Anda di halaman 1dari 13

EFEKTIVITAS KESENIAN DRUMBLEK SEBAGAI WUJUD

PEMBELAJARAN OUTDOOR BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK


MENINGKATKAN KEPEKAAN RITMIS KELAS 3

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Konsep Efektivitas
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti
berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah
populer mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil
guna atau menunjang tujuan. Efektivitas merupakan unsur pokok untuk
mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap
organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai
tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan (Rosalina, 2012).

Menurut Gie (1989:147), efektivitas adalah suatu keadaan yang


mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang
dikehendaki. Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa
jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Efektivitas dapat
diartikan sebagai suatu proses pencapaian suatu target yang telah
ditetapkan sebelumnya. Semakin besar presentase target yang dicapai
semakin tinggi efektivitasnya. Efektifitas adalah suatu ukuran yang
menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah
tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi
efektifitasnya. (Hidayat, 1986:7).

Efektivitas dapat dicapai apabila semua unsur dan komponen yang


terdapat pada sistem pembelajaran berfungsi sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang ditetapkan. Efektivitas pembelajaran dapat dicapai apabila
rancangan pada persiapan, implementasi, dan evaluasi dapat dijalankan
sesuai prosedur serta sesuai dengan fungsinya masing-masing
Pembelajaran dikatakan efektif apabila dalam proses pembelajaran
setiap elemen berfungsi secara keseluruhan, peserta merasa senang, puas
dengan hasil pembelajaran, membawa kesan, sarana dan fasilitas
memadai, materi dan guru profesional. Tinjauan utama efektivitas
pembelajaran adalah outputnya, yaitu kompetensi siswa.

Mengukur efektivitas suatu program kegiatan bukanlah suatu hal


yang sangat sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut
pandang dan tergantung pada siapa yang menilai serta
menginterpretasikannya. Bila dipandang dari sudut produktivitas, maka
seorang manajer produksi memberikan pemahaman bahwa efektivitas
berarti kualitas dan kuantitas (output) barang dan jasa.

Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan


antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah
diwujudkan. Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang
dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau
sasaran yang diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak efektif.

Menurut Dimianus (2014) Ada beberapa pendekatan yang


digunakan terhadap efektivitas yaitu:

a. Pendekatan sasaran (Goal Approach)


b. Pendekatan Sumber (System Resource Approach)
c. Pendekatan Proses (Internal Process Approach)

2.1.2 Kesenian Drumblek


Kesenian menurut Bagong Kussudiarjo (1981: 16) merupakan
salah satu bagian dari budaya yang menjadi sarana untuk mengekspresikan
rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Kesenian juga mempunya fungsi
lain selain mengekspresikan rasa keindahan yaitu misalnya, Mitos yang
berfungsi menentukan norma atau perilaku yang teratur serta meneruskan
adat dan nilai-nilai kebudayaaan. Secara umum, kesenian dapat
mempererat ikatan solidaritas suatu masyarakat. Kesenian selalu
dihubungkan dengan rasa yang nantinya menjadi budaya yang dihasilkan
oleh manusia. Setiap manusia bisa saja mengolah sebuah rasa menjadi
sebuah seni yang nantinya disitu di dalamnya mendapat nilai estetika.
Setelah manusia menciptakan seni pastinya seni akan berhubungan dengan
budaya, maksutnya adalah seni tersebut mengandung nilai-nilai di
dilamnya seperti nilai agama, nilai social bahkan nilai yang berhubungan
dengan budaya di dalamnya.
Kesenian mempunyai keragaman bentuk yang mempunyai
beberapa sifat-sifat seni itu sendiri. Banyakanya keragaman kesenian yang
mengandung dari berbagai budaya yang sudah dapat kita warisi dengan
masyarakat pendukungnya sepatutnya kita hargai dan kita lestarikan.
Seperti yang dikemukakan Hassan (1989) bahwa kesenian di Indonesia
yang mempunyai masing-msing ciri kebhinekaan merupakan kekayaan
yang sangat bernilai. Mungkin dalam hal teknologi kita bisa sja tertinggal
akan tetapi dalam hal seni kita sangat mengpreasiasi karena kekayaan seni
Indonesia yang tiada tara. Maka dari itu kekayaan yang hakiki ini harus
selayaknya kita jaga dan kita lestarikan sebagaimana mestinya, agar seni
di Indonesia tetap menjadi sebuah keunggulan dan identitas Negara
Indonesia.
Drumblek adalah salah satu jenis kesenian perkusi tradisional yang
komposisinya menyerupai drumband, namun dengan menggunakan
banyak barang tidak terpakai seperti tong bekas, dan kaleng bekas dan
kentongan. Tong bekas ukuran kecil berfungsi sebagai tenor, tong bekas
ukuran besar berfungsi sebagi bass drum, dan kaleng bekas berfungsi
sebagai snare drum. saat ini drumblek sudah menadi salah sati ikon kota
Salatiga.
Drumblek telah ada sejak tahun 1984, namun kesenian ini pertama
kali dikenalkan didepan publik pada Tahun 1986 oleh warga Pancuran,
untuk memperingati hari ulang tahun Republik Indonesia pada masa itu.
Bermula pada tahun 1984, ketika beberapa anak-anak muda yang sedang
berkumpul-kumpul di lapangan ping-pong, kemudian para pemuda
mengambil alat seperti “Blek” atau kaleng bekas untuk dipukul-pukul
mengiringi permainan gitar. Blek yang dipukul-pukul tersebut terdengar
selaras dengan permainan gitar.
Drumblek dan drumband adalah kesenian yang memiliki bentuk
yang hampir sama, dengan alat-alat musik yang di pukul, juga dengan
formasi-formasi yang dilakukan dalam permainannya, bentuk dan lagu
yang dimainkan. Namun drumband dan drumblek itu juga berbeda,
perbedanya ada pada alat musik yang digunakan, alat-alat yang digunakan
pada drumblek lebih sederhana dibandingkan dengan drumband.

