BATUK
KELOMPOK A-13
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2018/2019
DAFTAR ISI
Daftar isi 1
Skenario 2
Identifikasi Kata Sulit 3
Menentukan Masalah 4
Prior Knowledge / Analisa Masalah 5
Hipotesis 6
Sasaran Belajar / Learning Objective 7
1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Saluran Pernafasan Bawah 8
1.1 Makro 9
1.2 Mikro 10
2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Saluran Pernafasan 11
2.1 Mekanisme 12
2.2 Cara Kerja 13
2.3 Pusat Pengaturan Nafas 14
3. Memahami dan Menjelaskan Mycobacterium Tuberculosis 15
3.1 Klasifikasi 16
3.2 Morfologi. 17
3.3 Struktur Dinding 18
3.4 Sifat Biokimia 19
3.5 Identifikasi Bakteri 20
4. Memahami dan Menjelaskan Tuberculosis Paru 21
4.1 Definisi 22
4.2 Klasifikasi 23
4.3 Etiologi 24
4.4 Patofisiologi 25
4.5 Manifestasi Klinis.. 26
4.6 Cara Diagnosis dan Diagnosis Banding 27
4.7 Tatalaksana 28
4.8 Komplikasi 29
4.9 Prognosis 30
5. Memahami dan Menjelaskan Epidimiologi Tuberculosis Paru 31
5.1 Epidimiologi 32
5.2 Promkes 33
5.3 Sumber dan Cara Penularan 34
5.4 Prinsip Dasar P2M 35
5.5 Penemuan Kasus 36
5.6 Tugas dan Peranan PMO 37
6. Memahami dan Menjelaskan Etika Batuk dalam Islam 38
Daftar Pustaka 39
SKENARIO 2
BATUK
1. Komposmentis
Kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaan sekelilingnya.
2. Batuk
Mekanisme pertahanan saluran nafas terhadap zat asing yang masuk hingga
saluran nafas bawah.
3. Astenikus
Bentuk tubuh tinggi, kurus dada rata/cekung, angulus costae dan otot-otot
tidak tumbuh dengan baik.
4. BTA
Basil tahan asam ; pemeriksaan bakteri tahan asam ; prosedur untuk bakteri
penyebab TB
5. Ronki
Bunyi nafas tambahan karena adanya gerakan mucus yang menyebabkan
fibrasi dan menyebabkan bunyi ronki ; Ronki basah (ada cairan di jalan
nafas), Ronki kering (jalur nafas menyempit).
6. Suara nafas bronkial
Suara nafas paru yang bunyinya keras, nadanya tinggi, seperti udara yang
mengalir di pipa ; fase ekspirasi nya lebih lama daripada fase inspirasi.
7. TB
Suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis ; Dominan terjadi pada paru-paru.
8. Apex paru
Bagian luar paru yang terletak di bagian paling ujung.
PERTANYAAN
TB Paru merupakan
LEARNING OBJECTIVE / SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Saluran Pernafasan Bawah
1.1 Makro
1.2 Mikro
2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Saluran Pernafasan
2.1 Mekanisme
2.2 Cara Kerja
2.3 Pusat Pengaturan Nafas
3. Memahami dan Menjelaskan Mycobacterium Tuberculosis
3.1 Klasifikasi
3.2 Morfologi.
3.3 Struktur Dinding
3.4 Sifat Biokimia
3.5 Identifikasi Bakteri
3.6 Siklus Hidup
4. Memahami dan Menjelaskan Tuberculosis Paru
4.1 Definisi
4.2 Klasifikasi
4.3 Etiologi
4.4 Patofisiologi
4.5 Manifestasi Klinis..
4.6 Cara Diagnosis dan Diagnosis Banding
4.7 Komplikasi
4.8 Pencegahan
4.9 Prognosis
5. Memahami dan Menjelaskan Epidimiologi Tuberculosis Paru
4.1 Epidimiologi
4.2 Promkes
4.3 Sumber dan Cara Penularan
4.4 Prinsip Dasar P2M
4.5 Penemuan Kasus
4.6 Tugas dan Peranan PMO
6. Memahami dan Menjelaskan Hukum Merokok dan Etika Batuk dalam Islam
3. Pulmo
Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya
berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Apex
paru berada 2,5 cm diatas clavicula dan kelar dari apertura thoraciss. Paru-
paru kanan mempunyai tiga lobus ( superior, media, inferior ) sedangkan
paru-paru kiri mempunyai dua lobus ( superior, inferior ). Kelima lobus
tersebut dapat terlihat dengan jelas. Pemisah antar lobus dektra disebut fisura
obliq dan horizontal sedangkan pemisah antar lobus sinistra disebut fisura
obliq. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa sub bagian menjadi
sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments. Paru-
paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum. Jantung,
aorta, vena cava, pembuluh paru-paru, esofagus, bagian dari trakhea dan
bronkhus, serta kelenjar timus terdapat pada mediastinum.
Hillus pulmonalis adalah suatu daerah lipatan pleura pada Facies
mediastinalis, dimana terjadinya peralihan dari pleura parietalis menjadi
pleura Viseralis. Pada jaringan paru bagian posterior di dapatkan jejas ( Alur )
Dari Alat alat yang lewat yang menekan jaringan paru, Antara Lain :
Mediastinum Posterior, Impressio cardiaca, Sulcus vena cava. Sulcus aorta
Thoracica, Sulcus Esophagia
4. Alveoli
Parenkim tersebut mengandung berjuta-juta unit alveolus. Alveoli
merupakan kantong udara yang berukuran sangat kecil, dan merupakan akhir
dari bronkhiolus respiratorus sehingga memungkinkan pertukaran O2 dan
CO2. Seluruh dari unit alveoli (zona respirasi) terdiri ats bronkhiolus
respiratorius, duktus alveolus, dan alveolar sacs (kantong alveolus). Fungsi
utama dari unit alveolus adalah pertukaran O2 dan CO2 diantara kapiler
pulmoner dan alveoli.
5. Pleura
Pleura merupakan membran serosa yang menyelimuti paru-paru.
Pleura ada dua macam yaitu pleura parietal yang bersinggungan dengan
rongga dada (lapisan luar paru-paru) dan pleura visceral yang menutupi setiap
paru-paru. Diantara kedua pleura terdapat cairan pleura seperti selaput tipis
yang memungkinkan kedua permukaan tersebut bergesekan satu sama lain
selama respirasi, dan mencegah pelekatan dada dengan paru-paru.
Pleura parietalis berdasarkan letaknya terbagi atas :
- Pleura costalis : Melapisi iga
- Pleura diafraghmaica : Melapisi diafhragma
- Pleura Mediastinalis : Melapisi mediastinum
- Pleura Cervicalis : Melapisi Apex paru
Inervasi Paru
Serabut aferrent dan eferrent visceralis berasal dari truncus sympaticus dan
serabut parasympatiscus berasal dari nervus vagus.
1. Serabut symphatis
Truncusympaticus kanan dan kiri memberikan cabang – cabang pada paru
membentuk plexus pulmonalis yang terletak didepan dan dibelakang broncus
primer. Fungsi saraf sympatis untuk merelaxasi tunica muscularis dan
menghambat sekresi bronkus.
1.2 Mikro
1. Trakea
Traka dilapisi oleh sel epitel bertingkat toraks bersilia dengan sel goblet.
Dibawah sel epiten terdapat lamina propia, dalam lamina propia terdapat kelanjar
campur seromukosa dan juga ada pembuluh darah. Dalam trakea terdapat tulang
rawan hyaline dan memiliki pars kartilaginea, sedangkan bagian yang tidak terdapat
tulang rawan hyaline disebut dengan pars membranacea. Ligamen fibroelastis dan
berkas-berkas otot polos (M. trakealis) terikat pada periostium dan menjembatani
kedua ujung bebas tulang rawan berbentuk C ini. Ligamen mencegah overdistensi
dari lumen, sedangkan muskulus memungkinkan lumen menutup. Kontraksi otot dan
penyempitan lumen trakea akibat bekerjanya refleks batuk.
2. Bronkus
Memiliki lapisan sel epitel bertingkat toraks bersilia dengan sel goblet. lamina
propia dipisah dari submukosa oleh lapisan otot polos. sedikit kelenjar seromukous
dan kartilago hyaline lebih pipih. Yang membedakan dengan bronkiolus adalah
keberadaan tulang rawan hyaline. Dalam bronkus masih memiliki tulang rawan
hyaline sedangkan bronkiolus tidak.
3. Bronkiolus
Diameter < 1 mm, tidak terdapat tulang rawan, epitel selapis torax bersilia
dengan beberapa sel goblet. Tanpa kelenjar di lamina propria, terdapat otot polos.
