Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN
URGENSI FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA DALAM SISTEM
PENDIDIKAN NASIONAL

A. Sistematika Filsafat Pendidikan Pancasila


Sebagai sistem filsafat, maka filsafat pancasila wajar memiliki pola dasar
sistematika sistem filsafat pada umumnya. Sistematika filsafat itu merupakan bidang
utama, atau karangka dasar filsafat. Dengan kata lain sistematika mencakup ontologi,
epistemologi dan axiologi itu adalah organisasi dan batang tubuh filsafat.

Berdasarkan analisis dan rasional demikian maka dalam uraian berikut dijelaskan.

1. Bidang Ontologi Pancasila

Menurut Mohammad Noor Syam, ontologi sama dengan bidang filsafat yang
menyelidiki jenis dan hakekat ada; ada khusus, ada individual, ada umum, ada terbatas, ada
tidak terbatas, ada universal, ada mutlak, termasuk kosmologi dan metafisika dan sumber ada
(Tuhan), ada sesudah mati. Pokok-pokok ontologi Pancasila terutama:

a. Asas dan sumber apa (eksistensi) kesemestaan ialah Tuhan Yang Maha Esa. Ontologi
Ketuhanan yang religius ini bersifat supra-natural dan transcendental, yang dihayati
subjek manusia dengan budi nurani (keyakinan, iman) yang supra-rasional.
Eksistensinya tidak dipengaruhi oleh eksisitensi apapun, sebaliknya merupakan sumber
segala eksisitensi dalam kesemestaan.
b. Ada alam semesta (makro kosmos), sebagai ada tidak terbatas. Alam semesta raya
dengan hukum alam dan sumber dayanya merupakan sumber kehidupan semua
makhluk hidup. Alam semesta merupakan wahana dan sarana utama kehidupan (ingat ;
bumi, matahari sebagai sumber hidup, air, zat asam, tanah subur, dan sebagainya).
c. Adanya subjek pribadi manusia, individual, nasional dan umat manusia.  Eksistensi
manusia sebagai subyek diri pribadi (mandiri), baik personal maupun nasional
mengandung makna merdeka dan berdaulat. Subjek pribadi manusia juga bermakna
menghayati hak dan kewajiban dalam kesemestaan dan kebersamaan (sosial vertikal
universal dengan Tuhan YME; dan sosial horizontal dengan sesama makhluk hidup,
terutama sesama manusia). Ini bersifat utuh dan unik.
d. Eksistensi tata budaya, sebagai perwujudan martabat dan potensi manusia yang unggul
(makhluk utama). Adanya kebudayaan, baik sosio-budaya (kebudayaan nasional)
maupun kebudayaan universal adalah perwujudan martabat dan potensi kepribadian
manusia. Eksistensi budaya ini tercermin dalam sistem nilai, sistem kelembagaan hidup
(keluarga, masyarakat, dan negara). Eksistensi budaya merupakan produk antar
hubungan timbal-balik antara potensi internal masusia dengan sumber daya dan
lingkungan hidup, sebagai potensi eksternal.

1
e. Eksistensi subyek manusia mandiri selalu dengan motivasi luhur untuk melaksanakan
potensi-potensi martabatnya  (rohani jasmani) demi keyakinan dan cita-citanya
(bermoral luhur dan berprestasi). Proses teleologis eksistensi manusia berlangsung
seumur hidup menurut kemampuan dan bidang  masing-masing. Ini akan menjamin
keharmonisan dan kelesatarian antar eksistensi manusia dengan alam dan budayanya.
f. Eksistensi unik pribadi manusia ialah kemampuannya untuk menyadari eksistensi diri
sendiri, sesama manusia dan alam. Bahkan eksistensi hukum alam, hukum moral dan
eksistensi tuhan, yang semua eksistensi ini membatasi eksistensi unik pribadi manusia.
Eksistensi unik ini memberikan kesadaran pengertian, kepercayaan, cita-cita,
pengabdian, dan kebijalan. Keunikan eksistensi manusia inilah yang melahirkan ilmu
penegetahuan dan kebudayaan pada umumnya.
g. Wujud pengalaman, penghayatan dan jangkauan potensi manusia atas antar hubungan
eksistensi yang fungsional antara realitas alam semesta, subyek manusia, dengan nilai-
nilai sosio-budaya dan eksistensi negara bangsa. Didalam keseluruhan itu manusia akan
merasa menjadi bagian utuh yang tak terpisahkan.
h. Subyek manusia dalam eksistensinya sadar bahwa eksistensinya berada dalam
kebersamaan sejajar dan horizontal secara interdependensi yakni dengan sesama
manusia. Subyek manusia walaupun sebagai pribadi mandiri namun asas
interdependensi ini tetap merupakan kodrat eksistensinya, baik secara sosial, ekonomi
maupun psikologis.  Kesadaran eksistensi demikian memberikan watak martabat luhur
manusia, dalam amal kebajikan dan moral manusia.
i. Kesadaran eksistensi manusia sesama manusia di samping adanya kesadaran saling
ketergantungan sosial (simpati dan jasa), ekonomi, psikologis (cinta) juga kesadaran
kewajiban saling pengertian dan hormat menghormati. Khususnya kesadaran kewajiban
membina  keluarga dengan cinta kasih dan tanggung jawab demi generasi pewaris dan
penerus nilai luhur dan budaya.

