Anda di halaman 1dari 2

Rempah-rempah merupakan barang dagangan paling berharga pada zaman prakolonial.

Banyak rempah-rempah dulunya digunakan dalam pengobatan, tetapi sekarang ini


berkurang.

Rempah-rempah adalah salah satu alasan mengapa penjelajah Portugis Vasco Da


Gama mencapai India dan Maluku di Indonesia. Rempah-rempah ini pula yang
menyebabkan Belanda kemudian menyusul ke Maluku, sementara itu, bangsa Spanyol di
bawah pimpinan Magellan telah lebih dahulu mencari jalan ke Timur melalui jalan lain yakni
melewati samudera Pasifik dan akhirnya mendarat di pulau Luzon, Filipina.

Rempah-rempah telah dikenal di Eropa sekitar 70 SM dan digunakan sebagai obat serta penyedap
makanan.

Maluku menjadi sumber utama rempah-rempah dunia, dari Selat Malaka rempah-rempah dibawa
oleh pedagang Arab dan Gujarat ke India serta China melalui Jalur Sutra. Rempah kemudian diangkut
dengan kapal ke pelabuhan di Venesia, lalu dibawa melalui darat ke Mediterania, kemudian diekspor
ke Timur Tengah dan negara-negara di sekitar Laut Tengah hingga akhirnya menjadi rute perniagaan
rempah tersebar di Eropa. Saat itu, rempah seperti pala dan cengkeh merupakan barang mewah
yang sering ditukar dengan kain dari India, atau keramik dari China. Rempah sangat disukai oleh
bangsa Eropa, karena iklim Eropa yang dingin, rempah sering dikonsumsi untuk menghangatkan
tubuh dan biasa digunakan untuk pengobatan, penyedap masakan, juga parfum. Bahkan saat itu
rempah-rempah dari Negeri Timur yaitu Nusantara dipercaya menjadi obat hirup alami untuk
mengobati wabah besar yang mengakibatkan kematian luar biasa di Eropa.

Fungsi utama rempah-rempah yakni sebagai perasa makanan. Rempah-rempah juga


digunakan sebagai bahan baku parfum kosmetik dan dupa.[12] Sejak awal ditemukan,
rempah-rempah juga menjadi salah satu hal penting dalam pengobatan medis. Sifatnya
yang mahal, langka, dan eksoktik seringkali dikaitkan sebagai simbol kekayaan dan kelas
sosial.[13]

Kebaya

Kebaya (pengucapan bahasa Indonesia: [kəˈbaja]; kê‧ba‧ya)[catatan 1][9] adalah sejenis


pakaian bagian atas yang secara tradisional dikenakan oleh wanita Melayu dan Jawa di Asia
Tenggara, terutama di Indonesia,[10] Malaysia,[8] Brunei,[11] dan Singapura.

Sejarah Kebaya
Kebaya memiliki asal-usul yang menarik. Soal kebaya berasal dari bahasa Arab
diterangkan oleh Denys Lombard. Ia merupakan seorang sejarawan yang menekuni
budaya Jawa.

Ada juga yang mencatat bahwa kebaya diperkenalkan lewat bahasa Portugis. Saat
bangsa Portugis mendarat di Asia Tenggara, kebaya merujuk pada pakaian atasan
atau blus yang dikenakan wanita Indonesia abad ke-15 dan ke-16 Masehi.
Kemudian banyak yang berpendapat, kebaya berkaitan dengan pakaian tunik
perempuan pada masa Dinasti Ming di China. Kebaya sampai ke Nusantara setelah
terjadi migrasi besar-besaran dari China.

Pada masa penjajahan Belanda, Kebaya digunakan sebagai busana resmi wanita
Eropa. Saat itu, kebaya hanya menggunakan bahan tenun mori.

Selain memiliki fungsi estetis, kebaya juga memiliki fungsi sosial sebagai


pembelajaran untuk wanita agar berpakaian rapi, pantas dan senantiasa
menjaga kehormatannya

Anda mungkin juga menyukai