Makin kecil bronkiolusnya epitelnya selapis kubis bersilia tanpa sel goblet. Pada
bronkiolus kecil terdapat sel clara yang menghasilkan surfaktan.
4. Bronkiolus terminalis
Epitel kuboid atau kolumner selapis bersilia tanpa sel goblet. sel clara (tidak
bersilia) terdapat di antara epitel bersilia, tidak terdapat kelenjar mukosa dan lamina
propia tersusun atas sel otot polos dan serabut elastic.
5. Bronkiolus respiratoris
Memiliki mukosa sel kuboid, sedikit atau tidak bersilia, tanpa sel goblet,
memiliki sedikit sel clara dan memiliki lapisan otot polos. Disekitar bronkiolus
respiratoris sudah terdapat alveolus.
6. Ductus Alveolaris
Ductus alveolaris adalah saluran berdinding tipis, bebentuk kerucut.Epitel
selapis gepeng, diluar epitel, dindingnya dibentuk oleh jaringan fiboelastis.Alveoli
dipisahkan septum interalveolaris.
7. Alveolus
Dipisahkan oleh septum interalveolar/dinding alveolus. Terdiri atas 2 lapis
epitel gepeng, didalamnya terdapat kapiler, serat elastin, kolagen, retikulin, fibroblast.
Antara dinding alveoli yang berdekatan terdapat lubang kecil dengan diameter 10-15
mm,disebut stigma alveoli (porus alveolaris) untuk sirkulasi udara atau Septum
Intralveolaris.
Pada Septum Intralveolaris terdapat sel yang hanya dapat dibedakan dgn mikroskop
elektron :
2. Difusi
Difusi dalam respirasi merupakan proses pertukaran gas antara alveoli
dengan darah pada kapiler paru. Proses difusi terjadi karena perbedaan
tekanan, gas berdifusi dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Salah satu
ukuran difusi adalah tekanan parsial.
Volume gas yang berdifusi melalui membran respirasi per menit untuk
setiap perbedaan tekanan sebesar 1 mmHg disebut kapasitas difusi.
Kapasitas difusi oksigen dalam keadaan istirahat sekitar 230 ml/menit.
3. Transportasi
Transportasi oksigen ke sel-sel yang membutuhkan melalui darah dan
pengangkutan karbondioksida sebagai sisa metabolisme ke kapiler paru.
4. Regulasi
Mekanisme adaptasi sistem respirasi terhadap perubahan kebutuhan
oksigen tubuh sangat penting untuk menjaga homeostastis dengan
mekanisme sebagai berikut :
Sistem respirasi diatur oleh pusat pernafasan pada otak yaitu medula
oblongata. Pusat nafas terdiri dari daerah berirama medulla (medulla
rithmicity) dan pons. Daerah berirama medula terdiri dari area inspirasi
dan ekspirasi. Sedangkan pons terdiri dari pneumotaxic area dan
apneustic area. Pneumotaxic area menginhibisi sirkuit inspirasi dan
meningkatkan irama respirasi. Sedangkan apneustic area mengeksitasi
sirkuit inspirasi.
3.2 Morfologi.
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit
melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar
0,3 – 0,6 mm dan panjang 1 – 4 mm. Dinding Mycobacterium tuberculosis
sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi (60%). Penyusun
utama dinding sel Mycobacterium tuberculosis adalah asam mikolat
merupakan asam lemak berantai panjang yang dihubungkan dengan
arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan peptidoglikan oleh jembatan
fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah
polisakarida. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut menyebabkan
bakteri Mycobacterium tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali
diwarnai akan tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan
larutan asam-alkohol (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).
4.3 Etiologi
• TB Post Primer
Menurut Widagdo (2011), setelah infeksi awaljika respons sistem imun
tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang
kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang
sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif, Pada kasus ini, ghon
tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa
di dalam bronkus.Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan
membentuk jaringan parut.Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang,
mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan
seterusnya.Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses
ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam
sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh
limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan
jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan
memberikan respons berbeda kemudian pada akhirnya membentuk suatu
kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.
Gejala khusus:
• Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara
“mengi”,suara nafas melemah yang disertai sesak.
• Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
• Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit
diatasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
• Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah
demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau
diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak
yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji
tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah
dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30%
terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
- Diagnosis TB Paru
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik,demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala
tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti
bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain.
