Anda di halaman 1dari 37

Penalaran Klinis

KELOMPOK 8
anggota kelompok

Azizah Khairu Nissa


Sari Putri
Xavier Jibril Juno
apa itu penalaran
klinis?

01 reed dan sanderson

02 trowbridge

03 ratcliffe dan durning

04 o'brien dan hussey


menurut Reed dan Sanderson, penalaran klinis adalah bentuk
pengambilan informasi yang dilakukan seorang terapis untuk
memahami pasien dan masalah okupasi yang mereka hadapi di
kesehariannya.
Sedangkan menurut Trowbridge dalam buku clinical reasoning in
health profession by Joy Higgs, penalaran klinis atau sering juga
disebut dengan pengambilan keputusan secara profesional adalah
proses kognitif maupun non-kognitif yang dilakukan tenaga medis
saat berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dengan
pasien dan lingkungannya untuk mengumpulkan dan
menginterpretasikan data pasien, menimbang manfaat, risiko aksi,
dan pilihan pasien agar dapat menentukan diagnosis kerja dan
rencana kerja terapeutik yang dimaksudkan untuk meningkatkan
kesejahteraan pasien.
Selain itu, Ratcliffe dan Durning juga mengartikan penalaran klinis
sebagai proses kognitif yang dilakukan tenaga medis untuk
mengobservasi, mengumpulkan, dan menganalisis informasi
pasien yang nantinya dijadikan patokan dalam mengartikan
keadaan dan preferensi pasien yang bisa digunakan untuk
mengambil keputusan
Dalam buku Jane Clifford O'Brien dan Susan M. Hussey, Clinical
Reasoning adalah cara mengatasi masalah dan intervensi klien
menggunakan proses berpikir yang digunakan terapis untuk
mengevaluasi, merancang, dan melaksanakan intervensi klien.
Dimana melibatkan keterampilan kognitif dan afektif yang
komplek; yaitu melibatkan pemikiran dan perasaan. Seorang
praktisi OT menggunakan clinical reasoning untuk menganalisis
penelitian secara kritis, membuat keputusan mengenai layanan,
dan bekerja dengan klien.
Dapat disimpulkan bahwa penalaran klinis adalah proses
pengambilan informasi pasien melalui komunikasi langsung
maupun tidak langsung untuk dasar pengambilan keputusan
(dalam hal ini diagnosis dan terapi) demi menunjang
kesejahteraan pasien.
Langkah Penalaran Klinis
Fleming menyarankan para terapis untuk menggunakan
tiga langkah penalaran klinis saat bekerja dengan pasien.
1. Interactive reasoning
2. Pattern recognition
3. Procedural reasoning
Interactive reasoning digunakan untuk memahami

interactive klien sebagai manusia atau orang yang memiliki


perasaan, preferensi, minat, tujuan, lifestyle,

reasoning coping skills, dan adaptive responses.

Interactive reasoning ini biasanya berdasarkan


komunikasi secara langsung dengan pasien,
keluarga, dan pasangan klien.
pattern Pattern recognition adalah kemampuan untuk
mengobservasi fenomena, mengidentifikasi
recognition karakteristik khusus, menentukan hubungan di
antara cues, dan membandingkan hasil observasi
saat ini dengan kategori atau tipe (pola) yang pernah
dipelajari (pengalaman) sebelumnya
procedural Procedural reasoning dipakai untuk
reasoning menghubungkan masalah pasien dengan proses
intervensinya (treatment) yaitu pengaplikasian tools
dan prosedur terapi okupasi untuk masalah yang
telah diidentifikasi lewat interactive reasoning dan
pattern recognition.

Terapis okupasi menerapkan procedural reasoning


untuk rangkaian asesmen (identifikasi masalah),
analisis (diagnosis terapi okupasi), planning (goal
setting), intervensi (treatment), dan reassessment.
.
Contoh Clinical Reasoning
Proses Berpikir Selama Clinical Reasoning

Untuk terapis yang sudah profesional, mereka biasanya menyatukan interactive


reasoning dan pattern recognition menjadi satu proses yang disebut diagnostic
reasoning.

Menurut Rogers dan Holm rangkaian diagnostic reasoning terdiri dari empat
stase model hypothetical reasoning yaitu:
1. Cue acquisition
2. Hypothesis generation
3. Cue interpretation
4. Hypothesis evaluation
Cue acquisition
Cue acquisition adalah mengumpulkan kompilasi data pasien. Bisa
berasal dari chart pasien, rujukan rehab medis ke terapi okupasi,
wawancara, observasi, tes formal maupun informal. Informasi yang
didapatkan akan menunjukkan sumber dan tipe disfungsi (masalah).

