Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN

Dosen Pengampu : Dr. Anwar, S.E., M.Si.

Disusun oleh :

Muh. Raihan Thoriq


Muh. Rijal
Mariska magdalena sanora jola
Muh Aswan Pratama
Muhammad Farid Wajdi
Muhammad Alfi Meizalferi

S1 EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT
atas rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini, dan atas pertolongan-Nya pula kami dapat menyusun
makalah yang berjudul “ Manajemen Kewirausahaan”
Terimakasih kami ucapkan kepada dosen yang membimbing kami
dalam mata kuliah Pengantar Manajemen. Karena atas bimbingan beliau
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Dalam hal ini kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan makalah ini, karena kami menyadari masih banyak kekurangan
dikarenakan keterbatasan ilmu dan pengetahuan kami. Oleh karena itu
kami senantiasa menerima kritik dan saran dari pembaca.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 14 September 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………… 1

DAFTAR ISI………………………………………………………………….. 2

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….. 3

1.1 LATAR BELAKANG………………………………………………………… 3-


5

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………6

2.1 PENTINGNYA BISNIS KECIL……………………………………………… 6

2.2 KEWIRAUSAHAAN………………………………………………………… 7

2.3 BISNIS KELUARGA………………………………………………………… 8-9

2.4 MEMPERBARUI BISNIS……………………………………………………. 10

BAB III PENUTUP…………………………………………………………. 11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………12

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kewirausahaan, kekayaan menjadi relatif sifatnya. Ia hanya


merupakan produk bawaan (by-product) dari sebuah usaha yang
berorientasi dari sebuah prestasi. Prestasi kerja manusia yang ingin
mengaktualisasikan diri dalam suatu kehidupan mandiri. Ada
pengusaha yang sudah amat sukses dan kaya, tapi tidak pernah
menampilkan diri sebagai orang yang hidup mewah, dan ada juga
orang yang sebenarnya belum bisa dikatakan kaya, namun
berpenampilan begitu glamor dengan pakaian dan perhiasan yang
amat mencolok.

Maka soal kekayaan akhirnya terpulang pada masing-masing


individu. Keadaan kaya miskin, sukses gagal, naik dan jatuh
merupakan keadaan yang bisa terjadi kapan saja dalam kehidupan
seorang pengusaha, tidak peduli betapapun piawainya ia. Ilmu
kewirausahaan hanya menggariskan bahwa seorang Wirausahawan
yang baik adalah sosok pengusaha yang tidak sombong pada saat
jaya, dan tidak berputus asa saat jatuh.

Tidak ada satu suku katapun dari kata “Wirausaha” yang


menunjukkan arti kearah pengejaran uang dan harta benda, tidak pula
kata wirausaha itu menunjuk pada salah satu strata, kasta, tingkatan
sosial, golongan ataupun kelompok elite tertentu. Di Indonesia, di
penghujung abad ke 20 ini kewirausahaan boleh dikata baru saja
diterima oleh masyarakat sebagai salah satu alternatif dalam meniti
karier dan penghidupan. Seperti diketahui, umumnya rakyat Indonesia
mempunyai latar belakang pekerja pertanian yang baik. Dengan hidup
dialam penjajahan hampir 3,5 abad lamanya, nyaris tidak ada figur

3
panutan dalam dunia kewirausahaan. Yang ada hanya pola pemikiran
feodalisme, priyayiisme, serta elitisme yang satu diantaranya sekian
banyak ciri-cirinya adalah mengagungkan status sosial sebagai
pegawai, terutama pegawai negeri (kontras dengan status leluhur yang
petani).

Pada era orde baru, pemerintah sadar bahwa untuk memajukan bangsa
dan negara, peran serta masyarakat swasta harus dilibatkan secara
serius. Oleh sebab itu keWirausahaan mulai dikampanyekan, dengan
berbagai penekanan bahwa lowongan kerja tidak akan mampu
menampung jumlah angkatan kerja yang dari tahun ke tahun semakin
membengkak. Lebih jauh para pengusaha kecil dibina dengan harapan
bisa berkembang menjadi tonggak tumpuan ekonomi di masa datang.
Pengusaha besar diberi kemudahan, karena merekalah kini pemain-
pemain utama yang mendukung tugas pemerintah di sektor ekonomi.
Sebagai negara berkembang bisa dimengerti kalau terjadi berbagai
ekses dan penyimpangan. Dengan masyarakat yang berlatar belakang
non entrepreneur serta cendrung feodalis, bangsa Indonesia tampak
kurang siap di berbagai aspek. Dalam periode transisi dari alam
birokrasi ke iklim bisnis yang serba cepat, pacuan kewirausahaan
menyebakan para pengusaha Indonesia kedodoran pada segi-segi
yang amat penting, diantaranya faktor sikap mental (attitude),
motivasi, etos kerja serta kesadaran tentang pengabdian kepada
bangsa dan negara.