Mengingat prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih tinggi, maka
setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap
sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung pada pasien remaja dan
dewasa, serta skoring pada pasien anak.
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan
dahak untuk penegakan diagnosis pada semua suspek TB dilakukan
dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua
hari kunjungan yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu
(SPS):
• S (sewaktu):
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama
kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk
mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
• P (Pagi):
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di
UPK.
• S (sewaktu):
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak
pagi.
SUSPEK TB PARU
Uji Tuberkulin
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan yang paling bermanfaat
untuk menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis
dan sering digunakan dalam “Screening TBC”. Efektifitas dalam
menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%.
Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji
tuberkulin positif 100%, umur 1–2 tahun 92%, 2– 4 tahun 78%, 4–6 tahun
75%, dan umur 6–12 tahun 51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat
bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji tuberkulin semakin kurang
spesifik.
Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang
cara mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux
umumnya pada ½ bagian atas lengan bawah kiri bagian depan,
disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan
48–72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan
(indurasi) yang terjadi:
1. Pembengkakan (Indurasi) : 0–4mm, uji mantoux negatif.
Arti klinis : tidak ada infeksi Mycobacterium tuberculosis.
2. Pembengkakan (Indurasi) : 5–9mm, uji mantoux meragukan.
Hal ini bisa karena kesalahan teknik, reaksi silang dengan
Mycobacterium atypikal atau pasca vaksinasi BCG.
3. Pembengkakan (Indurasi) : >= 10mm, uji mantoux positif.
Arti klinis : sedang atau pernah terinfeksi Mycobacterium
tuberculosis.
- Diagnosis Banding
Diagnosis banding Tuberkulosis paru (TB paru) dibuat berdasarkan
gambaran klinis yang muncul. Beberapa penyakit yang bisa didiagnosis
banding dengan TB paru adalah :
• Blastomikosis
• Tularemia
• Aktinomikosis
• Infeksi M avium-intracellulare, M. chelonae, M fortuitum, M
gordonae, M.kansasii, M marinum, M xenopi
• Karsinoma sel skuamosa
4.7 Tatalaksana
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok, yaitu: Obat primer
/ Lini pertama: Isoniazid (INH), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.
Obat sekunder / Lini kedua: Etionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,
Kapreomisin, Kanamisin.
Isoniazid (INH)
a. Efek antibakteri : bersifat tuberkulostatik dan tuberkulosid.
b. Mekanisme kerja: menghambat biosintesis asam mikolat (mycolic acid) yang
merupakan dinding sel mikobakterium.
c. Farmakokinetik: mudah diabsorbsi pada pemberian oral maupun parenteral.
d. Efek samping: reaksi hipersensitivitas menyebabkan demam, berbagai kelainan
kulit. Neuritis perifer paling banyak terjadi. Mulut terasa kering, rasa tertekan pada
ulu hati, methemoglobinemia, tinnitus, dan retensi urin.
Rifampisin
a. Aktivitas antibakteri: menghambat pertumbuhan berbagai kuman gram-positif dan
gramnegatif.
b. Mekanisme kerja: terutama aktif terhadap sel yang sedang tumbuh. Kerjanya
menghambat DNA-dependent RNA polymerase dari mikrobakteria dan
mikroorganisme lain dengan menekan mula terbentuknya (bukan pemanjangan)
rantai dalam sintesis RNA.
c. Farmakokinetik: pemberian per oral menghasilakn kadar puncak dalam plasma
setelah 2-4 jam.
d. efek yang tidak diingini. Yang paling sering ialah ruam kulit, demam, mual, dan
muntah
Etambutol
a. Aktivitas antibakteri: menghambat sintesis metabolit sel sehingga metabolisme sel
terhambat dan sel mati. Hanya aktif terhadap sel yang tumbuh dengan khasiat
tuberkulostatik.
b. Farmakokinetik: pada pemberian oral sekitar 75-80% diserap dari saluran cerna.
Tidak dapat ditembus sawar darah otak, tetapi pada meningitis tuberkulosa dapat
ditemukan kadar terapi dalam cairan otak.
c. Efek samping: jarang. Efek samping yang paling penting ialah gangguan
penglihatan, biasanya bilateral, yang merupakan neuritis retrobulbar yaitu berupa
turunnya ketajaman penglihatan, hilangnya kemampuan membedakan warna,
mengecilnya lapangan pandang, dan skotom sentral maupun lateral. Menyebabkan
peningkatan kadar asam urat darah pada 50% pasien.
