Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN SEMINAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NN.T DENGAN PNEUMONIA


DI RUANG PARU DALAM RSU Dr.M.HAULUSSY AMBON

DISUSUN OLEH :

1. Meilan Wattimena 5. Ode Surnia


2. Fifi F La Hani 6. Irvan Duila
3. Endonesya Akerina 7. Nurmayanti Bantan
4. Mona Susy Mouw

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MALUKU HUSADA
AMBON
LAPORAN PENDAHULUAN
PNEUMONIA

1.1 Konsep Penyakit


1.1.1 Definisi
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan
dengan pengisian alveoli dengan cairan. CAP atau Community
Acquired Pneumonia, pneumonia yang menular pada seseorang yang
tidak didapat dirumah sakit.
Pneumonia adalah monia adalah peradangan paru angan paru
dimana asinus tensi asinus tensi dengan cairan, dengan atau tanpa
disertai infiltrasi sel radang ke dalam dinding alveol dan rongga
interstisium.
1.1.2 Etiologi
Pneumonia biasa disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya
adalah:
1. Infeksi
1) Bakteri (Pneumokokus, Streptokokus, Stafilokokus, H.
Influenza, Klebsiela mycoplasma pneumon  Influenza,
Klebsiela mycoplasma pneumonia).
2) Virus (Influenza, Parainfluenza, Adenovirus).
3) Jamur (Candida abicang, Histoplasma, Capsulatum,
koksidiodes).
4) Protozoa (Pneumokistis karinti).
2. Bahan kimia
1) Aspirasi makan/susu/isi lambung,
2) Keracunan hidrokarbon (minyak tanah, bensin dll).
1.1.3 WOC
1.1.4 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang dapat timbul pada Pneumonia yaitu
(Permatasari, 2018):
a. Biasanya diawali oleh infeksi saluran pernafasan bagian atas.
Suhu dapat naik secara mendadak (38-40C) dapat disertai
kejang (demam tinggi).
b. Batuk, mula-mula kering (non produktif) sampai poduktif.
c. Sesak
d. Penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi interkosta, cuping
hidung kadang terdapat nasal discharge (ingus)
e. Suara nafas : lemah, mendengkur, rales (ronkhi), wheezing.
f. Frekuensi napas:
 Umur 1-5 tahun 40 x/menit atau lebih
 Umur 2 bulan - 1 tahun 50x/menit
 Umur <2 bulan 60 x/menit
g. Nadi cepat dan bersambung
h. Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas
dan batuk.
i. Kadang terasa nyeri kepala dan abdomen
j. Kadang diare dan muntah, anoreksia dan perut kembung
k. Mulut, hidung, dan kuku sianosis
l. Malaise, gelisa, cepat lelah.
1.1.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X : mengidentifikasi distribusi struktual, dapat juga
menyatakan abses
2. Pemeriksaan garam kultur, sputum dan darah untuk
mengidentifikasi semua organisme yang ada
3. Pemeriksaan serologi, untuk membedakan diagnosis organisme
khusus
4. Pemeriksaan fungsi paru, untuk mengetahui paru-paru,
menetapkan luas berat penyakit dan membantu diagnosis
keadaan.
5. Biopsy paru: untuk menetapkan diagnosis
6. Spirometrik static, untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi, untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat
benda asing.
1.1.6 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan untuk pneumonia tergantung pada
penyebabnya, sesuai yang ditentukan oleh pemeriksaan
sputum mencakup :
1) Oksigen 1-2 liter/m. 2)
2) IVFD dekstrose 10%: NaCl 0,9% = 3:1, + KCl 10
mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai BB, kenaikan
suhu dan status dehidrasi.
3) Jika sekreksi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi
dengan salin normal dan beta agonis untuk
memperbaiki transport mukosilier.
4) Antibiotic
Sesuai hasil biakan atau berikan:
Untuk kasus Pneumonia Community base:
a. Ampisilin 100mg/kg BB/hari dalam 4 kali
pemberian.  
b. Kloramfenikol 75mg/kg BB/h Kloramfenikol
75mg/kg BB/hari dalam 4 kli pemberian ari
dalam 4 kli pemberian.

Untuk kasus Pneumonia Hospitas Base:


a. Sefatoksin 100 mg/kg BB/hari dalam 2
kalipemberian.  
b. Amikasin 10-15 mg/kg B Amikasin 10-15
mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian B/hari
dalam 2 kali pemberian.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan
dengan memberikan oksigen ke dalam paru-paru
melalui saluran  pernapasan dengan menggunakan alat
bantu oksigen oksigen 1-2 liter/menit. Dalam
pemberiannya terdapat tiga cara, yaitu melalui kanula
nasal dan masker dengan tujuan mencegah terjadinya
hipoksia dan memenuhi kebutuhan oksigen.
2) Fisioterapi dada adalah sekumpulan tindakan yang
yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi
pernapasan, meningkatkan, pengembangan paru,
kekuatan dari otot pernapasan, dan eliminasi sekret
yang berasal dari sistem pernapasan. Fisioterapi terdiri
erapi terdiri dari beberapa tindakan yaitu postural
drainage, clapping, dan vibrasi. Fisioterapi dada
bertujuan  bertujuan untuk membantu membantu klien
agar bernapas bernapas lebih bebas dan mendapatkan
oksigen untuk keperluan metabolisme tubuh.
3) Postural drainage merupakan teknik pengaturan posisi
tubuh dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi
dalam membersihkan jalan napas.
4) Perkusi adalah memberikan pukulan yang teratur pada
dinding dengan menggunakan tangan yang
dikuncupkan selama 1-2 menit.
5) Vibrasi adalah pemberian getaran pada pada dinding
dada dimana tujuannya sama dengan perkusi yaitu
meluruhkan sekret pada saluran pernapasan.
6) Penghisapan lendir (suction) merupakan tindakan
keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak
mampu mengeluarkan sekret atau lendir secara mandiri
seperti pada anak balita. Tujuannya adalah untuk
membebaskan jalan napas dan memenuhi kebutuhan
oksigen.
7) Inhalasi (nebulizer) adalah suatu alat suatu alat yang
dapat mengubah cairan menjadi droplet aerosol
sehingga dapat dihirup oleh pasien. Tujuan pemberian
pemberian inhalasi (nebulizer) yaitu untuk  membantu
pengenceran secret, membuat rileksasi dari spasme
bronkial, melancarkan melancarkan jalan napas dan
melembabkan saluran pernapasan.
8) Pemberian posisi semi fowler adalah posisi tidur
pasien dengan kepala dan dada lebih tinggi daripada
posisi panggul dan kaki. Pada posisi semi flower
kepala dan dada dinaikkan dengan sudut 30°-45°.
Posisi ini digunakan untuk pasien yang mengalami
masalah pernafasan dan pasien dengan gangguan
jantung.

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian
1. Keluhan Utama
Sesak napas, batuk berdahak, demam tinggi di sertai dengan
menggigil.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


a. Didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas selama
beberapa  beberapa hari, kemudian mendadak kemudian
mendadak timbul panas tinggi, sakit tinggi, sakit
kepala/dada (anak besar) kadang-kadang pada kecil dan
bayi dapat timbul kejang. Timbul batuk, sesak, nafsu
makan menurun.
b. Anak biasanya dibawa ke RS setelah sesak napas,
sianosis/batuk-batuk disertai dengan demam tinggi.
Kesadaran kadang sudah menurun apabila anak masuk
dengan disertai riwayat kejang demam.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Anak sering menderita penyakit saluran pernapasan.
4. Pemeriksaan Head To Toe
a. Kepala
Rabut lurus, tidak rontok. Pada pasien dengan pneumonia
tidak terdapat kelainan pada daerah kepala
b. Mata
Simetris, palpebral menghitam (terlihat sembab), tidak ada
nyeri tekan pada kedua bola mata
c. Telinga
Simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan pada tragus
dan prosesus mastodeus
d. Hidung
Lubang hiudng simetris, penafasan cuping hidung, tidak
ada nyeri tekan pada hidung.
e. Mulut
Mulut sianosis, tidak ada lesim bibir simetris, tidak ada
nyeri tekan pada palatum
f. Leher
Tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan dan tidak terdapat
masa
g. Dada
Inspeksi : cekung (retraksi intercostaa)
Palpasi : pengembangan ekspansi dada dari inspirasi
maupun ekspirasi tidak simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : ronchi
h. Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi, elastisitas kulit normal, tidak
terdapat benjolan
Palpasi : nyeri tekan
Perkusi : timpani
Auskultasi : hiperperistaltik
i. Urogenital
Produksi urin menurun
j. Ekstremitas
Tidak terdapat lesi, tidak terdapat nyeri tekan
k. Kulit dan kuku
turgor kulit menurun
5. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thorax, konsolidasi
satu atau beberapa lobus yang berbercak-bercak infiltrate.
2) Pemeriksaan laboratorium didapati lekositosit antara
15000 sampai 40000 /mm3.
3) Sel darah putih biasanya meningkat kecuali apabila pasien
mengalami imunodefiensi.
4) Pemeriksaan AGD (Analisa Gas Darah)
5) Pemeriksaan gram/kultur spurum dan darah.
6. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan
a. Penatalaksanaan medis
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji
resistensi tapi karena hal itu perlu waktu dan pasien
pneumonia diberikan terapi secepatnya:
 Penicillin G, untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
 Amantadine dan rimantadine, untuk infeksi pneumonia
virus.
 Eritomisin, tetrasiklin dan devirat tetrasiklin, untuk
infeksi pneumonia mikroplasma
b. Penatalaksanaan keperawatan
 Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi
menunjukkan tanda-tanda
 Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia
 Bila terjadi gagal nafas, beri nutrisi dengan kalori yang
cukup.
1.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan benda


asing dalam jalan nafas ditandai dengan sputum yang
berlebihan.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas yang ditandai dengan penggunaan otot bantu pernapasan.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan ditandani dengan nafsu makan menurun.
4. Risiko hipovolemia dibuktikan dengan kehilangan cairan secara
aktif.
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi di tandai dengan menanyakan masalah yang dihadapi
6. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
ditandai dengan mengeluh nyeri.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai
dengan mengeluh lelah.
8. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai
dengan suhu tubuh diatas nilai normal.
1.2.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1 Bersihan jalan SLKI) : bersihan jalan SIKI: Bersihan jalan nafas
nafas tidak efektif jalan nafas tidak efektif tidak efektif
berhubungan Luaran Utama Intervensi Utama
dengan sekresi Label : Bersihan jalan nafas Label: Manajemen jalan
yang tertahan setelah dilakukan intervensi nafas
selama ..x..24jam, diharapkan Observasi:
bersihan jalan nafas 1) Monitor pola nafas
meningkat dengan kriteria (frekuensi, kedalaman,
hasil: usaha nafas)
- batuk efektif meningkat 2) Monitor bunyi nafas
- produksi sputum menurun tambahan (mis. Gurgling,
- mengi, wheezing menurun mengi wheezing, ronkhi
- meconium meurun kering)
- Dispneaa meurun
3) Monitor sputum (jumlah
- ortopnea menurun
warna aroma)
- sulit bicara menurun
Terapeutik:
1) Pertahankan kepatenan
jalan nafas dengan head
tilt chin lift ( jawthrust
jika curiga trauma
servical)
2) Posisikan
semifowler/fowlee
3) Berikan minum hangat
4) Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
5) Lakukan penghisapan
lender kurang dari 15
detik
6) Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7) Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep mcgill
8) Berikan oksigen bila
perlu
Edukasi:
1) njurkan asupan 2000ml
perhari, jika tidak
kontraindikasi
2) Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
2. Pola nafas tidak (SLKI) : Polanafas tidak SIKI: Polanafas tidak efektif
efektif efektif Intervensi Utama
berhubungan Luaran Utama Label: Manajemen jalan
dengan hambatan Label : Pola napas nafas
upaya nafas setelah dilakukan intervensi Observasi:
selama ..x..24jam, diharapkan 4) Monitor pola nafas
pola napas membaik dengan (frekuensi, kedalaman,
kriteria hasil: usaha nafas)
- Ventilasi semenit 5) Monitor bunyi nafas
meningakat tambahan (mis. Gurgling,
- Kapasitas vital mengi wheezing, ronkhi
meningkat kering)
- Dispnea menurun 6) Monitor sputum (jumlah
- Penggunakan otot bantu warna aroma)
nafas menurun Terapeutik:
- Pemanjangan fase 9) Pertahankan kepatenan
ekspirasi menurun jalan nafas dengan head
- Pernapasan cuping tilt chin lift ( jawthrust
hidung menurun jika curiga trauma
servical)
10) Posisikan
semifowler/fowlee
11) Berikan minum hangat
12) Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
13) Lakukan penghisapan
lender kurang dari 15
detik
14) Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
15) Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep mcgill
16) Berikan oksigen bila
perlu
Edukasi:
3) njurkan asupan 2000ml
perhari, jika tidak
kontraindikasi
4) Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
3. Defisit nutrisi (SLKI) : deficit nutrisi SIKI: Deficit nutrisi
berhubungan Luaran Utama Intervensi Utama
dengan ketidak Label : status nutrisi Label: Manajemen nutrisi
mampuan menelan setelah dilakukan intervensi Observasi:
makanan selama ..x..24jam, diharapkan 1) Identifikasi status
status nutrisi membaik nutrisi
dengan kriteria hasil: 2) Identifikasi alergi dan
- porsi makanan yang intoleransi makanan
dihabiskan meningkat 3) Identifikasi makanan
- Kekuatan otot yang disukai
menelan meningkat 4) Monitor asupan
- Kekuatan otot makanan
pengunyah meningkat 5) Identifikasi kebutuhan
- Verbalisasi keinginan kalori dan jenis nutrient
untuk meningkatkan 6) Monitor berat badan
nutrisi meningkat 7) Monitor hasil
- Frekuensi makan pemeriksaan
membaik laboratorium
- Nafsu makan Terapeutik:
membaik 1) Lakukan oral hygiene
sebelum makan jika
perlu
2) Vasilitasi menentukan
pedoman diet (misalnya
piramida makanan)
3) Berikan makanan
tinggi serat mencegah
konstipasi
4) Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
5) Berikan suplemen
makanan jika perlu
Edukasi:
1) Anjurkan posisi duduk
jika mampu
2) Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi:
1) Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis peredam
nyeri, antiemetic jika
perlu)
2) Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan jika perlu

4. Risiko hipovolemia (SLKI) : Risiko SIKI: Risiko Hipovolemia


dibuktikan dengan Hipovolemia Intervensi Utama
kehilangan cairan Luaran Utama Label: Manajemen
secara aktif. Label : Status Cairan Hipovolemia
setelah dilakukan intervensi Observasi:
selama ..x..24jam, diharapkan 1. Periksa tanda dan gejala
pola napas membaik dengan hipovolemia (mis. Frekuensi
kriteria hasil: nadi meningkat, nadi teraba
- Kekuatan nadi lemah, tekanan darah
meningkat menurun, tekanan nadi
- Output urine menyempit, turgor kulit
menurun, membrane mukosa
meningkat
kering, volume urine
- Membrane mukosa
menurun, hematokrit
lembab meningkat meningkat, haus, lemah ).
- Ortopnea menurun 2. Monitor intake dan output
- Disnea menurun cairan
- Paroxysmal nocturnal Terapeutik :
dysnea (PND) 1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan posisi modified
penurun
trendelenburg
- Edema Ansarka
3. Berikan asupan cairan oral
menurun Edukasi :
- Edema perifer 1. Anjurkan memperbanyak
menurun frekuensi asupan cairan oral
nadi membaik 2. Anjurkan menghindari
- Tekanan darah perubahan posisi mendadak
membaik Kolaborasi :
- Tekanan nadi 1. Kolaborasi pemberian cairan
membaik IV isotonis (mis. NaCl, RL )
2. Kolaborasi pemberian cairan
- Turgor kulit membaik
IV hipotonis (mis. Glukosa
- Jogular venous
2,5%, NaCl 0,4%)
pressure (JVP) 3. Kolaborasi pemberian cairan
membaik koloid (mis. Albumin,
- Hemoglobin membaik plasmanate)
- Hematokrit membaik 4. Kolaborasi pemberian
produk darah

