BEST
PRACTICE
Disusun Oleh:
Afifah Annuraini, S.Pd
LEMBAR PENGESAHAN
Benar-benar merupakan karya asli saya dan tidak merupakan plagiasi. Apabila di
kemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiasi, maka saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Puji dan Syukur penulis panjatkan pada hadirat Illahi Robbi atas segala
limpahan nikmat dan karunianya. Karena izin-Nya juga lah penulis dapat
menyusun laporan best practice (pengalaman terbaik) di SMAN 2 Padalarang
kabupaten Bandung Barat.
Sebagai pengajar di abad XXI ini, suatu kewajiban untuk terus
mengoptimalkan kemampuan dan berusaha mencari pemahaman baru. Oleh
karena itu, maka penulis merancang kegiatan praktik pembelajaran untuk
kemudian dijadikan data pengalaman terbaik. Lebih jauh juga penulis berharap
hasil dari kegiatan ini nantinya dapat membawa dampak baik bagi seluruh
stakeholder di unit kerja penulis yakni SMAN 2 Padalarang.
Dalam penyusunan laporan ini penulis tidak terlepas dari dukungan,
dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Dra. Hj. Dedeh Suatini, M.M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMAN 2 Padalarang
yang telah memotivasi, memfasilitasi dan memberikan arahan kepada penulis
dalam kegiatan ini
2. Bapak Agie Ginanjar, S.Pd, selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum
sekaligus mentor dalam kegiatan ini yang bersedia meluangkan waktunya
untuk memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis demi kelancaran
penyusunan laporan ini.
3. Seluruh civitas akademika SMAN 2 Padalarang yang telah membantu penulis
di dalam memperlancar segala administrasi.
4. Seluruh siswa kelas XI IPS di SMAN 2 Padalarang, anak-anaku tercinta yang
penuh semangat membantu terselenggaranya kegiatan pembelajaran ini.
5. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, semangat, dan
dukungan, baik moril maupun materil, sehingga laporan ini dapat
terselesaikan.
i
Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari bahwa banyak sekali
kekurangan dan kekeliruan. Maka penulis berharap kepada semua pihak yang
memiliki kompetensi untuk dapat memberi masukan agar dapat menjadi catatan
dan perbaikan kedepan. Diakhir, penulis berharap laporan ini dapat terealisasi
dengan baik dan juga memberi kemanfaatan bagi kemajuan bersama.
Afifah Annuraini, S. Pd
NIP. 199408052019032017
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Jenis Kegiatan 2
C. Tujuan 2
D. Manfaat 2
BAB II PELAKSANAAN
A. Identifikasi Isu-isu dan Gagasan Pemecahan Masalah 4
B. Matriks Rencana Kegiatan 8
C. Matriks Jadwal Kegiatan 13
D. Materi Ajar 18
BAB III CAPAIAN KEGIATAN
A. Hasil yang Diperoleh 20
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan 37
B. Saran 37
DAFTAR PUSTAKA 39
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Skala nilai indikator USG 7
Tabel 2.2 Isu permasalahan USG 1 7
Tabel 2.3 Isu permasalahan USG 2 8
Tabel 2.4 Isu permasalahan USG 3 8
Tabel 2.5 Matriks rancangan analisis silabus 9
Tabel 2.6 Matriks rancangan pembuatan RPP 10
Tabel 2.7 Matriks rancangan pembuatan metode pembelajaran 10
Tabel 2.8 Matriks rancangan pelaksanaan kegiatan pembelajaran 11
Tabel 2.9 Matriks rancangan evaluasi kegiatan 12
Tabel 2.10 Jadwal kegiatan 17
Tabel 2.11 Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi 18
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram chart analisis isu menggunakan USG 6
Gambar 3.1 Draf analisis silabus 21
Gambar 3.2 Kegiatan pembuatan RPP 22
Gambar 3.3 Draf RPP 22
Gambar 3.4 Draf daftar hadir dan nilai pre-test serta post-test 23
Gambar 3.5 Draf soal pre-test 23
Gambar 3.6 Draf soal post-test 23
Gambar 3.7 Kuesioner survey keberhasilan metode pembelajaran dan
performa guru 24
Gambar 3.8 Catatan pengelompokkan peserta didik pada setiap QR Code
yang disesuaikan dengan hasil pre-test 25
Gambar 3.9 Alur metode pembelajaran QR Code Thinking 26
Gambar 3.10 Proses pembuatan media pembelajaran QR Code Thinking 26
Gambar 3.11 Media pembelajaran QR Code Thinking 27
Gambar 3.13 Kegiatan scanning QR Code dan analisis berita 29
Gambar 3.14 Peserta didik menuangkan hasil analisis dalam kertas post-it 30
Gambar 3.15 Guru membantu peserta didik yang kurang memahami materi
dan alur pembelajaran 30
Gambar 3.16 Peserta didik menempelkan hasil analisisnya di atas karton 31
Gambar 3.17 Peserta didik mempresentasikan hasil analisisnya dan
ditanggapi oleh peserta didik lainnya 31
Gambar 3.18 Kegiatan pelaksanaan post-test dan evaluasi 32
Gambar 3.19 Pelaksanaan kegiatan analisis hasil pre-test dan post-test serta
survey keberhasilan metode 34
Gambar 3.20 Hasil pre-test dan post-test 35
Gambar 3.21 Hasil observasi presentasi dan diskusi peserta didik 35
Gambar 3.22 Hasil survey keberhasilan metode pembelajaran dan
performa guru 36
v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam tugas profesi seorang guru, maka kewajiban seorang guru untuk
terus mengembangkan diri dan mencari informasi untuk pengajaran lebih baik.
Pendidik diharapkan mampu melaksanakan tugas dan perannya secara
profesional sehingga dapat menyiapkan peserta didik yang berkualitas serta
dapat menyelesaikan setiap permasalahan yang ada di instansinya masing-
masing.
Sosiologi sebagai salah satu mata pelajaran sosial yang memiliki
subjek maupun objek kajian mikro maupun makro yang cakupannya luas
membutuhkan keterampilan bernalar dan berpikir kritis yang baik. Guru
sebagai pendidik maupun fasilitator pembelajaran bagi peserta didik tentunya
perlu memberikan pelayanan dan memfasilitasi peserta didik untuk
membiasakan dan melatih keterampilan bernalar dan berpikir kritis peserta
didik. Hal ini menjadi sorotan karena supaya peserta didik mampu
menganalisis, menilai, menyimpulkan, bahkan memberikan praktik baik
kepada masyarakat sebagai pribadi yang berkarakter sesuai dengan harapan
pendidikan saat ini.
Berdasarkan pengamatan selama bekerja di SMAN 2 Padalarang,
penulis menemukan kurangnya tingkat keterampilan berpikir tingkat tinggi,
High Order Thinking Skills (HOTS). Hal tersebut terlihat selama penulis
mulai mengajar di sekolah tersebut. Mata pelajaran Sosiologi yang sarat akan
kompetensi untuk menganalisis fenomena sosial pasti memerlukan
kemampuan berpikir tingkat tinggi ditambah tuntutan zaman yang semakin
berkembang dan penuh persaingan. Oleh karenanya peserta didik perlu diasah
untuk terbiasa dengan cara pembelajaran pemecahan masalah (problem
solving). Dengannya pada kegaitan ini, penulis mengangkat isu tentang
‘Kurangnya Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi atau Higher Order
Thinking Skills (HOTS), Problem Solving’ dengan memilih penyelesaian isu
1
menggunakan model/metode pembelajaran inovatif, yakni media QR Code
Thinking.
B. Jenis Kegiatan
Kegiatan ini merupakan pengalaman terbaik (best practice) guru
mengimplementasikan pembelajaran sosiologi dalam materi permasalahan
sosial di masyarakat dengan menggunakan media QR Code Thinking.
C. Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah untuk:
1. Membentuk karakter guru profesional sebagai pendidik yang memiliki
komitmen mutu dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
2. Memberikan suatu alternatif pembelajaran materi permasalahan sosial
yang lebih bermakna dan efektif.
3. Meningkatkan capaian hasil pembelajaran mata pelajaran sosiologi di
kelas XI IPS SMAN 2 Padalarang
D. Manfaat
Manfaat dari kegiatan ini sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Mampu menjadi guru yang profesional dalam menjalankan tugasnya
dengan menerapkan nilai-nilai dasar pendidik dalam pelaksanaan harian
yaitu:
a. Guru bisa melaksanakan pembelajaran yang mudah, inovatif, dan
memanfaatkan teknologi dengan menggunakan QR Code
b. Terciptanya kegiatan pembelajaran pembelajaran bisa lebih mudah dan
menyenangkan.
2. Bagi Organisasi
Bagi SMAN 2 Padalarang bermanfaat untuk merealisasikan beberapa misi
sekolah, yakni meningkakan pelayanan mutu dan mengembangkan
semangat inovatif, kreatif dan kritis.
3. Bagi Peserta Didik
2
Mampu meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, salah satunya
pemecahan masalah.
3
BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN
4
The Australian Council for Educational Research (ACER)
menyatakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi bukanlah kemampuan
untuk mengingat, mengetahui, atau mengulang informasi saja, namun dapat
mengolah informasi tersebut menjadi sebuah informasi baru. Ketika kita
memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, secara tidak langsung kita pun
akan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving),
keterampilan berpikir kritis (critical thinking). berpikir kreatif (creative
thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil
keputusan (decision making). Keterampilan-keterampilan berpikir tersebut
nyatanya masih kurang di kalangan peserta didik. Menurut hasil PISA tahun
2015 (Programme for International Student Assessment) dalam evaluasi
terhadap sistem pendidikan di 72 negara melalui tiga kompetensi dasar yaitu
membaca, matematika, dan sains, Indonesia berada pada urutan 10 negara
terbawah melewati Vietnam dan Laos. Hal ini sangat mengkhawatirkan,
karena nyatanya masyarakat Indonesia khususnya peserta didik masih belum
memiliki kompetensi pendidikan yang mumpuni. Kemampuan berpikir tingkat
tinggi ini sangatlah bersinggungan dengan mata pelajaran sosiologi. Karena
dalam memahami masyarakat kita perlu memiliki keterampilan berpikir
analitis salah satunya adalah kemampuan memecahkan masalah.
Tuntutan untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi tidak
sejalan dengan kondisi peserta didik saat ini. Peserta didik yang biasanya
selalu diberikan pembelajaran satu arah dari guru, saat ini diminta untuk dapat
mandiri mengemukakan pendapatnya mengenai fenomena-fenomena yang ada
di masyarakat. Terlihat mudah, namun kenyatannya peserta didik masih belum
dapat mengasah kemampuannya dalam menganalisis fenomena sosial. Mereka
masih asal dalam menganalisis sebuah fenomena sosial. Kurang adanya nilai
saintifik dalam cara berpikir peserta didik ketika diminta untuk memecahkan
masalah dari sebuah fenomena sosial. Berdasarkan hal inilah, maka ditetapkan
satu isu yaitu ‘Kurangnya Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi atau
Higher Order Thinking Skills (HOTS), Problem Solving’.
5
Dalam penentuan penyebab masalah isu, perlu dilakukan analisis
terlebih dahulu menggunakan diagram chart sebagai berikut:
Kurangnya
Keterampilan Berpikir ISU/MASALAH
Tingkat Tinggi (HOTS),
Problem Solving
RENCANA
Pembuatan metode/model
KEGIATAN
pembelajaran yang inovatif
6
Cara untuk menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan
isu ini dengan menggunakan skala nilai 1-5 atau 1-10. Pada kali ini penulis
menggunakan skala 1-5. Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu
prioritas. Skala nilai tersebut memiliki indikator sebagai berikut:
Skala Indikator
5 Sangat Besar
4 Besar
3 Sedang
2 Kecil
1 Sangat Kecil
Kriteria
No Isu Permasalahan Total Prioritas
U S G
1 Kurang konsentrasi 4 4 3 11 II
Dari tabel diatas didapatkan prioritas I adalah gaya belajar yang kurang
tepat. Gaya belajar yang kurang tepat ini dipengaruhi oleh model/metode
pembelajaran yang kurang tepat, peserta didik yang kurang percaya diri, dan
terlena oleh perkembangan teknologi. Kemudian membuat prioritas dari
faktor-faktor tersebut, sebagai berikut:
7
Kriteria
No Isu Permasalahan Total Prioritas
U S G
U S G
Dari tabel diatas didapatkan prioritas I adalah inovasi kreatifitas guru yang kurang
diasah. Kemudian dari akar masalah tersebut dicari solusi yang tepat untuk
memperbaiki masalah yang diangkat.
8
• Inovasi kreativitas guru yang kurang diasah
Isu yang diangkat : Kurangnya Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi atau Higher Order Thinking Skills
(HOTS), Problem Solving
Gagasan pemecahan isu : Penggunaan Media QR Code Thinking untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS)
di Kelas XI IPS 3 SMAN 2 Padalarang.
1 Merancang Output
analisis
silabus Terancangnya analisis silabus sesuai
dengan kebutuhan isu
9
Pembelajaran (RPP) pembelajaran dengan materi
permasalahan sosial dengan
menggunakan model pembelajaran
problem based learning dan metode
QR Code Thinking.
1 Pembuatan Output
metode
pembelajaran 'QR Terciptanya metode pembelajaran
QR Code Thinking dan media yang
Code Thinking'
dibutuhkan.
1 Pelaksanaan Output
10
Kegiatan Terlaksananya pembelajaran
Pembelajaran menggunakan metode QR Code
Thinking.
5. Evaluasi Kegiatan
Terbentuknya hasil
pembelajaran peserta didik.
11
peningkatan keterampilan
berpikir tingkat tinggi
menggunakan metode QR
Code Thinking.
12
C. Matriks Jadwal Kegiatan
SEPTEMBER 196103231993031004OKTOBER
NO KEGIATAN
23 24 25 26 27 28 29 30 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Identifikasi
kompetensi
dasar, materi
A pokok, kegiatan
1 pembelajaran
dan penilaian
pembelajaran
Konsultasi
dengan mentor
B serta rekan
MGMP
Sosiologi
13
Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Pembuatan
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran,
2 soal pre-test dan
post-test, dan
A
kuesioner
keberhasilan
metode
pembelajaran
serta performa
guru
pembelajaran
14
QR Code
Thinking
Pembuatan
media
B pembelajaran
dan QR Code
Thinking
Persiapan
media
pembelajaran
4 A
dan
pelaksanaan
pre-test
Mulai proses
B pembelajaran
sesuai dengan
15
RPP yang sudah
disusun
Melaksanakan
C
kegiatan inti
Review
Kegiatan
pembelajaran
(post-test dan
survey
D keberhasilan
metode
pembelajaran
dan performa
guru)
5 Evaluasi Kegiatan
16
Pelaksanaan
penilaian akhir
(analisis pre-
test, post-test,
dan survey
A
keberhasilan
metode
pembelajaran
serta performa
guru)
Pembuatan
B
hasil kegiatan
= Waktu Pelaksanaan
17
D. Rumusan Materi Ajar
1. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian
No Kompetensi Dasar (KD) No Kompetensi Dasar (KD)
3.2 Menganalisis permasalahan sosial 4.2 Memberikan respons dalam
dalam kaitannya dengan mengatasi permasalahan sosial
pengelompokan sosial dan yang terjadi di masyarakat dengan
kecenderungan eksklusi sosial di cara memahami kaitan
masyarakat dari sudut pandang dan pengelompokan sosial dengan
pendekatan Sosiologis kecenderungan eksklusi dan
timbulnya permasalahan sosial
18
bertanggung jawab. Pula siswa menunjukkan sikap perilaku jujur, disiplin,
kreatif dan bertanggung jawab.
