Anda di halaman 1dari 4

Nama : ................

NIM : ........................

Jur/smt/kls : PMH/VII/A

Mata Kuliah : Pengantar Ushul Fiqh

Nama Dosen : H. Dadang Syarifudin, M.Ag.

A. MUQADDIMAH AL-QUR’AN DAN TERJEMAH DEPAG RI

Perbaikan dan penyempurnaan terjemahan Al-Qur’an yang dilakukan selama lima


tahun bersifat menyeluruh, meliputi aspek-aspek bahasa, konsistensi penerjemahan, dan
transliterasi. Di samping itu, Mukadimah dan catatan kaki diminimalisasi, sehingga jumlah
halaman berkurang jauh, dari 1294 halaman (dengan 1610 catatan kaki dan 172 halaman
Mukadimah), dalam edisi 2002 menjadi 924 halaman (dengan 930 catatan kaki dan
mukadimah dihilangkan).

Terjemahan Edisi 2002 juga menghilangkan judul-judul kecil kelompok ayat yang
ada pada edisi terjemahan sebelumnya. Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Ulama Al-
Qur'an yang diselenggarakan pada tanggal 18-21 Agustus 2015 yang dihadiri oleh beberapa
ulama dari berbagai kelompok dan organisasi Islam juga merekomendasikan agar Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMQ) Kementerian Agama melakukan penyempurnaan
dan perbaikan terhadap terjemahan Al-Qur'an Kementerian Agama. Forum tersebut
memberikan catatan bahwa beberapa isi Terjemahan Al-Qur’an yang pada beberapa surat
atau ayat dianggap kurang sesuai dengan makna sebenarnya, mengandung bias, tidak mudah
dipahami, dan lainnya.

Berdasarkan rekomendasi Mukernas Ulama Al-Qur'an 2015 itu, tim LPMQ mulai
tahun 2016 melakukan revisi ketiga terhadap terjemahan Al-Qur’an Kementerian Agama
setelah tahun 1989 dan 2002. Setidaknya, ada empat aspek yang menjadi fokus revisi, yaitu
aspek bahasa mengingat penggunaan istilah yang tidak lagi sesuai dengan zamannya, aspek
konsistensi guna merevisi konsistensi penggunaan kalimat atau lafaz pada lafaz atau ayat
tertentu, aspek substansi mengingat kaitan makna dan kandungan ayatnya, dan aspek format
sistematika penyusunan yang bertujuan untuk melihat data tambahan atau pelengkap yang
bisa dimasukkan dalam sistematika isi seperti glosari, sejarah Al-Qur’an, ulumul qur’an,
penjelasan setiap perpindahan antara satu Surah ke Surah yang lain, dan lain sebagainya.

Perlunya Revisi Diperkuat Hasil Konsultasi Perlunya ada revisi perbaikan terhadap
terjemahan Al-Qur’an edisi 2002 juga diperkuat dari hasil konsultasi publik yang dilakukan
oleh pihak LPMQ selama 2016 dan 2017 di Jakarta, Yogyakarta, Rembang, dan Bukittinggi.
Hasil konsultasi publik tersebut menegaskan bahwa masih adanya beberapa masalah terkait
terjemahan Al-Qur’an Kementerian Agama yang di antaranya tidak sensitif gender atau
sangat bias gender, penggunaan diksi yang tidak tepat, serta metodologi penerjemahan yang
masih dianggap rancu. Alasan lainnya secara sistematika dan penulisan kalimat yang
digunakan, Al-Qur’an dan terjemahan masih belum sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
yang baik dan benar karena adanya beda struktur bahasa Arab dengan bahasa Indonesia. Dari
sisi penggunaan kata, perlu dicarikan padanan kata yang lebih mendekati makna yang
dimaksud.

B. AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER DALIL HUKUM .

Dari sini pula dapat dikatakan bahwa seperti, Ijma, Qiyas, mashlahah mursalah,
istihsan dan lain sebagainya tidak dapat dikatakan sebagai sumber hukum Islam, karena dalil-
dalil ini hanya bersifat al-Kasyf wa al-Izhar li al-Hukum artinya hanya menyingkap dan
memunculkan yang ada dalam Alquran dan al-Sunnah. Karena suatu dalil yang
membutuhkan dalil lain untuk dijadikan hujjah, tidaklah dapat dikatakan sumber, karena
yang dikatakan sumber itu harus berdiri sendiri.

