Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampu:

Beta Puspa Sari M.Pd

Disusun oleh:

Muhammad Ferdi Satriawan (2223420040)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU

2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan taufik dan hidayah buat kita semua sehingga penulis
dapatmenyelesaikan makalah ini dengan baik, walaupun banyak menemui
hambatan, dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih banyak
kepada orang tua dan keluarga yang telah memberikandorongan baik
morilmaupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik, dan juga kepada Ibu Beta Puspa Sari, M.Pd selaku dosen Mata kuliah
Bahasa Indonesia, serta rekan-rekan yang telah memberikan bantuan dandorongan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.Penulis juga
mengharapkan saran dan kiritk yang membangununtuk kesempurnaan makalah
ini.

Bengkulu, 10 Oktober 2022


DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………… ………………


Daftar Isi……………………………………………………….….

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………….…….……
B. Rumusan Masalah………………………………..………
C. Tujuan Penulisan………………………………….….…..

BAB II PEMBAHASAN

A. SEJARA BAHASA INDONESIA …………………………………….…

B. RAGAM BAHASA INDONESIA……………………………… ……….

C. KAIDAH BAHASA INDONESIA ……………………… ………….......

D. BENTUK KARYA BAHASA INDONESIA ……………………………

E. DASAR YURIDIS ……………………………………………………….

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan……………………………………………….
B. Saran……………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang digunakan dalam berinteraksi secara


lisan maupun tulisan. Bahasa Indonesia yang terdiri atas simbol atau lambang dari
suatu hasil budaya Melayu merupakan sejarah panjang munculnya bahasa
persatuan kita. Mulai dari pembentukan ejaan resmi bahasa Melayu di masa
penjajahan kolonial Belanda, pembentukan badan penerbit buku bacaan bahasan
Melayu dan perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia lewat
peristiwa Sumpah Pemuda. bahasa Indonesia telah diresmikan ke dalam
Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. bahwa bahasa yang dipakai di
negara kita adalah bahasa Indonesia. kemudian, dibentuklah Bahasa Indonesia
sendiri telah diresmikan serta dicantumkan ke dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya UUD 1945). UUD 1945
dalam Pasal 36 menegaskan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara Serta Lagu
Kebangsaan (selanjutnya UU 24/2009). Fungsi dari UU 24/2009 ini pada
dasarnya untuk menjadi sarana pemersatu, identitas dan wujud eksistensi bangsa
yang menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara.
Bahasa indonesia merupakan sebuah dialek bahasa Melayu yang menjadi
bahasa resmi Republik Indonesia. Bahasa indonesia mempunyai sejarah jauh lebih
panjang daripada Republik ini sendiri. Penamaan “Bahasa Indonesia” diawali
sejak di canangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari
kesan “Imperialisme bahasa” apabila
nama bahasa Melayu tetap di gunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya
Bahasa indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang di gunakan di Riau
maupun Semenanjung Malaya. Saat itu Bahasa indonesia dinyatakan sebagai
bahasa persatuan dan menggunakan Bahasa indonesia sebagai perekat bangsa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sejarah Bahasa Indonesia
2. Apa saja ragam Bahasa Indonesia
3. Apa itu kaidah Bahasa Indonesia
4. Apa saja yang menjadi bentuk karya bahasa Indonesia

C. Tujuan Masalah
Mengetahui apa yang melatar belakangi bahsa Indonesia, ragam bahasa
Indonesia kaidah Bahasa Indonesia, dan bentuk dari karya Bahasa
Indonesian
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH BAHASA INDONESIA


Bahasa Melayu adalah bahasa kebanggaan Brunei, Indonesia,
Malaysia, dan Singapura. Bahasa Indonesia yang berkedudukan sebagai
bahasa kebangsaan dan bahasa resmi negara Republik Indonesia merupakan
sebuah dialek bahasa Melayu, yang pokoknya dari bahasa Melayu Riau
(bahasa Melayu di Provinsi Riau, Sumatra, Indonesia). Nama Melayu pertama
digunakan sebagai nama kerajaan tua di daerah Jambi di tepi Sungai
Batanghari, yang pada pertengahan abad ke-7 ditaklukkan oleh kerajaan
Sriwijaya. Selama empat abad kerajaan ini berkuasa di daerah Sumatra Selatan
bagian timur dan dibawa pemerintahan raja-raja Syailendra bukan saja
menjadi pusat politik di Asia Tenggara, melainkan juga menjadi pusat ilmu
pengetahuan.
Berdasarkan beberapa prasasti yang ditemukan, yaitu Kedukan Bukit
(683), Talang Tuwo (684), Telaga Batu (tidak berangka tahun), Kota Kapur,
Bangka (686), dan Karang Brahi(686) membuktikan bahwa kerajaan
Sriwi2jaya menggunakan bahasa Melayu, yaitu yang biasa disebut Melayu
Kuno, sebagai bahasa resmi dalam pemerintahannya. Dengan kata lain,
prasasti-prasasti itu menunjukkan bahwa pada abad ke-7 bahasa Melayu telah
digunakan sebagai bahasa resmi di daerah kekuasaan Sriwijaya yang bukan
hanya di Sumatra, melainkan juga di Jawa dengan ditemukannya prasasti
Gandasuli di Jawa Tengah (832) dan didekat Bogor (942). Di Samping,
sebagai bahasa resmi pemerintahan, bahasa Melayu juga sudah digunakan
sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa pengantar dalam mempelajari ilmu
agama dan bahasa perdagangan
1. Kedudukan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia pertama kali diikrarkan sebagai bahasa nasional
dalam Kongres Pemuda 28 Oktober 1928, alasan yang mendukung
pengikraran itu di antaranya adalah bahasa Indonesia telah dipakai
sebagai lingua franca selama berabad-abad sebelumnya di seluruh kawasan
Nusantara. Kedudukannya makin kuat manakala bahasa Indonesia dijadikan
bahasa negara dan bahasa resmi negara Indonesia di dalam Pasal 36 UUD
1945 (Sugono 2009).
Meskipun sudah menjadi  bahasa negara, bagi hampir  sebagian orang
di Indonesia bahasa Indonesia bukan merupakan bahasa ibu, melainkan bahasa
kedua yang hanya dipelajari di bangku sekolah, dan oleh karena itulah, dalam
merumuskan ketentuan peraturan perundang-undangan sebaiknya para
perumus menggunakan kalimat yang singkat, jelas dan mudah dimengerti agar
tidak menimbulkan penafsiran ganda maupun kekeliruan yang kerap terjadi di
masyarakat, karena sepengetahuan penulis masalah mengenai teknis yuridis
dalam pembentukan undang-undang jarang dibahas maka dalam makalah ini
penulis akan memaparkan mengenai ragam bahasa perundang-undangan,
penerapannya, dan juga permasalahan yang secara teknis kerap terjadi dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan. Yang nantinya diharapkan agar
pembaca dapat lebih kritis dan mudah dalam menafsirkan bahasa perundang-
undangan itu kedepannya.
Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yang sangat penting,
yaitu sebagai bahasa nasinal dan bahasa negara. Sebagai bahasa nsional,
bahasa Indonesia di antaranya berfungsi mempererat hubungan antarsuku di
Indonesia. Fungsi ini, sebelumnya, sudah ditegaskan di dalam butir ketiga
ikrar Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Kata „menjunjung‟ dalam
KBBI antara lain berarti „memuliakan‟, „menghargai‟, dan „menaati‟
(nasihat, perintah, dan sebaginya.). Ikrar ketiga dalam Supah Pemuda tersebut
menegaskan bahwa para pemuda bertekad untuk memuliakan bahasa
persatuan, yaitu bahasa Indonesia.
Pernyataan itu tidak saja merupakan pengakuan “berbahasa satu”,
tetapi merupakan pernyatakan tekad kebahasaan yang menyatakan bahwa kita,
bangsa Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, yaitu Bahasa
Indonesia. Ini berarti pula bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa
nasional yang kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah. Kedudukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dikukuhkan sehari setelah
kemerdekaan RI dikumandangkan atau seiring dengan diberlakukannya
Undang-Undang Dasar 1945. Bab XV Pasal 36 dalam UUD 1945 menegaskan
bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia
2. Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional
Kedudukan sebagai bahasa nasional ini disandang oleh Bahasa
indonesia sejak dicetuskannya sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928.
Sebagaimana diketahui, isi bagian ketiga sumpah itu berkenaan dengan
“menjunjung bahasa persatuan, bahasa indonesia”. Istilah “Indonesia” yang
dicantumkan di belakang kata “bahasa” pada sumpah itu jelas – jelas
berkonotasi politik, sejalan dengan cita – cita kaum pergerakan bangsa
Indonesia pada masa itu. Sesungguhnyalah, yang dimaksud sebagai “bahasa
indonesia” pada saat itu tidak lain dari pada Bahasa melayu. Muncul
pertanyaan, “mengapa bahasa melayu yang “diangkat” menjadi bahasa
persatuan (nasional)?” mengapa bukan bahasa jawa, misalnya, yang jumlah
penduduknya meliputi hampir separuh jumlah penduduk Indonesia? Atau,
mengapa bukan bahasa sunda? Dan atau yang lainnya?
Berkaitan dengan pertanyaan itu, sekalipun dalam format yang berbeda
– beda, Slamet mulyana (1965), S. Suharyanto (1981), J.S. Badudu (1993),
dan Anton M. Moelyono (2000) mengemukakan adanya empat faktor yang
menjadi penyebab, yaitu faktor historis (kesejarahan, bahasa melayu sebagai
Lingua fanca), Faktor psikologis (semangat mengutamakan kepentingan
bersama), faktor demokratisasi (kesederhanaan) bahasa, dan faktor reseptif
(kemudahan Bahasa menerima pengaruh untuk pengembangannya

B. Ragam Bahasa Indonesia


Ragam bahasa Indonesia adalah variasi kata-kata berdasarkan
pemakaian, topik yang dibicarakan, hubungan pembicaraan, lawan bicara,
orang yang dibicarakan, serta medium pembicara (Bachman 1990).
Keterampilan berbahasa setip individu seseorang dapat diukur melalui
kekayaan perbendaharaa kosakatanya. Artinya , semakin banyak kosa kata
seseorang maka semakin bagus juga kualitas dari public speaking nya.
Kosakata yang dimiliki oleh setiap individu juga dapat dijadikan sebagai
ukuran mengetahui kadar pengetahuan, kecerdasan, dan pengalaman
berbahasa seseorang. Kekayaan kosakata yang memadai bisa tercermin dari
penggunaan bahasa seseorang dalam menyataka pikiran, perasaan,
pengalaman,dan gagasan kepada orang lain secara jelas dan tepat, baik bentuk
lisan maupun tulisan.
Adapun pengertian ragam bahasa menurut beberapa ahli, yaitu sebagai
berikut
1. Ragam bahasa menurut Bachman (1999)
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang
berbeda-beda menurut topik, yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara,
orang yang dibicarakan, serta medium pembicara.
2. Ragam bahasa menurut Dendy Sugono (1999)
Sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah
pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi
resmi, seperti di sekolah di kantor, atau didalam pertemuan resmi digunakan
bahasa yang baku. Sebaliknya, dalam situasi tak resmi , seperti di rumah, di
taman, di pasar, dan tempat tempat tak resmi lain nya kita tidak dituntut untuk
menggunakan bahasa baku.
3. Ragam bahasa menurut Fishmaned (1968)
Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa junarlistik dan hukum,
tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosa kata ragam
bahasa baku agar apat menjadi panutan bagi masyarakat pengguna bahasa
Indonesia. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah kaidah tentang norma
yang berlaku berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi
pembicaraan), pelaku bicara, dan bentuk topik pembicaan.
Ragam bahasa yang didasarkan oleh sikap penutur lebih disebut
dengan istilah lenggam atau gaya. Hal ini juga didukung oleh lawan penutur
atau orang yang diajak berkomunikasi. Rgam bahasa ini pada umumnya
dipengaruhi oleh faktor umum dan kedudukan, materi yang dibicarakan, dan
tujuan dari penyampaian pembicaraan. Misalnya, gaya bahasa yang dipakai
seseorang untuk memberikan laporan kepada atasannya, gaya memahami
orang, gaya menulis surat untuk kekasih, gaya mengobrol dengan tean
sejawat, ataupun yang lainnya.