Label: Pemantauan Cairan


Observasi:
1. Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi
2. Monitor frekuensi nafas
3. Monitor tekanan darah
4. Monitor berat badan
5. Monitor waktu pengisian
kapiler
6. Monitor elastisitas atau turgor
kulit
7. Monitor jumlah, warna dan
berat jenis urine
8. Monitor kadar albumin dan
protein total
Terapeutik :
1. Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
1.
2.
5. Defisit (SLKI) : Defisit SIKI: Defisit Pengetahuan
pengetahuan Pengetahuan Intervensi Utama
berhubungan Luaran Utama Label: Edukasi Kesehatan
dengan kurang Label : Tingkat Observasi:
terpapar informasi Pengetahuan 1. Identifikaasi kesiapan dan
di tandai dengan setelah dilakukan intervensi kemampuan menerima
menanyakan selama ..x..24jam, diharapkan informasi
masalah yang pola napas membaik dengan 2. Identifikasi factor-faktor yang
dihadapi kriteria hasil: dapat meningkatkan dan
- Kemampuan menurunkan motivasi
menjelaskan perilaku hidup bersih dan
sehat
pengetahuan tentang
Terapeutik :
suatu topic meningkat
1. Sediakan materi dan media
- Kemampuan pendidikan kesehatan
menggambarkan 2. Jadwalkan pendidikan
pengalaman kesehatan sesuai kesepakatan
sebelumnya yang 3. Berikan kesempatan untuk
sesuai dengan topic bertanya
meningkat Edukasi :
- Perilaku sesuai 1. Jelaskan factor risiko yang
dengan pengetahuan dapat mempengaruhi
kesehatan
meningkat
2. Ajarkan perilaku hidup bersih
- Pertanyaan tentang
dan sehat
masalah yang 3. Ajarkan strategi yang dapat
dihadapi menurun digunakan untuk
- Persepsi yang keliru meningkatkan perilaku hidup
tehadap masalah bersih dan sehat.
menurun
6. Nyeri akut (SLKI) : Nyeri Akut SIKI: Nyeri Akut
berhubungan Luaran Utama Intervensi Utama
dengan agen Label : Tingkat Nyeri Label: Manajemen Nyeri
pencedera setelah dilakukan intervensi Observasi:
fisiologis ditandai selama ..x..24jam, diharapkan 1. Identifikasi lokasi,
dengan mengeluh pola napas membaik dengan karakteristik, durasi,
nyeri. kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas
- Keluhan nyeri menurun nyeri.
- Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri
- Sikap protektif menurun 3. Identifikasi respon nyeri non
- Kesulitan tidur menurun verbal
- Frekuensi nadi membaik 4. Identifikasi factor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
9. Monitor efek saming
penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresure,
terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat atau dingin,
terapi bermain)
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri.
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
7. Intoleransi aktivitas (SLKI) : Intoleransi SIKI: Intoleransi aktivitas
berhubungan aktivitas Intervensi Utama
dengan kelemahan Luaran Utama Label: Terapi aktivitas
Label : toleransi aktivitas Observasi:
setelah dilakukan intervensi 1) Observasi identifikasi
selama ..x..24jam, diharapkan deficit tingkat aktivitas
toleransi aktivitas meningkat 2) Indentifikasi aktivitas
meningkat dengan kriteria dalam aktivitas tertentu
hasil: 3) Identifikasi sumber
- Frekuensi nadi daya untuk aktivitas
meningkat yang diinginkan
- Saturasi oksigen Terapeutik
meningkat 1) Fasilitasi memilih
- Kemudahan dalam aktivitas dan tetapkan
melakukan aktivitas tujuan aktivitas yang
sehari-hari meningkat konsisten sesuai
- Keluhan lelah kemampuan fisik,
menurun psikologis, dan social
- Dyspnea saat 2) Kordinasikan
melakukan aktivitas pemilihan aktivitas
menurun sesuai usia
- Dyspnea setelah 3) Fasilitasi pasien dan
aktivitas menurun keluarga dalam
- Perasaan lemah menyesuaikan
menurun lingkungan untuk
- Warna kulit membaik mengakomodasi
- Tekanan darah aktivitas yang dipilih
membaik 4) Fasilitai aktivitas fisik
- Frekuensi napas rutin (mis. Ambulasi,
membaik mobilisasi, dan
perawatan diri
5) Fasilitasi aktivitas
motoric untuk
merelaksasi otot
6) Libatkan keluarga
dalam aktivitas jika
perlu
7) Jadwalkan aktivitas
dalam rutinitas sehari-
hari
Edukasi:
1) Jelaskan metode
aktivitas fisik sehari-
hari jika perlu
2) Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
Kolaborasi:
1) Kolaborasi dengan
terapis ukupasi dalam
mrencanakan dan
memonitor program
aktivitas
2) Rujuk pada pusat atau
program aktivitas
komunitas, jika perlu
8. Hipertermia (SLKI) : Hipertermia SIKI: Hipertermia
berhubungan Luaran Utama Intervensi Utama
dengan proses Label : Termoregulasi Label: Terapi aktivitas
penyakit setelah dilakukan intervensi Observasi:
ditandaidengan selama ..x..24jam, diharapkan 1. Identifikasi penyebab
suhu tubuh diatas toleransi aktivitas meningkat hipertermia (mis.
nilai normal. meningkat dengan kriteria Dehidrasi, terpapar
hasil: lingkungan panas,
- Menggigil menurun penggunaan incubator)
- Suhu tubuh membaik 2. Monitor suhu tubuh
- Suhu kulit membaik 3. Monitor kadar elektrolit
- Kadar glukosa darah 4. Monitor haluaran urine
membaik 5. Monitor komplikasi akibat
- Pengisian kapiler hipertermia
membaik Terapiutik :
- Ventilasi mebaik 1. Sediakan lingkungan yang
- Tekanan darah dingin
membaik 2. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
3. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat
berlebih)
6. Lakukan pendinginan
eksternal (mis. Selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
7. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
8. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Abadi, L. R. (2020). Laporan Pendahuluan Pneumonia Di Poli Paru RSUD Dr.


H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin. STIKes Cahaya Bangsa Banjarmasin.
Putrayana, G. A. A, dkk. (2019). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan
Gawat Darurat Pada Pasien Pneumonia. Politeknik Kesehatan Denpasar.
Rafli. (2019). Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Pneumonia Pada An. A Di
Ruangan PICU RSUD UNDATA Provinsi Sulawesi Tengah. Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan indikator diagnortik. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan tindakan keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan tindakan keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.T.L DENGAN PNEUMONIA
DI RUANG PARURSUD DR M HAULUSSY AMBON

A. Data Biografi
Nama : Nn. T.L
Umur : 27 tahun
Suku : Maluku
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Leksula
Tanggal Masuk RS : 9 Januari 2023
Tanggal Pengkajian : 10 Januari 2023
Catatan Kedatangan : Brankar

Keluarga terdekat yang dapat dihubungi


Nama : Ny.L
Umur : 57 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS (guru)
Alamat : Leksula
Sumber informasi : Wawancara dan data medis

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama : Sesak napas
Alasan masuk RS : Pasien mengatakan batuk ± 3 bulan, produksi lendir
kental berwarna kuning dan sulit dikeluarkan. Pasien sebelumnya pernah
dirawat di RSU Saparua dengan perawatan selama ± 5 hari karena sesak
napas. Kemudian dirujuk ke RSUD Haulussy Ambon karena sarana
prasarana dan SDM yang kurang memadai di RSU Saparua.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
 Factor Pencetus: Infeksi Bakteri (Paru) dan sekresi yang tertahan.
 Pasien mengatakan batuk lendir disertai sesak nafas secara terus menerus
dan menetap.
 Keluhan saat pengkajian : pasien mengatakan merasa lemas, pusing,
sesak napas, batuk lendir dengan produksi sputum yang sulit dikeluarkan,
mual, tidak napsu makan.
 Diagnose Medis:
- Pneumonia

