Skor Nilai :
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN.............................................................................4
1. Latar Belakang Masalah.......................................................................4
2. Rumusan Masalah.................................................................................4
3. Tujuan dan Manfaat..............................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN..............................................................................5
1. Pembahasan 1………………………………………………………...5
2. Pembahasan 2……………………………...........................................6
3. Pembahasan 3…………………………………………………….......7
4. Pembahasan 4………………………………………………………...8
5. Pembahasan 5………………………………………………………...9
1. Pengertian…………………………………………………………..10
2. Hubungan neurologi dengan cabor senam………...……………10
BAB IV : PENUTUP
1. Kesimpulan …………………………………………………………..11
2. Saran …………………………………………………………..12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………13
BAB I
PENDAHULUAN
2. Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan sistem saraf pada saat ini kira berolahraga
Bagaimana cara kerja sistem saraf
Contoh atlit yang harus menggunakan akal dan pikirannya.
PEMBAHASAN
A. RINGKASAN JURNAL 1
JUDUL : PENGEMBANGAN PERANGKAT BLENDED LEARNING SISTEM SARAF
MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan: 1) Perangkat
pembelajaran yang dikembangkan dapat memfasilitasi siswa untuk belajar berpikir
kritis karena pembelajaran blended learning yang dipilih membuat siswa berfikir
secara holistik dan mampu memunculkan pertanyaan serta jawaban kritis dari siswa,
2) Perangkat pembelajaran valid dengan rata-rata penilaian validator 87,3 pada
kriteria sangat baik, 3) Perangkat pembelajaran efektif, hal ini terlihat dari 97,5%
siswa telah memiliki keterampilan berpikir kritis dengan kriteria tinggi atau sangat
tinggi dan siswa yang tuntas hasil belajar kognitifnya adalah sebanyak 80%, dan 4)
Perangkat pembelajaran praktis terlihat dari 87,67% siswa memiliki respon yang baik
atau positif. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan strategi blended
learning memberikan ketertarikan yang tinggi pada siswa.
Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan bernalar dan berpikir reflektif yang
difokuskan pada keputusan untuk menemukan apa yang diyakini atau apa yang harus
dilakukan (Ennis, 1985), yaitu: 1) memberi penjelasan sederhana, 2) membangun
keterampilan dasar, 3) menyimpulkan, dan 4) memecahkan masalah. Berdasarkan
uraian di atas, perlu dilakukan penelitian dengan mengembangkan perangkat
pembelajaran sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan keterampilan. berpikir
kritis siswa SMA. Penelitian pengembangan dimulai dengan identifikasi masalah
pembelajaran yang ditemui di kelas. Masalah pembelajaran terkait dengan perangkat
pembelajaran, seperti silabus, bahan ajar, lembar kerja siswa, media pembelajaran, tes
untuk mengukur hasil belajar. Perangkat pembelajaran dianggap menjadi masalah
karena belum memenuhi kebutuhan pembelajaran dan perlu diperbaiki. Dalam proses
ini diperlukan perangkat pembelajaran yang disusun dan dipilih sesuai dengan
kompetensi yang akan di kembangkan. Pembelajaran sistem saraf manusia
menggunakan strategi blended learning akan menyebabkan pembelajaran lebih
menyenangkan dan mempermudah memahami materi yang bersifat abstrak.
Pemanfaatan TIK oleh siswa akan berjalan secara optimal jika terintegrasi dalam
proses pembelajaran. Penerapan strategi blended learning memungkinkan guru dapat
mengembangkan pembelajaran biologi berbasis TIK, aktif, kreatif, efektif,
menyenangkan dan kontekstual.
B. RINGKASAN JURNAL 2
C. RINGKASAN JURNAL 3
D. RINGKASAN JURNAL 4
JUDUL : Penerapan Latihan Relaksasi Otogenik untuk Regulasi Emosi Atlet Anggar
Relaksasi autogenik bertujuan menjaga kesseimbangan saraf simpatik dan
parasimpatik dalam sistem saraf otonom. Ini membantu individu mengekspresikan
emosinya dengan tepat. Selain itu individu dapat memproses informasi yang
diterima dengan lebih kreatif. Relaksasi otogenik mampu menghambat kerja sistem
saraf simpatis sehingga hormon-hormon yang berlebihan akan berkurang dan
kembali ke titik keseimbangan. Melalui mekanisme inilah reaksi fisiologis orang yang
sedang mengalami ketegangan akan mereda, detak jantung kembali teratur, nafas
teratur serta aliran darah kembali normal. Begitu pula dengan kondisi mentalnya
yang semakin membaik.
E. RINGKASAN JURNAL 5
JUDUL ARTIKEL : Efek olahraga terhadap fungsi otak
Otak memiliki kapasitas otak untuk perhatian namun potensi tak terbatas terkait
bagaimana informasi diproses. Ketika berolahraga, atlet memdapat banyak stimuli
dan informasi yang dibutuhkan untuk mengatur matriks perhatian ini, yang memaksa
otak untuk memprioritaskan apa yang diproses dan mengingkatkan kemampuan
mereka untuk fokus.
Selain memberi dampak positif bagi kesehatan tubuh. Olahraga ternyata juga
memberikan manfaat terhadap perkembangan otak dan fungsi kognitif. Penelitian
penelitian terbaru membuktikan bahwa olahraga dapat meningkatkan memori dan
meningkatkan konsentrasi serta menurunkan berbagai risiko penyakit yang
berhubungan dengan otak demensia, atau alzheimer dan Parkinson serta berbagai
manfaat lainnya. Tetap sehat secara fisik ternyata didapat dari hasil penelitian
hubungan antara kebugaran aerobik dengan kemampuan kognitif. Telah terbukti
latihan selama 30-45 menit dengan berjalan cepat, 3× seminggu, dapat membantu
menangkal timbulnya dimensia. Tidak hanya itu, latihan untuk meningkatkan
keseimbangan, koordinasi dan kelincahan memberi dampak positif yang besar pada
struktur otak dan fungsi kognitif.
BAB III
HUBUNGAN SISTEM SARAF PADA CABOR SEPAK BOLA
Pengertian sepak bola merupakan suatu cabang olahraga yang melibatkan performa
gerakan yang membutuhkan kekuatan kecepatan dan keserasian gerakan fisik yang
teratur..
Sepakbola memiliki gerakan yang dinamik, eksplosif, dan tiba-tiba. Selain refleks dan
tenaga, dibutuhkan juga kelenturan. Latihan ini sudah dimulai dari detik pertama kita
memasuki lapangan dan memulai sebuah latihan. Pemanasan yang benar ialah dengan
melakukan peregangan secara dinamis, karena ini sesuai dengan permainan bola
tersebut.
Lalu bagaimana melatih otot sesuai dengan kebutuhan atau tuntutan olahraga kita?
Saya pemain bola, apakah saya harus membesarkan otot saya? Posisi saya penyerang?
Apa yang harus dilatih secara khusus? Apakah latihan beban saya sama dengan rekan-
rekan di dalam 1 tim?
Mari mulai dengan seorang penyerang. Tugasnya ialah mencetak gol. Selain latihan
finishing touch, melatih kekuatan, kelincahan, dan (explosive) speed juga sangat
diperlukan. Apakah kita pernah melihat seorang penyerang mondar-mandir dari depan
ke belakang? No, never!Bahkan saat tim menggunakan taktik “parkir bus” ala
Mourinho pun pasti si penyerang berada paling tidak pada setengah lapangan.
Nah, latihan kekuatan apa yang diperlukan? Sebagai seorang penyerang dia
membutuhkan core stability yang kuat agar mampu mengatasi tekanan-tekanan atau
pressure dari pemain belakang.
Sementara itu, power atau tenaga eksplosif yang besar sangat diperlukan untuk lari
cepat jarak pendek. Striker-striker komplet memiliki hal ini, seperti misalnya Luis
Suarez, Fernando Torres, Filippo Inzaghi, Juergen Klinsmann, Miroslav Klose, Serqio
Aquero, Ruud van Nistelrooy, Ronaldo (Brasil), dll.
Latihan beban mereka sangat khusus yaitu mengkombinasikan tenaga dan kecepatan.
Beban yang mereka latih pun tidak berat sehingga otot mereka tidak menjadi besar,
tetapi kuat.
