BIN
KH RADEN ANWAR
1
BAB II. SEKILAS DEKSRIPSI KEADAAN ISLAM DAN MASYARAKAT
CIBARUSAH
Bekasi Propinsi Jawa Barat. Tergolong dalam struktur organisasi pemerintahan perkotaan
yang paling bawah. Dan wilayah kecamatan Cibarusah ini membawahi 13 pemerintahan
desa.
Letak geografis kecamatan Cibarusah sangat strategis, di sebelah timur berbatasan dengan
wilayah kabupaten Karawang, dibatasi oleh sungai Cibeet. Di sebelah Barat berbatasan
dengan kecamatan Cileungsi dan kecamatan Setu, dibatasi oleh sungai Cikarang-Bekasi. Di
sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Serang Bekasi, dan disebelah Selatan berbatasan
dengan kecamatan Jonggol. Jarak dari Cibarusah ke Bogor kira-kira 50 Km. Dan antara
Cibarusah beriklim sedang, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, dengan kelengsaan
tinggi antara 90-100 persen. Sedangkan sahu rata-rata sepanjang tahun sekitar 23 Celsius.
Sebagai kawasan khatulistiwa, maka arah angin dipengaruhi oleh angin musim. Bulan
Nopember sampai April bertiup angin musim Barat, sedangkan bulan Mei sampai Oktober
Menurut statistik tahun 1998 menunjukan jumlah penduduk Cibarusah sebanyak 51072 jiwa,
jumlah pemeluk agama, Islam 96,79%. Kristen Katolik 0,18 %, Budha 3,09% sedangkan luas
wilayah Cibarusah secara keseluruhan 8,039,70 hektar, luas pemukiman 130,930 hektar,
1
1.Abdul malik ,kepala urusan pemerintahan kecamatan cibarusah ,(cibarusah,february,1989).
pesawahan 4,563054 hektar. Perairan sawah terdiri dari: Teknis, non-teknis dan tanah hujan.
Maksimal tinggi tanah kurang lebih 40 meter di atas dari permukaan laut.2
Sebelum Islam masuk ke wilayah Cibarusah, daerah ini pernah dikuasai oleh kerajaan-
kerajaan Hindu dan Budha, misalnya Trumanegara, Galuh dan Padjajaran. 3 Setelah Islam
masuk, Cibarusah menjadi wilayah kekuasaan kerajaan Banten. Cibarusah juga pernah
kedemangan. Lokasinya terletak disekitar kota Parung Banteng (sekarang statusnya hanya
desa). Pada abad ke-17, masa Abdul Fatah sampai masa keturunannya yaitu masa
pemerintahan pangeran Sake dan Jatinegara, Parung Banteng ini masih tetap menginduk
kepada Jatinegara.
Pada tahun 1623 kedemangan Parung Panjang menjadi tempat gerakkan Surapati. Gerakan S
urapati ini disekitar pengejeran Pangeran Purabaya, Surapati bersama Bupati Sukapura dan
Demang Timbanganten diutus oleh Kapten Ruys untuk menemui Pangeran Purabaya di
Cikalong dalam hal perundingan Politik. Sungguh harapan tak diduga bahwa perundingan itu
gagal tidak ada kata sepakat. Kemudian tindakan Kompeni di Batavia ini terhadap Surapati
sangat tidak bijaksana. Atas dasar tindakan itu kemudian Surapati mengadakan perlawanan
kepada Kompeni. Pangeran Purabaya tidak lama menyerah, namun Surapati bersama
2
Abdul Malik, Kepala Urusan Pemerintahan Kecamatan Cibarusah, (Cibarusah, Februari, 1989).
3
A. Husain Kamaly, Sejarah Bekasi, (Pemda Bekasi: 1973) jilid 1, hal. 23
4
Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900, (Jakarta: Gramedia, 1987) jilid 1, h.
210.
Pada masa kolonial Belanda dan pendudukan jepang status Cibarusah menjadi kewedanaan,
menginduk ke wilayah pemerintahan Bogor. Setelah revolusi fisik dan masa kemerdekaan
Islam masuk ke daerah ini bersamaan dengan masuknya Islam ke Sunda Kelapa (Jakarta
sekarang), sebelum zaman Islam Jakarta bersama Sunda Kelapa, pada zaman VOC dikenal
Batavia terletak dekat muara Ciliwung kota pelabuhan di pantai Utara termasuk daerah
kekuasaan Pajajaran. Pada tahun 1525 Nurullah dari Pasai, yang kelak menjadi Sunan
Gunung jati atau Syarif Hidayatullah telah berlayar ke Banten untuk meletakkan dasar bagi
penyebaran Islam. Sunan Gunung Jati termasuk tokoh yang mendirikan landasan kerajaan
Islam di Banten.6
Berkat usaha dan jasa Sunan Gunung Jati inilah beberapa daerah di Jawa Barat di Islamkan
serta berada di bawah kekuasaan kerajaan Demak; yang pada waktu itu diperintah oleh Sultan
Trenggono. Sunda Kelapa sebagai kota Pelabuhan Pajajaran telah direbutnya pada tahun
1527 M. Dan nama diganti menjadi Jayakarta. 7 Hari kemenangan Falentehan atau Sunan
Gunung jati pada tanggal 22 Juni 1527 waktu merebut Sunda Kelapa kemudian diganti
Tindak lanjut pengislaman berikutnya dilanjutkan oleh putranya yaitu Hasanuddin, yang juga
dikenal dalam tradisi rakyat sebagai Pangeran Sebakingking. Beliau melakukan penaklukan
ke wilayah kekuasaan Pajajaran di daerah pedalaman bersama Pangeran Yusuf. Sampai masa
kemudian estapeta proses islamisasi oleh anak cucu dan keturunannya. Sedangkan
penyebaran agama Islam di daearah Cibarusah khususnya Bekasi dilakukan oleh KH.
Kandong dan R. Shaleh. Kedua tokoh penyebar Islam ini adalah masih keturunan Pangeran
5
Wawancara kepada R. Madroji, Ex. Depen Kecamatan Cibarusah, (Kampung Lima: Cibarusah, Pebruari
1989).
6
Sholishin Salam, Sekitar Wali Sanga, (Kudus; Tt. H. 56)
7
HJ. De Graaf, Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, (Jakarta: Pustaka Grafiti Pers, 1986),h. 184
8
Ali Sadikin, Gita Jaya 1966-1977, (Pemda DKI: 1969) hal. 13
Sagiri. Proses Islamisasi terus berkesinambungan melalui jalur pendidikan pesantren. Dan
kemudian proses islamisasi di daerah Cibarusah dilakukan oleh KH. Ma’mun Nawawi
melalui pendidikan pondok pesantren, karena beliau pelanjut dalam penyebaran Islam yang
Tokoh-tokoh penyebaran Islam diatas adalah termasuk keturunan pangeran Jatinegara, dan
Pangeran Jatinegara silsilahnya smapai kepada Sunan Gunung Jati. Pantaslah darah wali ini
mengalir kepada diri Ma’mun Nawawi, tentunya mempunyai dasar yang kuat. Sunan Gunung
Jati pelopor pertama penyebar agama Islamdi Jawa Barat dan KH. Ma’mun Nawawi sebagai
generasi penerusnya.
Daerah Cibarusah yang sebagian besar penduduknya terdiri dari kelompok etnis Sunda,
merupakan kelompok terbesar kedua setelah kelompok etnis Jawa di kepulauan Indonesia. 9
Di samping itu terdapat pulau kelompok yang penduduknya yang buakn Sunda, mereka yang
datang dari luar daerah. Kelompok yang semacam ini dikenal sebagai perantau, yang terdiri
Budaya yang berkembang dalam kelompok masyarakat Cibarusah ialah subkultur Priangan.
Dimana bahasa yang dipergunakan oleh penduduknya adalah bahasa campuran yaitu bahasa
dialek Priangan; bahasa Sunda Bogor dan ada juga bahasa melayu dialekdaerah Bekasi. Seni
budaya yang berkembang di daerah ini ialah budaya Kliningan dan yang islami adalah seni
budaya kosidahan.
9
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek IDKD Upacara Tradisional Daerah Jawa Barat,
(Pemda Jabar: 1984)
Masyarakat Cibarusah adalah masyarakat agraris yang berpenduduk muslim. Tanah
merupakan pokok kehidupan masyarakat pedesaan. Bagi mereka tanah selain memiliki nilai
ekonomis, juga dipandang mempunyai nilai sosial, kultural dan spiritual. Pada masyarakat
kepada roh-roh nenek moyang supaya memberikan doa restu kepada pertaniannya.
Selain itu juga percaya kepada kekuatan ghaib atau benda-benda serta pohon-pohon yang
dianggap keramat. Karena Cibarusah pada umumnya daerah pertanian, maka masyarakat
setempat setiap bercocok tanam dana sesudah panenan baik besar maupun kecil mengadakan
upacara tradisional yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang atau Dwi Sri. Sekalipun
pada keyakinan mereka telah masuk Agama Islam, tetapi tradisi lama ini sukar dihilangkan.
Hal ini dapat kita mengerti karena jauh sebelum datang ajaran Islam, nenek moyang kita
sudah menganut faham tradisi tersebut. Jadi wajarlah apabila tradisi tersebut masih ada.
Pengaruh ini pun nampak masih ada sedikit pada masyarakat Cibarusah umumnya
masyarakat Bekasi. Di lihat dari proses islamisasi , penyebaran da’wah Islam ini dibagi dua
fase. Fase pertama adalah tahap pengenalan agama Islam; dan tahap ini da’wah Islam belum
tuntas sampai kepada penyempurnaan aqidah. Fase kedua, proses islamisasi ini baru
mencapai kepada penyempurnaan aqidah dan sya’riat. Maka dapat kita dapat maklumi
apabila sedikit pengaruh tradisi lama nenek moyang kita masih ada di daerah ini. Karena
Keadaan sosial masyarakat agraris terdapat klasifikasi, ada yang memiliki tanah yang luas,
kedudukannya dalam masyarakat lebih tinggi atau disebut orang kaya. Ada juga masyarakat
yang sederhana dan yang tidak memiliki tanah, ini disebut golongan yang tidak mampu atau
miskin. Berdasarkan mata pencahariannya sehari-hari bagi penduduk Cibarusah terdiri atas
petanim buruh tani, buruh tukang, wiraswasta, pedagang, pegawai negeri dan lain-lainnya.10
merupakan potensi dan produktivitas yang paling dominan di pedesaan. Dan bentuk-bentuk
usaha lain yang dilakukan masyarakat Cibarusah yaitu usaha ekonomi perdagangan dan
industri kecil. Seperti dalam pembuatan alat pertanian: cangkul, pedang, golok, pembuatan
Pada awal abad ke 17 Belanda sudah meninginjakkan kakinya di daerah ini. penjajahan
Belanda di Cibarusah ini dengan tujuan untuk mengeruk kekayaan hasil buminya. Pada abad
ke 19 tampak ada dua gejala yang berlainan dalam hubungan antara kekuasaan penguasa
pribumi dengan penguasa kekuasaan Belanda. Di satu pihak, kekuasaan kolonial Belanda
makin meluas dan mendalam, di lain pihak, kekuasaan penguasa pribumi semakin merosot.