Hypothesis generation
Hypothesis generation atau diagnostic hypothesis adalah penjelasan
sementara dari sumber dan tipe disfungsi (masalah). Dalam terapi
okupasi, ini disebut diagnosis okupasi terapi sementara. Diagnosis
bisa berdasarkan dari pengalaman terapis yang pernah menangani
kasus yang mirip atau interpretasi dari theoretical view, practice
model, atau penanganan prosedur standar dari fasilitas atau projek
penelitian.
Cue interpretation
Cue interpretation berdasar dari hubungan atau sangkut paut cues dengan
hipotesis yang dipertimbangkan. Cues dibagi menjadi 3 kelompok;
terindikasi sebagai fungsi normal, yang terindikasi sebagai disfungsi
(masalah), tidak masuk ke dalam dua kategori sebelumnya dan harus
disingkirkan atau dikaji ulang untuk membuat hipotesis tambahan.
Ketepatan diagnosis sementara tergantung dari cue interpretation. Entah
itu akurat, tidak akurat, atau salah.

Hypothesis evaluation
Interpretasi cues yang benar akan menimbulkan hasil yang baik jika
evidence (data, interpretasi, dan cues) telah dikaji ulang saat hypothesis
evaluation. Evidence ini akan dianalisis untuk nantinya hipotesis yang dikira
benar untuk dilanjutkan atau diganti dengan hipotesis yang lebih masuk
dengan evidence yang ditemukan. Hipotesis yang terpilih akan menjadi
dasar dari plan dan intervensi yang akan diberikan pada pasien nantinya.
strategi clinical reasoning
Theoretical reasoning
Teori merupakan panduan yang berguna untuk menganalisis masalah pasien,
pengembangan hipotesis, menyusun plan intervensi, dan mengimplementasi strategi.
Terapis okupasi harus bisa membandingkan masalah pasien dengan teori untuk melihat
kecocokan di antara masalah pasien dengan theoretical concept dan rekomendasi
penanganannya.

Practical reasoning
Practical reasoning digunakan di situasi sehari-hari dan bukan situasi profesional seperti
bekerja dengan pasien. Pertimbangan mengenai aksi yang sesuai dalam kasus tertentu,
dengan orang tertentu, di waktu tertentu. Jadi seseorang harus tahu bagaimana bertindak,
aksi apa yang harus dia ambil, dan apa yang benar dalam sebuah kasus.
strategi clinical reasoning
Ethical reasoning
Hagedorn menyatakan terapis dapat mengevaluasi usulan intervensi yang berhubungan
dengan moral dan etika dasar berpraktik. Ada panduan etik yang harus para terapis patuhi.
Panduan tersebut memberi arahan pada proses terapeutik terutama saat pasien rentan dan
tidak bisa secara penuh mengekspresikan kebutuhan personalnya atau keinginannya.
Ethical reasoning mengharuskan terapis okupasi untuk memikirkan apa yang terbaik untuk
pasien.

Predictive reasoning
Hagedorn menyatakan bahwa predictive reasoning adalah ketika terapis menimbang
peluang, kemungkinan, dan percobaan untuk memprediksi efek dari opsi intervensi dan
untuk mendapatkan gambaran outcomes untuk bermacam skenario yang dibayangkan.
strategi clinical reasoning
Narrative reasoning
Narrative reasoning adalah kegunaan dari cerita untuk membantu menetapkan practical
decision tentang apa yang harus dilakukan. Dengan bercerita, cues penting dapat
diidentifikasi dan penanganan bisa di planning.

Conditional reasoning
Berdasarkan proses sosial budaya untuk memahami dan untuk membantu pasien saat
kesulitan merekonstruksi kehidupan yang berubah akibat penyakitnya,
strategi clinical reasoning
Pragmatic Reasoning
Praktisi memperhitungkan bagaimana faktor-faktor dalam konteks praktikal dan konteks
pribadinya dapat mempengaruhi intervensi. Faktor dalam praktek pengaturan berhubungan
dengan ketersediaan sumber daya (yaitu, penggantian atau ketersediaan tools). Faktor-
faktor dalam konteks pribadi praktisi mungkin termasuk: keterampilan terapeutik dan
motivasi pribadi.
fase
penalaran
klinis
12

pendukung
penalaran klinis
Elemen pokok: Elemen tambahan:
1. Knowledge 1. Clinical problem
2. Cognition 2. Environment
3. Metacognition 3. Client’s input

kapabilitas penalaran klinis


Sering kali penalaran klinis diartikan sebagai proses berpikir atau keputusan yang harus
dibuat. Sebenarnya penalaran klinis harus dikenali sebagai kemampuan, sebuah rangkaian
kemampuan.

Perkembangan kemampuan penalaran klinis mengharuskan para praktisi untuk memahami


lebih dalam penalaran sebagai arena praktik yang kompleks, mengenali konteks yang
melekat dalam penalaran klinis, menghargai pendekatan penalaran yang berbeda yang
sesuai dengan kesiapan tanggap si pemikir, untuk mengembangkan skill yang mumpuni,
kefasihan dalam berbahasa, mengomunikasikan penalaran dengan bermacam clinical
decision-making partner, dan menerapkan strategi pembelajaran yang memperlihatkan
skill dan pemahaman ke dalam praktik.
Elemen Clinical Reasoning
Scientific Element
Ethical Element
Artistic Element
Scientific Element
Menjawab pertanyaan, "hal-hal apa yang mungkin dapat dilakukan untuk klien ini?"