2.1.3 Pembelajaran Outdoor


Menurut Sugihartono, dkk (2007:80) pembelajaran sebagai
aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkan dengan anak didik sehingga terjadi proses pembelajaran
tidak hanya lingkungan ruang belajar, tetapi juga meliputi guru, alat
peraga, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya.

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi


unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur
yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran itu
sendiri. Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara
sumber belajar, guru dan siswa yang saling bertukar informasi.
Pembelajaran juga merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan dan
pembelajaran itu hanya terjadi di dalam kelas. Jadi pembelajaran itu
adalah upaya mengoptimalkan lingkungan untuk menciptakan kondisi
belajar bagi peserta didik.

Pembelajaran outdoor merupakan satu jalan bagaimana kita


meningkatkan kapasitas belajar anak. Anak dapat belajar secara lebih
mendalam melalui objek-objek yang dihadapi dari pada jika belajar di
dalam kelas yang memiliki banyak keterbatasan. Lebih lanjut, belajar di
luar kelas dapat menolong anak untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
dimiliki. Selain itu, pembelajaran di luar kelas lebih menantang bagi siswa
dan menjembatani antara teori di dalam buku dan kenyataan yang ada di
lapangan. Kualitas pembelajaran dalam situasi yang nyata akan
memberikan peningkatan kapasitas pencapaian belajar melalui objek yang
dipelajari serta dapat membangun ketrampilan sosial dan personal yang
lebih baik. Pembelajaran outdoor dapat dilakukan kapanpun sesuai dengan
rancangan program yanhg dibuat oleh guru. Pembelajaran outdoor dapat
dilakukan waktu pembelajaran normal, sebelum kegiatan pembelajaran
disekolah atau sesudahnya, dan saat-saat liburan sekolah.

Berbagai lokasi dapat digunakan untuk pembelajaran outdoor


antara lain:

1. Lingkungan didalam sekolah


Lingkungan didalam sekolah merupakan tempat yang kaya
akan sumber belajar, menawarkan peluang belajar secara
formal dan informal. selain itu, berbagai aktivitas sehari-hari di
sekolah merupakan sumber belajar yang baik.
2. Lingkungan di luar sekolah
Lingkungan di sekitar sekolah menawarkan peluang untuk
dijadikan sumber belajar. Lingkungan sekitar memperkaya
kurikulum. Berbagai lingkungan yang dapat digunakan untuk
sumber belajar antara lain persawahan, taman, kebun binatang,
museum, kerja proyek, dsb.

Secara umum pembelajaran outdoor untuk siswa-siswa SD, SMP,


dan SMA dapat dibedakan dalam 3 tipe yaitu: 1. Studi lapangan atau
kunjungan lapangan 2. Pendidikan menjelajah lingkungan. 3. Sekolah
proyek komunitas.
2.1.4 Kearifan Lokal
Secara etimologi, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua
kata, yakni kearifan (wisdom) dan lokal (local). Sebutan lain untuk
kearifan lokal diantaranya adalah kebijakan setempat (local wisdom),
pengetahuan setempat (local knowledge) dan kecerdasan setempat (local
genious) (Shufa, 2018:49-50). Sedangkan menurut Taylor dan de Leo
dalam Chaipar (2013) menjelaskan bahwa kearifan lokal adalah tatanan
hidup yang diwarisi dari satu generasi ke generasi lain dalam bentuk
agama, budaya, atau adat istiadat uang umum dalam sistem sosial
masyarakat (Chaiphar, 2013: 17).

Kearifan lokal dapat dipandang sebagai identitas bangsa, terlebih


dalam konteks Indonesia yang memungkinkan kearifan lokal
bertransformasi secara lintas budaya yang pada akhirnya melahirkan nilai
budaya nasional. Di Indonesia, kearifan lokal adalah filosofi dan
pandangan hidup yang mewujud dalam berbagai bidang kehidupan (tata
nilai sosial dan ekonomi, arsitektur, kesehatan, tata lingkungan, dan
sebagainya (Romadi dan Kurniawan, 2017:84).

Dari pendapat para ahli di atas, dapat diambil benang merah bahwa
kearifan lokal merupakan gagasan yang timbul dan berkembang secara
terus-menerus di dalam sebuah masyarakat berupa adat istiadat, nilai, tata
aturan/norma, budaya, bahasa, kepercayaan, dan kebiasaan sehari-hari.

Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal menurut Zuhdan K. Prasetyo


(2013:3) merupakan usaha sadar yang terencana melalui penggalian dan
pemanfaatan potensi daerah setempat secara arif dalam upaya
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki keahlian,
pengetahuan dan sikap dalam upaya ikut serta membangun bangsa dan
negara.
Pendidikan harus memberikan pemahaman tentang nilai-nilai
tanggung-jawab sosial dan natural untuk memberikan gambaran pada
peserta didik bahwa mereka adalah bagian dari sistem sosial yang harus
bersinergi dengan manusia lain dan bagian dari sistem alam yang harus
bersinergi dengan alam beserta seluruh isinya.

Pendidikan berbasis kearifan lokal tentu memiliki tujuan yang


bersifat positif bagi peserta didik, seperti dikatanakan oleh Jamal Ma’mur
Asmani (2012: 41) yang menyebutkan beberapa tujuan pendidikan
berbasis kearifan lokal yaitu:

a. Agar siswa mengetahui keunggulan lokal daerah tempat


tinggal, memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan
kearifan lokal tersebut.
b. Mampu mengolah sumber daya, terlibat dalam pelayanan/jasa
atau kegiatan lain yang berkaitan dengan keunggulan, sehingga
memperoleh penghasilan sekaligus melestarikan budaya,
tradisi, dan sumber daya yang menjadi unggulan daerah, serta
mampu bersaing secara nasional dan global.
c. Siswa diharapkan mencintai tanah kelahirannya, percaya diri
menghadapi masa depan, dan bercita-cita mengembangkan
potensi lokal, sehingga daerahnya bias berkembang pesat
seiring dengan tuntutan era globalisasi dan informasi.

2.1.5 Kepekaan Ritmis


Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kepekaan berasal
dari kata peka, kepekeaan yaitu sebuah homonim karena artinya memiliki
ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Kepekaan juga
diartikan ialah kesanggupan bereaksi terhadap suatu keadaan. Peka secara
lisan adalah bagian dari rasa kepedulian yang diungkapkan langsung
secara lisan terhadap suatu keadaan atau kejadian tertentu sehingga
merasakan apa yang dilihat (visual), didengar (audio) dan dilihat juga
didengar (audiovisual).
Sedangkan kata Ritmis atau ritme berasal dari bahasa Yunani
“Rhythmos” yang dikenl juga dengan sebutan irama. Terbentuk dari suara
dan diam yang digabungkan dan kemudian membentuk pola suara yang
berulang-ulang. Menurut Rahmanto, (2016:26) irama/ritme adalah urutan
rangkaian gerak yang menjadi unsur dasar musik. Ketukan atau pola
ritmis/ritmedalam waktu tertentu menjadi ciri dari pengolahan bunyi
sebuah komposisi atau karyamusik. Ritmis merupakan tahapan pertama
dalam belajar musik. Pada tahap ini, siswa dapat belajar merasakan
mengenai kepekaan terhadap unsur-unsur ritmis seperti, beat, tempo, time
signature dan pola ritmis.
Sehingga dapat disimpulkan bahwasannya kepekaan ritmis adalah
kesanggupan reaksi terhadap unsur ritmis atau hal dasar dalam music
seperti beat, tempo dan pola ritmis.