2.      Epistemologi

Menurut mohammad Noor Syam, epistemologi sama dengan bidang filsafat yang
menyelidiki sumber, syarat, proses terjadinya ilmu pengetahuan, batas, validitas dan hakekat
ilmu pengetahuan. Termasuk dalam epistemologi disebut juga teori ilmu pengetahuan.

Epistemologi dapat dianggap  sebagai norma ilmu pengetahuan. Jadi, epistemologi


menetapkan apakah suatu cabang ilmu dapat layak/tepat atau memenuhi syarat atau tidak,
untuk dianggap sebgai ilmu pengetahuan atau cabang ilmu pengetahuan. Prinsip-prinsip
epistemologi pancasila terutama:

a. Pribadi manusia adalah subyek yang secara potensial dan aktif berkesadaran tahu atas
eksistensi diri  (subyek), eksistensi dunia (lingkungan, obyek); bahkan juga sadar dan
tahu bila di suatu ruangan dan waktu tidak ada apa-apa (kecuali ruang dan waktu itu
sendiri). Potensi subyek manusia yang lengkap, memberikan kemampuan jangkauan
yang luas, jauh, tinggi dan sempurna. Potensi-potensi manusia yang utuh itu meliputi:
pancaindera, pikir, karsa, rasa, cipta, karya dan budi nurani.

2
b. Proses terbentuknya pengetahuan manusia adalah hasil kerjasama atau produk
hubungan fungsional subyek dengan lingkungannya; jadi potensi dasar dengan faktor
kondisi lingkungan yang memadai akan membentuk pengetahuan.  Terbentuknya
melalui proses usaha sadar (aktif), menguasai dan mendayagunakan serta
mengembangkan secara profesional berdasarkan kesadaran dan tuntutan lingkungan
hidup (misalnya; pembangunan). Proses ini bersifat kontinue dan kumulatif seumur
hidup.
c. Sumber pengetahuan sebenarnya adalah alam semesta; baik wujud alam (realitas)
maupun sifat dan hukum yang inherent di dalamnya (hukum alam). Pengertian manusia
atas alam lingkungan hidupnya secara timbal balik dengan potensi kepribadian
manusia, dalam proses kumulatif membentuk sosio budaya dan kebudayaan ataupun
ada peradaban pada umumnya.
d. Proses pembentukan pengetahuan melalui lembaga pendidikan (sekolah formal,
pendidikan pada umumnya) secara teknis edukatif lebih sederhana. Perlu dijelaskan
bahwa komunikasi antar guru-murid terutama berfungsi memperjelas bahan-bahan
informasi dna usaha menyamakan persepsi yang ditangkap dari berbagai sumber.
e. Pengertahuan manusia, baik jenis maupun tingkatnya dapat dibedakan secara berjenjag
sebagai berikut. (1) tingkat pengetahuan indera, (2) ilmiah, (3) filosofis, (4) religius.
Meskipun jenis dan tingkatan tersebut membedakan sumber, potensi-potensi yang
menangkap masing-masing jenis tingkatan, namun di dalam pribadi manusia terjadi
pengelaman atau kesadaran yang terpadu sebagai pengetahuan subyek yang
bersangkutan.
f. Ilmu pengetahuan baik sebagai perbedaharaan dan prestasi manusia individual maupun
sebagai karya dan budaya umat manusia merupakan pula kualitas dan derajat atau
martabat kepribadian dan kemanusiaa, terutama dalam pengalaman atau dayagunanya
di dalam kehidupan.
g. Kesadaran dan pengetahuan manusia tentang alam semesta raya dan metafisika adalah
dunia pengetahuan ilmiah dan dunia filosofis bahkan religius secara terpadu. Kesadaran
pengetahuan demikian merupakan potensi unik martabat manusia sekaligus sebagai
perwujudan sitesisi kesadaran/pengetahuan yang komprehensif kumulatif. Hal ini
memberikan wawasan bagaimana manusia memahami kepribadiannya, baik potensi
maupun keterbatasannya
h. Konstruksi pengalaman dan pengetahuan manusia keseluruhan ini yang secara
hierarchies mancakup, merupakan pengetahuan yang lebih daripada hanya empiris,
rasional dan religius saja; melainakn keutuhan kesadaraan yang kaya (bervariasi jenis,
bentuk, sifat, dan tingkatannya).
i. Martabat kepribadian manusia karena sifat dan potensinya yang unik dan superior,
manusia mampu pula secara kreatif dan imaginatif menjangkau sesuatu yang metafisi
jauh dibalik realitas lingkungan alam dan kehidupan. Subjek manusia dengan potensi
kepribadian mampu memiliki dan mendayagunakan wawasan waktu, dan wawasan
ruang yang tidak terbatas rentangannya.

