Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH EKONOMI KOPERASI DAN UKM

“SEJARAH KOPERASI DI DUNIA DAN SEJARAH KOPERASI DI INDONESIA”

Dosen Pengampu : OK Sofyan Hidayat, SE., M. Si., Ak., CA

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1

1. Sri Devi Br. Sembiring (7192441005)


2. Nur Halida (7191141017)
3. Hafiz Zikri Simangunsong (7191141001)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
AGUSTUS 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik
mungkin walaupun dalam situasi pandemi seperti saat ini.
Disini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada bapak OK Sofyan Hidayat,SE.,
M.Si., Ak.,CA selaku dosen pengampu mata kuliah ini, yang telah memberikan tugas kepada
kami guna meningkatkan ilmu pengetahuan.
Makalah yang kami susun ini berjudul “Sejarah Koperasi di Dunia dan Sejarah
Koperasi di Indonesia”. Kami menyusun makalah ini berdasarkan sumber-sumber tertulis
yang berkaitan dengan judul makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kami sebagai
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, guna menambah wawasan serta
meningkatkan cara penulisan agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak, terutama kelompok
penulis yang telah bekerja sama untuk menyusun makalah ini dari awal sampai akhir, yang
tersusun dengan lancar. Dan kami ucapkan terima kasih kepada berbagai media yang telah
menyediakan informasinya sebagai sumber dalam pembuatan makalah ini.

Medan, 23 Agustus 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Muncul dan Berkembangnya Koperasi di Dunia........................................2
1. Sejarah Lahirnya Koperasi di Dunia...........................................................................2
2. Gagasan dan Gerakan Koperasi di Eropa....................................................................2
3. Gagasan dan Gerakan Koperasi di Selandia Baru dan Australia................................4
4. Gagasan dan Gerakan Koperasi di Amerika...............................................................4
5. Gagasan dan Gerakan Koperasi di Afrika...................................................................4
6. Gagasan dan Gerakan Koperasi di Asia......................................................................4
B. Sejarah Pertumbuhan, Perkembangan, dan Perjuangan Koperasi di Indonesia
Sejak Zaman Penjajahan Sampai Sekarang......................................................................5
1. Perjuangan Pembentukan Koperasi pada Zaman Penjajahan......................................5
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Koperasi pada Kurun Waktu Mempertahankan
Kemerdekaan (1945-1949).................................................................................................8
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Koperasi pada Kurun Waktu Mempertahankan
Kemerdekaan (1950-1965).................................................................................................9
4. Perkembangan Koperasi pada Masa Pemerintahan Orde Baru dan Reformasi........10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................................14
B. Saran..............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sejarah pertumbuhan koperasi di seluruh dunia disebabkan oleh tidak dapat
dipecahkannya masalah kemiskinan atas dasar semangat individualisme. Koperasi lahir
sebagai alat untuk memperbaiki kepincangan-kepincangan dari perekonomian bentuk
kapitalis. Koperasi yang lahir pertama di Inggris berusaha mengatasi masalah keperluan
konsumsi para anggotanya dengan cara kebersamaan yang dilandasi atas dasar prinsip-
prinsip keadilan yang dikenal dengan Rochdale Principles.
Dalam sejarah, diberbagai negara telah mencoba untuk membangun sistem koperasi
ini menyusul negara Inggris sebagai pendahulu. Mulai dari Perancis, Jerman, dan diikuti
oleh negara-negara lain. Tidak ketinggalan pula Indonesia mencoba memperbaiki
ekonomi dengan mengembangkan sistem ekonomi koperasi di bumi Indonesia tercinta
ini. Maka dari itu kita perlu menelaah kembali sejarah perkembangan koperasi untuk
menyadarkan bahwa sesungguhnya sistem ekonomi koperasi tidak kalah dengan sistem
ekonomi yang lain dan bahkan lebih baik dari sistem-sistem yang ada di Indonesia saat
ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah muncul dan berkembangnya koperasi di dunia?
2. Bagaimana sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan perjuangan koperasi di
Indonesia sejak zaman penjajahan sampai sekarang?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah muncul dan berkembangnya koperasi di dunia
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan perjuangan
koperasi di Indonesia sejak zaman penjajahan sampai sekarang

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Muncul dan Berkembangnya Koperasi di Dunia


