Anda di halaman 1dari 17

SUKU BANJAR

Suku Banjar atau Urang Banjar adalah kelompok etnis yang menghuni kawasan
Pulau Kalimantan, khususnya bagian Tengah, Timur, dan Selatan. Namun, populasi
masyarakat Banjar juga bisa ditemukan di wilayah lain, seperti Semenanjung Malaysia,
Sumatera Utara, Jambi, dan Riau. Etnis Banjar berasal dari daerah bernama Banjar yang
berada di daerah aliran sungai. Berdasarkan catatan sejarah, Urang Banjar telah eksis
sejak berabad-abad lalu, sebelum akhirnya bermigrasi ke daerah lain di Nusantara dan
mancanegara, seperti Madagaskar. Para peneliti meyakini, bahwa etnis Banjar merupakan
kombinasi beberapa suku, antara lain Melayu, Maanyan, dan masyarakat Borneo asli.
Sedangkan secara genetik, ras Banjar Purba telah eksis sejak ribuan tahun lalu, dan
merupakan pembauran antara Melayu Purba dan Dayak Maanyan.
Ciri khas dari etnis Banjar lainnya dapat dilihat dari sistem kekerabatan yang
diaplikasikan, di mana orang Banjar memakai istilah-istilah tradisional tertentu sebagai
panggilan keluarga, dan masih digunakan hingga sekarang. Berdasarkan pada filsafat
hidup serta nilai budaya yang dianut etnis Banjar, di bawah ini adalah beberapa
karakteristik dari masyarakat Banjar:
1. Baiman
Hal ini erat kaitannya dengan kepercayaan masyarakat Banjar, yaitu Islam. Dalam
etnis Banjar, setiap individu harus mengetahui dan mengamalkan rukun iman dan
Islam.
2. Bauntung
Orang Banjar harus mempunyai keterampilan. Oleh sebab itu, sejak usia dini
masyarakat Banjar sudah diajari berbagai skill kejuruan di bidang tertentu yang
biasanya disesuaikan dengan daerahnya. Misalnya orang Amuntai, terkenal
sebagai ahli membuat furniture.
3. Cangkal
Masyarakat Banjar juga terkenal ulet dan rajin bekerja sehingga bisa mencapai
cita-cita. Hal tersebut pula yang mendorong kebiasaan merantau pada etnis
Banjar.
4. Memiliki Karakter Kuat
Orang Banjar terkenal menjunjung tinggi ucapan pepatah “Di Mana Langit
Dipijak, Di Situ Bumi Dijunjung”.

Ini dapat dilihat dari cara para orang tua di Tanah Banjar yang mengajari anak-
anaknya supaya memiliki karakter dan tingkah laku berbudi pekerti sejak kecil.

BAHASA
Bahasa banjar adalah bahasa daerah kalimantan selatan yang dipergunakan oleh suku
banjar. Bahasa Banjar merupakan anak cabang bahasa yang berkembang dari Bahasa
Melayu.Asal bahasa ini berada di provinsi Kalimantan Selatan yang terbagi atas
Banjar Kandangan, Amuntai, Alabiu, Kalua, Alai, dan lain-lain. Beberapa kata-kata
dalam bahasa banjar untuk kata ganti orang berdasarkan tingkatannya:
·           ( halus ) Ulun = Saya ; ( Sam) Piyan/ ( an), dika = Kamu
·           ( netral / sepadan)Aku, diyaku = aku ; Ikam, kawu = kamu
·           ( agak kasar )Unda, sorang =aku ; Nyawa = kamu.
Kalau diperhatikan pembicara-pembicara bahasa Banjar dapat diidentifikasi adanya
variasi-variasi dalam pengucapan ataupun perbedaan-perbedaan kosa kata satu kelompok
dengan kelompok suku Banjar lainnya, dan perbedaan itu dapat disebut dialek dari
bahasa Banjar yang bisa dibedakan antara dua dialek besaryaitu:
·         Bahasa Banjar Hulu Sungai/Bahasa Banjar Hulu
·         Bahasa Banjar Kuala
Dialek Banjar Kuala umumnya dipakai oleh penduduk asli sekitar kota
Banjarmasin, Martapura dan Pelaihari. Sedangkan dialek Banjar Hulu adalah bahasa
Banjar yang dipakai penduduk daerah Hulu Sungai umumnya yaitu daerah Kabupaten
Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai
Utara (dan Balangan) , Tabalong, Amuntai, Alabiu, Kalua, Kandangan. Pemakai dialek
Banjar Hulu ini jauh lebih luas dan masih menunjukkan beberapa variasi subdialek lagi
KESENIAN