Inilah kunci kedua. Otot yang dilatih sedemikian rupa oleh penyerang tidak akan bisa
mengimbangi latihan otot yang dilatih oleh, misalnya, pemain tengah /gelandang.
Bagi pemain di posisi ini, otot-otot akan dilatih agar mampu memproduksi energi
yang bisa bertahan selama 90 menit, bukan seperti otot para penyerang yang memiliki
fungsi untuk melakukan gerakan eksplosif secara berulang-ulang.
Demikian pula pemain belakang dan kiper. Mereka memiliki latihan beban yang
berbeda dengan penyerang dan pemain tengah. Apakah-apakah jenis-jenis latihan
beban itu? Akan kita kupas satu demi satu di bagian tulisan-tulisan lainnya.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam beberapa dekade terakhir, banyak masyarakat yang menganggap
enteng profesi dari seorang atlit. Apalagi masyarakat yang terbilang
awam, mereka memandang pekerjaan atau profesi atlit ini dengan sebelah
mata. Dengan menyimpulkan sendiri bahwa atlit melakukan perform
pada saat pertandingan hanya menggunakan otot saja, dan tidak
menggunakan otak.
Jadi berdasarkan hasil analisis terhadap beberapa jurnal maupun artikel
saya menyimpulkan bahwa pikiran atau stigma dari masyarakat itu keliru,
ada kekeliruan dalam pola berpikir masyarakat. Disini saya ingin menepis
serta meluruskan opini masyarakat terkait olahraga yang hanya
menggunakan otot saja. Tidak menggunakan otak. Jadi sekali lagi saya
tidak setuju dengan pendapat dari masyarakat yang mengatakan bahwa
atlit itu hanya menggunakan otot saja.
Untuk itu saya memiliki beberapa alasan serta data yang saya analisis.
Bahwa seorang atlit selain menggunakan otot pada saat pertandingan
maupun perlombaan ia harus terampil dalam menggunakan akal dan
pikirannya yang juga menjadi pengaruh besar terhadap penampilan
seorang atlit.
Bagian otak yang bernama hippocampus merespon sangat kuat terhadap
kegiatan latihan aerobik. Hippocampus merupakan inti dari pembelajaran
dan memori dalam sistem otak. latihan untuk meningkatkan
keseimbangan, koordinasi dan kelincahan memberi dampak positif yang
besar pada struktur otak dan fungsi kognitif
2x seminggu melakukan latihan angkat besi memberikan dampak
neurologis yang sangat besar. Menari juga dapat mencegah penuaan otak.
Menari 1 jam dalam seminggu, selama enam bulan, meningkatkan
stimulasi fisik dan sosial serta kognitif.
SARAN
Menurut saya pola pikir dimasyarakat harus rubah agar tidak salah dalam
berpikir tentang olahraga, pemikiran yang mengatakan bahwa seorang
atlit hanya menggunakan otot, sangat jelas lah sebuah pemikiran yang
keliru. Untuk itu saya memiliki saran untuk membaca sebuah mini riset
saya yang sederhana ini, dengan minimal tersadarkan akan pentingnya
peran otot baik akal maupun pikiran pada saat seorang atlit itu bertanding.
Dan untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih dalam saya
sarankan juga untuk mencari referensi lain yang lebih baik. Karena saya
pun menyadari akan ketidaksempurnaan tugas mini riset saya.
DAFTAR PUSTAKA
https://apki.or.id/efek-olahraga-terhadap-fungsi-otak/
Agus Supriyanto & Lismadiana, 2013. Penggunaan motode hiphotherapi
untuk meningkatkan konsentrasi saat start dalam renang. Jurnal iptek
olahraga, Volume 15 nomor 2.Chung, C. H., Kim, B. J., Jang, C. Y., & Ch
https://jurnal.ciptamediaharmoni.id/index.php/kontribusi/
European Journal of Physical Education and Sport Science 5(1):134–41.
doi: 10.5281/zenodo.1598556.Solang, Margaretha. 2011. “Kementerian
Hukum Dan Hak Asasi Manusia Ri.” Undang-Undang Republik Nomor 5
Tahun 2011 (8):1–6.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise