Anda di halaman 1dari 12

SUMBER HUKUM ISLAM DARI AL-QURAN DAN HADIS (ASSUNAH)

MAKALAH
disusun untuk memenuhi salah satu tugas Ushul Fiqh dari
Dra. Sri Sudiarti

Oleh :
Dede Maharani

150010200

Hamdani

15001020032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UMSU
2016

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah atas izin Allah SWT, makalah dengan judul Sumber Hukum
Islam dari Alquran dan Hadis telah diselesaikan tepat waktu.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam makalah ini karenanya dengan
kerendahan hati penulis mengharapkan saran, masukan, bahkan kritik membangun dari
Ibu dosen Ushul Fiqh dan rekan-rekan mahasiswa yang membaca makalah ini yang
akan sangat berharga untuk penulisan makalah berikutnya.
Semoga sumbangan sederhana ini dapat memperkaya khazanah ilmu
pengetahuan khususnya diskursus tentang Sumber Hukum Islam dari Alquran dan
Hadis.
Atas perhatian dan bimbingan Ibu dosen Ushul Fiqh, Dra. Sri Sudiarti kami
sampaikan terima kasih.

Medan,21 Februari 2016

Penulis

1 | Kata Pengantar

Kata Pengantar............................................................................i
Daftar Isi......................................................................................ii
Bab 1 Pendahuluan......................................................................1
1.1. Latar Belakang.....................................................................1
1.3. Tujuan...................................................................................1
Bab 2 Pembahasan......................................................................3
2.1. Al-Quran Sebagai Sumber Hukum.......................................2
2.2. Hadis Sebagai Sumber Hukum.............................................3
Bab 3 Penutup.............................................................................6
Kesimpulan..................................................................................6
Daftar Pustaka.............................................................................7

2 | Daftar Isi

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber atau dalil fikih yang telah disepakati ada 4 (empat),
yaitu Al-Quran, Sunnah Rasulullah, ijma, dan qiyas. Sebagai seorang
muslim sudah sewajarnya harus patuh kepada 4 sumber hukum
tersebut. Namun di abad ke-21 saat ini banyak orang-orang muslim
yang apatis terhadap hukum Islam. Padahal seyogyanya apabila
orang-orang muslim mengikuti hukum yang telah ditetapkan melalui
ke-4 sumber hukum tersebut maka bukanlah tidaklah mungkin
kehidupan masyarakat muslim, tatanan-tatanan sosial akan menjadi
lebih baik daripada keadaan umat muslim pada saat ini. Makalah ini
akan menjelaskan mengenai sumber hukum Islan namun akn lebih
terfokus pada Al-quran dan Hadis.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini dapat dirumuskan makalah sbb :
1. Apa yang dimaksud dengan sumber hukum Islam dari Al-quran
dan Hadis?
1.3 Tujuan
Penyusunan makalah ini memiliki tujuan untuk :

1 | Al-Quran dan Hadis Sebagai Sumber Hukum

1. Untuk memahami pentingnya sumber hukum Islam dari AlQuran dan Hadis untuk dijadikan pedoman bagi umat muslim.

2 | Al-Quran dan Hadis Sebagai Sumber Hukum

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Al-Quran Sebagai Sumber Hukum
Pengertian Al-Quran
Menurut sebagian besar ulama, kata Al-Quran berdasarkan segi
bahasa merupakan bentuk mashdar dari kata qaraa, yang bias
dimasukkan pada wajah fulan, yang berarti bacaan atau apa yang
tertulis padanya, maqru, seperti terdapat dalam surah Al-Qiyamah
(75) : 17-18:
Artinya:
Sesungguhnya atas tanggungan Kami-Lah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah
selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya ituu.(QS.AlQiyamah : 17-18)
Dari definisi di atas, para ulama ushul fiqih menyimpulkan ciri
khas Al-Quran, antara lain:
1. Al-Quran merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada
Muhammad SAW.
2. Bahasa Al-Quran adalah bahasa Arab Quraisy. Seperti
ditunjukan dalam beberapa ayat Al-Quran antara lain: AsySyuara(26): 192-195; Yusuf(12): 2. Maka para ulama sepakat
bahwa penafsiran dan terjemahan Al-Quran tidak dinamakan
Al-Quran sera tidak bernilai ibadah membacanya.
3. Al-Quran itu dinukilkan kepada beberapa generasi sesudahnya
secara mutawatir .
4. Membaca setiap kata dalam Al-Quran itu mendapatkan pahala
dari Allah.
5. Al-Quran dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat
An-Nas.
Kehujjahan

Al-Quran

Menurut

Mazhab.