1. Jenis Jenis Ragam Bahasa


Wilayah Indonesia yang sangat luas ini dan bermacam-macam pula
gaya bahasa nya, mau tak mau menghasilkan berbagai jenis ragam bahasa.
Adanya berbgai macam bahasa ini sesuai dengan funsi, kedudukan, serta
lingkungan yang berbeda-beda.
a. Ragam Lisan dan Tulisan
Ragam tulisan ialah pengalihan ragam lisan kedalam ragam tulis
(huruf). Akan tetapi pendapat ini tidak sepenuhnya benar dikarenakan ada
beberapa ragam tulis yang tidak bisa dilisankan dan begitu juga sebaliknya
ada beberapa ragam lisan yang tidak bisa dituliskan. Dikarenakan ada
beberapa kaidah yang berlaku ragam lisan akan tetapi belum berlaku
diragam tulisan.
b. Ragam Baku dan Ragam Tidak Baku
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh
sebagian besar warga masyarakat pemakaiannya sebagai kerangka rujukan
norma bahasa dalam penggunaan nya, atau ragam baku juga bisa diartikan
sebagai ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau
buku-buku ilmiah Sedangkan, ragam tidak baku adalah ragam yang tidak
dilembagakan dan ditandai dengan ciri-ciri yang menyimpang dari norma
ragam baku.
c. Ragam bahasa formal dan tidak formal
Ragam bahasa formal biasanya digunakan ketika adanya acara
acara resmi, seperti pidato Presiden, kata sambutan, ceramah agama dan
lain lain, sedangkan ragam bahasa non formal biasnya digunakan ketika
dikehidupan sehari-hari contoh nya adalah ketika kita becanda gurau
dengan keluarga atau dengan teman sebaya tidak terlalu dituntut untuk
menggunakan bahasa yang formal.
d. Ragam bahasa ilmiah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ilmiah adalah
sesuatu yang bersifat keilmuan. Bisa diambil arti bahwa ragam bahasa
ilmiah merupakan bahasa yang disampaikan dalam ranah ilmiah atau
akademis. Karena ragam bahasa ini bersifat ilmiah maka pada umumnya
kita akan menemumakan bahasa bahasa ilmiah contohnya jurnal ilmiah,
artikel ilmiah, skripsi, makalah dan lain lain.
e. Ragam bahasa sastra
Ragam bahasa sastra memiliki sifat atau karakter subjektif, lentur.
konotatif, kreatif, dan inovatif. Bahasa sastra ialah bahasa yang dipakai
untuk menyampaikan emosi (perasaan) dan pikiran. fantasi dan lukisan
angan-angan, penghayatan lahir dan batin, peristiwa dan khayalan dengan
bentuk istimewa. Dalam hal ini istimewa karena kekuatan efeknya pada
pendengar/pembaca dan istimewa cara penuturannva. Bahasa dalam ragam
sastra ini digunakan sebagai bahan kesenian, di samping sebagai alat
komunikasi. Untuk memperbesar efek penuturan dikerahkan segala
kemampuan yang ada pada bahasa. Arti, bunyi, asosiasi, irama, tekanan,
suara, panjang pendek suara, persesuaian bunyi kata, sajak, asonansi,
posisi kata, ulangan kata/kalimat di mana perlu dikerahkan untuk
mempertinggi efek. Misalnya, bahasa dalam sajak jelas bedanya dengan
bahasa dalam karangan umum.
f. Ragam bahasa politik
Bahasa politik berisi kebijakan yang dibuat oleh penguasa dalam
rangka menata dan mengatur kehidupan masyarakat. Dengan sendirinya
penguasa merupakan salah satu sumber penutur bahasa yang mempunyai
pengaruh yang besar dalam pengembangan bahasa di masyarakat.

C. Kaidah Ejaan
Kaidah ejaan adalah keseluruhan peraturan tentang bagaimana
menggunakan lambang-lambang bunyi bahasa dan bagaimana hubungan
antara lambang-lambang tersebut (pemisahan dan penggabungannya). Secara
teknis, kaidah ejaan dan tanda baca adalah aturan-aturan mengenai penulisan
huruf, penulisan kata, dan penulisan tanda baca.
Seperti diketahui bahwa kaidah ejaan mengatur penggunaan beragam
lambang kebahasaan yang berdimensi luas. Pembahasan menyeluruh
mengenai kaidah ejaan tersebut tidak mungkin dilakukan pada bagian ini.
Pembahasan dibatasi pada kaidah-kaidah ejaan yang sangat produktif
penggunaannya di dalam masyarakat.
1. Penulisan Huruf
Pada bagian ini akan dideskripsikan kaidah-kaidah yang berlaku
mengenai pemakaian huruf dalam bahasa Indonesia, yakni pemakaian huruf
kapital dan huruf miring.
Huruf Kapital
Istilah huruf kapital sering juga diganti dengan huruf besar.
Huruf Miring
Huruf miring adalah huruf yang posisinya dimiringkan dalam cetakan
2. Pengertian Kalimat
Kalimat dapat dipahami sebagai suatu bahasa terkecil yang dapat
digunakan untuk menyampaikan ide atau gagasan. Pakar menyampaikan
bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri,
mempunyai intonasi akhir dan secara aktual dan potensial terdiri atas klausa.
Klausa merupakan satuan kebahasaan yang merupakan kelompok kata yang
setidaknya terdiri atas subjek dan predikat.
Kalimat dalam wujud lisan diucapkan dengan suara naik tururn, dan
keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud
tulisan kalimat dimulai dengan huruf kapital diakhiri dengan tanda titik (.),
tanda tanya (?), atau tanda seru (!).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah
serangkaian kata yang tersusun secara bersistem sesuai dengan kaidah yang
berlaku untuk mengungkapkan gagasan,pikiran, atau perasaan yang relatif
lengkap.

