Anda di halaman 1dari 40

BAB I

MASALAH-MASALAH YANG DIALAMI SELAMA PELAKSANAAN


PLP

A. Penyusunan RPP
 Penyusunan RPP Pertama
Masalah yang dialami saat penyusunan RPP pertama adalah
dalam penyusunan AMP, karena pada perkuliahan S-1 belum pernah
diajarkan dan di PPG ini diajarkan mengenai langkah penyusunan
AMP sebelum menyusun perangkat pembelajaran RPP.
 Penyusunan RPP Kedua
Masalah yang dialami dalam penyusunan RPP kedua adalah
membuat sebuah kegiatan pembelajaran tematik dengan
menyingkronkan beberapa mata pelajaran dengan menggunakan 5M
dalam kurikulum 2013 dikelas rendah, karena sulit rasanya bila kelas
rendah harus mampu melaksanakan seluruh 5M kurikulum 2013.
 Penyusunan RPP Ketiga
Masalah yang dialami dalam penyusunan RPP ketiga tentang
pembelajaran tematik yang tercantum pada buku guru kurikulum 2013
terdapat beberapa indikator yang telah diterapkan oleh Dinas
Pendidikan yang kurang sesuai dengan Kompetensi Dasar, sehingga
saya melakukan bimbingan dosen ahli pada saat penyusunannya.
 Penyusunan RPP Keempat
Masalah yang dialami pada penyusunan RPP keempat yang
saya susun memiliki masalah yang tidak jauh berbeda yakni masih
kesulitan dalam penyusunan AMP sebelum menyusun perangkat
pembelajaran RPP, karena AMP adalah hal yang dilakukan untuk
menentukan indikator materi prasyarat dari setiap KD dan sistematis
membentuk materi inti serta materi lanjutan.
 Penyusunan RPP Kelima
Masalah yang dialami dalam penyusunan RPP yang kelima
dengan menjadikan buku guru dan siswa sebagai pedoman penyusun
RPP, buku kurikulum 2013 masih terdapat beberapa kekurangan
sering ditemui indikator yang tidak sesuai dengan KD maupun KD
yang tidak sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik pada kelas
rendah.
 Penyusunan RPP Keenam
Masalah yang dialami dalam penyusunan RPP keenam
dengan berkaca dari permasalahan-permasalahan yang dialami dari
penyusun RPP pertama hingga keenam ini adalah kesulitan
menentukan langkah kegiatan pembelajaran dengan menerapkan 5M
kurikulum 2013, karena tidak semua materi pelajaran dapat dilakukan
dengan menggunakan 5M seperta halnya pelajaran IPS untuk
dilakukan kegiatan seluruh 5M tidak bisa dilakukan semuanya kecuali
berkaitan dengan mata pelajaran yang lainnya yang sesuai, namun
permasalahannya bila IPS ditematikan dengan PJOK mendapatkan
kendala dalam penyusunannya.
 Penyusunan RPP Ketujuh
Masalah yang dialami dalam penyusunan RPP ketujuh dalam
penyusunan AMP dan langkah kegiatan pembelajaran sudah berjalan
dengan baik, namun dalam penilaian/evaluasi sikap masih mengalami
kesulitan, karena penilaian sikap tidak hanya berjalan pada pertemuan
atau satu tema saja tapi harus berjalan sepanjang satu semester,
sehingga antara RPP yang satu dengan yang lainnya didalam satu
tema harus sinkron.
 Penyusunan RPP Kedelapan
Masalah yang dialami dalam penyusunan RPP kedelapan
memiliki tambahan format baru yaitu adanya kisi-kisi evaluasi dari
indikator setiap KD, hal tersebut menjadikan RPP menjadi semakin
detail dan lengkap, namun dalam hal pentusunan masih kesulitan
karena bentuk soal pada evaluasi harus mencakup keseluruhan
indikator.
 Penyusunan RPP Kesembilan
Masalah yang dialami dalam penyusunan RPP kesembilan
adalah tentang pentusunan matriks rubik sikap, dimana matriks sikap
adalah pengenbangan penilaian untuk menentukan indikator dari
setiap KI 1 dan KI 2 yang ada pada setiap pertemuan, acuan yang
dijadikan dalam penyusunan matriks sikap adalah dengan melihat
pedoman buku guru kurikulum 2013, namun antara penilaian sikap
pada satu tema diharuskan pembelajaran 1 sampai pembelajaran 6
saling berkesinambungan untuk mengetahui tingkat peningkatan aspek
peserta didik setiap pertemuannya.
 Penyusunan RPP Kesepuluh
Masalah yang dialami dalam penyusunan RPP kesepuluh
adalah pada KD. Hampir sama dengan penyusunan RPP sebelumnya,
dimana ditemukan indikator yang tidak sesuai dengan KD, hal yang
harus diketahui adalah penyusunan indikator boleh ditambah tetapi
tidak boleh dikurangi, dengan demikian saya melakukan bimbingan
dengan dosen ahli untuk menentukan bagaimana cara mengatasi
permasalahan indikator yang tidak sesuai namun indikator tersebut
tidak boleh dihilangkan.
 Penyusunan RPP Kesebelas
Masalah yang dialami dalam penyusunan RPP kesebelas
adalah dalam penentuan media pembelajaran untuk mensinkronkan
antar mata pelajaran menggunakan media konkrit, dengan kata lain
tidak hanya menggunakan media proyektor tetapi menggunakan
media dalam bentuk fisiknya yang bisa disentuh bahkan bisa
digunakan oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
 Penyusunan RPP Keduabelas
Masalah yang dialami dalam penyusunan RPP keduabelas
adalah karena didalam pentusunan RPP ini adalah untuk kelas tinggi,
sehingga masih terasa peka antara sudah terbiasa menyusun RPP kelas
rendah yangdidalamnya banyak nyanyian dan permainan yang bersifat
kekanak-kanakan, namun kita harus bisa memodifikasi permainan
maupun nyanyian untuk peserta didik kelas tinggi.
 Penyusunan RPP Ketigabelas
Masalah yang dialami dalam penyusunan RPP ketigabelas
adalah dalam pembuatan Lembar Kerja Kelompok (LKK), dimana
dalam membuat LKK tidak hanya langsung menugaskan peserta didik
untuk melakukan kegiatan eksperimen, tetapi harus ada lembar
kegiatan yang rinci tentang kegiatan yang dilakukan, tujuan kegiatan,
manfaat kegiatan, serta langkah-langkah kegiatan. Hal tersebut
dilakukan agar peserta didik didalam kelompok maupun individu tidak
kesulitan dalam menentukan langkah dalam kegiatan percobaan.
 Penyusunan RPP Keempatbelas
Masalah yang dialami dalam penyusunan RPP keempatbelas
adalah yang sering terjadi yaitu tentang penentuan indikator pada
AMP, karena melakukan analisis mata pelajaran harus memikirkan
materi prasyarat, materi inti, dan materi lanjutan, sehingga dari ketiga
point tersebut harus dilakukan penentuan indikator prasyarat, indikator
inti, dan indikator lanjutan.
 Penyusunan RPP Kelimabelas
Masalah yang dialami dalam penyusunan RPP kelimabelas
tidak mendapat begitu masalah yang berarti, hampir mirip dengan
penyusunan sebelumnya yaitu masalah yang sering dialami tentang
oenentuan AMP, mengapa demikian? Karena indikator prasyarat
maupun indikator lanjutan tidak semuanya dimasukkan kedalam RPP,
tetapi hanyalah indikator inti yang dimasukkan kedalam RPP sehingga
kita hanya menuliskan indikator AMP guna menguasai hal yang harus
dilakukan sebelum mengajarkan pembelajaran sebelum masuk pada
indikator inti.
 Penyusunan RPP Keenambelas
Masalah yang dialami dalam penyusunan RPP keenambelas
sudah dirasa baik, saya menggunakan buku guru dan buku siswa
kurikulum 2013 sebagai acuan menentukan KD, sesudah mendapatkan
KD dari setiap mata pelajaran, saya melakukan AMP untuk
memnentukan materi prasyarat, materi inti, dan materi lanjutan.
Namun tidak terlepas dari masalah yaitu dalam penentuan alat
evaluasi, karena evaluasi diakhir pembelajaran haruslah sesuai dengan
penentuan indikator yang telah ditentukan sejak awal, sehingga soal
evaluasi adalah soal untuk dijawab oleh peserta didik dari beberapa
indikator.
 Penyusunan RPP Ketujuhbelas
Masalah yang dialami dalam penyusunan RPP ketujuhbelas
adalah ketika peserta didik mempresentasikan hasil diskusinya di
depan kelas, peserta didik yang lain belum mampu menghargai
temannya yang sedang berbicara sehingga suara peserta didik yang
sedang berpresentasi tidak terdengar.
 Penyusunan RPP Kedelapanbelas
 Penyusunan RPP Kesembilanbelas
 Penyusunan RPP Keduapuluh
 Penyusunan RPP Keduapuluhsatu
 Penyusunan RPP Keduapuluhdua
 Penyusunan RPP Keduapuluhtiga
 Penyusunan RPP Keduapuluhempat
 Penyusunan RPP Keduapuluhlima
 Penyusunan RPP Keduapuluhenam
 Penyusunan RPP Keduapuluhtujuh
 Penyusunan RPP Keduapuluhdelapan
 Penyusunan RPP Keduapuluhsembilan
 Penyusunan RPP Ketigapuluh
 Penyusunan RPP Ketigapuluhsatu
 Penyusunan RPP Ketigapuluhdua
 Penyusunan RPP Ketigapuluhtiga
 Penyusunan RPP Ketigapuluhempat
 Penyusunan RPP Ketigapuluhlima
 Penyusunan RPP Ketigapuluhenam