1. Sejarah Lahirnya Koperasi di Dunia
Sejarah lahirnya koperasi dimulai dengan adanya pemberontakan oleh Robert
Owen terhadap sistem ekonomi kapitalis yang merugikan kaum buruh. Gagasan
Owen dilanjutkan oleh sahabatnya yang bernama William King (1786 – 1885).
Sejarah telah mencatat bahwa propaganda yang dilakukan oleh Owen dan King belum
begitu mendapat dukungan rakyat pada saat itu. Namun dapat dimaklumi bahwa
berdirinya koperasi di kota Rochdale yang dilakukan langsung oleh kaum buruh
sesungguhnya merupakan investasi besar yang telah dilakukan Owen dan King
sebagai penggagas, pelopor, dan penggerak awal berdirinya koperasi. Gerakan
koperasi inilah yang selanjutnya terus berkembang dan menjadi tren baru di bidang
ekonomi di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Membawa semangat Owen, sebanyak 28 buruh yang dipimpin oleh Charles
Howarth (1814-1868) mendirikan koperasi di Rochdale, Inggris. Koperasi tersebut
berupa toko yang bergerak pada penjualan kebutuhan sehari-hari dengan harga murah.
Hal yang menarik adalah mereka menganggap diri mereka sebagai pembeli
(konsumen) dan juga sebagai penjual (produsen). Mereka menjadi “majikan” atas
koperasi yang mereka dirikan sekaligus menjadi pelayan dengan membagi tugas
menggerakkan serta mengawasi toko dan berbagai usaha yang mereka buat.
Tujuan utama pendirian koperasi ini adalah menemukan cara-cara yang dapat
memberikan keuntungan kepada anggota, salah satunya dengan mengumpulkan dana
yang cukup untuk modal usaha anggota-anggotanya. Pada awalnya, koperasi
Rochdale memang lebih banyak bergerak pada usaha pembukaan toko. Namun
dengan berjalannya waktu, koperasi ini berkembang sedemikian rupa dengan berbagi
kegiatan produktif lainnya. Berkembangnya koperasi di Inggris ini pun tidak lepas
dari peran pemerintah.

2. Gagasan dan Gerakan Koperasi di Eropa


Gerakan koperasi yang diprakarsai Robert Owen dan dimotori oleh berbagi
kelompok buruh di Inggris berkembang dan menjadi tren baru di bidang ekonomi di
berbagai belahan dunia, terutama Eropa. Paradigma baru ini merayap ke berbagai

2
negara yang umumnya menganut sistem ekonomi kapitalis, terutama di Jerman dalam
bentuk koperasi kredit, di Swedia dan Denmark dalam berbagai bentuk dan jenis
koperasi.
a) Jerman
Walikota Flammersfeld yang bernama F. W. Raiffeisen (1818-1888) yang peduli
dengan nasib kaum tani mempelopori berdirinya koperasi kredit yang
diperuntukkan untuk menolong petani dari jeratan ijon dan lintah darat. Pendirian
koperasi Flammersfeld ini terutama ditujukan untuk menyatukan kaum petani
melalui kegiatan simpan pinjam. Selain F.W. Raiffeisen, pelopor koperasi lainnya
di Jerman adalah Hermann Schulze (1809-1883). Schulze merupakan seorang
hakim di Delitzsch yang mendorong pengusaha dan pengrajin kecil untuk
menyatukan diri dan mendirikan koperasi kredit di perkotaan guna menghadapi
desakan industri-industri besar. Koperasi ini kemudian lebih dikenal dengan
sebutan koperasi ala Schulze-Delitzsch yang menggabungkan nama Schulze
dengan nama kota Delitzsch. Pada perkembangan selanjutnya, pada tahun 1968
telah berdiri sebanyak 425 buah koperasi kredit di Jerman. Selain diperuntukkan
bagi pengadaan kredit, koperasi di Jerman umumnya juga mengadakan peralatan,
benih, dan berbagai jasa untuk kegiatan pertanian. Jerman menempatkan 26
koperasi terbaiknya dalam 300 koperasi terbaik di dunia. Dua diantaranya adalah
DZ Bank Group yang bergerak di bidang perbankan dan Edeka Zentrale AG yang
bergerak di bidang ritel.
b) Swedia
Pelopor koperasi di Swedia bernama Albin Johansson. Salah satu gebrakan
spektakuler Johansson adalah menasionalisasi sebuah perusahaan yang bergerak
di bidang penyaringan minyak bumi dan dikelola secara efisien oleh koperasi.
Selain itu di Swedia juga berkembang koperasi konsumen dan mereka bahkan
mampu mendirikan pabrik sendiri. Dalam mengelola usahanya, koperasi
konsumen di Swedia mempunyai lembaga usaha hipermarket sendiri. Hal itu
membuat para produsen dan importir justru meminta agar koperasi menjadi
distributor bagi produknya sehingga koperasi membeli barang konsumsi dalam
jumlah besar dan mendapat potongan kredit yang ditawarkan oleh pabrik dan
importir. Saat ini terdapat lima koperasi terbaik Swedia. Satu diantaranya adalah
Folksam yang bergerak di bidang asuransi.
c) Denmark

3
Pada tahun 1866, Hans Christian Sonne bersama F. F. Ulrich mempelopori
berdirinya koperasi konsumsi bagi kaum buruh di kota Tristed Jutland, Denmark.
Koperasi ini terus mengalami perkembangan dengan pesat diikuti munculnya
koperasi-koperasi lain di seluruh pelosok Denmark. Tidak heran jika Denmark
mendapat julukan The Mecca of Cooperative World karena koperasi tumbuh dan
berkembang dengan begitu pesat di negara monarki konstitusional ini. Denmark
mencatatkan beberapa koperasi terbaiknya dalam koperasi terbaik dunia versi
ICA. Salah satunya adalah Aria Foods yang bergerak di bidang pertanian.

3. Gagasan dan Gerakan Koperasi di Selandia Baru dan Australia


Koperasi di Australia dan Selandia Baru umumnya bergerak di bidang
agrobisnis dan peternakan. Produk yang dihasilkan terutama susu, daging, dan
kerajinan yang diolah dari hasil peternakan sapi, biri-biri, maupun kambing. Saat ini,
di Selandia Baru terdapat koperasi yang bernama Fonterra yang bergerak di bidang
pengolahan susu yang menduduki peringkat 33 koperasi terbaik dunia versi ICA
tahun 2012.

4. Gagasan dan Gerakan Koperasi di Amerika


Koperasi di Amerika Serikat dimotori oleh Edward A. Filne (1860-1937). Ia
mempelopori berdirinya koperasi simpan pinjam di seluruh Amerika Serikat,
khususnya bagi petani dan buruh. Dari 91 koperasi asal AS yang masuk ke dalam 300
koperasi terbaik dunia, 24 koperasi di antaranya bergerak di bidang bisnis sehingga
tidak heran jika selain dikenal sebagai negara industri, AS juga dikenal sebagai negara
agrobisnis.

5. Gagasan dan Gerakan Koperasi di Afrika


Meskipun pada tahun 2012 tidak ada koperasi terbaik Afrika yang masuk ke
dalam 300 koperasi terbaik dii dunia, tetapi dalam General Assembly yang
diselenggarakan ICA pada tahun 2007 menyatakan bahwa gerakan koperasi di Afrika,
terutama di Kenya dan Republik Afrika Selatan berkembang dengan cukup baik.

6. Gagasan dan Gerakan Koperasi di Asia


Koperasi di Asia berkembang cukup baik sebagaimana di negara asalnya. Ini
dikarenakan, selain koperasi dapat mewadahi berbagai kegiatan UMKM, koperasi

4
juga cocok dengan nuansa ketimuran yang menonjolkan sikap saling tolong menolong
dan rasa kekeluargaan dalam pranata sosialnya.
a) Jepang
Cikal bakal koperasi di Jepang diawali dengan gerakan mujin pada tahun 1275
dan masih populer hingga saat ini. Cara kerja mujin adalah dengan
mengumpulkan iuran dari anggota dan diundi secara periodik. Bagi anggota yang
sudah memperoleh hasil undian, tidak diikutsertakan lagi pada periode undian
berikutnya. Selain mujin,, di Jepang terdapat pula perkumpulan hotokhusa yang
dipelopori Nimony Soutsuku. Hotokhusa merupakan koperasi kredit yang
diperuntukkan bagi pengembangan ekonomi petani dan usaha kecil. Berbagai
jenis koperasi tumbuh subur di Jepang, di antaranya adalah koperasi pertanian,
koperasi konsumsi, koperasi kredit, dan bank koperasi. Jepang juga menempatkan
delapan koperasi raksasanya di peringkat 300 koperasi terbaik dunia berdasarkan
ICA. Dua diantaranya bahkan menduduki peringkat 3 dan 5, yaitu Zen Noh sebuah
koperasi pertanian dan Zenkyoren sebuah koperasi asuransi.
b) Malaysia
Awal pendirian koperasi di Malaysia diperkenalkan oleh Sir Arthur Young pada
tahun 1907. Namun masyarakat kurang dapat menerima ide dan cara koperasi
karena dianggap mengandung unsur riba dalam urusan pinjam-meminjam yang
diperkenalkan. Malaysia mencatatkan koperasi terbaiknya dalam koperasi terbaik
dunia versi ICA 2012, yaitu Bank Kerja Sama Malaysia (Bank Rakyat) yang
menduduki peringkat 245.

B. Sejarah Pertumbuhan, Perkembangan, dan Perjuangan Koperasi di Indonesia


Sejak Zaman Penjajahan Sampai Sekarang
1. Perjuangan Pembentukan Koperasi pada Zaman Penjajahan
Masa Penjajahan Belanda
Pada abad ke-20 Koperasi tumbuh dari kalangan rakyat, ketika penderitaan
dalam lapangan ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme
semakin memuncak. Hal ini lantas mendorong beberapa orang mempersatukan diri
untuk menolong dirinya sendiri dan manusia sesamanya yang penghidupannya
sederhana dengan kemampuan ekonomi terbatas, terdorong oleh penderitaan dan
beban ekonomi yang sama.

5
Sejarah awal lahirnya koperasi di Indonesia dipelopori oleh seorang patih di
Karesidenan Purwokerto yang bernama Raden Arya Wirya Atmadja pada tahun 1896
dengan merintis pendirian suatu bank simpanan (Hulp en Spaarbank), yaitu De
Purwokertosche Hulp en Spaarbank der Irlansdche (Bank Bantuan dan Simpanan
Purwokerto). Pendirian bank ini adalah untuk menolong pada pegawai negeri yang
terjerat utang dari kaum lintah darat. Usaha Raden Aria ini mendapat dukungan dari
seorang asisten residen Belanda yang bertugas di Purwokerto, yaitu E. Seiburgh
(pejabat tertinggi/kepala daerah di Purwokerto). Pada tahun 1898, Ide Raden Aria ini
diperluas oleh De Wolff van Westerrode sebagai pengganti E. Seiburgh. Bank
tersebut dalam perjalanannya tidak hanya membantu pegawai negeri saja, tetapi juga
petani dan pedagang kecil, seperti cita-cita Raiffelsen dan Schulte-Delitzsch. Ia
menganjurkan akan mengubah Bank Pertolongan Tabungan yang sudah ada menjadi
Bank Pertolongan, Tabungan dan Pertanian. Di samping itu ia pun mendirikan
lumbung-lumbung desa dan menganjurkan para petani menyimpan pada pada musim
panen dan memberikan pertolongan pinjaman padi pada musim paceklik. Ia pun
berusaha menjadikan lumbung-lumbung itu menjadi Koperasi Kredit Padi. Akan
tetapi, cita-cita dan ide Raden Aria tidak dapat berlanjut karena mendapat rintangan
dan hambatan sebagai akibat kegiatan politik pemerintah Belanda saat itu. Pemerintah
Belanda tidak menjadikan Bank Pertolongan, Tabungan dan Pertanian dan Lumbung
Desa menjadi Koperasi tetapi, membentuk lumbung-lumbung desa baru, bank –bank
Desa, rumah gadai dan Centrale Kas yang kemudian menjadi Bank Rakyat Indonesia
(BRI) sebagai salah satu yang dimiliki pemerintah Indonesia.
Bersamaan dengan lahirnya kebangkitan nasional pada tahun 1908, gerakan
Boedi Oetomo kembali mencoba memajukan koperasi melalui koperasi rumah tangga
dan koperasi toko, yang kemudian menjadi koperasi konsumsi, yang dalam
perkembangannya kemudian menjadi batik. Kemudian Serikat Islam pada tahun 1913
membantu memajukan koperasi dengan bantuan modal dan mendirikan Toko
Koperasi.
Pada masa penjajahan Belanda, perkembangan koperasi tidak berjalan baik
karena adanya tekanan dan hambatan dari pihak penguasa. Pemerintah Belanda
khawatir tumbuh kembang koperasi akan berdampak pada perlawanan rakyat kepada
pihak penjajah. Untuk mengantisipasi gerakan tersebut dan agar perkembangan
koperasi tidak semakin meluas, maka pada tahun 1915, pemerintah Belanda