Jawaban atas pertanyaan ini terdapat dalam prosedur evaluasi dan penilaian yang
digunakan untuk menentukan kekuatan dan kelemahan klien, penulisan rencana untuk
membimbing dan mengarahkan proses perubahan, dan pemilihan modalitas terapeutik
yang menghasilkan hasil kinerja pekerjaan yang sukses. Unsur ilmiah menuntut
penilaian, analisis, dan pencatatan yang cermat dan akurat.
Ethical Element
Menjawab pertanyaan, "apa yang harus dilakukan untuk klien ini?" dan "apa itu jalan
yang benar dan adil untuk diambil?"

Jawabannya mempertimbangkan perspektif klien dan tujuannya untuk intervensi.


Setiap individu memiliki pandangan yang berbeda tentang kesehatan. Praktisi OT
mempertimbangkan semua informasi ilmiah dan etika dalam kaitannya dengan
kebutuhan individu, tujuan, budaya, lingkungan, dan gaya hidup.
Artistic Element
Digunakan oleh praktisi OT untuk memandu proses pengobatan dan memilih "tindakan
yang tepat" dalam menghadapi ketidakpastian yang melekat dalam proses klinis. Proses
terapeutik melibatkan pengintegrasian dan pencampuran banyak bidang, seperti:
kekurangan yang harus diatasi, minat dan keinginan klien, media atau aktivitasnya yang
akan digunakan, dan suasana interpersonal yang mendukung proses terapi. Seni terapi
melibatkan membaca cue klien dalam konteks pengaturan dan hubungan klien-terapis.
Penalaran artistik membutuhkan keterampilan dalam terapi hubungan, kreativitas,
refleksi, dan kesadaran diri.
Pengembangan
1. Novice
Keterampilan
2. Advanced Beginner
Clinical 3. Competent
Reasoning 4. Proficient
5. Expert
Novice Advanced Competent
Menggunakan Beginner Melihat lebih banyak fakta,
penalaran memahami masalah klien,
Mengenali cues
prosedural atau mengindividualisasikan
tambahan dan
ilmiah, pengobatan, mungkin kurang
pengetahuan
mulai melihat
kreativitas dan fleksibilitas.
dari klien sebagai
pembelajaran. individu.
Proficient Expert
Melihat situasi secara Mengenali dan memahami aturan
keseluruhan, bukan praktik, menggunakan intuisi untuk
dalam bagian-bagian mengetahui apa yang harus dilakukan
yang terisolasi, mampu selanjutnya, menggunakan penalaran
mengembangkan visi bersyarat.
kemana klien harus
pergi, dapat
dimodifikasi dengan
mudah.
summary
Penalaran klinis memberikan dasar untuk membuat pilihan dan membantu meningkatkan
kemampuan klien untuk berfungsi dan terlibat dalam pekerjaan. Unsur sains, etika, dan
seni berpadu dalam proses terapi. Praktisi OT merancang dengan terampil intervensi untuk
membuat perbedaan dalam kehidupan klien yang mereka layani. Pengetahuan tentang
sains menyediakan data tentang kondisi, diagnosis, prognosis, dan faktor-faktor klinis yang
mungkin terlibat. Seni terapi melibatkan merancang intervensi kreatif untuk mengatasi
defisit kinerja pekerjaan. Seni terapi melibatkan terapi penggunaan diri dan mengacu pada
bagaimana praktisi berhubungan dengan klien. Akhirnya, etis pertimbangan dapat
mempengaruhi jalannya intervensi dan hasil.

Praktisi OT menggunakan berbagai strategi untuk mengintegrasikan secara efektif yaitu


ilmiah, artistik, dan elemen etis ke dalam rencana intervensi. Strategi meliputi prosedural,
interaktif, kondisional, naratif, dan pragmatis pemikiran. Strategi-strategi tersebut jarang
digunakan secara terpisah, dan, pada kenyataannya, para praktisi ahli mungkin terbatas
dalam strategi yang mereka gunakan.
summary
Praktik, refleksi, pendidikan, pengawasan, penelitian, dan analisis kritis memberikan teknik
yang sangat baik untuk meningkatkan kemampuan praktisi untuk menggunakan penalaran
klinis. Praktisi OT harus selalu tetap memperhatikan strategi penalaran klinis yang mereka
gunakan sehingga intervensi tetap bermanfaat bagi klien.
sumber

concept of clinical reasoning in


occupational health profession by
therapy by reed joy higgs
and sanderson
sumber

introduction to
occupational
therapy by
O'brien and
Hussey
Terima kasih!
ADA PERTANYAAN?

Anda mungkin juga menyukai