3 | Al-Quran dan Hadis Sebagai Sumber Hukum

Pandangan

Ulama

Imam

Imam Abu Hanifah ini sependapat dengan jumhur ulama bahwa


Al-Quran merupakan sumber hukum Islam. Namun, sebagian besar
ulama, berbeda pendapat dengan jumhur ulama, mengenai Al-Quran
itu mencangkup lafazh dan maknanya atau maknanya saja.Dalil
menunjukkan pendapat Imam Abu Hanifah bahwa Al-Quran hanya
maknanya saja adalah ia membolehkan shalat dengan menggunakan
bahasa selain Arab.
Menurut Imam Malik, hakikat Al-Quran adalah kalam Allah yang
lafadz dan maknanya dari Allah Swt. Ia bukan makhluk karena kalam
Allah termasuk sifat Allah. Sesuatu yang termasuk sifat Allah adalah
tidak dikatakan makhluk, bahkan dia memberikan predikat kafir zindiq
terhadap orang yang menyatakan bahwa Al-Quran itu makhluk.
Sementara itu, Imam Asy-Syafii menganggap bahwa Al-Quran
tidak bisa dilepaskan dari As-Sunah, karena kaitan keduanya sangat
erat sekali. Sedangkan Imam Ahmad berpendapat Al-Quran
merupakan sumber dan tiangnya syariat Islam, yang di dalamnya
terdapat berbagai kaidah yang tidak akan berubah dengan perubahan
zaman dan tempat.
Petunjuk (Dilalah Al-quran)
Kaum muslimin sepakat bahwa Al-Quran merupakan sumber
hukum syara. Mereka pun sepakat bahwa semua ayat Al-Quran dari
segi wurud(kedatangan) dan tsubut(penetapannya) adalah qathi. Hal
ini semua karna ayat nya sampai kepada kita dengan jalan mutawatir.
Kalaupun ada sebagian sahabat yang mencantumkan beberapa kata
pada mushaf-nya, yang tidak ada pada qiraah mutawatir. Hal itu
hanya merupakan penjelasan dan penafsiran terhadap Al-Quran yang
didengar dari Nabi SAW. Di antara para sahabat yang mencantumkan
beberapa kata pada mushaf-nya itu adalah Abdullah Ibnu Masud, ia
mencantumkan kata mutatabiatin pada ayat 89 surat Al-Maidah
sehingga ayat tersebut pada mushaf-nya tertulis:

Adapun ditinjau dari segi dilalah-nya ayat-ayat Al-Quran itu dapat
dibagi dalam dua bagian:
1. Nash yang qathi dilalah-nya
2. Nash yang zhanni dilalah-nya

4 | Al-Quran dan Hadis Sebagai Sumber Hukum

2.2 Hadis (As-Sunah) Sebagai Sumber Hukum


Pengertian Sunah
Arti sunah dari segi bahasa adalah jalan yang biasa dilalui atau suatu cara yang
senantiasa dilakukan, tanpa mempermasalahkan, apakah cara tersebut baik atau
buruk.Secara terminologi, pengertian sunah bisa dilihat dari tiga disiplin ilmu;
1. Ilmu Hadist, para ahli hadist mengidentikkan sunah dengan hadis yaitu segala
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW., baik perkataan,
perbuatan, maupun ketetapannya.
2. Ilmu Ushul Fiqh, menurut ulama ahli Ushul Fiqh, sunah adalah segala yang
diriwayatkan dari Nabi SAW. Berupa perbuatan, perkataan, dan ketetapan yang
berkaitan dengan hukum.
3. Ilmu Fiqih, pengertian sunah menurut ahli fiqih hampir sama dengan pegertian
yang dikemukakan oleh para ahli Ushul Fiqh. Akan tetapi, istilah sunnah dalam
fiqih juga dimaksudkan sebagai salah satu hukum taklifi, yang berarti suatu
perbuatan yang akan mendapat pahala bila dierjakan dan tidak berdosa apabila
ditinggalkan.
Kehujjahan Sunah dan Pandangan Ulama Mazhab terhadap Hadis Ahad
Para ulama sepakat bahwa hadis sahih itu merupakan sumber hukum, namun mereka
berbeda pendapat dalam menilai kesahihan suatu hadis.
Kebanyaakan ulama hadis menyepakati bahwa dilihat dari segi sanad, hadis itu
terbagi dalam mutawatir dan ahad, sedangkan hadis ahad itu terbagi lagi menjadi tiga
bagian, yaitu mashyur, azis, dan gharib. Namun menurut Hanafiyah, hadis itu terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu: mutawatir, mashyur, dan ahad.
Semua ulama telah menyepakati kehujjahan hadis Mutawatir, namun mereka
berpendapat dalam menghukumi hadis ahad, yaitu hadis yang diriwayatkan dari
Rasulullah SAW.oleh seorang, dua orang atau jamaah, namun tidak mencapai derajat
mutawatir.
Kehujjahan Hadis Ahad
Para ulama telah sepakat tentang kehujjahan hadis ahad jika benar dan yakin
berasal dari Rasulullah SAW.dan telah disepakati oleh para sahabat, tabiin, dan para
ulama setelahnya.
Pernyataan diatas telah disepakati oleh semua ulama dari semua golongan
mutazilah. Pendapat kaum Mutazilah tersebut bisa dipandang sebagai pendapat yang
keliru, karena mereka telah mengingkari berbagai ketetapan yang berkembang dan

5 | Al-Quran dan Hadis Sebagai Sumber Hukum

sesuai dengan Al-Quran. Mereka juga telah mengingkati kespakatan para ulama yang
menerima hadis ahad dan mengamalkannya apabila benar-benar datang dari Rasulullah.
Alasan golongan yang tidak menerima hadi ahad karena, menurut mereka, para
sahabat juga tidak menerimanya. Seperti hadis yang diriwayatjan oleh Malik bin Syihab
dari Qubaidah bin Dzuaib, bahwa seorang nenek mendatangi Abu Bakar dan berkata,
sesungguhnya aku mempunyai hak atas harta dari putri anakku yang telah meninggal.
Abu Bakar berkata, Apakah engkau mempunyai dasar dari Al-Quran dan telah
diamalkan dalam sunah Rasul?Kembalilah, sehingga orang yang lainnya pun meminta.
Maka orang yang lainnnya pun meminta. Kemudian Mugirah bin Syubah berkata,
apakah engkau memiliki saksi yang lain? Ya, Muhammad bin Musallamah AlAnshary. Kemudian Abu Bakar mendatanginya dan iapun berkata sesuai dengan yang
dikatakan oleh Mugirah. Setelah Muhammad bin Musallamah Al-Anshary
membenarkannya, maka Abu Bakar pun memberikan kepada nenek tersebut seperenam.
Menurut mereka hadis tersebut menunjukkan bahwa Abu Bakar tidak menerima
hadis ahad, yakni dari Mugirah bin Syubah, kecuali setelah mengeceknya kepada
Muhammad bin Musalamah.
Sebagai jawaban terhadap argumen diatas, pada kenyataannya para ulama
menggunakan hadis ahad dalam menetapkan berbagai hukum dan fatwa, dan
membatalkan berbagai macam hukum apabila bertentangan dengan hadis ahad.
Seandainya ada di antara mereka yang tidak mengamalkan sebagian hadis ahad, mereka
tidak bisa mengklaim secara keseluruhan.