a. Unsur-unsur Kalimat
Subjek
Subjek adalah unsur yang perlu dijelaskan dengan cara menjawab
pertanyaan siapa atau apa unsur yang dijelaskan itu
Predikat
Predikat adalah unsur yang menjelaskan keadaan atau perilaku subjek
dengan cara menjawab pertanyaan mengapa atau bagaimana. Predikat dapat
terdiri dari verba ( kata kerja ) dan Adjektiva ( kata sifat ). Penggunaan
predikat biasanya terdapat setelah subjek, karena predikat menjelaskan
keadaan dari subjek tersebut.
Objek
Objek adalah unsur kalimat yang harus ada dalam kalimat verbal
(kalimat aktif) yang predikatnya terdiri dari kata kerja transitif. Kata kerja
transitif adalah kata kerja yang membutuhkan kehadiran objek, biasanya
berawalan ‘me-‘. Bentuk kata kerja yang berawalan ‘ber-‘ dan berafiks ‘ke-an’
biasanya tidak memerlukan objek.
Pelengkap
Pelengkap merupakan unsur kalimat yang harus ada pada kalimat
verbal intransitif, yang menghendaki unsur yang melengkapinya.
Keterangan
Keterangan adalah unsur kalimat yang berfungsi untuk menjelaskan
prediket. Dalam kalimat posisi unsur keterangan ini dapat dipindah-
pindahkan, biasanya terdapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat

3. Paragraf
Paragraf adalah satuan bahasa yang membicarakan suatu gagasan atau
topik. Satuan bahasa itu terdiri dari seperangkat kalimat. Dan bisa diartikan
juga bahwa paragraf itu menuangkan pikiran secara teratur dan terorganisasi
ke dalam sebuah tulisan. Sehingga pembaca dapat mengikuti dan memahami
jalan pikiran seseorang tidaklah mudah. Paragraf merupakan inti penuangan
buah pikiran dalam sebuah karangan.
Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh
semua kalimat dalam pargaraf tersebut mulai dari kalimat – kalimat pengenal,
kalimat
utama atau kalimat topik, kalimat penjelas smapai pada kalimat penutup.
Himpunan kalimat ini saling bertahan dalam suatu rangkaian untuk
membentuk
sebuah gagasan.
Paragraf juga dapat dikatakan karangan yang paling pendek (singkat).
Dengan adanya paragraph kita dapat membedakan di mana suatu ide dimulai
dan
berakhir.

Fungsi Paragraf
Seperti halnya kegiatan atau aktivitas menulis lainnya, menulis
paragraf pun memilik fungsi dan arti tertentu. Berikut dikemukakan beberapa
fungsi paragraf di dalam penulisan.
a. Paragraf menandai pembukaan gagasan atau ide baru dan dapat pula
berupa pengembangan lebih lanjut dari ide atau gagasan utama (main idea)
sebelumnya;
b. Paragraf menandai hal-hal yang penting dari uraian atau penjelasan
pada paragraf sebelumnya;
c. Paragraf mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk
suatu pikiran dan perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara
logis di dalam kesatuan;
d. Paragraf menandai peralihan (pergantian) gagasan baru bagi
karangan yang terdiri dari beberapa paragraf ganti (ganti pikiran);
e. Paragraf memudahkan pemahaman bagi pembacanya:
f. Paragraf memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam
satuansatuan, unit pikiran yang lebih kecil;
g. Paragraf memudahkan pengendalian atau pengontrolan gagasan
utama (Widjono H.S., 2008: 174); dan
h. Paragraf memudahkan perujukan atau pengacuan dalam membaca
atau pengutipan (Alek, 2009: 127)

Syarat – syarat Paragraf


Menurut Akhadiah dkk (1999:148) sebuah paragraf yang baik
mempunyai 3 (tiga)syarat, yaitu (1) kesatuan. (2) kepaduan, dan (3)
kelengkapan. Ketiga syaratparagraf yang baik tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
1. Kesatuan
Kesatuan (kohesi) adalah sebuah paragraf hanya mengandung satu
gagasan utama yang diikuti oleh beberapa gagasan pengembang atau
penjelas. Artinya, setiap paragraf hanya mengandung satu pokok pikiran
atau satu gagasan

2. Kepaduan
Kepaduan (koherensi) adalah sebuah paragraf yang padu dapat dicapai jika
jalinan
kalimat-kalimatnya terangkai secara baik. Sebab, suatu paragraf bukanlah
sekumpulan kalimat yang berdiri sendiri terlepas dari gagasan pokoknya.
Penyusunan sebuah paragraf harus dibangun melalui kalimat kalimat yang
logis,
bersistem, teratur, dan saling berkaitan agar pembaca dapat memahami
jalan pikiran
penulis
3. Kelengkapan
Sebuah paragraf dikatakan lengkap apabila berisi kalimat-kalimat penjelas
yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik. Sebaliknya, suatu
paragraf
dikatakan tidak lengkap apabila tidak dikembangkan lebih lanjut atau hanya
diperluas dengan pengulangan-pengulangan.