Pakaian Adat Suku Banjar

Suku Banjar di Kalimantan memiliki 4 macam busana pengantin adat yang masih
dilestarikan. Selain mengusung model desain unik, keempat pakaian adat tersebut juga
dikenakan lengkap dengan aksesoris tradisional, beserta roncean bunga mawar atau
melati yang menjadi ciri khasnya.
Jenis-jenis busana adat etnis Banjar:
1. Bagajah Gamuling Baular Lulut
Pakaian pengantin klasik yang telah berkembang sejak era Kerajaan Hindu di Kalimantan
Selatan.
Para wanita biasanya mengenakan kain yang membalut tubuh sehingga tampak seperti
gaun, sedangkan bawahannya adalah kain panjang bercorak halilipan.
Sedangkan pengantin pria mengenakan baju atasan tanpa kerah dan celana panjang.
Umumnya, pria juga memakai kain sasirangan yang dipakai dengan cara dililitkan.
Pakaian pengantin wanita dan pria juga dilengkapi dengan aksesoris tradisional.
2. Baamar Galung Pancar Matahari
Busana pengantin ini mulai dikembangkan setelah masuknya Islam ke Kalimantan
Selatan.
Hingga saat ini, baamar galung pancar matahari termasuk salah satu pakaian pengantin
paling populer dan seolah wajib dikenakan oleh pasangan orang Banjar.
Pengantin wanita akan memakai baju koko berlengan pendek dengan hiasan manik-
manik, dan tambahan aksesoris serta kida-kida.
Sedangkan pengantin pria memakai kemeja lengan panjang yang dipadukan jas tanpa
kancing, serta dipasangkan celana panjang.
3. Babaju Kun Galung Pacinan
Pakaian pengantin adat Banjar yang memiliki model mirip busana pengantin Betawi dan
Semarang ini adalah perpaduan budaya Banjar dengan Tiongkok.
Babaju galung pacinan mulai dikenal luas sejak masuknya pedang China dan Gujarat ke
Kalimantan Selatan.
4. Babaju Kubaya Panjang
Berbeda dengan ketiga busana pengantin tradisional Banjar sebelumnya, babaju kubaya
panjang mengusung bentuk kebaya yang lebih simpel.
Pakaian ini adalah hasil modifikasi semua busana adat pengantin yang ada di daerah
Kalimantan Selatan.

Rumah Adat Banjar

Rumah tradisional Suku Banjar dikenal dengan Rumah Banjar.


Ciri khas dari Rumah Banjar dapat dilihat dari bentuk arsitektur tradisional yang unik dan
dibangun dengan makna tertentu, memiliki penekanan di bagian atap serta menerapkan
dekoratif, ornamental, dan simetris.
Rumah Banjar memiliki pola dan ukiran yang telah mulai dikembangkan sebelum tahun
1871. Model yang diusung pada bangunan Rumah Banjar juga beragam.
Namun, yang paling terkenal adalah tipe rumah Bubungan Tinggi, yang sudah seperti
menjadi identitas dari rumah adat etnis Banjar.
Senjata Tradisional Sungga

Sungga merupakan salah satu senjata yang digunakan masyarakat pada perang Banjar di
daerah Benteng Gunung Madang, Kandangan, Hulu Sungai Selatan.Senjata ini dipasang
di bawah jembatan yang digunakan untuk jebakan musuh, agar musuh yang lewat akan
runtuh dan tertancap sungga.

Alat Musik Kuriding


Kuriding juga dikenal sebagai
gurinding, uriding, turiding atau
kubing adalah alat musik tradisional
masyarakat Banjar yang berasal dari
Kalimantan Selatan, Indonesia. Meski
berukuran kecil, alat musik ini bisa
menghasilkan suara yang nyaring dan merdu. Kurinding berukuran panjang sekitar 15
sentimeter dan lebar 1,5 sentimeter. Alat musik ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian
dalam dan bagian luar. Bagian dalam adalah bagian yang melekat pada mulut ketika
dibunyikan. Sedangkan bagian luar menghadap ke luar.

Tarian Tantayungan
Tarian ini merupakan tarian adat
Kalimantan Selatan tepatnya di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Tarian
topeng ini sudah sangat jarang
dimainkan oleh masyarakat Suku Banjar. Salah satunya disebabkan penari harus dari
garis keturunan leluhur disana.
Tari Tantayungan merupakan kesenian sakral bagian dari upacara adat. Penarinya yang
disebut panopengan, saat menari sering mengalami kerasukan roh-roh leluhur yang
dulunya juga penari Tantayungan.
Meskipun tarian ini disebut sebagai kesenian khas Barikin, tarian tradisional Suku Banjar
ini juga disebut sebagai tarian asal Desa Ayuang.

