Anda di halaman 1dari 19

AKTIVITAS DAKWAH PADA PONDOK PESANTREN AL-

KAROMAH AIDARUSY DI DESA SIBIRUANG KOTO


KAMPAR HULU

PROPOSAL

Oleh:

ARINI MISLAINI
NIM. 12040426511

PRODI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2022
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dakwah bermakna ajakan atau seruan yang mempunyai esensi mengajak manusia pada nilai-
nilai ajaran islam secara kaffah (menyeluruh). Tidak hanya berhenti pada spirit nya, atau
aspek luarnya saja, tapi menganut secara utuh dan melaksanakan segala tuntutannya.
Tujuannya agar manusia memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Dakwah merupakan
aktivitas yang sangat penting dalam islam, sebab dengan dakwah, islam dapat tersebar dan
diterima oleh manusia. Sebaliknya tanpa dakwah, islam akan menjauh dari masyarakat dan
selanjutnya akan lenyap dari permukaan bumi. Dalam kehidupan masyarakat, dakwah
berfungsi menata kehidupan yang agamis menuju terwujudnya masyarakat yang harmonis
dan Bahagia. Ajaran islam yang disiarkan melalui dakwah dapat menyelamatkan manusia
dan masyarakat pada umumnya dari hal-hal yang dapat membawa pada kehancuran.1

Islam adalah agama rahmatal Lil Alamin yang menjadi acuan hidupumat Islam secara
keseluruhan, maka dari itu berdakwah diperlukan sebagaisarana untuk menginformasikan
dan menjelaskan ajaran Islam kepadamasyarakat agar menjadi manusia yang baik, beradab,
berkualitas, dan selalu menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Sehingga mampu membangun
sebuah peradaban yang maju dan tatanan kehidupan yang adil dan sejahtera. Selain itu
mempunya tujuan supaya dapat memberikan pemahaman yang bersifatuniversal tentang
suatu unit ajaran islam secara mendalam.Dalam perspektif dakwah, Al-qur’an dipandang
sebagai kitab dakwah yang merupakan rujukan pertama dan utama. Al-qur’an
memperkenalkan sejumlah istilah kunci yang melahirkan konsep dasar dakwah. Maka dari
itu dalam makalah ini akan kami bahas tentang “Perkembangan pemikiran filsafat dakwah
dalam Al-Qur’an”.Yang terdiri dari dakwah dan komponennya dalam Al-Qur’an yang
meliputi terminologis dakwah, subyek dan obyek dakwah,materi, metode, dan media
dakwah.

1
Dr. Abdurrahman, M.Pd, Methodologi Dakwah Membangun Peradaban, (Medan : CV. Pusdikra Mitra Jaya, 2020),
hal. 23
3

Aktivitas dakwah dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan yang mengarah kepada
perubahan terhadap sesuatu yang belum baik agar menjadi baik dan kepada sesuatu yang
sudah baik agar menjadi lebih baik lagi. Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali
aktivitas, kegiatan atau kesibukan yang dilakukan manusia. Namun, berarti atau
setidaknya kegiatan tersebut bergantung pada individu tersebut. Karena menurut Samuel
Soeitoe, sebenarnya aktivitas bukan hanya sekedar kegiatan, tetapi aktivitas dipandang
sebagai usaha untuk mencapai atau memenuhi kebutuhan orang yang melakukan aktivitas
itu sendiri.2
Dakwah merupakan suatu aktivitas yang berupaya mengubah suatu situasi kepada
situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam, atau proses mengajak manusia kejalan
Allah yaitu al Islam. Dengan penjelasan di atas dapat diartikan bahwa aktivitas dakwah
adalah segala sesuatu yang berbentuk aktivitas atau kegiatan yang dilakukan dengan
sadar yang mengajak manusia ke jalan yang mulia di sisi Allah serta meluruskan
perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari ajaran-ajaran Islam.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin mengangkat judul
“Aktivitas Dakwah Pada Pondok Pesantren Al-Karomah Aidarusy Di Desa Sibiruang
Koto Kampar Hulu”

B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman tentang pengertian istilah yang dipakai
dalam penelitian ini, maka penulis memberikan penjelasan sebagai berikut: “Aktivitas
Dakwah Pada Pondok Pesantren Al-Karomah Aidarusy Di Desa Sibiruang Koto Kampar
Hulu”
1. Aktivitas
Aktivitas dapat diartikan sebagai perbuatan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dalam kehidupan sehari-hari yang berupa ucapan, perbuatan ataupun
kreatifitas di tengah lingkungannya.
2. Dakwah
Menurut Prof. H.M. Arifin, M.Ed. dakwah mengandung pengertian sebagai suatu
kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang
dilakukan sacara sadar dan bearencana dalam usaha mempengaruhiorang lain, baik
2
Samuel Soeitoe, Op. cit. h. 52
4

secara individu maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya pengertian,
kesadaran, sikap, penghayatan serta pengamalan terhadap ajaran agama sebagai pesan
yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur pemaksaan.

C. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah Dalam Penelitian Ini Adalah “Bagaimana Aktivitas Dakwah
Pada Pondok Pesantren Al-Karomah Aidarusy Di Desa Sibiruang Koto Kampar Hulu”.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1. Tujuan
Untuk mengetahui aktifitas dakwah yang dilakukan peramah di Pondok pesantren
Alkaromah Aidarusy
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam ilmu pengetahuan
dakwah, khususnya mengenai aktivitas dakwah. Mengingat peneliti merupakan
salah satu mahasiswa Fakultas dakwah dan komunikasi.
b. Secara praktis
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi
dan dokumentasi ilmiah untuk pengkajian dan penelitian dalam pengembangan
ilmu dakwah.

E. Sistematis penulisan
Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis, maka penulis perlu menyusun
sistematis penulisan sehingga memudahkan untuk memahami.
Adapun sistematika penulisan tersebut adalah:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini penulis mengemukakan latar belakang masalah, penegasan istilah,
rumusan masalah tujuan penulisan dan sistematika penulis.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini penulis mengemukakan kerangka pikir yang digunakan dalam penullis
BAB III : METODOLOGI PENULISAN
5

Bab ini penulis mengemukan jenis dan pendekatan penulisan , lokasi dan waktu
penulisan, sumber data, informasi penulisan, tekhnik pengumpulan data,
validitas data dan tekhnik analisa data.
BAB IV : GAMBARAN UMUM
Bab ini berisikan gambaran umum dan subjek penulisan
BAB V : HASIL PENULISAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan hasil penulisan dan pembahasan
BAB IV : PENUTUP
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Landasan Teori
1. Pengertian Aktivitas
Aktivitas berasal dari bahasa Inggris “activity” yang berarti aktivitas, kegiatan,
atau kesibukan (Echols dan Shadily, 1981: 10). Ada dua jenis aktivitas yaitu eksternal
dan aktivitas internal. Aktivitas eksternal adalah jika kegiatan manusia terhadap objek-
objek menggunakan lengan tangan, jari-jari dan kaki, maka pada internal,
menggunakan tindakan mental dalam bentuk-bentuk gambaran-gambaran dinamis.
Aktivitas internal dapat melakukan aktivitas eksternal (Dagun, 1997: 25). Dalam
kegiatan sehari-hari banyak sekali aktivitas, kegiatan ataupun kesibukan yang
dilakukan manusia. Karena menurut Soeltoe sebenarnya aktivitas bukan hanya sekedar
kegiatan, dia mengatakan bahwa aktivitas dipandang sebagai usaha untuk mencapai
atau memenuhi kebutuhan (Soeltoe, 1982: 52).
Menurut Gania Gani, 2006: 148) kebutuhan manusia tersusun dalam bentuk
hierarki. Kebutuhan di tingkat yang paling rendah adalah kebutuhan fisiologis dan
kebutuhan di tingkat yang paling tinggi adalah kebutuhan aktualisasi diri. Adapun
kebutuhan mendefinisikan sebagai berikut:
a. Fisiologis (physiological). Kebutuhan akan makanan, minuman, tempat
tinggal, dan bebas dari rasa sakit.
b. Keamanan dan keselamatan (safety and security). Kebutuhan untuk bebas dari
ancaman, diartikan sebagai aman dari peristiwa atau lingkungan yang
mengancam.
c. Kebersamaan, sosial dan cinta (belongingness, social, and love). Kebutuhan
akan pertemanan, afiliasi, interaksi, dan cinta.
d. Harga diri (esteem). Kebutuhan akan harga diri dan rasa hormat dari orang
lain.
e. Aktualisasi diri (self-actualization). Kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan
diri sendiri dengan cara maksimum menggunakan kemampuan, ketrampilan,
dan potensi.
7

Jadi, salah satu kebutuhan manusia adalah menuntut ilmu untuk menjadi
pintar dan pandai. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka manusia harus
belajar dengan cara bersekolah, atau mengunjungi majlis atau tempat-tempat ilmu
lainnya seperti perpustakaan atau juga berdiskusi dan lain sebagainya. Ternyata
untuk memenuhi satu kebutuhan saja manusia harus melakukan berbagai kegiatan
atau aktivitas. Disamping itu, aktivitas dapat dimaknai sebagai kegiatan orang
yang beriman dalam mewujudkan ajaran Islam dengan menggunakan sistem dan
cara tertentu ke dalam kenyataan hidup perorangan, keluarga, kelompok, dan
karyawan. Oleh karena itu, aktivitas yang berfungsi menginformasikan nilai-nilai
Islam sebagai ajaran menjadi kenyataan pada karyawan yang mendasarkan pada
pandangan dunia Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunah.

2. Pengertian Dakwah
Dakwah menurut etimologi (bahasa) berasal dari kata bahasa Arab yang berarti
mengajak, menyeru, dan memanggil seruan, permohonan, dan permintaan.3 Dalam
pengertian lain menyebutkan dakwah merupakann bahasa Arab, berasal dari kata
da’wah, yang bermakna seruan, pengilan, undangan atau do’a.4 Jadi, dapat
disimpulkan dakwah secara bahasa berarti seruan atau panggilan.
Pengertian dakwah secara terminologi untuk saling melengkapi, karena meskipun
berbeda susunan redaksinya, namun maksud dan makna hakikatnya sama seperti
dikutip berikut ini:
a) Prof. Toha Yahya Omar, MA menyebutkan bahwa dakwah secara
terminologi mengajak manusia dengan cara bijaksana ke jalan yang benar
sesuai dengan perintah Allah, untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka
di dunia dan di akhirat.
b) Prof. A. Hasjmy menyebutkan bahwa dakwah islamiah adalah megajak
orang lain untuk meyakini dan mengamalkan akidah dan syariah islamiah
yang terlebih dahulu diyakinidan diamalkan pendakwah sendiri.
c) Syaikh Ali Mahfudz menyebutkan bahwa dakwah adalah memotivasi
manusia untuk berbuat kebajikan, mengikuti petunjuk, memerintahkan
3
Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006 Ed.1 Cet. 1, h. 17
4
Tata Sukayat, Quantum Dakwah. Jakarta: Rineka Cipta :2009, h. 1.
8

kebajikan dan mencegah kemungkaran agar mereka memperoleh


kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
d) Hamzah Ya’kub menyebutkan bahwa dakwah adalah mengajak manusia
dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk-petunjuk Allah
SWT dan Rasul-Nya.
e) Abdul Kadir Munsyi menyebutkan bahwa dakwah adalah mengubah umat
dari satu situasi kepada situasi yang lebih baik di dalam segi kehidupan.

3. Bentuk-Bentuk Dakwah
Bentuk-bentuk dakwah dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Dakwah bi al-lisan, artinya penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa
ceramah, khutbah, pidato, nasihat atau komunikasi antara da’i dan mad’u.
Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa
yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus
digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap
permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan dan
tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah.
b.   Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah
melalui tulisan, seperti kitab-kitab, buku, majalah, jurnal, artikel, internet,
spanduk, dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka
tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf
dan nahi munkar. Dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan
kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan waktu, bisa dibaca
dimana saja serta kapanpun. Apalagi publikasi saat ini semakin mudah,
jangkauannya juga luas dan tidak terbatas, terutama tulisan yang disebarkan di
internet bisa dibaca banyak orang diseluruh dunia. Sebuah gagasan menjadi riil
dan kongkrit bila ditulis, tidak hanya diucapkan.
c.   Dakwah bi al-hal adalah bentuk ajakan kepada Islam dalam bentuk amal, kerja
nyata, baik yang sifatnya seperti mendirikan lembaga pendidikan Islam, kerja
bakti, gotong-royong, mendirikan bangunan keagamaan, membangun
jembatan, penyantunan masyarakat secara ekonomis, seperti penyaluran zakat
9

atau bahkan acara-acara keagamaan untuk syiar Islam. Dakwah bi al-hal


merupakan dakwah Islamiyah yang dilakukan dengan tindakan nyata
terhadap mad’u. Sehingga tindakan nyata tersebut dapat dimanfaatkan atau
dicontoh oleh mad’u.5

4. Dasar Dakwah

Dakwah sebagai aktivitas di dalam kehidupan seorang muslim, maka sudah


barang tentu aktivitas tersebut haruslah berlandaskan pada dasar dasar ajaran agama
Islam itu sendiri Adapun pokok landasan ajaran Islam pada dasamya ialah AI-Qur’an
dan al-Hadits. Sedangkan pelaksanaan dakwah tersebut, juga menyangkut komunikasi
antar sesama manusia dalam masyarakat. Oleh karena itu, perlu diperhatikan pula
peraturan-peraturan yang berlaku di dalam nasyarakat tersebut, Sehingga dengan
demikian pelaksanaan dakwah tidak banyak mengalami hambatan-hambatan.

5. Unsur-Unsur Dakwah
a.  Da’i (Subjek Dakwah)
Kata da’i berasal dari Bahasa arab bentuk mudzakkar yang berarti orang
yang mengajak, kalau muannas disebut daiyyah. Dalam kamus Bahasa
Indonesia da’i diartikan orang yang pekerjaannya berdakwah, pendakwah:
melalui kegiatan dakwah, para da’i menyebarluaskan ajaran islam. Dengan kata
lain, da’i adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung
atau tidak langsung, melalui lisan, tulisan atau perbuatan untuk mengamalkan
ajaran-ajaran islam atau menyebarluaskan agama islam, melakukan upaya
perubahan ke arah kondisi yang lebih baik menurut ajaran islam. Da’i dalam
posisi ini disebut subjek dakwah, yaitu pelaku dakwah yang senantiasa aktif

menyabarluaskan ajaran islam.6


 Seorang muslim mesti sadar bahwa dirinya adalah subjek dakwah, ia
adalah pelaku yang tidak boleh absen. Tidak ada pengecualian seseorang untuk
lepas dari kedudukannya sebagai subjek dakwah. Dalam keadaan dan situasi
5
Baiatsatul Hasanah, “ Ilmu Dakwah (Bentuk-Bentuk Dakwah), http://itha911.wordpress.com/kumpulan-makalah-
2/ilmu-dakwah-bentuk-bentuk-dakwah/
6
Aliyudin,Dasar-dasar Ilmu Dakwah,Bandung:Widya Padjadjaran,(2009) hlm. 73
10

yang bagaimanapun manusia muslim tetap harus sadar bahwa dirinya adalah
subjek dakwah yang harus secara terus menerus melaksanakan tugasnya
sebagai da’i dengan cara-cara yang sesuai dengan tempat dan situasinya.
  Da’i ibarat seorang pemandu terhadap orang-orang yang ingin mendapat
keselamatan hidup dunia dan akhirat. Ia adalah prtunjuk jalan yang harus
mengerti dan memahami terlebih dahulu mana jalan yang boleh dilalui dan yang
tidak boleh dilalui oleh seorang muslim, sebelum ia memberi petunjuk jalan
kepada orang lain. Oleh karena itulah kedudukan seorang da’i ditengah
masyarakat menempati kedudukan yang penting, ia adalah seorang pelopor
yang selalu diteladani oleh masyarakat disekitarnya. Ia adalah seorang
pemimpin ditengah masyarakat walau tidak pernah dinobatkan resmi sebagai
pemimpin. Kemunculan da’i sebagai pemimpin adalah kemunculan atas
kemunculan masyarakat yang tumbuh secara bertahap. Itulah sebabnya
sebagai da’i harus sadar bahwa segala tingkah lakunya selalu dijadikan tolak
ukur masyaraktnya.
b. Mad’u (Objek Dakwah)
Mad’u adalah orang-orang yang dijadikan sasaran untk menerima dakwah
yang sedang dilakukan oleh da’i. keberadaan objek dakwah yang sering kita
kenal dengan mad’u, yang sangat heterogen baik ideology, pendidikan, status
sosial, kesehatan, usia dan sebagainya. Abdul Munir Mulkhan membedakan
objek dakwah menjadi 2 kategori. Pertama, umat dakwah yaitu masyarakat luas
yang belum memeluk agama islam. Kedua, umat ijabah yaitu mereka yeng telah
memeluk agama islam.7
Dalam proses dan pelaksanaan dakwah, mad’u dapat bersifat individu
ataupun kolektif. Individu karena memang tujuan dakwah adalah mengajak dan
mendorong manusia untuk mengamalkan ajaran agama islam dalam kehidupan
sehari-hari agar memperoleh kebahagiaan di dunia maupun akhirat. Bersifat
kolektif  karena dakwah juga bertujuan untuk membentuk tatanan kehidupan
masyarakat yang bersendikan islam.
c. Materi Dakwah
7
Siti Uswatun Khasanah,Berdakwah dengan Jalan Debat:antara Muslim dan Non Muslim,Purwokerto:STAIN
Purwokerto Press,(2007) hlm. 30
11

Materi dakwah yang diberikan pada dasarnya bersumber dari Al-Qur’an


dan Hadits. Sebagai sumber utama yang meliputi akidah, syari’ah, dan akhlaq.
Hal yang perlu disadari adalah, bahwa ajaran yang disampaikan itu bukanlah,
semata-mata berkaitan dengan eksistensi dan wujud Allah SWT., namun
bagaimana Dengan adanya perkembangan teknologi dan kemajuan
pengetahuan, materi, perlu diamati dasar-dasar kehidupan dalam masyarakat
global yang senantiasa dilandasi paham keislaman, sehingga tidak hanya
sekadar bagaimana melaksanakan sholat yang benar, puasa yang sah, zakat, haji
dan lain-lain.
Akan tetapi juga diperkenalkan pola kehidupan kontemporer, seperti
bagaimana juga diperkenalkan pola kontemporer, seperti bagaimana dakwah
dapat menambah ke dunia teknologi informasi, internet, ekonomi yang
bercirikan islam, bagaimana dakwah bias diterima dikalangan non muslim, dan
lain-lain. Menumbuhkan kesadaran mendalam agar mampu memanifestasikan
akidah syari’ah, dan akhlaq dalam ucapan, pikiran, dan tindakan dalam
kehidupan sehari-hari.8

d. Media Dakwah
 Seorang da’i atau juru dakwah, dalam menyampaikan ajaran islam kepada
umat manusia tidak akan lepas dari sarana atau media. Hamzah Ya’qub
membagi sarana dakwah menjadi lima macam, yaitu : Lisan, tulisan, audio,
visual dan akhlaq. Dari lima macam pembagian tersebut, secara umum dapat
dipersempit menjadi 3 media, yaitu :
1. Spoken Words, media dakwah yang berbentuk ucapan atau bunyi yang
ditangkap dengan indra telinga, seperti radio, telepon, dan lain-lain.
2. Printed writings, berbentuk tulisan, gambar, lukisan dan sebagainya
yang dapat ditangkap dengan mata.
3. The Audio Visual, berbentuk gambar hidup yang dapat didengar
sekaligus dilihat, seperti televisi, video, film, dan sebagainya.

8
Siti Uswatun Khasanah,Berdakwah dengan Jalan Debat:antara Muslim dan Muslim,Purwokerto:STAIN Purwokerto
Press(2007) hlm. 36
12

 Dilihat dari segi  sifatnya, media dapat digolongkan menjadi dua


kategori : media dakwah tradisional dan media dakwah modern. Media dakwah
tradisional berupa berbagai macam seni dan pertunjukan tradisional, dipentaskan
secara umum terutama hiburan yang bersifat komulatif. Sedangkan media modern
diistilahkan dengan media elektronik yaitu media yang dihasilkan dari teknologi
seperti televisi, radio, pers, internet, dan sebagainya.

e. Metode Dakwah

Metode dakwah yaitu, cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da’i untuk
menyampaikan materi berdasarkan Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125. Siti
Muriah dalam buku metodologi dakwah kontemporer menyebutkan bahwa
metode dakwah arif untuk diterapkan ada tiga macam yaitu : bil hikmah,
mau’idzah hasanah, dan mujadalah.9

Hikmah  sering diterjemahkan dengan bijaksana, artinya suatu pendekatan


sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan apa yang
didakwahkan atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, konflik maupun
rasa tertekan.

Dakwah bil hikmah pada intinya merupakan seruan atau ajakan dengan cara


bijak, filosifis, argumentative, dilakukan dengan adil, penuh kesabaran dan
ketabahan sesuai dengan risalah an-nubuwwah dan ajaran Al-Qur’an atau wahyu
ilahi. Dengan demikian, terungkaplah apa yang seharusnya secara benar dan
terposisikannya sesuatu secara proporsional.  Mau’idzah Hasanah sering
diterjemahkan sebagai nasihat yang baik. Mau’idzah Hasanah  menurut beberapa
ahli Bahasa dan pakar tafsir memberikan pengertian sebagai berikut :

1) Pelajaran dan nasehat yang baik berpaling dari perbuatan jelek melalui
dorongan dan motivasi.
2) Pelajaran, keterangan, penuturan, peringatan, pengarahan dengan gaya
Bahasa yang mengesankan.

9
Siti Uswatun Khasanah,Berdakwah dengan Jalan Debat:antara Muslim dan Muslim,Purwokerto:STAIN
Purwokerto Press(2007) hlm. 36
13

3) Symbol, alamat, tanda, janji, penuntun, petunjuk, dan dalil-dalil yang


memuaskan melalui ucapan lembut dan penuh kasih sayang.
4) Nasehat, bimbingan, dan arahan untuk kemaslahatan. Dilakukan dengan
baik dan penuh denagn tanggung jawab.

Sedangkan Mujadalah  secara etimologi, yaitu lafadz yang terambil dari kata


“jadalah” yang bermakna meminta, melilit. Apabila ditambahkan Alif pada huruf jim
yang mengikuti wazan faa’ala, yufaa’ilu, mufaa’alatan ”jaadalah” dapat bermakna
berdebat, dan “mujaadalah” adalah “perdebatan”.

Menurur Ali Al-Jarisyah dalam kitabnya adab al-hiwar ma’al munazdarah, bahwa
“al-jidal” secara Bahasa dapat juga bermakna “datang untuk memilih kebenaran”, dan
apabila berbentuk isim “al-jadlu” maka berarti “pertentangan atau perseteruan yang
tajam”. Bahkan Al-Jarisyah menambahkan, bahwa lafaz “al-jadlu” musytaq dari lafaz
“al-qotlu” yang berarti sama-sama terjadi pertentangan, seperti halnya terjadi perseteruan
antara dua orang yang saling bertentangan, saling melawan atau menyerang, sehingga

salah satunya menjadi kalah.10

Dari segi istilah, terdapat beberapa pengertian al-mujadalah. Al-Mujadalah berarti


upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya
suasana yang mengaharuskan lahirnya permusuhan di antara keduanya.sedangkan
menurut Dr. Sayyid Muhammad Tanthowi mujadalah adalah suatu upaya yang bertujuan
untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang
kuat.

Dari pengertian diatas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa dakwah mujadalah


merupakan suatu upaya untuk mengajak manusia ke jalan Allah melalui metode tukar
pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis yang tidak melahirkan
permusuhan, dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan
memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.

B. Kerangka Pikir
10
Siti Uswatun Khasanah,Berdakwah dengan Jalan Debat:antara Muslim dan Non Muslim,Purwokerto:STAIN
Purwokerto Press,(2007) hlm. 31-36
14

Kerangka berpikir atau kerangka pemikiran adalah dasar pemikiran dari penelitian
yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan kajian kepustakaan. Oleh karena itu,
kerangka berpikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar
dalam penelitian. Didalam kerangka pemikiran variabel-variabel penelitian dijelaskan
secara mendalam dan relevan dengan permasalahan yang diteliti, sehingga dapat
dijadikan dasar untuk menjawab permasalahan penelitian.
15

Bagan 2.1
Kerangka Berpikir

Aktivitas Dakwah

Dakwah Bil Hal Dakwah Bil Lisan Dakwah Bil Kitaba

Kegiatan yang Kegiatan dakwah Kegiatan dakwah


mengutamakan yang dilakukan secara yang dilakukan
kreativitas langsung dengan
terhadap prilaku menggunakan
da’i media tertulis
maupun massa
16

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan


Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau
mendeskripsikan objek fenomena yang diteliti. Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-
unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan adapula
produk interaksi yang berlangsung,11 pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan
berbagai metode yang ada.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan di laksanakan di Desa Sibiruang Kecamatan Koto Kampar
Hulu, yang bertempatan di Pondok Pesantren Alkaromah Aidarusy Sibiruang.

