Anda di halaman 1dari 3

Nama : Putri Eka Lestari

Kelas : BKI 2C

NIM : 12306193116

ETIKA

Istilah etika (Ethict, dalam bahasa Inggris, atau ethica, dalam bahasa latin) secara
etimologi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu Ethos dalam bentuk tunggal mempunyai
banyak arti yang meliputi tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang habitat, kebiasaan,
adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berfikir. Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya
adalah adat kebiasaan. Dalam istilah latin Ethos atau Ethikos selalu disebut dengan mos sehingga
dari perkataan tersebut lahirlah moralitas atau yang sering diistilahkan dengan perkataan moral.
Perkataan etika dalam pemakaian dipandang yang lebih luas dari perkataan moral, karena
terkadang istilah moral sering dipergunakan hanya untuk menerapkan sikap lahiriah seseorang
yang biasa dinilai dari wujud tingkah laku atau perbuatannya saja. Sedangkan etika dipandang
selain menunjukkan sikap lahiriah seseorang juga meliputi kaidah-kaidah dan motif-motif
perbuatan seseorang itu. Etika itu adalah filsafat tentang nilai, kesusilaan, tentang baik dan
buruk. Selain etika mempelajari nilai-nilai, juga merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai itu
sendiri. Ada juga yang menyebutkan bahwa etika adalah bagian dari filsafat yang mengajarkan
keseluruhan budi (baik dan buruk). Etika ialah tentang filsafat moral, tidak mengenai fakta, tetapi
tentang nilai-nilai, tidak mengenai tindakan manusia, tetapi tentang idenya. Etika ialah studi
tentang tingkah laku manusia, tidak hanya menentukan kebenarannya sebagaimana adanya,
tetapi juga menyelidiki manfaat atau kebaikan dari seluruh tingkah laku manusia.

 Ada beberapa pandangan dan aliran mengenai kriteria penilaian baik dan buruk sebuah
etika :

1. Perspektif Hedonisme
Aliran hedonisme berpendapat bahwa tujuan hidup manusia adalah “hedone”
(kenikmatan atau kelezatan). Oleh karena itu mereka menggunakan kenikmatan dan
kelezatan sebagai ukuran baik buruknya etika seseorang.
2. Perspektif Intuitionisme
Tujuan utama aliran ini adalah terwujudnya keutamaan, keunggulan, keistimewaan atau
“kebaikan budi pekerti”. Karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai kekuatan
insting batin yang dapat membedakan baik dan buruk.
3. Perspektif Evolusionisme
Aliran ini berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini selalu bergerak
dinamis, yaitu selalu tumbuh dan berkembang menuju kesempurnaan.
4. Perspektif Eudaemonisme
Tokoh yang terkenal dalam aliran ini adalah Aristoteles dengan pendapatnya bahwa
untuk mencapai eudaemonia diperlukan 4 hal yaitu :
a. kesehatan, kebebasan, kemerdekaan, kekayaan dan kekuasaan
b. kemauan
c. perbuatan baik
d. pengetahuan batiniah
Aliran ini memiliki prinsip bahwa kebahagiaan bagi diri sendiri dan kebahagiaan bagi
orang lain.
5. Perspektif Pragmatisme
Aliran pragmatis memberikan tempat yang paling penting pada hal-hal yang berguna
untuk diri sendiri, baik yang bersifat moral ataupun material. Yang diutamakan adalah
pengalaman.
6. Perspektif Naturalisme
Yang menjadi tolak ukur baik buruknya sebuah etika adalah “apakah sesuai dengan
keadaan alam”. Aliran ini berpendapat bahwa segala sesuatu di alam semesta ini menuju
pada tujan tertentu. Aliran ini juga menganggap bahwa kebahagiaan yang menjadi tujuan
bagi setiap manusia didapat dengan jalan memenuhi panggilan alam atau kejadian
manusia itu sendiri.
7. Perspektif Vitalisme
Aliran ini merupakan kebalikan dari aliran naturalisme. Menurut faham vitalisme yang
menjadi ukuran baik dan buruk itu bukan alam tetapi “vitae” atau hidup (yang sangat
diperlukan untuk hidup. Etika yang baik menurut aliran ini adalah orang yang kuat, dapat
memaksakan dan menekankan kehendaknya.
8. Perspektif Gessingnungsethik
Aliran ini mengutamakan “penghormatan akan kehidupan”, jadi sebisa mungkin setiap
orang harus saling tolong-menolong dan berperilaku baik. Dan yang menjadi standart
nilai baik buruknya sebuah etika adalah pemeliharaan akan kehidupan.
9. Perspektif Idealisme
Ungkapan yang terkenal dalam aliran ini adalah “segala yang tampak alamiah ini
hanyalah yang tiada” sebab semua itu hanyalah gambaran atau perwujudan dari alam
pikiran dan bersifat imitasi (tiruan). Dan sebaik apapun tiruan itu tidak akan seindah
aslinya (yaitu ide). Jadi yang baik dalam aliran ini adalah apa yang ada dalam ide itu
sendiri.
10. Perspektif Eksistensialisme
Aliran ini berpendapat bahwa yang paling menentukan terhadap sesuatu yang baik di
dunia ini adalah seorang individu, terutama tentang kepentingan individu itu sendiri.
11. Perspektif Marxisme
Aliran ini berpegangan pada motto “sebuah jalan dapat dibenarkan asalkan jalan tersebut
dapat ditempuh untuk mencapai sebuah tujuan”. Jadi apapun yang bisa menjadi jalan
untuk mencapai sebuah tujuan maka dinilai sebuah etika yang baik.
12. Perspektif Sosialisme
Ukuran baik dan buruk dalam aliran ini didasarkan pada adat-istiadat yang berlaku di
lingkungan sosial tersebut.
13. Perspektif Tradisionalisme (adat-istiadat)
Dalam aliran ini, orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada adat-istiadat selalu
dinilai baik. Sedangkan orang yang menentang dan tidak mengikuti adat-istiadat dinilai
buruk. Aliran ini menilai baik dan buruk berdasarkan adat-istiadat dalam tinjuan filsafat.
14. Perspektif Utilitarianisme
Aliran ini menilai sesuatu yang baik adalah sesuatu yang bermanfaat, bukan hanya dalam
segi materi namun juga dalam segi rohani.
15. Perspektif Religiusisme (teologi)
Aliran ini berpendapat bahwa yang dinilai baik adalah yang sesuai dengan kehendak
Tuhan. Dalam keyakinan teologis yaitu keimanan kepada Tuhan sangat berperan penting
terhadap perilaku seseorang. Karena tidak mungkin seseorang mau berbuat sesuai
kehendak Tuhan jika tidak memiliki keimanan terhadap Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai