Disusun oleh :
S1 EKONOMI PEMBANGUNAN
Dalam hal ini kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan makalah ini, karena kami menyadari masih banyak kekurangan
dikarenakan keterbatasan ilmu dan pengetahuan kami. Oleh karena itu
kami senantiasa menerima kritik dan saran dari pembaca.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………… 1
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. 2
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….. 3
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………6
2.2 KEWIRAUSAHAAN………………………………………………………… 7
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………12
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
panutan dalam dunia kewirausahaan. Yang ada hanya pola pemikiran
feodalisme, priyayiisme, serta elitisme yang satu diantaranya sekian
banyak ciri-cirinya adalah mengagungkan status sosial sebagai
pegawai, terutama pegawai negeri (kontras dengan status leluhur yang
petani).
Pada era orde baru, pemerintah sadar bahwa untuk memajukan bangsa
dan negara, peran serta masyarakat swasta harus dilibatkan secara
serius. Oleh sebab itu keWirausahaan mulai dikampanyekan, dengan
berbagai penekanan bahwa lowongan kerja tidak akan mampu
menampung jumlah angkatan kerja yang dari tahun ke tahun semakin
membengkak. Lebih jauh para pengusaha kecil dibina dengan harapan
bisa berkembang menjadi tonggak tumpuan ekonomi di masa datang.
Pengusaha besar diberi kemudahan, karena merekalah kini pemain-
pemain utama yang mendukung tugas pemerintah di sektor ekonomi.
Sebagai negara berkembang bisa dimengerti kalau terjadi berbagai
ekses dan penyimpangan. Dengan masyarakat yang berlatar belakang
non entrepreneur serta cendrung feodalis, bangsa Indonesia tampak
kurang siap di berbagai aspek. Dalam periode transisi dari alam
birokrasi ke iklim bisnis yang serba cepat, pacuan kewirausahaan
menyebakan para pengusaha Indonesia kedodoran pada segi-segi
yang amat penting, diantaranya faktor sikap mental (attitude),
motivasi, etos kerja serta kesadaran tentang pengabdian kepada
bangsa dan negara.
4
keWirausahaannya, agar selalu siap menghadapi hal apapun dantetap
bertahan hidup.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENTINGNYA BISNIS KECIL
Bisnis kecil diartikan sebagai bisnis yang dimiliki dan dikelola oleh orang
setempat, mungkin juga dibantu dengan beberapa orang pegawai. Di Negara kita
Jumlah pegawai yang dikategorikan perusahaan kecil adalah 50 orang, di USA
sejumlah 500 orang. Dengan kriteria semacam itu tentulah banyak sekali bisnis kecil
di Indonesia bahkan dunia. Di Indonesia bisnis kecil bertumbuh pesat apalagi setelah
krisis moneter melanda sejak paruh kedua tahun 1997, Mulai dari PKL dipinggir jalan,
perusahaan rumahan seperti catering, jual antar voucher ponsel, jasa pendidikan luar
sekolah seperti bimbel, les privat, rumah makan, toko, kantor akuntan, penasihat
hukum, konsultan manajemen, dan sebagainya. Salah satu jenis usaha yang bermula
dari usaha kecil adalah perusahaan keluarga.
Bank BNI dulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia 1946 atau BNI 46 yang
sekarang menjadi bank terbesar di Indonesia-sebelum 4 bank negara merger menjadi
Bank Mandiri-dulunya hanyalah kelompok simpan pinjam yang didirikan oleh
pegawai Hindia Belanda, salah satunya adalah Ayah Prof. Soemitro Djojohadikusumo
(alm). yg peduli dengan ekonomi bangsanya.
Ada juga disebut dua raksasa bisnis asal Prancis yang sampai saat ini masih
bangga menyebut dirinya sebagai perusahaan keluarga Yaitu Carrefour Dan Danone.
Carrefour sebagai perusahaan pengelola pasar swalayan (supermarket)
mengembangkan model pasar raya (Hypermarket) yg luar biasa besarnya. Belum lagi
langkahnya Danone yang telah mengakuisisi Aqua Golden Mississippi secara
fenomenal tahun 1998 segera setelah masa krisis moneter berlangsung. Kita ketahui
bahwa Aqua adalah pionir untuk industri air minum dalam kemasan di Indonesia.
Dari contoh-contoh tersebut rasanya kita tidak boleh menyepelekan peranan usaha
kecil, bisnis kecil, apakah itu perusahaan keluarga, atau bisnis yang berbasis
kewirausahaan.
6
2.2 KEWIRAUSAHAAN
Kewirausahaan (entrepreneur) adalah orng orang yang mampu mengambil faktor-
faktor produksi dan menggunakannya untuk memproduksi barang dan jasa baru,
menyadari peluang yang tidak dilihat atau tidak dipedulikan oleh orang lain.
Kisali menyatakan ada lima syarat untuk menjadi wirausahawan yang sukses, yaitu 1)
Reputasi dulu, 2) Tumbuh dari bawah, 3) konsentrasi pada bidang yang dikuasi, 4)
Anti kerumunan, 5) Modal hanyalah pelengkap.
Pewirausaha sejati tidak hanya mengejar uang saja, tapi mereka mengejar
reputasi. Mereka tidak hanya mengejar penjualan sebesar besarnya, sikut sana sikut
sini. Wirausahawan yang baik mementingkan reputasi dan nama baik. Reputasi tidak
datang dengan sendirinya melainkan di perjuangkan dengan serius dan kesungguhan
hati.
MUHAMMAD AL FATIH TIMUR
Muhammad al Fatih Timur kelahiran bukit tinggi 27 Desember 1991, lulusan S1
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, pada tahun 2013 al Fatih mendirikan startup
bisnis yang menghubungkan orang-orang yang mempunyai ide-ide bisnis sosial
(initiator) dengan pemilik dana yang bersedia membantu melalui platfrom
crowdfunding yang di jalankan secara online. Al fatih mendaftarkan bisnisnya dalam
bentuk PT(Perseroan Terbatas). Pada 2014 dapat mengumpulkan dana sebesar Rp892
juta, setahun kemudian jumlah itu meningkat menjadi Rp7,2 miliar, dan pada 2016
berhasil mengumpulkan Rp61 miliar dan sampai dengan Oktober 2017 sudah
mencapai Rp162,8 miliar. Dan banyak lagi kisah seperti al fatih yang bisa sukses
dengan bekerja keras.
Kewirausahaan berbeda dengan manajemen. Yang paling menonjol adalah pada
kepemilikan. Seorang wirausahawan bekerja dalam perusahaan yang sekaligus
sebagai pemilik usaha. Kerja kerasnya akan dia nikmati sendiri.
Berbeda dengan wirausaha, manajemen mencangkup koordinasi proses-proses yang
sudah berjalan, termasuk di dalamnya proses produksi, proses pemanasan,
penyyyygelolaan sumber daya manusia, dan pengelolaan keuangan.
7
2.3 BISNIS KELUARGA
Perusahaan keluarga pada umumnya memiliki ciri ciri sbg berikut, (1)
dimiliki oleh kelompok yang dominan kepemilikan saham nya lebih dari 50%
(2) dirasakan sebagai perusahaan (3) dikelola oleh orang yang berasal dari
keluarga tersebut
8
keuangan keluarga (3) Tidak adanya mekanisme pertanggung jawaban yang
ketat (4) motivasi kerja tinggi.
Tidak adanya kekhususan dalam manajemen Hal inilah yang menjadi
alasan utama sebuah perusahaan keluarga cepat beradaptasi dan menemukan
bentuk bisnis yang cocok dan dengan segera dapat meraih peluang dan
sekaligus dapat kendala yang ada. Perusahaan keluarga cenderung dinamis,
pengambilan keputusan cepat dan tdk bertele tele karna didasari oleh
kepercayaan sebagai dasar untuk survival,mempunyai hubungan personal yang
erat dengan seluruh karyawan dengan menabrak jenjang manajemen. Dengan
Menghilangkan jenjang manajemen yang ada akan menempatkan setiap
karyawan berada pada posisi yang setara dengan karyawan yang lain apapun
jabatannya,sehingga menimbulkan komitmen yang lebih kuat.
