Anda di halaman 1dari 14

BENTUK PENYEDIAAN

DAN PENDEKATAN PEMBANGUNAN


PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
Deskripsi singkat

Dalam upaya penyediaan perumahan dan


permukiman, terdapat beberapa bentuk
pendekatan yang dapat dilakukan seperti
hunian skala besar, hunian berimbang,
rumah susun dan lain sebagainya.

Pada materi bentuk pendekatan penyediaan


pembangunan perumahan dan permukiman
ini akan menjelaskan mengenai konsep
hunian skala besar yang meliputi
pengertian, persyaratan lokasi dan
kelengkapan sarana dan prasarana.

Selain itu dijelaskan pula mengenai konsep


hunian berimbang berserta permasalahan
dalam penerapannya dan konsep rumah
susun yang meliputi tipologi rumah susun
dan kriteriakriteria yang perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan
pembangunan rumah susun.
Dalam upaya penyediaan pembangunan perumahan dan permukiman terdapat berbagai
bentuk penyediaan dan pendekatan yang dapat ditempuh, beberapa diantaranya adalah:

1) HUNIAN SKALA BESAR (Kasiba Lisiba)

Dalam pembangunan perumahan dan permukiman diperlukan Kawasan


Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan Siap Bangun (Lisiba).

Kawasan Siap Bangun sendiri


merupakan sebidang tanah yang telah
disiapkan secara fisik untuk
pembangunan perumahan dan
permukiman skala besar yang terbagi
dalam satu lingkungan siap bangun
atau lebih dimana pelaksanaan
pembangunannya dilakukan secara
bertahap dengan menyediakan
jaringan primer dan sekunder
prasarana lingkungannya terlebih
dahulu.
Syarat lokasi yang dipilih sebagai
kasiba diantaranya,:

- lokasi Kasiba harus berada pada


kawasan peruntukan
permukiman dalam RTRW,
- seluruhnya terletak dalam satu
kawasan administratif,
- lokasi kasiba dapat dikembangkan
sesuai dengan kecenderungan
perkembangan yang ada atau
untuk merangsang terjadinya
perkembangan baru,
-lokasi Kasiba bukan merupakan
lahan sengketa,
- lokasi kasiba ditetapkan mencakup
lokasi yang belum terbangun yang
mampu menampung minimal
3.000 unit rumah misal kavlingan 1 unit
rumah adalah 100 m2 jadi = 100 m2 x 3.000
unit= 300.000 m2 = 30 ha. (kavlingan rumah
saja)
- dan jika lokasi kasiba yang sudah
memiliki permukiman didalamnya
maka akan merupakan integrasi
antara pembangunan baru dan
permukiman yang sudah ada
sehingga seluruhnya menampung
minimal 3.000 unitrumah.
Penetapan lokasi kasiba dan Lisiba dilakukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

- Jarak tempuh menuju pusat kegiatan dan pelayanan selama kurang lebih 30menit,
- ketersediaan jalan penghubung dengan kawasan di sekitarnya,
- keadaan topografi datar,
- daya dukung tanah sesuai dengan persyaratan,
- drainase alam baik,
- mudah memperoleh air minum, sambungan listrik dan sambungan telpon,
- kedekatan lokasi kasiba dan lisiba dengan fasilitas pendidikan tinggi, kesehatan dan pusat perbelanjaan,
- kemungkinan pembuangan sampah yang layak,
- tidak merubah bentang alam (mengurug, memotong atau mereklamasi),
- masyarakat calon penghuni kasiba memiliki karakteristik yang tidak bertentangan dengan masyarakat di
sekitarnya
- perhitungan neraca pembiayaan penetapan kasiba yang meliputi usulan pengeluaran, perkiraan
penerimaan dan cash flow.
Dalam rencana rinci tata ruang kasiba harus dilengkapi oleh prasarana, sarana dan
utilitas perumahan dan permukiman sebagai berikut:

Prasarana yang terpadu dengan kawasan/wilayah disekitar kasiba


- Jaringan jalan - Jaringan air limbah
- Jaringan drainase - Pengelolaan Persampahan
Sarana
- Fasilitas pendidikan - Fasilitas tempat peribadatan
- Fasilitas pelayanan - Ruang terbuka hijau
- Fasilitas perbelanjaan - Fasilitas pemerintah
Utilitas
- Dilayani air minum yang cukup (PDAM, air tanah dan/atau mata air)
- Dilayani listrik dengan kapasitas cukup
- Dilayani sambungan telpon
- Dilengkapi dengan sistem pembuangan sampah
- Dilengkapi dengan sistem pemadam kebakaran
- Jika telah tersedia sistem perpipaan gas maka kasiba perlu dilayani sistem
perpipaan gas
Sedangkan untuk sarana, prasarana dan utilitas umum untuk lisiba yang
berdiri sendiri adalah

Prasarana yang terpadu dengan kawasan/wilayah disekitar kasiba


- Jaringan jalan - Jaringan air limbah
- Jaringan drainase - Pengelolaan Persampahan
Sarana
- Fasilitas pendidikan - Fasilitas tempat peribadatan
- Fasilitas pelayanan kesehatan - Ruang terbuka hijau
- Fasilitas perbelanjaan - Fasilitas pemerintahan
- Fasilitas Olahraga dan lapangan terbuka - Ruang Rekreasi dan Budaya
Utilitas
- Jaringan air minum
- Jaringan listrik
- Jaringan telekomunikasi
- Jaringan gas
- Kran kebakaran/hidran
2) HUNIAN BERIMBANG

Hunian berimbang merupakan salah satu strategi dan pendekatan dalam pembangunan
perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dalam kawasan siap bangun (kasiba)
yang bertujuan untuk menciptakan pembangunan perumahan dan permukiman yang serasi.
Dengan konsep hunian berimbang dimaksudkan dalam penyediaan perumahan dapat
menampung masyarakat dari semua kalangan, profesi, status sosial dan tingkat ekonomi.
Hunian berimbang merupakan perumahan dan kawasan permukiman yang dibangun secara
berimbang dengan komposisi tertentu.

