Anda di halaman 1dari 2

Kasus 1: hubungan dengan profesi lain

JG adalah seorang psikolog senior di bidang ketergantungan obat. Ia membina kerjasama


dengan A (seorang psikiater yang menjadi kepala rumah sakit jiwa) untuk mengembangkan
fasilitas penanganan klien ketergantungan obat di rumah sakit jiwa yang dipimpin A. untuk
beberapa waktu, kerjasama ini berlangsung dengan baik. Namun, ternyata A terlibat
hubungan seksual di luar pernikahan dengan salah satu klien perempuan adiksi yang
menderita AIDS yang ditangani JG. Melihat hal itu, JG kemudian memutuskan hubungan
kerjasama dengan A,dan memindahkan panti rehabilitasi narkobanya ke tempat lain di
wilayah yang agak jauh dengan rumah sakit tersebut. JG memberi kesempatan bagi klien-
kliennya untuk memilih ikut bersamanya atau tetap tinggal di rumah sakit jiwa yang
bersangkutan.

Soal :

1. Bagaimana pendapat anda terhadap kasus ini?


Menurut (HIMPSI,2010) pasal 19 mengenai hubungan profesional psikolog wajib
untuk menghargai dan menghormati kompetensi dan kewenangan rekan dari profesi
lain. Menurut kelompok kami apa yang dilakukan JG tidak perlu terjadi karena
dengan pernyataan di atas seorang psikolog wajib untuk menghormati dan
menghormati wewenang yang dimiliki oleh A.
2. Apa yang seharusnya dilakukan JG?

3. Bagaimana seharusnya tindakan JG terhadap A?


Menurut kelompok kami JG seharusnya bersikap professional untuk menghargai
keputusan yang diambil oleh A. selain itu JG juga bisa memberikan nasehat kepada
A bahwasanya apa yang dilakukan oleh A tidaklah benar dan hal tersebut dapat
berdampak buruk terhadap kesehatan A sendiri karena klien JG tersebut adalah
penderita AIDS yang merupakan salah satu penyakit menular.
4. Apakah yang dilakukan JG untuk memindahkan panti rehabilitasinya tersebut tepat?
Tidak, karena dengan memindahkan panti rehabilitasinya diperkirakan akan merusak
atau berdampak buruk bagi pengguna layanan psikologi serta pihak-pihak terkait
dengan pengguna layanan psikologi tersebut. JG selaku psikolog seharusnya dapat
mengambil langkah-langkah yang masuk akal untuk menghindari munculnya dampak
buruk bagi pengguna layanan psikologi serta pihak-pihak lain yang terkait dengan
kerja mereka serta meminimalkan dampak buruk untuk hal-hal yang tak terhindarkan
tetapi dapat diantisipasi sebelumnya.
Kasus 3: hubungan dengan klien

Seorang psikolog laki-laki melakukan psikotes untuk penerimaan pramugari suatu


perusahaan penerbangan terkemuka tempatnya bekerja. Ia tertarik dengan salah seorang
perempuan cantik yang menjadi calon pramugari tersebut, namun, ternyata ia gagal dalam
tes. psikolog tersebut melihat bahwa perempuan tersebut sangat membutuhkan uang untuk
memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Calon pramugari itu kemudian menawarkan bahwa ia
mau melakukan hubungan seksual dengan psikolog itu, dengan syarat ia dapat diterima di
perusahaan itu.

Soal:

1. Bagaimana kasus ini menurut anda ?


Berdasarkan (HIMPSI,2010) pasar 18 tentang eksploitasi ayat 1 poin 3 yang
mengatakan psikolog tidak boleh melakukan ekploitasi atau terlihat dalam hal-hal
yang mengarah pada hubungan seksual dengan pengguna layanan psikologi
psikolog. Berdasarkan pernyataan tersebut jika psikolog laki-laki mengerti dan
paham mengenai kode etik psikologi ia tidak akan mau menerima penawaran dari
calon pramugari tersebut walaupun ia tertarik. Karena dalam sikap professional
seorang psikolog akan mengutamakan ketidakberpihakan dalam kepentingan
pemakaian layanan psikologi serta pihak-pihak yang terkait dalam pembelian
pelayanan tersebut.
2. Apa yang harus dilakukan oleh psikolog itu?

Anda mungkin juga menyukai