B. Proses Penampilan
 Penampilan Mengajar Pertama
Penampilan pertama di dalam kelas masih terasa kaku
meskipun sudah melakukan peer teaching di Prodi, karena waktu yang
telah di tentukan selama menyusun RPP dengan praktek dilapangan
sangatlah berbeda, kita terfokus pada pengkondisian siswa apalagi
siswa kelas rendah yang cenderung asik dengan dunianya sendiri.
 Penampilan Mengajar Kedua
Penampilan ke dua sangatlah jauh dari apa yang telah
dipersiapkan, pengkondisian siswa di lapangan adalah hal yang
cenderung sering dilakukan pleh guru, siswa kelas rendah harus sering
diselingi permainan atau tepuk – tepukan untuk membantu dalam
mengkondisikan siswa, karena siswa yang cenderung aktif sehingga
kegiatan pembelajaran menjadi berantakan.
 Penampilan Mengajar Ketiga
Belajar dari pengalaman penampilan sebelumnya, saya telah
menyiapkan satu permainan atau nyanyian yang memancing minat
siswa untuk bisa mengikuti kegiatan pembelajaran. Namun masih saja
terdapat siswa yang diluar jangkauan saya yang tiba – tiba menangis
dikarenakan hilangnya alat tulis mereka karena dijaili temannya,
dengan demikian saya sering memberikan teguran pada siswa yang
sering menjaili temannya.
 Penampilan Mengajar Keempat
Penampilan ke empat, saya membawa proyektor ke dalam
kelas, sehingga minat siswa dalam belajar sangatlah tinggi. Siswa
langsung duduk rapi dan siap untuk menonton gambar atau video yang
ditanyakan dalam proyektor, namanya pembelajaran selalu saja ada
masalah, yaitu siswa jadi tidak mau mengerjakan soal evaluasi karena
siswa sudah merasa asik dengan menonton proyektor.
 Penampilan Mengajar Kelima
Penampilan mengajar ke lima saya menggunakan media
pembelajaran dengan menggunakan media gambar, siswa diminta
menempelkan gambar sesuai kriteria pada tabel yang telah di
tentukan, terjadi keributan di mana siswa hampir semanya
menginginkan menempel gambar di depan, perkiraan yang ada pada
RPP adalah siswa pasif dalam mengikuti aktivitas belajar tapi ternyata
diluar dugaan mereka justru aktif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
 Penampilan Mengajar Keenam
Penampilan mengajar ke enam ditemukan masalah baru,
yaitu ketika kegiatan berkelompok dan pada saat itu adalah kegiatan
belajar kelompok dengan menuliskan kata – kata yang sulit dipahami
berdasarkan teks dan dituliskan pada kertas daun untuk ditempel di
pohon kata, siswa cenderung kesulitan dalam menulis huruf besar.
Mungkin karena dirasa cukup sulit sehingga menyita cukup banyak
waktu bahkan waktu kepulangan siswa lebih lambat 20 menit karena
siswa belum menyelesaikan tugas kelompoknya, jadi
permasalahannya adalah pemberian tugas harus memperhitungkan
alokasi waktu yang digunakan.
 Penampilan Mengajar Ketujuh
Beralih ke kelas tinggi, penampilan ke tujuh ini terlihat cukup
lancar meski aura mengajar di kelas rendah pindah ke kelas tinggi
begitu signifikan. Siswa lebih mudah dikondisikan dan ketika
menggunakan media gambar, siswa terlihat anusias dalam mengikuti
pembelajaran. Siswa kelas tinggi tidak begitu suka dengan nyanyian –
nyanyian lagu anak, mungkin mereka lebih suka ke permainan –
permainan yang menantang pada setiap pertemuan.
 Penampilan Mengajar Kedelapan
Masih di kelas tinggi namun berbeda kelas, di dalam kelas
terdapat siswa ABK, saya merasa kewalahan dalam mengkondisikan
siswa yang ABK, karena siswa tersebut tidak mau belajar sama sekali
bahkan dia sukanya hanya menunggu teman – temannya. Hal tersebut
sungguh diluar skenario pembelajaran dimana di dapati siswa ABK di
sekolah negeri yang dominan siswanya normal.
 Penampilan Mengajar Kesembilan
Hal yang perlu diketahui dalam mengelola kelas adalah
seorang guru bukan hanya sibuk dengan penyusunan perangkat
pembelajaran, namun guru harus sigap dalam menyiapkan rencana B
apabila renana awal tidak sesuai dengan harapan. Seperti dalam
penampilan mengajar dengan menggunakan metode penggunaan
kincir air namun yang ramah lingkungan dan tidak mengeluarkan
biaya sedikitpun, saya sudah berpikir menggunakan media kardus
bekas, namun ternyata kegiatan tersebut memakan waktu yang cukup
lama, bahkan kegiatan tersebut memakan waktu yang cukup lama,
bahkan kegiatan tersebut dilanjutkan sesudah jam istirahat.
 Penampilan Mengajar Kesepuluh
Perbedaan yang paling mencolok anatara mengajar di kelas
rendah dengan kelas tinggi adalah pada saat kegiatan LKK, dimana
siswa kelas rendah lebih banyak berdiskusi dengan teman satu
kelompoknya, tetapi untuk kelas tinggi kegiatan diskusi didominasi
oleh ketua kelompok dan hanya mngobrol dengan teman satu
kelompoknya dan tugas diskusinya dikerjakan oleh ketua kelompok.
 Penampilan Mengajar Kesebelas
Pada penampilan mengajar yang ke sebelas terjadi di luar
dugaan, kemungkinan siswa sudah merasa bosan dengan media yang
ditampilkan oleh guru, terutama media gambar. Terlihat antusias
siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sangatlah keurang
terutama setelah jam istirahat, siswa – siswa kembali dalam keadaan
kondusif, kemungkinan dikarenakan permainan di jam istirahat masih
dibawa ke dalam kelas.
 Penampilan Mengajar Keduabelas
Meskipun sudah mengantispasi permasalahan – permasalahan
yang terjadi pada pembelajaran sebelumnya, selalu saja ada
permasalahan yang muncul diluar dugaan, dan pada penampilan yang
ke dua belas terdapat permasalahan dalam pembelajaran yaitu ketika
guru memberikan pernayataan kepada siswa, dan terdapat satu siswa
yang menjawab namun jawabannya kurang tepat sehingga guru
menyatakan bahwa jawabannya kurang tepat, kemudian siswa yang
menjawab kurang tepat tersebut mendapatkan ejekan dari teman –
temannya sehingga siswa tersebut menangis karena di ejek oleh teman
– temannya di kelas.
 Penampilan Mengajar Ketigabelas
Penampilan mengajar ke tiga belas menggunakan media
pembelajaran yang dirasa sangatlah lengkap untuk membangkitkan
aktivitas belajar siswa , dimana guru membawa media gambar, media
video, dan media konkrit untuk praktik sebuah percobaan dalam
pembelajaran, namun masalah muncul ketika melakukan percobaan
menggantung kertas berbentuk spiral di atas api lilin, terdapat siswa
yang main – main dan membakar spiral – spiral yang telah disediakan
sehingga tujuan dari dilakukannya percobaan tersebut tidak sampai
dengan tujuan pembelajaran karena terdapat siswa dalam salah satu
kelompok yang asik bermain sendiri dengan kertas dan api lilin
sehingga spiralnya terbakar.
 Penampilan Mengajar Keempatbelas
Pada penampilan mengajar ke empat belas tidak begitu
mencolok, hanya saja ketika berlangsungnya pembelajaran terdapat
siswa yang izin ke kamar mandi dengan temannya, setelah siswa
tersebut kembali ke kelas, giliran teman yang lain yang izin ke kamar
mandi. Hal tersebut terjadi ketika jam pelajaran dimulai setelah jam
istirahat dimana siswa masih belum mau masuk ke kelas dan masih
menginginkan bermain di luar kelas.
 Penampilan Mengajar Kelimabelas
Pada penampilan mengajar yang ke lima belas terdapat
masalah yang tidak masuk akal, dimana ketika jam pelajaran sekitar 1
jam lagi akan berakhir tiba – tiba datang orang tua siswa ke kelas dan
meminta izin untuk membawa anaknya pulang sekolah dengan alasan
orang tua siswa kasihan dengan anaknya yang terlihat lelah belajar di
kelas, sebagai guru PLP saya menghubungi guru pamong untuk
memberi tahukan ada orang tua siswa yang meminta untuk anaknya
pulang terlebih dahulu, dan akhirnya siswa tersebut diajak pulang oleh
orang tuanya.
 Penampilan Mengajar Keenambelas
Penampilan mengajar ke enam belas tidak terdapat masalah
yang begitu berarti karena saya benar – benar menyiapkan segala
kemungkinan munculnya permasalahan, hanya saja tidak terlepas dari
masalah meskipun itu masalah kecil, dimana terdapat siswa yang tidak
mau belajar kelompok karena tidak mau satu kelompok dengan
temannya yang suja menjahilinya.
 Penampilan Mengajar Ketujuhbelas
 Penampilan Mengajar Kedelapanbelas
 Penampilan Mengajar Kesembilanbelas
 Penampilan Mengajar Keduapuluh
 Penampilan Mengajar Keduapuluhsatu
 Penampilan Mengajar Keduapuluhdua
 Penampilan Mengajar Keduapuluhtiga
 Penampilan Mengajar Keduapuluhempat
 Penampilan Mengajar Keduapuluhlima
 Penampilan Mengajar Keduapuluhenam
 Penampilan Mengajar Keduapuluhtujuh
 Penampilan Mengajar Keduapuluhdelapan
 Penampilan Mengajar Keduapuluhsembilan
 Penampilan Mengajar Ketigapuluh
 Penampilan Mengajar Ketigapuluhsatu
 Penampilan Mengajar Ketigapuluhdua
 Penampilan Mengajar Ketigapuluhtiga
 Penampilan Mengajar Ketigapuluhempat
 Penampilan Mengajar Ketigapuluhlima
 Penampilan Mengajar Ketigapuluhenam