Pengaruh yang dibawa masuk kolonial Belanda telah membawa perubahan dalam kehidupan
pedesaan memiliki caranya sendiri untuk melawan. Perlawanan itu dalam bentuk gerakan
sosial. Umumnya gerakan yang dilakukan oleh kelompok rakyat pedesaan masih bersifat
(kolot) dalam taktik, program dan organisasinya. Lagi pula gerakan ini bersifat setempat,
yang tidak memiliki kerja sama dengan daerah lain. Oleh karena itu perlawanan-perlawanan
salah satu program dari Sarikat Islam yang dilakukan oleh KH. Samanhudi di Solo pada
tahun 1905. Tetapi sebelum itu, tahun 1901 di antara pedagang Sumatera dan Arab di Batavia
10
Wawancara kepada Bapak Abdul Malik, Kaur Pemerintahan Kecamatan Cibarusah, (Pebruari 1989)
11
Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia, (Jakarta: Pustaka, 1979) Jilid II,h. 142
telah timbul usaha bersama untuk memajukan perdagangan khususnya untuk menghadapi
Pada tahun 1914 Sarikat Islam hadir di Bekasi yang dipimpin oleh Haji Riyan. Kehadiran
Sarikat Islam di daerah ini adalah untuk menyelamatkan dan membela umat yang lemah atau
melawan penindasan penjajahan, serta pemerasan-pemerasan yang dilakukan oleh para tuan
tanah.12 Di samping untuk menyaingi usaha-usaha perdangan Cina atau cukai yang berat
dibebani kepada rakyat oleh non- formal pemerintah Belanda (para tuan tanah.
Di daerah Cibarusah terjadi dualisme pemerintahan. Pemerintah jajahan tingkat pusat, yang
berkedudukan di tingkat daerah yang diperintah oleh para pengusaha orang-orang Belanda
dan Pribumi. Merekalah yang melaksanakan peraturan-peraturan dan beban kepada rakyat
sekehendaknya.
Di Cibarusah pelaksana pemerintahan dan sekaligus pelaksana penjajahan yang menjadi tuan
tanah adalah Misil Arnold. Umpanya hasil pajak bumi, dari pemerintah kolonial pusat di
Batavia hanya satu perlima kepada rakyat, ia menambahkan sepuluh persen dari seperlima,
disamping Arnold juga menetapkan sendiri pajak perkepala setiap penduduk pribumi; diluar
peraturan pajak hasil bumi. Sedangkan pajak (cukai) dipungut bukan kepentingan rakyat
tetapi buat kepentingan sendiri dan pemerintahan jajahan. Sikap inilah yang menimbulkan
persaingan tajam antara SI dengan Belanda dan para tuan tanah.13 Ketika Belanda membentuk
Marsase (barisan atau pasukan pengintai dan pengawas) yang ditugaskan memungut pajak
sebagai alat Belanda yang tirani; SI pun membentuk pula gerakan Merah-Putih, yang terdiri
atas jawara-jawara sebagai alat penentang pemerintah Belanda dan melawan para tuan tanah.
12
Wawancara dengan KH. Husain Kamaly, Majelis Ulama Bekasi, (Nopember, 1988)
13
Wawancara kepada R. Maropi, Ex. Depen Kecamatan Cibarusah, (Kampung Lima: Cibarusah, Pebruari
1989)
Keadaan politik dan ekonomi masyarakat Cibarusah pada masa kolonial Belanda jauh sekali
Pada masa pendudukan tahun 1942, bahwa Jepang tidak lebih baik dari pada Belanda dalam
sifatnya sebagai penjajah, kalaupun tidak hendak dikatakan lebih buruk. Namun dalam
periode pendudukan Jepang tidak seluruhnya negatif. Di masa Jepang nampak terjadi
perubahan menyolok baik di bidang sosial budaya, politik maupun pemerintahan. Jika dalam
masa pemerintahan kolonial Belanda kaum priyai yang dijadikan coner stone dalam
pendampingnya. Sejak tahun 1943, golongan ulama tidak lagi merupakan golongan yang
tersingkir, tetapi ikut peran serta dalam hal politik dan administrasi pemerintahan.
Mobilisasi Jepang tidak semuanya dapat diterima oleh bangsa Indonesia, terjadi pro dan
kontra. Cibarusah ter masuk pangkal perjuangan banyak pemimpin rakyat anti Jepang, yang
seyogyanya tak . suka bentuk penjajahan yang manapun apalagi kafir musyrik. Pemimpin
Islam dan rakyat melakukan aksi protes dan tuntutan terhadap pemerintah Jepang, terutama
sendiri.
Api perjuangan tak pernah padam sehingga cita-cita itu menjadi kenyataan. Pada tanggal 14
Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Peluang yang baik ini
Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka, bangsa Indonesia baru mulai membenahi diri, khususnya
melaksanakan pembangunan dalam segala aspek baik dalam bidang sosial, politik, ekonomi
dan keagamaan.
Sebelum penulis membahas keadaan pendidikan masyarakat secara umum, ada baiknya
penulis menggambarkan sekilas tentang sejarah pendidikan pra kemerdekaan yaitu situasi
Pada zaman kerajaan Pajajaran terdapat sebuah pondok pesantren yaitu pesantren Kuro.
Perguruan ini didirikan oleh Syekh Hasanuddin putra Syekh Yusuf Sidik dari Cempa. Lokasi
pesantren Kuro itu terletak antara Cilamaya dan Rengasdengklok Karawang. 14 Jadi lokasi
tersebut termasuk kawasan kerajaan Pakuan Pajajaran. Setelah itu pada abad ke 14 berdiri
pula pesantren di komplek Gunung Sembung Cirebon oleh Said al Kamil yang juga dikenal
sebagai Maulana Jati. Di Banten beriri pula sebuah pengguron Islam yang dikelolaoleh
Pangeran Sebakingking (kinkin) yang kelak menjadi Sultan Banten pertama dengan gelar
Dua lembaga pendidikan memegang peranan penting dalam penyebaran Agama Islam di
Pulau Jawa, yakni: langgar dan pesantren. Pengajarannya merupakan pengajaran rakyat.
umum.
Selama berabad-abad lamanya Islam diajarkan melalui jalur pendidikan non formal seperti
padepokan dan pondok pesantren serta model-model da’wah yang menyejukan hati oleh para
wali dengan pendekatankultural edukatif dengan niat yang bersih tanpa pamrih, membawa
perubahan sikap hidup indevidual dan sosial. 16 Disamping para wali sebagai pelopor
mendirikan lembaga pendidikan pondok pesantren, juga pra ulama dan kyai.
Pada awal abad ke 20 an untuk sekitar wilayah Cibarusah, masyarakatnya belum banyak
14
PS. Sulendraningrat, Sejarah Cirebon, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985) h. 21.
15
Ridwan Saidi, Majalah Panji Mas, (No. 380, terbitan 11 Desember 1982) h. 27.
16
Arifin Muzayin, Pendidikan Islam Dalam Arus Dinamika Masyarakat, (Jakarta: Golden Trayon), h. 88.
melihat situasi pada masa itu untuk di pedesaan paling tidak satu wilayah kecamatan satu
... Untuk kepentingan golongan penduduk bumi putra disusun lembaga pendidikan yang
bercirikan elastis, diatur berjenjang dari HIS, MULO DAN AMS. Di seluruh Hindia Belanda
hanya didirikan masing-masing sebuah sekolah saja. Maka sebagai akibatnya terjadi seleksi
yang ketat, hanya dapat dimasuki oleh anak dari golongan feodal atau bangsawan saja, yang
Sekitar tahun 1900, di Cibarusah belum dikenal pendidikan formal (sistem klasikal) bahkan
pondok pesantren pun belum berdiri disini. Yang ada hanya bersifat lembaga pengajian lekar.
Pada waktu itu pendidikan dalam lingkungan keluarga sudah mencukupi kebutuhan, karena
masyarakat masih serba bersahaja, yang menjadi pendidik terutama sekali ayah dan ibu.18
Pendidikan yang diberikan dalam lingkungan keluarga famili, ketika si anak berumur
empat atau lima tahun. Maksud pengajian ini terutama untuk membaca al-Qur’an. Sering juga
si anak untuk mengunjungi gurunya yang mempergunakan rumahnya sebagai tempat mengaji
Pelajaran diberikan dengan sistem sekepala. Guru menyebutkan suatu menirunya. Yang
dicita-citakan adalah dapat membaca al-Qur’an sampai tamat. Pelajaran yang lebih lanjut dan
mendalam baru nanti diberikan di pesantren. Dan mereka telah memiliki pengetahuan dasar
17
Suparlan Supyapratando, Kapita Selekta Pondok Pesantren, (Jakarta: Paryu Barkah, 1976), h. 72.
18
Djumhur, Sejarah Pendidikan, (Bandung: Penerbit, Cerdas, 1961) h. 83.