2.2 Kajian Empiris


Kajian empiris adalah kajian yang didapatkan dari penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain. Beberapa penelitian yang telah
melakukan kajian terkait efektivitas kesenian drumblek, pembelajaran
outdoor, berbasis kearifan lokal dan kepekaan ritmis yang masih memiliki
peluang yang dapat dikembangkan selanjutnya dipaparkan di bawah ini.
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Heronimus (2017) yang
berjudul “kearifan local dan penerapannya di sekolah”, menjelaskan bahwa
penerapan pembelajaran berbasis kearifan local sangat penting untuk menjadi
bekal siswa dalam menghadapi segala permasalahan. Langkah yang dapat
dilakukan guru untuk menerapkan pembelajaran berbasis kearifan lokal adalah
sebagai berikut: 1) Inventarisasi aspek potensi keunggulan lokal, 2)
Menganalisis kondisi internal sekolah, 3) Menganalisis kondisi eksternal
sekolah, 4) Penentuan jenis keunggulan lokal adalah dengan melakukan
strategi penyelenggaraan pembelajaran berbasis keariafan lokal.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Mustika, Wahyu & Putra
(2019) berjudul “gaya belajar kinestetik berbasis music untuk
mengembangkan kepekaan ritmik pada siswa kelas rendah”, Penelitian ini
menggunakan metode action research dengan dilakukan dua siklus selama
pembelajaran. Hasil dari pembelajaran anak yang pada awalnya kesulitan
untuk mengaplikasikan ritme sederhana dengan menggunakan anggota tubuh
yaitu kaki, dan tangan mengalami perkembangan yang signifikan pada
pembelajaran eurthytmics dengan anggota tubuh dan juga alat musik.
Pembelajaran juga menggunakan metode tutor sebaya, anak yang lebih unggul
memabantu anak yang belum menguasai materi. Hasil pembelajaran didapat
dengan menggunakan gerakan dalam pembelajaran ritmik. Anak lebih cepat
memahami materi yang diberikan.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Sri Juita (2018), dengan judul
“Media pembelajatan berbasis kearifan local pada pembelajaran Bahasa sastra
Indonesia di SMP Negeri 1 Berastagi”, diamana analisis data menggunakan
model analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)
Penggunaan media pembelajaran berbasis kearifan lokal dalam pembelajaran
bahasa dan sastra Indonesia dilakukan dengan perancangan yang lengkap.
Guru menyiapkan kurikulum seperti silabus, rencana pembelajaran (RPP),
instrument penilaian, dan materi. Media pembelajaran berbasis kearifan lokal
digunakan oleh guru sebagai media untuk memberikan motivasi pada awal
kegiatan didepan kelas. (2) Media pembelajaran berbasis kearifan lokal
memiliki dampak positif terhadap kualitas pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia, dapat dilihat dari antusiasme, dan juga pemahaman siswa. (3)
Faktor pendukung penggunaan media pembelajaran berbasis kearifan lokal
dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berasal dari fasilitasn dan
prasarana yang lengkap, kompetensi yang baik dari guru dalam menggunakan
dan mengelola kelas, pemahaman yang baik dari siswa dan ketersediaan
sumber belajar.
Sedangkan untuk penelitian yang akan penulis lakukan diarahkan pada
bagaimana efektifitas kesenian drumblek sebagai pembelajaran untuk
meningkatkan kepekaan ritmis siswa dengan berbasis kearifan local.

2.3 Kerangka Berpikir


Efektifitas kesenian drumblek sebagai pembelajaran outdoor berbasis
kearifan local dapat digunakan sebagai metode pembelajaran untuk
meningkatan kepekaan ritmis karena kesenian drumblek merupakan bentuk
kesenian perkusi tradisional yang komposisinya menyerupai drumband,
namun dengan menggunakan banyak barang tidak terpakai seperti tong
bekas, dan kaleng bekas dan kentongan. Alat-alat yang mudah ditemui ini
akan memicu kepekaan siswa untuk mengenali berbagai bunyi yang dapat
menigkatkan kepeekan ritmisnya.
Yang mana jika mengacu pada definisi pembelajaran outdoor hal ini
relevan mengingat pembelajaran outdoor ialah pembelajaran di luar kelas
yang dalam pelaksanaanya ditujukan untuk meingkatkan kapasaitas belajar
siswa secara lebih mendalam melalui objek-objek yang dihadapi dari pada
jika belajar di dalam kelas yang memiliki banyak keterbatasan.
Kesenian dumblek itu sendiri merupakan suatu kesenian local yang
lahir sebagai ide kreatif di desa pancuran salatiga. Drumblek dan drumband
adalah kesenian yang memiliki bentuk yang hampir sama, dengan alat-alat
musik yang di pukul, juga dengan formasi-formasi yang dilakukan dalam
permainannya, bentuk dan lagu yang dimainkan. Namun drumband dan
drumblek itu juga berbeda, perbedanya ada pada alat musik yang digunakan,
alat-alat yang digunakan pada drumblek lebih sederhana dibandingkan
dengan drumband.
Beberapa tahun belakangan ini banyak peneliti yang menerapkan
pembelajaran siswa aktif diberbagai sekolah dan diperoleh hasil yang sangat
memuaskan. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar
adalah media dan model pembelajaran, yang mana melalui hal tersebut siswa
dapat ikut aktif dalam proses pembelajaran. Maka dari itu penggunaan
metode pembelajaran outdoor berbasis kearifan local dengan menggunakan
kesenian drumblek ini diharapkan dapat meningkatkan kepekaan ritmis siswa
dalam proses pembelajaran kesenian.