Ciri – ciri Paragraf


Adapun ciri - ciri suatu paragrapf sebagai berikut:
a. Kalimat pertama dimulai setelah lima atau enam ketukan spasi dari pinggir
kirikertas. Ciri ini merupakan ciri yang sudah lazim ditemukan dalam penulisan
ilmiah. Meskipun standar yang baku tentang jumlah ketukan atau spasi masuk
dari pinggir kiri kertas antara satu institusi dan institusi lain dapat berbeda, tetapi
untuk penulisan yang mengikuti pola lurus penuh (full-block style), penulisan
paragraf baru ditanda dengan jarak atau spasi yang agak renggang dengan
paragraf sebelumnya.
b. Mengembangkan sebuah pikiran utama (main idea) yang dilakukan dalam kalimat
topik (Widjono H.S,. 2008; 174).
c. Menggunakan kalimat pengembangan yang berfungsi sebagai pendukung gagasan
utama.
d. Menggunakan kalimat penjelas atau keterangan yang logis dengan memerhatikan
aspek keutuhan (peranti penghubung antar kalimat) dan kepaduan (kelogisan dari
sisi keutuhan makna).
e. Mengemukakan informasi yang mendukung gagasan pokok berupa ilustrasi,
contoh dan detail berupa rincian – rincian yang konkret serta digunakan secara
efektif.
D. BENTUK KARYA BAHASA
1. Karya ilmiah
Karya tulis ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan diterbitkan, yang
memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau
sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhan dan ditaati oleh
masyarakat. Pembahasan itu dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan,
pengumpulan data yang diperoleh melalui suatu penelitian. penelitian ini menggunakan
metode ilmiah yang sistematis untuk memperoleh jawaban secara ilmiah terhadap
permasalahan yang diteliti. Untuk memperjelas jawaban ilmiah berdasarkan penelitian,
penulisan karya tulis ilmiah hanya dapat dilakukan sesudah timbul suatu masalah, yang
kemudian dibahas melalui penelitian dan kesimpulan dari penelitian tersebut.
Karya tulis ilmiah sebagai sarana komunikasi ilmu pengetahuan yang berbentuk
tulisan menggunakan sistematika yang dapat diterima oleh komunitas keilmuan melalui
suatu sistematika penulisan yang disepakati. Dalam karya tulis ilmiah ciri-

1. Ciri-Ciri Karya Tulis Ilmiah


Sebuah karya tulis dapat diangap sebagai karya tulis ilmiah jika mempunyai
beberapa ciri tertentu. Ciri-Ciri tersebut merupakan pembeda antara karya tulis ilmiah
dengan karya tulis non ilmiah.
Pembeda karya tulis ilmiah tersebut meliputi beberapa ciri sebagai berikut, yaitu :
a. Sifat keilmuan
b. Objektif
c. Netral
d. Sistematis
e. Logis
f. Menyajikan fakta
2. Macam-macam karya tulis ilmiah
Skripsi ,Tesis, dan Disertasi
a. Skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah untuk melengkapi persyaratan gelar sarjana
(S1), bobot dan dalam pengerjaannya dibantu dosen pembimbing. Dosen pembimbing
berperan “mengawal” dari awal sampai akhir hingga mahasiswa mampu mengerjakan
dan mempertahankannya pada ujian skripsi. Skripsi ditulis berdasarkanpendapat
(teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung datadan fakta empiris objektif, baik
berdasarkan penelitian langsung, observasi lapangan atau penelitian di laboratorium,
atau studi kepustakaan.
b. Tesis
Tesis adalah jenis karya ilmiahnya lebih dalam dan tajam dibandingkan
skripsi. Ditulis untuk menyelesaikan Pendidikan pascaserjana. Mahasiswa melakukan
penelitian mandiri, menguji satu atau lebih hipotesis dalam mengungkapkan
pengetahuan baru. Ditulis bersandarkan pada metodologi-metodologi penelitian dan
metodologi penulisan.
c. Disertasi
Pencapaian gelar akademik tertinggi adalah predikat doctor. Mahasiswa (S3)
telah mempertahankan disertasi di hadapan Dewan penguji disertasi yang terdiri dari
professor atau doctor di bidang masing-masing. Disertasi ditulis berdasarkan
penemuan (keilmuan) orisinil dimana penulis mengemukakan dalil yang dibuktikan
berdasarkan data dan fakta valid dengan analisis terinci, serta ditulis berdasarkan
metodologi penelitian yang mengandung filosofi keilmuan yang tinggi. Mahasiswa
(S3) harus mampu menentukan masalah, berkemampuan berfikir abstrak dan
menyelesaikan masalah praktis. Disertasi memuat penemuan-penemuan baru,
pandangan baru yang filosofis, tehnik atau metode baru tentang sesuatu sebagai
cerminan pengembangan ilmu yang dikaji dalam taraf yang tinggi.

d. Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam jurnal
ilmiah yang ditulis dengan cara ilmiah. Artikel dibuatsecara deduktif dan induktif,
atau gabungan keduanya yang bisa dibungkus dengan opini penulis. Terbagi menjadi
dua macam: Artikel hasil penelitian Artikel non penelitian.
e. Makalah
Makalah adalah karya tulis yang memuat pemikiran tentang suatu masalah
atau topik tertentu, yang ditulis secara sistematis dan runtut dengan disertai analisis
dan runtut dengan disertai analisis yang logis dan objektif. Makalah lazim dibuat
berdasarkan dengan kenyataan dan kemudian menggabungkan cara piker deduktif
ataupun induktif, dalam artian makalah adalah karya tulis ilmiah yang paling
sederhana.

f. Laporan Penelitian
Laporan penelitian adalah karya tulis yang berisi paparan tentang proses dan
hasil-hasil yang diperoleh dari kegiatan penelitian.

2. Diksi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diksi adalah pilihan kata yang
tepat serta selaras dalam penggunaannya. Diksi digunakan oleh penulis untuk
mengungkapkan suatu gagasan sehingga mendapatkan efek tertentu, sesuai yang
diharapkan oleh penulis.
Dari pengertian diksi menurut KBBI tersebut, dapat dipahami bahwa diksi adalah
pemilihan kata yang sesuai dan dipakai untuk memilih kata sehingga dapat
mengungkapkan gagasan tertentu.
Dalam puisi, diksi digunakan oleh penyair untuk memperoleh makna tertentu.
Sehingga, diksi tidak hanya pilihan kata saja akan tetapi juga digunakan untuk
menggambarkan suatu cerita dan bahkan memberi makna. Diksi juga meliputi ungkapan
dan gaya bahasa.
Hal inilah yang akan membantu lawan bicara maupun pembaca lebih mudah
dalam memahami pesan yang berusaha Grameds sampaikan. Untuk mencapai tujuan dari
penggunaan diksi inilah, maka penulis harus mampu memilih diksi yang tepat dan lazim.
Diksi yang tidak tepat dapat menyebabkan perbedaan pesan dan makna dalam tulisan.
Dalam karya tulis, diksi termasuk dalam pembahasan aspek kata dalam sajak yang
meliputi konotasi, denotasi, semantik, morfologi dan etimologi. Penerapan diksi yang
paling dasar merupakan pengungkapan gagasan penulis.
Selain itu, penggunaan diksi yang tepat juga dapat diterapkan ketika berbicara di
depan publik serta berbagai macam karya tulis.
Ketepatan diksi dapat dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang
berkaitan dengan kemampuan untuk menguasai, memahami, mengetahui dan
menggunakan sejumlah kosakata.
1. Fungsi dan Tujuan Diksi
Secara umum, diksi memiliki fungsi untuk memperindah suatu kalimat seperti
dalam puisi maupun cerita, diksi yang baik digunakan untuk menyampaikan cerita
dengan runtut, menjelaskan penokohan, mendeskripsikan waktu serta latar dan lain
sebagainya.
a. Fungsi Diksi
Berikut adalah beberapa fungsi lain dari diksi dalam penulisan karya sastra.
Membantu pembaca dalam memahami pesan dari suatu karya sastra Pemilihan
diksi yang tepat dan baik dalam sebuah penulisan karya sastra dapat membuat pembaca
lebih mudah memahami pesan yang ingin disampaikan oleh penulis melalui tulisannya.
Pesan merupakan setiap pemberitahuan, komunikasi maupun kata yang disampaikan baik
lisan atau tertulis yang dikirimkan dari satu orang ke orang lainnya. Pesan ini menjadi inti
dari proses komunikasi yang terjalin.
Komunikasi yang efektif
Pemilihan diksi dalam penulisan karya sastra dapat membantu membuat
komunikasi menjadi lebih efektif. Pemahaman yang baik mengenai penggunaan maupun
pemilihan diksi sangat penting agar tercipta suatu komunikasi yang efisien serta efektif.
Dalam praktiknya, diksi dapat menimbulkan suatu gagasan yang tepat sekaligus
kesalahpahaman bagi pembaca maupun pendengarnya. Lalu hal ini dapat menimbulkan
dampak bagi masyarakat.
Sebagai bentuk ekspresi
Sesuai dengan pengertiannya, diksi berfungsi sebagai bentuk ekspresi yang hadir
dalam gagasan penulis yang dapat dituangkan dalam tulisan maupun lisan. Penggunaan
diksi yang selaras dan tepat dapat membantu membangun imajinasi dari para pembaca
dan pendengar ketika membaca atau mendengarkan sebuah karya sastra. Ekspresi
merupakan istilah yang merujuk pada sesuatu untuk memperlihatkan perasaan seseorang.
Mengekspresikan perasaan, tidak hanya dapat ditunjukan melalui mimik wajah saja tetapi
juga melalui kata-kata dalam tulisan maupun ketika seseorang berbicara melalui
pemilihan diksi yang tepat.

Hiburan
Pemilihan diksi yang tepat dapat berfungsi sebagai hiburan bagi pembaca. Hal ini
berkaitan dengan setiap pesan serta ekspresi yang dituangkan dalam sebuah karya sastra.
Hiburan merupakan segala sesuatu yang berbentuk kata, tempat, benda atau bahkan
perilaku yang dapat menjadi penghibur bagi pendengar, penonton maupun pembacanya.
Pada umumnya, hiburan dapat berupa permainan, musik, opera, drama, video, film atau
bahkan karya sastra.

Selain keempat fungsi diksi di atas, beberapa fungsi diksi lainnya adalah
mencegah salah pemahaman atau penafsiran, menciptakan suasana yang tepat,
membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat sesuai dengan suasana acara seperti resmi,
tidak resmi sehingga akan menyenangkan bagi para pembacanya

2. Tujuan Diksi
Tujuan penggunaan diksi adalah untuk memperoleh keindahan agar dapat
menambah daya ekspresivitas. Sebuah kata tentu saja akan lebih jelas mengekspresikan
gagasan penulisan apabila kata yang digunakan tepat, cermat dan sesuai. Diksi digunakan
untuk menghaluskan kata atau kalimat agar terasa lebih indah.
3. Ciri-ciri Diksi
Menurut buku Apresiasi Puisi (Teori dan Aplikasi), dijelaskan bahwa diksi
memiliki ciri-ciri yang meliputinya sebagai berikut ini.Diksi digunakan sebagai
pemilihan kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang diamanatkan oleh
penulis.Dapat digunakan untuk membedakan nuansa makna dengan bentuk yang sesuai
terhadap situasi, gagasan serta nilai rasa pembaca. Menggunakan perbendaharaan kata
yang didapatkan oleh masyarakat, bahasa yang digunakan dapat menggerakan atau
memberdayakan kekayaan menjadi suatu kata yang jelas.
Selain ketiga ciri dari diksi tersebut, ada beberapa syarat ketepatan yang perlu
diperhatikan.

Menurut Gorys Keraf, berikut adalah syarat ketepatan diksi.


Menggunakan kata konotasi dan denotasi dengan cermat dalam sebuah tulisan.
Menggunakan kata sinonim atau kata yang sama atau hampir sama maknanya dengan
cermat dalam sebuah tulisan untuk mengungkapkan gagasan. Dapat membedakan kata
yang memiliki ejaan mirip, tetapi makna sama. Menggunakan kata kerja pada kata depan
dan harus secara idiomatis. Mampu membedakan kata khusus serta umum dalam suatu
tulisan seperti pidato, sehingga ketepatan diksi dapat terjamin. Memperhatikan pemilihan
kata atau diksi dengan tepat secara berkelanjutan pada suatu tulisan maupun pidato.
Agar lebih jelas memahami diksi, berikut beberapa contoh dari penggunaan diksi
yang perlu Grameds ketahui. Rendi telah menjadi tangan kanan direktur selama beberapa
tahun ini.Tangan kanan artinya adalah orang kepercayaan. Rudi lebih memilih menguras
usaha sapi perah milik ayahnya setelah lulus sekolah. Kata sapi perah bermakna
sebenarnya, artinya hewan sapi yang diternak untuk diperah susunya.
Sebelum berangkat apel pagi, Dina selalu menyempatkan diri untuk sarapan
dengan buah apel. Dalam kalimat tersebut, kata apel memiliki makna berbeda. Pertama
bermakna upacara dan kedua bermakna buah. Keduanya merupakan kata yang memiliki
ejaan, pelafalan yang sama tetapi makna berbeda.

E. DASAR YURIDIS
1. Pengrtian yuridis dalam Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia pertama kali diikrarkan sebagai bahasa nasional dalam Kongres
Pemuda 28 Oktober 1928, alasan yang mendukung pengikraran itu di antaranya adalah
bahasa Indonesia telah dipakai sebagai lingua franca selama berabad-abad sebelumnya di
seluruh kawasan Nusantara. Kedudukannya makin kuat manakala bahasa Indonesia
dijadikan bahasa negara dan bahasa resmi negara Indonesia di dalam Pasal 36 UUD 1945
(Sugono 2009).
Bahasa Hukum adalah bahasa aturan dan peraturan yang bertujuan untuk
mewujudkan ketertiban dan keadilan, untuk mempertahankan kepentingan umum dan
kepentingan pribadi di dalam masyarakat1, pada pokoknya, bahasa peraturan perundang-
undangan tunduk kepada kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik yang
menyangkut pembentukan kata, penyusunan kalimat, teknik penulisan maupun
pengejaannya, namun bahasa peraturan dapat dikatakan mempunyai corak tersendiri yang
bercirikan kejernihan atau kejelasan penegertian, kelugasan, kebakuan, keserasian, dan
ketaatan asas sesuai dengan kebutuhan hukum baik dalam perumusan maupun penulisan 2.
oleh karena itu, dalam merumuskan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan
para perancang biasanya diharuskan menggunakan kalimat-kalimat yang singkat, tegas,
jelas dan mudah dimengerti oleh khalayak.
seperti yang telah diketahui bahwa bahasa dalam peraturan perundang-undangan
tunduk pada kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar akan tetapi terkandung
ciri-ciri khusus yang hanya ada di dalam peraturan perundang-undangan, yaitu antara lain
ialah sifat keresmian, sifat kejelasan makna, dan sifat kelugasan.
1. tidak berkesan berlebihan atau Sifat keresmian: sifat ini menunjukkan adanya
situasi kedinasan, yang menuntut ketaatan dalam penerapan kaidah bahasa, dan
ketaatan kepada kaidah bahasa.
2. Sifat kejelasan makna: sifat ini menuntut agar informasi yang disampaikan
dinyatakan dengan kalimat-kalimat yang memperlihatkan bagian-bagian kalimat
secara tegas, sehingga kejelasan bagian-bagian kalimat itu akan memudahkan pihak
penerima informasi dalam memahami isi atau pesan yang disampaikan. Sifat
kejelasan makna ini menuntut agar kalimat-kalimat yang dirumuskan harus
menunjukkan dengan jelas mana subyek, predikat, obyek, pelengkap, atau
keterangan yang lainnya.
3. Sifat kelugasan: sifat kelugasan ini menuntut agar setiap perumusannya disusun
secara wajar, sehingga berandai-andai.3
3. Penerapan Bahasa Perundang-Undangan yang Sesuai dengan Kaidah Bahasa
Indonesia

3
Dalam menyusun kalimat perumusan peraturan perundang-undangan para
perancang dituntut untuk mampu memilih atau menggunakan kata-kata yang tepat.
agar lebih jelas mengenai pembahasan pilihan kata atau istilah yang tepat dalam
peraturan perundang- undangan berikut dibahas beberapa penggunaan / pilihan kata
atau istilah yang digunakan dalam peraturan perundang-undangan:

1. Untuk menyatakan pengertian maksimum dan minimum dalam menentukan


ancaman pidana atau batasan waktu digunakan kata ‘paling’. Contoh:
….dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun, atau pidana
penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda ‘paling’ sedikit Rp.
500.000 (lima ratus ribu rupiah) dan ‘paling’ banyak Rp. 1.000.000.000,00
(satu milyar rupiah)
1. Untuk menyatakan maksimum dan minimum bagi satuan:
a. Waktu, gunakan frase paling singkat atau paling lama
b. Jumlah uang, gunakan frase paling sedikit atau paling banyak
c. Jumlah non-uang, gunakan frase paling rendah dan paling tinggi
2. Untuk menyatakan makna tidak termasuk, gunakan kata kecuali. Kata
kecuali ditempatkan di awal kalimat, jika yang dikecualikan adalah seluruh
kalimat
3. Untuk menyatakan makna termasuk, gunakan kata ‘selain’. Contoh: Selain
wajib memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam pasal 7 pemohon wajib
membayar biaya pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 14.
4. Untuk menyatakan makna pengandaian atau kemungkinan
digunakan kata jika, apabila, atau frase dalam hal :
a. Kata jika digunakan untuk menyatakan suatu hubungan kausal (pola
karena-maka)
b. Kata apabila digunakan untuk menyatakan hubungan kausal yang
mengandung waktu
c. frase dalam hal digunakan untuk menyatakan suatu kemungkinan,
keadaan atau kondisi yang mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi (pola
kemungkinan-maka)
4. Mengetahui dasar penggunaan bahasa dan pasal-pasal yang menganutnya.
Bahasa Indonesia sebagai Bahasa resmi yang diatur dalam pasal 36 Undang-
undang Dasar tahun 1945 dan juga dikukuhkan dan diperjelas dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.
Pasal yang dijadikan pokok bahasan dalam karangan
iniadalahPasal36yangterdiriatas3ayat,yaitu :

• Ayat (1) berbunyi “Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam nama geografi di
Indonesia”;
• Ayat (2) menegaskan bahwa “Nama geografi sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) hanya memiliki satu nama resmi”
• Ayat (3) menyatakan bahwa bahasa Indonesia wajib digunakan untuk nama
bangunan atau gedung, jalan, apartemen atau permukiman, perkantoran, kompleks
perdagangan, merek dagang, lembaga usaha, lembaga pendidikan, organisasi yang
didirikan atau badan hukum Indonesia”; dan Ayat
• (4) berisi tentang “Penamaan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dan Ayat (3)
dapat menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing apabila memiliki nilai
sejarah, budaya, adat-istiadaat, dan/atau keagamaan. Namun, dalam kenyataan di
lapangan eksistensi bahasa Indonesia cenderung dipinggirkan dan penerapan
undang-undang tersebut tidak berjalan secara efektif.
• Pasal 26 berbunyi “Bahasa Indonesia wajibdigunakan dalam peraturanperundang
undangan”.
• Pasal 27 berbunyi “Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam dokumen resmi
negara”.
• Pasal 28 berbunyi “Bahasa Indonesia wajibdigunakan dalam pidato resmi
Presiden, Wakil Presiden, danpejabat negara yang lain yang disampaikan di dalam
atau di luar negeri.
• Pasal 29 berbunyi :
 Bahasa pengantar sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dapat
menggunakan bahasa asing, untuk tujuan yang mendukung kemampuan
berbahasa asing bagi peserta didik.
 Penggunaan Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
berlaku untuk satuan pendidikan asing atau satuan pendidikan khusus yang
mendidik warga negara asinng
• Pasal 30 berbunyi “Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pelayanan
administrasi publik di Instansi pemerintahan.
• Pasal 31 berbunyi
 Ayat (1) “Bahasa Indonesia wajibdigunakan dalam nota kesepahaman atau
perjanjian yang melibatkan lembaga negara, instansi pemerintahan Republik
Indonesia, lembaga swasta Indonesia atau perseorangan warga Negara
Indonesia.
 Ayat (2) “Nota kesepahaman atau perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) yang melibatkan pihak asing ditulis juga dalam bahasa nasional pihak asing
tersebut (Bahasa Inggris)

• Pasal 32 berbunyi
 Ayat (1) “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara
dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”.
• Pasal 36 juga menyebutkan bahwa Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
erdasarkan uraian bahasan “Kedudukan Bahasa Indonesia diMasyarakat dan Fungsinya untuk
Mahasiswa” dapat di simpulkan bahwa
1.Peran Bahasa Indonesia sangat pentingdalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Mengingat bahwa bahasaindonesia merupakan bahasa persatuan.
2.Kita sebagai warga negara indonesia wajib mengenal dan mempelajaribahasa indonesia,
sehingga bisa melestarikan bahasa sendiri.
3.Sebagai warga negara Indonesia, kita harus bangga dengan bahasaIndonesia.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dankesalahan, baik dari segi penulisan
maupun dari segi penyusunankalimatnya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kepada
pembacauntuk memberikan kritikan dan saran yang bersifat membangun, sehingga penulis dapat
mengetahui apa kesalahannya dan dapat memperbaikinya
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Khoirul Fuadi , Nurul Zakiyah Qholb. Makalah Bahasa Indonesia


Paragraf. (Bengkulu 2022)
Nopro Aprianto, Welda Febriana. Makalah Bahasa Indonesia, Kedudukan
Bahasa Indonesia. ( Bengkulu 2022)
Alimatul ulifah, Muhammad ferdi satriawan. Makalah Bahasa Indonesia, Kidah
Penalaran Dan Pengembagan Paragraf. ( Bengkulu 2022)
Wahid Syawaludin, Refany Latifah Andrista. Makalah Bahasa Indonesia, Kaidah
Pengunaan Diksi (Bengkulu 2022)
Tegar Sulaita Nasution, Rodiatul Fadillah. Makalah Bahasa Indonesia, Persatuan
Bahasa (Bengkulu 2022)

Ipung Alneti, Tegar Sulistiawan. Makalah Bahasa Indonesia, Kaidah Pengunaan


Bahasa Indonesia (Bengkulu 2022)
Reza Pahlevi, Lidya Amelia. Makalah Bahasa Indonesia, Fungsi Bahasa
Indonesia.( Bengkulu 2022)
Dzaakiyyah Raihanah Fadhilah, Ahmad Revanza. Makalah Bahasa Indonesia,
Ragam Bahasa (Bengkulu 2022)
Reza Meliandi, Panji Agustia Budi, Mayang Ochtaviane Narzihatman. Makalah
Bahasa Indonesia, Kaidah Ilmiah Dan Cara Penulisanya ( Bengkulu 2022)

Mutiara Sekar Hidayah, Rega Kusnadi. Makalah Bahasa Indonesia, Kaidah


Pengunaan Kalimat ( Bengkulu 2022)
Nurul Azizah Fadhila, Gerry Ferdiand. Makalah Bahasa Indonesi, Sejarah
Bahasa Indonesia ( Bengkulu 2022)
Rahmad Ansori,TiarabPrimanita. Makalah Makalah Bahasa Indonesia,DAsar
Yurudis (Bengkulu 2022)
Amelia Saprina,Rabertha Isra Bundar Alam,Anshor El Sunnah Nursalim
Harun.Makalah Bahasa Indonesia,Reproduksi karya Ilmiah (Bengkulu 2022)

Anda mungkin juga menyukai