Pada awal abad ke 20, berdiri disekitar Cibogo Cibarusah sebuah pendidikan Islam yang
sederhana, didirikan oleh H. Anwar pada tahun 1917. Beliau dilahirkan kira-kira pada tahun
1882 di Cibogo Cibarusah. Pengajian yang dirintis oleh H. Anwar ini, pertama kali bertempat
di rumahnya sendiri. Setelah mempunyai murid santri kalong (pulang-pergi)dan santri dari
luar, lalu membangun sebuah pondok berukuran 18x6 m2. Pelajaran yang diajarkan kepada
pengajian yang dipimpin oleh H. Anwar ini yang nantinya merupakan cikal bakal pondok
pesantren Al Baqiyatussholihat.
bantuan dari salah seorang santri dari plered Purwakarta bernama M. Abad, asal kelahiran
Ciamis. Kemudian untuk tetap tinggal bersama beliau M. Abad dijadikan menantu dan
konon kabarnya sampai pernah H. Anwar memanggil beberapa tokoh kebatinan atau
kejagoan silat dari daerah plered, Bandung dan Ciamis, semuanya adalah para kyai. Usaha
yang dilakukan H. Anwar ini adalah untuk menarik perhatian masyarakat dalam rangka syiar
Islam. Kemudian sebelum mereka belajar ilmu silat dan kebatinan terlebih dahulu mereka
Akhirnya sedikit demi sedikit masyarakat Cibogo sadar dan dapat merubah sikap atau
akhlaknya, taat dan patuh kepada ajaran agama Islam. Masyarakat yang penuh misteri oleh
pengaruh ajaran Animisme dan Hindu itu menjadi masyarakat Islam yang konstruktif.
Cibogo Lebak adalah nama sebuah kampung termasuk wilayah Kecamatan Cibarusah, suatu
daerah perjuangan pada masa revolusi fisik. Jarak dari kota kecamatan ke desa ini kira-kira
dua kilo meter. Kampung Cibogo memang mempunyai ciri-ciri tersendiri yang berlainan
dengan desa-desa yang lain di Cibarusah.kebanyakan penduduknya di desa ini hidup bertani,
industri kecil (pembuatan alat-alat pertanian dan bata) dan ada juga yang menjadi pegawai
negeri.
Desa ini Indah, tanaman-tanaman sangat subur, di selatan sana nampak deretan bukit-bukit
kaki Gunung Gede memanjang, sangat indah dipandang. Suasana kehidupan keagamaan pada
awal abad ke dua puluhan di warnai oleh kehidupan dan penyimpangan,terutama dalam hal
aqidah dan praktek ibadah; kemudian keterbelakangan, kehidupan keagamaan dan sosial. Di
tempat ini serta dalam suasana kehidupan keagamaan seperti itulah Ma’mun Nawawi
dilahirkan. Ketika itu al manak menunjukan tanggal enam April 1916 atau bertepatan pada
Kelahiran sang bayi laki-laki yang mulus ini benar-benar diterima dengan segala
kegembiraan oleh segenap keluarga. Betapa bahagia ayah dan ibunya menyambut putra
sulungnya. Dan diberi nama Ma’mun Nawawi sebagai ungkapan rasa syukur dan bahagia,
teriring doa dan harapan semoga kelak bayi itu akan menjadi penerus perjuangan luhur di
jalan Allah.
Ayah Ma’mun bernama H. Anwar bin Murhan dan ibunya bernama Siti Ramlah, pernikahan
H. Anwar dengan Siti Ramlah mendapatkan tiga orang putra yaitu, Ma’mun Nawawi, Nyi
Rukiyah (menikah dengan M. Abad) dan Nyi Endeh (meninggal dunia). H. Anwar adalah
21
Catatan singkat Riwayat Hidup Ma’mun Nawawi, (Cibogo Cibarusah; 10 Rajab 1389 H.).
salah seorang pedagang dan guru dan guru mengaji, berasal dan bertempat tinggal di Cibogo
Cibarusah. Asal usul keluarga Ma’mun Nawawi berasal dari Dayeuh Jonggol Kabupaten
Bogor.
Asal usul silsilah keturunan KH. Ma’mun Nawawi dari garis keturunan ibu adalah sampai
kepada Maulana Makdum atau Syekh Syarif Hidayatullah. Sedangkan garis keturunan ayah
2. H. Anwar
3. Murhan
4. Abdul Wahid
5. Musyrif
7. Raden Maryam
8. Raden Struk
9. Raden Usuf
Kalau kita lihat silsilah di atas bahwa Ma’mun Nawawi termasuk darah keturunan wali.
Keturunan yang ke 18 dari Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah. Sunan Gunung Jati
adalah pelopor pertama pengembangan agama Islam di Jawa Barat. Beliau termasuk wali
sembilan yang berkedudukan di Kraton Kesepuhan Cirebon; pernah menjabat kepala negara
beragama Islam di Cirebon dan jabatan ketua ketua Dewan wali di Pulau Jawa setelah Sunan
Ampel Dhenta wafat. Pada tahun 1568 M Sunan Gunung Jati wafat dan dimakamkan di
puncak gunung Sembung cirebon.22 Berdasarkan garis keturunan ini Ma’mun Nawawi
mempunyai dasar yang kokoh kuat dalam hal agama Islam. Di atas dasar yang kokoh inilah
Sebagai keluarga tokoh dan ulama, H. Anwar mendidik dan mengajarkan ilmu agama kepada
putranya semenjak usia dini dengan penuh disiplin, sehingga menjelang usia 16 tahun
Ma’mun Nawawi sebagai remaja pencinta ilmu dan buku serta taat beribadah dan memiliki
Masa kanak-kanak Ma’mun Nawawi diliputi masa kebahagiaan, orang tuanya sangat
sayang, karena ia anak yang cerdas, ayahnya berharap supaya Ma’mun Nawawi
menggantikan kedudukan ayahnya kelak. Pada waktu Ma’mun Nawawi masih berusia tiga
sampai enam tahun ia berada dibawah bimbingan ayah dan ibunya. Setelah berusia tujuh
22
PS. Sulendraningrat, Sejarah Cibogo, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985) h. 32.
tahun,baru dimasukan ke Sekolah Rakyat atau sekolah Angkat Dua (II), Ma’mun Nawawi di
daftarkan oleh ayahnya sebagai murid SR di Loji Cibarusah. Waktu itu jarang sekali bagi
orang-orang inlander yang masuk sekolah Belanda; karena yang masuk sekolah ini adalah
orang-orang yang tertentu. Subagyo I. N. Mengatakan bahwa “ ada peraturan pada masa itu
yang diterima di sekolah “ Belanda” hanyalah dari orang-orang tertentu saja, terutama para
pegawai negeri.23
Akibatnya terjadilah seleksi yang amat ketat, hanya dapat dimasuki oleh anak-anak dari
Setelah Ma’mun diterima di sekolah Angka II kelas satu,24 ternyata Ma’mun Nawawi
dinilai sebagai yang terbaik selalu mendapatkan nomor satu serta sering mendapatkan pujian
dari guru-gurunya.
Kalau kita lihat, ketika ma’mun Nawawi masih kanak-kanak nampak adanya kelebihan-
kelebihan dari teman-temannya yang sebaya dengan dia. Ma’mun Nawawi sangat cerdik
permainan masa kecilnya yang di senangi adalah gogolekan.25 Kawan-kawannya banyak yang
menyukai Ma’mun, selain pintar ia lucu dan lincah juga ia taat melakukan ibadah baik sholat
maupun abadah puasa. Sejak kanak-kanak nampak pada dirinya seorang anak yang jujur,
suka menolong dan memiliki jiwa yang sosial. Di samping itu pula ia menunjukan tidak
23
Subagyo I. N, Sudiro Perjuangan Tanpa Henti, (Jakarta: G. Agung, 1981), h. 5.
24
Sekolah Angka Dua ini jenjangnya tiga tahap,tiga tahun,lima tahun dan enam tahun,disebutnya sekolah desa
atau sekolah rakyat.
25
Wawancara dengan Yussuf Efendi (kep.MI,Cibogo Cibarusah Januari 1989) di Cibogo.
26
Seperti dalam upacara ritual dalam sasajian atu susuguhan kepada roh-roh nenek moyang dan makam-
makam keramat serta sasajian kepada Dewi Sri
Selain itu Ma’mun Nawawi menunjukan perhatiannya kepada agama ia belajar mengaji al
Qur’an pada tingkat permulaan kepada Muhammad Amba bin Zakaria dan setiap hari belajar
ilmu agama kepada ayahnya H. Anwar. Sebelum menamatkan pelajarannya di Sekolah Dasar,
Pada tahun 1928, Ma’mun Nawawi tamat dari Sekolah Dasar, waktu itu umurnya 13 tahun.27
Namun setelah ia keluar dari Sekolah Dasar, ia tidak melanjutkan tingkat Sekolah Menengah
dan tidak juga langsung ke peantren. Ia istirahat dahulu selama dua tahun, karena memang di
samping usianya yang masih muda, juga ia ikut serta berdagang bersama ayahnya. Baru
Pada tahun 1930, Ma’mun Nawawi berangkat ke Sempur Plered untuk melanjutkan
pendidikannya, waktu itu usianya 15 tahun. Ma’mun Nawawi setelah mengakhiri studi
tingkat dasar tidak melanjutkan tingkat menengah. Karena waktu itu di tingkat desa atau
kecamatan belum ada sekolah menengah atau HBS. Harapan ayahnya Ma’mun Nawawi harus
belajar di pesantren menuntut ilmu agama. Setelah dua tahun Ma’mun Nawawi melakukan
Plered kepada Kyai Tubagus Ahmad Bakri; lamanya mesantren disana kurang lebih tujuh
tahun. Di Sempur Ma’mun Nawawi menghadapi suasana baru dan lingkungan baru, orang
yang dikenalnya hampir tidak ada, hanya tempat ini, tempat ayahnya dahulu mensantren.
Lain dahulu lain sekarang, hanya nampak yang dilihat oleh Ma’mun wajah-wajah baru.
Tetapi di tempat ini, Ma’mun tetap tabah dan gembira bahkan merupakan suatu hiburan
baginya.