6
mengeluarkan sebuah undang-undang yang disebut dengan Veradening op de
Cooperatieve Vereninginen (Koperasi Besluit No. 431 Tahun 1915) yang isinya:
1. Mendirikan Koperasi harus mendapat izin gubernur jenderal
2. Akta dibuat dengan perantara notaris dan dalam bahasa Belanda
3. Ongkos materai sebesar 50 golden
4. Hak tanah harus menurut hukum Eropa
5. Harus diumumkan di Javasche Courant yang biayanya juga tinggi
Dalam praktiknya, undang-undang ini justru bertentangan dengan prinsip
koperasi dan corak hidup rakyat Indonesia, serta membatasi gerakan rakyat untuk
berkoperasi sehingga lahirnya undang-undang ini mendapat kritikan dan tantangan
keras dari kaum nasionalis saat itu. Dikarenakan kuatnya penentangan masyarakat
terhadap Veradening op de Cooperatieve Vereninginen, pada tahun 1920, atas
desakan tokoh-tokoh nasionalis maka pemerintah Belanda membentuk panitia
koperasi yang dipimpin oleh Prof. J. H Boeke.
Berdasarkan kerja panitia yang dipimpin Prof. Boeke ini, dihasilkan dua
keputusan penting yang ditindaklanjuti pemerintah Belanda, yaitu lahirnya undang-
undang baru yang mengatur tentang perkoperasian pada tahun 1927 yang
diperuntukkan khusus bagi golongan bumiputera dan dibentuknya jawatan koperasi
yang dipimpin Prof. Boeke di lingkungan Departemen Dalam Negeri yaitu peraturan
Regeling Inlandschhe Cooperatieve (Peraturan Berkoperasian No. 91 Tahun 1927).
Isi peraturan tersebut yaitu:
1. Tidak perlu notaris, cukup didaftarkan pada Penasehat Urusan Kredit Rakyat dan
Koperasi serta dapat ditulis dalam bahasa daerah.
2. Ongkos materai 3 golden
3. Hak tanah dapat menurut hukum adat
4. Berlaku untuk orang Indonesia asli, yang mempunyai hak badan hukum secara
adat.
Dengan dikeluarkannya undang-undang baru, maka semangat berkoperasi
rakyat Indonesia kembali bangkit. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya koperasi-
koperasi lain, seperti koperasi perikanan, koperasi kredit, dan koperasi kerajinan
selain koperasi-koperasi yang sudah pernah ada.
Pada tahun 1927, usaha koperasi dilanjutkan oleh Indonesische Studie Club
yang kemudian menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) di Surabaya. Kemudian

7
pada tahun 1929, berdiri Partai Nasional Indonesia yang memperjuangkan
penyebarluasan semangat koperasi.
Namun, pada tahun 1933 keluar UU yang mirip UU No. 431/ Pada tahun
1933, Pemerintah Hindia Belanda menetapkan Peraturan Umum Perkumpulan-
Perkumpulan Koperasi No. 21 Tahun 1933. Peraturan tahun 1933 itu, hanya
diberlakukan bagi golongan yang tunduk kepada tatanan hukum Barat, sedangkan
Peraturan tahun 1927, berlaku bagi golongan Bumiputra. Diskriminasi pun
diberlakukan pada tataran kehidupan berkoperasi

Masa Penjajahan Jepang


Pada masa kedudukan Jepang (1942), Jepang mendirikan koperasi kumiyai.
Awalnya koperasi ini berjalan mulus, namun fungsinya berganti dan menjadi alat
Jepang untuk mengeruk keuntungan, dan menyengsarakan rakyat Indonesia. Setelah
Jepang mendarat di Indonesia, nomenklatur koperasi berubah menjadi syamin cou
jumasyo, sedangkan kantor daerah diganti menjadi syamin kumiai sodandyo. Di jawa,
dibentuk panitia susunan perekonomian baru (Jawa yumin keizel sintaisei konsetsu
junbi linkai). Hasil perekonomian baru yang dikemukakan secara muluk-muluk, tidak
lain adalah kesengsaraan dan kemelaratan semata.
Meskipun penjajahan bangsa Jepang berlangsung kurang lebih tiga setengah
tahun, tetapi penjajahan tersebut menimbulkan malapetaka yang lebih dahsyat
daripada penjajahan Belanda sebelumnya. Kekayaan alam Indonesia dikuras oleh
tentara Jepang. Mereka membeli padi dan bahan pangan lain dengan paksaan dan
dengan harga yang sudah ditetapkan secara sewenang-wenang. Bagi yang berani
menolak, hukuman dan siksaan menanti mereka. Pada masa penjajahan Jepang,
koperasi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya karena koperasi dijadikan
sebagai alat pendistribusian barang-barang keperluan tentara Jepang. Koperasi yang
ada diubah menjadi Kumiai yang berfungsi sebagai pengumpul barang untuk
keperluan perang tentara Jepang.