Setiap kegiatan yang mempunyai bobot persaingan, memerlukan


ketajaman naluri. Seorang pemburu memerlukan naluri untuk
bersaing dengan buruannya. Demikian juga dalam dunia
kewirausahaan. Pengusaha bersaing tidak hanya dengan perusahaan-
perusahaan pesaing, tetapi juga dengan keadaan dan situasi tertentu,
seperti moneter dan ekonomi, politik, perubahan kebijaksanaan
pemerintah. Untuk dapat mengantisipasi setiap perkembangan yang
mungkin terjadi, seorang Wirausahaan perlu melatih naluri

4
keWirausahaannya, agar selalu siap menghadapi hal apapun dantetap
bertahan hidup.

Kim Woo Chong, pendiri Daewoo, mengatakan bahwa sekali


wirausahawan memproklamirkan diri sebagai seorang Wirausahawan,
maka semua pemikiran dan tindakan wirausahawan adalah untuk
usaha. Wirausahawan harus “ merendam “ jiwa raga wirausahawan
kesana.

Makin lama wirausahawan menjiwai dunia wirausaha, makin banyak


pengalaman wirausahawan, maka makin tajamlah naluri
wirausahawan. Seseorang yang mempunyai komitmen diri yang teguh
akan sikapnya adalah orang yang mampu untuk menjadi pemimpin
yang selanjutnya cara dan metode yang diterapkannya disebut
Kepemimpinan. Suatu pedoman bagi kepemimpinan yang baik adalah
“perlakukanlah orang-orang lain sebagaimana wirausahawan ingin
diperlakukan”. Berusaha memandang suatu keadaan dari sudut
pandangan orang lain akan ikut mengembangkan sebuah sikap tepo
seliro. Pengusaha yang berpeluang untuk maju secara mantap adalah
yang memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat menonjol. Ciri-ciri
mereka biasanya sangat menonjol, dan sangat khas. Dimana
keputusan dan sepak terjangnya sering dianggap tidak lazim dan lain
dari pada umumnya pengusaha.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENTINGNYA BISNIS KECIL

Bisnis kecil diartikan sebagai bisnis yang dimiliki dan dikelola oleh orang
setempat, mungkin juga dibantu dengan beberapa orang pegawai. Di Negara kita
Jumlah pegawai yang dikategorikan perusahaan kecil adalah 50 orang, di USA
sejumlah 500 orang. Dengan kriteria semacam itu tentulah banyak sekali bisnis kecil
di Indonesia bahkan dunia. Di Indonesia bisnis kecil bertumbuh pesat apalagi setelah
krisis moneter melanda sejak paruh kedua tahun 1997, Mulai dari PKL dipinggir jalan,
perusahaan rumahan seperti catering, jual antar voucher ponsel, jasa pendidikan luar
sekolah seperti bimbel, les privat, rumah makan, toko, kantor akuntan, penasihat
hukum, konsultan manajemen, dan sebagainya. Salah satu jenis usaha yang bermula
dari usaha kecil adalah perusahaan keluarga.
Bank BNI dulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia 1946 atau BNI 46 yang
sekarang menjadi bank terbesar di Indonesia-sebelum 4 bank negara merger menjadi
Bank Mandiri-dulunya hanyalah kelompok simpan pinjam yang didirikan oleh
pegawai Hindia Belanda, salah satunya adalah Ayah Prof. Soemitro Djojohadikusumo
(alm). yg peduli dengan ekonomi bangsanya.
Ada juga disebut dua raksasa bisnis asal Prancis yang sampai saat ini masih
bangga menyebut dirinya sebagai perusahaan keluarga Yaitu Carrefour Dan Danone.
Carrefour sebagai perusahaan pengelola pasar swalayan (supermarket)
mengembangkan model pasar raya (Hypermarket) yg luar biasa besarnya. Belum lagi
langkahnya Danone yang telah mengakuisisi Aqua Golden Mississippi secara
fenomenal tahun 1998 segera setelah masa krisis moneter berlangsung. Kita ketahui
bahwa Aqua adalah pionir untuk industri air minum dalam kemasan di Indonesia.
Dari contoh-contoh tersebut rasanya kita tidak boleh menyepelekan peranan usaha
kecil, bisnis kecil, apakah itu perusahaan keluarga, atau bisnis yang berbasis
kewirausahaan.