Persyaratan Hadis Ahad yang Disepakati Para Imam Madzhab


Para imam Madzhab telah sepakat tentang keharusan mengamalkan hadi ahad
dengan syarat sebagai berikut:
1. Perawi hadis sudah mencapai usia balig dan berakal.
2. Perawi harus muslim, karena bila tidak muslim, tidak bisa dipercaya hadis
tersebut benar-benar dari Rasulullah.
3. Perawi haruslah orang yang adil, yakni orang yang senantiasa bertakwa dan
menjaga dari perbuatan-perbuatan tercela.
4. Perawi harus betul-betul dhabi terhadap yang diriwayatkannya, dengan
mendengar dari Rasululullah, memahami kandungannya, dan benar-benar
menghapalnya.
Persyaratan di atas disepakati oleh para Imam Madzhab, namun di antara para Imam
madzhab ada yang memberikan persyaratan-persyaratan lainnya.

6 | Al-Quran dan Hadis Sebagai Sumber Hukum

Sebab-sebab Perbedaan Pendapat dan Kedudukan Hadis Ahad dengan Qiyas


Penyebab perbedaan pendapat mengenai hadis ahad, diantaranya adalah
perbedaan dalam menentukan persyaratan perawi hadis. Adapun tentang persyaratan
perawi yang dapat diterima riwayatnya, ada yang disepakati dan ada yang
diperselisihkan oleh para ulama. Diantara persyaratan yang diperselisihkan oleh para
ulama adalah maruf dan majhul perawi.
Sehubungan dengan masalah ini, Abu Hasan Al-Basari lebih jauh menjelaskan
bahwa hadis ahad yang bertentangan dengan qiyas itu, apabila illat yang ada dalam
qiyas itu mansusah (diperkuat) dengan nash qathi, maka mereka sepakat tentang
wajibnya mengamalkan qiyas tersebut, karena nash atau illat tersebut bagaikan nash
atas hukumnya.
Dilalah (petunjuk) Sunah
Ditinjau dari segi petunjuknya (dilalah), hadis sama dengan Al-Quran, yaitu
bisa qathiyah dilalah dan bisa zhanniyah dilalah. Demikan juga dari segi tsubut, ada
yang qathi dan ada yang zhanni. Kebanyakan ulama menyepakati pembagian tersebut,
namun dalam aplikasinya berbeda-berbeda.
Dalam kaitannya antara nisbat As-Sunah terhadap Al-Quran, para ulama telah
sepakat bahwa As-Sunah berfungsi menjelaskan apa yang terdapat dalam Al-Quran dan
juga sebagai penguat. Akan tetapi, mereka berbeda pendapat mengenai kedudukan AsSunah terhadap Al-Quran apabila As-Sunah itu tidak sejalan dengan zhahir ayat AlQuran.
Kedudukan Sunah terhadap Al-Quran
Sunah merupakan sumber kedua setelah Al-Quran. Karena Sunah merupakan
penjelas dari Al-Quran, maka yang dijelaskan berkedudukan lebih tinggi daripada yang
menjelaskan. Namun demikian kedudukan sunah terhadap Al-Quran sekurankurangnya ada tiga hal berikut ini;
1. Sunnah sebagai takid (penguat) Al-Quran
2. Sunnah sebagai penjelas Al-Quran
3. Sunnah sebagai Musyari

BAB 3

7 | Al-Quran dan Hadis Sebagai Sumber Hukum

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagai orang muslim sangat penting untuk berpedoman
kepada Al-Quran dan Hadis. Karena baik Al-Quran maupun Hadis
merupakan sumber hukum bagi umat muslim dalam menjalani
kehidupan sosial dan aktivitas sehati-hari. Selain itu juga harus
memahami bagaimana cara atau bagaimana menjadikan Al-Quran
dan Hadis sebagai pedoman tidak hanya ikut-ikutan saja. Karena
sebagai seorang muslim kita juga dituntut untuk menjadi muslim
yang cerdas dan berwawasan tinggi.

8 | Al-Quran dan Hadis Sebagai Sumber Hukum

Daftar Pustaka

Effendi, Satria. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana Predana Media Group


Syafei, Rachmat.2015. Ilmu Ushul Fiqih. Bandung: Pustaka Setia

9 | Al-Quran dan Hadis Sebagai Sumber Hukum

Anda mungkin juga menyukai