27
Wawancara kepada Encep Sahroni (Cibogo: Desember 1988)
Ketika berkumpul bersama orang tuanya nuansa rasanya indah dan bahagia, segala
keinginannya dapat dipenuhi. Namun sebaliknya hidup di pondok pesantren menjadi seorang
santri, harus dituntut hidup mandiri, hidup prihatin segala kemewahan ditinggalkan; mencuci
dan memasak sendiri. Hidup sebagai komunity kecil yang pola hidupnya sederhana, memang
demikianlah pola hidup santri di pesantren dengan segala resikonya. Hal ini dikatakan pula
cukup sederhana hanya satu, yaitu mencetak manusia yang baik. Biar kemanfaatannya benar-
benar baik. Jadi pesantren ingin mewujudkan “kebaikan” lewat kesederhanaan,bukan hanya
kesederhanaan yang baik,dan juga bukan hanya kebaikan yang sederhana, tapi kebaikan
jalan pesantren.28
Kita tahu bahwa kyai tidak saja mengajarkan ilmu agama tetapi berbagai fan
(beberapa disiplin ilmu) yang menyangkut kehidupan santri menjadi maju. Kyai di pesantren
senantiasa membekali santrinya dengan “nilai dasar kebaikan” yaitu “keikhlasan”. Ikhlas
adalah “tanpa pamrih” jika keikhlasan santri tampak lebih menonjol dari pada sikap-sikap
kejiwaan yang lain, semakin tebal jiwa keikhlasan tertanam pada pesantren. Keikhlasan akan
memperoleh keyakinan. Membuat orang selalu optimis dan semakin maju. Semangat
keikhlasan membuat orang sedia usahanya dari nol kembali, membuat orang bersedia
28
Aly As’ad,terjemahan Ta’limul muta’alim,(Jogjakarta:menara kudus)
Ma’mun nawawi denagn tekun dan teratur belajar dipesantren. Ia sangat ta’at dan
patuh kepada gurunya; ketekunan dan ketaatan ma’mun nawawi terbukti, apa yang diucapkan
oleh gurunya tubagus ahamd bakri tak sepatahpun yang tak tertinggal, senantiasa apa yang
terlontar ucapan dari gurunya ia selalu mencatatnya. Ma’mun nawawi berjuang dan
Kitab-kitab yang dipelajari oleh ma’mun nawawi dari kyai tubagus ahmad bakri
tersebut yaitu:
Ma’mun Nawawi mempelajari cabang-cabang ilmu pengetahuan agama beserta yang lainnya
kepada kiyai Tubagus Ahmad Bakri Bin Seda adalah guru panutannya yang memberikan apa
yang dimilikinya. Beliau membimbing Ma’mun kearah sukses dalam belajar,dan memang
Ma’mun adalah murid kesayangan kiyai Ahmad Bakri yang paling cerdas di
dinikahkan kepada anak putrinya yang bernama Nyi Ratu Sari pada tahun 1939 M.
Setelah pulang dari Sempur Plered, Ma’mun Nawawi pergi ketanah suci untuk
menunaikan ibadah Haji dan sambil mesantren disana.ma’mun Nawawi belajar dimekah dua
tahun lama nya.kemudian beliau belajar ilmu agama di masjidil Haram, dan beberapa ulama
terkenal yang diguruinya, adalah: Syekh Muhammad ali bin Husain al Maliki,Syekh Abdul
Barri Bin Said Ridwan Asy Syafe’i dan kepada seorang pemuda yang bernama Sayyid Alawi
Bin Abbas Al Maliki; kemudian juga belajar kepada Syekh Muhammad Hasbibullah Mayaba
Sampithy dan lain-lainnya yang tidak dapat disebutkan secara terinci. Karena ketika Ma’Mun
Nawawi Belajar di Makkah banyak guru-guru yang didatangi untuk belajar ilmu agama
dengan segala kesungguhan dan kehendaknya yang tidak kenal lelah; dengan waktu yang
sempit dua tahun itu,secara efektif Ma’mun Nawawi memanfaatkan waktu untuk belajar
Pada tahun 1941 Ma’mun Nawawi kembali kejawa . namun ia tak pernah merasa
puas dengan apa yang diperolehya dari makkah; dalam hal menuntut ilmu Ma’mun Nawawi
bagaikan seorang musafir kelana yang sedang kehausan mencari air, bila air itu dijumpainya
akan ia teguk sepuas dan sebanyak-banyaknya hingga rasa hausnya hilang. 29Dan Wajarlah
kalu memang Ma’mun nawawi dikatakan tipe santri kelana abad kedua puluhan.sebab baru
saja tiba dirumah dia pergi kembali mesantren dan berguru kepada ulama-ulama dijawa dan
Sekitar Tahun 1942 M. Haji Ma’mun Nawawi berangkat kejombang, berguru kepada
Syekh Hasyim Asy’ari, kepada kiyai harun Banyuwangi, kemudian kepada Syekh Ihsan
jampes seorang pengarang Shirajut Thalibin ( syarah kitab minhajul Abidin),dan ia belajar
pula kepada kiyai Muhammad yunus Kediri,guru pesantren Termas Jawa Timur dan beberapa
29
Chaidar,Sejarah pujangga islam syekh nawawi Banten Indonesia,(Jakarta:sarana utama,1978)
pesantren diBandung dan di Garut Jawa Barat. Banyak lagi pesantren-pesantren dan kiyai-
Kini dapat penulis sebutkan sanad guru-gurunya secara singkat ketika beliau belajar
1. Kiyai tubagus Ahmad bakri Bin Seda sempur plered Purwakarta Jawa barat.
6. Sayyid Abdul Barri Asy Syafe’i ,Sayyid Alawi bin Abbas Al Maliki, Sayyid
Walaupun ilmu dan pengetahuannya telah luas dan mendalam, Haji Ma’mun Nawawi
tidak sombong dan membanggakan kepandayannya.ia tetap mempraktekan ilmu tadi “Makin
berisi makin Mernduk”.Haji Ma’mun Nawawi terus giat memperdalam ilmu pengetahuannya
kepada ulama-ulama dijawa timur.kemudian ia memperdalam ilmu falaq dari kiyai Ma’sum
Jombang,dan juga kepada syekh Habib Husain dijakarta.dengan singkat Haji Ma’mun
Nawawi belajar ilmu-ilmu agama dengan ulama-ulama dijawa,hanya dapat satu tahun
Pada awal tahun 1943 Haji Ma’mun Nawawi kembali keCibogo Cibarusah.ketika itu
dengan membawa bekal ilmu agama yang mempuni dan mendalam,dan ditempat inilah Haji
Albaqiyatussolihat,sehingga sampai saat ini masih tetap berkembang bahkan sangat popular
di Cibogo Cibarusah.
Sebagai seorang pemuda yang baru tumbuh dan meningkat dewasa,Haji Ma’mun
Nawawi juga dihinggapi oleh prasaan Hasrat ingin beristri menempuh hidup baru dengan
bahagia dan Harmonis.hasrat Haji Ma’mun Nawawi telah terpaut kepada seorang gadis
bernamaJUmenah Putri Ahmad Hasan Basri. Percintaan Haji Ma’mun Nawawi ini
30
Ma’mun Haspi,Wakil dewan perwkilan rakyat Bekasi, (wawancara penulis, Januari 1989)
dilanjutkan dengan pernikahan.Adapun istri pertama yang bernama,R.Robiah Adawiyah Putri
Rumah tangga bahagia Ma’mn Nawawi dengan Siti Jumenah dari putri Bapak Hasan
Basri diBanten tidak berlangsung lama.karena Ma’mun Nawawi waktu itu telah kembali
bercerai dengan Nyi Jumenah.sesungguhnya kedua Insan sejoli ini belum ditakdirkan punya
jodoh yang panjang oleh Allah SWT. Ini semata-mata perkawinan Haji Ma’mun Nawawi
dengan Siti Nyi Jumenah hany sekedar mengikat Ma’mun Nawawi untuk tetap tinggal di
di didik secara intensif belajar dari pondok ke pondok selama 15 Tahun Ma’mun Nawawi
mencari bekal ilmu pengetahuan agama dan disertai dengan pengalaman hidupnya baik diluar
Ada sesuatu hal yang mengganjal dalam dirinya,yaitu memikirkan rumah tangganya
yang belum Harmonis dan mantap.karena seorang pria harus membina rumah tangga untuk
mewariskan dan mendapatkan ketururnan.tak lama, kiyai Haji Ma’mun Nawawi menikah
kepada Nyi Junah Binti Haji Yahya,Cibiogo Cibarusah. Kiyai Ma’mun Nawawi tertarik
kepada Nyi Siti Junah,bukan hanya dari kecantikannya,tetapi ia memandang calon istrinya
31
Menurut ustadz yusuf afandi,pernikahan Ma’mun Nawawi dengan Nyi Rabiah hanya kawin(pernikahan)
“gantung”.alasan lain akibat perceraian Ma’mun Nawawi dengan Rabiah adawiyah adalh hambatan revolusi
fisik,sehingga tidak terjangkaunya ekonomi yang sulit dan komunikasi yang terhambat,oleh karena beban itu
sehingga terjadi perceraian.
Perkawinan kiyai Haji MA’mun Nawawi dengan Nyi Junah didasarkan saling
perkawinan dengan Nyi Junah,Kiyai Haji Ma’mun Nawawi mendapatkan 6 orang anak,
Kiyai Haji Ma’mun Nawawi juga mempunyai putra dan putri “dari istri-istri yang
lain”,jumlah putra dan putri seluruhnya ada 38 orang dan meninggal 11 orang.kemudian yang
perlu kita bicarakan secar jelas adalah masalah motiv perkawinan kiyai Haji Ma’mun
Nawawi,mengapa Beliau pernah menikahi wanita lebih dari 7 kali? Dan apa yang terjadi?
membendung jalan yang akan membawa kepada perceraian.Talaq memang dibolehkan oleh
tertentu,menurut imam Qadhi Abu Walid dalam buknya “ Bidayatul mujtahid” melakukan
talak dibolehkan jika payah sehingga tidak bisa memberi nafkah kepada istrinya, atau alasan
Oleh karena itu talaq yang dijatuhkan tanpa suatu alasan yang mengharuskan tanpa
meninjau jalan-jalan lain seperti yang kami sebutkan diatas, adalah talaq yang diharamkan
dalam islam. Perceraiyan kiyai Haji Ma’mun Nawawi yang pertama dengan Ratu Rabiah
Adawiyah itu dapat kita maklumi, sebab cukup beralasan.Adapun apa yang diperbuat oleh
orang-orang yang berselera dan suka mencari istri,adalah suatu hal yang sangat tidak
32
Al-Imam Qadhi Abu Walid Bin Ahmad bin muhammad bin Ahmad bin Rusyid Al-Qurtuby Al
Andalusi,Bidayatul Mujtahid Wa Nihayah Al mqtasid, (darul Ahya Al maktabah Arabiyah 595 H,),Jilid II hal 61.
“Saya tidak suka kepada laki-laki yang suka kawin cerai dan permpuan yang suka
kawin cerai”33
Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia dan selalu terjun dalam suatu
realita,mendidik dan menjauhkan dari sifat teledor.adapun kawinnya nabi sampai sembilan
orang itu adalah khususiyah buat Nabi karena ada suatu motiv da’wah dan demi memenuhi
Motif da’wah seperti ini pernah juga dilakukan oleh seorang ulama
diMinangkabau,yaitu Syekh Burhanudin Ulakan. Proses Islamisai yang dilakukan oleh syekh
diMinangkabau,belm banyak pnganut agama islam.Tentunya apakah sama kondisi waktu itu
dengan di Cibarusah pada abad keduapuluhan? Kalau kiyai Haji Ma’mun Nawawi melekukan
motif da’wah seperti diatas, jelas tidak. Karena pada abad ke 16 da’wah islam telah tersebar
keseluruh pelosok jawa barat, setelah ditaklukannya ibu kota pakuan pajajaran di Bogor oleh
Jadi,motif poligami bagi Nabi adalah Khususiyah,yang sesungguhnya tidak sama bagi
umatnya dengan batas maxsimal tidak lebih dari empat untuk memiliki seorang istri.Syarat
yang ditentukan islam untuk diperbolehkan berpoligami adalah terpercaya seorang muslim
terhadap dirinya,bahwa ia sanggup berlaku adil terhadap semua istri-istrinya baik tentang soal
tidak mampu melaksanakan keadilan ini,maka tidak boleh kawin lebih dari seorang.
ketururnan Kiyai Haji Ma’mun Nawawi dari beberapa istri yang lain adalah sebagai berikut:
Qudus,17).AbdulRauf,18).AbdulMujib,19).NyiUmmuHabibah,20),Abdullah,21).Muhammad
perincian keluarga dan keturunan Kyai Haji Ma’mun Nawawi;dan kurang lebih, jumlah
Tak beberapa lama, setelah kiyai Haji Ma’mun Nawawi kembali dari Maja
Pandeglang,ia membina pondok pesantren dan masyarakat Cibogo Cibarusah Bekasi bersama
adik iparnya,yaitu 35
Ustad M. Abad.Mulailah Kyai Haji Ma’mun Nawawi membuka dan
membangun praktek pendidikan dan pengajaran islam yang sederhana .ia sebagai seorang
berwibawa,menjadi penyalur dan penuang ilmu,sekaligus jadi panutan serta pedoman bagi
MA’mun Nawawi masih kecil,sikap tawadhu terhadap guru,ikhlas dan suka menolong teman-
teman nyayang mendapat kesulitan. Sikap tawadhu,Ikhlas dan jiwa sosial ini,merupakan
Kesungghan Ma’mun Nawawi dalam belajar,tak sedikitpun waktu yang lowong, baginya
selalu dipergunakan dengan efektif dan efisien sehingga Syekh Ahmad Bakri pun pernah
Hal-Hal yang mendorong kesuksesan Haji Ma’mun Nawawi dan terbukanya dalam mengaji
kerja keras Haji Ma’mun Nawawi dapat dibuktikan, “ketika Beliau belajar Ilmu Falaq”,ia
belajar ilmu falaq dengan waktu yang relatif singkat, hanya 40 hari saja ilmu falaq itu dapat
dikuasainya.35Itulah Maziyah yang terdapat pada diri kiyai Haji Ma’mun Nawawi yang dapat
penulis ceritakan dan masih banyak lagi kelebihan-kelebihan kiyai Haji Ma’mun Nawawi
yang tidak dapat penulis utarakan disini. Dengan uraian di atas dapat di maklumi betapa
Sehingga Kyai Haji Ma’mun Nawawi terkenal di kalangan masyarakat,para kyai,ulama dan
taat beribadah kepada Allah. Pelengkap penghidupnya dan menghabiskan sia-sisa umurnya
untuk membaca dan menghafal Al Qu’an. Profesi Kyai Haji Ma’mun Nawawi sehari-harinya
adalah sebagai seorang pendidik dan petani. Pekerjaan lain adalah sebagai pengarang kitab
karangannya ia menjadi populer,sehingga banyak para kyai dan ulama yang datang kepada
beliau untuk mengaji dan bertukar fikiran tentang masalah-masalah agama. Bukan hanya
itu,beliau juga sebagai seorang pejuang,ia merealisasikan perjuangan cita-citanya itu dengan
paling banyak beliau geluti adalah dalam bidang pendidikan. Setiap hari dalam satu minggu
wilayah cibarusah dan luar cibarusah. Demikianlah ihwal kehidupan Kyai Haji Ma’mun
Nawawi pada masa tuanya, yang taat melaksanakan kewajibannya sebagai tokoh pendidikan
dan pejuang, yang tak pernah terlupakan oleh kita jasa-jasanya sampai kini. Sesungguhnya
kita masih cinta kepadanya tapi ada yang lebi mencintainya adalah Allah SWT. Kyai Haji
Ma’mu n Nawawi di panggil keharibanNya pada hari jum’at 26 Muharam 1394 H 36 .wafatnya
tahun.
Pada waktu kyai Haji Ma’mun Nawawi baru kembali dari kampung Maja belum banyak
sarana fisik di pesantren Cibogo yang memadai. Prasarana dan sarana pesantren ini
berkembang pesat setelah Kyai Haji Ma’mun Nawawi pulang dari Maja Pandeglang ke
36
Embah Andi,murid kyai haji Ma’mun Nawawi,(Cibogo,Cibarusah : Januari 1989).
Dua karya Ma’mun Nawawi yang besar,yaitu berupa karya fisik dan non fisik.
Dalam suatu khazanah terdapat puluhan judul naskah buah karya yang ditulis oleh Kyai Haji
pesantren di jawa barat,disamping dipakai untuk masyarakat umum.Lebih dari 20 kitab yang
ditulis oleh Kyai Haji Ma’mun Nawawi,yang sudah diterbitkan sebanyak 21 kitab dan yang
lainnya masih berbentuk naskah37. Kitab-kitab itu yang sudah diterbitkan adalah:
5.Muhasinul al khathah;
7.Syi’ran kiyamat;
9.Tahtsikul Abiid;
37
Wawancara dengan bapak Salahudin (Putra Kyai Haji Ma’mun Nawawi ,(Cibogo Cibarusah :Februari 1989)
10.Majmu Da’wah;
12.Tadwirul Qulub;
13.Taisirul Awam;
14.Tuhfatul at faal;
18.Parukunan Pashalatan;
Mengungkapkan pemikiran Kyai Haji Ma’mun Nawawi tidak dapat dipisahkan dari
peranannya sebagai figur pemimpin dalam lapangan agama dan pendidikan.Akan tetapi
bukan suatu hal yang mudah untuk diungkapkan,sebab apa yang dikerjakan beliau sewaktu
hidupnya banyak secara diam-diam dan sedikit yang diketahui orang. Pemikiran beliau yang
mungkin dapat diungkapkan hanya berkisar pada pandangan yang diberikan atau
disampaikan pesan atau nasihat pada murid-muridnya serta pemikiran yang dituangkan
agama sangat erat kaitannya dengan pandangan kaum muslimin tentang paham Ahlus Sunah
Wal jama’ah; dan kalau dalam bidang ilmu tauhid mengikuti tuntunan Imam Abdul Hasan Al
Asy’ari dan Imam Abu Mansyur Al Maturidi; sedangkan dalam ilmu bidang fiqh mengikuti
Kyai Haji Ma’mun Nawawi adalah seorang ulama dan pujangga; predikat sebagai ulama
yang disandangnya,karena ia kiyai yang aktif dalam pendidikan di pesantren berada ditengah-
tengah santri dan masyarakat. Semua pemikaran disampaikan dalam bentuk nasehat kepada
banyak dituangkan dalam pemikiran masalah-masalah agama,seperti dalam bidang fiqh dan
ketauhidan. Satu lagi pemikiran yang paling menonjol dari Kyai Haji Ma’mun Nawawi
dalam bidang eksak,yaitu ilmu falaq. Pemikaran dan karya Kyai Haji Ma’mun Nawawi dalam
bidang ilmu ini,hingga kini pengaruhnya trhadap masyrakat Cibarusah tetap besar. Baik pada
masa beliau masih hidup dan setelah beliau meninggal untuk wilayah dan masyarakat
Cibarusah masih dapat mempergunakan kalender yang diterbitkan oleh putranya Encep
Sya’rani.
Kyai Haji Ma’mun Nawawi bukan hanya seorang pujangga dalam pengamatan penulis,beliau
adalah seorang mutarjim dan komentator dalam buku asing yang berbahasa Arab.sebagai
seorang pujangga dan pengarang,ia dapat menciptakan sya’ir-sya’ir keagamaan yang erat
hubungannya dengan masalah aqidah; karya sya’ir yang ditulis Ma’mun Nawawi kurang
lebih jumlahnya 233 bait berbahasa sunda ditulis dalam bahasa Arab melayu.
Wuduh “ ia mengomentari “ kitab hadits Arbain” dan kitab Manasiq Haji “ dengan
menyerahkan kedalam bahasa sunda.demikianlah ide-ide dan pemikiran Kyai Ma’mun
Dari satu generasi ke generasi para Kyai selalu menaruh perhatian istimewa terhadap
seorang Kyai mempunya anak laki-laki lebih dari satu,biasanya ia mengharapkan anak tertua
meninggal.sedangkan anak-anak laki-laki yang lainnya dilatih untuk dapat mendirikan suatu
muridnya yang pandai,terutama murid-murid tersebut juga anak atau keluarga dekat seorang
Setelah Kyai Haji Ma’mun Nawawi pada tahun 1975 wafat,warisan yang besar
ditinggalkan oleh beliau adalah berupa karya fisik,yaitu pondok pesantren dan kitab-kitab
menciptakan dan mendidik guru agama secara intensif untuk memberi bekal ilmu
dilingkungan keluarganya sendiri maupun diluar pihak keluarganya.dan disini beberapa orang
yang dapat penulis sebutkan: yang sampai kini menggantikan kedudukan dan meneruskan
Itulah beberapa orang pelanjut dan murid-murid KH. Ma’mun Nawawi yang dapat
lembaga dan sarana pendidikan sebagai penerus perjuangan Kyai Haji Ma’mun Nawawi.