3
3.      Aksiologi Pancasila

Bidang Axiologi ialah bidang yang menyelidiki pengertian, jenis, tingkat, sumber dan
hakekat nilai secara kesemestaan. Bagi makhluk hidup, khususnya manusia maka yang
bernilai itu sesungguhnya terutama yang merupakan sarana bagi kehidupan. Alam dan isinya
seperti tanah, air, dan udara, bahkan panas matahari merupakan sumber kehidupan;
karenanya merupakan nilai. Berdasarkan analisis yang komprehensif maka dapat
dikemukakan dasar-dasar aksiologi pancasila, sebagai berikut:

a. Bahwa Tuhan YME adalah maha sumber nilai semesta yang menciptakan nilai dalam
makna dan wujud: (1) nilai hukum alam, yang mengikat dan mengatur alam semesta
dan isinya secara obyektif dan mutlak, tanpa terikat ruang dan waktu, bersifat obyektif
universal. (2) nilai hukum moral yang mengikat manusia secara psikologis spritual,
obyektif dan mutlak menurut ruang dan waktu, namun tetap universal.
b. Subyek manusia dapat membedakan secara hakiki maha sumber dan sumber nilai
dalam perwujudan: Tuhan Yang Maha Esa dan AgamaNya sebagai maha sumber nilai
kemestaan; alam semesta dengan hukum alamnya sebagai sumber nilai dalam makna
sumber kehidupan kehidupan, sumber keindahan bagi makhluk-makhluk hidup
termasuk manusia; Bangsa dan sosio-budaya; Negara dan system kenegeraan; dan
kebudayaan.
c. Nilai dalam kesadaran manusia dan dalam realitas alam semesta.
d. Manusia dengan potensi martabatnya menduduki fungsi ganda dalam hubungan nilai.
e. Martabat kepribadian manusia yang secara potensialitas integritas dari hakekat manusia
sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk susila, adalah subyek nilai.
f. Mengingat maha sumber nilai adalah Tuhan Yang Maha Esa dan subyek manusia
dengan potensi martabatnya yang luhur yakni budi nurani, manusia secara potensial
mampu menghayati dalam makna beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut
agama dan kepercayaannya masing-masing.
g. Manusia sebagai subyek nilai memikul kewajiban dan tanggung jawab atas bagaimana
mendayagunakan nilai, mewariskan dan melestarikan nilai dalam kehidupan
kebudayaan dan kemanusiaan.
h. Eksistensi fungsional manusia ialah subyek dan kesadarannya.
i. Seluruh kesadaran manusia tentang nilai tercermin dalam kepribadian dan tindakannya,
amal, kebajikannya.