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Koperasi pada Kurun Waktu


Mempertahankan Kemerdekaan (1945-1949)
Diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 membawa
semangat baru bagi rakyat Indonesia untuk menghidupkan kembali koperasi sebagai
wadah gerakan ekonomi rakyat. Semangat baru ini tercermin dalam pasal 33 UUD

8
1945 yang secara tegas menyatakan bahwa koperasi adalah gerakan ekonomi rakyat
Indonesia.
Pada awal kemerdekaan, koperasi berfungsi untuk mendistribusikan keperluan
masyarakat sehari-hari di bawah Jawatan Koperasi, Kementerian Kemakmuran. Pada
tahun 1946, berdasarkan hasil pendaftaran secara sukarela yang dilakukan Jawatan
Koperasi, terdapat sebanyak 2.500 buah koperasi. Koperasi pada saat itu dapat
berkembang secara pesat.
Dengan semangat kemerdekaan, gerakan koperasi di seluruh Indonesia
mengadakan kongres pertama pada tanggal 12 Juli 1947 di Tasikmalaya, Jawa Barat.
Hasil keputusannya yaitu:
1. Mendirikan Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI)
2. Menetapkan gotong royong sebagai asas koperasi
3. Menetapkan pada tanggal 12 Juli sebagai hari Koperasi
Dua tahun setelah kongres pertama koperasi, peraturan koperasi tahun 1933
diubah dengan Regeling Cooperatieve Vereningingen pada tahun 1949.

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Koperasi pada Kurun Waktu


Mempertahankan Kemerdekaan (1950-1965)
Akibat tekanan dari berbagai pihak misalnya Agresi Belanda, keputusan
Kongres Koperasi I belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Namun, pada
tanggal 12 Juli 1953, diadakanlah Kongres Koperasi II di Bandung, yang antara lain
mengambil putusan sebagai berikut:
1. Penggantian SOKRI, yaitu Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin)
2. Sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah
3. Mengangkat Moh. Hatta sebagai Bapak KoperasI Indonesia
4. Segera akan dibuat UU Koperasi yang baru
Dikarenakan perkembangan politik yang disesuaikan dengan UUD Sementara
Tahun 1950, pada tahun 1958, pemerintah mengeluarkan UU Koperasi No. 79 tahun
1958. Dengan dikeluarkannya UU ini, maka peraturan koperasi tahun 1933 dan
peraturan koperasi tahun 1949 dinyatakan batal. Diberlakukannya UU No, 79 Tahun
1958 yang berdasar pada UUDS 1959 Pasal 50 membuat perkembangan koperasi
dirasa semakin baik dengan dijadikannya koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat.
Pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang salah
satu isinya adalah mengembalikan UUD kepada UUD 1945. Dengan kondisi ini,

9
pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 60 Tahun 1959
sebagai Peraturan Pelaksana dari UU No. 79 Tahun 1958. Dalam peraturan ini,
ditetapkan bahwa pemerintah adalah pembina dan pengawas koperasi. Pada masa ini,
segala kegiatan pemerintah dalam perekonomian dan perkoperasian disalurkan
melalui jawatan koperasi, dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Tugas jawatan
koperasi berdasarkan UU No. 79 Tahun 1959 di antaranya adalah menumbuhkan
organisasi koperasi dalam segala sektor perekonomian dan mengadakan pengamatan
dan bimbingan terhadap koperasi.
Guna menumbuhkembangkan koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat,
pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 1960 yang muatannya
antara lain adalah harus ada kerja sama antara jawatan dengan masyarakat dalam
suatu lembaga yang disebut dengan Badan Penggerak Koperasi yang disingkat
Bapengkap. Dibentuknya Bapengkap dimaksudkan agar cita-cita ekonomi Indonesia
sesuai dengan amanat konstitusi, yaitu UUD 1945. Di samping itu, Bapengkap juga
dimaksudkan untuk memastikan bahwa gerakan koperasi sebagai wadah ekonomi
rakyat betul-betul dijalankan di seluruh pelosok tanah air.
Besarnya perhatian pemerintah terhadap perkembangan koperasi pada masa
itu membuat koperasi bergantung kepada bantuan pemerintah. Pengurus koperasi
terbiasa mengharap datangnya bantuan atau distribusi barang dari pemerintah.
Akibatnya, mereka menjadi kehilangan inisiatif untuk menciptakan lapangan usaha
bagi kelangsungan hidup koperasi dan menjadikan koperasi sebagai gerakan ekonomi
rakyat. Selain itu, campur tangan partai-partai politik pada pengelolaan koperasi
mengakibatkan koperasi menjadi alat perjuangan politik dari kelompok kekuatan
tertentu. Koperasi menjadi kehilangan jati dirinya dan keluar dari patron prinsip
koperasi yang terbebas dari kepentingan politik, agama, suku dan sebagainya.
Pada April 1961, diselenggarakan Musyawarah Nasional Koperasi Indonesia
yang pertama di Surabaya. Namun, munas ini ternyata belum dapat memperbaiki citra
koperasi yang sudah menyimpang dari landasan idiilnya. Munas I Koperasi Indonesia
gagal mengembalikan jati diri koperasi. Berselang 4 tahun, kembali diadakan Munas
Koperasi kedua, tepatnya pada Agustus 1965, yang kemudian melahirkan UU No. 4
Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian Indonesia. Tetapi, kenyataan
menunjukkan pengaruh politik masih sangat dirasakan dalam koperasi dengan
masuknya unsur-unsur politik dalam koperasi. Dengan kata lain, koperasi masih
dijadikan alat perjuangan bagi partai-partai politik yang berkuasa

10
4. Perkembangan Koperasi pada Masa Pemerintahan Orde Baru dan Reformasi
Orde Baru
Pada tahun 1966, berdasarkan Ketetapan MPRS No. XIX/MPRS/1966, MPRS
mencabut dan mengganti UU No. 14 tahun 1965 dengan UU baru yang benar-benar
dapat menempatkan koperasi pada fungsi umatnya, yakni sesuai dengan UUD 1945
Pasal 33. Pada masa-masa awal kepemimpinan Presiden Soeharto, melalui
Departemen Perdagangan dan Koperasi, dibentuklah panitia peninjauan UU Nomor
14 Tahun 1965 yang dipimpin oleh Ibnoe Soejono. Selanjutnya pada 18 Desember
1967, pemerintah dengan persetujuan DPR Gotong-royong (DPRGR) berhasil
membuat UU tentang Pokok-pokok Perkoperasian No. 12 Tahun 1967. Dengan
dikeluarkannya UU No. 12 Tahun 1967 ini, maka koperasi yang ada pada waktu itu
mulai diterbitkan; terutama menyangkut koperasi yang tidak berbadan hukum,
dibuatkan atau dijadikan sebagai koperasi yang berbadan hukum. Selanjutnya pada
masa Pembangunan Lima Tahun (Pelita) I, Pemerintah telah mendirikan berbagai
program penguatan koperasi.
Pada tanggal 21 Oktober 1992, pemerintah mengeluarkan UU Nomor 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian menggantikan UU Nomor 12 Tahun 1967 tentang
Pokok-Pokok Koperasi. Setelah jatuhnya pemerintahan orde baru pada tahun 1998,
Presiden B.J. Habibie mengeluarkan Instruksi Presiden No. 18 Tahun 1998 tentang
Pengembangan Koperasi. Melalui Instruksi Presiden No. 18 Tahun 1998, pemerintah
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada rakyat untuk membentuk dan
mengelola koperasi tanpa batasan wilayah kerja dan koperasi diberi kesempatan untuk
lebih mandiri dan bebas melakukan kegiatannya tanpa campur tangan pemerintah
serta terbebas dari berbagai kepentingan politik.
Namun sangat disayangkan, kebebasan yang diberikan pemerintah justru
disalahartikan dengan membiarkan koperasi berjalan seperti apa adanya oleh
pemerintah berikutnya, mulai dari Presiden Abdurrahman Wahid, Megawati dan
SBY. Berbagai hambatan yang membuat koperasi tidak berkembang tidak diantisipasi
oleh pemerintah. Hal yang terjadi justru swasta besarlah yang sering mendapat
berbagai fasilitas.

Reformasi

11
Setelah Pemerintahan Orde Baru tumbang dan digantikan oleh Orde
Reformasi, perkembangan Koperasi mengalami peningkatan. Dalam era Reformasi
pemberdayaan ekonomi rakyat kembali diupayakan melalui pemberian kesempatan
yang lebih besar bagi usaha kecil dan Koperasi.
Untuk tujuan tersebut seperti sudah ditetapkan melalui GBHN Tahun 1999.
Pesan yang tersirat di dalam GBHN Tahun 1999 tersebut bahwa tugas dan misi
Koperasi dalam era Reformasi sekarang ini, yakni Koperasi harus mampu berfungsi
sebagai sarana pendukung pengembangan usaha kecil, sarana pengembangan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan, serta sebagai sarana untuk pemecahan
ketidakselarasan di dalam masyarakat sebagai akibat dari ketidakmerataannya
pembagian pendapatan yang mungkin terjadi.
Koperasi telah diakui sebagai lembaga solusi dalam rangka menangkal
kesenjangan serta mewujudkan pemerataan. Di masa ini lah pergerakan ekonomi
sudah bisa menyentuh kepada gerakan koperasi yang otonom. Tetapi di samping itu,
kegiatan usaha yang dijalankan oleh koperasi perlu untuk bergerak secara universal
yang dapat memenuhi kebutuhan secara lebih. Seperti dengan adanya jasa pelayanan
infrastruktur dan jasa keuangan. Selain itu, di sinilah perkembangan teknologi
seharusnya turut disertakan sebagai pendukung di dalam pengelolaan koperasi.
Secara umum, koperasi mengalami perkembangan usaha dan kelembagaan
yang menggairahkan. Namun demikian, koperasi masih memiliki berbagai kendala
untuk pengembangannya sebagai badan usaha, yaitu :
1) Rendahnya partisipasi anggota
2) Efisiensi usaha yang relatif rendah
3) Rendahnya tingkat profitabilitas koperasi.
4) Citra masyarakat terhadap koperasi yang menganggap sebagai Badan Usaha Kecil
dan terbatas, serta bergantung pada programpPemerintah.
5) Kompetensi SDM koperasi yang relatif rendah.
6) Kurang optimalnya koperasi mewujudkan skala usaha yang ekonomis akibat
belum optimalnya kerjasama antar Koperasi dengan Badan Usaha lainnya
Pemerintah di Negara-negara sedang berkembang pada umumnya turut secara
aktif dalam upaya membangun Koperasi. Keikutsertaan pemerintah negara-negara
sedang berkembang ini, selain didorong oleh adanya kesadaran untuk serta dalam
membangunkan Koperasi, juga merupakan hal yang sangat diharapkan oleh gerakan

