam lingkungan hidup subjek, sedangkan close-up/ headshot adalah potret yang
hanya wajah saja. Selain itu terkait subjek yang ada dalam potret juga terdiri dari potret yang
lebih dari satu orang dan potret diri.

Fotografi sebagai medium salah satu contohnya adalah sebagai media informasi dan media
berkespresi. Fotografi sebagai media informasi maka memiliki hubungan dengan dunia
jurnalistik, karena media informasi saat sekarang ini selalu menyertakan foto dalam setiap
pemberitaannya, diantaranya seperti surat kabar atau koran. Karya fotografi dalam dunia
jurnalistik memiliki nilai tersendiri, yaitu sebagai daya tarik bagi para pembaca sebelum
membaca berita, maka sifatnya dalam sebuah berita fotografi adalah sebagai penunjang. Melalui
fotografi juga mampu memberikan informasi secara singkat pada pembaca, hanya melalui
sebuah foto maka para pembaca mengerti maksud informasi yang hendak disampaikan tanpa
perlu menggunakan banyak kalimat untuk menjelaskan.

Fotografi sebagai media berekspresi lebih erat kaitannya dengan dunia seni. Menurut
sumardjo yang menuliskan bahwa penciptaan karya seni memang merupakan kerja
pengungkapan diri, ekspresi diri, dalam suatu wujud benda seni. Dari definisi di atas, maka seni
dalam penciptaannya adalah suatu media bagi seseorang untuk mengungkapkan/ berekspresi.

Perbedaan antara potret dengan fotografi adalah potret dapat diwujudkan dalam bentuk
lukisan, foto, ataupun patung sehingga media yang digunakan tidak hanya kamera melainkan
bisa melalui kanvas, batu dan lain-lain, berbeda dengan fotografi yang hanya melalui media
kamera untuk menghasilkan sebuah foto. Namun, apabila dilihat dari kacamata Undang-Undang
Hak Cipta, maka yang dimaksud potret merupakan karya fotografi dengan objek manusia, hal ini
berarti potret yang dimaksud dalam Undang-Undang Hak Cipta adalah potret yang dihasilkan
melalui kamera dan dengan objek hanya berupa manusia. Dalam ketentuan tersebut definisi
potret maka dipersempit. Selain itu tujuan dari fotografi adalah komunikasi, sebagai medium
9

menyampaikan pesan sehingga terjalin suatu kontak pemahaman makna. Berbeda dengan potret
yang memiliki tujuan untuk merekam kepribadian seseorang. Perbedaan yang lainnya yaitu
fotografi memiliki objek yang bermacam-macam yaitu bisa berupa alam, benda, manusia, hewan
dan tumbuhan, asalkan semua gambar tersebut dihasilkan melalui media kamera.

Hal tersebut kembali pada definisi karya potret yang terdapat pada Penjelasan dalam
UndangUndang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, yang menyatakan bahwa karya
fotografi meliputi semua foto yang dihasilkan dengan menggunakan kamera, dengan ini maka
tidak ada pembatasan terkait denga objek karya fotografi. Sedangkan objek potret hanya
manusia, seusai dengan ketentuan Undang-Undang Hak Cipta yang berlaku yaitu Pasal 1 angka
10 yang menyatakan bahwa potret adalah karya fotohrafi dengan objek manusia. Dan jika
ditelusuri, dalam Undang-Undang Hak Cipta No 19 Tahun 2002 Potret belum ada didalam
ciptaan yang dilindungi hak cipta, namun di dalam Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2014
Potret sudah dicantumkan.

B. JENIS-JENIS MEDIA MASSA

Salah satu wujud nyata penting dalam melembagakan demokrasi adalah pers dan media
massa yang bebas untuk menyatakan pendapat. Melalui media massa, kebebasan dalam
berpendapat, berdikusi dan berdialog yang mengarah pada penerapan demokrasi berkelanjutan
(demokrasi deliberatif). Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-
pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi
mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV). Media massa adalah faktor lingkungan yang
mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan atau proses
imitasi (belajar sosial). Dua fungsi dari media massa ialah memenuhi kebutuhan akan fantasi dan
informasi. Berikut jenis-jenis media massa:

1. Media Internet/ Cyber

Tanpa disadari, terciptanya internet telah menjadikan komoditas artikel, berita dan informasi
semakin memiliki nilai. Kecepatan dan keakuratan telah menjadi faktor penentu komoditas di
atas. Para pembaca dapat memperoleh berita, khususnya kejadian-kejadian atau pengetahuan
populer yang sedang hangat dengan cepat. Media koran, tabloid atau majalah konvensional
memiliki periodisasi waktu terbit. Ada yang harian, mingguan, bulanan, atau bahkan semsteran.
10

Di internet, siklus terbit artikel atau berita elektronik sangat pendek, bahkan hanya dalam
hitungan menit. Hal demikian terjadi karena internet menyediakan fasilitas untuk meng-update
dan meng-upload berita dengan mudah dan cepat. Dengan demikian, haya dalam hitungan menit
artikel atau berita dapat segera tersaji di layar kaca komputer para pembaca. Siklus berita yang
pendek dapat terjadi karena berita dapat disajikan tanpa dicetak. Setiap penulis artikel dan
peliput berita dapat menyusun suatu naskah dan segera meng-uploadnya di halaman situs yang
telah tersedia.

Media siber memiliki karakter khusus sehingga memerlukan pedoman agar pengelolaannya
dapat dilaksanakan secara profesional, memenuhi fungsi, hak, dan kewajibannya sesuai Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Untuk itu Dewan Pers
bersama organisasi pers, pengelola media siber, dan masyarakat menyusun Pedoman
Pemberitaan Media Siber.

Media Siber adalah segala bentuk media yang menggunakan wahana internet dan
melaksanakan kegiatan jurnalistik, serta memenuhi persyaratan Undang-Undang Pers dan
Standar Perusahaan Pers yang ditetapkan Dewan Pers Isi Buatan Pengguna (User Generated
Content) adalah segala isi yang dibuat dan atau dipublikasikan oleh pengguna media siber, antara
lain, artikel, gambar, komentar, suara, video dan berbagai bentuk unggahan yang melekat pada
media siber. Lebih lanjut, internet pun memiliki sejumlah fasilitas bukan hanya untuk penyajian
berita berupa teks, melainkan juga gambar berupa foto bahkan animasi video. Sementara itu,
internet sebagai media jurnaistik saat ini memang memiliki kekayaan fasilitas yang seakan tiada
batas. Bahkan kini, internet pun dapat dieksplorasi untuk menyajika karya-karya jurnalistik yang
lebih komunikatif. Tandanya adalah lahirnya surat kabar elektronik (e-news) yang telah banyak
mengubah pola orang dalam mencacri berita dan informasi, sebutlah Kompas Cyber Media,
Femina Online, Detik.com, dan CyberNas (Bernas.co.id) merupakan model jurnalistik modern.
Media siber tidak serta merta sebagai media yang lepas dari dunia nyata. Hubungan antar
pengguna pada dasarnya merupakan transformasi dari hubungan di dunia nyata. Alasan yang
kelima, etika berinternet diperlukan agar setiap pengguna ketika berada di media siber
memahami hak dan kewajibannya sebagai warga dunia siber. Mengingat begitu pentingnya etika
dalam media siber.

2. Tinjauan Umum Tentang Media Non Internet/ Cetak


11

Media cetak merupakan media tertua yang ada dimuka bumi. Media cetak berawal dari
media yang disebut dengan Acta Diuna dan Acta Senatus dikerajaan romawi, kemudian
berkembang pesat setelah Johanes Guttenberg menemukan mesin cetak hingga kini sudah
beragam bentuknya, seperti surat kabar, tabloid, dan majalah. Media cetak adalah segala barang
cetak yang dipergunakan sebagai sarana penyampaian pesan seperti yang sudah disebutkan
sebelumnya macammacam media cetak pada umumnya. Dalam konsep pengertian diatas, media
cetak (surat kabar dan majalah) memiliki kadar inovasi yang lebih tinggi daripada buku cetak –
penemuan (invensi) bentuk karya tulis, sosial dan budaya yang baru – meskipun pada masa itu
pandangan yang muncul tidak demikian adanya. Kekhususan surat kabar, jika dibandingkan
dengan sarana komunikasi budaya lainnya, terletak pada individualisme, orientasi pada
kenyataan, kegunaan, sekularitas (nilai– nilai), dan kecocokannya dengan tuntutan kebutuhan
kelas sosial baru, yakni kebutuhan para usahawan kota dan orang profesional.

