Kawasan Kalimantan Selatan pada masa lalu merupakan bagian dari 3 kerajaan
besar yang pernah secara berturut-turut memiliki wilayah di daerah ini,
yakni Kerajaan Negara Dipa, diteruskan oleh Kerajaan Negara Daha dan diteruskan
oleh Kesultanan Banjar. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Kalimantan
dijadikan provinsi tersendiri dengan gubernur pertama Gubernur Ir. Pangeran
Muhammad Noor yang menjabat sampai dibuatnya Perjanjian Linggarjati.
1. Agamis
Orang Banjar terkenal mempunyai karakter agamis karena masyarakatnya
dominan beragama Islam. Pada bulan Ramadhan, Maulid dan bulan Islam
lainnya masyarakat Banjar selalu mempunyai kebiasaan mengadakan acara
seperti tadarus Qur’an dll.
Fakta lainnya adalah: Orang Banjar yang terkenal karena agamanya adalah
Datuk Kalampayan, Guru Izai, dan Ustad Arifin yang ternyata masih dalam 1
garis keturunan
2. Suka Berbisnis/Berdagang
Suku Banjar dikenal dengan suku yang suka berniaga. Ini terbukti dengan
adanya sebaran orang Banjar di berbagai wilayah di Indonesia termasuk di
luar negeri, khususnya di Arab Saudi.
Rumah Bubungan Tinggi. Rumah adat ini adalah rumah khas suku Banjar yang
sebagian besar mendiami wilayah Kalimantan Selatan. Rumah bubungan tinggi
terbuat dari kayu ulin atau kayu besi.
Tarian Tradisional
Perpaduannya terlihat pada rupa busana adat ini. Busana adat pengantin pria
berupa baju gamis dan jubah pedagang Gujarad yang datang ke Indonesia di
masa lampau.
Makanan tradisional
1. Soto Banjar
2. Sop Mutiara
Senjata Tradisional
1. Mandau
2. Sungga
Upacara Adat
1. Upacara Badudus
Upacara Badudus menjadi upacara penutup dalam tradisi Babalian Tandik dengan
menyiramkan air dudus. Mengutip buku "Utang Banjar dan Kebudayaannya" (2007),
badudus merupakan upacara yang dilakukan saat masa peralihan dari remaja
menuju dewasa.
Upacara ini adalah ritual yang dilakukan untuk membersihkan jiwa serta raga.
Mereka yang mengadakan upacara ini dinobatkan sebagai orang dewasa dan akan
menjadi calon pengantin.
2. Mallasuang Manu
Mallasuang manu adalah upacara tradisional Kalimantan Selatan yang dilakukan
dengan melepas sepasang ayam agar diperebutkan masyarakat. Hal ini dilakukan
sebagai ungkapan syukur atas hasil laut yang melimpah di Pulau Laut Selatan. Ritual
ini umumnya dilakukan oleh Suku Mandar yang cukup dominan di kecamatan
tersebut. Upacara ini diselenggarakan setahun sekali pada bulan Maret berdasarkan
kalender Masehi.