4. Alat dan bahan
• QR Code
• Kertas post-it
• Karton
• Handphone
• Powerpoint
19
BAB III CAPAIAN KEGIATAN
20
Gambar 3.1 Draf analisis silabus
21
pembelajaran. Pula dilakukan pembuatan kuesioner keberhasilan metode
pembelajaran serta performa guru sebagai bahan evaluasi kegiatan yang sudah
dilakukan agar menjadi motivasi untuk lebih baik lagi di kegiatan selanjutnya. Tidak
lupa pula seluruh kegiatan dikerjakan dengan kemandirian dan kerja keras agar output
yang dihasilkan sesuai dengan harapan.
22
Gambar 3.4 Draf daftar hadir dan nilai pre-test serta post-test
23
Gambar 3.6 Draf soal post-test
Gambar 3.7 Kuesioner survey keberhasilan metode pembelajaran dan performa guru
24
Evidence Foto kegiatan, catatan alur metode QR Code Thinking, dan
media pembelajaran QR Code Thinking.
Deskripsi Kegiatan
Kegiatan ini diawali dengan menyusun alur/konsep metode pembelajaran QR Code
Thinking sesuai dengan kebutuhan agar efektif dan efisien. Penyusunan alur ini
dilakukan dengan ketelitian, kecermatan, kerja keras dan inovatif serta konsisten
dengan silabus maupun RPP. Pada rancangan alur tersebut peserta didik tidak
memindai QR Code sesuai dengan keinginannya, melainkan sudah ditentukan oleh
guru. Setiap QR Code terdiri dari beberapa peserta didik yang dipilih sesuai dengan
hasil pre-test yang beragam. Setelah tersusunnya alur pelaksanaan metode
pembelajaran, maka dilakukan kegiatan membuat media pembelajaran yang
dibutuhkan yakni QR Code, berita permasalahan sosial, karton berpikir, dan lembar
jawaban menggunakan kertas post-it dengan penuh tanggung jawab dan
mengedepankan efisiensi serta efektifitas tanpa menghilangkan ketelitian, kecermatan
dan inovasi agar media pembelajaran tercipta dengan baik.
Gambar 3.8 Catatan pengelompokkan peserta didik pada setiap QR Code yang
disesuaikan dengan hasil pre-test
25
Gambar 3.9 Alur metode pembelajaran QR Code Thinking
26
Gambar 3.10 Proses pembuatan media pembelajaran QR Code Thinking
27
keberhasilan metode pembelajaran serta performa guru.
Waktu Pelaksanaan 1 dan 7-8 Oktober 2019
Evidence Foto kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Kegiatan ini diawali dengan mempersiapkan media pembelajaran serta pelaksanaan
pre-test yang sesuai dengan model pembelajaran yang dilaksanakan dengan rasa
tanggung jawab, profesional dan ketelitian. Pada pelaksanaannya pre-test dilakukan
pada tanggal 1 Oktober 2019 karena disesuaikan dengan jadwal kegiatan di sekolah.
Hasil pre-test ini sebagai acuan dalam pengelompokkan QR Code Thinking sesuai
dengan konsep yang sudah direncanakan. Setelah itu dimulailah proses kegiatan
pembelajaran pada tanggal 7-8 Oktober 2019 dengan diawali kegiatan berdoa,
memberikan apersepsi dan probing kepada peserta didik dengan percaya diri.
Kegiatan probing dilakukan sebagai tahap awal menyiapkan peserta didik untuk
memulai mengasah kemampuan berpikir tikat tingginya. Setelah dirasa peserta didik
cukup siap untuk melaksanakan kegiatan inti, barulah dilaksanakan pemaparan alur
metode pembelajaran QR Code Thinking dengan kejelasan, humanis, efektif, dan tidak
diskriminatif. Peserta didik diajak untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini,
begitupun saya berusaha untuk berpartisipasi membimbing peserta didik yang kurang
paham akan metode pembelajaran yang sedang dilakukan. Kegiatan inti dilakukan
dengan profesional dan adil kepada peserta didik karena mereka memiliki kesamaan
hak untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan
menyimpulkan materi secara bersama-sama dengan peserta didik dan melakukan post-
test serta survey keberhasilan metode pembelajaran serta performa guru melalui
google form dengan penuh rasa tanggung jawab, profesional, menghargai pendapat
peserta didik, dan tidak berpihak. Kegiatan review kegiatan pembelajaran ini semata-
mata bentuk penilaian agar dapat menjaga komitmen mutu dari pelayanan sebagai
guru.
28
Gambar 3.12 Kegiatan pelaksanaan pre-test
Gambar 3.13 Kegiatan scanning QR Code dan analisis berita masalah sosial
29
Gambar 3.14 Peserta didik menuangkan hasil analisis dalam kertas post-it
Gambar 3.15 Guru membantu peserta didik yang kurang memahami materi dan alur
pembelajaran
30
Gambar 3.16 Peserta didik menempelkan hasil analisisnya di atas karton berpikir
Gambar 3.17 Peserta didik mempresentasikan hasil analisisnya dan ditanggapi oleh
peserta didik lainnya
31
Gambar 3.18 Kegiatan pelaksanaan post-test dan evaluasi
5. Kegiatan Evaluasi
Kegiatan Evaluasi kegiatan
Tahapan Kegiatan Kegiatan evaluasi diawali dengan menghimpun seluruh
penilaian dari pre-test, post-test, dan survey keberhasilan
metode pembelajaran serta performa guru. Setelah dihimpun,
penilaian dianalisis untuk mengetahui seberapa besar
peningkatan HOTS bagi peserta didik, pula mengetahui
keberhasilan metode pembelajaran dan performa guru
selama mengajar.
Waktu Pelaksanaan 9-25 Oktober 2019
Evidence Foto kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan akhir dari serangkaian kegiatan. Kegiatan ini
dilakukan semata-mata untuk menindaklanjuti hasil kegiatan inti yang sudah
32
dilakukan, pula sebagai rasa tanggung jawab atas apa yang sudah dilakukan. Diawali
dengan menganalisis hasil penilaian pre-test dan post-test secara transparan, adil dan
jujur, tanpa adanya campur tangan pihak ketiga untuk memanipulasi data. Indikator
penilaian pre-test dan post-test adalah tulisan, kedalaman berpikir, dan kesesuaian
jawaban dengan materi. Hasil analisis menunjukkan bahwa peserta didik mengalami
perubahan dalam berpikir tingkat tinggi. Namun, ada beberapa catatan yang harus
diperhatikan. Peserta didik mengalami kesulitan ketika mengutarakan
argumen/pendapatnya dalam sebuah tulisan. Mereka lebih mudah mengutarakan
argumennya dalam bentuk lisan secara langsung. Hal ini menunjukkan bahwa
keterampilan literasi peserta didik masih kurang. Hasil analisis pre-test dan post-test
pula didukung oleh hasil survey keberhasilan metode pembelajaran dan performa
guru. Peserta didik mengaku melalui survey keberhasilan metode pembelajaran dan
performa guru, bahwa QCT (QR Code Thinking) ini dapat meningkatkan
keingintahuannya terhadap masalah sosial, meningkatkan daya pikir analitis, membuat
peserta didik ingin berargumen, membuat peserta didik belajar cara untuk
memecahkan sebuah masalah, dan membuat peserta didik melek/terbuka terhadap
realita sosial. Menurut hasil survey pula, performa guru sudah menunjukkan nilai
yang baik. Guru sudah dapat menjelaskan materi maupun alur metode pembelajaran
dengan jelas, guru sudah mampu memberikan motivasi/bantuan kepada siswa agar
memahami materi yang disampaikan, guru pula sudah baik membuat suasana kelas
aktif dan mampu membuat siswa menyukai mata pelajaran sosiologi. Survey ini
dilakukan menggunakan google form.
33
Gambar 3.19 Pelaksanaan kegiatan analisis hasil pre-test dan post-test serta survey
keberhasilan metode
34
Gambar 3.20 Hasil pre-test dan post-test
35
Gambar 3.22 Hasil survey keberhasilan metode pembelajaran dan performa guru.
36
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian pada pemaparan tentang pelaksanaan kegiatan
yang sudah dipaparkan sebelumnya dapat terlihat bahwa peserta didik masih
butuh pembiasaan dalam meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Hal yang paling menjadi perhatian adalah pembiasaan kegiatan literasi.
Peserta didik mengaku bahwa dirinya terpacu untuk berargumen secara lisan
ketika dihadapkan dengan sebuah isu permasalahan sosial, namun ketika
diminta untuk menuangkan argumennya dalam bentuk tulisan mereka
mengalami kesulitan. Hal tersebut menjadi salah satu faktor penghambat dari
peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi bagi peserta didik. Selain itu,
jam mata pelajaran pada siang hari atau menjelang pulang pun berpengaruh
terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi karena konsentrasi peserta didik
teralihkan.