Kualitas kebaruannya bukan terletak pada unsur teknologi atau cara distribusinya,
melainkan pada fungsinya yang tepat bagi kelas sosial tertentu yang berada dalam iklim
kehidupan yang berubah dan suasana yang secara sosial dan politis lebih bersifat permisif
(terbuka). Dari segi formatnya dan ukuran kertas, media massa cetak secara rinci meliputi (a)
koran atau suratkabar (ukuran kertas broadsheet atau 1/2 plano), (b) tabloid (1/2 broadsheet), (c)
majalah (1/2 tabloid atau kertas ukuran folio/kwarto), (d) buku (1/2 majalah), (e) newsletter
(folio/kwarto, jumlah halaman lazimnya 4-8), dan (f) buletin (1/2 majalah, jumlah halaman
lazimnya 4-8). Isi media massa umumnya terbagi tiga bagian atau tiga jenis tulisan: berita, opini,
dan feature.

C. PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI MEDIA INTERNET

Teknologi informasi dan komunikasi mengubah perilaku masyarakat dan peradaban global.
Di samping itu, perkembangannya menjadikan dunia menjadi tanpa batas (borderless) dan
perubahan sosial yang secara signifikan berlangsung demikian cepat . Pelanggaran hak cipta
dapat diartikan sebagai perbuatan mengambil, mengutip, merekam, memperbanyak, atau
mengumumkan sebagian atau seluruh karya cipta milik orang lain, tanpa sepengetahuan dan
seizin pencipta atau pemegang hak cipta. Dalam prakteknya tindakan-tindakan tersebut sering
dilakukan untuk kepentingan komersial atau demi memperoleh keuntungan pribadi. Disamping
12

untuk kepentingan komersial, pelanggaran hak cipta tersebut juga dapat digunakan untuk
melakukan penghinaan terhadap orang lain.

Dapat dikategorikan sebagai sebuah pelanggaran hak cipta apabila perbuatan tersebut
mengarah pada pelanggaran hak ekslusif pencipta atau pemegang hak cipta. Hak ekslusif
pencipta merupakan hak yang hanya diperuntukkan bagi pencipta, sehingga tidak ada pihak lain
yang dapat memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pencipta diantaranya seperti hak untuk
membuat salinan yang kemudian menjual salinan tersebut, hak untuk mengimpor dan
mengekspor ciptaan, hak untuk mengadaptasi ciptaan, hak menampilkan atau memamerkan
ciptaan didepan umum, dan hak menjual atau mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada orang
lain.

Dalam jaringan intenet, banyak terdapat situs yang menyediakan layanan penyimpanan
data. Sejatinya situs-situs tersebut sebenarnya ditujukan untuk menyimpan data- data pribadi
seseorang, mempermudah menyebarkan data, ataupun alternative penyimpanan data yang dapat
diambil kapanpun dibutuhkan. Namun pada kenyatannya, fasilitas tersebut seringkali digunakan
sebagai media penyebaran data bermuatan Hak Cipta didalamnya.Data yang bermuatan
pelanggaran HakCipta di unggah melalui situs-situs penyimpanan file tersebut, kemudian link
untuk mengunduh file tersebut disebarluaskan, baik melalui situs, media sosial, dan lain
sebagainya. Orang lain yang melihatnya, tinggal mengunduh secara gratis melalui link yang telah
disebarkan.

Saat ini, di internet banyak terdapat situs-situs yang tanpa hak hanya menjiplak tulisan
orang lain. Situs-situs internet tersebut biasanya mencari tulisan orang di situs lain, kemudian
mengunggah di situsnya untuk menambah isi materi dari situs tersebut. Hal tersebut tentu saja
merupakan salah satu bentuk pelanggaran Hak Cipta karena dengan sengaja tanpa persetujuan
pencipta, menjiplak suatu tulisan kemudian menguhduh di situs miliknya atau orang lain, tanpa
mencantumkan nama pencipta aslinya bahkan mengganti nama pencipta tersebut. Bahkan
pelanggaran seperti ini seringkali dilakukan orang tanpa sadar. Banyak orang sembarangan
mengutip, menjiplak tulisan orang tanpadi sertai sumber sehingga melanggar Hak Moral
pencipta. Orang yang melakukan pelanggaran tersebut tidak menyadari perbuatannya atau
menganggap yang dilakukannya adalah hal sepele yang tidak ada konsekuensinya.
13