C. Sumber Data
Data adalah sesuatu yang diketahui atau dianggap. Diketahui artinya yang sudah
terjadi merupakan fakta. Data dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan
atau persoalan. Adapun sumber data adalah darimana data diperoleh. Sumber data
penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu :
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden
seperti serangkaian pertanyaan tertulis yang diajukan peneliti kepada para
responden untuk mendapatkan jawaban secara tertulis.
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari Lembaga yang berpengaruh,
dengan penelitian, buku Pustaka, dan sebagainya seperti studi kepustakaan
(library study) mengumpulkan informasi mengenai teori-teori yang
berkaitan dengan penelitian dengan membaca literatur.

11
Siagian, Matias, Metode Penelitian Sosial, Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu Kesejahteraan
Sosial dan Kesehatan, (Medan: PT. Grasindo Monoratam, 2011), hlm. 52.
17

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara yang digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data atau informasi serta fakta pendukung yang ada di
lapangan untuk keperluan penelitian. Teknik pengumpulan data tentu sangat
ditentukan oleh metodologi penelitian yang diambil atau dipilih oleh peneliti. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan beberapa Teknik untuk mengumpulkan data
yang berkaitan dengan penelitian ini diantaranya sebagai berikut :
1. Observasi (Pengamatan)
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan objek pengamatan.Observasi
sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau
proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati.
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu dari beberapa Teknik dalam
mengumpulkan informasi atau data. Wawancara adalah cara yang dipakai untuk
memperoleh informasi melalui kegiatan interaksi social antara peneliti dengan
yang diteliti.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan peristiwa-peristiwa yang telah berlalu, dokumen
tersebut dapat berupa gambar, tulisan, atau karya-karya monumental dari
seseorang. dokumen berkaitan dengan data penelitian seperti, latar belakang dan
sejarah. Dengan metode ini peneliti dapat memperoleh informasi tidak hanya dari
orang sebagai informan tetapi memperoleh informasi dari tulisan-tulisan atau dari
dokumen yang ada pada informan. Metode ini untuk melengkapi wawancara dan
observasi.
18

E. Validasi Data
Validitas data adalah serangkaian bentuk ketepatan atas derajat dalam variabel
penelitian yang menghubungkan antara proses penelitian pada obyek penelitian
dengan data-data yang dilaporkan oleh seorang peneliti.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah reduksi data, menyajikan data dan
menarik kesimpulan. Reduksi data diartikan sebagai kegiatan pemilihan data penting
dan tidak penting dari data yang telah terkumpul.
Penyajian data diartikan sebagai penyajian informasi yang tersusun. Kesimpulan
data mereka artikan sebagai tafsiran atau interpretasi terhadap data yang disajikan.
tujuan analisis data adalah untuk dapat menjelaskan suatu data agar lebih mudah
dipahami, selanjutnya dibuat sebuah kesimpulan. Suatu kesimpulan dari analisis data
yang didapatkan dari sampel yang umumnya dibuat berdasarkan pengujian hipotesis
atau dugaan.
19

DAFTAR PUSTAKA
Aliyudin. 2009. Dasar-dasar Ilmu Dakwah. Bandung:Widya Padjadjaran.
Dr. Abdurrahman, M.Pd. 2020. Methodologi Dakwah Membangun Peradaban,
(Medan : CV. Pusdikra Mitra Jaya)
Matias Siagian. 2011. Metode Penelitian Sosial, Pedoman Praktis Penelitian Bidang
Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Kesehatan, (Medan: PT. Grasindo Monoratam)
Munir Muhammad, Wahyu Ilahi. 2006. Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana.
Siti Uswatun Khasanah. 2007. Berdakwah dengan Jalan Debat:antara Muslim dan Non
Muslim,Purwokerto:STAIN Purwokerto Press
Sukayat Tata. 2009. Quantum Dakwah. Jakarta: Rineka Cipta

INTERNET
https://pakdosen.co.id/pengertian-dakwah/
Baiatsatul Hasanah, “ Ilmu Dakwah (Bentuk-Bentuk
Dakwah), http://itha911.wordpress.com/kumpulan-makalah-2/ilmu-dakwah-bentuk-bentuk-
dakwah/

Anda mungkin juga menyukai