2.4 Hipotesis Penelitian


Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada
fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Hipotesis juga
dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
penelitian, belum jawaban yang empirik.
Pembelajaran outdoor berbasis kearifan lokal dengan menggunakan
kesenian drumblek lebih efektif untuk meningkatkan kepekaan ritmis siswa
kelas 3 dibandingkan dengan yang tidak menggunakan kesenian drumblek.
Refrensi:

Abdur R., Arezqi T., A. 2018. Efektivitas Pembelajaran Di Luar Kelas (Outdoor
Learning) Dengan Pendekatan Pmri Pada Materi Spldv. Jurnal
Pembelajaran Matematika. Vol 5, No 3.
Chaipar W, et al. 2013. Local Wisdom in the Environmental Management of a
Community: Analysis of Local Knowledge in Tha Pong Village, Thailand.
Journal of Sustainable Development. Vol. 6 No. 2, hal 17-22
Dimianus Ding. 2014. “Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Pedesaan”. Jurnal Ilmu Pemerintah, Vol. 02 No. 02,
hal. 8-10.
Gie,The Liang .1998. Ensiklopedia Administrasi. Jakarta: Gunung Agung
Heronimus, D.2017. Kearifan Lokan dan Penerapannya di Sekolah. Jurnal
Edukasi Sumba Vol. 01, No. 02. Hal 128-135.
Hidayat. 1986. Teori Efektifitas Dalam Kinerja Karyawan. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Iga, Rosalina. 2012. “Efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Perkotaan PadaKelompok Pinjaman Bergulir Di Desa Mantren
Kec Karangrejo Kabupaten Madetaan”. Jurnal Efektivitas Pemberdayaan
Masyarakat, Vol. 01 No 01, hal. 3.
Jamal, M. 2012. Pendidikan berbasis keunggulan lokal. Yogyakarta: DIVA Press
Kussuadiarjo, Bagong. 1981. Tentang Tari.Yogyakarta: CV. nur Cahaya
Nuraini, A. 2012. Mengembangkan Karakter Peserta Didik Berbasis Kearifan
Lokal Melalui Pembelajaran di Sekolah. Jurnal Pendidikan Sosiologi dan
Humaniora. 2(III). Hlm. 106- 119.
Rahmanto, Tri, W. (2016). Unsur-unsur Musikdan Tangga Nada. Jakarta:
Direktorat jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.
Romadi, & Kurniawan. 2017. Pembelajaran Sejarah Lokal Berbasis Folklore
untuk Menanamkan Nilai Kearifan Lokal. Jurnal Sejarah dan Budaya
Tahun Kesebelas No. I, hal 79-94.
Shufa, N. F. 2018. Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Di Sekolah Dasar:
Sebuah Kerangka Konseptual. Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 1 No. 1,
Februari 2018 Hal. 48-53
Sri Juita G. 2018. Media pembelajatan berbasis kearifan local pada pembelajaran
Bahasa sastra Indonesia di SMP Negeri 1 Berastagi. Prosiding, Seminar
Nasional Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri
Medan. Hal 95-101.
Sri Mustika, Try Wahyu, Putra. A. 2019. Gaya Belajar Kinestetik Berbasis Music
Untuk Mengembangkan Kepekaan Ritmik Pada Siswa Kelas Rendah.
Prosiding, Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan.
Hal 335-352.
Zuhdan K. Prasetyo. 2013. Pembelajaran Sains Berbasis Kearifan Lokal.
Prosiding, Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika. Surakarta.
FKIP UNS.

Anda mungkin juga menyukai