C. Riwayat Kesehatan Dahulu


 Pasien mengatakan batuk ± 3 bulan, lendir berwarna kuning. Pasien
sebelumnya pernah dirawat di RSU Saparua dengan perawatan selama ± 5
hari karena sesak napas.
 Pasien mengatakan tidak ada alergi terhadap makanan, obat, cuaca atau yang
lainnya.
 Obat-obat yang pernah digunakan
Keluarga pasien mengatakan pernah menggunakan obat tablet dan syrup
batuk dengan resep dokter (keluarga pasien lupa nama obat).
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki Riwayat penyakit menular atau
keturunan.
E. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
 Pasien mengatakan bisa menerima kondisi serta penyakitnya
 Pasien mengatakan tidak mengkonsumsi alcohol maupun tembakau
 Pasien tidak memiliki alergi
2. Pola nutrisi dan metabolism
 Diet/Suplement Khusus: bubur + nasi
 Instruksi diet sebelumnya: tidak ada
 Nafsu makan: menurun
 Penurunan sensasi kecap (mual muntah,stomatitis): mual
 Kesulitan menelan: tidak
 Riwayat masalah kulit: tidak ada
 Jumlah minum/24 jam dan jenis: 1000cc/24jam, air putih.
 Frekuensi makan: 3 x sehari
 Jenis makanan: bubur dan nasi
 Pantangan/alergi: tidak ada
3. Pola eliminasi
Buang Air Besar (BAB)
 Frekuensi: 1x/hari
 Warna: kuning kehijauan konsistensi: encer
 Kesulitan: tidak ada
Buang Air Kecil (BAK)
 Frekuensi: 3x sehari warna: kekuningan
 Kesulitan: tidak ada

Saat sehat Saat sakit


Kegiatan
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Makan dan minum √ √
Mandi √ √
Berpakaian/berdandan √ √
Toileting √ √
Mobilisasi di tempat tidur √ √
Berpindah √ √
Berjalan √ √
Menaiki tangga √ √
Berbelanja √ √
memasak √ √
Pemeliharaan rumah √ √
0: Mandiri
1: Dengan Aat bantu 3: dibantu orang lain dan peralatan
2: dibantu orang lain 4: ketergantungan atau ketidakmampuan
Kekuatan otot : 5 5
4 4
ROM : aktif aktif
aktif aktif
Keluhan saat beraktifitas: oedema pada kedua tungkai kaki.
4. Pola tidur dan istirahat
 Lama tidur: tidur malam ± 7 jam, tidur siang ± 2 jam, tidur sore 1 jam.
 Waktu: 10 jam
 Kebiasaan tidur: tidak ada
 Masalah tidur: tidak ada
5. Pola kognitif dan persepsi
 Status mental : sadar, orientasi baik
 Bicara normal, mampu berkomunikasi
 Tingkat ansietas: ringan
6. Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan pasien tentang masalah kesehatan : pasien mengatakan mulai bisa
menerima kondisi penyakitnya namun masih merasa tidak nyaman.
7. Pola peran hubungan
 Pekerjaan: mahasiswa
 System pendukung: keluarga serumah
8. Pola seksual dan reproduksi
 Tanggal Menstruasi terakhir: bulan juni
 Masalah menstruasi: -
 Pap smear terakhir: tidak ada/tidak pernah diperiksa.
9. Pola koping dan toleransi stress
Pasien saat ini masih kuliah, biaya perawatan selama di RS ditanggung oleh
BPJS dan perawatan diri pasien selama di RS dibantu oleh ibunya.
10. Keyakinan dan kepercyaan
 Agama: Kristen protestan
 Pengaruh agama dalam kehidupan: pasien mengatakan agama sangat
berpengaruh dalam kehidupannya dan pasien percaya Tuhan akan
menyembuhkan penyakitnya.
F. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: lemah
Kesadaran: Composmentis GCS: E4 M6 V5 = 15
BB: 40kg IMT: 18,01kg/m2
TB: 149 cm
2. Tanda – tanda vital
TD : 90/70mmHg Suhu: 37oC
Nadi: 81x/m SPO2: 97%
RR : 24x/m Tepasang O2 nasal kanul: 2 Lpm
3. Kulit
Warna kulit: kuning langsat
Kelembapan: lembap
Turgor kulit: baik
4. Kepala / Rambut
Inspeksi : rambut lurus, bersih, tidak ada kelainan
Palpasi: tidak ada lesi, oedema dan nyeri.
5. Mata
Inspeksi: mata simetris kiri kanan, sklera an ikterik, konjungtiva an anemis.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
6. Telinga
Inspeksi : simetris kiri kanan, tidak ada serumen,
Palpasi: tidak ada lessi, dan nyeri tekan
7. Hidung dan sinus
Inspeksi: lubang hidung simetris, terpasang O2 nasal kanul 2lpm.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
8. Mulut dan kerongkongan
Inspeksi: bibir nampak kering
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, bengkak, dan lesi.
9. Leher
Inspeksi: tidak ada lesi.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar.
10. Thorax/paru
Inspeksi: retraksi dada intercostal minimal
Palpasi: pengembangan ekspansi paru simetris
Perkusi: sonor
Auskultasi: ronchi
11. Abdomen
Inspeksi: tidak ada lesi, benjolan
Palpasi: turgor kulit baik
Perkusi: timpani
Auskultasi: bising usus normal 31x/m
12. Jantung
Inspeksi: simetris
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
Perkusi: sonor
Auskultasi: Reguler
13. Genetalia : tidak dikaji
14. Rektal : tidak dikaji
15. Ekstremitas
Inspeksi : ekstremitas atas dapat bergerak bebas, terpasang IVFD RL 20 tpm
di tangan kiri
Ekstremitas bawah lemah digerakan
Palpasi: oedema di ekstremitas bawah (tungkai kaki).
16. Vesikuler perifer
CRT : <2detik
Clubbing: tidak ada
Perubahan warna : tidak ada
17. Neurologis
Status mental/GCS, composmentis: GCS 15 (E4 M6 V5)
Motorik : baik
Sensorik: baik
Nervus
N I (Olfaktorius) : penciuman baik
N II (Optikus) : penglihatan baik
N III (Okulomotor) : pupil baik
N IV (Troklear) : gerakan mata keatas dan kebawah baik
N V (Trigeminal) : Refleks mengunyah baik
N VI (Abdusen) : gerakan mata baik
N VII (Fasialis) : ekspresi wajah baik
N VIII (Vestibulokoklearis) : keseimbangan dan perlindungan baik
N IX (Glosofaringeal): Refleks menelan baik
N X (Fagus): refleks muntah baik
N XI (aksesorius) : gerak bahu baik
N XII (hipoglasus): gerak lidah baik
Refleks fisiologis: refeks patella : +, refleks tendon bisep trisep: +
Refleks patologis: tidak chaddock, tidak brudinsky, tidak Babinski.
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Hari
/Tgl/Ja Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal Interpretasi
m
Senin Hematologi
9 januari Hemoglobin (HB) 12,8 g/dl 10,85-14,90
2023 Eritrosit (RBC) 4,99 Juta/UL 4,1-5,5
Hematokrit (HCT) 38,3 % 34-45,1
MCV 76,6 fl 71,8-92
MCH 25,7 pg 22,6-31,0
MCHC 33,4g/dl 32-36
Trombosit 167 ribu/UL 150-400
Leukosit 34,99 ribu/UL 4,79-11,34
Basofil 0,1 % 1-3
Eosinophil 0,0 % 1-3
Neutrophil 95,0 % 50-70
Limfosit 36 % 20-40
Monosit 1,3 % 2-8
Serologi/immunologi
Anti HIV metode 1 Non reaktif Non reaktif
Anti HIV metode 2 Tidak diperiksa Non reaktif
Anti HIV metode 3 Tidak diperiksa Non reaktif
Kesimpulan Hv Tidak diperiksa Non reaktif
Sars – Cov 2 antigen Negative Negative
Glukosa Darah
GDS 71 mg/dl 70-139
Elektrolit
Na 130 mmol/l 135-147
K 2,8 mmol/L 3,5-5
Cl 96 mmol/l 94-111
Albumin 1,4 mg/dl 3,8-5,1

b. Pemeriksaan diagnostik
Elektrokardiogram (EKG)