Disamping itu, keberadaan suatu dalil, seperti Ijma, Qiyas dan istihsan misalnya,
tidak boleh bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam Alquran dan al-
Sunnah. Oleh sebab itu, para ahli ushul Fiqh sering menyebut terhadap adillah ahkam seperti
Ijma, Qiyas dan sebagainya, sebagai turuq istinbath al-Ahkam yaitu metode dalam
menetapkan hukum.

1. Urutan Sumber Hukum


Sumber hukum yang telah disepakati oleh para ulama fiqih adalah Alquran dan al-
Sunnah. Sedangkan yang lainnya; Ijma, Qiyas, Ishtishhab, Istihsan, mashlahah mursalah,
Saddu zdara'i, Urf, istihsan, hukum bagi umat sebelum kita, mazdhab shahabi, ada yang
menggunakan dan adapula yang tidak menggunakan.Bila diurut, maka sumber hukum itu
urutannya sebagai berikut :
 Alquran,
 Al-Sunnah
 Ijtihad, yang meliputi pada: Al-Ijma, al-Qiyas, Al-Ishtishhab, al-mashlahah Mursalah,
Saddu zdara'i, Istihsan, Uruf, Syar'un man Qablana, Mazdhab shahabi.

Ditinjau dari sudut tempatnya, Al Quran turun di dua tempat yaitu:

 Di Mekkah atau yang disebut ayat makkiyah. Pada umumnya berisikan soal-soal


kepercayaan atau ketuhanan, mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya,
ayat-ayatnya pendek dan ditujukan kepada seluruh ummat. Banyaknya sekitar 2/3
seluruh ayat-ayat Al Quran.
 Di Madinah atau yang disebut ayat madaniyah. Ayat-ayatnya panjang, berisikan
peraturan yang mengatur hubungan sesama manusia mengenai larangan, suruhan,
anjuran, hukum-hukum dan syari’at-syari’at, akhlaq, hal-hal mengenai keluarga,
masyarakat, pemerintahan, perdagangan, hubungan manusia dengan hewan,
tumbuh-tumbuhan, udara, air dan sebagainya.
a. Kehujjahan Al-Qur’an
b. Al-Qur’an Merupakan Dalil dan Zhanni
Al-Qur’an yang diturunkan secara mutawattir, dari segi turunnya berkualitas
qath’I (pasti benar). Akan tetapi, hukum-hukum yang dikandung Al-Qur’an
adakalanya bersifat qath’I dan adakalanya bersifat zhanni (relatif benar).
Ayat yang bersifat qath’I adalah lafal-lafal yang mengandung pengertian tungal
dan tidak bisa dipahami makna lain darinya. Ayat-ayat seperti ini misalnya, ayat-ayat
waris,  hudud, dan kaffarat
c. Al-Qur’an sebagai Dalil Kulli dan Juz’I
Al-Qur’an sebagai sumber utama hukum Islam menjelaskan hukum-hukum yang
terkandung di dalamnya dengan cara:
 Penjelasan rinci (juz’i) terhadap sebagian hukum-hukum yang dikandungnya,
seperti yang berkaitan dengan masalah akidah, hukum waris, hukum-hukum yang
terkait dengan masalah pidana hudud, dan kaffarat. Hukum-hukum yang rinci ini,
menurut para ahli ushul fiqih disebut sebagai hukum ta’abbudi yang tidak bisa
dimasuki oleh logika.
 Penjelasan Al-Qur’an terhadap sebagian besar hukum-hukum itu bersifat global
(kulli), umum , dan mutlak, seperti dalam masalah shalat yang tidak dirinci
beberapa kali sehari dikerjakan, berapa rakaat untuk satu kali shalat, apa rukun
dan syaratnya.

Anda mungkin juga menyukai