LAGU TRADISIONAL
 -’AYUN APAN’-

ayun apan anak kundan kutinggal apan


ayun salendang anak kundan hanyut badiri
ayun apan anak kundan ujarku apan                 
urang bujang anak kundan baranak tiri

dua kali anak kundan hujan digambah


mahujani anak kundan anak papuyu
dua kali anak kundan mangiau asbah
mangawinakan anak kundan anak dahulu

tiup api anak kundan digunung lidang


habu habunya anak kundan ku tampi jua
niat hati anak kuandan tumat dibujang
balu balunya anak kundan ku hadang jua

amas marah anak kundan intan sakarat


humbut nyiur anak kundan dicucur angsa
bapanderan anak kundan nang pina harat
wani manjujur anak kundan barapa juta
SISTEM RELIGI/ KEPERCAYAAN SUKU BANJAR
Suku Banjar merupakan penduduk asli sebagian wilayah propinsi Kalimantan
Selatan.Mayoritas masyarakatnya menganut agama Islam.Pengkategorian atas berbagai
sistem kepercayaan yang ada ini dalam masyarakat Banjar sebagian berdasarkan atas
kesatuan-kesatuan sosial yang menganutnya.Dalam ungkapan lain, istilah Islam Banjar
setara dengan istilah-istilah berikut: Islam di Tanah Banjar, Islam menurut pemahaman
dan pengalaman masyarakat Banjar, Islam yang berperan dalam masyarakat dan budaya
Banjar, atau istilah-istilah lain yang sejenis, tentunya dengan penekanan-penekanan
tertentu yang bervariasi antara istilah yang satu dengan lainnya.
Kepercayaan yang berasal dari ajaran Islam bukanlah satu-satunya kepercayaan religius
yang dianut masyarakat Banjar, sistem ritual dan sistem upacara yang diajarkan Islam
bukanlah satu-satunya sistem upacara yang dilakukan.Keseluruhan kepercayaan yang
dianut orang Banjar menurut beberapa Sejarawan Banjar telah dibedakan menjadi tiga
kategori.Yang pertama ialah kepercayaan yang bersumber dari ajaran Islam.Isi
kepercayaan ini tergambar dari rukun iman yang ke enam.Kedua, kepercayaan yang
berkaitan dengan struktur masyarakat Banjar pada zaman dahulu, yaitu pada masa sultan-
sultan dan sebelumnya.Orang-orang Banjar pada waktu itu hidup dalam lingkungan
keluarga luas, yang dinamakan bubuhan dan juga bertempat tinggal dalam lingkungan,
bubuhan pula.Kepercayaan demikian ini selalu disertai dengan keharusan bubuhan
melakukan upacara tahunan, yang biasa dinamakan sebagai aruh tahunan.Ketiga,
kepercayaan yang berhubungan dengan beragam tafsiran dari masyarakat atas alam
lingkungan sekitarnya, yang mungkin adakalanya berkaitan pula dengan kategori
kedua.kepercayaan.Untuk kategori pertama mungkin lebih baik dinamakan kepercayaan
Islam, kategori kedua kepercayaan bubuhan dan kategori ketiga kepercayaan lingkungan.