H. Penatalaksanaan pengobatan
Tanggal Jenis (oral, IV, IM,
Dosis Indikasi
waktu topical)
10 Januari
2023 IVFD RL 20tpm
Jam 06.00 Ceftriaxone 2x1 gr/IV Antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri
wit Omeprazole 2x1gr/IV Tukak lambung
Sucralfat syrup 3x1 sdm(ac) Tukak lambung
Metronidazole 3x500mg/IV Antibiotic untuk penyakit infeksi bakteri
08.00 wit Ceftriaxone 1x2gr/IV Untuk mengatasi infeksi bakteri
17.30 wit (ganti dosis)
11 januari
2023 Metronidazole 3x500mg/IV Antibiotic untuk penyakit infeksi
15.00 wit Albumin 20%/hari Pemulihan defisiensi volume darah
16.00 wit Ceftriaxone 1x2gr/IV Antibiotic
17.30 wit Omeprazole 2x1gr/IV Tukak lambung
18.00 wit Methylprednisolon 2x62,5 Meredakan peradangan
e 2x1 tab untuk mencegah hipokalemia
19.00 wit KSR 3x1 caps Menigkatkan albumin dan hb
Vip Albumin 3x1 Tukak lambung
20.00 wit Sucralfat syrup 3x20mg Batuk kering atau nyeri
21.00 wit Codein 3x1 caps Mengencerkan dahak
IV Acetil Sistein
Klasifikasi Data
Data Subjektik Data Objektif
 Pasien mengatakan batuk  RR: 24 x/menit
lender dan sesak napas  SPO2: 97%, terpasang O2 2
 Lendir kental dan sulit L/menit
dikeluarkan  TD: 90/70 mmHg
 Pasien mengatakan kurang  S: 37 ºC
napsu makan  N: 81 x/mnt
 Pasien mengatakan merasa  Ada ronchi
lemas, pusing dan tidak dapat  Retraksi dada intracostal
melakukan aktivitas secara minimal
mandiri  Porsi makan yang dihabiskan
½ porsi
 Mual
 BB: 40 kg, TB: 149 cm
IMT: 18,01 kg/m2
 Lab darah (elektrolit)
Na: 130 mmol/l
K: 2,8 mmol/L
Cl: 96 mmol/l
Albumin: 1,4 mg/dl
 Oedema kedua tungkai kaki
 Kekuatan otot : 5 5
4 4
 ROM aktif aktif
aktif aktif
 Parsial care (ADL dibantu
keluarga)
Analisa Data
Hari/Tgl Data Etiologi Masalah
Selasa DS: pasien mengatakan Sekresi yang Bersihan jalan
10/01/2023 batuk lendir dan sesak tertahan napas tidak
napas, lendir kental dan efektif (D.0001)
sulit di keluarkan.

DO:
 Ada ronchi
 Retraksi dada
intercostal minimal
 RR: 24 x/menit
 SPO2: 97%,
terpasang O2
2 L/menit nasal
kanul.
DS: pasien mengatakan Peningkatan Defisit nutrisi
kurang napsu makan, mual kebutuhan (D.0019)
metabolisme
DO:
 Porsi makan yang
dihabiskan ½ porsi
 BB: 40 kg
TB: 149 cm
IMT: 18,01kg/m2
 Lab darah
(elektrolit)
Na: 130 mmol/l
K: 2,8 mmol/L
Cl: 96 mmol/l
Albumin: 1,4 mg/dl

DS: pasien mengatakan Kelemahan Intoleransi


merasa lemas, pusing dan aktivitas (D.0056)
tidak dapat melakukan
aktivitas secara mandiri

DO:
 Kekuatan otot
5 5
4 4
ROM
 Parsial care (ADL
dibantu keluarga)
 Oedema tungkai
kaki

Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan (D.0001) Hal.18
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
(D.0019) Hal.56
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056) Hal.128
Intervensi Keperawatan
Hari/Tgl/Jam Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional Paraf
Keperawatan hasil
Selasa Bersihan jalan SLKI: bersihan jalan SIKI: Bersihan jalan nafas tidak
10/01/2023 napas tidak jalan nafas tidak efektif 1) Untuk mengetahui
11.30 WIT efektif efektif Intervensi Utama frekuensi napas
berhubungan Luaran Utama Label: Manajemen jalan nafas normal atau tidak
dengan sekresi Label : Bersihan jalan (I. 01011) 2) Untuk melihat
yang tertahan nafas Observasi: produksi sputum
(D.0001) (L. 01001) 1) Monitor pola nafas (frekuensi) 3) Untuk mengetahui
setelah dilakukan 2) Monitor sputum adanya bunyi napas
intervensi selama 3x16 3) Monitor bunyi nafas tambahan tambahan
jam, diharapkan
Terapeutik:
bersihan jalan nafas 1) Meringankan sesak
meningkat dengan 1) Posisikan semifowler napas
kriteria hasil: 2) Berikan oksigen 2) Memenuhi kebutuhan
1. Batuk efektif Edukasi: oksigen dalam tubuh
meningkat 1) Anjurkan asupan 2000 ml
2. Ronchi, wheezing perhari, jika tidak 1) Mencukupi kebutuhan
menurun kontraindikasi cairan tubuh
3. Frekuensi napas 2) Ajarkan teknik batuk efektif 2) Mengeluarkan lendir
12-20 x/menit
Kolaborasi:
1) Megurangi proses
Kolaborasi pemberian antobiotik
infeksi

Defisit nutrisi SLKI: Defisit nutrisi SIKI: Defisit nutrisi


berhubungan Luaran Utama Intervensi Utama 1) Tanda tanda vital
dengan Label : Status nutrisi Label: Manajemen nutrisi dalam batas normal
peningkatan (L. 03030) (I. 03119) 2) Mengetahui faktor
kebutuhan Setelah dilakukan yang mungkin
metabolisme intervensi selama Observasi: menyebabkan
(D.0019) 3x16jam, diharapkan 1) Observasi mual
Defisit nutrisi tanda-tanda vital 3) Menjaga nutria
membaik dengan 2) Monitor mual muntah tetap terpenuhi
kriteria hasil: 3) Monitor asupan nutrisi
1. Porsi makan yang Terapeutik 1) Mengetahui
diberikan 1) Timbang berat badan pasien perkembangan
meningkat 2) Berikan makanan dalam berat badan
porsi sedikit tapi sering 2) Menjaga nutrisi
2. Napsu makan
Edukasi: tetap terpenuhi
membaik 1) Ajarkan posisi duduk jika dan menjaga mual
3. Berat badan mampu muntah yang
membaik Kolaborasi: berlanjut
1) Kolaborasi dalam pemberian
obat 1) Untuk mencegah
mual muntah
ketika di beri
makan atau
minum

