Anda di halaman 1dari 12

MAKNA, TOKOH, DAN KARAKTERISTIK FILSAFAT

PRAGMATISME

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Umum
Dosen Pembimbing:
M. Bik Muhtarudin, M.Th. I

Di susun oleh:
Muhamad Toriq (20202133)
Setiawati (20202109)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan serta
kelancaran dalam penyusunan makalah dengan judul “Makna, Tokoh, dan Karakteristik
Filsafat Rasionalisme”. Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi
agung Muhammad SAW. Artikel ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik Dosen pembimbing M. Bik Muhtarudin, M. Th. I

Saya sadar bahwa dalam penyusunan artikel ini banyak terdapat kekurangan karena
keterbatasan saya sebagai manusia biasa, untuk itu kritik dan saran sangat saya harapkan demi
kesempurnaan saya dalam menyelesaikan tugas-tugas dimasa yang akan datang. Dan akhirnya
semoga apa yang saya buat ini dapat memberikan manfaat kepada siapa saja yang
membacanya.

Kediri, 15 November 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI. ............................................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 4

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 4

B. Rumusan masalah .......................................................................................................... 5

C. Tujuan makalah ............................................................................................................. 5

D. Manfaat.......................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 6

A. Pengertian Pragmatisme ................................................................................................ 6

B. Tokoh Filsafat Pragmatisme ......................................................................................... 7

1. Charles Sanders Peirce .................................................................................................. 7

2. William James ............................................................................................................... 7

3. John Dewey ................................................................................................................... 9

C. Karakteristik Filsafat Pragmatisme .............................................................................. 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................................................... 11

Kesimpulan ....................................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 12

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pragmatisme timbul akibat dari Pemberontakan melawan sistem idealisme yang
terlalu memperdepankan intelektual dan bersifat tertutup. Pragmatisme diperkenalkan
pertama kali oleh William James (1842-1910) di Amerika. Empiri Inggris dan Jerman
Modern mempengaruhi berdirinya pragmatisme, juga pengalaman sosial bangsa Amerika
pada abad XIX dalam perdagangan yang menekankan kerja keras dan kebijakan. Sehingga,
pragmatisme menjadi alat untuk menolong manusia dalam hidup sehari-hari. Pelaksanaan
atau praktik hiduplah yang penting dalam aliran pragmatisme, bukan Cuma pendapat atau
teori yang bersifat hipotesis. Kebenaran diartikan sebagai hal yang dinamis yang mana
kebenaran dibuat sambil berjalan atau melaksanakan konsep hidup, karena kebenaran
sifanya dinamis. John Dewey mengambarkan konsep hidup terdapat dua unsur, yaitu
kecerdasan atau intelaktual manusia dan pengalaman. Kecerdasan manusia merupakan
sesuatu yang bersifat kreatif, sedangkan pengalaman merupakan unsur yang terpokok
dalam segala pengetahuan oleh karena itu, pentingnya pragmatisme dalam kehidupan
manusia. penulis akan sedikit mengulas tentang aliran pragmatisme dari pengertian
pragmatisme, teori tentang kebenaran, dan konsep hidup yang di kemukaan oleh filosofi
Amerika John Dewey.

4
B. RUMUSAN MASALAH

Makalah ini membahas beberapa rumusan masalah, diantaranya adalah sebagai


berikut :
1. Apa makna filsafat pragmatisme?

2. Siapa saja tokoh filsafat pragmatisme dan pemikirannya?

3. Apa karakteristik dari filsafat pragmatisme?

C. TUJUAN MAKALAH

1. Untuk mengetahui apa makna dari filsafat pragmatisme

2. Untuk mengetahui siapa saja tokoh yang ada dalam filsafat pragmatisme

3. Untuk mengetahui karakteristik yang dimiliki filsafat pragmatisme

D. MANFAAT

1. Bagi penulis, makalah ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk


menerapkanilmu pengetahuan yang dimilikinya.
2. Bagi pembaca, sebagai pengetahuan untuk menambah wawasan mengenai
makna, tokoh, serta karakterisitk filsafat pragmatisme.
3. Bagi masyarakat dan pemerintah, makalah ini diharapkan dapat memberi
tambahan informasi mengenai makna, tokoh, serta karakterisitk filsafat
pragmatisme.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pragmatisme
Menurut Kamus Ilmiah Populer, Pragmatisme adalah aliran filsafat yang
menekankan pengamatan penyelidikan dengan eksperimen (tindak percobaan), serta
kebenaran yang mempunyai akibat – akibat yang memuaskan. Sedangkan, definisi
Pragmatisme lainnya adalah hal mempergunakan segala sesuatu secara berguna.
Sedangkan menurut istilah adalah berasal dari bahasa Yunani “ Pragma” yang
berarti perbuatan (action) atau tindakan (practice). Isme sendiri berarti ajaran atau
paham. Dengan demikian Pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankan bahwa
pemikiran itu menuruti tindakan.
Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja hanya membawa akibat
praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistis semua bisa diterima
sebagai kebenaran dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang praktis yang
bermanfaat. Dengan demikian, patokan pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup
praktis”. Pragmatisme memandang bahwa kriteria kebenaran ajaran adalah “faedah”
atau “manfaat”. Suatu teori atau hipotesis dianggap oleh Pragmatisme benar apabila
membawa suatu hasil. Dengan kata lain, suatu teori itu benar kalau berfungsi (if it
works).
Kata pragmatisme sering sekali diucapkan orang. Orang-orang menyebut kata ini
biasanya dalam pengertian praktis. Jika orang berkata, Rencana ini kurang pragmatis,
maka maksudnya ialah rancangan itu kurang praktis. Pengertian seperti itu tidak begitu
jauh dari pengertian pragmatisme yang sebenarnya, tetapi belum menggambarkan
keseluruhan pengertian pragmatisme.
Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria
kebenaran sesuatu ialah, apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata.
Oleh sebab itu, kebenaran sifatnya menjadi relatif tidak mutlak. Mungkin sesuatu
konsep atau peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat
tertentu, tetapi terbukti berguna bagi masyarakat yang lain. Maka konsep itu
dinyatakan benar oleh masyarakat yang kedua.

6
B. Tokoh Filsafat Pragmatisme
1. Charles Sanders Peirce
Charles mempunyai gagasan bahwa suatu hipotesis (dugaan sementara/ pegangan
dasar) itu benar bila bisa diterapkan dan dilaksanakan menurut tujuan kita. Horton dan
Edwards di dalam sebuah buku yang berjudul Background of American literary thought
(1974) menjelaskan bahwa peirce memformulasikan (merumuskan) tiga prinsip-prinsip
lain yang menjadi dasar bagi pragmatisme sebagai berikut :
a. Bahwa kebenaran ilmu pengetahuan sebenarnya tidak lebih daripada kemurnian
opini manusia.
b. Bahwa apa yang kita namakan “universal“ adalah yang pada akhirnya setuju dan
menerima keyakinan dari “community of knowers “
c. Bahwa filsafat dan matematika harus di buat lebih praktis dengan membuktikan
bahwa problem-problem dan kesimpulan-kesimpulan yang terdapat dalam filsafat
dan matematika merupakan hal yang nyata bagi masyarakat (komunitas).

2. William James
William selain menamakan filsafatnya dengan “pragmatisme”, ia juga
menamainya “empirisme radikal”.
Menurut James, pragatisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa yag benar ialah
apa yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan perantaraan yang akibat-
akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Aliran ini bersedia menerima segala
sesuatu asal saja membawa akibat praktis, misalnya pengalaman-pengalaman pribadi,
kebenaran mistik, semuanya bisa diterima sebagai kebenaran, dan dasar tindakan
asalkan membawa akibat yang praktis yang bermanfaat.
Sedangkan empirisme radikal adalah suatu aliran yang harus tidak menerima
suatu unsur alam bentuk apa pun yang tidak dialami secara langsung. Dalam
bukunya The Meaning of The Truth, James mengemukakan tidak ada kebenaran
mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas dari
segala akal yang mengenal, melainkan yang ada hanya kebenaran- kebenaran
‘plural’. Yang dimaksud kebenaran-kebenaran plural adalah apa yang benar dalam
pengalaman-pengalaman khusus yang setiap kali dapat diubah oleh pengalaman
berikutnya.
Menurut James, ada dua hal kebenaran yang pokok dalam filsafat yaitu Tough
Minded dan Tender Minded. Tough Minded dalam mencari kebenaran hanya lewat
7
pendekatan empirirs dan tergantung pada fakta-fakta yang dapat ditangkap indera.
Sementara, Tender Minded hanya mengakui kebenaran yang sifatnya berada dalam
ide dan yang bersifat rasional.
Menurut James, terdapat hubungan yang erat antara konsep pragmatisme mengenai
kebenaran dan sumber kebaikan. Selama ide itu bekerja dan menghasilkan hasil-hasil
yang memuaskan maka ide itu bersifat benar. Suatu ide dianggap benar apabila dapat
memberikan keuntungan kepada manusia dan yang dapat dipercayai tersebut
membawa kearah kebaikan.
Disamping itu pula, William James mengajukan prinsip-prinsip dasar terhadap
pragmatisme, sebagai berikut:
a. Bahwa dunia tidak hanya terlihat menjadi spontan, berhenti dan tak dapat di
prediksi tetapi dunia benar adanya.
b. Bahwa kebenaran tidaklah melekat dalam ide-ide tetapi sesuatu yang terjadi pada
ide-ide daam proses yang dipakai dalam situasi kehidupan nyata.
c. Bahwa manusia bebas untuk meyakini apa yang menjadi keinginannya untuk
percaya pada dunia, sepanjang keyakinannya tidak berlawanan dengan pengalaman
praktisny maupun penguasaan ilmu pengetahuannya.
d. Bahwa nilai akhir kebenaran tidak merupakan satu titik ketentuan yang absolut,
tetapi semata-mata terletak dalam kekuasaannya mengarahkan kita kepada
kebenaran-kebenaran yang lain tentang dunia tempat kita tinggal didalamnya
(Horton dan Edwards, 1974:172).

8
3. John Dewey
Dewey adalah seorang pragmatis, namun ia lebih suka menyebut sistemnya dengan
istilah Instrumentalis. Menurutnya, tujuan filsafat adalah untuk mengatur kehidupan
dan aktivitas manusia secara lebih baik, untuk di dunia dan sekarang. Tegasnya, tugas
fiilsafat yang utama ialah memberikan garis-garis pengarahan bagi perbuatan dalam
kenyataan hidup. Oleh karena itu, filsafat tidak boleh tenggelam dalam pemikiran-
pemikiran metafisis yang tiada faedahnya. Filsafat harus berpijak pada pengalaman
(experience), dan menyelidiki serta mengolah pengalaman itu secara aktif kritis.
Dengan demikian, filsafat akan dapat menyusun suatu system norma-norma dan nilai.
Instrumentalisme adalah suatu usaha untuk menyusun suatu teori yang logis dan tepat
dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan penyimpulan. Penyimpulan dalam
bentuknya yang bermacam-macam itu dengan cara utama menyelidiki bagaimana
pikiran-pikiran berfungsi dalam penemuan-penemuan yang berdasarkan pengalaman-
pengalaman yang berdasarkan pengalaman yang mengenai konsekuensi-konsekuensi
di masa depan.
Sehubungan hal diatas, menurut Dewey, penyelidikan adalah transformasi yang
terawasi atau terpimpin dari suatu keadaan yang tak menentu menjadi suatu keadaan
yang tertentu. Oleh karena itu, penyelidakan dengan penilainnya adalah alat
(instrumental) . jadi yang di maksud dengan instrumentalisme adalah suatu usaha
untuk menyusun suatu teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-
pertimbangan, penyimpulan-penyimpulan dalam bentuknya yang bermacam-macam.
Menurut Dewey, kita hidup dalam dunia yang belum selesai penciptaanya. Sikap
Dewey dapat dipahami dengan sebaik-baiknya dengan meneliti tiga aspek dari yang
kita namakan instrumentalisme.
• Pertama, kata temporalisme yang berarti ada gerak dan kemajuan nyata dalam
waktu.
• Kedua, kata futurisme, mendorong kita untuk melihat hari esok dan tidak pada
hari kemarin.

• Ketiga, milionarisme, berarti bahwa dunia dapat dibuat lebih baik dengan tenaga
kita. Pandangan ini juga dianut oleh wiliam James.

9
B. Karakteristik Filsafat Pragmatisme
Menurut Peirce kebenaran itu ada bermacam-macam. Ia sendiri membedakan
kenajemukan kebenaran itu sebagai berikut :
Pertama, trancendental truth yang diartikan sebagai letak kebenaran suatu hal itu bermukim
pada kedudukan benda itu sebagai benda itu sendiri. Singkatnya letak kebenaran suatu hal
adalah pada “things as things”.
Kedua, complex truth yang berarti kebanaran dari pernyataan-pernyataan. Kebenaran
kompleks ini dibagi dalam dua hal, yaitu kebenaran etis disatu pihak dan kebanaran logis
dipihak lain.
Kebenaran etis adalah seluruh pernyataan dengan siapa yang diimami oleh si pembicara,
sedangkan kebenaran logis adalah selarasnya suatu pernyataan dengan realitas yang
didefinisikan. Patokan kebenaran proporsi atau pernyataan itu dilandaskan pada
pengalaman. Artinya : suatu proporsi itu benar apabila pengalaman, e, buktikan
kebenarannya. Begitu pula sebaliknya. Menurut Peirc, ada beberapa proporsi yang tidak
dapat dikatakan salah, yaitu proporsi dari matematika murni.
Disini, kriteria kebenaran matematika murni letaknya dalm hal “ketidak mungkinannya
lagi” untuk menemukan kasus yang lemah. Dalam matematika murni, semua kasus dan
proporsi serba kuat. Proporsinya sama sekali juga tidak mengatakan sesuatu tentang hal-hal
yang faktual ada atau fakta aktual karena matematika murni tidak pernah menghiraukan
apakah ada real atau fakta yang cocok dengan pernyataan itu atau tidak. Karena itulah Peirce
mengatakan bahwa proporsi matematika murni tidak dapat diklasifikasikan secara pasti
kebenarannya. Masalah penentuan hal “benar” memang bisa dilihat dari bermacam-macam
segi yaitu disatu pihak bisa diartikan sebagai “the universe of all truth”, dipihak lain, dari
sudut epistemologi, kebenaran di definisikan sebagai kesesuaian antara pernyataan dengan
penyelidikan empiris. Karena itu, teori pragmatisme Peirce lebih menekankan teori tetntang
arti daripada teori tentang kebenara. Pandangan Peirce tentang kebenaran dalam uraian
diatas, lebih merupakan pandangan seorang idealis daripada pandangan seorang pragmatis.
Menurut Peirce, pragmatis adalah suatu metode untuk membuat sesuatu ide manjadi jelas
atau terang menjadi berarti. Kelihatan sekali teori arti Peirce pada pragmatisismennya,
baginya pragmatisme adalah metode untuk menditerminasimakna dari ide-ide. Ide itulah
yan hendak diditerminasikan atau artinya melalui pragmatime.
Ketiga, yaitu ide tentang kaitan salah satu bentuk pasti dari obyek yang diamati oleh
penilik, ciri khas pragmatisme merupakan ,etode untuk ,e,astikam arti ide-ide di atas.

10
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Yunani) yang berarti tindakan,
perbuatan. Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar apa yang
membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat
secara praktis.Filosuf yang terkenal sebagai tokoh filsafat pragmatisme adalah William James
dan John Dewey.Seperti dengan aliran-aliran filsafat pada umumnya, pragmatisme juga
memiliki kekuatan dan kelemahan sehingga menimbulkan kritik-kritik terhadap aliran filsafat
ini.
1. Kekuatan
 kemunculan pragmatis sebagai aliran filsafat dalam kehidupan kontemporer,
khususnya di Amerika Serikat, telah membawa kemajuan-kemnjuan yang pesat bagi
ilmu pengetahuan maupun teknologi.
 Pragmatisme telah berhasil mendorong berfikir yag liberal, bebas dan selalu
menyangsikan segala yang ada
 Sesuai dengan coraknya yang sekuler, pragmatisme tidak mudah percaya pada
“kepercayaan yang mapan”.
2. Kelemahan
 Karena pragmatisme tidak mau mengakui sesuatu yang bersifat metafisika dan
kebenaran absolute(kebenaran tunggal), hanya mengakui kebenaran apabilaa
terbukti secara alamiah, dan percaya bahwa duna ini mampu diciptakan oleh
manusia sendiri, secara tidak langsung pragmatisme sudah mengingkari sesuatu
yang transendental(bahwa Tuhan jauh di luar alam semesta).
 Karena yang menjadi kebutuhan utama dalam filsafat pragmatisme adalah sesuatu
yang nyata, praktis, dan langsung dapat di nikmati hasilnya oleh manusia, maka
pragmatisme menciptkan pola pikir masyarakat yang matrealis.
 Untuk mencapai matrealismenya, manusia mengejarnya dengan berbagai cara,
tanpa memperdulikan lagi dirinya merupakan anggota dari masyarakat sosialnya.

11
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin dan Abdullah Idi. 2002. Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat dan Pendidikan.
Jakarta: Gaya Media Pratama.

Salam, Burhanuddin. 1997. Pengantar Pedagogik. Jakarta: Rineka cipta.

Ramayulis dan Samsul Nizar. 2010. Filsasafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikandan
Pemikiran Para Tokoh. Jakarta: Kalam Mulia

Margareta eka. 2020.pengertian pragmatism dan tokoh tokoh pragmatism. Jakarta:kompasiana

12

Anda mungkin juga menyukai