Pirazinamid
a. Aktivitas antibakteri: mekanisme kerja belum diketahui.
b. Farmakokinetik: mudah diserap usus dan tersebar luas ke seluruh tubuh.
Ekskresinya terutama melalui filtrasi glomerulus.
c. Efek samping: yang paling umum dan serius adalah kelainan hati. Menghambat
ekskresi asam urat. Efek samping lainnya ialah artralgia, anoreksia, mual, dan
muntah, juga disuria, malaise, dan demam
Streptomisin
a. Aktivitas antibakteri: bersifat bakteriostatik dan bakterisid terhadap kuman TB.
Mudah masuk kavitas, tetapi relatif sukar berdifusi ke cairan intrasel.
b. Farmakokinetik: setelah diserap dari tempat suntikan, hampir semua streptomisin
berada dalam plasma. Hanya sedikit sekali yang masuk ke dalam eritrosit. Kemudian
menyebar ke seluruh cairan ekstrasel. Diekskresi melalui filtrasi glomerulus.
c. Efek samping: umumnya dapat diterima dengan baik. Kadang-kadang terjadi sakit
kepala sebentar atau malaise. Bersifat nefrotoksik. Ototoksisitas lebih sering terjadi
pada pasien yang fungsi ginjalnya terganggu.
Etionamid
a. Aktivitas antibakteri: in vitro, menghambat pertumbuhan M. tuberculosis jenis
human pada kadar 0.9-2.5 𝜇g/mL.
b. Farmakokinetik: pemberian per oral mudah di absorpsi. Kadar puncak 3 jam dan
kadar terapi bertahan 12 jam. Distribusi cepat, luas, dan merata ke cairan dan
jaringan. Ekskresi cepat dalam bentuk utama metabolit 1% aktif.
c. Efek samping: paling sering anoreksia, mual da muntah. Sering terjadi hipotensi
postural, depresi mental, mengantuk dan asthenia.
Paraaminosalisilat
a. Aktivitas bakteri: in vitro, sebagian besar strain M. tuberculosis sensitif dengan
kadar 1 𝜇g/mL.
b. Farmakokinetik: mudah diserap melalui saluran cerna. Masa paruh 1 jam.
Diekskresi 80% di ginjal dan 50% dalam bentuk asetilasi.
c. Efek samping: gejala yang menonjol mual dan gangguan saluran cerna. Dan
kelianan darah antara lain leukopenia, agranulositopenia, eosinofilia, limfositosis,
sindrom mononukleosis atipik, trombositopenia
Sikloserin
a. Aktifitas bakteri: in vitro, menghambat M.TB pada kadar 5-20 𝜇g/mL dengan
menghambat sintesis dinding sel.
b. Farmakokinetik: baik dalam pemberian oral. Kadar puncak setelah pemberian obat
4-8 jam. Ditribusi dan difusi ke seluruh cairan dan jaringan baik. Ekskresi maksimal
dalam 2-6 jam, 50% melalui urin dalam bentuk utuh.
c. Efek samping: SSP biasanya dalam 2 minggu pertama, dengan gejala somnolen,
sakit kepala, tremor, vertigo, konvulsi, dll.
Efek samping ringan OAT Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan Tidak nafsu
makan, mual, sakit perut Rifampisin Semua OAT diminum malam sebelum tidur
Nyeri sendi Pirasinamid Beri Aspirin Kesemutan s/d rasa terbakar pada kaki INH
Beri Vitamin B6 (Piridoxin) 100mg/hr Kemerahan pada air seni Rifampisin Perlu
penjelasan ke pasien
b) OAT kategori 2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3). Panduan OAT ini diberikan untuk
BTA positif yang telah diobati sebelumnya:
1. Kambuh
2. Gagal
3. Dengan pengobatan setelah putus berobat
1. Kehamilan Menurut WHO, hampir semua OAT aman untuk kehamilan, kecuali
streptomisin. Streptomisin tidak dapat dipakai pada kehamilan karena bersifat
permanent ototoxic dan dapat menembus barier placenta. Keadaan ini dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan yang menetap
pada bayi yang akan dilahirkan.