Salah satu bentuk ciptaan yang dilindungi adalah program komputer, saat ini begitu banyak
program komputer yang digunakan oleh banyak orang untuk kebutuhan sehari-hari.Namun
banyak dari program tersebut digunakan secara illegal. Sejatinya program tersebut biasanya
berbayar sebagai bentuk hak ekonomi yang dimiliki programer yang bertindak sebagai pencipta.
Pada kenyaannya, banyak program tersebut di retas oleh sebagian orang untuk dapat digunakan
secara bebas dan gratis. Teknologi internet yang menghubungkan antar satu komputer dengan
komputer lainnya diseluruh dunia dengan memiliki daya kemampuan lintas batas negara dilewati
secara mudah (bonderless world) telah melahirkan suatu era baru yang dikenal dengan era
digital. Era digital ini ditandai dengan karakteristik berupa adanya kemudahan interaksi antar
manusia di seluruh dunia dengan memanfaatkan jaringan internet dan tanpa terhalangi dengan
wilayah geografis suatu negara dan aturan-aturan yang sifatnya teritorial. Sejalan dengan itu
juga, di era digital ini ditandai dengan karakteristik lainnya berupa adanya kemudahan setiap
orang untuk memperoleh informasi. Informasipada era ini sangat mudah diperoleh,
dipertukarkan, diakses dan didistribusikan serta ditransmisikan kapan saja dan dimana saja.
Tidak dapat disangkal lagi, internet telah menjadi alat komunikasi terpopuler saat ini. Berbagai
lapisan masyarakat, mulai dari pengusaha, artis, penyanyi sampai kalangan masyarakat bias telah
menikmati manfaat internet. Tidak mengherankan, website atausitus di internet terus bertambah
dari waktu ke waktu.

Dalam era digital saat ini, konsepsi Hak Cipta juga telah melebar, sangat penting untuk
membahas mengenai perlindungan Hak Cipta di jaringan internet sebagai upaya untuk
mengantisipasi dampak negative yang ditimbulkan oleh internet. Salah satunya adalah dengan
adanya media digital. Kini banyak informasi yang dapat diubah bentuk kedalam media digital.
Saat ini banyak karya cipta juga bias diwujudkan kedalam bentuk digital. Beberapa hal yang
dapat menyebabkan kasus pelanggaran Hak Cipta di Internet :

a. Menyimpan Konten Dalam satu contoh, seseorang yang membuat Video mengunggah
data file yang dibuatnya di Internet dengan peraturan pengunjung hanya dapat
mengunakan (menyaksikan) konten (Video) tersebut di website penguggah Video dan
ketika pemilik konten resmi mendapati anda menyimpan (Download) file video yang
diunggahnya maka dapat dikatakan bahwa anda melanggar kebijakan yang telah dibuat
pengunggah video.
14

b. Membagikan Konten Ketika anda mengunakan konten seseorang misal Teks dan Gambar
di artikel yang hanya diizinkan untuk digunakan sendiri baik dalam website tersebut
ataupun anda simpan atau tidak dibagikan (Publikasikan) kepada orang lain maka anda
masih mematuhi kebijakan pemilik konten tersebut. Tetapi jika anda mengunakannya
untuk diperlihatkan kepada orang lain tanpa sepengetahuan pemilik konten, anda dapat
dikasuskan karena tidak mengikuti pedoman pengunaan konten seperti yang telah
disetujui.
c. Mengedit atau Memodifikasi Konten Contoh konten berupa aplikasi yang dilindungi
kemurniannya tidak boleh dimodifikasi karena dalam kegiatan tersebut tentunya
seseorang sudah mengubah nilai asli yang dipublikasikan oleh pemilik konten resmi yang
dapat menyebabkan sistem menjadi berubah dan menyebankan masalah yang akan
merugikan penguna maupun pemilik resmi aplikasi tersebut.
d. Mempublikasikan atau Copy Paste konten (Reupload) Konten Reupload yaitu menyalin
dan mempublikasikan konten seseorang untuk kepentingan diri sendiri yang
menyebabkan pemilik konten asli mengalami kerugian karena kegiatan tersebut.
Biasanya kegiatan ini merupakan hal yang cukup rawan dengan perselisihan antara
pemilik dengan seorang yang mempublikasi.
e. Belum meleknya media online terhadap hak cipta Saat ini begitu banyak media online
yang ada di Indonesia, tetapi tidak memiliki tenaga dan modal yang cukup untuk
memenuhi kebutuhannya. Akhirnya banyak media yang mengambil jalan pintas,
mengambil foto milik orang lain yang ditemukan di google, lalu menggunakan karya
kreatif orang lain untuk konten komersial media online, termasuk pengecekan legalitas
penggunaan karya dari sumber penerbitan ulang.