Menurut pengamatan penulis dari empat orang pelanjut diatas,sebenarnya buakn asli
asal keturunan ( Anak Kandung ) Kyai Haji Ma’mun sendiri,diantara mereka adalah anak
keponakan dan cucu. Kyai kadang-kadang mampu mendidik anak-anak orang lain atau anak-
anak Kyai dari kalangan mereka: tidak jarang yang mendapatkan kesulitan mendidik anak-
anaknya dan keluarganya sendiri. Jadi sejumlah 38 anak keturunan Kyai Haji Ma’mun
Nawawi, secara tradisi tidak ada anaknya yang langsung menggantikan posisi ayahnya.
Kegiatan da’wah tidak dapat bisa dipisahkan dari pri ke-hidupan agama islam itu
sendiri.islam adalah agama risalah dan da’wah.Sasaran da’wah atau risalah islam adalah
seluruh umat islam.tetapi dalam kegiatan-kegiatan da’wah itu kita diberikan tuntunan oleh
Allah SWT.,antara lain da’wah itu tidak memaksa seorang dan harus dengan cara-cara
bijaksana.39
Nawawi,dalam bidang da’wah penulis ingin memberikan batasan pengertian da’wah dalam
39
Mentri agama, Munawir Sadjali, Majalah amal bakti, ( NO. 1 tahun ke..1984 )
kaitan pembahasan ini: agar ruang lingkup pembahasan ini lebih mudah di fahami. Karena
istilah da’wah sangat luas dan banyaknya macamnya. Menurut prof. Mahmud Sunus Macam
da’wah itu ada diua bagian, da’wah memberi pengajaran dan memperbaiki akhlak.
1. Memberi pengajaran
haram.
2. Memperbaiki Akhlaq
Perkataan “ akhlaq “ adalah jama dari kata khuluq,yang menurut bahasa arab
mengandung beberapa arti,yaitu : adat kebiasaan,tabi’at, perangai, muru’ah dan agama .40
dalam bahasa indonesia,merupakan kata majemuk dari kata” budi ” dan ” pekerti “ perkataan
“ budi ” berasal dari kata sangsekerta yang berarti “ yang sadar “ atau yang menyadarkan.
diterangkan pengaruh akhlaq yang baik itu pada diri seseorang dan dalam masyarakat cara ini
menunjukan salah satu asfek perjuangan dan peranan yang paling besar bagi Kyai Haji
Ma’mun Nawawi khusus dalam bidang da’wah dan pendidikan. Da’wah menurut
istilah,dapat di artikan dari dua segi atau dua sudut pandang,yakni pengertian da’wah yang
bersifat pembinaan dan pengertian da’wah yang bersifat pengembangan .pembinaan artinya
suatu kegiatan numpuk mempertahankan dan menyempurnakan sesuatu hal yang telah ada
40
Ismail Thalib, Risalah Akhlaq,( Jogjakarta : Bina Usaha, 1984), h.l.
sebelumnya.sedangkan penembangan berarti suatu kegiatan yang mengarah kepada
beriman kepada Allah dengan menjalankan syari’atnya,sehingga menjadi manusia yang hidup
bahagia didunia dan akhirat sedangkan pengertian da’wah yang bersifat pengembangan
dalam usaha mengajak umat manusia yang belum beriman kepada Allah SWT. Agar mentaati
Arti da’wah secara luas ialah sebagai usaha merubah manusia kearah yang lebih
baik.dengan arti yang luas itu,da’wah akan menjamah kegiatan-kegiatan fisik termasuk
memberikan pengaruh “ Perubahan “ pada tingkah laku manusia sesuai yang dikehendaki
da’wah. Maka yang di maksud dengan da’wah meliputi cakupan lebih luas adalah harus
ajaran Islam diCibogo Cibarusah ini, ada dua sistem melalui: Pendidikan dan tabligh.
Peranan Kyai Haji Ma’mun Nawawi dalam bidang pendidikan sedikit telah penulis
singgung pada bab yang lalu.Usaha Kyai Haji Ma’mun Nawawi dalam proses pembangunan
dan pembinaan da’wah melalui jalur pendidikan telah mencapai sukses Cibarusah. Sejak
lembaga pendidikan itu berdiri,sekitar awal abad ke dua puluhan yang telah dirintis oleh
ayahnya H, Anwar hingga kini pesantren itu tepat berkembang dan semakin maju ; dengan
41
Asmuni Syukir, Dasar- dasar Strategi Da’wah Islam, ( Surabaya : Al-Ikhlas, Tt.) h.20
42
M. Syafa’at Habib, Buku Pedoman Da’wah , ( Jakarta jaya , 1982 ) h, 93
demikian kompenen kampus dan unit pendidikan formal yang sistem pendidikan disesuiakan
berlangsung atas prakasa pribadi. Dari prakarsa-prakarsa pribadi itu telah menentukan
penawaran akan tersedianya sarana pendidikan. 43 Dari sinilah penyebab utama hidupnya
sektor pendidikan swasta yang tergantung pada motivasi prakarsa kegiatan pendidikan
terhadap misi belajar dan mengajar islam, yang mewajibkan bagi para pemeluknya agar aktif
sebagai perorangan ; maupun bertanggung jawab secara kolektif terhadap pendidikan agama.
Setelah Kyai Haji Ma’mun Nawawi kembali dari mekah dan kurang lebih ia mukim
satu tahun di kampung Maja Banten pada tahun 1942, Kyai Haji Ma’mun Nawawi mulai
mengajar dan membina pesantren yang didirikan oleh ayahnya sendiri Haji Anwar, Yaitu
Merupakan Tradisi yang lumrah bila seorang santri yang telah meyelesaikan pelajaran
nya yang terakhir dan ingin mendirikan pesantren yang baru. Beranjak dari sini, maka kiyai
haji ma’mun nawawi mengambil langkah-langkah konkrit untuk mulai merinyis berdirinya
sebuah lembaga pendidikan yang lebih baik.kemudian sebagai langkah kedua untuk
melanjutkan perjuangan ayahnya yang kurang lebih berjuang selama 22 tahun membina
pesantren ; dan para santri yang ikut mengaji kepadanya di Maja,ikut serta pun ia bersama
beliau berhijrah ke Cibogo. Mulai dari sini Kyai Haji Ma’mun Nawawi dikenal,banyak
43
Manpred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, ( Jakarta : P 3 M, 1986 ) , h . 87.
Bogor,Cileungsi,Citereup,Jonggol,Cikarang,Karawang,Jakarta dan sebagainya.Kyai Haji
disamping pengalaman itu yang paling utama adalah sekaligus meruapakan proses untuk
memantangkan diri.44
Pada tahap rintisan awal, dimana-mana setiap pesantren terlihat adanya kesamaan
harapan Bekasi. Pada tahun 1917 Pesantren Al-baqiyatusshalihat berdiri; tahaf ini diawali
dengan pengajian Al Qur’an pelajaran shalat , perktek ibadah dan lain-lainnya . semula
pesantren at taqwa pun demikian kata KH. Noer ali sesepuh pesantren ini. Kemudian para
santri di beri pelajaran kitab dasar dan kitab klasik yang agak tinggi di bidang bahasa Arab.
Sejak itu Kyai Haji Ma’mun Nawawi mulai mengembangkan kariernya sebagai
seorang pendidik dan langsung menjadi pemimpin pondok pesantren Cibogo,dengan nama
pesantren al Baqiyatusshalihat . Besar sekali peranan da’wah Kyai Ma’mun Nawawi melalui
jalan pendidikan ini. sebagai langkah pertama beliau melakukan pendekatan terhadap para
pribadi dan pemuka dari segala kelompok didesa ini untuk diajak dialog dan menganalisa
Perjuangan ini tidak sia-sia, taklama kemudian disanah sini kyai haji ma’mun nawawi
mendapat dukungan dan bantuan dari masyarakat setempat dalam hal memperbaiki
kehidupan masyarakat dan lembaga lembaga pendidikan yang sudah ada dan sedikt jumlah
44
Jurnal Majalah Pesan, ( Tahun ke IV Mei – Juni 1984 ).
45
Horiko Horikhoshi, Kyai dan perubahan Sosial ( Jakarta ; P 3 M , 1987 ) h. 90
Kyai muda ini langsung mengajar , pada waktu iyu usianya baru 27 tahun . Baru
beberapa bulan ia menetap di cibogo , kemudian banyak santri yang datang mesantren dan
mengaji padanya. Itulah sebabnya, sebelum kyai ma’mun memimpin pon dok pesantren di
Cibogo cibarusah beliau sudah di kenal sebagai santri yang gigih dan genius . Ketika ia
mesantren di kediri , jampes dan termas, Ma’mun nawawi sudah mendapat izin untuk
mengajar santri kelas dasar dan menengah dari gurunya. Di samping itu Kyai Ma’mun juga
pernah mengajar di daerah Maja Banten . Di tempat itlah Ma’mun nawawi di kenal oleh
santri-santri di Banten , karena metodelogi penjarnya yang bagus dan dala ilmunya.
dalam tulisan dan fonetik Arab , agar santri dapat membaca dan mengulang tulisan-tulisan
Arab klasik. Karena melafazkan ayat al Qur’an dalam bahasa Arab itu sendiri dianggap
berpahala dan merupakan bagian dari suatu ibadah walapun isinya tidak dimengerti. Disini
terdapat motif,untuk menghafal ayat-ayat suci ini dan karena harus melafazkan secara hafalan
diluar kepala. ” Tingkatan Pengetahuan” ini lebih khas bagi peserta kelompok pengajian yang
Bagi para siswa atau santri penting sekali pada tingkatan permulaan menguasai
pengetahuan yang cukup tentang bahasa Arab klasik,sebagai syarat untuk memehami ayat-
ayat keagamaan,filsafat,dan hukum sampai kepada kitab kuning dipelajari oleh santri pemula.
Sesungguhnya tujuan akhir dari semua pendidikan yang sehat dan berguna ialah yang
mengarahkan manusia pada kehidupan yang baik dan meningkatkan harkat kemanusiaannya.