Kegiatan pembelajaran menggunakan media seperti ini juga
merupakan suatu hal yang harus dilaksanakan guru sebagai tahapan
pengembangan diri. Guru professional adalah guru yang senantiasa mengikuti
pengembangan diri, menggali potensi dan mencari inovasi baru.
B. Saran
Setelah melaksanakan tahapan kegiatan, ditemukan catatan yang
penting dan dapat dijadikan bahan peningkatan kedepannya diantara lain:
1. Higher Order Thinking Skills (HOTS) sulit diterapkan apabila
kemampuan literasi kurang. Sebabnya, program gerakan literasi sangat
perlu diterapkan dan menjadi prioritas dalam pengembangan soft skills
peserta didik.
2. Untuk meningkatkan HOTS bukan hanya peserta didik saja yang diminta
untuk mengembangkan skills nya, melainkan para guru pula perlu
meningkatkan profesionalitasnya salah satu contohnya dengan
mengembangkan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
3. Metode QR Code Thinking dapat dijadikan sebagai referensi metode
pembelajaran sosiologi maupun mata pelajaran lainnya. Namun, dalam
37
pelaksanaannya dapat diantisipasi dengan menerapkannya kedalam tugas
formasi kelompok karena tidak semua peserta didik memiliki tingkat
HOTS yang sama. Pembentukan kelompok dapat dilakukan secara
multikultur/beragam agar peseta didik yang memiliki LOTS (Lower Order
Thinking Skills) dapat termotivasi untuk meningkatkan skills nya.
38
DAFTAR PUSTAKA
Website
39
LAMPIRAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. Kompetensi Inti
KI 1 dan 2
Kompetensi Inti Sikap Spiritual yaitu, “Menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya”.
Kompetensi Inti Sikap Sosial yaitu, “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif, dan proaktif; sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia”.
KI 3 KI 4
3. Memahami, menerapkan, dan 4. Mengolah, menalar, dan
menganalisis pengetahuan menyaji dalam ranah konkret
faktual, konseptual, prosedural, dan ranah abstrak terkait dengan
dan metakognitif berdasarkan pengembangan dari yang
rasa ingin tahunya tentang ilmu dipelajarinya di sekolah secara
pengetahuan, teknologi, seni, mandiri, bertindak secara efektif
budaya, dan humaniora dengan dan kreatif, serta mampu
wawasan kemanusiaan, menggunakan metode sesuai
kebangsaan, kenegaraan, dan kaidah keilmuan.
peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
C. Tujuan Pembelajaran:
Melalui kegiatan pembelajaran pengamatan, studi literatur dan diskusi, peserta didik
mampu menganalisis permasalahan sosial dalam kaitannya dengan pengelompokan sosial
di masyarakat dari sudut pandang dan pendekatan sosiologis. Sehingga, siswa mampu
memberikan analisa hasil pengamatan dan pemahamannya dalam bentuk laporan dan
dipresentasikan tentang permasalahan sosial dalam kaitannya dengan pengelompokan
sosial yang ada di masyarakat dengan teliti, disiplin, dan bertanggung jawab. Pula siswa
menunjukkan sikap perilaku jujur, disiplin, kreatif dan bertanggung jawab.
D. Materi Pembelajaran:
Faktual
× Permasalahan sosial
Konseptual
× Dampak permasalahan sosial
Prosedural
× Pemecahan masalah sosial
E. Metode Pembelajaran:
Observasi (QR Code Thinking), studi literatur, diskusi, dan presentasi.
F. Kegiatan Pembelajaran:
No IPK IPK
3.2.1 Mengenali permasalahan sosial di masyarakat
3.2.4 Mengemukakan dampak permasalahan sosial di ranah publik
3.2.5 Menganalisis pemecahan masalah sosial untuk mencapai kehidupan
yang lebih baik
4.2.1 Mengamati permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat
khususnya berkaitan dengan kelompok sosial
4.2.2 Memberikan reaksi terhadap cara mengatasi permasalahan sosial
kaitannya kelompok sosial dengan eksklusi di masyarakat
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan waktu
(menit)
Pendahuluan • Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, 10
memanjatkan syukur kepada Tuhan YME, berdoa menit
untuk memulai pembelajaran, dan mengecek
kehadiran peserta didik.
• Guru memberi motivasi belajar kepada peserta didik
dengan memberikan ilustrasi situasi permasalahan yang
ada di lingkungan masyarakat.
• Guru melakukan apersepsi dengan memberikan
pertanyaan ‘masalah sosial itu seperti apa?’
• Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau
kompetensi dasar yang akan dicapai
• Guru menyampaikan cakupan materi dan penjelasan
uraian kegiatan
Inti • Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan langsung 70
kepada peserta didik tentang akar, dampak dan menit
penyelesaian sebuah masalah untuk merangsang
keterampilan analisis peserta didik
• Guru mempersilahkan peserta didik untuk mencari dan
memindai QR Code, Setiap peserta didik mencari QR
Code sesuai dengan nomor absen
• Setelah peserta didik memindai QR Code, peserta didik
memulai analisis berita yang muncul dari QR Code.
Setiap peserta didik menganalisis kasus dengan tugas
yang berbeda-beda
• Peserta didik menuangkan hasil analisisnya pada
secarik kertas (post-it) yang diberikan guru
• Peserta didik menempelkan kertas analisis pada papan
berpikir (karton) sesuai dengan isu berita dari hasil
pindai QR Code
• Peserta didik mempresentasikan hasil analisisnya
dalam formasi kelompok
• Peserta didik lain menanggapi hasil analisis temannya
2. Media/Alat:
× QR Code
× Kertas post-it
× Karton
× Handphone
× Powerpoint
H. Penilaian
Kisi-Kisi Penilaian:
No. Teknik Bentuk
No. Aspek IPK
IPK Penilaian Penilaian
1. Pengetahuan 3.2.1 Mengenali permasalahan sosial di
masyarakat
3.2.4 Mengemukakan dampak
permasalahan sosial di ranah
Penugasan Tes kinerja
publik
3.2.5 Menganalisis pemecahan masalah
sosial untuk mencapai kehidupan
yang lebih baik
2 Keterampilan 4.2.1 Mengamati permasalahan sosial
yang terjadi di masyarakat
khususnya berkaitan dengan
kelompok sosial Skala
Penugasan
4.2.2 Memberikan reaksi terhadap cara penilaian
mengatasi permasalahan sosial
kaitannya kelompok sosial dengan
eksklusi di masyarakat
3 Sikap 1 Menghayati dan mengamalkan
ajaran agama yang dianutnya
2 Menunjukkan perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama,
toleran, damai), santun, responsif,
Observasi
dan proaktif; sebagai bagian dari Jurnal guru
guru
solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan
alam serta menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
LAMPIRAN
MATERI PEMBELAJARAN
◌ FAKTOR EKONOMI,
seperti pengangguran, kemiskinan. Ada 2 bentuk kemiskinan yakni; kemiskinan
kultural disebabkan oleh rasa malas, boros dan tidak disiplin, serta kemiskinan
struktural disebabkan oleh faktor perbuatan manusia seperti kebijakan ekonomi
yang tidak adil, distribusi barang produksi tidak merata, dan korupsi.
◌ FAKTOR BIOLOGIS,
seperti penyakit menular (HIV, flu burung, flu babi [H1N1]) dan keracunan
makanan.
◌ FAKTOR PSIKOLOGIS,
seperti depresi, stress, gangguan jiwa, gila, tekanan batin, penyakit saraf, bunuh
diri, aliran sesat.
◌ FAKTOR SOSIAL & KEBUDAYAAN,
seperti perceraian, kriminalitas, pelecehan seksual, kenakalan remaja, konflik
rasial dan keagamaan.
Mengetahui,
Kepala Sekolah SMAN 2 Padalarang Guru Mata Pelajaran,
KI:
Kompetensi Inti Sikap Sriritual :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
SOAL PRE-TEST
PEMBELAJARAN HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS)
PETUNJUK PENGERJAAN
1. Bacalah soal dengan seksama.
2. Tulislah jawaban pada lembar jawaban yang sudah disediakan.
3. Kerjakan soal dengan kejujuran dan ketelitian.
4. Dilarang menyontek dalam bentuk apapun.
"Jadi si pelaku ini merasa korban ini ngomongin dia cabe-cabean ketemu di perempatan jalan gitu,
dia sempet bilang si korban ngomong cabe-cabean buat dia. Pas ketemu di TKP di atas bukit,
memang tempat wisata, kebetulan korban jalan-jalan sama adiknya naik ke tempat wisata itu
ternyata ketemu di sana diberhentikannya sama pelaku, 'Kamu ngomongin saya cabe-cabean ya,'
pakai bahasa Bali kan, 'Nggak, saya nggak ngomong,' tapi pokoknya maksa harus ngaku, dia
memang nggak merasa ngomong apa-apa ya dimulailah (perundungan)," kata Kasat Reskrim
Polres Klungkung AKP Mirza Gunawan ketika dimintai konfirmasi via telepon, Jumat (5/7/2019).
(Sumber: https://news.detik.com/berita/d-4613019/3-siswi-sma-pelaku-bully-di-klungkung-bali-
ditetapkan-jadi-tersangka?_ga=2.184567849.1061143887.1569507939-938003522.1568683134)
1. Bila kita cermati wacana di atas, dapat disimpulkan munculnya permasalahan sosial yang
terjadi adalah…
a. Terjadi percekcokan antara dua remaja yang ingin berkuasa
b. Pembullyan remaja yang terjadi karena kekuasaan
c. Tudingan labelling ‘cabe-cabean’ mengakibatkan perundungan
d. Kenakalan remaja banyak terjadi di masyarakat
e. Kurangnya pengawasan orangtua terhadap anak
2. Dari wacana di atas, dampak yang akan timbul dari masalah tersebut adalah…
a. Gangguan mental yang diderita korban
b. Luka fisik antara perundung dan yang dirundung
c. Kerusakan fasilitas umum sekitar lokasi perundungan
d. Terganggunya psikis maupun suasana hati serta hilangnya semangat hidup bagi korban
e. Timbul pemikiran untuk melukai diri sendiri
SOAL POST-TEST
PEMBELAJARAN HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS)