SISTEM KEKERABATAN SUKU BANJAR


Sistem kekerabatan suku Banjar pada umumnya adalah sama, untuk daerah
seluruh Kalimantan Selatan. Suku Banjar mendasarkan kekerabatan mereka menurut
garis dari keturunan ayah dan garis keturunan ibu atau bilateral.Tetapi di akui bahwa
dalam hal-hal tertentu terutama yang menyangkut masalah kematian, perkawinan yang
menjadi wali asbah adalah garis dari pihak ayah. Dalam hal masalah keluarga besar dan
pengertian keluarga besar, maka berlaku garis keturunan ayah dan garis keturunan ibu,
keduanya diberlakukan sama.
Masyarakat suku Banjar mengenal istilah Bubuhan, yang dimaksud dengan
istilah bubuhan  dalam masyarakat Banjar adalah kelompok kekerabatan yang merupakan
kumpulan dari keluarga batih yang merupakan satu kesatuan. Bubuhan ini yang menurut
pengertian Sosiologi adalah keluarga besar, yaitu yang terdiri dari dua keluarga batih atau
lebih yang masih mempunyai hubungan keturunan satu sama lain, baik menurut garis
keturunan ayah atau ibu. Keluarga bubuhan, yang disebut keluarga besar, tetapi disebut
pula keluarga luas.Dari perkawinan terbentuklah suatu kelompok kekerabatan yang
sering disebut keluarga inti atau keluarga batih.Satu keluarga batih terdiri dari satu suami
dan satu istri (atau lebih).Selama satu tahun tersebut, keluarga batih baru ini diberi
kesempatan untuk mengerjakan sawah atau ladang sendiri dan orang tua istri, mereka
selalu membantu kehidupan keluarga baru ini.Tetapi kalau keluarga baru ini belum
mempunyai kemampuan hidup berpisah dari rumah keluarga istrinya, kecendrungan
menetap dalam keluarga istri ini disebut matrilokal atau uksorilokal.Kalau ikut di
keluarga pihak suami disebut patrilokal.Kalau mereka telah mempunyai kemampuan
untuk hidup sendiri dan berpisah dari orang tua (dari istri atau suami) disebut
neolokal.sistem kekerabatan umumnya, masyarakat Banjar mengenal istilah-istilah
tertentu sebagai panggilan dalam keluarga. Skema di atas berpusat dari ULUN sebagai
penyebutnya.
Bagi ULUN juga terdapat panggilan untuk saudara dari ayah atau ibu, saudara
tertua disebut Julak, saudara kedua disebut Gulu, saudara berikutnya disebut Tuha,
saudara tengah dari ayah dan ibu disebut Angah, dan yang lainnya biasa disebut Pakacil
(paman) dan Makacil (bibi), sedangkan termuda disebut Busu. Untuk memanggil saudara
dari kai dan nini sama saja, begitu pula untuk saudara datu.
Disamping istilah di atas masih ada pula sebutan lainnya, yaitu:
• minantu (suami / isteri dari anak ULUN)
• pawarangan (ayah / ibu dari minantu)
• mintuha (ayah / ibu dari suami / isteri ULUN)
• mintuha lambung (saudara mintuha dari ULUN)
• sabungkut (orang yang satu Datu dengan ULUN)
• mamarina (sebutan umum untuk saudara ayah/ibu dari ULUN)
• kamanakan (anaknya kakak / adik dari ULUN)
• sapupu sakali (anak mamarina dari ULUN)
• maruai (isteri sama isteri bersaudara)
• ipar (saudara dari isteri / suami dari ULUN)
• panjulaknya (saudara tertua dari ULUN)
• pambusunya (saudara terkecil dari ULUN)
• badangsanak (saudara kandung)

Untuk memanggil orang yang seumur boleh dipanggil ikam, boleh juga
menggunakan kata aku untuk menunjuk diri sendiri.Sedangkan untuk menghormati atau
memanggil yang lebih tua digunakan kata pian atau andika, dan kata ulun untuk
menunjuk diri sendiri.

SISTEM MATA PENCAHARIAAN SUKU BANJAR


Orang Banjar dikenal dengan julukan masyarakat air (`the water people') karena
adanya pasar terapung, tempat perdagangan hasil bumi dan kebutuhan hidup sehari-hari
di sungai-sungai kota Banjarmasin, ibukota Propinsi Kalimantan Selatan.
Sebagian besar mereka hidup bertani dan menangkap ikan. Sekarang banyak pula
yang bergerak dalam bidang perdagangan, transportasi, pertambangan, pembangunan,
pendidikan, perbankan, atau menjadi pegawai negeri. Selain itu, mereka mempunyai
keahlian menganyam dan membuat kerajinan permata yang diwariskan secara turun
temurun. Upacara-upacara adat masih dipertahankan. Kekayaan alam dan kesuburan
tanah tempat orang Banjar ternyata tidak otomatis meningkatkan taraf hidup mereka. Hal
ini disebabkan karena sarana dan prasarana transportasi (kondisi jalan dan angkutan)
yang terbatas menyebabkan produk pertanian dan non pertanian mereka sulit untuk
dipasarkan. Selain itu, kesulitan mendapat modal juga mengurangi ruang gerak mereka.
Melihat corak ekonominya, maka dapat dibagi menjadi beberapa sub bidang yaitu:
1. PERTANIAN
Kehidupan masyarakat Banjar tidak lepas dengan kehidupan agrarisnya, mengingat
kebanyakan penduduk Kal-Sel menyandarkan pendapatannya dalam bidang ini,
walaupun untuk usaha sampinganpun juga dilakukan apalagi bagi penduduk yang
bertempat tinggal didataran rendah, dataran tinggi, rawa dan dekat sungai. Dalam hal
istilah dalam bertani sendiri, masing-masing mempunyai kata tersendiri untuk
menyebutkannya seperti:
a. Khusus dataran tinggi, ada beberapa kriteria penyebutan seperti: Ladang Tegalan
atau Bahuma Gunung Biasanya dilakukan oleh masyarakat yang bermukim
didaerah pegunungan seperti pengunungan meratus yang sistemnya masih
menggunakan sistem tebang-bakar atau swidden (berpindah) yang menggunakan
sistem siklus apabila lahan yang telah digunakan nantinya dapat kembali ditanami
apabila telah menjadi belukar. Ini mungkin memerlukan waktu yang relative
lama, tetapi karena telah menjadi kebiasaan maka nantinya tanah tersebut akan
tetap diolah.