C. Bimbingan Belajar/ Ekstrakurikuler


Ekstra kurikuler yang dilaksanakan di SDN Sarijadi 7 sangatlah
beragam, diantaranya ada Pencak Silat, Pramuka, Rebana, Paskibra dan
Paduan Suara. Setiap siswa dari kelas 3 sampai 6 mengikuti berbagai
kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Adapun permasalahan yang terjadi pada
pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di SDN Sarijadi 7 adalah minat dan
bakat siswa yang lebih condong ke ekstra kurikuler Pramuka, padahal di
sekolah tersebut hanya memiliki satu pelatih pramuka untuk melatih
golongan pramuka Siaga dan Penggalang. Seharusnya golongan Siaga dan
Penggalang itu dipisahkan, selain itu juga kegiatan ekstrakurikuler pramuka
adalah satuan terpisah antara putra dan putri dan di sekolah tersebut hanya
terdapat satu orang pelatih pramuka.
Namun dalam pelaksanannya satuan putra dan putri serta golongan
siaga dan penggalang disatukan dalam satu ruangan sehingga terlihat
dengan mencolok siapa saja siswa yang sudah ahli dalam bidang pramuka
dan siapa saja yang masih awam.

D. Partisipasi dalam Kehidupan Sekolah/ Tempat Latihan


Sebagai peserta PLP, saya berpartisipasi dalam kehidupan sekolah
seperti mengikuti kegiatan upacara bendera pada hari senin, dan kegiatan
kajian shalat duha secara rutin setiap minggunya, adapun yang menjadi
pembina upacara sudah dijadwal oleh guru – guru, apabila guru – guru
sudah seluruhnya menjadi pembina upacara, maka giliran peserta PLP untuk
menjadi pembina upacara, begitupun kajian duha, apabila guru – guru sudah
semuanya melaksanakan sesuai jadwal maka giliran peserta PLP untuk
memberikan kajian duha.
Namun permasalahan yang muncul adalah kegiatan penjadwalan
yang terkadang tidak sesuai dengan jadawal yang telah ditetapkan, dimana
ketika dilaksanakannya upacara bendera dan guru – guru bingung siapa saja
kebagian jadwal hari tersebut karena lupa dengan jadwal yang telah
ditetapkan sehingga guru – guru menjadi saling tunjuk menunjuk.
Begitupun dengan kegiatan kajian duha terjadi tunjuk menunjuk siapa yang
akan memberikan tausiah kajian duha.

E. Proses Bimbingan
1. Dengan Guru Mitra PLP
Bimbingan dengan guru mitra selalu dilakukan, baik itu
sebelum dilaksanakannya pembelajaran maupun refleksi setelah
dilaksanakannya pembelajaran. Banyak hal yang dikomentari oleh
guru mitra untuk perbaikan pada pertemuan selanjutnya. Adapun
permasalahan yang muncul ketika melaksanakan bimbingan dengan
guru mitra adalah masalah sinkronisasi antara kurikulum 2013
disekolah dengan kurikulum 2013 yang digunakan di kembangkan
oleh UPI. Dimana kurikulum 2013 yang digunakan di SDN Sarijadi 7
adalah buku inspirasi kurikulum 2013 yang di edarkan oleh pihak
Kota Bandung yang di dalamnya terdapat Bandung Masagi,
sedangkan kurikulum yang dikembangkan oleh pihak kampus adalah
kurikulum 2013 tingkat nasional sehingga cakupannya masih secara
umum untuk di aplikasikan di seluruh kepulauan Indonesia.
Sehingga dalam proses bimbingan dengan guru mitra, saya
mengambil kurikulum 2013 namun diselipkan Bandung Masagi dan
menyesuaikan dengan KD maupun Bandung Masagi yang telah
ditetapkan oleh pihak dinas pendidikan kota Bandung.
2. Dengan DPL
Bimbingan dengan dosen pembimbing lapangan (DPL) lebih
mengarah kepada penyusunan RPP serta ke efektivitasan waktu yang
dilaksanakan dalam proses melaksanakan kegiatan PLP. Dengan
melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing lapangan memiliki
titik cerah yaitu penyusunan RPP disesuaikan anatara buku kurikulum
2013 yang ada di sekolah dengan buku inspirasi kurikulum 2013 yang
ada di sekolah, serta membimbing dalam melakukan perbaikan dari
refleksi atas pembelajaran yang dilakukan sebelumnya serta refleksi
guru pamong.
Selain itu juga mengenai waktu bimbingan yang selalu
bentrok dengan kegiatan PLP di sekolah, karena dosen adalah seorang
yang sibuk sehingga bila waktu luangnya pada jam sekian, mau tidak
mau peserta PLP harus dapat bimbingan jam sekian dan meminta izin
untuk tidak masuk kelas dan meninggalkan kegiatan belajar mengajar.
BAB II
FAKTOR PENYEBAB DARI MASALAH YANG DIALAMI

