Disusun Oleh:
M Shabrun Jamil
(20171715440006)
Masruroh
(20171715440008)
Mohammad suhdi
(20171715440009)
PRODI AKUNTANSI SYARIAH 5
SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM
MASYARAKAT MADANI SUMBER BUNGUR
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya mampu menyelesaikan tugas akhir mata kuliah
Akuntansi Keuangan Menengah.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena
masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal ini maupun sistematika dan
teknik penulisannya. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan
bagi pembaca. Amin.
DAFTAR ISI
JUDUL.....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 4 Kas.............................................................................................................19
BAB 7 Piutang.......................................................................................................42
BAB 1
A. Akuntansi Keuangan
Jika ditinjau dari sisi pemakaiannya, akuntansi dapat diartikan dengan suatu
disiplin ilmu yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan
suatu organisasi.
Akuntansi menurut American Institute of Certified Public Accountant
(AICPA) adalah seni pencatatan,penggolongan dan pengihktisaran dengan cara
tertentu dalam ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya
bersifat keuangan dan menafsirkan hasil-hasilnya.
Jadi akuntansi dapat disimpulkan dengan suatu proses peencatatan,
penggolongan, pengikhtisaran laporan keuangan suatu organisasi maupun
entitas.
Sedangkan akuntansi jika dilihat dari sisi pemakaiannya dibagi menjadi dua
yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.
Akuntansi keuangan adalah akuntansi yang membahas penyusunan laporan
keuangan untuk pengguna eksternal.
Menurut Kieso dan Weygant, akuntansi keuangan adalah serangkaian proses
yang berujung pada penyusunan laporan keuangan yang berkaitan dengan
perusahaan secara keseluruhan untuk digunakan oleh pengguna laporan
keuangan baik internal maupun eksternal perusahaan.
Menurut Niswonger, akuntansi keuangan adalah bidang akuntansi yang
berkaitan dengan pencatatan dan pelaporan data kegiatan ekonomi suatu
perusahaan, dimana laporan tersebut akan menghasilkan informasi keuangan
yang berguna bagi pengguna laporan keuangan.
Pada dasarnya akuntansi keuangan berorientasi pada pelaporan pihak
eksternal. Dimana, pihak eksternal dengan tujuan spesifik bagi masing-masing
pihak membuat penyusunan laporan keuangan menggunakan prinsip dan
asumsi atau anggapan dalam proses penyusunan laporan keuangan sehingga
dibutuhkan standar akuntansi yang dijadikan pedoman dalam penyusunan
laporan keuangan maupun pembaca laporan keuangan. Laporan yang
dihasilkan dari akuntansi keuangan berupa laporan keuangan dalam tujuan
umum dan juga laporan keuangan untuk tujuan khusus. Laporan keuangan
dalam tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditunjukan untuk
memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan, yang disusun
berdasarkan data dan informasi yang telah terjadi sehingga lebih berorientasi
pada data historis. Sedangkan laporan keuangandalam tujuan khusus disusun
mengikuti aturan dari regulator atau sesuai dengan kebutuhan khusus
pemakainya seperti Bank Indonesia, Departemen Keuangan maupun untuk
tujuan manajemen.
Secara umum tujuan dari laporan keuangan adalah untuk :1
1. Memberikan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi
2. Menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen dan pertanggung jawaban
sumber daya yang dipercayakan kepadanya
3. Memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai
4. Menyediakan pengaruh keuangan dari kejadian dimasa lalu
Sedangkan tujuan laporan keuangan menurut PSAK 1 (revisi 2009) adalah
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus
kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan
dalam pembuatan keputusan ekonomi.
1
Dwi Martini dkk, Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK, (Jakarta : Salemba Empat
2012), h 9
Adapun pihak pemakai laporan keuangan adalah
1. Pihak internal yaitu pihak manajemen
2. Pihak eksternal yaitu investor, kreditur
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) juga bisa diartikan dengan suatu
kerangka dalam prosedur pembuatan laporan keuangan agar terjadi
keseragaman dalam penyajian laporan keuangan. Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) merupakan hasil perumusan Komite Prinsipil Akuntansi Indonesia pada
tahun 1994 menggantikan Prinsip Akuntansi Indonesia tahun 1984.
Standar akuntansi terdiri atas kerangka konseptual berisikan tujuan
komponen laporan keuangan. Beberapa negara di dunia, sudah mewajibkan
suatu entitas untuk melaporkan kegiatan yang berhubungan dengan aktifitas
sosial. Adapun beberapa standar yang digunakan adalah :
1. Social Accontability Standart 8000
2. United Nations Global Compact
3. Principle for Global Corporate Responsibility
Dengan bervariasinya standart ini mendorong dirumuskannya Global
Reporting Initiative (GRI) oleh Coalition for Enveronmentally Responsible
Economites (CERES) dan menyatukan paertisipasi aktif dari beberapa pihak
yang memiliki perhatian besar terhadap pelaporan sosial dan lingkungan. GRI
dapat dirujuk oleh beberapa regulator negara dalam mengembangkan standart
pelaporan non keuangan baik dalam laporan tersendiri maupun dalam laporan
tahunan. Untuk negara yang tidak memiliki regulasi khusus tentang laporan
non keuangan, banyak yang mengadopsi GRI dalam menyusun laporan
keuangan baik dalam laporan terpisah, laporan tahunan maupun laporan dalam
situs web.
Akan tetapi, saat ini hanya ada dua standar akuntansi yang benyak dijadikan
refrensi atau diadopsi di dunia yaitu International Financial Reporting
Standart (IFRS) dn US Generally Accepted Accounting Principles (US-
GAAP). IFRS disusun oleh International Accounting Standart Board (IASB)
sedangkan US-GAAP disusun oleh Financial Accounting Standart Board
(FASB). Perkembangan terakhir menunjukan keinginan untuk menyusun satu
standar akuntansi yang berkualitas secara International semakin menguat.
Adapun IFRS diadopsi Indonesia karena Indonesia merupakan anggota
IFAC yang secara otomatis wajib mengikuti peraturan yang dibuat SMO
(Statement Membership Obligation). SMO telah menetapkan IFRS sebagai
standar akuntansi internasional.
IFRS memiliki manfaat sebagai berikut :
Menaikkan daya banding di dalam sistem laporan keuangan
Mengurangi adanya hambatan dalam hal arus modal internasional melalui
pembatasan terhadap adanya pembedaan di pasal-pasal yang ditentukan
pelaporan keuangan
Menekan biaya yang harus dikeluarkan di dalam proses pembuatan laporan
keuangan dari perusahaan multinasional serta menurunkan biaya yang
dieluarkan
Adapun karakterk IFRS yang menggunakan prisip dasar sebagai berikut ;
Lebih mengemukakan adanya interpretasi serta aplikasi yang ada
antarstandar yang berakibat adanya fokus pada penerapan IFRS
Standar memerlukan penilaian terhadap subtansi transaksi serta adanya
evaluasi terhadap cermnan dari sistem presentasi akuntansi
Memerlukan ketentuan profesional terhadap pola penerapan standar
akuntansi
Sedangkan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia terdiri atas empat
standar yang biasa disebut empat pilar standart akuntansi yaitu :
1. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) digunakan untuk entitas yang
memiliki akuntabilitas publik yaitu entitas terdaftar dalam dalam proses
pendaftaran di pasar modal atau entitas fidusia (yang menggunakan dana
masyarakat seperti asuransi, perbankan dan dana pensiun). Standart ini
mengadopsi IFRS melalui IAI yang telah menetapkan untuk menentukan
adopsi penuh IFRS mulai tahun 2012.
2. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-
ETAP)
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-
ETAP) adalah standart yang digunakan untuk entitas yang tidak memiliki
akuntabilitas publik signifikan dalam menyusun laporan keuangan untuk
tujuan umum. ETAP menggunakan acuan IFRS untuk Small Medium
Enterprises. SAK-ETAP diterbitkan pada tahun 2009 dan berlaku efektif 1
Januari 2011 dan dapat diterapkan pada 1 Januari 2010. SAK ini diterapkan
secara retrospektif namun jika tidak praktis dapat diterapkan secara
prospektif yang berarti mengakui semua asset dan kewajiban sesuai SAK
ETAP juga tidak mengakui asset dan kewajiban jika tidak diizinkan oleh
SAK-ETAP, selain itu Mereklasifikasi pos-pos yang sebelumnya
menggunakan PSAK lama menjadi pos-pos sesuai SAK-ETAP juga
menerapkan pengukuran asset dan kewajiban yang diakui SAK ETAP.
3. Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah)
Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah) adalah standart
yang digunakan untuk entitas yang memiliki transaksi syariah atau entitas
berbasis syariah. Standar akuntansi syariah terdiri dari konseptual
penyusunan dan pengungkapan laporan, standar penyajian laporan keuangan
dan standar khusus transaksi syariah seperti mudharabah, murabahah, salam,
ijarah, dan istisna. Standart ini merupakan standart yang dikembangkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Syariah (DSAK Syariah).
4. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah standart yang digunakan
untuk menyusun laporan keuangan instansi pemerintahan baik pusat
maupun daerah. SAP berbasis akrual ditetapkan dalam Peraturan
Permerintahan nomer 7 Tahun 2010. Peraturan Pemerintahan ini sudah
berlaku namun instansi pemerintah masih diperkenankan menggunakan
Peraturan Pemerintah Nomer 24 Tahun 2005 SAP menuju kas berbasis
akrual sampai dengan tahun anggaran 2014.
SAP diterapkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (PP SAP). Penyusunan SAP
melalui tahapan-tahapan seperti :
1. Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar
2. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAP
3. Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja
4. Penulisan draf SAP oleh Kelompok Kerja
5. Pembahasan Draf oleh Komite Kerja
6. Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan
7. Peluncuran Draf Publikasian SAP (Exposure Draft)
8. Dengar Pendapat Terbatas (Limited Hearing) dan Dengar Pendapat
Publik (Public Hearings)
BAB 2
2
https;//id.m.wikipedia.org/wiki/neraca_(akuntansi)
Liabilitas merupakan kewajiban entitas masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu,penyelesaikannya diharapkan mengakibatkan arus
keluar sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.
c. Ekuitas
Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua
liabilitas.
2. Bentuk laporan keuagan ada 2
a. Bentuk Accoun (kanan,kiri)
b. Bentuk laporan (lurus kebawah)
ASET LIABILITAS
Aset Lancar Liabilitas Jangka Pendek
Aset tidak Liabilitas Jangka Panjang
Lancar
Ekuitas
Hak Non Pengendali
Ekuitas yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas
induk
A. Neraca Saldo
Neraca saldo dibuat seiring dengan selesainya jurnal umum dan posting ke
buku besar. Neraca saldo merupakan kumpulan seluruh saldo yang diperoleh
dari kolom debit maupun kredit pada buku besar,untuk dijadikan dasar dalam
menguji keseimbangan antara debit dan kredit. Jika debit dan kredit adalah
sama, maka transaksi tersebut telah tercatat dengan benar. Jika hal tersebut
tidak sama, maka perlu dicari letak kesalahan atau ketidak seimbangan yang
akan berdampak pada informasi yang kurang falid.
Dalam menyusun laporan keuangan akan merasa kesulitan jika informasi
yang ada di neraca saldo tidak menunjukkan informasi yang tidak seimbang.
Ketidakseimbangan antara debit dan kredit yang ada di neraca saldo bisa saja
terjadi karna adanya kesalahan dalam menjurnal atau pada posting ke buku
besar. Namun hasil yang sama bukanlah berarti benar seratus persen, sehingga
perlu kehati hatian dalam menyusunnya.
Beberapa sebab dalam ketidakseimbangan dalam neraca saldo yaitu:
a. Kesalahan mencatat dalam jurnal umum
b. Kekeliruan dalam posting ke buku besar
c. Kekeliruan dalam menjumlah angka
d. Adanya rekening yang tidak diposting ke buku besar sehingga hasilnya
tidak falid
Cara Mencari Sebab-Sebab Ketidak Seimbangan Dalam Neraca:
a. Periksa masing-masing rekening yang ada di jurnal umum dan bandingkan
dengan rekening yang ada dalam buku besar
b. Periksa masing-masing saldo yang ada dalam jurnal umum, buku besar dan
neraca saldo untuk mengetahui sebab ketidak seimbangan
c. Periksa debit dan kredit masing-masing rekening
d. Hitunglah masing-masing rekening untuk mengetahui penambahan dan
pengurangan yang telah terjadi selama transaksi
PT PRIMA MADURA
NERACA SALDO
PER 31 DESEMBER 2012
Keterangan Debit Kredit
Kas 889.046.660
Piutang 4.669.639
Perlengkapan 9.258.350
Asuransi dibayar dimuka 61.036.760
Sewa dibayar dimuka 40.000.000
Peralatan 497.680.600
Hutang usaha 73.738.950
Hutang hipotik 94.200.000
Modal 652.380.000
Pendapatan 2.236.462.134
Biaya izin operasional 2.0080.000
Biaya gaji 1.049.812.600
Biaya sewa kendaraan 223.415.000
Biaya promosi 1.500.000
Biaya seragam kantor 97.412.513
Biaya transportasi 125.900.753
Biaya konsumsi 4.007.250
Biaya listrik 44.474.534
Biaya pajak 242.118
Pendapatan lain 762.871
Biaya lain-lain 7.007.178
Saldo 3.057.543.955 3.057.543.955
Multiple step/bertahap
Adanya pemisahan unsur-unsur pembentuk laba-rugi, yaitu elemen-elemen
yang timbul dari usaha pokok perusahaan dan di luar usaha pokok perusahaan.
PT XXX
Laporan Laba-Rugi
Periode Tahun Xxx
Penjualan 1.125.000
Retur penjualan 75.000
Potongan penjualan 50.000
125.000
Penjualan bersih 1.000.000
Harga pokok penjualan
Persediaan 1 jan 1999 150.000
Pembelian 825.000
Barang tersedia untuk dijual 975.000
Persediaan 31 des 1999 175.000
800.000
Laba kotor penjualan 200.000
Biaya usaha
Biaya pemasaran 165.000
Biaya administrasi 127.500
Jumlah biaya usaha 292.500
Rugi usaha (92.500)
Pendapatan dan laba diluar usaha 250.000
Biaya dan rugi diluar usaha 32.500
217.500
Laba bersih sebelum pajak 125.000
Pajak (20%) 25.000
Laba bersih setelah pajak 100.000
BAB 4
KAS
A. Pengertian Kas
Kas adalah alat pertukaran (pembayaran). Aset harus memenuhi dua kriteria
agar dapat disebut kas. Pertama, harus siap digunakan setiap saat untuk
membayar semua kewajiban yang ada sekarang. Kedua, harus bebas dari
ikatan-ikatan apa pun yang membatasi penggunaannya untuk melunassi
kewajiban.
Definisi setara kas (cash equivalent ) dalam PSAK No.2 adalah: “infestasi
yang sifatnya likuid, berjangka pendek dan dapat segera di jadikan kas dalam
jumlah tanpa menghadapi perusahaan nilai yang berarti.” (1995:2.3)
PSAK No.2, paragraf 6 menjelaskan setara kas sebagai berikut:
Setara kas memiliki untuk memenuhi kometmen kas jangka pendek, bukan
untuk investasi atau tujuan lain. Untuk memenuhi persyaratan setara kas,
investasi harus dapat segera diubah menjadi kas dalam jumlah yang di ketahui
tanpa menghadapi resiko perusahaan nilai yang signifikan. Karenanya, suatu
investasi baru dapat memenuhi syarat sebagai setara kas hanya segera akan
jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau lebih dari tanggal perolehannya.
Contoh setara kas yang disamakan dengan kas,menurut harrison (1995:731)
adalah treasury bills, commercial paper jangka pendek, money market serta
surat-surat berharga lain yang mempunyai syarat-syarat
BAB 5
LAPORAN ARUS KAS
Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator
utama untuk menentukan apakah operasi entitas dapat menghasilkan arus
kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi
entitas, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa
mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur
tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna dalam
memprediksi arus kas operasi masa depan.
Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil
utama pendapatan entitas. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya
berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba
atau rugi bersih. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah:
1) Penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa.
2) Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi, dan pendapatan lain
3) Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa.
4) Pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan
5) Penerimaan dan pembayaran kas oleh entitas asuransi sehubungan
dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat polis lainnya.
6) pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan
kecuali jika dapat diidentifi kasikan secara khusus sebagai bagian dari
aktivitas pendanaan dan investasi.
7) penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki untuk tujuan
diperdagangkan atau diperjanjikan (dealing). Beberapa transaksi, seperti
penjualan peralatan pabrik, dapat menimbulkan keuntungan atau
kerugian yang diakui dalam laporan laba rugi. Arus kas yang terkait
dengan transaksi semacamitu merupakan arus kas dari aktivitas investasi.
Akan tetapi, pembayaran kas untuk pabrikasi atau memperoleh aset yang
dimiliki untuk disewakan kepada pihak lain dan selanjutnya dimiliki
untuk dijual adalah arus kas dari aktivitas operasi. Kas yang diterima dari
sewa dan penjualan atas aset setelah periode sewa, diakui sebagai arus
kas dari aktivitas operasi.
8) Entitas dapat memiliki surat berharga dan tagihan (securities and loans)
untuk tujuan diperdagangkan atau diperjanjikan (dealing), yang dalam
hal ini dapat dipersamakan dengan persediaan yang khusus dibeli untuk
dijual kembali.Oleh karena itu, arus kas yang berasal dari pembelian dan
penjualan dalam transaksi perdagangan atau perjanjian surat berharga
tersebut diklasifi kasikan sebagai aktivitas operasi. Sama halnya dengan
pemberian kredit oleh lembaga keuangan, pada umumnya diklasifi
kasikan sebagai aktivitas operasi,karena berkaitan dengan aktivitas
penghasil utama pendapatan lembaga keuangan tersebut.
2. Aktivitas Investasi
perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang
tidak termasuk setara kas.” Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal
dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab arus kas tersebut
mencerminkan pengeluaran yang telah terjadi untuk sumber daya yang
dimaksudkan menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Beberapa
contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah:
a. pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset
jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan
aset tetap yang dibangun sendiri.
b. penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan, dan peralatan, serta aset
tidak berwujud dan aset jangka panjang lain.
c. pembayaran kas untuk membeli instrumen utang atau instrumen ekuitas
entitas lain dan kepemilikan dalam ventura bersama (selain pembayaran kas
untuk instrumen yang dianggap setara kas atau instrumen yang dimiliki
untuk diperdagangkan atau diperjanjikan).
d. kas yang diterima dari penjualan instrumen utang dan instrumen ekuitas
entitas lain dan kepemilikan ventura bersama (selain penerimaan kas dari
instrumen yang dianggap setara kas atau instrumen yang dimiliki untuk
diperdagangkan atau diperjanjikan).
e. uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain uang
muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan).
f. penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman yang diberikan
kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang diberikan oleh
lembaga keuangan).
g. pembayaran kas sehubungan dengan futures contracts forward contracts,
option contracts, dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut
dimiliki untuk tujuan. diperdagangkan atau diperjanjikan, atau apabila
pembayaran tersebut diklasifi kasikan sebagai aktivitas pendanaan;,dan
h. pembayaran kas dari futures contracts, forward contracts, option contracts,
dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut dimiliki untuk tujuan
diperdagangkan atau diperjanjikan, atau apabila pembayaran tersebut
diklasifi kasikan sebagai aktivitas pendanaan. Jika suatu kontrak
dimaksudkan untuk lindung nilai (hedge) suatu posisi yang dapat diidentifi
kasi, maka arus kas dari kontrak tersebut diklasifi kasikan dengan cara yang
sama seperti arus kas dari posisi yang dilindung nilainya.
3. Aktivitas Pendanaan
“aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi
kontribusi modal dan pinjaman entitas.” Pengungkapan terpisah arus kas yang
berasal dari aktivitas pendanaan penting dilakukan karena berguna untuk
memprediksi klaim atas arus kas masa depan oleh para penyedia modal entitas.
Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah:
a. penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal Lainnya.
b. pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus saham entitas.
c. penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotek, dan pinjaman
jangka pendek dan jangka panjang lainnya.
d. pelunasan pinjaman.
e. pembayaran kas oleh penyewa (lessee) untuk mengurangi saldo kewajiban
yang berkaitan dengan sewa pembiayaan (fi nance lease).
4. Pengaruh semua unsur pendapatan dan biaya yang berkaitan dengan arus
kas investasi pendanaan, seperti laba atau rugi penjualan aktiva tetap.
5. Pengaruh perubahan persediaan dan piutang usaha selama periode berjalan.
INSTRUMEN KEUANGAN
A. Instrumen Keuangan
Kas dan piutang merupakan contoh dari aset keuangan. Aset keuangan
merupakan bagian dari instrumen keuangan. Instrumen keuangan adalah suatu
kontrak yang menambah nilai aset atau liabilitas keuangan.
Standar akuntansi yang mengatur instrumen keuangan :
PSAK 50 : Instumen Keuangan : Penyajian (Revisi 2010) adopsi dari IAS 32:
Financial Instrumen: Presentation
PSAK 55 : Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Penilaian (Revisi 2013)
adopsi dari IAS 39: Financial Instrument: Recognition and Valuation
PSAK 60 : Instrumen Keuangan: Pengungkapan (Revisi 2013) adopsi dari ifrs
7: Financial Instrument: Disclosure.
Standar akuntansi berdasarkan IFRS banyak menggunakan dasar penilaian
nilai wajar, hal ini membawa dampak perubahan besar dalam penerapan standar
akuntansi dalam praktik. Sebagai contoh, perhitunagn amortisasi premium atau
diskon yang selama ini dibolehkan menggunakan garis lurus, dengan IFRS harus
menggunakan metode bunga. Ada bunga efektif yaitu bunga yang menyamakan
antara nilai wajar aset keuangan dengan nilai kini dari pembayaran/penerimaan
aset keuangan di masa depan. Perubahan akan berdampak pada laporan keuangan
dan entitas. Semua entitas memiliki aset liabilitas keuangan. Dampak perubahan
besar PSAK instrumen keuangan sangat dirasakan oleh entitas yang bergerak di
bidang keuangan. IASB mengeluarkan IFRS 9 Financial Instrument: Recognition
Valuation tahun 2011 untuk menggantikan IAS 39: Financial Instrument:
recognition and Valuation. DSAK menerbitkan PSAK 55 (Revisi 2010) dengan
mendasarkan pada perubahan IFRS 9 yang telah selesai dibahas. Perubahan yang
dilakukan IFRS 9 adalah klarifikasi aset keuangan, reklarifikasi aset keuangan,
dan metode penghitungan penurunan nilai aset keuangan. Namun, PSAK 50, 55,
dan 60 kembali diubah disesuaikan dengan penerapan PSAK 68: Nilai Wajar.
Tidak banyak perubahan signifikan dalam perubahan tersebut.
36
B. Bentuk Instrumen Keuangan
Instrumen keuangan berdasarkan PSAK 50 (Revisi 2013) berbentuk aset
keuangan, liabilitas keuangan, dan instrumen ekuitas. PSAK 55 (Revisi 2013)
menjelas kan lebih rinci berdasarkan jenis pengukurannya.
1. Aset keuangan terdiri atas :
a. Kas baik dalam bentuk kas di dalam perusahaan dalam bentuk uang tunai
maupun kas yang disimpan di dalam bank.
b. instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas lain.
c. Hak kontraktual
1) Untuk menerima kas atau asset keuangan lainnyadari entitas lain.
2) Untuk mempertukarkan asset keuangan dengan intitas lain dengan
dengan kondisi berpotensi untung
d. Mempertukarkan aset keuangan dengan entitas lain dengan kondisi
berpotensi untung.
e. Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan
instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh entitas dan merupakan :
1) Nonderivatif di mana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk
menerima sejumlah yang bervariasi dari instrumen yang diterbitkan
entitas, atau
2) Derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan
mempertukarkan sejumlah kas atau aset keuangan dengan sejumlah
instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas. Tidak termasuk instrumen
keuangan yang mempunyai opsi jual (puttable financial isntrumen).
37
saham atau obligasu yang diharapkan dapat memperoleh dividen, bunga,
atau kenaikan nilai investasi (capital gain). Menurut PSAK 55 (Revisi
2013) aset keuangan diklasifikasikan sebagai FVPL jika memenuhi salah
satu dari kondisi berikut :
b. Diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan.
c. Pada saat pengakuan awal telah diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.
FVLP dinilai pada pengakuan awal sebesar nilai wajar, yaitu nilai
perolehan investasi tersebut. Biaya transaksi yang dikeluarkan untuk
memperoleh investasi ini dibebankan sebagai beban periode tersebut.
Setelah pengakuan awal, FVLP diukur dengan nilai wajar pada tanggal
pelaporan. Selisih antara nilai tercatat dengan nilai wajar pada tanggal
pelaporan akan dilaporkan sebagai keuntungan atau kerugian yang
dilaporkan dalam laporan laba rugi komprehensif. Untuk itu investasi ini
disebut sebagai nilai wajar melalui laba rugi, karena selisih perubahan nilai
wajar dilaporkan dalam laba rugi.
d. Investasi dipegang hingga jatuh tempo
Investasi dipegang hingga jatuh tempo (held to maturity-HTM)
adalah aset nonkeuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah
ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan dan kemampuan untuk
memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo.
e. Pinjaman yang diberikan atau piutang
Pinjaman yang diberikan atau piutang (loans or receivable-RL)
adalah aset keuangan nonderivatif dengan pembayaran yang telah
ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi pasar aktif.
f. Aset Keuangan Tersedia untuk Dijual
Aset keuangan tersedia untuk dijual (avaliable for sale-AFS)
adalah aset keuangan nonderivatif yang ditetapkan untuk dijual atau tidak
diklasifikasikan sebagai FVLP, HTM dan RL.
Berdasarkan PSAK 55, berikut klasifikasi aset keuangan yang
dibagi menjadi empat
a. Aset keuangan diukur dengan nilai wajar melalui laba rugi (fair value to
profit and loss-FVTPL)
38
b. Investasi dipegang hingga jatuh tempo (held to maturities-HTM)
c. Pinjaman yang diberikan atau piutang (loans or receivable-LR)
d. Aset keuangan tersedia untuk dijual (available for sale-AFS)
Pengklasifikasian aset keuangan ini memiliki makna strategis karena
setiap klasifikasi memiliki metode penilaian yang berbeda baik dalam
pengakuan awal maupun setelah pengakuan awal. Perbedaan klasifikasi
didasarkan pada intensi manajemen terkait dan jenis aset keuangan.
39
pengukuran setelah pengakuan awal menggunakan nilai wajar, biaya transaksi
tersebut diklasifikasikan sebagai beban pada periode berjalan. Biaya transaksi
untuk aset atau liabilitas yang pengukuran setelah pengakuan awal tidak
menggunakan nilai wajar, dikapitalisasi menambah nilai aset atau liabilitas
keuangan. Bagan 5.2 menjelaskan bagaimana pengukuran instrumen keuangan
pada saat pengakuan awal.
Sebagai ilustrasi, jika entitas A mengeluarkan obligasi, maka obligasi tersebut
tidak dimaksudkan untuk dilunasi sesuai dengan kontrak pelunasannya sehingga
dikategorikan sebagai kewajiban lainnya. Obligasi tersebut bagi entitas penerbit
tidak diukur pada nilai wajar melalui laba rugi tetapi diukur berdasarkan nilai
amortisasinya (amortized cost). Konsekuensinya biaya yang dikeluarkan untuk
menjual obligasi tersebut akan dikapitalisasi mengurangi nilai perolehan
penjualan obligasi. Hasil yang diperoleh perusahaan sebesar harga jual dikurangi
biaya transaksi akan digunakan untuk menentukan nilai bunga efektif obligasi
tersebut. Bunga efektif adalah bunga yang menyamakan nilai kini obligasi (uang
yang diterima dikurangi biaya transaksi) dan nilai kini dari pembayaran yang
dilakukan di masa mendatang yaitu bunga berdasarkan tingkat bunga nominal
yang ditetapkan dan nilai pokok obligasi.
Bagi entitas B yang membeli 1.000 lembar obligasi tersebut dan dimaksudkan
sebagai investasi sementara jangka pendek, akan mengategorikan investasi
tersebut sebagai investasi yang diukur dengan nilai wajar melalui laba rugi.
Entitas B akan mengakui biaya transaksi Yang timbul dari transaksi pembelian
obligasi tersebut sebagai biaya pada periode berjalan dan tidak menambahkannya
ke dalam nilai investasi dan obligasi.
Setelah pengakuan awal instrumen keuangan akan diukur dengan berbagai
cara sesuai dengan jenisnya. Definisi dan klasifikasi masing-masing instrumen
keuangan sangat penting untuk yang terjadi dapat serupa, misalnya membeli
obligasi PT.PLN, namun entitas A dapat mengklasifikasikannya sebagai investasi
yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, tersedia untuk dijual atau dipegang
hingga jatuh tempo.
Perbedaan klasifikasi tersebut akan memengaruhi bagaimana investasi
obligasi tersebut akan diukur. Pengukuran instrumen keuangan untuk aset dan
40
liabilitas keuangan. .pembahasan lebih lanjut tentang pengukuran aset keuangan
akan dijelaskan pada subbab berikutnya.
Instrumen keuangan seperti halnya aset lain juga harus di-review pada setiap
pelaporan untuk melihat adanya indikasi penurunan nilai (impairment). Penurunan
nilai aset keuangan tidak diatur mengikuti PSAK 48: Penurunan Nilai Aset,namun
diatur secara khusus dalam PSAK 55. Aset keuangan mengalami penurunan nilai
jika nilai tercatat aset lebih tinggi dibandingkan nilai yang dapat diperoleh
kembali. Jika terdapat bukti objektif penurunan nilai maka harus dilakukan
estimasi nilai yang dapat diperoleh kembali dan mengakui kerugian penurunan
nilai. Pembalikan atas penurunan atas piutang, investasi held to maturity (HTM)
dan instrumen utang available for sale (AFS) dapat dilakukan jika memenuhi
kriteria.
41
BAB 7
PIUTANG
A. Pengertian Piutang
Piutang dihasilkan melalui berbagai macam transaksi, dua hal yang paling
umum yaitu penjualan barang dagang atau jasa dengan kredit dan meminjamkan
uang. Pada tingkat pribadi kita mengenal kredit, karena kredit adalah siap tersedia
dimana kita tidak harus membayar secara tunai.
Kieso, Weygandt. (2011,347) jika diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia menyatakan bahwa :
“Piutang juga aset keuangan yang merupakan instrumen keuangan. Piutang
(sering disebut sebagai pinjaman dan piutang) adalah klaim terhadap pelanggan,
dan lain-lain untuk uang, barang, atau jasa.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
(2009;01.23) menyatakan bahwa :
“Aset lancar mencakup aset (seperti piutang) yang dijual, dikonsumsi atau
direalisasikan sebagai bagian siklus operasi normal meskipun aset tersebut tidak
diharapkan untuk direalisasikan dalam jangka waktu 12 buan setelah periode
pelaporan.”
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 43
menyebutkan bahwa :
“Piutang adalah jenis pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau
pengalihan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan yang berasal dari
transaksi usaha.”
Menurut Smith (2005:286), piutang dapat difenisikan dalam arti luas
sebagai hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang, dan jasa. Namun,
untuk tujuan akuntansi, istilah ini umumnya diterapkan sebagai klaim yang
diharapkan dapat diselesaikan melalui penerimaan kas. Dengan adanya hak klaim
ini, perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam bentuk uang atau
penyerahanaktiva atau jasa lain kepada pihak siapa dia berhutang.
Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 9 mendefinisikan piutang sebagai berikut :
42
“Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau
penyerahan jasa dalam rangkakegiatan usaha normal perusahaan.”
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
Piutang merupakan klaim uang, atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak
lainnya. Piutang juga merupakan tagihan perusahaan kepada pihak lain atau
pelanggan karena adanya transaksi penjualan barang atau jasa kredit.
B. Klasifikasi Piutang
Penggolongan piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
yaitu menurut sumber terjadinya, ialah piutang usaha dan piutang lain-lain.
Sedangkan pengklasifikasian bisa dengan beberapa cara : (1) piutang terdiri dari
piutang usaha (trade receivable) dan piutang non usaha (non-trade receivable). (2)
piutang terdiri dari piutang yang bersifat lancar atau jangka pendek, dan piutang
tidak lancar atau jangka panjang.
Menurut Warren, Reeve, dan Fess (2008) piutang dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Piutang usaha (accounts receivable)
Transaksi yang paling banyak memungkinkan menciptakan piutang adalah
penjualan barang secara kredit. Piutang usaha ini normalnya akan ditagih
dalam periode waktu yang relatif pendek, seperti 30-60 hari yang
dikelompokkan sebagai aset lancar.
2. Wesel tagih (notes receivable)
Wesel tagih adalah tagihan yang didukung dengan janji tertulis debitur
untuk membayar pada tanggal tertentu. Wesel tagih diperkirakan akan ditagih
dalam jangka waktu setahun. Wesel bisa digunakan untuk menyelesaikan
piutang usaha pelanggan.
3. Piutang lain-lain (other receivables)
Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Apabila
tertagihnya dalam waktu satu tahun maka diklasifikasikan sebagai asset tidak
43
lancar di bawah akun investasi. Piutang ini meliputi bunga, piutang pajak,
piutang pejabat atau piutang karyawan.
1. Piutang dagang
Yaitu piutang yang berasal dari penjualan barang dan jasa yang merupakan
kegiatan normal perusahaan.
2. Piutang lain-lain
Yaitu meliputi piutang pegawai, piutang bunga, piutang dari pemegang
saham, dan lain-lain.
44
b. Penilaian Piutang Dagang Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia piutang
dagang harus dicatat dan dilaporkan dalam neraca sebesar nilai kas bersih
(neto) yang bisa direalisasikan yaitu jumlah piutang setelah dikurangi
Cadangan Kerugian Piutang Tak tertagih (CKP).
c. Pengalihan Piutang Dagang Pengalihan piutang adalah perusahaan
mengalihkan piutang usaha yang dimilikinya kepada pihak lain (lembaga
keuangan, bank dan pegadaian piutang) dengan tujuan untuk mempercepat
penerimaan kas dari piutangnya.
Alasan perusahaan menjual ataupun mengalihkan piutangnya karena:
1) situasi dan kondisi perusahaan yang sedang mengalami kesulitan dalam
memperoleh pinjaman dan tingginya tingkat bunga sehingga piutang
yang dimiliki perusahaan sedapat dan secepat mungkin harus dapat
dirubah menjadi kas.
2) Penagihan piutang seringkali memakan waktu yang cukup lama dan
terkadang juga memerlukan biaya sehingga perusahaan bersedia
menerima kas yang lebih kecil jumlahnya dari jumlah yang seharusnya
diterima dari piutang, asalkan kas dapat diterima lebih cepat.
2. Piutang Wesel
Piutang wesel adalah klaim yang dibuktikan dengan instrument kredit
secara formal. Instrument kredit ini mesyaratkan debitor untuk membayar
dimasa yang akan datang pada tanggal yang sudah ditentukan misalnya
minimal 60 hari setelah tanggal penandatanganan wesel (Slamet sugiri, 2009 :
43) .
Piutang wesel merupakan janji tertulis yang dibuat oleh pihak debitor
(yang berutang) kepada pihak kreditor (yang memberi utang) untuk membayar
sejumlah uang seperti yang tertera dalam surat janji tersebut pada waktu yang
45
telah ditentukan dimasa yang akan datang. Jangka waktu piutang wesel pada
umumnya paling sedikit 60 hari.
Wesel adalah surat berharga yang berisi perintah dari sipenarik (pembuat
surat) kepada si wajib bayar (yang berutang) untuk membayar sejumlah uang
tertentu.
Promes adalah surat janji untuk membayar sejumlah uang pada tanggal
tertentu. Kedua surat tersebut bagi pemegang wesel dan promes merupakan
piutang dan dicatat dalam rekening piutang wesel sedangkan bagi pihak yang
berkewajiban membayar merupakan utang dan dicatat dalam utang wesel.
Perbedaan Wesel dan Promes
a. wesel adalah surat perintah untuk a. promes adalah surat janji untuk
membayar membayar
b. Penarik dan yang berkepentingan b. penarik dan pihak yang
terdiri dari dua pihak berkepentingan berada di satu
tangan
c. yang membuat adalah pihak yang c. yang membuat adalah pihak yang
mempunyai piutang berutang
d. memerlukan akseptasi d. tidak memerlukan akseptasi
Wesel dibedakan menjadi dua yaitu : wesel tanpa bunga dan wesel
berbunga. Akuntansi untuk mencatat piutang wesel dibagi tiga yaitu :
a. Pengakuan piutang wesel
b. Penilaian piutang wesel/ pelunasan piutang wesel
c. pelimpahan / pengalihan/pendiskontoan piutang wesel.
a. penjualan kredit
b. pemberian pinjaman
c. perubahan dari piutang menjadi piutang wesel
46
wesel
Piutang wesel xx Piutang wesel xx Piutang wesel xx
Penjualan Kas Piutang dagang xx
xx xx
3. Piutang lain-lain
Piutang lain-lain meliputi piutang non usaha seperti pinjaman kepada
pejabat perusahaan, pinjaman kepada karyawan maupun pinjaman kepada
pihak lain yang tidak berkaitan dengan usaha (Slamet sugiri, 2009 : 43).
Piutang lain-lain terdiri atas macam-macam tagihan yang tidak termasuk
dalam piutang dagang maupun piutang wesel. (Al Haryono Jusup, 2005 : 53).
Piutang ini meliputi piutang bunga, piutang pajak, piutang pegawai,
piutang dari pemegang saham dan lain-lain.
47
dari satu tahun piutang
jangka panjang
Berkaitan Mensyaratkan adanya Tidak berkaitan
dengan operasi jaminan sehingga jika dengan operasi
utama saat jatuh tempo tidak sehari-hari dan
perusahaan dapat melunasi maka biasanya dilaporkan
sehingga harus jaminan tersebut dapat dineraca sebagai
dapat ditagih dijual kelompok aktiva
tidak lancar.
C. Piutang Tak Tertagih
Piutang dagang yang dimiliki oleh perusahaan belum tentu seluruhnya dapat
ditagih. Hal ini disebabkan karena debitur tidak mau membayar utangnya, tidak
mampu membayar atau dinyatakan bangkrut, tidak diketahui keberadaanya dsb.
Piutang tak tertagih, yaitu klaim kepada pihak tertentu atas uang, barang dan
jasa yang tidak tertagih atau kerugian yang ditimbulkan atas penjualan secara
kredit. Piutang tak tertagih adalah piutang pelanggan kepada perusahaan yang
belum tentu bisa ditagih, antara lain karena pelanggan menghilangkan diri atau
memang karena tidak mampu membayar.
Menurut prinsip akuntansi, piutang tidak tertagih akan dibebankan menjadi
biaya operasi. Apabila biaya operasi semakin meningkat maka laba perusahaan
akan menurun. Dalam laopran keuangan, piutang merupakan pos dari aktiva
lancar yang dapat dijadikan sebagai investasi perusahaan. Jika jumlah piutang
tidak tertagih perusahaan cukup besar maka hal ini akan mengurangi jumlah
piutang terealisasi sehingga membuat investasi perusahaan akan berkurang
menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Piutang usaha yang tidak dapat ditagih
biasanya dinamakan kerugian piutang dan dalam akuntansi dicatat dalam akun
kerugian piutang.
48
Reeve, Fess (2005,407) yang diterjemahkan oleh Aria Frahmita, Taufik
Hendrawan, dan Amanugrahani. Tentang metode pencatatan piutang adalah :
“Terdapat dua metode untuk mencatat piutang yang diperkirakan tidak akan
tertagih yaitu metode cadangan (Allowance Method), membuat akun beban
piutang tak tertagih sebelum piutang tersebut dihapus dan metode penghapusan
langsung (Direct Write-Off Method) mengakui beban bahwa hanya pada saat
piutang dianggap benar-benar tidak dapat ditagih lagi.”
49
Perbandingan Metode Pencatatan Piutang Tak Tertagih
BAB 8
A. Pengertian Persediaan
Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual
dalam operasi bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi
dalam membuat barang yang akan dijual. Dapat disimpulkan bahwa Persediaan
(Inventory), merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup
50
penting dalam suatu perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan
industri (manufaktur), apalagi perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi,
hampir 50% dana perusahaan akan tertanam dalam persediaan yaitu untuk
membeli bahan-bahan bangunan.
Berdasarkan pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak memiliki
persediaan, perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang dagang sedang
perusahaan industri memiliki 3 jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku,
persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi (siap untuk dijual).
Dalam laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat penting karena
baik laporan Rugi/Laba maupun Neraca tidak akan dapat disusun tanpa
mengetahui nilai persediaan. Kesalahan dalam penilaian persediaan akan langsung
berakibat kesalahan dalam laporan Rugi/Laba maupun neraca.5
B. Klasifikasi Persediaan
Klasifikasi persediaan dapat dibedakan menjadi dua , yaitu :
1. Menurut PSAK no.14 (2007)
Istilah persediaan dalam akuntansi ditujukan untuk menyatakan suatu
jumlah aktiva berwujud yang memenuhi kriteria (PSAK : Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan Indonesia No. 14) yang menyatakan bahwa persediaan
adalah aktiva:
a. tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.
5
Octariadjafar.blogspot.com/15/01/makalah persediaan21.html.
6
Martani Dwi,DKK,2016,Akuntansi keuangan menengah,jakarta,salemba
empat,hal,245.
51
b. dalam proses produksi dan atau perjalanan atau
c. dalam bentuk bahan (atau perlengkapan) untuk digunakan dalam proses
produksi
2. Menurut jenis perusahaan
Persediaan barang diklasifikasikan sesuai dengan jenis usaha perusahaan
tersebut. Dalam perusahaan perdagangan persediaan barang merupakan aktiva
dalam bentuk siap dijual kembali dan yang paling aktif dalam operasi
usahanya. Sedangkan dalam perusahaan pabrikasi atau manufaktur, persediaan
barang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : persediaan bahan baku, barang
dalam proses, dan barang jadi. Terdapatnya klasifikasi persediaan yang
berbeda antara perusahaan perdagangan dengan perusahaan manufaktur adalah
karena fungsi dua perusahaan itu memang berbeda. Fungsi perusahaan
perdagangan adalah menjual barang yang diperolehnya dalam bentuk sudah
jadi. Dengan kata lain, tidak ada proses pengolahan seandainya terjadi
pengolahan maka pengolahan tersebut terbatas pada pembungkusan atau
pemberian kemasan agar barang lebih menarik selera konsumen. Sedangkan
fungsi perusahaan manufaktur adalah mengolah bahan mentah menjadi produk
selesai.