John Davis dan Morris taguiri (Hoover, 2016:61)menyatakan bahwa
terdapat tiga elemen pengaruh dalam bisnis keluarga antara lain:
1.Keluarga, keberhasilan dalam keluarga diukur dalam artian harmoni,
kesatuan, dan perkembangan individu
2.Bisnis, adalah entitas ekonomi dimana keberhasilan diukur bukan pada harga
diri dan kesenangan interpersonal individu, tetapi dalam produktivitas dan
profesional.
3. Kepemilikan, didasarkan pada peranan seseorang dalam investasi dalam
perusahaan, peranan meminimalkan risiko.
Dalam bisnis keluarga, ketiga elemen tersebut bercampur menjadi satu
bahkan batas-batas diantara ketiganya kabur dan tak tampak. Tetapi banyak hal
menunjukkan bahwa kesuksesan bisnis keluarga dimulai dari kaburnya batas-
batas itu.untuk menjamin dinamika bisnis keluarga tetap dalam posisi yang
menguntungkan, maka perlu dipertegas aturan hubungan bisnis keluarga
9
2.4 MEMPERBARUI BISNIS
Setelah perusahaan didirikan oleh para usahawan berdiri
tegak,menjulang,menggajah dan menggurita,lalu perusahaan menjadi
berat,tinggi dan lamban,tidak ada lagi kereativitas dan inovasi yang ada
hanyalah birokratis dan tidak fleksibel. Kondisi ini akan mengakibatkan
kejumudan yang akan membawa suasana bisnis pada kemunduran yang
dimulai dengan suasana stagnasi.
Salah satu gejalanya adalah perusahaan dipimpin oleh manajer-
manajer yang dulunya karyawan yang ikut sang wirausahawan mulai dari
bawah dengan segala kondisinya, sehingga pada saat harus diatas banyak
kikuk berlalu sebagai seorang manajer. Mereka berkembang dari bawah
tanpa dipersiapkan sebelumnya untuk menjadi pemimpin. Mereka adalah
tenaga lapangan,yang terbiasa menjual barangnya dengan cara-cara
"salesman",mereka tidak terbiasa "menjual" dengan cara "sales manajer".
Sementara itu, manajer yang baru direkrut setelah bisnis membesar tidak
memiliki pengalaman historis dengan sang usahawan,sehingga
menimbulkan gap cara berpikir dan berkomunikasi. Hambatan ini
menyebabkan bisnis yang dibangun dari bawah memerlukan kiat khusus
untuk terus senantiasa dapat mengembangkan bisnisnya. Cara-cara
entrepreneurship seperti berani mengambil resiko, kreativitas,dan
penumbuhan gairah inovasi. Untuk memadukan hal itu,akhirnya
dikembangkan juga pola intrapreneurship. Didalam intrapreneurship setiap
karyawan diajarkan bagaimana menjadi seorang wirausahawan dalam
status sebagai karyawan perusahaan.
10
BAB III
PENUTUP
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
pengetahuan penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
11
DAFTAR PUSTAKA
- Barringer, Bruce R. Ireland, R Duane. 2012, Entrepreneurship, Successfully
Launching New Ventures, Fourth Edition. Essex (England): Pearson Education.
- Dogaru, Mirela. 2012. "Management and Its Role in Market Economy".
Procedia-Social and Behavioral Sciences. Elsevier. 62. p. 536-539.
- Hyvari, Irja. 2016. "Roles ofTop Management and Organizational Project
Management in The Effective Company Strategy Implementation". Procedia-
Social and Behavioral Sciences. Elsevier. 226. p. 108-115.
- Jones, Gareth R. George, Jennifer M. 2014, Contemporary Management,
Global Edition. Singapore: McGraw Hill Education.
- Robbins, Stephen P Coulter, Mary. 2014, Management, Global Edition.
Harlow (UK): Pearson Education.
- Schermerhorn, J.R. 2013, Introduction to Management, Twelfth Edition.
Hoboken NJ (USA): John Wiley.
12