A. Penyusunan RPP
 Penusunan RPP Pertama
Faktor penyebab dari permasalahan yang muncul pada saat
penyusunan RPP pertama adalah dikarenakan peserta PLP
(Pengenalan Lapangan Persekolahan) menemukan perbedaan
penyusunan RPP yang dipelajari di perkuliahan dengan penyusunan
RPP yang ada di sekolah tempat PLP dilaksanakan.
 Penyusunan RPP Kedua
Adapun penyebab dari permasalahan yang muncul pada saat
penyusunan RPP ke dua adalah dikarenakan penyusunan RPP Tematik
Kurikulum 2013 harus melalui pendekatan saintifik 5M. Dalam
penyusunan perencanaan harus membuat langkah-langkah 5M
tersebut yaitu mengamati, menanya, mencari informasi, mengasosiasi,
dan mengkomunikasikan.
 Penyusunan RPP Ke tiga
Pada buku guru Kurikulum 2013 telah ditentukan kompetensi
dasar beserta indikator capaian kompetensi, namun ada beberapa
indikator yang tidak sesuai dengan kompetensi dasar yang telah
ditentukan, karena buku kurikulum yang diedarkan di sekolah masih
dalam tahap revisi, sehingga masih banyak melakukan perbaikan di
tiap tahun ajarannya.
 Penyusunan RPP Keempat
Masalah yang muncul pada penyusunan RPP ke empat adalah
di penyusunan AMP, dimana dalam penyusunan AMP bukan hanya
menentukan indikator, tetapi menentukan materi prasyarat, materi inti,
dan materi lanjutnya.
 Penyusunan RPP Kelima
Faktor penyebab dari permasalahan yang dialami dalam
penyusunan RPP selanjutnya yaitu terdapatnya indikator yang tidak
sesuai dengan kompetensi dasar, dalam artian tingkat kemampuan
peserta didik yang belum sampai dengan kriteria indikator yang
tertulis pada buku guru kurikulum 2013.
 Penyusunan RPP Keenam
Permasalahan lain yang muncul saat penyusunan RPP yaitu
mengaitkan beberapa mata pembelajaran dalam satu kali pembelajaran
sesuai dengan Kurikulum 2013.
 Penyusunan RPP Ketujuh
Penyebab munculnya permasalahan pada penyusunan RPP ke
tujuh adalah dalam menentukan valuasi sikap, penyusunan indikator
sikap dan penilaian sikap dilakukan pada saat proses pembelajaran ke
satu sampai dengan pembelajaran ke enam yang artinya dilakukan
setiap hari pada satu subtema dan satu tema sehingga saling berkaitan.
 Penyusunan RPP Kedelapan
Selanjutnya kesulitan penyusunan RPP ke delapan adalah
pada penyusunan lembar evaluasi, dipikiran awal adalah menentukan
evaluasi dari materi inti yang diajarkan kepada peserta didik untuk
mengukur seberapajauh tingkat merekam peserta didik terhadap
pembelajaran yang disampaikan, tetapi ditemukan masalah dimana
soal-soal yang tercantum dalam lembar evaluasi harus mewakili
seluruh indikator yang telah dirancang sebelumnya baik indikator
dalam RPP.
 Penyusunan RPP Kesembilan
Penyusunan rubric sikap menjadi kendala dalam penyusunan
RPP ke sembilan, dimana dalam penyusunan rubric sikap harus
melihat buku guru Kurikulum 2013 sebagai pedoman dan titik acuan
dalam penentuan matriks sikap dan antara pembelajaran satu sampai
pembelajaran enam harus saling berkesinambungan yang akan
menjadi nilai sikap peserta didik.
 Penyusunan RPP Kesepuluh
Hanya terdapat satu indikator pada kompetensi dasar yang
telah ditetapkan dan terlihat belum mewakili tujuan pembelajaran dari
kompetensi dasar tersebut, sehingga saya melakukan bimbingan
dengan dosen ahli terkait indikator yang belum memenuhi tujuan dari
kompetensi dasar tersebut, asalkan indikator yang telah ditetapkan
pada buku guru kurikulum 2013 tidak dikurangi.
 Penyusunan RPP Kesebelas
Membuat media konkrit adalah permasalahan yang muncul
pada penyusunan RPP ke sebelas, dimana dalam pembelajaran
tematik, harus saling berkaitan antara satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran lain, dan tentu saja penggunaan media harus mencakup
semua mata pelajaran yang akan dipadukan.
 Penyusunan RPP Keduabelas
Faktor penyebab munculnya masalah peda penyusunan RPP
ke dua belas yaitu di dalam menentukan nyanyian atau permainan
yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, karena sudah terbiasa
membuat RPP kelas rendah dengan begitu banyak nyanyian dan
permainan anak-anak kecil, dan ternyata permainan dan nyanyian
tersebut tidak berlaku pada pembelajaran di kelas tinggi.
 Penyusunan RPP Ketigabelas
Penyebab munculnya masalah pada penyusunan RPP ke tiga
belas adalah menyusun Lembar Kegiatan Kelompok (LKK), dimana
LKK bukan hanya menitikberatkan peserta didik untuk mengetahui
proses yang terjadi dalam suatu percobaan, tetapi peserta didik juga
harus mampu saling bekerjasama mengerjakan LKK. Untuk itu LKK
yang dirancang harus dapat memfasilitasi setiap peserta didik untuk
bekerja sama.
 Penyusunan RPP Keempatbelas
Penyebab masalah yang muncul dalam penyusunan RPP ke
empat belas adalah masih dalam penentuan AMP, setiap mata
pelajaran harus dilakukan AMP guna mengetahui materi prasyarat
sebelum masuk ke materi inti, sehingga pengetahuan peserta didik
dapat terukur secara terstruktur.
 Penyusunan RPP Kelimabelas
Penyebab masalah yang muncul pada penyusunan RPP ke
lima belas hamper sama dengan permasalahan yang ,muncul pada
permasalahan penyusunan RPP sebelumnya, masih kesulitan di dalam
menyusun AMP. Dikarenakan harus mengetahui dulu materi-materi
yang seharusnya sudah dikuasai peserta didik (materi prasyarat),
apakah materi tersebut sudah terkuasai oleh seluruh peserta didik atau
belum. Jika belum maka di RPP kembali dicantumkan materi tersebut.
 Penyusunan RPP Keenambelas
Faktor permasalahan dalam penyusunan RPP lainnya yaitu
penentuan soal evaluasi harus mewakili seluruh indikator yang telah
dianalisis di AMP, sehingga soal evaluasi tidak terpaku pada buku
speserta didik maupun buku guru. Tetapi guru mengembangkan dari
indikator-indikator yang sudah ditetapkan.
 Penyusunan RPP Ke tujuh belas
Dalam penyusunan RPP indikator yang terdapat di dalam
buku guru Kurikulum 2013 tidak sesuai dengan beberapa materi yang
terdapat di dalam buku siswa Kurikulum 2013.
 Penyusunan RPP Kedelapanbelas
 Penyusunan RPP Kesembilanbelas
 Penyusunan RPP Keduapuluh
 Penyusunan RPP Keduapuluhsatu
 Penyusunan RPP Keduapuluhdua
 Penyusunan RPP Keduapuluhtiga
 Penyusunan RPP Keduapuluhempat
 Penyusunan RPP Keduapuluhlima
 Penyusunan RPP Keduapuluhenam
 Penyusunan RPP Keduapuluhtujuh
 Penyusunan RPP Keduapuluhdelapan
 Penyusunan RPP KeduapuluhSembilan
 Penyusunan RPP Ketigapuluh
 Penyusunan RPP Ketigapuluhsatu
 Penyusunan RPP Ketigapuluhdua
 Penyusunan RPP Ketigapuluhtiga
 Penyusunan RPP Ketigapuluhempat
 Penyusunan RPP Ketigapuluhlima
 Penyusunan RPP Ketigapuluhenam

B. Proses Penampilan
 Penampilan Mengajar Pertama
Faktor penyebab tidak kondusifnya pembelajaran
dikarenakan pada penampilan pertama saya masih bersifat kaku ketika
memasuki kelas, mungkin karena sudah lama tidak mengajar peserta
didik didalam kelas sehingga terasa kaku, selain itu juga ternyata
keadaan pembelajaraan saat peer teaching dan pembelajaran
dilapangan sangatlah berbeda, dimana peserta didik terlihat asik
dengan dunianya sendiri terutama kelas rendah, mereka susah untuk
dikondisikan karena jumlah peserta didik mencapai 36 peserta didik.
Meskipun persiapan pembelajaran sudah matang, tetap saja guru
merasa kaku kaena pertama kalinya lagi memasuki ruangan kelas
untuk mengajar peserta didik.
 Penampilan Mengajar Kedua
Persiapan pembelajaran sudah sangat siap, baik itu media,
LKK maupun lembar evaluasi. Namun kondisi real dilapangan yang
sebenarnya bukanlah apa saja media pembelajaran yang harus
disiapkan, tetapi cara kita membawakan pembelajaran yang disenangi
oleh peserta didik, karena kondisi dilapangan yang sering kita lakukan
adalah pengkondisian peserta didik terutama peserta didik kelas
rendah, mereka terlihat sangat aktif seperti baru pertama kalinya
melihat dunia, mereka selalu menyentuh media pembelajaran yang
kita siapkan padahal belum waktunya menggunakan
media.pembelajaran sehingga seringkali terjadi kekacauan, akibatnya
perencanaan yang sudah disiapkan dalam RPP menjadi berantakan
dan tidak sesuai dengan rencana.
 Penampilan Mengajar Ketiga
Cara saya mengatasi permasalahan dalam pengkondisian
peserta didik adalah dengan metode permainan dan nyanyian-
nyanyian yang berhubungan dengan materi pembelajaran, namun tetap
saja ada hal yang terjadi diluar jangkauan kita, ketika peserta didik
sedang asik-asiknya bernyanyi lagu, ternyata didapati peserta didik
yang menangis karena hilangnya alat tulis mereka karena dijahili oleh
temannya, dan saya tentunya tidak tinggal diam dan langsung
memberikan teguran kepada peserta didik tersebut.
 Penampilan Mengajar Keempat
Perlengkapan media pembelajaran sudah sangat matang
dengan media gambar dan proyektor untuk ditampilkan ketika
memasuki pembelajaran, peserta didik terlihat sangat antusias melihat
saya kedalam kelas membawa proyektor dan mereka langsung duduk
rapih untuk bersiap menonton pembelajaran di proyektor dan semua
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan sesuai rencana.
Namun permasalahan yang muncul ketika penjelasan materi
dan kegiatan kelompok berakhir, ketika peserta didik diminta
mengerjakan soal evaluasi mereka merengek dan masih mau
menonton di proyektor, sehingga peserta didik dalam mengerjakan
soal evaluasi terlihat malas dan terpaksa dalam mengerjakan soal.
 Penampilan Mengajar Kelima
Penampilan mengajar yang kelima terdapat permasalahan
yang muncul seperti terjadinya keributan ketika dilaksanakannya
pembelajaran pada kegiatan inti, guru membawa media gambar untuk
kegiatan menempel di papan tulis oleh peserta didik, namun
perencanaan hanyalah sebuah perencanaan yang realitanya terkadang
jauh dari harapan, dimana ketika guru meminta siapa yang mau
menempelkan gambar di depan kelas, perkiraan sebelumnya adalah
dikarenakan kelas rendah pasti mereka sangatlah pasif, namun diluar
dugaan hampir seluruh peserta didik ingin menempel gambar tersebut
di papan tulis dan hampir berebutan gambar.
 Penampilan Mengajar Keenam
Faktor terjadinya permasalahan pada penampilan keenam
adalah penentuan waktu, pada awalnya saya sebagai guru
memperhitungkan kegiatan menempel disesuaikan dengan kegiatan
yang tertera pada buku peserta didik kurikulum 2013, saya sudah siap
melaksanakan kegiatan tersebut dengan menyiapkan berbagai media
pembelajaran untuk kegiatan menempel dengan tema pohon kata,
namun masalah muncul ketika guru meminta peserta didik untuk
menuliskan kata-kata yang terasa asing dari teks cerita sebelumnya
untuk dituliskan kata tersebut dengan diawali huruf besar pada media
gambar daun pohon, mereka terlihat kesulitan karena peserta didik
masih belajar tentang penulisan huruf kecil dan belum belajar
penulisan kata menggunakan huruf besar, sehingga kegiatan
menempel pohon kata menyita waktu yang cukup lama sehingga
waktu kepulangan peserta didikpun menjadi lebih lambat 20 menit
dari jadwal yang telah ditentukan.
 Penampilan Mengajar Ketujuh
Penampilan mengajar ketujuh tidak muncul permasalahan
yang berarti, hanya untuk pembiasaan guru saja bahwa untuk
mengajar di kelas tinggi tidak harus disamakan dengan mengajar di
kelas rendah, dimana ketika guru mengajak peserta didik untuk
menyanyikan sebuah lagu anak sebagai pengantar pembelajaran,
hanya sebagian peserta didik saja yang menyanyikan lagu tersebut dan
ada salahsatu peserta didik yang menjawab bahwa mereka tidak mau
menyanyikan lagu anak-anak.
 Penampilan Mengajar Kedelapan
Penampilan mengajar kedelapan sungguh diluar dugaan,
dimana tidak terpikir sebelumya bahwa dikelas tersebut terdapat dua
peserta didik ABK, sehingga posisi duduknya di pisahkan oleh guru
wali kelas dengan peserta didik yang lainnya, namun demikian tetap
saja peserta didik ABK yang telah dipisahkan selalu berjalan-jalan
mengganggu peserta didik lainnya dan terkadang peserta didik ABK
tersebut melempar-lempar bolpoin maupun buku temannya. Meskipun
sudah dicanangkan untuk sekolah SD Negeri harus menerima peserta
didik ABK, tetapi bila di sekolah tersebut tidak terdapat guru yang
mampu menangani peserta didik tersebut, tetap saja hasilnya tidak
akan maksimal bahkan sia-sia.
 Penampilan Mengajar Kesembilan
Masih dalam masalah pengelolaan waktu, faktor munculnya
masalah dalam penampilan mengajar kesembilan adalah ketika saya
sebagai guru ingin melakukan percobaan membuat kincir air tanpa
mengeluarkan biaya sedikitpun sehingga munculah ide untuk
membuat kincir air menggunakan kardus, mengingat dalam
penggunaan media pembelajaran haruslah ekonomis.
Permasalahan yang muncul adalah ternyata dengan
menggunakan kardus, peserta didik sangatlah lambat dalam
melakukan menggunting-gunting kardus untuk membentuk sebuah
kincir air, sehingga LKK yang harusnya selesai pada jam
pembelajaran sebelum istirahat ternyata waktu tidak mencukupi,
sehingga percobaan dilakukan pada jam setelah jam istirahat.
 Penampilan Mengajar Kesepuluh
Faktor munculnya permasalahan pada penampilan mengajar
kesepuluh adalah terdapat peserta didik dalam kelompok yang hanya
mengandalkan ketua kelompok dalam mengerjakan kegiatan diskusi
kelompok dan anggota peserta didik lainnya hanya ikut-ikutan saja
dan malah mengobrol dan main-main dengan teman kelompoknya.
Hal ini dikarenakan peserta didik tidak terbiasa melakukan kegiatan
diskusi kelompok sehingga kerjasama peserta didik cenderung kurang
dan hanya mengandalkan ketua kelompok dalam mengerjakan tugas
kelompoknya dan yang lain tidak memiliki rasa tanggungjawab.
 Penampilan Mengajar Kesebelas
Faktor munculnya permasalahan pada penampilan mengajar
kesebelas adalah permainan peserta didik yang dilakukan ketika jam
istirahat habis dibawa kedalam kelas, sehingga guru dalam
pengkondisian peserta didik memerlukan waktu yang cukup lama agar
peserta didik kembali kedalam situasi yang kondusif. Hal lain selain
akibat dari permainan peserta didik yang dibawa masuk kedalam kelas
selepas jam istirahat adalah media gambar yang sering dibawa oleh
guru kedalam kelas dimungkinkan peserta didik sudah merasa bosan
dengan media gambar yang digunakan guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran.
 Penampilan Mengajar Keduabelas
Permasalahan yang muncul mungkin dikarenakan guru, hal
tersebut terjadi ketika guru memberikan sebuah pertanyaan kepada
peserta didik dan terdapat salah satu peserta didik menjawab
pertanyaan guru tersebut namun dengan jawaban yang kurang tepat
sehingga guru menyatakan bahwa jawabannya kurang tepat, ternyata
pernyataan guru tersebut memberikan efek diluar dugaan terhadap
peserta didik tersebut, dimana peserta didik yang menjawab tersebut
mendapatkan ejekan dari temannya karena jawabannya yang kurang
tepat.
 Penampilan Mengajar Ketigabelas
Faktor terjadinya masalah pada penampilan mengajar
ketigabelas adalah kurang tegasnya guru dalam menegakkan aturan
didalam kelas, dimana terjadi masalah ketika guru mengintruksikan
peserta didik untuk melakukan percobaan pemanfaatan energi panas
api menjadi energi gerak menggunakan kertas spiral yang digantung
diatas lilin. Masalah muncul karena terdapat salah satu dalam
kelompok lain yang asik bermain-main dengan kertas dan api lilin
sehingga kertas spiralnya terbakar, dengan demikian tujuan dari
dilakukannya percobaan tersebut tidak sampai kepada peserta didik.
 Penampilan Mengajar Keempatbelas
Faktor penyebab terjadinya permasalahan yang muncul pada
penampilan mengajar keempatbelas adalah dimungkinkan peserta
didik merasa jenuh dengan kegiatan pembelajaran selepas jam
istirahat, dimana masalah muncul ketika selepas jam istirahat dan guru
memberikan penjelasan konsep pembelajaran, terlihat beberapa
peserta didik bergantian izin pergi ke toilet, dan hal tersebut tidak
terjadi pada satu dua peserta didik, tetapi terus menerus hingga
akhirnya guru menegur peserta didik tersebut untuk tidak bolak balik
ke toilet kalau tidak benar-benar ingin buang air kecil atau hal lainnya.
 Penampilan Mengajar Kelimabelas
Faktor penyebab munculnya permasalahan yang muncul pada
penampilan mengajar kelimabelas adalah dari orangtua siswa yang
tidak megetahui aturan yang berlaku disekolah, karena ketika
memasuki satu jam lagi kegiatan pembelajaran akan berakhir, tiba-tiba
terdapat orangtua siswa datang ke kelas dan meminta izin agar
anaknya dapat pulang duluan karena merasa kasian anaknya kelelehan
belajar seharian. Seharusnya orangtua mendukung anaknya untuk aktif
mengikuti kegiatan pembelajaran, namun hal lain terjadi pada
orangtua salah satu siswa di SDN Sarijadi 7 yang meminta anaknya
untuk pulang duluan tanpa alasan yang benar-benar darurat dan
genting.
 Penampilan Mengajar Keenambelas
Faktor munculnya permasalahan pada penampilan mengajar
keenambelas adalah siswa yang tidak biasa berkelompok atau
melakukan kegiatan belajar diskusi kelompok dengan teman yang
tidak disukainya sehingga siswa tersebut hanya duduk diam sendiri
dipojok kelas karena tidak mau gabung dengan teman kelompok yang
tidak disukainya. Hal ini jelas terlihat siswa tidak memiliki jiwa
kerjasama dengan teman sekelasnya, karena ketika dibentuk kelompok
yang heterogen terdapat siswa yang menolak dengan pembentukan
kelompok seperti itu.
 Penampilan Mengajar Ketujuhbelas
Faktor penyebab terjadinya permasalahan yang muncul pada
penampilan mengajar ketujuhbelas adalah siswa belum bisa menjadi
seorang apresiator yang baik, sehingga ketika kelompok lain sedang
melakukan presentasi atau berbicara di depan kelas, peserta didik yang
lain cenderung mengobrol dan terlihat main-main saja di kelas tanpa
memperdulikan temannya yang sedang berbicara.
 Penampilan Mengajar Kedelapanbelas
Faktor penyebab terjadinya permasalahan yang muncul pada
penampilan mengajar kedelapanbelas adalah siswa cenderung
mengobrol ketika tugas yang diberikan guru telah selesai dikerjakan
sehingga mengganggu teman lain yang belum selesai mengerjakan
tugasnya. Tidak adanya pembagian tugas tambahan bagi siswa yang
telah selesaipun menjadikan faktor penyebab terjadinya permasalahan
yang muncul pada penampilan mengajar kedelapanbelas.
 Penampilan Mengajar Kesembilanbelas
Faktor penyebab terjadinya permasalahan yang muncul pada
penampilan mengajar kesembilanbelas adalah belum munculnya sikap
tanggungjawab pada diri peserta didik dalam mengerjakan tugas yang
diberikan guru. Sehingga guru harus memberikan waktu ekstra agar
tugas tersebut dapat diselesaikan oleh seluruh peserta didik.
 Penampilan Mengajar Keduapuluh
Faktor penyebab terjadinya permasalahan yang muncul pada
penampilan keduapuluh adalah karakter siswa yang masih ingin selalu
bermain. Sehingga, ketika guru membawa sebuah media
pembelajaran, siswa menganggap bahwa media tersebut dapat
dijadikan sebagai mainan mereka. Sehingga, siswa terlihat lebih asik
untuk main dengan media tersebut dibandingkan dengan manfaat dari
media tersebut terhadap materi yang sedang dipelajarinya.
 Penampilan Mengajar Keduapuluhsatu
 Penampilan Mengajar Keduapuluhdua
 Penampilan Mengajar Keduapuluhtiga
 Penampilan Mengajar Keduapuluhempat
 Penampilan Mengajar Keduapuluhlima
 Penampilan Mengajar Keduapuluhenam
 Penampilan Mengajar Keduapuluhtujuh
 Penampilan Mengajar Keduapuluhdelapan
 Penampilan Mengajar Keduapuluhsembilan
 Penampilan Mengajar Ketigapuluh
 Penampilan Mengajar Ketigapuluhsatu
 Penampilan Mengajar Ketigapuluhdua
 Penampilan Mengajar Ketigapuluhtiga
 Penampilan Mengajar Ketigapuluhempat
 Penampilan Mengajar Ketigapuluhlima
 Penampilan Mengajar Ketigapuluhenam

C. Bimbingan Belajar atau Ekstrakurikuler


Faktor penyebab munculnya permasalahan dalam kegiatan
ekstrakurikuler adalah pada posisi pelatihnya, dimana di SDN Sarijadi 7
hanya memiliki satu pembina Pramuka putra sehingga Pembina tersebut
mengalami kesulitan dalam pengkondisian peserta didik yang mengikuti
ekskul Pramuka. Selain itu juga Pembina mendapatkan kesulitan dalam
pembagian ruang kelas yang akan digunakan untuk melakukan kegiatan
Pramuka. Karena jumlah siswa yang mengikuti kegiatan ekskul ini cukup
banyak yaitu peserta didik dari kelas tiga sampai kelas lima, maka kegiatan
lebih sering dilakukan di dalam ruangan (indoor).
Masalah juga muncul karena tidak adanya tenaga pembina Pramuka
putri, karena dalam prateknya Pramuka memisahkan antara peserta didik
laki-laki dengan peserta didik perempuan maka diperlukan Pembina putri
untuk membina peserta didik perempuan.
Selain hal-hal di atas yang menjadi masalah pada ekskul Pramuka
yaitu tingkat golongan Pramuka. Untuk jenjang sekolah dasar memiliki
dua tingkat golongan dengan materi Pramuka yang berbeda, yaitu Siaga
untuk kelas rendah dan Penggalang untuk kelas tinggi. Dikarenakan
kekurangan Pembina, maka kesulitan untuk membagi peserta didik ke
dalam tingkat golongan tertentu sesuai dengan tingkat jenjang kelas
peserta didik.

A. Partisipasi dalam Kegiatan Sekolah atau Tempat Latihan


Partisipasi pada kegiatan sekolah sempat terhambat dikarenakan
penjadwalan yang kurang disiapkan oleh peserta Pengenalan Lapangan
Persekolahan (PLP). Kegiatan-kegiatan rutin di sekolah yang peserta PLP
ikuti, yaitu menjadi Pembina saat Upacara Bendera hari Senin dan menjadi
Pembicara saat Kultum di hari Jum’at pagi.
Hal lain yang menjadi faktor penyebab kurang berpartisipasinya
peserta PLP dalam membina ekskul Pramuka yaitu kegiatan Pramuka yang
dilaksanakan setiap hari Jum’at pukul 13.00 WIB terkadang pada waktu
tersebut juga peserta PLP melakukan bimbingan dengan Dosen Pembimbing
Lapangan di kampus.
B. Proses Bimbingan
Peserta Pengenalan Lapangan Persekolahan melakukan bimbingan
dengan Guru Mitra atau Guru Pamong dan Dosen Pembimbing Lapangan.
Dalam proses bimbingan ada beberapa masalah, di bawah ini diuraikan
faktor penyebab munculnya masalah pada saat proses bimbingan dengan
Guru Mitra atau Guru Pamong dan Dosen Pembimbing Lapangan :
1. Guru Mitra atau Guru Pamong
Faktor penyebab munculnya masalah dalam kegiatan
bimbingan dengan guru mitra atau guru pamong adalah buku guru
Kurikulum 2013 yang digunakan oleh pihak sekolah adalah buku guru
inspirasi Kurikulum 2013 yang dikembangkan oleh dinas pendidikan
kota Bandung yang di dalamnya termuat Bandung Masagi yaitu
mengenal budaya-budaya Indonesia terutama budaya di wilayah kota
Bandung, sedangkan dari pihak program studi PGSD menggunakan
buku guru Kurikulum 2013 tingkat Nasional yang masih bersifat
umum pada proses pembelajarannya yang harus mengikuti keadaan di
masing-masing sekolah.
2. Dosen Pembimbing Lapangan
Tidak terdapat faktor penyebab permasalahan saat melakukan
bimbingan dengan dosen pembimbing lapangan (DPL), karena sudah
dijelaskan sebelumnya pada BAB I bahwa dosen pembimbing
lapangan sudah menjelaskan dan membimbing penyusunan RPP
kurikulum 2013 disesuaikan dengan keadaan atau aturan yang ada di
sekolah. Dosen pembimbing lapangan membimbing dalam melakukan
perbaikan dari refleksi atas pembelajaran pembelajaran yang dilakuka
sebelumnya serta hasil refleksi guru pamong. Dengan kata lain
melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing lapangan tidak ada
masalah.
BAB III
UPAYA PENANGGULANGAN MASALAH

A. Penyusunan RPP
 Penyusunan RPP Pertama
Upaya yang dilakukan dalam pengggulangan RPP pertama
adalah melakukan bimbingan dengan dosen ahli terutama dalam
penyusunan AMP, karena dalam penyusunan AMP adalah hal yang
pertama kali dilakukan oleh peserta PLP, dimana pada jenjang
pendidinkan S-1 belum menemukan pendidikan AMP.
 Penyusunan RPP Kedua
Upaya yang dilakukan dalam penanggulangan penyusunan
RPP kedua adalah dengan melakukan pembentukan kelompok,
sehingga dari pembentukan kelompok dalam penyusunan RPP
terutama dalam menyingkronkan berbagai mata pelajaran dengan
menggunakan 5M dalam kurikulum 2013 kelas rendah dapat
terselesaikan dengan cara saling bertukar pikiran dalam diskusi
kelompok.
 Penyusunan RPP Ketiga
Ditemukan indikator yang kurang sesuai dengan kompetensi
dasar pada buku guru kurikulum 2013, maka upaya penanggulangan
yang dilakukan adalah dengan mengoordinasikan permasalahan
tersebut dengan dosen ahli, sehingga dapat ditemukan pemecahan
masalahnya dengan cara tidak menghapus indikator tersebut, tetapi
harus menambahkan indikator prasayarat sebelum masuk ke indikator
tersebut.
 Penyusunan RPP Keempat
Dalam penyusunan AMP harus dilakukan analisis materi
prasyarat, materi inti, dan materi lanjutan. Upaya yang dilakukan
untuk penanggulangan permasalahan dalam penyusunan AMP adalah
dengan mengoordinasikan atau melakukan bimbingan permasalahan
yang ada dengan dosen ahli.
 Penyusunan RPP Kelima
Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi permasalahan
yang muncul pada penyusunan RPP kelima adalah dengan melakukan
bimbingan dengan dosen ahli sehingga bentuk pembelajaran pada
buku guru kurikulum 2013 dapat dirubah karena buku tersebut masih
dalam tahap edisi revisi.
 Penyusunan RPP Keenam
Upaya penanggulangan kesulitan dalam penyusunan langkah
kegiatan pembelajaran dengan menerapkan 5M kurikulum 2013
adalah dengan adanya diskusi kelompok, selain diskusi kelompok
peserta juga dapat melakukan bimbingan dengan dosen ahli untuk
memecahkan permasalahan tentanag sonkronisasi antara mata
pelajaran dalam setiap pertemuan pembelajaran.
 Penyusunan RPP Ketujuh
Permasalahan pada penilaian sikap dilakukan
penanggulangan dengan cara diskusi kelompok, dimana dengan
melakukan kegiatan tersebut pada diskusi kelompok, dapat
memantapkan penyusunan RPP karena menggunakan teknik saling
mengeluarkan pendapat. Adapun yang dilakukan dalam pemecahan
masalahnya adalah dengan menyingkronkan alat evaluasi dengan
indikator capaian kompetensi yang telah ditentutak pada penyusunan
AMP.
 Penyusunan RPP Kedelapan
Format baru pada penyusunan RPP adalah dngan adanya
format kisi-kisi alat evaluasi, hal ini dilakukan agar kesesuaian
indikator dengan alat evaluasi dapat tercapai.
 Penyusunan RPP Kesembilan
Penanggulangan masalah dalam penyusunan matriks sikap
adalah dengan menggunakan buku guru kurikulum 2013 sebagai
pedoman, dimana pada halaman awal buku guru kurikulum 2013
terdapat kompetensi sikap yang ingin dicapai pada setiap temanta,
namun setiap pembelajaran harus memiliki sikap yang saling
berkesinambungan antara pembelajaran satu dengan pembelajaran
lainnya sehingga didapatkan penilaian sikap pada setiap tema.
 Penyusunan RPP Kesepuluh
Hampir secara keseluruhan terdapat permasalahan dalam
penyusunan RPP, yaitu dalam penyusunan AMP, karena AMP disusun
sebelum menyusun RPP. Adapun penanggulangan dalam
permasalahan yang muncul dalam kesulitan menyusunan AMP adalah
dengan melakukan bimbingan dengan dosen ahli.
 Penyusunan RPP Kesebelas
Penggunaan media pembelajaran yang konkret adalah
permasalahan yang ditemukan dalam penyusunan RPP kesebelas,
dimana penggunaan dalam pembelajaran bukan hanya dalam bentuk
audo visual, tetapi juga harus dilengkapi dengan bentuk konkretnya.
Adapun penggulangan permasalahannya dengan mengadakan diskusi
dengan kelompok masing-masing.
 Penyusunan RPP Keduabelas
Permasalahan penysunan RPP dalam bentuk-bentuk langkah-
langkah pembelajaran kelas tinggi, dimana kelas tinggi harus
dibedakan dengan kelas renda. Kelas tinggi tidak menyukai lagu anak-
anak. Upaya penanggulangan permasalahan tersebut adalah dengan
melakukan diskusi dengan kelompok untuk membuat media
pembelajaran dalam bentuk konkret dengan menggunakan bahan
alam.
 Penyusunan RPP Ketigabelas
Upaya penanggulangan dalam permasalahan yang muncul
pada penyusunan RPP ketigabelas adalah dengan bimbingan dengan
dosen ahli terkait penyusunan lembar kerja kelompok (LKK), dimana
dari hasil bimbingan dengan dosen ahli terdapat titik terang dalam
penyusunan LKK dengan mencantumkan judul percobaan, tujuan
percobaan, dan langkah-langkah percobaan dalam LKK.
 Penyusunan RPP Keempatbelas
Penentuan indikator dalam AMP adalah masalah yang seriing
kali ditemukan dalam penyusunan RPP, upaya yang dilakukan dalam
penanggulangan permasalhan tersebut adalah dengan melakukan
diskusi bersama kelompok dan melaukan bimbingan apabila diskusi
kelompok belum mendapatkan titik terang dari permasalhan yang
dialami.
 Penyusunan RPP Kelimabelas
Penanggulangan dalam pemecahan masalah dalam
mencantumkan indikator yang sudah ada di AMP pada RPP adalah
dengan diskusi kelompok dan bimbingan dengan dosen ahli. Adapun
dari hasil diskusi kelompok maupun bimbingan dengan dosen ahli
adalah indikator dari materi inti, sedangkan indikator dari materi
prasyarat dan materi lanjutkan tidak dicantumkan dalam RPP, tetapi
cukup dalam AP namun dalam proses pembelajarannya dilakukan
kegiatan sesuai indikator materi prasyarat dan materi inti.
 Penyusunan RPP Keenambelas
Penanggulangan dalam permasalahan yang muncul dari
kesulitannya dalam penentuan alat evaluasi adalah dengan melakukan
diskusi kelompok dan dengan melihat kisi-kisi soal evaluasi, sehingga
alat evaluasi dapat dibentuk dengan snkron antara insikator, kisi-kisi
alat evaluasi, dan bentuk soal evaluasi.
 Penyusunan RPP Ketujuhbelas
 Penyusunan RPP Kedelapanbelas
 Penyusunan RPP Kesembilanbelas
 Penyusunan RPP Keduapuluh
 Penyusunan RPP Keduapuluhsatu
 Penyusunan RPP Keduapuluhdua
 Penyusunan RPP Keduapuluhtiga
 Penyusunan RPP Keduapuluhempat
 Penyusunan RPP Keduapuluhlima
 Penyusunan RPP Keduapuluhenam
 Penyusunan RPP Keduapuluhtujuh
 Penyusunan RPP Keduapuluhdelapan
 Penyusunan RPP Keduapuluhsembilan
 Penyusunan RPP Ketigapuluh
 Penyusunan RPP Ketigapuluhsatu
 Penyusunan RPP Ketigapuluhdua
 Penyusunan RPP Ketigapuluhtiga
 Penyusunan RPP Ketigapuluhempat
 Penyusunan RPP Ketigapuluhlima
 Penyusunan RPP Ketigapuluhenam

B. Proses Penampilan
 Penampilan Mengajar Pertama
Upaya penanggulangan permasalahan yang terjadi pada saat
penampilan mengajar pertama adalah memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengobrol temannya ketika diawal pembelajaran,
sambil guru menyiapkan media media pembelajaran selama lima
menit, selain itu juga ketika dikegiatan inti dirasa ribut kembali, saya
meminta bantuan kepada guru pamong untuk mengkondisikan peserta
didik, karena peer teaching di kampus dengan pembelajaran dikelas
sebenarnya sangatlah jauh berbeda. Adapun penanggulangan lainnya
adalah masalah waktu saja, kemungkinan bila sudah terbiasa mengajar
akan terbiasa dalam penugasan kelas maupun pengkondisian kelas.
 Penampilan Mengajar Kedua
Pengkondisian peserta didik didalam kelas adalah hal utama
yang harus dikuasai seorang guru, adapun upaya untuk
menanggulangi permasalahan peserta didik yang malah memainkan
media yang disiapkan oleh guru adalah dengan memberikan nyanyian-
nyanyian kepada peserta didik untuk mengkondisikan peserta didik,
selain itu guru juga melakukan tepuk siap kepada peserta didik yang
dapat membangkitkan minat belajar peserta didik terutama dalam hal
pengkondisian siswa sehingga dapat duduk dengan tertib meskipun
hal tersebut tidak berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
 Penampilan Mengajar Ketiga
Solusi dan penanggulangan permasalahan yang terjadi saat
peserta didik menangis karena kehilangan alat tulis adalah sebelum
memulai pembelajaran guru memberikan instruksi kepada peserta
didik untuk tidak mengeluarkan alat tulis apapun dari tasnya dan
diharuskan peserta didik untuk mengikuti semua perintah guru,
dengan demikian sebelum memulai pembelajaran tidak akan ada yang
kehilangan alat tulis maupun asik bermain buku maupun alat tulis
lainnya ketika guru memberikan penjelasan.
 Penampilan Mengajar Keempat
Guru melakukan penanggulangan permasalahan yang terjadi
ketika peserta didik tidak mau mengerjakan soal evaluasi karena
mereka merasa keasikan menonton gambar dan video dari proyektor
adalah dengan memberikan motovasi kepada peserta didik, bahwa
setelah mengisi soal evaluasi akan menonton kembali dan
pembelajaran selanjutnya pun akan melakukan pembelajaran dengan
menonton menggunakan proyektor.
 Penampilan Mengajar Kelima
Penanggulangan pada permasalahan yang terjadi saat
dilaksanakannya pembelajaran dalam melakukan kegiatan menempel
adalah memberikan pertanyaan kepada peserta didik yang berkaitan
dengan tema yang dilaksanakan, sehingga dengan diberikan
pertanyaan, maka siswa yang mampu menjawab pertanyaan dengan
benar akan mendapatkan kesempatan peserta didik untuk
menempelkan gambar didepan kelas.
 Penampilan Mengajar Keenam
Penanggulangan permasalahan pada penampilan mengajar
keenam adalah guru memberikan bantuan kepada kelompok peserta
didik yang kesulitan dalam membuat pohon kata, selain peserta PLP,
kegiatan membantu peserta didik dalam membuat pohon kata juga
dibantu oleh guru pamong, sehingga penampilan mengajar dapat
terselesaikan dalam waktu yang cukup lama, meskipun waktunya
terlambat 20 menit, tetapi hal tersebut diantisipasi oleh peserta PLP
dan guru pamong.
 Penampilan Mengajar Ketujuh
Penanggulangan permasalahan yang terjadi pada penampilan
mengajar ketujuh adalah menanggulangi masalah peserta didik kelas
tinggi yang tidak begitu suka dengan nyanyian-nyanyian anak-anak,
maka guru menanggulangi permasalahan tersebut dengan melakukan
permainan-permainan kepada peserta didik agar dapat membangkitkan
minat peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar.
 Penampilan Mengajar Kedelapan
Pada penampilan mengajar kedelapan, guru melakukan
penanggulangan permasalahan yang terjadi dengan memisahkan
peserta didik ABK dengan peserta didik yang lainnya, peserta didik
ABK tersebut duduk bersama guru dibangku guru agar mendapat
perhatian khusus dari guru, hal tersebut agar peserta didik dapat
mengerjakan tugas individunya dengan baik tanpa melakukan
aktivitas-aktivitas yang mengganggu teman-temannya.
 Penampilan Mengajar Kesembilan
Kegiatan pembelajaran pada penampilan mengajar
kesembilan adalah membuat kincir air menggunakan kardus bekas, hal
tersebut agar mendapat kreativitas peserta didik dalam menggunting
kardus maupun menempel lem dalam menyusun kardus tersebut
menjadi kincir air, namun terjadi pemoloran waktu yang cukup lama
dalam proses mengerjakannya, sehingga guru menanggulangi
permasalahan tersebut dengan memberikan bimbingan dan bantuan
kepada kelompok yang mendapat kesulitan dalam melakukan
tugasnya, hal tersebut dilakukan agar kreativitas peserta didik tidak
terhenti dan waktu yang digunakan relatif lebih hemat.
 Penampilan Mengajar Kesepuluh
Upaya dalam menanggulangi permasalahan peserta didik
dalam melakukan kegiatan diskusi kelompok namun hanya
mengandalkan ketua kelompoknya dalam mengerjakan tugas
kelompok adalah dengan memberikan ancaman kepada peserta didik,
bila dalam kelompok terdapat peserta didik yang tidak ikut melakukan
kerja kelompok, maka ketua kelompok berhak mengeluarkan peserta
didik itu dari kelompoknya, dengan demikian, peserta didik menjadi
takut dikeluarkan dari kelompoknya dan kembali ikut bekerjasama
dalam kelompoknya.
 Penampilan Mengajar Kesebelas
Permasalahan yang muncul pada penampilan mengajar
kesebelas adalah peserta didik yang terlihat ribut dan bosan mengikuti
kegiatan pembelajaran setelah jam istirahat, adapun guru melakukan
penanggulangan masalah tersebut dengan memberikan permainan
kepada peserta didik untuk membangkitkan minat belajar peserta
didik, dan guru membawa peserta didik keluar kelas untuk belajar
diluar kelas yakni dihalaman sekolah menggunakan lingkungan
sekolah sebagai media pembelajaran yang nyata.
 Penampilan Mengajar Keduabelas
Ejekan atau Bully didalam kelas selalu saja terjadi, terutama
dalam pelaksanaan mengajar keduabelas yang dilakukan oleh peserta
PLP adalah terdapat peserta didik yang menjawab pertanyaan guru
dengan jawaban yang kurang tepat sehingga peserta didik tersebut
mendapat ejekan dari teman sekelasnya, adapun penanggulangan
terhadap permasalahan tersebut adalah guru memberikan motivasi
kepada peserta didik yang berani menjawab meskipun kurang tepat,
dan memberikan teguran kepada peserta didik yang mengejek peserta
didik tersebut bahwa guru lebih menghargai peserta didik yang berani
menjawab meskipun jawaban yang diberikan oleh peserta didik
tersebut kurang tepat, dari pada peserta didik yang tidak mau
menjawab sama sekali.
 Penampilan Mengajar Ketigabelas
Percobaan menggantung spiral diatas api lilin untuk
membuktikan energi panas dapat berubah menjadi energi gerak tidak
begitu sempurna dikarenakan salah satu kelompok peserta didik ada
yang main-main sehingga spiral yang digantung diatas api lilin
terbakar. Hal yang dilakukan oleh guru dalam menanggulangi
permasalahan tersebut adalah dengan menegur peserta didik tersebut
agar pada pertemuan selanjutnya tidak main-main, kemudian guru
memberikan kesempatan kepada kelompok tersebut untuk meminjam
spiral dari kelompok lain untuk melakukan percobaan bersama
kelompoknya.
 Penampilan Mengajar Keempatbelas
Kegiatan pembelajaran setelah jam istirahat memang dirasa
tidak kondusif, selain alasan karena peserta didik kecapean melakukan
permainan pada jam istirahat dan habis jajan yang mengakibatkan
peserta didik mengantuk maupun peserta didik sering bolak balik ke
toilet karena masik mau bermain-main. Upaya yang dilakukan guru
dalam menanggulangi permasalahan tersebut adalah dengan
memberikan teguran terlebih dahulu kepada siswa yang sering bolak-
balik ke toilet, kemudian guru mengajak peserta didik melakukan
permainan yang dapat meningkatkan motivasi belajar mereka, setelah
dirasa cukup kondusif, maka guru melanjutkan kegiatan pembelajaran.
 Penampilan Mengajar Kelimabelas
Permasalahan yang terjadi diluar dugaan adalah terdapat
salah satu orang tua yang menjemput peserta didiknya untuk pulang
padahal belum waktunya pulang sekolah. Upaya guru dalam
menanggulangi permasalahan tersebut adalah dengan
mengkoordinasikan permasalahan tersebut dengan guru pamong,
maka guru pamong memberikan tindak lanjut kepada orang tua
peserta didik tersebut untuk mematuhi peraturan yang ada disekolah,
kecuali bila didapati alasan yang tidak bisa ditinggalkan.
 Penampilan Mengajar Keenambelas
Ketika dilakukan kegiatan diskusi kelompok, ada saja peserta
didik yang menolak pembentukan kelompok yang heterogen terutama
dilihat dari jenis kelamin, upaya yang dilakukan guru adalah dengan
memberikan motivasi kepada peserta didik tersebut untuk dapat
bekerjasama dengan kelompoknya, karena bila tidak ikut bekerjasama
didalam kelompoknya, maka peserta didik tersebut tidak akan
mendapat nilai, selain itu guru juga memberikan motivasi kepada
seluruh kelompok, bahwa dengan dilakukan kegiatan diskusi
kelompok yang heterogen adalah bertujuan agar peserta didik dapat
mengenal dan dapat bekerjasama antar peserta didik yang satu dengan
yang lainnya.
 Penampilan Mengajar Ketujuhbelas
 Penampilan Mengajar Kedelapanbelas
 Penampilan Mengajar Kesembilanbelas
 Penampilan Mengajar Keduapuluh
 Penampilan Mengajar Keduapuluhsatu
 Penampilan Mengajar Keduapuluhdua
 Penampilan Mengajar Keduapuluhtiga
 Penampilan Mengajar Keduapuluhempat
 Penampilan Mengajar Keduapuluhlima
 Penampilan Mengajar Keduapuluhenam
 Penampilan Mengajar Keduapuluhtujuh
 Penampilan Mengajar Keduapuluhdelapan
 Penampilan Mengajar Keduapuluhsembilan
 Penampilan Mengajar Ketigapuluh
 Penampilan Mengajar Ketigapuluhsatu
 Penampilan Mengajar Ketigapuluhdua
 Penampilan Mengajar Ketigapuluhtiga
 Penampilan Mengajar Ketigapuluhempat
 Penampilan Mengajar Ketigapuluhlima
 Penampilan Mengajar Ketigapuluhenam

C. Bimbingan Belajar Ekstrakurikuler


Upaya yang dilakukan oleh saya selaku peserta PLP terhadap
kegiatan ekstrakurikuler yang kekurangan pelatih pramuka dalah dengan
memberikan bantuan melatih kegiatan pramuka, karena tidak hanya jenjang
pendidikan S-1 yang saya dalami, tetapi bidang pramuka KMD juga saya
laksanakan sehingga tidak kaku dalam melaksanakan kegiatan
ekstrakurikuler pramuka.
Saya membagi satuan putra dan putri menjadi satuan terpisah
dengan bantuan rekan PLP saya, kemudian golongan siaga dan penggalang
saya pisahkan juga. Dengan demikian pelatihan ekstrakurikuler pramuka
dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan porsi masing – masing siswa
sesuai kelasnya.

D. Partisipasi dalam Kehidupan Sekolah/ Tempat Latihan


Upaya penanggulangan terhadap masalah penjadwalan guru yang
menjadi pembina upacara maupun yang memberikan kajian duha adalah
dengan menyusun jadwal yang dimulai dari kelas 1 sampai kelas tinggi dan
dilanjutkan dengan peserta PLP, dan kembali ke jadwal awal. Dengan
dilaksanakannya penjadwalan demikian kegiatan jadwal pembina upacara
maupun kajian duha dapat berjalan dengan baik tanpa ada istilah saling
menunjuk antara guru satu dengan guru lain dan tidak ada guru yang
melupakan tanggung jawabnya.
Selain itu, peserta PLP juga melakukan kegiatan penggantian
kepada guru yang kebetulan kebagian jadwal menjadi pembina upacara
maupun kajian duha namun tidak bisa hadir ke sekolah dikarenakan alasan
lain maupun ada keperluan lain, sehingga peserta PLP menggantikan posisi
guru yang berhalangan hadir tersebut agar kegiatan tetap dapat berjalan
denga lancar tanpa mengganggu penjadwalan yang sudah ditetapkan.

E. Proses Bimbingan
1. Dengan Guru Mitra PLP
Terdapat perbedaan implementasi kurikulum 2013 yang
diterapkan pihak kampus dengan kurikulum 2013 yang diterapkan
Sekolah, adapun upaya yang dilakukan oleh peserta PLP terhadap
permasalahan tersebut adalah mendiskusikannya dengan guru pamong
serta melakukan diskusi bersama dosen pembimbing lapangan.
Adapum hasil dari diskusi anatara guru pamong dan dosen
pembimbing lapangan adalah tetap melakukan kegiatan pembelajaran
menggunakan kurikulum 2013 yang diterapkan sekolah seperti
menerapkan tema Bandung Masagi sehingga kegiatan pembelajaran
tetap dapat terlaksana dengan baik.
2. Dengan DPL
Permasalahan yang muncul dengan dosen pembingbing
lapangan adalah masalah waktu dalam melakukan bimbingan karena
selalu bentok antara waktu bimbingan karena selalu bentrok anatara
waktu bimbingan dengan dosen pembimbing lapangan dan kegiatan
PLP, sehingga upaya penanggulangan permasalahan tersebut adalah
dengan mendiskusikan bersama dosen pembimbing lapangan untuk
menentukan waktu yang tepat untuk dilakukan bimbingan tanpa
menunggu waktu PLP di sekolah, maka hasil diskusi didapatkan
waktu rutin setiap hari selasa dilakukan kegiatan bimbingan bersama
dosen pembimbing lapangan di kampus.

Anda mungkin juga menyukai