D. KETENTUAN HAK MORAL DAN HAK EKONOMI TERKAIT PRIVASI


PENCIPTA TERHADAP PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI

Privasi merupakan konsep abstrak yang mengandung banyak makna. Penggambaran


populer mengenai privasi antara lain adalah hak individu untuk menentukan apakah dan sejauh
mana seseorang bersedia membuka dirinya kepada orang lain atau privasi adalah hak untuk tidak
diganggu. Privasi merujuk padanan dari Bahasa Inggris privacy adalah kemampuan satu atau
sekelompok individu untuk mempertahankan kehidupan dan urusan personalnya dari publik, atau
15

untuk mengontrol arus informasi mengenai diri mereka. Jadi dapat disimpulkan bahwa, privasi
adalah tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki oleh seseorang pada suatu kondisi
atau situasi tertentu, dimana situasi yang dirasa sebagai privat atau tidak yang menentukan
adalah subjektifitas dan kontrol (ruang interpersonal dan territorial) dari seseorang tersebut.
Namun privasi juga erat kaitannya dengan kebebasan, karena di dunia modern ini semua
informasi akan mudah didappatkan di era digital.

Penghargaan atas privasi dalam komunitas informastika yang mengglobal, amat sangat
berbeda dalam suasana yang fiscal, demikian pula dalam kepentingan atas privasi data.
Keperluan menjaga kerahasiaan data dan informasi pribadi tampak menjadi prioritas untuk
meletakkan kepercayaan dalam jaringan interaksi komunikasi. Hak atas privasi pada dasarnya
sudah cukup lama dikenal dan diakui dalam rezim hukum baik internasional ataupun nasional.
Regulasi mengenai privasi dalam berbagai rejim hukum ini pada dasarnya untuk melindungi
priivasi dari seseorang terhadap invasi yang tidak sah yang dapat dilakukan oleh Negara ataupun
dari korporasi.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menyatakan


bahwa karya fotografi merupakan semua foto yang dihasilkan dengan menggunakan kamera.
Apabila dalam penjelasan sebelumnya dinyatakan bahwa potret dapat berupa lukisan, foto atau
patung, maka yang dimaksud potret dalam Undang-Undang Hak Cipta adalah potret dalam
bentuk foto hasil karya fotografi. Jika ada seseorang yang merasa terganggu di foto atau potret
nya tidak mau disebarluaskan dan seorang pencipta tidak menuruti nya maka akan melanggar
hak cipta tersebut. Selain itu, ada juga batasan etik yang juga penting diperhatikan. Meskipun
potret diri seseorang tersebut untuk kepentingan non komersial dan dilakukan di ruang publik,
sangat disarankan untuk meminta izin apabila memotret orang; apalagi jika orang tersebut sangat
jelas dapat teridentifikasi.

Apabila foto atau potret milik seseorang yang digunakan oleh orang lain tanpa seizin
pemilik, sehingga membawa manfaat ekonomi bagi orang lain, dapat diartikan orang tersebut
telah merugikan kita sebagai pemegang hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta, hal ini
sesuai dengan Pasal 12 UU Hak Cipta yang berbunyi:
16

(1) Setiap Orang dilarang melakukan Penggunaan Secara Komersial, Penggandaan,


Pengumuman, Pendistribusian, dan/atau Komunikasi atas Potret yang dibuatnya guna
kepentingan reklame atau periklanan secara komersial tanpa persetujuan tertulis dari orang yang
dipotret atau ahli warisnya.

(2) Penggunaan Secara Komersial, Penggandaan, Pengumuman, Pendistribusian, dan/atau


Komunikasi Potret sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang memuat Potret 2 (dua) orang atau
lebih, wajib meminta persetujuan dari orang yang ada dalam Potret atau ahli warisnya. Bahwa
Pasal 12 UUHC yang ada saat ini hanya mengatur soal larangan penggunaan potret secara
komersial (untuk kepentingan periklanan) tanpa persetujuan tertulis orang yang dipotret atau ahli
warisnya.