Ajaran filsafat mengutamakan:

 Teori kenegaraan
 Teori kemasyakatan
 Teori manusia
 Hakekat manusia semesta
 Hakekat kebenaran
 Hakekat kehidupan
 Hakekat ilmu pengetahuan

4
 Hakekat kebudayaan
 Hakekat tukar
 Hakekat moral dan agama

Menurut Runes ontologi pancasila adalah bidang filsafat yang menyelidiki jenis dan
hakekat itu sebagai berikut:

o Ada khusus
o Ada individual
o Ada umum
o Ada terbatas
o Ada tak terbatas
o Ada universal
o Ada mutlak
o Ada sesudah hati
o Kosmologi
o Metafisika
o Tuhan

Menurut Runes, epistemologi pancasila adalah bidang filsafat yang menyelidiki:

 Sumber
 Syarat
 Validitas
 Hahekat ilmu pengetahuan
 Semantika
 Matematika
 Proses
 Batas

Prinsip epistimologi pancasila


 Pribadi manusia adalah subjek yang secara potensial dan aktif berkesadaran tahu atas
eksistensinya. Proses terbentuknya manusia adalah hash kerja sama atau produk
hubungan fungsional.
 Sumber pengetahuan adalah alam semesta
 Proses pembentukan pengetahuan melalui lembaga pendidikan
 Pengetahuan manusia, baik jenis maupun tingkatannya dapat dibedakan secara berjenjang
seperti :
1) Tingkat pengetahuan inderanya
2) Tingkat pengetahuan ilmiah
3) Tingkat pengetahuan filosofi

5
4) Tingkat pengetahuan religious

B. Pancasila Sebagai Sumber dan Dasar Moral


Negara Indonesia yang berdiri tanggal 17 agustus 1945 merupakan neraga pancasila
adil dan pedoman dalam ketatanegaraan prediket prinsip yang berdasarkan ketentuan-
ketentuan yuridis konstitusional. Bahwa Negara Indonesia berdasarkan pancasila
sebagaimana yang termasuk didalam pembukaan UUD 1945.
Makna konsekuensi pancasila sebagai sumber dan dasar moral baik formal maupun
fungsional:
1.      Pancasila adalah dasar Negara atau filsafat Negara RI
2.      Pancasila adalah norma dasar dan norma tertinggi didalam Negara RI
3.      Pancasila adalah Idiologi Negara, Idiologi Nasional Indonesia
4.      Pancasila adalah identitas dan karakteristik bangsa Indonesia atau kepribadian nasional,
yang perwujudannya secara melembaga sebagai system Negara pancasila.
5.      Pancasila adalah jiwa dan kepribadian bangsa, pandangan hidup (keyakinan bangsa) yang
menjiwai. System kenegaraan dan kemasyarakatan Indonesia. Karena itu pancasila adalah
system filsafat Indonesia yang potensial dan fungsional yang normative dan ideal.
6.      Pancasila sebagai sumber dan dasar model diangkat dan religus sosio kebudayaan dan
nilai dasar masyarakat Indonesia, nilai dasar merupakan perwujudan kepribadian bangsa.
Nilai pancasila keyakinan atau pandangan hidup bangsa tangh benar, baik dan unggul. Nilai-
nilai Dasar sosio-budaya Indonesia meliputi:
a.       Kesadaran ketuhanan dan kesadaran keagamaan secara sederhana dan potensial
b.      Kesadaran kekeluargaan, yang berwujud cinta keluarga sebagai dasar dan kondrat
terbentuknya masyarakat dan berkesenambungannya generasi.

6
C. Tujuan Pendidikan Pancasila
Merumuskan formal konstitusional baik dalam UU Negara RI maupun dalam GBHN
dan UU kependidikan lainnya.
GBHN 1983 merumuskan tujuan pendidikan nasional kita sebagai berikut:
1.      “Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan
terhadap Tuhan yang Maha Esa, Kecerdasan, kecerdasan dan ketrampilan, mempertinggi
budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta
tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun
dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.
2.      Menjabarkan konsepsional seperti :
a) Lukisan manusia Indonesia seutuhnya (MIS) dan pendidikan seumur hidup
3.     Untuk membentuk kepribadian peserta didik umumnya bangsa dan Negara secara
potensional aktifnya kesadaran tahu atas eksistensi diri (subjek)
4.     Menanamkan sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan kepada
nilai-nilai pancasila, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dan
memberikan bakat kemampuan untuk mengikuti pendidikan dimasa yang akan dating.
5.      Mengembangkan dan melestarikan nilia-nilai luhur pancasila dalam kehidupan sehari-
hari serta membina dan menyadari hubungan antar sesame anggota, sekolah dan masyarakat
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

D. Sistem Pendidikan Nasional Pancasila


Sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
yang diatur dengan undang-undang. Sistem pendidikan Nasional harus mampu menjamin
pemerataan kesempatan pendidikan mutu serta elevansi dan efisiensi manajemen pendidikan
untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan local, nasional dan
global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terancana, terarah dan
berkesinambungan.
UU No. 20 Tahun1989 tentang system pendidikan Nasional tidak memadai lagi dan
perlu disempurnakan agar sesui dengan amanat perubahan UUD Negara Republik Indonesia
1945.

7
Berdasarkan paragraf tiga, maka sistem pendidikan nasional disempurnakan dan
diganti dengan system pendidikan nasional menurut UU No.20 Tahun 2003.5. system
pendidikan nasional merupakan usaha dan lembaga yang menjamin pengalaman.
Pengembangan dan pelestarian secara manta.
Keseluruhan sistem (Sumber dan dasar moral filsafat pendidikan, tujuan pendidikan
pancasila, kebudayaan nasional dan kurikulum serta teori pengetahuan) menampilkan diri
dalam perwujudan system pendidikan nasional pancasila yang wajar dibina dengan dijiwai
filsafat pendidikan pancasila. System kependidikan nasional sebagai kelembagaan nasional
pembinaan MIS, dengan kebijaksanaan yang mantap menjamin pewarisan dan pelestarian
system kenegaraan dan budaya berdasarkan pancasila.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistematika Filsafat Pancasila Filsafat pancasila wajar memiliki pola dasar
sistematika, sistem filsafat dilategorikan sebagai filsafat yang meliputi:
1. Bidang Ontologi Pancasila
2. Epistemologi 
3. Aksiologi Pancasila

Pancasila adalah jiwa dan kepribadian bangsa, pandangan hidup (keyakinan bangsa)
yang menjiwai. System kenegaraan dan kemasyarakatan Indonesia. Karena itu pancasila
adalah system filsafat Indonesia yang potensial dan fungsional yang normative dan ideal.
Pancasila sebagai sumber dan dasar model diangkat dan religus sosio kebudayaan dan
nilai dasar masyarakat Indonesia, nilai dasar merupakan perwujudan kepribadian bangsa.
Nilai pancasila keyakinan atau pandangan hidup bangsa tangh benar, baik dan unggul. Nilai-
nilai Dasar sosio-budaya Indonesia meliputi:
a.       Kesadaran ketuhanan dan kesadaran keagamaan secara sederhana dan potensial
b.      Kesadaran kekeluargaan, yang berwujud cinta keluarga sebagai dasar dan kondrat
terbentuknya masyarakat dan berkesenambungannya generasi.
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan
terhadap Tuhan yang Maha Esa, Kecerdasan, kecerdasan dan ketrampilan, mempertinggi
budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta
tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun
dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
3.2 Saran
Adanya tujuan yang harus dicapai oleh suatu  sistem menuntut terlaksananya berbagai
fungsi yang diperlukan ,untuk  menunjang  usaha   mencapai  tujuan  tersebut. misalnya suatu
lembaga  pendidikan  dapat memberikan pelayanan pendidikan dengan baik, maka dari  itu
perlu  adanya  fungsi  perencanaan, pelaksanaan, pengawasan  dan  penilaian di dalam sistem
pendidikan.

9
DAFTAR PUSTAKA
1. http://melatimelatiputih.blogspot.co.id/2015/09/urgensi-filsafat-pendidikan-
pancasila.html
2. Zen, Zelhendri. 2014. Filsafat Pendidikan. Padang: Sukabina Press
3.

10

Anda mungkin juga menyukai