1) Untuk
mengurangi mual
muntah

Intoleransi SLKI: Intoleransi SIKI: Intoleransi aktivitas


aktivitas aktivitas Intervensi Utama 1) Mengetahui tingkat
berhubungan Luaran Utama Label: Terapi aktivitas aktifitas
dengan Label : Toleransi (I. 05186)
kelemahan aktivitas (L. 05047) Observasi: 1) Meningkatkan
(D.0056) setelah dilakukan 1) Observasi identifikasi defisit aktivitas
intervensi selama tingkat aktivitas 2) Membantu pasien
3x16jam, diharapkan Terapeutik dalam melakukan
toleransi aktivitas 1) Fasilitasi aktivitas fisik rutin aktivitas
meningkat meningkat (mis. Ambulasi, mobilisasi,
dengan kriteria hasil: dan perawatan diri 1) Meningkatkan
1. Kemudahan dalam aktivitas
2) Libatkan keluarga dalam
melakukan
aktivitas jika perlu
aktivitas sehari-
Edukasi:
hari meningkat 1) Ajarkan cara melakukan
2. Kekuatan tubuh aktivitas yang dipilih
bagian bawah
meningkat
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Hari/Tgl Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi Paraf
keperawatan
Selasa Bersihan jalan 12.00 wit 1. Menghitung frekuensi napas S: pasien mengatakan batuk
10/01/202 napas tidak efektif H/ RR: 24 x/mnt lendir, sesak napas berkurang,
3 berhubungan 2. Melakukan Inspeksi sputum lendir sulit dikeluarkan.
dengan sekresi H/ produksi sputum sulit keluar
yang tertahan 3. Mengauskultasi bunyi napas O: - RR: 24 x/mnt
(D.0001) tambahan a. SPO2: 97 %,
H/ terdengar bumyi ronchi terpasang O2 2
4. Memberikan posisi semi fowler Lpm nasal kanul
H/ pasien merasa nyaman dengan b. Ada ronchi
posisi yang diatur c. Tampak retraksi
5. Memberikan oksigen 2 Lpm nasal intracostal
kanul minimal
H/ SPO2 97%, sesak berkurang
6. Menganjurkan minum hangat A: masalah belum teratasi
2000 ml perhari P: lanjut intervensi
R/ pasien tampak minum hangat 2. Monitor pola napas
200 cc/7jam (frekuensi)
7. Mengajarkan teknik batuk efektif 3. Monitor sputum
H/ pasien kooperatif dan mampu 4. Monitor bunyi napas
melakukan batuk efektif tambahan
8. Melakukan hasil kolaborasi 5. Berikan posisi semi
pemberian antibiotic fowler
H/ pemberian ceftriaxone 2x1 6. Berikan oksigen 2 Lpm
mg/IV dan metronidazole 3x500 nasal kanul
mg/IV 7. Anjurkan minum hangat
2000 ml perhari
8. Ajarkan teknik batuk
efektif
9. Kolaborasi pemberian
antibiotic
Defisit nutrisi 12.00 wit 1. Mengukur ttv S: Pasien mengatakan kurang
berhubungan H/ TD: 90/70 mmHg napsu makan, mual
dengan N: 81 x/m O: - Porsi makan yang
peningkatan R: 24 x/m dihabiskan ½ porsi
kebutuhan S: 37ºC  BB: 40 kg,
metabolisme BB: 40 kg TB: 149 cm
(D.0019) TB: 149 cm IMT: 18,01 kg/m2
IMT: 18,01 kg/m2  Lab darah (elektrolit)
2. Memonitor mual muntah Na: 130 mmol/l
H/ Pasien masih merasa mual K: 2,8 mmol/L
3. Memonitor asupan nutrisi Cl: 96 mmol/l
H/ Pasien mampu menghabiskan Albumin: 1,4 mg/dl
½ pori makan
4. Menimbang berat badan A: Masalah Defisit nutrisi
H/ BB: 40 kg belum teratasi
5. Menganjurkan makan dalam
porsi sedikit tapi sering P: lanjutkan intervensi
H/ pasien tidak kooperatif, makan 1) Observasi tanda-tanda vital
3x sehari,1/2 porsi makan 2) Monitor mual muntah
dihabiskan sekali makan.
6. Menganjurkan posisi duduk jika 3) Monitor asupan nutrisi
mampu 4) Timbang berat badan
H/ Pasien belum mampu untuk pasien
duduk 5) Berikan makanan dalam
7. Melakukan hasil Kolaborasi porsi sedikit tapi sering
dalam pemberian obat 6) Ajarkan posisi duduk jika
H/ Sucrafat 3x1 mampu
Omeprazole 2x1 gr/IV 7) Kolaborasi dalam
pemberian obat

Intoleransi 13.00 wit 1. Mengidentifikasi defisit tingkat S: pasien mengatakan merasa


aktivitas aktivitas lemas, pusing dan aktivitasnya
berhubungan H/ pasien mampu melakukan dibantu keluarga
dengan kelemahan makan minum dibantu sebagian O:
(D.0056) oleh keluarga  Kekuatan otot : 5 5
2. Memfasilitasi aktvitas fisik rutin 4 4
(mobilisasi)  ROM aktif aktif
H/ pasien mampu menggerakan aktif aktif
ekstremitas atas dan kaki  Parsial care (ADL
meskipun lemah dibantu keluarga)
3. Melibatkan keluarga dalam  Oedema tungkai kaki
aktivitas
H/ keluarga mampu dan A: masalah belum teratasi
kooperarif melakukan ADL P: lanjut intervensi
sebagian (parsial care). 1. Identifikasi defisit
4. Mengajarkan cara melakukan tingkat aktivitas
aktivitas yang dipilih (berdandan) 2. Fasilitasi aktivitas fisik
H/ pasien kooperatif rutin
3. Libatkan keluarga dalam
aktivitas
Rabu Bersihan jalan 1. Menghitung frekuensi napas S: Pasien mengatakan batuk
11/01/202 napas tidak efektif 15.00 wit H/ RR: 22 x/mnt lendir, sesak napas berkurang,
3 berhubungan 19.00 wit 2. Inspeksi sputum lendir masih sulit dikeluarkan.
dengan sekresi H/ produksi sputum kental warna
yang tertahan kuning O: - RR: 22 x/mnt
(D.0001) 3. Auskultasi bunyi napas tambahan - SPO2: 98 %, terpasang O2
H/ masih terdengar ronchi 2 Lpm nasal kanul
4. Memberikan posisi semi fowler - Produksi sputum kental
H/ pasien merasa nyaman dengan warna kuning
posisi yang diatur - Ada ronchi
5. Memberikan oksigen 2 Lpm nasal - Tampak retraksi
kanul intracostal minimal
H/ terpasan O2 2lpm nasal kanul,
SPO2: 98% A: masalah belum teratasi
6. Menganjurkan minum hangat P: lanjut intervensi
2000 ml perhari 1. Monitor pola napas
H/ pasien mengatakan minum air (frekuensi)
hangat 5-6 gelas perhari (1500 2. Monitor sputum
cc/hari) 3. Monitor bunyi napas
7. Mengajarkan teknik batuk efektif tambahan
H/ pasien kooperatif dan mampu 4. Anjurkan minum hangat
melakukan batuk efektif 2000 ml perhari
8. Melakukan hasil kolaborasi 5. Kolaborasi pemberian
pemberian antibiotik antibiotic
H/ pemberian ceftriaxone 2x1
mg/IV dan metronidazole 3x500
mg/IV
Defisit nutrisi 13.00 wit 1. Mengobservasi ttv S: Pasien mengatakan kurang
berhubungan H/ TD:90/70 mmHg napsu makan, rasa mual.
dengan N:85 x/m
peningkatan R:22 x/m O:- Porsi makan yang
kebutuhan S: 37 ºC dihabiskan 1/2 porsi
metabolisme Spo2: 98%,dengan O2 2 lpm  BB: 40 kg
(D.0019) (NK) TB: 149 cm
BB:40 kg IMT: 18,01 kg/m2
TB:149 cm  Lab darah (elektrolit)
IMT:18,01 kg/m2 Na: 130 mmol/l
2. Memonitor mual muntah K: 2,8 mmol/L
H/ Pasien merasa mual dan masih Cl: 96 mmol/l
kurang napsu makan Albumin: 1,4 mg/dl
3. Memonitor asupan nutrisi
H/ Pasien mampu menghabiskan A: Masalah Defisit nutrisi
1/42porsi makan belum teratasi
4. Timbang berat badan
H/ BB: 40 kg P: lanjutkan intervensi
5. Menganjurkan makan dalam porsi 1) Observasi tanda-tanda
sedikit tapi sering vital
H/ Pasien mampu menghabiskan 2) Monitor mual muntah
½ porsi makan setiap kali makan 3) Monitor asupan nutrisi
6. Menganjurkan posisi duduk jika 4) Timbang berat badan
mampu pasien
H/ Pasien belum mampu untuk 5) Berikan makanan dalam
duduk porsi sedikit tapi sering
7. Melaksanakan hasil Kolaborasi
dalam pemberian obat 6) Kolaborasi dalam
H/ Sucrafat 3x1 c, pemberian obat
Omeprazole 2x1 gr/IV
Intoleransi 19.00 wit 1. Mengidentifikasi defisit tingkat S: pasien mengatakan masih
aktivitas aktivitas merasa lemas dan aktivitasnya
berhubungan H/ pasien mampu melakukan dibantu keluarga.
dengan kelemahan makan minum dibantu sebagian O:
(D.0056) 2. Memfasilitasi aktvitas fisik rutin  Kekuatan otot : 5 5
H/ pasien dapat melakukan 4 4
mobilsasi miring kiri-kanan  ROM aktif aktif
3. Melibatkan keluarga dalam aktif aktif
aktivitas  Parsial care (ADL
H/ pasien mengatakan merasa dibantu keluarga)
lemas, pusing dan aktivitasnya  Oedema tungkai kaki
dibantu keluarga. ADL pasien A: masalah belum teratasi
dibantu keluarga P: lanjut intervensi
1. Fasilitasi aktivitas fisik
rutin
2. Libatkan keluarga dalam
aktivitas
Kamis Bersihan jalan 1. Menghitung frekuensi napas S: - pasien mengatakan sesak
12/01/202 napas tidak efektif 12.00 wit H/ RR: 20 x/mnt berkurang, masih batuk dan
3 berhubungan 2. Inspeksi sputum sputum masih kental bisa
dengan sekresi H/ batuk dan produksi sputum dikeluarkan
yang tertahan berkurang O: - RR: 20 x/mnt
(D.0001) 3. mengauskultasi bunyi napas - SPO2: 98%, terpasang
tambahan nasal kanul 2 Lpm
H/ tidak terdengar ronchi - Pola napas normopneu
4. Menganjurkan minum hangat
2000 ml perhari A: masalah belum teratasi
H/ pasien minum air hangat 7 P: lanjut intervensi
gelas perhari (1750 cc/hari) 1. Monitor pola napas
5. Melakukan hasil kolaborasi (frekuensi)
pemberian antibiotik 2. Monitor sputum
H/ pemberian ceftriaxone 2x1 3. Monitor bunyi napas
mg/IV dan metronidazole 3x500 tambahan
mg/IV 4. Kolaborasi pemberian
antibiotic