Selain itu, Pasal 43 huruf e juga mengatur bahwa penyebarluasan konten Hak Cipta melalui
media teknologi informasi dan komunikasi yang tidak bersifat komersial tidak dianggap sebagai
pelanggaran Hak Cipta. Dalam UUHC, penggunaan potret tanpa izin, selama bukan untuk tujuan
komersil, diperbolehkan tetapi jika foto tersebut digunakan tidak untuk komersial tetapi untuk
melecehan atau mencemarkan nama baik seseorang akan dijerat dengan Pasal 27 UU ITE yang
berbunyi “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik”. Privasi
perlindungan data pribadi di dalam media daring juga dilindungi oleh Undang-Undang nomor 11
tahun 2008 ITE. Perlindungan data pribadi dalam sebuah sistem elektronik dalam UU ITE
meliputi perlindungan dari penggunaan tanpa izin, perlindungan oleh penyelenggara sistem
elektronik, dan perlindungan dari akses dan interferensi ilegal. Terkait perlindungan data pribadi
dari penggunaan tanpa izin, Pasal 26 UU ITE mensyaratkan bahwa penggunaan setiap data
pribadi dalam sebuah media elektronik harus mendapat persetujuan pemilik data bersangkutan.
17

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab, diatas maka makalah menarik beberapa kesimpulan
kesimpulkan yakni sebagai berikut: 1. Penyebab media daring masih melanggar hak cipta
fotografi yaitu banyak media daring yang masih menyepelekan hak cipta dan tidak memiliki
modal yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya, akhirnya banyak media yang mengambil
jalan pintas seperti mempublikasikan konten tanpa izin, mengedit dan memodifikasi konten,
tidak melakukan pengecekan legalitas penggunaan karya dari sumber penerbitan. 2. Dalam
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menjelaskan bahwa pencipta
mempunyai hak eksklusif yaitu hak moral dan hak ekonomi. Pada pasal 5 mengatur bahwa hak
moral melekat kepada pencipta untuk mempertahankan hak pencipta yang berlaku seumur hidup.
Pada pasal 9 mengatur bahwa, pencipta memiliki hak ekonomi yaitu setiap orang wajib
mendapatkan izin pencipta untuk melakukan penggunaan komersial perlindungan ini berlaku
selama 50 tahun.

B. Rekomendasi

1. Untuk media daring tetaplah junjung prosedur pengambilan foto yang benar sesuai dengan
etika jurnalistik. Dewan Pers perlu menyusun dan memberlakukan secara ketat standart operating
procedure (SOP) dalam pemuatan foto yang bersumber dari pihak lain.

2. Perlu diadakan pemberitahuan secara masif dari Ditjen HKI terkait hak cipta karya fotografi
kepada masyarakat dan media online, karena masalah hak cipta sangat rentan terjadi pelanggaran
di masyarakat. Para pelaku ataupun media online yang ingin menggunakan karya fotografi
seseorang hendaknya meminta izin dari pencipta ataupun ahli waris dari pencipta karya fotografi
dan jika karya tersebut digunakan untuk komersial, hak ekonomi dan hak moral nya harus
dibicarakan terdahulu dengan pencipta karya fotografi sehingga nantinya dapat meminimalisir
permasalahan yang berkemungkinan akan timbul dikemudian hari.
18

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahid dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime), Bandung: PT Refika
Aditama, 2010.

Ahmadi, Fahmi Muhammad dan Jaenal Arifin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatuah Jakarta), 2010.

Atsar, Abdul. Mengenal Lebih Dekat Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Yogyakarta:
Deepublish, 2018.

Aw, Suranto, Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu 2010

Damian, Eddy. Hukum Hak Cipta. Bandung: Alumni, 2009.

Ghazali, Achmad. Rencana Pengembangan FOTOGRAFI nasional 2015-2019. Jakarta: PT.


Republik Solusi, 2015

Utomo, Tomi Suryo. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global : Sebuah Kajian
Kontemporer. 2010.

Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum dalam Praktek, Cet. IV, Jakarta: Sinar Grafika, 2005.

Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2016 Tentang Perlindungan Data Pribadi Dalam Sistem Elektronik

Anda mungkin juga menyukai