Hunian berimbang
dapat dibangun dalam
bentuk rumah tunggal
dan rumah deret
dengan komposisi
rumah sederhana,
rumah menengah dan
rumah mewah. Hunian
berimbang dapat pula
dalam bentuk rumah
susun dengan
komposisi rumah susun
umum dan rumah
susun komersial, atau
dapat juga dalam
bentuk rumah tapak
dan rumah susun
umum.
Konsep dasar Hunian berimbang adalah menyediakan
perumahan maka di dalamnya terdiri dari rumah
yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan
rendah, masyarakat berpenghasilan sedang dan
masyarakat berpenghasilan tinggi dengan
komposisi yang seimbang mengikuti aturan
pemerintah yang berlaku sehingga sesuai dengan
tujuannya yaitu menyediakan perumahan yang dapat
menampung semua golongan, profesi, tingkat ekonomi
dan status sosial.

Dalam penerapannya, konsep hunian berimbang masih


menemui banyak kendala dimana
banyak developer atau pengembang perumahan tidak
mentaati peraturan yang ada. Banyak ditemukan
perumahan perumahan mewah yang tidak
berdampingan dengan rumah-rumah menengah
maupun rumah sederhana. Hal tersebut merupakan
akibat dari kurang tegasnya penerapan hukum hunian
berimbang, tidak adanya insentif bagi pegembang yang
menerapkan konsep hunian berimbang dan
ketersediaan lahan yang berbeda untuk setiap daerah.
Konsep hunian berimbang ini berlaku
untuk skala perumahan dengan jumlah minimal 15 unit hingga 1.000 unit rumah,
permukiman dengan jumlah rumah minimal 1.000 sampai 3.000 unit rumah,
lingkungan hunian dengan jumlah rumah minimal 3.000 sampai 10.000 dan kawasan
permukiman dengan jumlah rumah lebih dari 10.000 unit rumah.

Pembangunan hunian berimbang ini dapat dilakukan pada lokasi baru atau pada lokasi
penembangan yang sebagian sudah terbangun. Badan hukum yang membangun perumahan
dengan hunian berimbang apabila tidak memiliki cukup lahan dalam satu hamparan, dapat
dibangun di lahan lain namun masih dalam satu wilayah kabupaten/kota. Hal tersebut
dikarenakan kecenderungan perilaku masyarakat berpenghasilan rendah yaitu mencari
tempat tinggal pada lokasi yang dekat dengan lokasi mereka bekerja.

Selain itu pembangunan perumahan dengan hunian berimbang yang dibangun tidak dalam
satuan hamparan wajib diusulkan oleh badan hukum yang sama, namun badan hukum yang
dimaksudkan bisa berupa badan hukum yang berdiri sendiri atau kumpulan badan hukum
dalam bentuk kerjasama berupa konsorsium, kerjasama operasional atau bentuk kerjasama
lainnya.
3) RUMAH SUSUN

Salah satu bentuk pendekatan penyediaan perumahan dan permukiman terutama di


kawasan perkotaan adalah dengan pembangunan rumah susun. Rumah susun sendiri
merupakan bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang
terdiri dari beberapa bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal
maupun vertikal. Rumah susun memiliki fungsi utama sebagai tempat hunian yang
dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama.

Terdapat beberapa tipologi rumah susun yaitu rumah susun umum/rumah susun
sederhana yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, rumah susun
khusus untuk memenuhi kebutuhan khusus, rumah susun negara untuk penunjang
pelaksanaan tugas pejabat atau pegawai negeri dan rumah susun komersial yang
diselenggakan untuk mendapatkan keuntungan.
Sesuai dengan tipologi diatas, untuk masyarakat
berpenghasilan rendah sendiri dapat disediakan
rumah susun sederhana. Berdasarkan jenis
kepemilikannya, rumah susun dapat dimiliki
dengan hak milik atau yang biasa disebut
rusunami dan dapat pula dimiliki dengan cara
sewa atau biasa disebut dengan rusunawa. Dalam
pembangunan rumah susun ini harus pada lahan
sesuai dengan peruntukannya dalam rencana tata
ruang wilayah/kota. Perencanaan pembangunan
rumah susun
sendiri harus mempertimbangkan beberapa hal
diantaranya :
- Kepadatan bangunan
- Jumlah dan kepadatan penduduk
- Rencana rinci tata ruang
- Layanan prasarana, sarana dan utilitas umum
- Layanan moda transportasi
- Alternatif pengembangan konsep
pemanfaatan rumah susun
- Layanan informasi dan komunikasi
- Konsep hunian berimbang
- Analisis potensi kebutuhan rumah susun
Dalam penyediaan
rumah susun harus
dilengkapi dengan
sarana dan prasarana
dasar berupa jaringan
jalan dan utilitas umum,
jaringan pemadam
kebakaran, tempat
sampah, parkirm
saluran drainase, tangki
septik, sumur resapan,
rambu penuntun dan
lampu penerangan luar
TUGAS

Mahasiswa diminta untuk melakukan identifikasi dan analisis serta


perbandingan dari studi kasus KASIBA (minimal 2 kasus)

Dibuat dalam bentuk format ppt dan dipresentasikan, individu.

Anda mungkin juga menyukai