Suku Banjar atau Urang Banjar adalah kelompok etnis yang menghuni kawasan
Pulau Kalimantan, khususnya bagian Tengah, Timur, dan Selatan. Namun, populasi
masyarakat Banjar juga bisa ditemukan di wilayah lain, seperti Semenanjung Malaysia,
Sumatera Utara, Jambi, dan Riau. Etnis Banjar berasal dari daerah bernama Banjar yang
berada di daerah aliran sungai. Berdasarkan catatan sejarah, Urang Banjar telah eksis
sejak berabad-abad lalu, sebelum akhirnya bermigrasi ke daerah lain di Nusantara dan
mancanegara, seperti Madagaskar. Para peneliti meyakini, bahwa etnis Banjar merupakan
kombinasi beberapa suku, antara lain Melayu, Maanyan, dan masyarakat Borneo asli.
Sedangkan secara genetik, ras Banjar Purba telah eksis sejak ribuan tahun lalu, dan
merupakan pembauran antara Melayu Purba dan Dayak Maanyan.
Ciri khas dari etnis Banjar lainnya dapat dilihat dari sistem kekerabatan yang
diaplikasikan, di mana orang Banjar memakai istilah-istilah tradisional tertentu sebagai
panggilan keluarga, dan masih digunakan hingga sekarang. Berdasarkan pada filsafat
hidup serta nilai budaya yang dianut etnis Banjar, di bawah ini adalah beberapa
karakteristik dari masyarakat Banjar:
1. Baiman
Hal ini erat kaitannya dengan kepercayaan masyarakat Banjar, yaitu Islam. Dalam
etnis Banjar, setiap individu harus mengetahui dan mengamalkan rukun iman dan
Islam.
2. Bauntung
Orang Banjar harus mempunyai keterampilan. Oleh sebab itu, sejak usia dini
masyarakat Banjar sudah diajari berbagai skill kejuruan di bidang tertentu yang
biasanya disesuaikan dengan daerahnya. Misalnya orang Amuntai, terkenal
sebagai ahli membuat furniture.
3. Cangkal
Masyarakat Banjar juga terkenal ulet dan rajin bekerja sehingga bisa mencapai
cita-cita. Hal tersebut pula yang mendorong kebiasaan merantau pada etnis
Banjar.
4. Memiliki Karakter Kuat
Orang Banjar terkenal menjunjung tinggi ucapan pepatah “Di Mana Langit
Dipijak, Di Situ Bumi Dijunjung”.
Ini dapat dilihat dari cara para orang tua di Tanah Banjar yang mengajari anak-
anaknya supaya memiliki karakter dan tingkah laku berbudi pekerti sejak kecil.
BAHASA
Bahasa banjar adalah bahasa daerah kalimantan selatan yang dipergunakan oleh suku
banjar. Bahasa Banjar merupakan anak cabang bahasa yang berkembang dari Bahasa
Melayu.Asal bahasa ini berada di provinsi Kalimantan Selatan yang terbagi atas
Banjar Kandangan, Amuntai, Alabiu, Kalua, Alai, dan lain-lain. Beberapa kata-kata
dalam bahasa banjar untuk kata ganti orang berdasarkan tingkatannya:
· ( halus ) Ulun = Saya ; ( Sam) Piyan/ ( an), dika = Kamu
· ( netral / sepadan)Aku, diyaku = aku ; Ikam, kawu = kamu
· ( agak kasar )Unda, sorang =aku ; Nyawa = kamu.
Kalau diperhatikan pembicara-pembicara bahasa Banjar dapat diidentifikasi adanya
variasi-variasi dalam pengucapan ataupun perbedaan-perbedaan kosa kata satu kelompok
dengan kelompok suku Banjar lainnya, dan perbedaan itu dapat disebut dialek dari
bahasa Banjar yang bisa dibedakan antara dua dialek besaryaitu:
· Bahasa Banjar Hulu Sungai/Bahasa Banjar Hulu
· Bahasa Banjar Kuala
Dialek Banjar Kuala umumnya dipakai oleh penduduk asli sekitar kota
Banjarmasin, Martapura dan Pelaihari. Sedangkan dialek Banjar Hulu adalah bahasa
Banjar yang dipakai penduduk daerah Hulu Sungai umumnya yaitu daerah Kabupaten
Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai
Utara (dan Balangan) , Tabalong, Amuntai, Alabiu, Kalua, Kandangan. Pemakai dialek
Banjar Hulu ini jauh lebih luas dan masih menunjukkan beberapa variasi subdialek lagi
KESENIAN
Suku Banjar di Kalimantan memiliki 4 macam busana pengantin adat yang masih
dilestarikan. Selain mengusung model desain unik, keempat pakaian adat tersebut juga
dikenakan lengkap dengan aksesoris tradisional, beserta roncean bunga mawar atau
melati yang menjadi ciri khasnya.
Jenis-jenis busana adat etnis Banjar:
1. Bagajah Gamuling Baular Lulut
Pakaian pengantin klasik yang telah berkembang sejak era Kerajaan Hindu di Kalimantan
Selatan.
Para wanita biasanya mengenakan kain yang membalut tubuh sehingga tampak seperti
gaun, sedangkan bawahannya adalah kain panjang bercorak halilipan.
Sedangkan pengantin pria mengenakan baju atasan tanpa kerah dan celana panjang.
Umumnya, pria juga memakai kain sasirangan yang dipakai dengan cara dililitkan.
Pakaian pengantin wanita dan pria juga dilengkapi dengan aksesoris tradisional.
2. Baamar Galung Pancar Matahari
Busana pengantin ini mulai dikembangkan setelah masuknya Islam ke Kalimantan
Selatan.
Hingga saat ini, baamar galung pancar matahari termasuk salah satu pakaian pengantin
paling populer dan seolah wajib dikenakan oleh pasangan orang Banjar.
Pengantin wanita akan memakai baju koko berlengan pendek dengan hiasan manik-
manik, dan tambahan aksesoris serta kida-kida.
Sedangkan pengantin pria memakai kemeja lengan panjang yang dipadukan jas tanpa
kancing, serta dipasangkan celana panjang.
3. Babaju Kun Galung Pacinan
Pakaian pengantin adat Banjar yang memiliki model mirip busana pengantin Betawi dan
Semarang ini adalah perpaduan budaya Banjar dengan Tiongkok.
Babaju galung pacinan mulai dikenal luas sejak masuknya pedang China dan Gujarat ke
Kalimantan Selatan.
4. Babaju Kubaya Panjang
Berbeda dengan ketiga busana pengantin tradisional Banjar sebelumnya, babaju kubaya
panjang mengusung bentuk kebaya yang lebih simpel.
Pakaian ini adalah hasil modifikasi semua busana adat pengantin yang ada di daerah
Kalimantan Selatan.
Sungga merupakan salah satu senjata yang digunakan masyarakat pada perang Banjar di
daerah Benteng Gunung Madang, Kandangan, Hulu Sungai Selatan.Senjata ini dipasang
di bawah jembatan yang digunakan untuk jebakan musuh, agar musuh yang lewat akan
runtuh dan tertancap sungga.
Tarian Tantayungan
Tarian ini merupakan tarian adat
Kalimantan Selatan tepatnya di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Tarian
topeng ini sudah sangat jarang
dimainkan oleh masyarakat Suku Banjar. Salah satunya disebabkan penari harus dari
garis keturunan leluhur disana.
Tari Tantayungan merupakan kesenian sakral bagian dari upacara adat. Penarinya yang
disebut panopengan, saat menari sering mengalami kerasukan roh-roh leluhur yang
dulunya juga penari Tantayungan.
Meskipun tarian ini disebut sebagai kesenian khas Barikin, tarian tradisional Suku Banjar
ini juga disebut sebagai tarian asal Desa Ayuang.
LAGU TRADISIONAL
-’AYUN APAN’-
Untuk memanggil orang yang seumur boleh dipanggil ikam, boleh juga
menggunakan kata aku untuk menunjuk diri sendiri.Sedangkan untuk menghormati atau
memanggil yang lebih tua digunakan kata pian atau andika, dan kata ulun untuk
menunjuk diri sendiri.
2. BERKEBUN
Berkebun merupakan kegiatan masyarakat yang dilakukan di dataran rendah dan di
dataran tinggi sesuai dengan geografis wilayahnya, usaha berkebun ini sebagai usaha
jangka panjang yang dilakukan. Adapun berkebun yang dilakukan urang banjar
diklasifikasikan menjadi:
1. Kebun rumbia
Jenis perkebunan ini ditanam di dataran rendah yang dialiri sungai –sungai besar seperti
sungai Bahan, Negara, dan sungai tapin. Hasil dari perkebunan ini adalah sagu, daunnya
untuk atap, dan pelepahnya untuk membuat lampit, hati atau paya digunakan untuk
makan ternak yaitu untuk pangan itik.Begitu bermanfaatnya rumbia sebagai usaha bidang
perkebunan maka usaha ini masih banyak dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Tapin.
2. Kebun nyiur
Merupakan perkebunan kelapa yang berada didataran rendah yang biasanya ditanam
diatas tanggul atau galangan dan parit-parit berupa jalur-jalur untuk membawa buah yang
dipetik dengan cara menghayutkan buah kelapa tersebut di parit-parit.
3. Kebun pisang
Pengusahaan Pohon pisang juga dilakukan didataran rendah, yang ditanam digalangan
sawah.
4. Kebun paring atau bamboo
Kebun paring banyak terdapat didaerah-daerah dataran tinggi yang kadang terlihat seperti
hutan bamboo, karena jarak yang berdekatan. Bisanya digunakan sebagai bahan baku
untuk membuat kerajianan alat penangkapan ikan, dan anyaman bambu.
5. Kebun hanau atau enau
Jenis pekebunan ini ditanam didaerah pegunungan dengan hawa sejuk, proses
pengambilan sarinya disebut menyadap seperti pada karet. Hanau atau enau ini
merupakan salah satu bahan baku untuk membuat gula merah atau gula habang.Dalam
proses penyadapan, orangnya harus naik keatas pohon untuk mengambil sari atau nira
dan diletakkan didalam bumbung atau sejenis batang pohon bambu yang besar untuk
menyimpannya, setelah beberapa jam (saat nira telah habis menetes yang terkandung)
maka bumbung yang telah berisi cairan enau tadi diambil dan disaring untuk
memisahkan sari dari kotoran-kotoran yang ada didalamnya, maka proses selanjutnya
adalah perebusan sari sampai cairan tersebut mengental, untuk menghasilkan warana gula
merah yang bagus (kekuning-kuningan) maka oleh sebagian orang diberi parutan kemiri
secukupnya. Maka proses terakhir adalah penuangan sari kedalan cetakan khusus.
6. Kebun karet
Hampir diseluruh pelosok Kalimantan-Selatan terdapat perkebunan karet, mengingat
pengusahaan bidang ini dirasa sangat menguntungkan bagi orang yang
mengusahakannya, khususnya adalah di daerah dataran tinggi seperti: Kabupaten
Tanjung, Tabalong,HSU, HST, HSS dan Tapin yang mengusahakan lahannya untuk
perkebunan karet. Secara umum penjualan hasil karet ini terdapat di daerah Tanjung.
7. Kebun lurus
Diusahakan didataran tinggi, dan dimanfaatkan untuk usaha perkayuan, sebagai bahan
baku meubel.
8. Kebun buah-buahan bermusim
Untuk kebun buah-buahan bermusim seperti: rambutan, langsat atau duku, tiwadak atau
cempedak, dan jenis buah-buahan yang ada pada bulan-bulan tertentu, jenis buah-buahan
ini tersebar di seluruh pelosok Kalimantan Selatan.
3. PERIKANAN
1. Perikanan darat
2. Perikanan disungai besar
3. Kumpai Paiwakan
Jenis pengusahaan perikanan ini umumnya berada di tepian sungai-sungai besar dengan
memanfaatkan media enceng gondok (ilung) dan batang-batang pohon yang disatukan,
dengan media ini maka ikan-ikan yang hidup di sungai bersarang pada media tersebut.
1. Raba
Sama halnya dengan kumpai paiwakan maka media yang digunakan adalah batang pohon
dan enceng gondok.Namun, pemeliharaan ikan ini lebih dkhususkan sebagai tempat
memancing dan menombak ikan yang hidup didalamnya.
2. Danau
Daerah Kalimantan Selatan terdapat dua buah danau yaitu danau panggang di Kabupaten
Hulu Sungai Utara dan danau bangkau di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, ada berbagai
macam ikan yang dihidup didanau tersebut, penangkapannyapun masih menggunakan
alat-alat tradisional yang disesuaikan dengan pola musim.
3. Sungai paiwakan
Anak-anak sungai ditujukan kedaerah rawa untuk kemudian sebagai tempat
perkembangan ikan dengan menggunakan penghalang yang terbuat dari bamboo, pada
saat musim penghujan maka penghalang antara anak sungai dengan rawa ini dibuka
dimaksudkan agar ikan-ikan ini kemudian tertampung di air rawa.
4. Sumur paiwakan
Hampir sama dengan sungai paiwakan, tetapi biasanya jauh dari tepi sungai, hingganya
terdapat kesulitan untuk mengambil hasil ikan dari sumur paiwakan ini.
5. Pirungkang
6. Perikanan laut
4. PETERNAKAN
1. Peternakan kerbau atau hadangan (dilakukan di daerah dataran rendah dan dataran
tinggi)
2. Peternakan sapi
3. Peternakan itik
4. Peternakan ayam rumah
5. MERAMU
Kegiatan meramu yang ada di masa sekarang ini yaitu:
1. Meramu galam
2. Meramu kapur naga, papung, dan balangiran.
3. Meramu halayung dan sirang
4. Meramu rotan
6. KERAJINAN TANGAN
Ada beberapa jenis kerajinan yang berkembang di Kalimantan Selatan antara lain:
1. Penggosokan intan dan batu-batu alam
2. Kerajinan dengan media daun-daunan (misalnya daun rumbia)
3. Kerajinan rotan
4. Kerajinan jangkang
5. Pertukangan rumah
6. Tukang mas
7. Kerajinan kuningan
8. Pandai besi
9. Kerajinan gerabah
10. Kerajinan pembuatan kain tradisional
11. Kerajinan pembuatan alat penangkap ikan
12. Pembuatan anyaman purun
13. Kerajinan sulam-menyulam dan membordir
14. Pembuatan kue-kue tradisional
15. Kerajinan anyaman bamboo
7. KEGIATAN PERDAGANGAN
Kegiatan perdagangan ini berkembang pada masyarakat yang bertempat tinggal di
bantaran sungai, bidangnya sendiripun ada berbagai macam perdagangan yang dijalankan
oleh masyarakatnya sesuai dengan tingkat keperluan. Namun, ada ciri khas dalam
kegiatan berdagang itu sendiri yakni dikenalnya system penyambangan atau
pembalantikan (sebagai pedagang perantara antara produsen utama dengan konsumen
tingkat lanjut yang biasanya menunggu ditempat-tempat tertentu untuk membeli secara
langsung barang-barang yang akan dijual langsung dari produsen).