Defisit nutrisi 12.00 wit 1. Mengobservasi ttv S: Pasien mengatakan napsu


berhubungan H/ TD:100/70 mmHg makan bertambah, mual
dengan N:90 x/m berkurang
peningkatan R:20 x/m
kebutuhan S: 36.5 ºC O: Pasien tampak lemas
metabolisme Spo2:98%, O2 2 lpm (NK)  Porsi makan habis
(D.0019) BB:40 kg  BB: 40 kg
TB:149 cm TB: 149 cm
IMT:18,01 kg/m2 IMT: 18,01 kg/m2
2. Memonitor mual  Lab darah (elektrolit)
H/ Pasien merasa mual berkurang Na: 130 mmol/l
3. Memonitor asupan nutrisi K: 2,8 mmol/L
H/pasien makan ¼ porsi Cl: 96 mmol/l
dihabiskan Albumin: 1,4 mg/dl
Timbang berat badan A: Masalah Defisit nutrisi
H/ BB: 40 kg belum teratasi
4. Menganjurkan makan dalam porsi
sedikit tapi sering P: lanjutkan intervensi
H/ porsi makan habis 1) Observasi tanda-tanda vital
5. Kolaborasi dalam pemberian obat 2) Monitor mual muntah
H/ Sucrafat 3x1 c, 3) Monitor asupan nutrisi
Omeprazole 2x1 gr/IV 4) Timbang berat badan
pasien
5) Kolaborasi dalam
pemberian obat

Intoleransi 18.00 wit 1. Memfasilitasi aktvitas fisik rutin S: pasien mengatakan masih
aktivitas H/ pasien mampu duduk ditempat merasa lemas dan aktivitasnya
berhubungan tidur dibantu sebagian dibantu keluarga
dengan kelemahan 2. Melibatkan keluarga dalam
(D.0056) aktivitas O:
H/ pasien mengatakan merasa  Kekuatan otot : 5 5
lemas dan aktivitasnya dibantu 5 5
sebagian oleh keluarga. ADL  ROM aktif aktif
pasien dibantu keluarga aktif aktif
 Parsial care (ADL
sebagian dibantu
keluarga)
 Oedema tungkai kaki
berkurang
A: masalah belum teratasi
P: lanjut intervensi
1. Fasilitasi aktivitas fisik
rutin
2. Libatkan keluarga dalam
aktivitas
Literature Review
Judul/Penulis/ Desain Sampel Variabel Intervensi Analisis Hasil penelitian
Tahun
Asuhan Metode Tn. M Pneumonia Pengkajian merupakan Analisa Manifestasi yang
Keperawatan Pada wawancara, dan dewasa. suatu teknik berdasarkan teori timbul pada kasus
Pasien Dewasa observasi, pengumpulan data dan hasil studi pneumonia
Dengan studi dalam melaksanakan kasus. didapatkan semua
Pneumonia : Study dokumentasi, sebuah asuhan sesuai dengan
Kasus/ Rizka dan studi keperawatan pada klien literature buku dan
Lahmudin Abdjul, kepustakaan Tn. M dengan data yang ada
Santi Herlina/ 2020. Pneumonia. Penulis dilapangan, selain
mendapatkan data itu penentuan
melalui sebuah diagnose
wawancara, observasi, keperawatan juga
pemeriksaan fisik, dan disesuaikan dengan
catatan medis. literature yang
didapat. Selain itu,
penentuan
Perencanaan yang
diberikan pada
klien dengan
pneumonia berupa
pemberian oksigen,
pemberian terapi
nebulizer, dan
kolaborasi
pemberian
antibiotik

Implementasi Batuk Desain Satu pasien Gangguan Wawancara adalah Analisis data Hasil penelitian
Efektif Pada Pasien deskriptif yang oksigenasi, sarana untuk penelitian ini menunjukkan RR
Pneumonia Dengan dengan menderita pneumonia memperoleh informasi terdiri dari pasien sebelum
Masalah Gangguan pendekatan pneumonia dan batuk (hasil riwayat kesehatan menganalisis hasil diberikan
Oksigenasi/ Diana studi kasus dengan efektif masa lalu meliputi penerapan data implementasi
Agustina, dkk/ 2022 masalah identitas pasien, keluhan pasien dalam sebesar 24 x/menit
gangguan utama, riwayat bentuk jurnal sedangkan RR
suplai kesehatan saat ini, dengan setelah diberikan
oksigen riwayat kesehatan, membandingkanny implementasi batuk
riwayat penyakit a dengan hasil efektif selama
keluarga, dll). Sumber penelitian orang 3x24 jam menjadi
data berasal dari pasien, lain atau teori yang 20 x/menit.
keluarga dan pengasuh ada.

Asuhan Penelitian 2 responden Pneumonia Mengeksplorasi masalah Analisa Setelah dilakukan


Keperawatan kualitatif dan postural asuhan keperawatan berdasarkan teori intervensi selama 3
Gangguan dalam dainase. gangguan pemenuhan dan hasil studi hari didapatkan
Pemenuhan bentuk studi kebutuhan oksigen kasus. bahwa kedua
Kebutuhan Oksigen kasus dengan pemberian responden
Dengan Postural postural drainase pada menunjukkan
Drainase Pada anak dengan kasus bahwa masalah
Balita Pneumonia pneumonia pada 2 bersihan jalan
Di Wilayah Kerja responden dan napas padan kedua
Puskesmas Sawah membandingkan respon responden teratasi.
Lebar Kota hasil dari setiap tindakan Hal ini terlihat dari
Bengkulu/ Elsi yang diberikan kepada frekuensi napas
Wulandari dan kedua responden dalam batas normal.
Siska Iskandar/ kemudian melakukan
2021. analisa berdasarkan teori
dan hasil studi kasus.
Studi Kasus Metode Ny. R Bersihan Pengumpulan data Analisis data yang Hasil studi kasus
Bersihan Jalan deskriptif dengan jalan napas dimulai metode diperoleh melalui menunjukkan
Napas Tidak Efektif studi kasus. masalah tidak efektif wawancara didapatkan pengkajian. bahwa pasien
Pada Pasien keperawatan dan hasil anamnesa, identitas memiliki tanda dan
Pneumonia Di Rsud bersihan pneumonia pasien dan identitas gejala terdapat
Ajibarang/ Ken jalan nafas penanggung jawab suara nafas
Utari Ekowati, dkk/ tidak efektif pasien. Metode observasi tambahan ronchi,
2022. untuk mendapatkan hasil RR 26 x/menit dan
TTV, keluhan pasien klien mengatakan
setiap harinya dan batuk berdahak,
pemeriksaan fisik dahak susah
melalui teknik inspeksi, dikeluarkan dan
palpasi, perkusi, dan susah untuk
auskultasi serta studi bernafas jika
dokumentasi. Teknik batuk.
penyajian data yang
digunakan yaitu dengan
metode verbal.
Asuhan Metode studi Responden Pneumonia Intervensi dilakukan Analisa data pada Setelah dilakukan
Keperawatan Pola kasus yang dan pola selama 3x24 jam pada penelitian ini asuhan keperawatan
Nafas Tidak Efektif dengan digunakan napas tidak kedua pasien ini yaitu secara deskriptif. menunjukkan
Pada Pasien Dengan pendekatan yaitu dua efektif. monitor frekuensi nafas, bahwa tata laksana
Pneumonia Et asuhan orang yang monitor pola nafas, pemberian posisi
Causa Covid-19 Di keperawatan. terkonfirma monitor saturasi dan semi fowlerpada
Rumah Sakit si Covid-19 pemberian posisi semi pasien yang
Husada Utama dengan fowler. mengalami pola
Surabaya/ Della pneumonia. nafas tidak efektif
Afrianti, Dhiana dapat membantu
Setyorini, Minarti/ mengurangi sesak
2022. nafas dan
meningkatkan
saturasi.Intervensi
pemberian posisi
semi fowler dapat
menjadi pilihan
utama yang efektif
dan mudah
dilakukan untuk
mengatasi masalah
pola nafas tidak
efektif.
Analitis PICOT
Judul/Penulis/tahun Population Intervension Comparation Outcome Time
Asuhan Keperawatan 1 orang Pengkajian merupakan Analisa Manifestasi yang timbul 03 Maret
Pada Pasien Dewasa suatu teknik berdasarkan teori pada kasus pneumonia sampai 6
Dengan Pneumonia : pengumpulan data dan hasil studi didapatkan semua Maret 2020
Study Kasus/ Rizka dalam melaksanakan kasus. sesuai dengan literature
Lahmudin Abdjul, sebuah asuhan buku dan data yang
Santi Herlina/ 2020. keperawatan pada klien ada dilapangan, selain
Tn. M dengan itu penentuan diagnose
Pneumonia. Penulis keperawatan juga
mendapatkan data disesuaikan dengan
melalui sebuah literature yang didapat.
wawancara, observasi, Selain itu, penentuan
pemeriksaan fisik, dan Perencanaan yang
catatan medis. diberikan pada klien
dengan pneumonia
berupa pemberian
oksigen, pemberian
terapi nebulizer, dan
kolaborasi pemberian
antibiotik

Implementasi Batuk Satu pasien Wawancara adalah Analisis data Hasil penelitian Penilaian
Efektif Pada Pasien yang sarana untuk penelitian ini menunjukkan RR dilakukan
Pneumonia Dengan menderita memperoleh informasi terdiri dari pasien sebelum pada tanggal
Masalah Gangguan pneumonia (hasil riwayat menganalisis hasil diberikan implementasi 29 November
Oksigenasi/ Diana dengan kesehatan masa lalu penerapan data sebesar 24 x/menit 2021.
Agustina, dkk/ 2022 masalah meliputi identitas pasien dalam sedangkan RR setelah
gangguan pasien, keluhan utama, bentuk jurnal diberikan implementasi
suplai oksigen riwayat kesehatan saat dengan batuk efektif selama
ini, riwayat kesehatan, membandingkann 3x24 jam menjadi 20
riwayat penyakit ya dengan hasil x/menit.
keluarga, dll). Sumber penelitian orang
data berasal dari lain atau teori
pasien, keluarga dan yang ada.
pengasuh

Asuhan Keperawatan 2 responden Mengeksplorasi Analisis data yang Setelah dilakukan Studi kasus
Gangguan Pemenuhan masalah asuhan diperoleh melalui intervensi selama 3 hari dilakukan dari
Kebutuhan Oksigen keperawatan gangguan pengkajian. didapatkan bahwa tanggal 09 juni
Dengan Postural pemenuhan kebutuhan kedua responden 2021 sampai
Drainase Pada Balita oksigen dengan menunjukkan bahwa 30 juni 2021.
Pneumonia Di pemberian postural masalah bersihan jalan
Wilayah Kerja drainase pada anak napas padan kedua
Puskesmas Sawah dengan kasus responden teratasi. Hal
Lebar Kota Bengkulu/ pneumonia pada 2 ini terlihat dari
Elsi Wulandari dan responden dan frekuensi napas dalam
Siska Iskandar/ 2021. membandingkan respon batas normal.
hasil dari setiap
tindakan yang
diberikan kepada kedua
responden kemudian
melakukan analisa
berdasarkan teori dan
hasil studi kasus.
Studi Kasus Bersihan Ny. R dengan Pengumpulan data Analisis data yang Hasil studi kasus 06-08
Jalan Napas Tidak masalah dimulai metode diperoleh melalui menunjukkan bahwa desember 2021
Efektif Pada Pasien keperawatan wawancara didapatkan pengkajian. pasien memiliki tanda mulai dari
Pneumonia Di Rsud bersihan jalan hasil anamnesa, dan gejala terdapat pengkajian
Ajibarang/ Ken Utari nafas tidak identitas pasien dan suara nafas tambahan sampai dengan
Ekowati, dkk/ 2022. efektif identitas penanggung ronchi, RR 26 x/menit evaluasi.
jawab pasien. Metode dan klien mengatakan
observasi untuk batuk berdahak, dahak
mendapatkan hasil susah dikeluarkan dan
TTV, keluhan pasien susah untuk bernafas
setiap harinya dan jika batuk.
pemeriksaan fisik
melalui teknik
inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi
serta studi
dokumentasi. Teknik
penyajian data yang
digunakan yaitu
dengan metode verbal.
Asuhan Keperawatan Responden Intervensi dilakukan Analisa data pada Setelah dilakukan Penelitian ini
Pola Nafas Tidak yang selama 3x24 jam penelitian ini asuhan keperawatan dilaksanakan
Efektif Pada Pasien digunakan pada kedua pasien ini secara deskriptif. menunjukkan bahwa pada bulan
Dengan Pneumonia Et yaitu dua yaitu monitor tata laksana pemberian Agustus 2021
Causa Covid-19 Di orang yang frekuensi nafas, posisi semi fowlerpada di Ruang
Rumah Sakit Husada terkonfirmasi monitor pola nafas, pasien yang Isolasi Lantai
Utama Surabaya/ Covid-19 monitor saturasi dan mengalami pola nafas 14 Rumah
Della Afrianti, Dhiana dengan pemberian posisi semi tidak efektif dapat Sakit Husada
Setyorini, Minarti/ pneumonia. fowler. membantu mengurangi Utama
2022. sesak nafas dan Surabaya.
meningkatkan
saturasi.Intervensi
pemberian posisi semi
fowler dapat menjadi
pilihan utama yang
efektif dan mudah
dilakukan untuk
mengatasi masalah pola
nafas tidak efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Herlina, S. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Dengan Pneumonia: Study
Kasus. Indonesian Journal of Health Development, 2(2), 102-107.
Agustina, D., Pramudianto, A., & Novitasari, D. (2022). Implementasi Batuk Efektif Pada Pasien
Pneumonia Dengan Masalah Gangguan Oksigenasi. JKM : Jurnal Keperawatan
Merdeka, 2(1), 30-35.
Wulandari, E, & Siska, I. (2021). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Oksigen Dengan Posturan Drainase Pada Balita Pneumonia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sawah Lebah Kota Bengkulu. JNPH: Journa of nursing and public health,
9(2), 30-37.
Ken Utari, Tri Sumarni, & Hernowo Budi Santoso. (2022). Studi Kasus Bersihan Jalan Napas
Tidak Efektif Pada Pasien Pneumonia Di Rsud Ajibarang: Case Study Of In Effective
Airway Cleaning On Pneumonia Patients In Ajibarang Hospital. Jurnal Keperawatan
Notokusumo, 10(1), 10–19.
Della Afrianti, Dhiana Setyorini, & Minarti. (2022). Asuhan Keperawatan Pola Nafas Tidak
Efektif Pada Pasien Dengan Pneumonia Et Causa Covid-19 Di Rumah Sakit Husada
Utama Surabaya. Jurnal Keperawatan, 14(1), 7-12.

Anda mungkin juga menyukai