Penulis:
Velly Syafriani, S.Pd
NIP. 19860722 201001 2033
SMP Negeri 47 Sijunjung
Oleh
Velly Syafriani, S.Pd
(Guru IPA SMPN 47 Sijunjung)
A. Latar Belakang
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik merupakan syarat mutlak untuk
mencapai tujuan pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas SDM tersebut
adalah dengan pendidikan. Pendidikan dapat terjadi melalui proses belajar-mengajar. Pada
hakekatnya kegiatan belajar-mengajar adalah suatu proses komunikasi. Lufri (2007: 1)
menyatakan bahwa “ proses belajar- mengajar merupakan suatu kegiatan interaktif yang
bernilai edukatif”. Dalam proses belajar mengajar komunikasi dan interaksi itu dapat
terjadi antar guru dan anak didik, antar anak didik dengan sesamanya, serta antar anak
didik dan lingkungannya. Melalui proses interaksi dan komunikasi itu diharapkan suatu
konsep dapat diterima oleh anak didik.
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran yang di
dalamnya mencakup tiga bidang ilmu yaitu fisika, biologi dan kimia. Belajar IPA tidak
sekedar belajar informasi tentang fakta, konsep, prinsip dan hukum dalam mewujudkan
pengetahuan deklaratif, akan tetapi belajar IPA juga belajar tentang cara memperoleh
informasi sains, cara sains dan teknologi bekerja dalam bentuk pengetahuan prosedural,
termasuk kebiasaan bekerja ilmiah dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah. Mata pelajaran
fisika adalah salah satu mata pelajaran IPA yang dapat mengembangkan kemampuan
berfikir analitis dedukatif dengan menggunakan berbagai peristiwa alam dan penyelesaian
masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika serta
dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri (Holil, 2005).
Mata pelajaran IPA fisika di SMP N 47 Sijunjung dianggap sebagai mata pelajaran
yang menakutkan bagi sebagian besar peserta didik, karena mereka manganggap mata
pelajaran ini sama saja dengan mata pelajaran matematika yang dipenuhi dengan rumus-
rumus dan angka. Anggapan ini akan secara otomatis mempengaruhi minat dan perhatian
mereka terhadap mata pelajaran IPA fisika. Selama ini penulis mengajarkan materi IPA
fisika hanya dengan menggunakan modul yang di dalamnya telah dilengkapi dengan teori,
rumus, contoh soal dan pembahasan. Sehingga peserta didik dituntut untuk menghafalkan
rumus untuk dapat menyelesaikan soal yang berkaitan dengan materi. Peserta didik tidak
pernah tahu dari mana asal usul rumus tersebut dan yang paling penting apa manfaatnya
rumus tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Hal inilah yang membuat penulis berfikir bagimana caranya agar pembelajaran IPA
fisika ini menarik dan setelah belajar diharapkan peserta didik mengetahui korelasinya
dengan kehidupan nyata, karena tujuan pembelajaran IPA yang sesungguhnya adalah
menuntut peserta didik mampu menyelesaikan persoalan sehari-hari dengan cara analitis.
Menurut Nurhadi (2004:4) hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk
memecahakan persoalan, berfikir kritis dan melaksanakan observasi serta menarik
kesimpulan dalam jangka panjang.
Salah satu metode yang mungkin dapat menarik perhatian peserta didik dalam
pembelajran IPA fisika ini adalah metode demonstrasi. Menurut Nuryani (2005:105)
metode demostrasi adalah cara penyajian pembelajaran dengan memperagakan suatu
proses kejadian. Sedangkan menurut Verdiana (2012) metode demostrasi adalah metode
penyajian pembelajaran dengan memperagakan dan menunjukkkan kepada peserta didik
tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu baik yang sebenarnya atau hanya sekedar
tiruan. Jadi demonstrasi ini adalah sebuah metode pembelajaran dengan memperagakan
suatu alat untuk menunjukkan suatu proses atau situasi yang terjadi pada alat tersebut.
Metode demonstrasi ini memiliki banyak manfaat, menurut Darajat (dalam Agus:
2012) manfaat metode pembelajaran demonstrasi ini adalah:
1. Perhatian peserta didik lebih terfokus
2. Proses belajar peserta didik lebih terarah pada materi yang dipelajari
3. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri peserta
didik
Selain itu metode pembelajaran demonstrasi ini memiliki banyak kelebihan, menurut
Syaiful Bahri Djamarah (dalam Masita: 2009) kelebihan metode demonstrasi ini adalah:
1. Membantu anak memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu
benda
2. Memudahkan berbagai jenis penjelasan
3. Kesalahan yang terjadi dalam hasil ceramah dapat diperbaiki melalui contoh
konkret dengan menghadirkan objek sebenarnya
Namun, metode pembelajaran demonstrasi ini juga memiliki kelemahan menurut Syaiful
Bahri Djamarah (dalam Yuanita: 2011) kelemahan metode demonstrasi ini adalah:
1. Tidak semua guru dapat melakukan demonstrasi dengan baik
2. Terbatasnya sumber belajar, alat pembelajaran, media pembelajaran situasi yang
tidak mudah diatur dan terbatasnya waktu
3. Memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan ceramah dan tanya jawab
4. Memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang
Dalam pembelajaran IPA fisika banyak sekali materi yang dapat didemonstrasikan
apalagi didukung oleh sarana alat laboratorium yang lengkap. Akan tetapi kenyataan yang
penulis temui di SMP N 47 Sijunjung kelengkapan alat-alat laboratorium belum memadai
bahkan ruang laboratoriumpun kami belum memilikinya. Oleh karena itu dalam
melaksanakan model demonstasi ini penulis hanya menggunakan alat-alat sederhana yang
didapat dari lingkungan sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Masita, Yaya. 2009. Sebuah Metode dalam Pelaksanaan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif
dan Menyenangkan (PAKEM). [ online]
tersedia: http://justanotherwordpress.com/ 23 Oktober 2009/
[ 27 Februari 2014]
Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan
Penerapannya dalam KBK. Malang: UNM
Nuryani. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : UNM
Verdiana, Riska. 2012. Model Demonstrasi dan Penerapannya dalam Pembelajaran IPA.
[ online]
tersedia: http://metodedemonstrasi.com/22 Oktober 2012/
[ 27 Februari 2014]
Yuanita, Eva. 2011. Model Pembelajaran Demonstrasi. [ online]
tersedia: http://rumahdesakoe.com/ 05 Maret 2011/
[ 27 Februari 2014]