2. Ibu menyusui dan bayinya Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui.
5. Pasien TB dengan kelainan hati kronik Bila ada kecurigaan gangguan faal hati,
dianjurkan pemeriksaan faal hati sebelum pengobatan Tb. Kalau SGOT dan SGPT
meningkat lebih dari 3kali OAT tidak diberikan dan bila telah dalam pengobatan,
harus dihentikan. Kalau peningkatannya kurang dari 3 kali, pengobatan dapat
dilaksanakan atau diteruskan dengan pengawasan ketat.Pasien dengan kelainan hati,
Pirasinamid (Z) tidak boleh digunakan. Paduan OAT yang dapat dianjurkan adalah
2RHES/6RH atau 2HES/10HE.
4.8 Komplikasi
a. Komplikasi paru: atelektasis, hemoptisis, fibrosis, bronkiektasis, pneumotoraks,
gagal napas.
b. Komplikasi ekstra paru: pleuritis, efusi pleura, perikarditis, peritonitis, TB kelenjar
limfe.
4.9 Prognosis
a. Ad vitam (pengaruh penyakit pada proses kehidupan;hidup) : ad bonam (baik)
Prognosis ad bonam karena keadaan yang ditemukan pada pasien ini bukan kondisi
yang berat yang dapat menyebabkan kematian. Perlu pemeriksaan lebih lanjut apakah
pada pasien terdapat infeksi HIV atau tidak.
5.2 Promkes
Promotif
• Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
• Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang
bahaya TBC, cara penularan, cara pencegahan,
faktor resiko
• Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
Preventif
• Vaksinasi BCG
• Menggunakan isoniazid (INH)
• Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor
dan lembab.
• Bila ada gejala-gejala TBC segera ke
Puskesmas/RS, agar dapat diketahuisecara dini.
b. Kolaborasi layanan
Berupa kegiatan integrasi dan kolaborasi penemuan pasien TB ke
dalam layanan kesehatan lain yang tersedia di fasilitas pelayanan
kesehatan, misalnya di poliklinik umum, unit layanan HIV, DM
(Diabetes Mellitus), Gizi, Lansia, klinik berhenti merokok, klinik
KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan ANC (Ante Natal Care). Secara
manajemen layanan, penemuan pasien TB juga harus diintegrasikan
kedalam strategi atau sistem manajemen kesehatan yang diterapkan
di fasilitas pelayanan kesehatan, misalnya: Pendekatan Praktis
Kesehatan Paru/ PPKP (PAL = Practical Approach to Lung health),
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Manajemen Terpadu
Dewasa Sakit (MTDS). Penjaringan terduga TB di faskes dapat juga
dilakukan melalui penapisan batuk oleh petugas yang meregistrasi
pasien atau perawat yang memberi layanan pada pasien. Upaya
penemuan pasien TB harus didukung dengan kegiatan promosi yang
aktif, sehingga semua terduga TB dapat ditemukan secara dini.
f. Skrining masal.
Kegiatan penemuan aktif yang dilaksanakan sekali setahun
untuk meningkatkan penemuan pasien TB di wilayah yang
penemuan kasusnya masih sangat rendah. Puskesmas bekerja sama
dengan aparat desa/kelurahan, kader kesehatan dan potensi
masyarakat melakukan skrining gejala TB secara masif di
masyarakat dan membawanya ke layanan kesehatan luar gedung.
6. Memahami dan Menjelaskan Hukum Merokok dan Etika Batuk dalam Islam
6.1 Etika mengeluarkan Dahak saat Shalat.
Dalam bahasa arab, ada banyak kata untuk menyebut kata “dahak”,
yaitu nukha’ah, nukhamah, mukhath, balgham, atau nughafah. Ludah dan
segala jenisnya adalah cairan suci dan tidak najis. Disebutkan dalam riwayat
Bukhari, dari Anas bin Malik RA bahwa Nabi SAW pernah melihat dahak
yang menempel di tembok masjid. Kemudian beliau kerik dengan tangannya,
kemudian bersabda: “Ketika kalian sedang melaksanakan shalat,
sesungguhnya dia sedang bermunajat dengan Allah. Karena itu janganlah dia
meludah ke arah kiblat, namun meludahlah ke arah kirinya atau ke arah bawah
sandalnya. Kemudian dia ambil ujung pakaiannya dan dia ludahkan di
pakaiannya.”