Dalam waktu yang sama dapat menyelamatkan manusia dari keburukan serta dari bahaya
yang mengancam kesehatan jasmaniyah dan rohaniyah yang bersumber dari nafsu amarah
46
Prof. DR. Fadil al jamali , Menerabaskan Krisis Pendidikan Dunia Islam , ( Jakarta : Pn. Golden Trayon , 1988)
hal 47.
Kyai Haji Ma’mun Nawawi dalam proses usaha mengembangkan pendidikan islam
kebutuhan perkembangan fitrah manusia yang dipadu dengan pengaruh lingkungan kultural
yang ada.
merupakan butir-butir ajaran agama islam yang terdapat dalam al Qur’an dan Sunah Rosul.
Penulis berpendapat bahwa motif Kyai Haji Ma’mun Nawawi membina dan mengembangkan
pendidikan islam adalah merupakan tugas dan tanggung jawab moral terhadap lingkungan
masyarakat dan bangsanya. Realisasi ini dalam rangka usaha mengembangkan fitrah manusia
terwujud jika tiap tiap manusia mengaktuasikan ( menggerakan ) fitrah nya secara utuh
sejalan engan ajaran allah, khususnya cdalam bidang pendayagunaan sumber daya alam guna
Kemudian fitrah itu harus dikembangkan supaya menjadi manusia yang utuh tidak
menjadi manusia yang kurang.48Agar terwujud kehidupan manusia yang makmur dan
bahagia,oleh karena itu seluruh umat islam harus memikirkan dan melaksanakan pendidikan
islam. Kalau pendidikan islam ini telah mereka fikirkan dan laksanakan dengan
mantap,barulah ada harapan kehidupan mereka akan meningkat dari kehinaan menuju kepada
kejayaan.
Itulah pendidikan menurut ajaran agama islam,yang sejalan dan telah dilaksanakan
oleh para tokoh pendidikan muslim termasuk Kyai Haji Ma’mun Nawawi. Beliau
47
Drs. Syahminan Zaini, Resep Hidup Makmur menurut Al Qur’an , ( Jakarta : kalam mulia , 1986 ) h , 19
48
Drs. Syahminan Zaini, prinsif-prinsif Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, ( Jakarta : PN. Kalam Mulia , 1986 ) h.6
mengembangkan dan menyatukan pola sistem tersebut antara faktor dari dalam maupun dari
Kalau penulis amati, dan dapat kita bayangkan, betapa besar perjuangan Kyai Haji
Ma’mun Nawawi dalam berda’wah untuk mengajak masyarakat Cibarusah menuju kejalan
agama,yaitu jalan agama yang lurus,iman dan taqwa kepada Allah.Keadaan masyarakat
Haji Ma’mun Nawawi,pada waktu itu belum memenuhi syarat kampung(desa) dan lokasi
sebuah tempat pendidikan belum memenuhi syarat.ketika itulah Ma’mun Nawawi muncul
Kyai Haji Ma’mun Nawawi datang ditengah lingkungan masyarakat yang masih
terbelakang. Ternyata, perjuangan Kyai Haji Ma’mun Nawawi berhasil merubah sikap dan
status sosial masyarakat didaerah itu menjadi masyarakat yang religius yang islami.
Akhirnya sedikit demi sedikit masyarakat Cibarusah sadar dan dapat merubah akhlaqnya,dan
taat kepada ajaran islam.dan tidak sedikit nilainya bahwa masyarakat didesa itu tahu arti
kampung Cibogo Cibarusah menjadi desa yang aman,damai dan penuh dengan maghfiroh
dari Allah,juga menjadi pusat pendidikan pesantren.tetapi peranan dan usahanya yang paling
berharga adalah dapat merubah keadaan masyarakat yang tengah dalam keadaan kegelapan
hidup menjadi masyarakat yang diridhoi oleh Allah SWT. Tidak saja masyarakat yang baik
dan penuh dengan kebahagiaan tetapi daerahnya pun makmur.Jadi secara operasional
pendidikan itu mengandung nilai hidayah.petunjuk kepada jalan iman, petunjuk kearah
fikiran dan penganalisaan,kearah akhlaq mulia dan dan pergaulan yang baik kepada orang
Pendidikan dari segi hidayah tidak cukup untuk memberikan keselamatan kepada
kehidupannya. Dalam hal ini penulis pun mengulangi beberapa penjelasan tentang hikmah
pendidikan, bahwa pendidikan itu,bersifat juga penagkal ,dalam arti penangkal terhadap
jasmaniyah, mencegah dari sesuatu yang mendatangkan penyakit serta mengotori lingkungan;
disamping menjaga kerusakan hubungan sosial dari segala penyakit moral dan bahaya dari
luar dirinya. Secara tidak langsung perjuangan da’wah Kyai Haji Ma’mun Nawawi dari segi
Pendidikan islam yang diharapkan oleh umat islam adalah pendidikan yang mampu
menjadi “obor” yang menerangi kebingungan dan kehidupan masa kini. Kyai Haji Ma’mun
anti moralitas ilahi. Beliau penuntun dan penganjur serta pengarah kejalan yang lurus yaitu
jalan yang berada diatas rel ilahi.Sebagai obat jiwa yang kosong dari santapan hidangan
Baru beberapa tahun saja kyai Haji Ma’mun Nawawi terjun memimpin
banyak,ketika itu kurang lebih 200 orang santri putra dan 15 orang santri putri. Sehingga
rumah kyai Haji Ma’mun Nawawi tak sanggup lagi menampung murid-muridnya yang haus
pendidikan itu. Maka timbul inisiatif Kiyai Haji Ma’mun Nawawi dan warga sekitar itu,untuk
mendirikan asrama dan menambah ruang untuk santri yang menetap bersama tuan guru.
Mereka itu adalah santri-santri dari Cibarusah dan luar Cibarusah. Nampaknya yang menjadi
pelajaran pokok dan favorit pada waktu itu ialah ilmu alat(nahu saraf), fiqih dan
tafsir,terutama ilmu alat adalah merupakan pelajaran yang paling digemari atau paling
diutamakan.
Qira’ah membaca Al-qur’an49. Kiitab-kitab klasik yang lain nya yang dijadikan pelajaranoleh
Kiyai Haji Ma’mun Nawawi kepada santrinya ialah kitab-kitab tingkat menengah menurut
Nashaihudiniyyah, ilmu falaq dan lain-lainnya dengan ditambah beberap diktat karangan
beliau.
49
Wawancara dengan Yusuf Afandi,Cibogo cibarusah:(Januari,1989)
Waktu belajar satu minggu penuh dari sejak pagi,siang dan sore harinya. Disamping
mengajar santri,Kyai Haji Ma’mun Nawawi juga membuka pengajian (kaum bapak-bapak) di
masjid jamie Al-Baqiyatusshalihat serta kaum ibu-ibu bertempat dimajlis ta’lim.pada tahun
1950-an,jumlah jama’ah yang mengikuti pengajian kepadanya dari kaum bapak dan ibu
kurang lebih 200 orang.50 Sehingga tidak ada waktu yang kosong dalam satu minggu,penuh
diberbagai daerah di Jawa Barat. Sejak itu banyak para santri yang datang untuk mengaji
50
Wawancara dengan R.Shaleh (Loji,Cibarusah:februari 1989).
Banten, Sukabumi, Bogor, Ciamis, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Sumatra dan
Subang dan Jakarta bahkan ada santri yang mesantren dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Itulah usaha Kyiai Haji Ma’mun Nawawi dalam bidang pendidikan dari sejak tahun
1942. Banyak hal yang dilakukan oleh beliau dari mendirikan pesantren sampai mengubah
kultur serta status sosial masyarakat secara menyeluruh ( lahiriyah dan bathiniyah ).
Perkembangan pesantren semakin meningkat dan Kyai Ma’mun Nawawi pun berjuang keras
untuk memajukan baik secara kwalitas maupun secara kwantitas. Karena maju mundur
Usaha-usaha Kyai Haji Ma’mun Nawawi yang menonjol adalah dari segi pendidikan
islam dipondok pesantren. Ma”mun Nawawi tidak terus menerus mengajar santri
lembaga pendidikan yang bertujuan untuk memberikan bekal ilmu pengetahuan agama, dan
banyak memproduk serta mengorbitkan guru-guru agama da’i dan kyai-kyai yang kelak
yang banyak memberikan warna pendidikan tentang keislaman kepada para santrinyauntuk
berkwalitas tinggi mampu untuk berperan dalam estafeta kepemimpinan dimasa mendatang
dari segal a aspek kehidupan masyarakat dan bangsa. Perjuangan Kyai Haji Ma’mun Nawawi
tak pernah mengenal lelah, ia bersama ustadz M. Abad membangun sarana pondok pesantren,
sekaligus membinanya dan pada tahun 1951 santrinya bertambah banyak dan berjumlah
mencapai 400 orang. Sehingga tempat pemondokan santri tiadk mencukupi lagi untuk
menampung. Akhirnya Kyai Haji Ma’mun Nawawi sedikit demi sedikit membangun asrama
putra dengan mendapat bantuan dari masyarakat antara tahun 1961 – 1975 sarana dan
prasarana pendidikan berjalan dengan pesat, dalam masa-masa itu Kyai Haji Ma’mun
Nawawi membangun lagi asrama putra dan putri semi permanen. Dan setelah beliau wafat
( 1975 ) pembangunan fisik ini dilanjutkan oleh Kyai Haji Yusuf Kamil. Hal ini dalam
usaha untuk melestarikan kesinambungan dan sekaligus pemeliharaan pesantren. Kini asrama
pondok tersebut memilki 64 lokal. 42 lokal untuk putra dan 12 lokal untuk asrama putri; dua
lokal lagi dipergunakan untuk pengajian atau aula pertemuan dan ditambah satu bangunan
kantor yang dibangun pada tahun 1982 dan 1987. Gedung asrama ini dibangun diatas tanah
“tradisioanal “. Pengajian kitab-kitab kuning melalui sistem sorongan dan bandongan saja,
Pada tahun 1969, tepatnya bulan juli, pondok pesantren Al baqiyatusshalihat mulai
dan menyelenggarakan pendidikan formal madrasah Tsanawiyah. Sejalan dengan itu, sistem
administrasi dan menegmen pesantren pin mulai dibenahi dan disempurnakan . sepuluh
tahun kemudian 1981 sesuai dengan tuntutan masyarakat dan sesuai pemgembangan
pesantren ini; tingkat Aliyah pun dibuka. Pada tanggal 16 pebruari 1980 untuk mengukukan
dengan notaris.