PETUNJUK PENGERJAAN
1. Bacalah soal dengan seksama.
2. Tulislah jawaban pada lembar jawaban yang sudah disediakan.
3. Kerjakan soal dengan kejujuran dan ketelitian.
4. Dilarang menyontek dalam bentuk apapun.
Salah seorang warga lainnya, Bu Hendra mengaku air dari sumur bor berminyak dan terdapat
gumpalan kuning. Namun, katanya jika diberikan sitrun kondisi air jadi bening. Menurutnya, kondisi
tersebut sudah berlangsung sejak enam bulan terakhir.
"Dulu mah sebelum ada pabrik nggak ada gumpalan kuning di air. Baru pas ada pabrik jadi ada.
Dulu awalnya mah bagus," ujarnya.
Dia mengungkapkan jika air sumur bor diendapkan maka gumpalan tersebut mengendap seperti air
gulai sehingga tidak bisa dipakai. Ia mengaku menggunakan air tersebut sebab air di sumur miliknya
sedang kering.
(Sumber: https://www.republika.co.id/berita/pyuo0r414/nasional/daerah/19/09/19/py2jgx382-warga-
padalarang-bandung-barat-terpaksa-pakai-air-tercemar)
1. Dari wacana di atas dapat disimpulkan bahwa d. Pengeboran air sumur di lokasi yang
munculnya masalah tersebut terjadi karena… berbeda
a. Limbah pabrik mencemari air sumur e. Warga akhirnya membeli air bersih
pemukiman 3. Penyelesaian yang dapat dilakukan untuk
b. Warga mengebor sumur sembarangan masalah di atas adalah…
dan mencemari air a. Warga mencampurkan air yang
c. Terdapat gumpalan-gumpalan kuning tercemar dengan sitrun agar air menjadi
dan berminyak di dalam air bening
d. Warga menambahkan sitrun ke dalam air b. Pengeboran air sumur kembali di lokasi
e. Pabrik mengebor sumur dan mencemari yang berbeda
air pemukiman warga c. Uji laboratorium air yang tercemar dan
2. Dari wacana di atas, dampak yang akan menghimbau pabrik agar tidak
timbul dari masalah tersebut adalah… membuang limbah di pemukiman
a. Warga kesulitan mendapatkan air bersih warga
karena air sumur kering d. Demo anarkis warga kepada pemilik
b. Warga terpaksa menggunakan air yang pabrik agar terdengar dan tidak
tercemar untuk kebutuhan rumah tangga membuang limbah sembarangan
c. Pabrik setempat dipindahkan ke tempat
lain
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS PENDIDIKAN
CABANG DINAS PENDIDIKAN WILAYAH VI
SMA NEGERI 2 PADALARANG
Jalan GA Manulang Kicau No. 165 Padalarang, Bandung Barat – 40553.
Telepon (022) 6807895 | email: sman2.padalarang165@gmail.com
e. Melaporkan pada pihak berwajib
karena pabrik melanggar peraturan
pembangunan sembarangan
Perhatikan wacana di bawah ini!
BEKASI, KOMPAS.com - Seorang wartawan bernama Eko Purnomo menjadi korban komplotan
begal bersenjata di Jalan Raya Sultan Agung, Medan Satria, Kota Bekasi, Jawa Barat pada Jumat
(4/10/2019) petang.
"Setelah turunan flyover Kranji saya tidak terasa, tiba-tiba langsung rampas tas saya. Pelaku bawa
senjata tajam," katanya, Sabtu (5/10/2019), seperti dikutip Antara. Dengan cepat tas Eko berpindah
ke tangan pelaku. Menurut pengakuan korban, tas itu berisi kartu pers, STNK, SIM, ATM, KTP, dan
ponsel. "Kejadiannya secara spontan. Saya lewat gak merasa ada motor di belakang. Tiba-tiba
mengeluarkan senjata tajam sejenis celurit," ucapnya. Ia mengaku sempat mengejar para tersangka
tetapi laju mereka terlalu cepat sehingga tidak mampu dikejar.
(Sumber: https://megapolitan.kompas.com/read/2019/10/05/21561461/wartawan-jadi-korban-begal-
bersenjata-tajam-di-bekasi?utm_source=dlvr.it&utm_medium=twitter)
Lembar Observasi Presentasi dan Diskusi Peserta Didik Pada Metode Pembelajaran QR
Code Thinking
Hari/Tanggal :
Materi :
Indikator Penilaian
Kelompok Penguasaan Pengolahan Kedalaman Jumlah Skor
Penampilan
materi kata berpikir
CANDU
PUBG
MODUS
PRIA
BOBOL
ATM
BULLY
PELAJAR
DEMO
Keterangan:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑘𝑜𝑟
Jumlah Skor = 12
× 100