b. Khusus dataran rendah, menyebutnya dengan istilah:


Sawah untuk membedakan antara pertanian dataran tinggi dan rendah dimana
pada pertanian dataran rendah sendiri berada dialiran sungai-sungai besar yang
ada di Kalimantan Selatan, dibedakan menjadi:
1.      Sawah Tahun
Umur padinya sampai berumur 1 tahun, biasanya dilakukan oleh masyarakat yang
tersebar didaerah khusunya seluruh Kal-Sel.
2.      Bahuma Surung
Menanam bibit padi dilakukan pada saat musim kemarau tiba, dengan panennya saat
musim hujan. Bahuma surung ini dilakukan Urang Banjar hanya sebagai penyeling
Sawah Tahun, hingganya lahan tidak terlantar dan tidak akan menjadi lahan tidur.
3.      Bahuma Rintak
Kebalikan dari bahuma surung maka pelaksanaannya dapat dilakukan pada saat musim
penghujan, sedangkan panennya dilakukan pada saat kemarau.
4.      Bahuma Gadabung
Sama seperti pada sawah tahun, hanya saja dalam hal perbedaan penanaman bibitnya
menyesuaikan dengan keadaan musim.Bahuma Gadabung sudah tidak dilakukan lagi
mengingat musim yangb tidak menentu.
5.      Bahuma Penyambung
Mengingat kemungkinan musim hujan yang lama maka dilakukanlah bahuma
penyambung ini agar tidak terjadi kegagalan panen pada saat musim yang tidak menentu.

2. BERKEBUN
Berkebun merupakan kegiatan masyarakat yang dilakukan di dataran rendah dan di
dataran tinggi sesuai dengan geografis wilayahnya, usaha berkebun ini sebagai usaha
jangka panjang yang dilakukan. Adapun berkebun yang dilakukan urang banjar
diklasifikasikan menjadi:
1.      Kebun rumbia
Jenis perkebunan ini ditanam di dataran rendah yang dialiri sungai –sungai besar seperti
sungai Bahan, Negara, dan sungai tapin. Hasil dari perkebunan ini adalah sagu, daunnya
untuk atap, dan pelepahnya untuk membuat lampit, hati atau paya digunakan untuk
makan ternak yaitu untuk pangan itik.Begitu bermanfaatnya rumbia sebagai usaha bidang
perkebunan maka usaha ini masih banyak dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Tapin.
2.      Kebun nyiur
Merupakan perkebunan kelapa yang berada didataran rendah yang biasanya ditanam
diatas tanggul atau galangan dan parit-parit berupa jalur-jalur untuk membawa buah yang
dipetik dengan cara menghayutkan buah kelapa tersebut di parit-parit.
3.      Kebun pisang
Pengusahaan Pohon pisang juga dilakukan didataran rendah, yang ditanam digalangan
sawah.
4.      Kebun paring atau bamboo
Kebun paring banyak terdapat didaerah-daerah dataran tinggi yang kadang terlihat seperti
hutan bamboo, karena jarak yang berdekatan. Bisanya digunakan sebagai bahan baku
untuk membuat kerajianan alat penangkapan ikan, dan anyaman bambu.
5.      Kebun hanau atau enau
Jenis pekebunan ini ditanam didaerah pegunungan dengan hawa sejuk, proses
pengambilan sarinya disebut menyadap seperti pada karet. Hanau atau enau ini
merupakan salah satu bahan baku untuk membuat gula merah atau gula habang.Dalam
proses penyadapan, orangnya harus naik keatas pohon untuk mengambil sari atau nira
dan diletakkan didalam bumbung atau sejenis batang pohon bambu yang besar untuk
menyimpannya, setelah beberapa jam (saat nira telah habis menetes yang terkandung)
maka bumbung yang telah berisi cairan enau tadi diambil dan disaring untuk
memisahkan sari dari kotoran-kotoran yang ada didalamnya, maka proses selanjutnya
adalah perebusan sari sampai cairan tersebut mengental, untuk menghasilkan warana gula
merah yang bagus (kekuning-kuningan) maka oleh sebagian orang diberi parutan kemiri
secukupnya. Maka proses terakhir adalah penuangan sari kedalan cetakan khusus.
6.      Kebun karet
Hampir diseluruh pelosok Kalimantan-Selatan terdapat perkebunan karet, mengingat
pengusahaan bidang ini dirasa sangat menguntungkan bagi orang yang
mengusahakannya, khususnya adalah di daerah dataran tinggi seperti: Kabupaten
Tanjung, Tabalong,HSU, HST, HSS dan Tapin yang mengusahakan lahannya untuk
perkebunan karet. Secara umum penjualan hasil karet ini terdapat di daerah Tanjung.
7.      Kebun lurus
Diusahakan didataran tinggi, dan dimanfaatkan untuk usaha perkayuan, sebagai bahan
baku meubel.
8.      Kebun buah-buahan bermusim
Untuk kebun buah-buahan bermusim seperti: rambutan, langsat atau duku, tiwadak atau
cempedak, dan jenis buah-buahan yang ada pada bulan-bulan tertentu, jenis buah-buahan
ini tersebar di seluruh pelosok Kalimantan Selatan.

3. PERIKANAN
1.         Perikanan darat
2.         Perikanan disungai besar
3.         Kumpai Paiwakan
Jenis pengusahaan perikanan ini umumnya berada di tepian sungai-sungai besar dengan
memanfaatkan media enceng gondok (ilung) dan batang-batang pohon yang disatukan,
dengan media ini maka ikan-ikan yang hidup di sungai bersarang pada media tersebut.
1.         Raba
Sama halnya dengan kumpai paiwakan maka media yang digunakan adalah batang pohon
dan enceng gondok.Namun, pemeliharaan ikan ini lebih dkhususkan sebagai tempat
memancing dan menombak ikan yang hidup didalamnya.
2.         Danau
Daerah Kalimantan Selatan terdapat dua buah danau yaitu danau panggang di Kabupaten
Hulu Sungai Utara dan danau bangkau di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, ada berbagai
macam ikan yang dihidup didanau tersebut, penangkapannyapun masih menggunakan
alat-alat tradisional yang disesuaikan dengan pola musim.
3.         Sungai paiwakan
Anak-anak sungai ditujukan kedaerah rawa untuk kemudian sebagai tempat
perkembangan ikan dengan menggunakan penghalang yang terbuat dari bamboo, pada
saat musim penghujan maka penghalang antara anak sungai dengan rawa ini dibuka
dimaksudkan agar ikan-ikan ini kemudian tertampung di air rawa.
4.         Sumur paiwakan
Hampir sama dengan sungai paiwakan, tetapi biasanya jauh dari tepi sungai, hingganya
terdapat kesulitan untuk mengambil hasil ikan dari sumur paiwakan ini.
5.         Pirungkang
6.         Perikanan laut
4. PETERNAKAN
1.         Peternakan kerbau atau hadangan (dilakukan di daerah dataran rendah dan dataran
tinggi)
2.         Peternakan sapi
3.         Peternakan itik
4.         Peternakan ayam rumah

5. MERAMU
Kegiatan meramu yang ada di masa sekarang ini yaitu:
1.         Meramu galam
2.         Meramu kapur naga, papung, dan balangiran.
3.         Meramu halayung dan sirang
4.         Meramu rotan

6. KERAJINAN TANGAN
Ada beberapa jenis kerajinan yang berkembang di Kalimantan Selatan antara lain:
1.         Penggosokan intan dan batu-batu alam
2.         Kerajinan dengan media daun-daunan (misalnya daun rumbia)
3.         Kerajinan rotan
4.         Kerajinan jangkang
5.         Pertukangan rumah
6.         Tukang mas
7.         Kerajinan kuningan
8.         Pandai besi
9.         Kerajinan gerabah
10.     Kerajinan pembuatan kain tradisional
11.     Kerajinan pembuatan alat penangkap ikan
12.     Pembuatan anyaman purun
13.     Kerajinan sulam-menyulam dan membordir
14.     Pembuatan kue-kue tradisional
15.     Kerajinan anyaman bamboo
7. KEGIATAN PERDAGANGAN
Kegiatan perdagangan ini berkembang pada masyarakat yang bertempat tinggal di
bantaran sungai, bidangnya sendiripun ada berbagai macam perdagangan yang dijalankan
oleh masyarakatnya sesuai dengan tingkat keperluan. Namun, ada ciri khas dalam
kegiatan berdagang itu sendiri yakni dikenalnya system penyambangan atau
pembalantikan (sebagai pedagang perantara antara produsen utama dengan konsumen
tingkat lanjut yang biasanya menunggu ditempat-tempat tertentu untuk membeli secara
langsung barang-barang yang akan dijual langsung dari produsen).