12
Koperasi. Hal ini antara lain didorong oleh terbatasnya kemampuan Koperasi di
Negara sedang berkembang, untuk membangun dirinya atas kekuatan sendiri.
Saat ini sudah ada sekitar 152.000 lebih kooperasi yang di kategorikan aktif
dan setelah puluhan tahun, kehadiran gerakan koperasi mewujudkan koperasi sebagai
pilar ekonomi bangsa masih menghadapi banyak tantangan sehingga perlu kerja keras
untuk memajukan koperasi di Indonesia.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Koperasi lahir dari gagasan Robert Owen (Bapak Koperasi Dunia) dengan bukunya
yang berjudul A New View of Society sebagai wujud perlawanan kaum buruh atas
ketidakadilan kaum kapitalis. Koperasi pertama ini lahir di Rochdale, Inggris. Gerakan
koperasi ini selanjutnya terus berkembang dan menjadi tren baru di bidang ekonomi di
berbagai belahan dunia seperti Eropa, Selandia Baru dan Australia, Amerika, Afrika, dan
juga Asia.
Koperasi Indonesia didirikan pada tanggal 12 Juli 1960 oleh Drs. Moh. Hatta (Bapak
Koperasi Indonesia). Di Indonesia sendiri, perkembangan koperasi sangat tergantung
pada kondisi perpolitikan atau pemerintah yang berkuasa saat itu. Baik pada masa
penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang, maupun pada saat Indonesia merdeka.
Setelah Indonesia merdeka pun, perkembangan koperasi berbeda antar periode
pemerintahan, baik pada orde lama, orde baru, maupun pada orde reformasi. Namun, hal
yang patut kita catat adalah perkembangan koperasi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh
pemikiran-pemikiran Bung Hatta yang memasukkan watak koperasi dalam beberapa
pasal terkait persoalan sosial dan ekonomi dalam UUD 1945.

B. Saran
Menyadari betapa pentingnya peran koperasi dalam meningkatkan taraf
perekonomian masyarakat, mari kita menggalakkan kembali perkoperasian demi
kemajuan dan kemakmuran bangsa ini di masa mendatang.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk seluruh pembaca, khususnya kami selaku
penulis. Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang
sejarah koperasi, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami menyarankan agar penulis
selanjutnya dapat membuat makalah yang lebih baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Adminkoperasi. Sejarah dan Latar Belakang Koperasi.


(https://koperasi.kulonprogokab.go.id/detil/536/sejarah-dan-latar-belakang-koperasi,
diakses tanggal 23 Agustus 2021)

Aji, Seno. 2018. Mengenal Koperasi dan Sejarahnya.


(https://www.ruangguru.com/blog/mengenal-koperasi-dan-sejarahnya. Diakses
tanggal 23 Agustus 2021)

Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia.
Sejarah Koperasi Indonesia. (https://ppklkemenkop.id/index.php?
rute=post&term=detail&pos=104, diakses tanggal 23 Agustus 2021)

S, Alam. 2007. Ekonomi 3 untuk SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Esis/Erlangga.

Tanjung, M. Azrul. 2018. Koperasi dan UMKM sebagai Fondasi Perekonomian Indonesia.
Jakarta : Penerbit Erlangga.

15

Anda mungkin juga menyukai