Kandungan hadis ini menjadi dalil bahwa orang yang shalat
dibolehkan untuk meludah di tengah-tengah shalat dan aktivitas ini tidak
membatalkan shalat. Dalam hadis ini juga terdapat dalil bahwa ludah,
demikian pula dahak adalah cairan suci. (2011, Sa’id)
Dalil dan Hadist yang berbicara mengenai larangan merokok sejatinya
memang tidak dituliskan secara jelas. Namun, sebagai umat muslim yang
patuh terhadap larangan Allah SWT, tentunya kita wajib mengetahui dan
menjalankan segala perintah serta menjauhi larangan yang sudah tertera dalam
ayat Al Qur’an. Beberapa dalil yang dapat digunakan sebagai larangan untuk
merokok diantaranya adalah sebagai berikut;
ِ ه ْم ِفي الت(وْ َر
اة ُ م ْكتُوبًا ِعنْ َد
َ َجدُونَ ُهِ مي( ا (ل ِذي ي ? ُ @ا
ْ (ول الن( ِبي َ س ُ ن ال (ر َ ا (ل ِذي َن يَت( ِبعُو
ع َليْ ِه ُم َ َات َويُحَ ?ر ُم ِ ل َل ُه ُم الط(ي?بO ُح
ِ ُنْ َك ِر َويQا
ْ ن ِ ع
َ ه ْم ُ وف َويَنْهَا ِ َ ْع ُرQِا
ْ ه ْم ب ُ م ُرُ ْ جي ِل يَأ ِْ و
ِ ْنTَا
ا (ل ِتي َلUَ غ ْ َ @َا
ْ و ُ ص َر
ه ْم ْ ِإ عنْ ُه ْم َ َُضع َ َوي ث ِ خب
َ َائ َ ا ْل
كَ م َع ُه ۙ أُو ٰلَ ِئ
َ و َر ا (ل ِذي أُنْز َِلOص ُروهُ وَات(بَعُوا الن َ َعز( ُروهُ َون َ منُوا ب ِِه َو َ ع َليْ ِه ْم ۚ فَا (ل ِذي َن آَ َْكانَت
نَ ُفْلِحُ وQا ْ ه ُم ُ
“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya)
mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang
menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari
mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik
dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari
mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka
orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan
mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an),
mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. al-A’raaf: 157)
Dari ayat tersebut telah menjelaskan bahwa Allah SWT telah menghalalkan
segal yang baik bagi umat manusia dan mengharamkan yang buruk bagi
manusia. Secara ilmu pengetahuan, kesehatan, rokok merupakan barang yang
berpotensi untuk membuat kondisi pemakainya justru menurun. Hal ini dapat
diartikan bahwa merokok adalah kebiasaan yang tidak baik serta dilarang oleh
Allah SWT.
تُ ْل ُقوا ِبأَي ِْدي ُك ْمkََ (ِ وlسبِي ِل اَ َوأَنْ ِف ُقوا ِفي
َ س ِن
m ِ ُْحQا ْ Oُحب ِ (َ يlن ا ِ ْإِ َلى الت( ْه ُل َك ِة ۛ َوأَح
( ِسنُوا ۛ إ
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah,
karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS.
Al Baqarah 195).
Firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah tersebut menjelaskan kepada kita
sebagai umat muslim untuk tidak menggunakan apapun untuk menghancurkan
diri kita sendiri. Sebagaimana firman Allah tersebut, kita mengetahui bahwa
rokok sebenarnya dapat membunuh manusia secara perlahan.
Hal tersebut sangat dilarang oleh Allah yaitu membinasakan diri sendiri.
Kematian yang disebabkan oleh bahaya merokok sudah terjadi hampir di
seluruh dunia. Beberapa penyakit seperti jantung, paru-paru, kanker
tenggorokan dan sebagainya termasuk jenis penyakit yang mayoritas
disebabkan oleh konsumsi rokok tidak terkendali. Jadi, wajar saja apabila
rokok dianggap sebagai racun yang perlahan dapat membunuh nyawa
seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Geo F. 2007. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz,
Melnick, & Adelberg – Edisi 23. Jakarta: EGC.
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Penemuan Kasus
Tuberkulosis.
Sa'id, U. (2011). Hukum Menelan Dahak Dan Ludah Ketika Puasa Dan Shalat.
Retrieved from https://muslimah.or.id/2189-hukum-menelan-dahak-dan-ludah-ketika-
puasa-dan-shalat.html.
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/126/5/1
28700015_file5.pdf
https://dalamislam.com/info-islami/hukum-merokok-
dalam-islam