6
2.2 KEWIRAUSAHAAN
Kewirausahaan (entrepreneur) adalah orng orang yang mampu mengambil faktor-
faktor produksi dan menggunakannya untuk memproduksi barang dan jasa baru,
menyadari peluang yang tidak dilihat atau tidak dipedulikan oleh orang lain.
Kisali menyatakan ada lima syarat untuk menjadi wirausahawan yang sukses, yaitu 1)
Reputasi dulu, 2) Tumbuh dari bawah, 3) konsentrasi pada bidang yang dikuasi, 4)
Anti kerumunan, 5) Modal hanyalah pelengkap.
Pewirausaha sejati tidak hanya mengejar uang saja, tapi mereka mengejar
reputasi. Mereka tidak hanya mengejar penjualan sebesar besarnya, sikut sana sikut
sini. Wirausahawan yang baik mementingkan reputasi dan nama baik. Reputasi tidak
datang dengan sendirinya melainkan di perjuangkan dengan serius dan kesungguhan
hati.
MUHAMMAD AL FATIH TIMUR
Muhammad al Fatih Timur kelahiran bukit tinggi 27 Desember 1991, lulusan S1
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, pada tahun 2013 al Fatih mendirikan startup
bisnis yang menghubungkan orang-orang yang mempunyai ide-ide bisnis sosial
(initiator) dengan pemilik dana yang bersedia membantu melalui platfrom
crowdfunding yang di jalankan secara online. Al fatih mendaftarkan bisnisnya dalam
bentuk PT(Perseroan Terbatas). Pada 2014 dapat mengumpulkan dana sebesar Rp892
juta, setahun kemudian jumlah itu meningkat menjadi Rp7,2 miliar, dan pada 2016
berhasil mengumpulkan Rp61 miliar dan sampai dengan Oktober 2017 sudah
mencapai Rp162,8 miliar. Dan banyak lagi kisah seperti al fatih yang bisa sukses
dengan bekerja keras.
Kewirausahaan berbeda dengan manajemen. Yang paling menonjol adalah pada
kepemilikan. Seorang wirausahawan bekerja dalam perusahaan yang sekaligus
sebagai pemilik usaha. Kerja kerasnya akan dia nikmati sendiri.
Berbeda dengan wirausaha, manajemen mencangkup koordinasi proses-proses yang
sudah berjalan, termasuk di dalamnya proses produksi, proses pemanasan,
penyyyygelolaan sumber daya manusia, dan pengelolaan keuangan.

7
2.3 BISNIS KELUARGA

Perusahaan keluarga pada umumnya memiliki ciri ciri sbg berikut, (1)
dimiliki oleh kelompok yang dominan kepemilikan saham nya lebih dari 50%
(2) dirasakan sebagai perusahaan (3) dikelola oleh orang yang berasal dari
keluarga tersebut

Dalam perusahaan keluarga terdapat 3 kepentingan yang saling


mempengaruhi,yaitu (1) kepentingan bisnis (2) kepentingan kepemilikan dan
(3) kepentingan keluarga

Dari hasil sensus ekonomi Indonesia 2016, terdapat 16.426.933 perusahaan


yang ada di Indonesia, jumlah perusahaan yang dapat digolongkan sbg
perusahaan keluarga hanya 82.44%

Sebagian besar perusahaan keluarga bergerak dalam bidang perdagangan


besar dan eceran (36%). kemudian disusul manufaktur dan distribusi (24%).
jasa profesional (14%).dua jenis bidang usaha (13%). pertanian dan perikanan
(4%). konstruksi (3%) keuangan dan transportasi (2%) hotel dan hiburan serta
jasa perusahaan (1%)

Dilihat dari omset perusahaan keluarga sebagian besar memiliki omset


kurang dari 500 juta pertahun, sebanyak 37% perusahaan keluarga mengelola
omset kurang dari 100 juta dan yang beromset 100-499 juta sebanyak 37%
kemudian yang beromset 500-999 juta sebanyak 13% sedang kan yang
mengelola 1 sampai 9,9 miliar sebanyak 8%.sedangkan yang mengelola omset
sebesar 10-99,9 miliar sebanyak 3% dan sebanyak 2% menglola omset sebesar
100 miliar.
Perusahaan keluarga dalam konteks usaha kecil adalah, (1) posisi kunci
dipegang keluarga (2) Keuangan perusahaan cenderung berbaur dengan

8
keuangan keluarga (3) Tidak adanya mekanisme pertanggung jawaban yang
ketat (4) motivasi kerja tinggi.
Tidak adanya kekhususan dalam manajemen Hal inilah yang menjadi
alasan utama sebuah perusahaan keluarga cepat beradaptasi dan menemukan
bentuk bisnis yang cocok dan dengan segera dapat meraih peluang dan
sekaligus dapat kendala yang ada. Perusahaan keluarga cenderung dinamis,
pengambilan keputusan cepat dan tdk bertele tele karna didasari oleh
kepercayaan sebagai dasar untuk survival,mempunyai hubungan personal yang
erat dengan seluruh karyawan dengan menabrak jenjang manajemen. Dengan
Menghilangkan jenjang manajemen yang ada akan menempatkan setiap
karyawan berada pada posisi yang setara dengan karyawan yang lain apapun
jabatannya,sehingga menimbulkan komitmen yang lebih kuat.
John Davis dan Morris taguiri (Hoover, 2016:61)menyatakan bahwa
terdapat tiga elemen pengaruh dalam bisnis keluarga antara lain:
1.Keluarga, keberhasilan dalam keluarga diukur dalam artian harmoni,
kesatuan, dan perkembangan individu
2.Bisnis, adalah entitas ekonomi dimana keberhasilan diukur bukan pada harga
diri dan kesenangan interpersonal individu, tetapi dalam produktivitas dan
profesional.
3. Kepemilikan, didasarkan pada peranan seseorang dalam investasi dalam
perusahaan, peranan meminimalkan risiko.
Dalam bisnis keluarga, ketiga elemen tersebut bercampur menjadi satu
bahkan batas-batas diantara ketiganya kabur dan tak tampak. Tetapi banyak hal
menunjukkan bahwa kesuksesan bisnis keluarga dimulai dari kaburnya batas-
batas itu.untuk menjamin dinamika bisnis keluarga tetap dalam posisi yang
menguntungkan, maka perlu dipertegas aturan hubungan bisnis keluarga

9
2.4 MEMPERBARUI BISNIS
Setelah perusahaan didirikan oleh para usahawan berdiri
tegak,menjulang,menggajah dan menggurita,lalu perusahaan menjadi
berat,tinggi dan lamban,tidak ada lagi kereativitas dan inovasi yang ada
hanyalah birokratis dan tidak fleksibel. Kondisi ini akan mengakibatkan
kejumudan yang akan membawa suasana bisnis pada kemunduran yang
dimulai dengan suasana stagnasi.
Salah satu gejalanya adalah perusahaan dipimpin oleh manajer-
manajer yang dulunya karyawan yang ikut sang wirausahawan mulai dari
bawah dengan segala kondisinya, sehingga pada saat harus diatas banyak
kikuk berlalu sebagai seorang manajer. Mereka berkembang dari bawah
tanpa dipersiapkan sebelumnya untuk menjadi pemimpin. Mereka adalah
tenaga lapangan,yang terbiasa menjual barangnya dengan cara-cara
"salesman",mereka tidak terbiasa "menjual" dengan cara "sales manajer".
Sementara itu, manajer yang baru direkrut setelah bisnis membesar tidak
memiliki pengalaman historis dengan sang usahawan,sehingga
menimbulkan gap cara berpikir dan berkomunikasi. Hambatan ini
menyebabkan bisnis yang dibangun dari bawah memerlukan kiat khusus
untuk terus senantiasa dapat mengembangkan bisnisnya. Cara-cara
entrepreneurship seperti berani mengambil resiko, kreativitas,dan
penumbuhan gairah inovasi. Untuk memadukan hal itu,akhirnya
dikembangkan juga pola intrapreneurship. Didalam intrapreneurship setiap
karyawan diajarkan bagaimana menjadi seorang wirausahawan dalam
status sebagai karyawan perusahaan.

10
BAB III
PENUTUP
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan

makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan

yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya

pengetahuan penulis.

Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca

sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya.

Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang

bermanfaat bagi banyak orang.

11
DAFTAR PUSTAKA
- Barringer, Bruce R. Ireland, R Duane. 2012, Entrepreneurship, Successfully
Launching New Ventures, Fourth Edition. Essex (England): Pearson Education.
- Dogaru, Mirela. 2012. "Management and Its Role in Market Economy".
Procedia-Social and Behavioral Sciences. Elsevier. 62. p. 536-539.
- Hyvari, Irja. 2016. "Roles ofTop Management and Organizational Project
Management in The Effective Company Strategy Implementation". Procedia-
Social and Behavioral Sciences. Elsevier. 226. p. 108-115.
- Jones, Gareth R. George, Jennifer M. 2014, Contemporary Management,
Global Edition. Singapore: McGraw Hill Education.
- Robbins, Stephen P Coulter, Mary. 2014, Management, Global Edition.
Harlow (UK): Pearson Education.
- Schermerhorn, J.R. 2013, Introduction to Management, Twelfth Edition.
Hoboken NJ (USA): John Wiley.

12

Anda mungkin juga menyukai