Rempah-rempah telah dikenal di Eropa sekitar 70 SM dan digunakan sebagai obat serta penyedap
makanan.
Maluku menjadi sumber utama rempah-rempah dunia, dari Selat Malaka rempah-rempah dibawa
oleh pedagang Arab dan Gujarat ke India serta China melalui Jalur Sutra. Rempah kemudian diangkut
dengan kapal ke pelabuhan di Venesia, lalu dibawa melalui darat ke Mediterania, kemudian diekspor
ke Timur Tengah dan negara-negara di sekitar Laut Tengah hingga akhirnya menjadi rute perniagaan
rempah tersebar di Eropa. Saat itu, rempah seperti pala dan cengkeh merupakan barang mewah
yang sering ditukar dengan kain dari India, atau keramik dari China. Rempah sangat disukai oleh
bangsa Eropa, karena iklim Eropa yang dingin, rempah sering dikonsumsi untuk menghangatkan
tubuh dan biasa digunakan untuk pengobatan, penyedap masakan, juga parfum. Bahkan saat itu
rempah-rempah dari Negeri Timur yaitu Nusantara dipercaya menjadi obat hirup alami untuk
mengobati wabah besar yang mengakibatkan kematian luar biasa di Eropa.
Kebaya
Sejarah Kebaya
Kebaya memiliki asal-usul yang menarik. Soal kebaya berasal dari bahasa Arab
diterangkan oleh Denys Lombard. Ia merupakan seorang sejarawan yang menekuni
budaya Jawa.
Ada juga yang mencatat bahwa kebaya diperkenalkan lewat bahasa Portugis. Saat
bangsa Portugis mendarat di Asia Tenggara, kebaya merujuk pada pakaian atasan
atau blus yang dikenakan wanita Indonesia abad ke-15 dan ke-16 Masehi.
Kemudian banyak yang berpendapat, kebaya berkaitan dengan pakaian tunik
perempuan pada masa Dinasti Ming di China. Kebaya sampai ke Nusantara setelah
terjadi migrasi besar-besaran dari China.
Pada masa penjajahan Belanda, Kebaya digunakan sebagai busana resmi wanita
Eropa. Saat itu, kebaya hanya menggunakan bahan tenun mori.