C. Pengukuran Persediaan
1. Biaya pembelian
7
Ijalaprilio.blogspot.com/2015/01/contoh makalah persediaan.html.
52
Pembelian meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya kecuali yang
dapat ditagih kembali kepada kantor pajak, biaya pengangkutan, biaya
penanganan, dan biaya lainnya yang dapat diatribusikan secara langsung serta
dikurangkan dengan diskon dagang, rabat, dan hal serupa lain.
2. Biaya konversi
Biaya konversi meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit
yang diproduksi dan biaya overhead produksi tetap dan variable yang
dialokasikan secara sistematis.
3. Biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan
lokasi saat kini.
Biaya yang dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai beban
dalam periode terjadinya:
Jumlah pemborosan yang tidak normal
Biaya penyimpanan kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses
produksi sebelum dilanjutkan pada tahap produksi selanjutnya
Biaya administrasi dan umum yang tidak memberikan kontribusi untuk
membuat persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat kini
Biaya penjualan
53
menunjukkan harga per satuan sesuai faktur yang diterima. Pada metode ini
sudah jelas harga per satuannya Dengan demikian untuk mengetahui jumlah
atau nilai persediaan pada akhir periode tinggal mengalikan jumlah barang
yang masih ada dengan harga yang tercantum dalam etiket barang tersebut.
b. Metode MPKP ( FIFO )
Dalam metode ini, barang yang lebih dulu masuk diaggap lebih dulu
keluar atau dijual sehingga nilai persediaan akhir terdiri atas persediaan
barang yang dibeli atau yang masuk belakangan. Jadi harga pokok barang
yang keluar (dijual) dihitung berdasarkan harga barang yang dibeli lebih
dahulu, sesuai dengan jumlah pembeliannya. Atau dengan kata lain nilai
persediaan akhir barang didasarkan pada harga barang yang dibeli terakhir,
sesuai dengan jumlah unitnya.
c. Metode RataRata
1) Metode RataRata Sederhana
Dalam metode ini harga barang ditentukan dengan cara membagi
jumlah harga beli per satuan setiap transaksi pembelian dan persediaan
awal dengan frekwensi pembelian dan persediaan awal periode.
2) Metode Rata-Rata Tertimbang
Dalam metode ini harga barang ditentukan dengan cara membagi
jumlah harga barang yang tersedia untuk dijual yakni jumlah persediaan
awal ditambah jumlah pembelian dengan kuantitas barang tersebut
54
pembelian persediaan dicatat dengan mendebit akun pembelian sehingga pada
kahir periode akan dilakukan penyesuaian untuk mencatat harga pokok barang
yang dijual dan melaporkan nilai persediaan pada akhir periode.
Metode penilaian persediaan dalam pencatatan secara perpetual sebagai
berikut :
d. Metode RataRata bergerak ( Moving Average )
Dalam metode ini, harga beli ratarata dihitung setiap terjadi transaksi
pembelian. Harga pokok penjualan per satuan didasarkan pada harga
ratarata pada saat terjadi transaksi penjualan.
e. Metode FIFO
Metode ini beranggapan barang yang ada paling awal dianggap dijual
paling awal juga. Perbedaanya adalah dalam metode perpetual perhitungan
harga pokok dilakukan pada saat terjadi penjualan.
f. Metode LIFO
Pada metode ini barang yang terakhir dibeli dianggap dijual lebih
dahulu. Harga pokok dihitung pada saat terjadi penjualan
E. Metode dalam Penentuan Nilai Persediaan
Metode yang dapat kita pergunakan. Yaitu : 1. Metode identifikasi khusus.
2. Metode FIFO dan 3.Metode rata-rata
1. Metode idetifikasi khusus
Dalam metode ini penilaian barang sesuai dengan nilai masing-masing
jenis barang yang ada. Jadi dalam metode ini setiap barang haruslah jelas
darimana asal-usulnya serta harga yang diperoleh ketika pembelian barang
tersebut. Cara identifikasi khusus didasarkan pada anggapan bahwa arus barang
harus sama dengann arus biaya.
Untuk itu perlu dipisahkan tiap-tiap jenis barang berdasarkan pada harga
pokoknya dan untuk tiap-tiap kelompok dibuatkan kartu persediaan sendiri,
sehingga masing-masing harga pokok bisa diketahui.
Harga pokok penjualan terdiri dari harga pokok barang-barang yang
dijual dan sisanya merupakan persediaan akhir. Cara ini dapat digunakan
untuk perusahaan-perusahaan yang menggunakan prosedur pencatatan
persediaan dengan metode fisik maupun perpetual.
55
2. Metode FIFO ( First In First Out )
Dalam metode ini, barang yang pertama kali masuk dianggap dijual
terlebih dahulu. Jadi harga barang yang masih tersisa di persediaan kita adalah
barang-barang yang terakhir dibeli oleh kita.
Metode fisik :
Misalnya perhitungan fisik atas barang-barang dalam gudang pada tanggal 28
Februari 2015 menunjukkan jumlah 300 kg, terdiri dari:
Pembelian 24 Februari 100 kg @Rp. 126 = Rp. 12.600
Pembelian 15 Februari 200 kg @Rp. 116 = Rp. 23.200
J u m l a h 300 kg Rp. 35.800
Dari kartu barang di atas dapat dilihat bahwa jumlah persediaan barang
tanggal 28 Februari 2015 sebesar 300 kg dengan harga pokok sebesar Rp.
35.800.
56
rata-rata pembelian. Dalam metode ini terdapat dua cara penghitungan yang
berbeda.
1.Rata-rata sederhana, Nilai rata-rata ditentukan dari rata-rata harga beli barang
secara global.
2. Rata-rata tertimbang, niali rata-rata per unit
Metode Fisik:
Misalnya barang-barang yang ada di gudang pada tanggal 28 Februari 2015
dihitung berjumlah 300 kg. Persediaan akhir dihitung sebagai berikut :
Metode Perpetual :
Barang-barang yang dikeluarkan akan dibebani harga pokok pada akhir
periode.
Karena harga pokok rata-rata baru dihitung pada akhir periode akibatnya
jurnal untuk mencatat berkurangnya persediaan barang juga dibuat pada akhir
periode.
Apabila harga pokok rata-rata dicatat setiap ada pengeluaran barang maka
diperlukan untuk menghitung harga pokok rata-rata setiap kali terjadi
pembelian barang.
Sehingga dalam satu periode akan terdapat beberapa beberapa harga pokok
rata-rata.
Cara seperti ini disebut rata-rata bergerak (moving average).
57
Bila menggunakan cara perhitungan rata-rata bergerak kartu piutang-nya
akan nampak seperti berikut ini :
Harga pokok rata-rata per kg yang baru akan dihitung setiap kali ada
pembelian barang.
BAB 9
A. Pengertian Persediaan
Persediaan merupakan salah satu aset yang sangat penting bagi suatu entitas
baik bagi perusaan ritel, manufaktur, jasa, maupun entitas lainnya. Psak 14 (revisi
2008) mendefinisikan persediaan sebagai aset yang 1) tersedia untuk dijual dalam
kegiatan usaha biasa, 2) dalam proses produksi untuk penjualan tersebut, 3) dalam
bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa.
Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa suatu aset
diklasifikasikan sebagai persediaan tergantung pada nature business suatu entitas.
Pada perusahaan properti misalkan, properti yang dimiliki seperti apartemen,
perumahan, dan gedung yang dijual dapat di klasifikasikan sebagai persediaan
karna properti tersebut merupakan aset yang dijual untuk kegiatan usahanya yang
bergerak dibidang penjualan properti. Namun, bagi entitas lain yang kegiatan
usahanya bukan penjualan properti, kepemilikan atas properti tersebut tidak
diklasifikasi sebagai persediaan, melainkan dapat sebagai aset tetap atau properti
investasi atau aset tidak lancar yang dipegang untuk dijual, tergantung pada tujuan
kepemilikannya.
58
Yang dimaksud dengan penilaian persediaan barang adalah menentukan
nilai persediaan yang dicantumkan dalam neraca. Persediaan akhir bisa dihitung
harga pokoknya dengan menggunakan beberapa cara penentuan harga pokok
persediaan akhir, tetapi nilai ini tidak selalu nampak dalam neraca, jumlah yang
dicantumkan dalam neraca tergantung pada metode penilaian yang digunakan.
Metode ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa dalam jangka pendek
tingkat laba kotor dari penjualan akan relatif sama. Metode Laba Kotor
Digunakan untuk menaksir besarnya jumlah atau nilai persediaan akhir periode
dalam hal-hal sbb :
59
b. Untuk menaksir jumlah persediaan barang yang rusak karena terbakar atau
bencana lain dan menentukan jumlah barang sebelum terjadinya bencana.
Perhitungan ini sering diperlukan untuk menentukan besarnya klaim
terhadap besarnya asuransi. Dalam keadaan seperti ini metode laba kotor
dapat digunakan bila sebagian catatan-catatan yang diperlukan ada dan tidak
musnah terbakar.
c. Untuk mengecek jumlah persediaan yang dihitung dengan cara-cara lain,
disebut test laba kotor.
d. Untuk menyusun taksiran harga pokok penjualan, persediaan akhir dan laba
kotor, taksiran ini dihitung sesudah dibuat budget penjualan.
60
Perkiraan persediaan (pada biaya) Rp. 64.000.000
61
BAB 10
HUTANG/ KEWAJIBAN
A. Pengertian Liabilitas
Kewajiban dalam akuntansi adalah hutang suatu perusahaan yang muncul
karena transaksi pada waktu yang lalu dan harus di bayar dengan kas, barang atau
jasa dimasa depan.
Secara simpelnya kewajiban ini merupakan akun yang muncul pada waktu
transaksi selesai namun belum mendapat timbal balik dari transaksi itu sendiri.
Seumpama jika kita menjual jasa kita berhak mendapatkan uang tersebut. setelah
pembeli membayar jasa kita namun kita belum membayarkan jasa kita yang
notabene merupakan hak dari pembeli. Maka kita berhutang jasa atas transaksi
yang kita lakukan
Mungkin lebih simpelnya seperti itulah contoh transaksi yang dapat
menimbulkan hutang pada transaksi yang telah dilakukan. Intinya adanya
transaksi yang telah dilakukan namun belum sesuai perjanjian antara penjual dan
pembeli dalam pemenuhan transaksi tersebut.
Sebetulnya akun ini hanya akun sementara untuk mengantisipasi tidak
tercatatnya kewajiban yang harus dibayarkan. Untuk menambah referensi
pembaca dalam mengartikan kewajiban atau liabilities saya sertakan beberapa
pengertian yang kewajiban menurut para ahli:
62
Menurut PSAK : liabilitas adalah kewajiban saat ini yang timbul akibat
peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan arus keluar sumber
daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi; (baca juga : jenis-jenis piutang)
63
Menurut Munawir (2004) : Hutang adalah semua kewajiban keuangan
perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana utang ini merupakan
sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. (baca juga : unsur-
unsur laporan keuangan)
64
Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets
ED PSAK 57 (revisi 2009): Kewajiban Diestimasi, Kewajiban
Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi mengadopsi seluruh pengaturan dalam IAS 37
(2009): Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets, kecuali IAS 37
paragraf 95 yang menjadi ED PSAK 57 paragraf 93 mengenai tanggal efektif.
Setiap jenis pinjaman dari orang atau bank untuk meningkatkan pendapatan
bisnis atau pribadi yang dibayarkan dalam jangka panjang atau saat ini.
Sebuah tugas atau tanggung jawab yang mewajibkan entitas kepada pihak
lain, meninggalkan sedikit atau tidak ada kebijaksanaan untuk menghindari
penyelesaian. Suatu transaksi atau peristiwa yang telah terjadi dan yang
mewajibkan entitas.
Jenis-Jenis Liabilitas
Ada tiga jenis kewajiban: kewajiban lancar, tidak lancar, dan kontinjensi.
Kewajiban adalah kewajiban hukum atau hutang kepada orang atau perusahaan
lain. Dengan kata lain, kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomi masa
depan yang diperlukan entitas untuk membuat entitas lain sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu atau transaksi masa lalu. Berikut jenis-jenis liabilitas:
65
1. Kewajiban lancar ( liabilitas jangka pendek)
Ini adalah liabilitas yang jatuh tempo dan terhutang dalam satu tahun.
Kewajiban tidak lancar (liabilitas jangka panjang) adalah liabilitas yang jatuh
tempo setelah satu tahun atau lebih. Kewajiban kontinjen adalah kewajiban
yang mungkin atau mungkin tidak timbul tergantung pada peristiwa tertentu.
a. Akun hutang
b. Hutang bunga
c. Hutang pajak penghasilan
d. Hutang tagihan
e. Overdraft rekening bank
f. Biaya masih harus dibayar
g. Pinjaman jangka pendek
Rasio cepat: Aset saat ini dikurangi inventaris dibagi dengan kewajiban lancar
Rasio kas: Kas dan setara kas dibagi dengan kewajiban lancar
66
Kewajiban jangka panjang sangat penting dalam menentukan solvabilitas
jangka panjang perusahaan. Jika perusahaan tidak dapat melunasi kewajiban
jangka panjangnya ketika jatuh tempo, maka perusahaan akan menghadapi
krisis solvabilitas.
a. Hutang obligasi
b. Wesel jangka panjang
c. Kewajiban pajak tangguhan
d. Hutang hipotek
e. Sewa modal
BAB 11
ASSET TETAP
A. Pengertian Aset tetap
67
Aset tetap adalah aset berujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan
tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan.
3. Dimiliki untuk digunakan dalam jangka waktu lebih dari satu siklus operasi
perusahaan (bukan perlengkapan)
Dikarenakan memiliki nilai yang tinggi, penggunaan yang relatif lama dan
menjadi alat utama perusahaan menghasilkanrevenue, maka investasi dalam aset
tetap (Capital Budgeting) harus diperhitungkan dengan matang.
B. Klasifikasi Aset Tetap
3. Gedung, seperti gedung yang digunakan untuk kantor, toko, pabrik, dan
gudang.
68
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 aset tetap
adalah aset berwujud (tangible fixed assets) yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
Aset tetap diakui oleh perusahaan apabila telah dilakukan transaksi pembelian
aset tetap yang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Prosedur pengakuan
aset tetap akan melibatkan dua fungsi, yaitu:
69
juga harus menghitung beban penyusutan setiap periodenya sesuai dengan
metode penyusutan yang ditetapkan.
Aset tetap dilaporkan dalam neraca. Aset tetap harus dirindi menurut
jenisnya, seperti misalnya tanah, gedung, mesin-mesin, peralatan, kendaraan dan
lain-lain. Akumulasi disajikan sebagai pengurang terhadap aset tetap, baik secara
sendiri-sendiri menurut jenisnya atau secara keseluruhan. Apabila di neraca
akumulasi penyusutan dikurangkan secara keseluruhan, maka dalam catatan atas
laporan keuangan perlu dibuatkan rincian harga perolehan masing-masing jenis
aset serta masing-masing penyusutannya. Metode penyusutan yang dianut oleh
perusahaan serta taksiran masa manfaat, perlu dijelaskan dalam laporan keuangan.
Akun aset tetap di buku besar perlu dibuatkan rinciannya dalam buku aset
tetap (fixed assets subsidiary ledger) . Buku tambahan ini merinci aset di buku
besar menurut jenisnya. Untuk setiap aset tetap dibuatkan kartu tersendiri. Dari
kartu-kartu aset tetap ini, pada saat tertentu dapat dibuatkan dafta rincian aset
tetap. Berikut contoh kartu aset tetap.
Corolla, 1982
70
diperoleh
Metode :Garis
Penyusutan Lurus
200A
200B
200C
200D
2005
71
BAB 12
PENURUNAN NILAI
72
2. Perubahan yang signifikan dalam hal teknologi, pasar, ekonomi, atau
lingkup hukum tempat entitas beroperasi atau di pasar tempat asset
dikaryakan, yang berdampak merugikan terhadap entitas.
3. Suka bunga pasar atau tingkat imbalan pasar dari investasi telah meningkat
selama periode tersebut.
4. Jumlah tercatat asset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya.
1. Jika aset tak berwujud tidak menghasilkan arus kas masuk dari penggunaan
secara berkelanjutan yang sebagian besar independen dari arus kas masuk dari
73
aset-aset atau kelompok aset.
2. Penghitungan terkini jumlah terpulihkan menghasilkan suatu jumlah yang
melebihi jumlah tercatat aset dengan margin yang substansial.
3. Kecil kemungkinan bahwa penentuan jumlah terpulihkan saat ini akan lebih
kecil dari jumlah tercatat aset.
Selain itu, suatu indikasi yang ada bahwa aset mungkin mengalami penurunan
nilai dapat juga mengindikasikan bahwa sisa masa manfaat, metode depresiasi
(amortisasi) atau nilai residu aset perlu ditelaah kembali. Apabila terdapat
perubahan estimasi sisa manfaat, metode depresiasi (amortisasi) atau nilai residu
aset maka suatu entitas harus melakukan perubahan tersebut dengan sifat
perubahannya sebagai prospektif (perubahan yang dilakukan secara ke depan,
tanpa melakukan restatement terhadap laporan keuangan sebelumnya).
Apabila tercatatnya lebih tinggi dari jumlah terpulihkan, maka selisih antara
keduanya tersebut diakui sebagai rugi penurunan nilai dan nilai tercatat asset
diturunkan menjadi sebesar jumlah terpulihkan tersebut. Apabila tercatat lebih
rendah dari jumlah terpulihkan, maka tidak terdapat penurunan nilai. Apabila
74
terdapat indikasi-indikasi penurunan nilai, maka entitas diharuskan membuat
estimasi formal jumlah terpulihkannya.
Jumlah terpulihkan merupakan jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar
asset atau unit penghasil kas dikurangi biaya penjualan dengan nilai pakainya
sedangkan nilai wajar dikurangi biaya penjualan adalah jumlah yang dapat
dihasilkan dari penjualan suatu asset atau unit penghasilan kas dalam transaksi
antara pihak-pihak yang mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan,
dikurangi biaya pelepasan asset. Nilai ini mencerminkan nilai yang dapat
dihasilkan oleh asset tersebut bila asset terjual setelah dikurangi biaya untuk
melakukan penjualan..
75
pemulihan rugi penurunan nilai) mungkin tidak ada lagi atau mungkin telah
menurun. entitas mempertimbangkan, minimal, indikasi berikut ini:
76
penurunan nilai untuk unit penghasil kas, jumlah tercatat aset tidak boleh
dinaikkan diatas nilai yang terendah dari:
1) Keberadaan dan jumlah pembatasan hak milik dan aset tetap yang dijaminkan
untuk utang.
2) Jumlah pengeluaran yang diakui sebagai aset dalam penyelesaian.
3) Jumlah komitemen kontraktual dalam memperoleh aset tetap.
4) Jumlah kompensasi pihak ketiga atas aset tetap yang dimasukkan ke laba rugi.
Jika ada perubahan estimasi terkait dengan masa manfaat, nilai residu atau metode
penyusutan.
77
BAB 13
78
B. Karekteristik Aset Tak Berwujud
Untuk dapat disebut sebagai aset tak berwujud, aset harus dapat memenuhi
kriteria antara lain:
1. Keteridentifikasian
2. Pengendalian atas sumber daya, dan
3. Adanya manfaat ekonomik di masa depan.
3. Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi, Aktiva tak berwujud
menyediakan jasa selama periode bertahun tahun. Investasi dalam aktiva ini
biasanya dibebankan pada periode masa mendatang melalui beban amortisasi
periodik.
Akuntansi untuk aktiva tak berwujud mempunyai masalah yang sama dengan
akuntansi aktiva jangka panjang lainya, yaitu menentukan nilai terbawa
awalnya, akuntansi untuk jumlah setelah akuisisi dalam kondisi bisnis
normal ( amortisasi ), dan akuntansi untuk jumlah jika nilainya turun
secara substansial serta terus-menerus.
79
1. Aset tidak berwujud yang dapat dipertukarkan
Aset Tidak Berwujud yang dapat dipertukarkan adalah adalah aktiva tak
berwujud yang dapat diidentifikasi sebagian dari aktiva lainya dan dapat dijual
secara terpisah. Contohnya : mencangkup hak paten, hak cipta, merek dagang,
dan waralaba, biaya organisasi.
a. Hak Paten
Hak paten adalah hak istimewa yang dikeluarkan oleh pemerintah yang
memberikan kewenangan kepada pemegang hak untuk memproduksi,
menjual dan mengawasi penemuannya dalam jangka waktu tertentu sejak
hal tersebut diberikan. Dengan adanya hak ini, pemegang hak paten menjadi
terlindung dari kemungkinan adanya pelanggaran oleh pesaing. Pengeluaran
untuk memperoleh hak paten dicatat dalam rekening Hak Paten (atau sering
disingkat Paten) dan diamortisasi selama masa tertentu.
Untuk memberikan gambaran mengenai perhitungan biaya paten,
misalnya PT Erwin Megah membeli hak paten dengan harga perolehan Rp.
60.000.000,00. Masa manfaat hak tersebut diperkirakan 8 tahun. Dengan
demikian amortisasi pertahun adalah Rp. 7.500.000,0 (Rp. 60.000.000,0 :
8). Jurnal untuk mencatat amortisasi tahunan adalah sebagai berikut.
b. Hak Cipta
80
Maka manfaat suatu hak cipta biasanya lebih pendek daripada masa
berlakunya. Mengingat sulitnya penentuan masa manfaat suatu hak cipta,
maka hak cipta biasanya diamortisasi dalam periode waktu yang relatif
pendek.
Merek dagang atau nama dagang adalah kata, rangkain kata, logo, atau
simbol yang membedakan atau memberi identitas suatu perusahaan tertentu
atau produk tertentu. Nama dagang mempunyai manfaat yang sangat besar
bagi perusahaan dan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
pemasarannya.
Apabila merek dagang atau nama dagang dibeli, maka harga perolehan
hak tersebut adalah harga belinya.Apabila dikembangkan sendiri oleh
perusahaan, maka hara perolehan meliputi biaya hukum, biaya pendaftaran,
biaya perancangan dan pengeluaran-pengeluaran lain yang langsung
berhubungan dengan perolehan hak tersebut.
81
dikapitalisasi sebagau aktiva tak berujud dengan nama Biaya Organisasi.
Sebenarnya biaya organisasi akan bermanfaat selama hidup perusahaan,
tetapi dalam praktik perusahaan menetapkan masa manfaat dengan taksiran
tertentu yang dianggap wajar. Seperti halnya aktiva tak berujud lainnya,
biaya organisasi juga diamortisasi selama jangka waktu tertentu.
2. Aset tidak berwujud yang tidak dapat dipertukarkan
Aset Tidak Berwujud yang tidak dapat dipertukarkan adalah adalah aktiva
tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi sebagian dari aktiva lainya dan
tidak dapat dijual yaitu: Goodwill
Goodwill adalah kelebihana-kelebihan, keistimewaan tertentu yang
dimiliki oleh perusahaan, yang oleh karenanya menjadi dinilai lebih oleh pihak
lain. Kelebihan/keisitimewaan tersebut bisa karena perusahaan memiliki
reputasi manajemen yang sangat bagus, menghasilkan suatu produk unggul
yang sulit dicari pesaingnya, letaknya strategis, dan lain-lain.Goodwill hanya
diakui (dibuatkan perkiraan) jika terjadi suatu transaksi, yang mana dalam
transaksi tersebut perusahaan dinilai lebih oleh pihak lain. Transaksi yang
dimaksudkan bisa berupa : penjualan perusaahaan, bergabung/ berhentinya
sekutu (anggota persero) baru, merger atau akuisisi.
1. Cara Akuisisi
2. Jenis
3. Pembelian
82
4. Dibuat secara internal
Aktiva tak Berwujud yang dapat diidentifikasi secara terpisah ( hak paten,
merek dagang, dan biaya organisasi )
83
2. Ketentuan untuk pembaruan ( renewal ) atau perpanjangan ( extension ) yang
dpat mengubah batas umur masa manfaat aktiva tersebut.
3. Pengaruh keuangan, permintaan, dan factor ekonomis lainya yang dapat
mengurangi umur manfaat.
4. Perkiraan umur pelayanan ( service life ) dari seorang atau kelompok pegawai.
5. Tindakan yang diharapkan dilakukan pesaing dan pihak lainya yang dapat
membatasi keunggulan kompetitif yang sudah ada.
6. Umur manfaat yang tidak terbatas dan masa manfaat yang tidak dapat
diproyeksikan dengan layak.
7. Apakah aktiva tak berwujud itu terdiri dari berbagai factor individual dengan
umur manfaat efektif yang bervariasi.
1. Model Biaya,
2. Model Revaluasi,
Pengungkapan
Pengungkapan umum:
84
2. Masa manfaat terbatas atau tak terbatas
3. Metode amortisasi
DAFTAR PUSTAKA
http://akuntansi1.blogspot.com/2006/10/5-laporan-keuangan-menurut-psak. html
85
https://www.jasakonsultanakuntansi.com/laporan-keuangan-menurut-psak/
https://www.informasibaru.com/2017/10/persediaan-barang-akuntansi.html
86