SISTEM PERALATAN HIDUP SUKU BANJAR


1.   Alat-alat produktif
Peralatan yang digunakan antara lain:
ü  Peralatan untuk bertani: parang cangkuk (untuk menebas),parang Duyung (untuk
merumput di sawah),parang Lantik (untuk menebaspepohonan yang kecil),Belayung
(untuk menebang pohon yang besar),dan cangkul
ü  Peralatan untuk rumah tangga : Parang Bungkul (untuk memotong benda-benda yang
cukup besar),pisau,lading,kapak,dll.
2.   Senjata
Senjata digunakan masyarakat Banjar untuk melindungi dirinya dari musuh dan bisa juga
berfungsi sebagai alat produktif seperti untuk mengangkap ikan,berburu di hutan,jerat
perangkap,dll. Contohnya Mandau, Sumpit, serapang (tombak lima mata), tiruk (tombak
panjang lurus untuk berburu ikan haruan atau ikan gabus dan tomat disungai),
pengambangan ( tombak lurus bermata satu), duha ( pisau bermata dua untuk berburu
babi)
3.   Makanan
Dalam pembuatan makanan diperlukan sistem teknologi yang digunakan untuk membuat
makanan tersebut mempunyai nilai lebih.Bagaimana cara mengolah,memasak,dan
menyajikannya juga harus diperhatikan.apalagi penggunaan bumbu-bumbunya.salah satu
hasil makanan orang Banjar yang terkenal adalah SOTO BANJAR yang telah tuurun
temurun menggunakan resep warisan leluhur mereka.
4.   Pakaian dan Perhiasan
Untuk itu dalam pembuatannya diperlukan sistem teknologi yang tepat seperti pembuatan
kain sasirangan yang mengguanakan teknik cetak sehingga dihasilkan kain yang bermotif
sama,dalam pembuatan kain tenun juga dilakukan teknik tenun halus.Perhiasan
digunakan sebagai cedera mata, pelengkap dalam berbusana dan menambah keanggunan
seseorang.Masyarakat Banjar telah mengenal perhiasan sejak dulu yaitu ada yang
menggunakan lokan,kerang,batu hias,dan emas.
5.    Rumah
Orang Banjar mengenal sistem pembuatan rumah mereka yaitu dengan mengikat bahan
material,merangkai kayu-kayu,dan menyusunnya menjadi bentuk sebuah rumah yang
mereka inginkan.dengan bahan utama adalah kayu ulin karena banyak terdapat di sekitar
mereka.Rumah yang dijadikan rumah adat adalah rumah bubungan tinggi/rumah
panggung karena bentuk pada bagian atapnya yang begitu lancip dengan sudut 45º. Pada
mulanya bangunan rumah adat Banjar ini memiliki konstruksi berbentuk segi empat yang
memanjang ke depan.
Namun perkembangannya kemudian bentuk segi empat panjang tersebut mendapat
tambahan di samping kiri dan kanan bangunan dan agak ke belakang ditambah dengan
sebuah ruangan yang berukuran sama panjang. Penambahan ini dalam bahasa Banjar
disebut disumbi.
Bangunan tambahan di samping kiri dan kanan ini tamapak menempel (dalam bahasa
Banjar: Pisang Sasikat) dan menganjung keluar.
Bangunan tambahan di kiri dan kanan tersebut disebut juga anjung; sehingga kemudian
bangunan rumah adat Banjar lebih populer dengan nama Rumah Ba-anjung.
6. Alat-alat Transportasi
Yang menjadi alat transportasi utama mereka adalah jukung yang menjadi sarana
trasportasi sungai. Dari ke-8 sistem teknologi tersebut menandakan bahwa masyarakat
Banjar telah peka terhadap perkembangan teknologi yang sangat mereka perlukan untuk
mempermudah pekerjaan mereka

SISTEM PENGETAHUAN SUKU BANJAR


Dalam setiap suku bangsa pasti mempunyai sistem pengetahuan masing-masing
begitu juga dengan suku banjar yang ada di Kalimantan Selatan,dimana sistem
pengetahuan ini di dapatkan dari warisan turun-temurun nenek moyang suku Banjar itu
sendiri maupun belajar dari daerah lain .Sistem pengetahuan ini digunakan untuk
menghadapi tantangan kehidupan yang kompleks. Suku Banjar pada umumnya
mempunyai pengetahuan tentang:

1.Pengetahuan tentang Alam sekitar/tempat tinggal.


Pengetahuan suku banjar tentang alam sekitar,yaitu pengetahuan mengenai musim-
musim,dan gejala alam.Pengetahuan tentang musim ini digunakan masyarakatnya untuk
menentukan kapan musim tanam bagi mereka yang bertani,sedangkan bagi yang bermata
pencaharian melaut musim digunakn untuk mengetahui kapan musim yang baik untuk
pergi melaut.

2.Pengetahuan tentang Fauna dan Flora di daerahnya.


Pengetahuan tentang Flora ini berfungsi untuk mengetahui tumbuh-tumbuhan yang ada
di sekitar mereka,tumbuh-tumbuhan apa saja yang dapat dijadikan sayur serta tumbuh-
tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan suatu penyakit dan tumbuh tumbuhan yang
digunakan untuk upacara keagamaan.
Pengetahuan tentang Fauna merupakan pengetahuan mengenai binatang-binatang yang
ada dan hidup di lingkungan alam mereka.Bagi masyarakat yang suka berburu atau
bermata pencaharian berburu pengetahuan ini sangat penting karena untuk mengetahui
binatang apa saja yang dapat diburu serta mengetahui daerah buruan.Bagi masyarakat
petani pengetahuan tentang fauna ini juga sangat penting untuk menjaga tanaman mereka
dari binatang yang dapat merusaknya.Tetapi petani juga dapat mengetahui binatang yang
dapat dipelihara dan dimanfaatkan untuk menjaga tanaman mereka seperti Anjing yang
dapat dilatih untuk untuk menjaga tanaman petani dari gangguan binatang lain seperti
Babi dan Anjing juga bisa digunakan untuk berburu.

3.Pengetahuan tentang Pengobatan Tradisional.


Pengetahuan tentang Pengobatan Tradisional,pengobatan tradisional ini ada yang didapat
dari keturunan yang di wariskan secara turun-temurun ataupun dari belajar.Dalam
pengobatan tradisional ini bahan yang digunakan untuk obat berasal dari tumbuh-
tumbuhan yang ada di sekitar mereka.Tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat ini hampir
diketahui oleh semua suku Banjar karena selalu digunakan untuk penyakit yang mereka
ketahui,penyebarannya pun lewat mulut ke mulut. Pengobatan Tradisional ini
penyembuhannya ada dengan tindakan jasmani dan ada dengan tindakan rohani.Tindakan
pengobatan secara jasmani ini yaitu tukang urut atau tukang pijat,Bidan
beranak/melahirkan,yang mana pengetahuan ini mereka dapat dari orang tua atau
keluarga karena faktor keturunan.
Pengobatan melalui tindakan Rohan.Orang yang mempunyai pengetahuan ini terbagi dua
yang pertama mereka yang mempunyai pengetahuan agama yang luas,pengobatan ini
menggunakan doa-doa atau ayat-ayat dari Al Quran yang ditiupkan kedalam air dan air
itu diminumkan atau diusapkan ke muka si sakit.Kedua mereka yang mempunyai ilmu
kebatinan dimana keberadaannya dibenarkankan oleh masyarakat karena terbukti dari
penyembuhan penyakit yang mereka lakukan. Dengan pengetahuan tentang pengobatan
tradisional ini,masyarakat mempunyai pandangan terhadap jenis penyakit yang ada di
sekitar mereka.

4. Sistem pengetahuan tentang waktu


Nama bulan, hari dan penyebutan waktu dalam sehari semalam yang di gunakan
masyarakat Banjar,adalah mengadopsi dari bahasa Arab.

5.Sistem ilmu pengetahuan


Ciri khas sistem ilmu pengetahuan banjar, berkembangnya pendidikan tradisional,
utamanya pendidikan agama islam yang dikenal sebagai ‘pengajian’. Pelajaran yang di
berikan oleh tuan guru dalam pengajian adalah tauhid, fiqih danilmu tasawuf.

Anda mungkin juga menyukai