Hingga kini 1989, lembaga- lembaga pendidikan formal yang dikelola yayasan
pesantren ini : Madrasah Ibtidayah , Tsanawiyah ( putra-putri ) , Aliyah serta SMAI, dan
lebih menonjol , namun pengajian- pengajian kitab kuning melalui sistem tradisional
sosorogan dan weweton dan tetapdi pertahan kan dan menjadi bagian penting bagi
seluruhnya 937 orang; kurang lebih 400 orang di antara yang menetap di asrama pesantren
dan yang tinggal di luar pesantren (komplek) pulang pergi sebanyak 537 orang. Para santri
tersebut duduk di tingkat tsanawiah 577 orang putra putri , di tingkat aliyah 211 orang dan
Sebagian besar (lebih dari 80 persen) dari jumlah santri adalah berlatar belakang
keluarga petani; 15 persen anak pedagang dan lebih lima persen lainnya anak pegawai negri .
Mereka lebih dari 75 persen dari daerah cibarusah dan 25 persen lagi daerah lainnya seperti ;
Aktifitas seorang kyai di pesantren tidak lepas dari lingkungan masyarakat sekitarnya. Di
samping ia seorang pendidik, ia pun seorang mubaligh; anggapan dari kenyataan ini, obyek
da’wah kyai bukan hanya santri, akan tetapi justru masyarakat luas. Jadi baginya sasaran
menyampai risalah agama. Rupanya jalur-jalur inilah yang di pergunakan kyai Ma’mun
Nawawi.
Metode penyampaian yang di lakukan Kyai Haji Ma’mun misalnya, ceramah, atau
pidato dan memberikan bimbingan pengajian di majlis ta’lim-majlis ta’lim, surau-surau dan
Haji Ma’mun tidak hanya tinggal dipesantren; ia suka berda’wah keliling dikawasan
Cibarusah dan sekitarnya. Kegiatan ini merupakan upaya islamisasi dalam penyempurnaan
aqidah bagi mereka yang sudah memeluk Islam. Disamping penyempurnaan, Kyai Ma’mun
juga melakukan perubahan status dan kultur masyarakat, sehingga pengaruh da’wah yang
Usaha-usaha da’wah Kyai Haji Ma’mun Nawawi adalah usaha peningkatan kwalitas
taraf hidup dan kehidupan masyarakat yang positif yang lebih kuat , berorientasi kepada
Dan begitu pula mengatasi krisis jiwa agara mereka loyal terhadap agama dan menjalani
terutama para pemudanya yang masih minim dalam pengetahuan agama. Da’wah yang
Peranan Kyai Haji Ma’mun Nawawi dismping sebagai pemimpin pesantren, beliau
juga pemimpin agama dan da’i. Sebagai da’i atau mubaligh rasanya belum mencakup aspek-
aspek perbuatan konkrit atau tidak cukup hanya da’wah bil lisan. Perbuatan konkrit ini secara
langsung memberi jawaban atas permasalahan masyarakat. Karena “ da’wah bil lisan “ perlu
diimbangi dengan da’wah “ bil hal “, da’wah dengan amal perbuatan nyata dengan
keteledanan, ini berarti bahwa kegiatan da’wah harus didukung oleh metode-metode yang
tepat guna dan berhasil guna. Penggunaan metode-metode memerlukan penggunaan teknik
alat-alat media.51
Kyai Ma’mun Nawawi tidak hanya seorang da’i, beliau adalah terkenal sebagai
pujangga dan pengarang. Sesengguhnya cara ini yang menunjang Ma’mun Nawawi sukses
dalam berda’wah. Dari hasil karyanya yang ditulis itu, kemudian diterbitkan, kerna itu
penerbitan Al Idrus Kwatang sekarang PT. Arafat Bogor . karya-karya ma’mun Nawawi ini
yang ditulis Ma’mun Nawawi sangat memasyarakat, karena kitab yang ditulisnya itu
Jawa barat yang mempergunakan Bahasa Sunda, dan Kyai Haji Ma’mun Nawawi
sendiri berkata “ Aku menulis karangan ini dengan Bahasa Sunda, karena bahasa umum “,
sedangkan “ bahasa Arab adalah bahasa santri “. Justru inilah metode yang paling tepat
51
Majalah Amal Bakti , halaman No 1 .1984. hal. 7
menurut Ma’mun Nawawi suatu media komunikasi dalam strategi berda’wah dikalangan
Karya-karya Kyai Haji Ma’mun Nawawi ini tidak hanya tersebar dimasyarakat
luas,tetapi kitab-kitab yang dikarangnya itu dipakai juga atau diajarkan didalam pesantren-
pesantren dan majlis-majlis ta’lim disekitar Jawa Barat. Itulah usaha-usaha dan peranaKyai
Ma’mun bibidang da’wah dan pendidikan. yang telah kita ketahui bahwa metodelogi yang
positif dan strategis yang baik, dan perlu kita tiru caranya, hingga kini kesan dan
Dalam pembahasan peranan Kyai Haji Ma’mun Nawawi hanya mulai tahun1942
sampai beliau wafat. Tentunya dalaim kaitan pembahasaan ini menacu kepada terbatasnya
dalam peranan seorang tokoh yang kharismatik. Orientasinya sangat sedikit kearah kehidupan
dibidang politik. Kyai ini memang dimasa hidupnya tidak banyak berkiprah kepada bidang
politk.
dengan perasaan tak puas, betulkah seorang tokoh besar yang memiliki reputasi di
masyarakat seperti kyai ma’mun nawawi dalam perjalanan hidupnya tak pernah berkiprah di
bidang polotik ? Dengan segala kesungguhan penulis mencoba mengungkap dari data-data
dan informasi yang di peroleh . Mudah-muhan apa yang penulis teliti tidak menyimpang dan
relevan dari suatu keadaan latar belakang sosial beliau di masa hidupnya .
Bukan merupakan suatu keghaliban “bagi setiap tokoh masyarakat adalah tokoh
politik “ . Baiklah penulis ungkap tentang peranan kyai haji ma’mun nawawi yang relatif
52
Wawancaradengan Bapak Ma’mun Haspi, DRS. Bekasi, ( Perumnas II Bekasi : Januari 1989 )
kecil untuk penulis tunjukan seara gamblang . Kalau kita lihat bait kalimat di atas , jelas
mengisyarat kan hidupya seorang tokoh tak terlepas dari reaksi kungkungan politik dari
lingkungan dan wadah-wadah dari pri kehidupan beri diologi dalam suatu tatanan hidup
Dalam sikap pribadi Kyai Ma’mun Nawawi memang tidak menunjukan sikap seorang
tokoh ; apalagi yang sikapnya politik praktis. Ini jauh dan kontradiktif dengan alam
kehidupannya sebagai tokoh relegius yang wara,itupun tidak menjadi prinsip baginya .
Sebenarnya realitas antara lontaran lisan dengan pemikran pada dasarnya berbeda, keadaan
dan kenyataan. Pengewajawantahan hal tersebut dapat di teropong oleh adanya intraksi sosial
yang logis , dimana ia berada di dalam lingkungannya yaitu masyarakat, apalagi iap
pemimpin agama dan tokoh masyarakat . Keasabahan ini jrlas suatu jalan ke arah itu sebagai
tolok ukur . Alasa penulis Kyai Ma’mun jelas bukan seorang kyai yang ekslusif , kyai yang
hanya berdiam diri di pesantren mengajarkan ilmu-ilmunya . Tetapi ia pun aktif bergrak di
bidang kemasyarakatan .
Analisa uraian di atas menunjukan bahwa Kyai Ma’mun mempunyai hubungan dan
interaksi juga gerakan- gerakan tokoh-tokoh pada zamanya, dalam arti bahwa kyai haji
ma’un nawawi paling tidak terlibat dengan perjuangan gerakan rakyat di wilayah
cibarusah.kemudian bagaimana dengan hubungan kyai haji ma’mun nawawi denagn pejuang-
pejuang dan rakyat dalam perjuangan? Berikut ini penulis sajikan swedikit masalah yang
brkaitan dengan peranan kyai haji ma’mun nawawi dalam perjuangan politik. Ini pun
terbatas hanya pada masa pendudukan jepang dan relevansinya dengan masa revolusi fisik
setelah proklamasi.
Kyai dalam masyarakat islam mempunyai kedudukan yang penting merupakan figur
dwi fungsional kyai atau ulama di satu pihak ia sebagai pemimpin agama: di lain pihak ia
juga sebagai agen dan mobilitas perubahan di masyarakat yang banyak yang memberikan
warna kehidupan di pedesaan. Alternatif ini tidak menyatakan bahwa segala sesuatu
merupakan keharusan yang mutlaq dan tergantung kepada kepribadi ulama itu sendiri . DR.
Horikoshi mengatakan bahwa “ tidak semua fungsionaris islam adalah ulama dan tidak
semua ulama mempunyai kedudukan yang sama “, seyogyanya bahwa kyai atau ulama itu
tergantung pribadi atau kharisma yang dimilikinya,disamping ilmunya yang mendalam dan
mempunyai.
ancaman-ancaman yang mengacaukan dari luar.53 Pada zaman kolonial ulama sangat di takuti
dalam oleh politik. Masa yang lampau beberapa peristiwa dipedesaan timbul dalam bentuk
Pada masa muda Ma’mun Nawawi tidak tergabung dan terlibat gerakan-gerakan
pemuda. Karena Ma’mun Nawawi sejak kecil sampai usia remeja tak pernah melakukan
sesuatu yang disibukan oleh pekerjaan lain kecuali waktu yang digunakan untuk menekuni
pelajaran, baik dirumah maupun ketika ia dipesantren .ia terlibat arus politik setelah aktif
dimasyarakat.
Pada tahun 1947, Kyai Ma’mun Nawawi masuk organisasi masyumi,beliau langsung
diangkat menjadi ketua organisasi itu untuk tingkat kecamatan.55 Kyai Ma’mun Nawawi
pernah menjabat KNIP Kewedanaan Cibarusah dan kemudian menjadi ketua bimbingan
53
Horiko Horikasha, Kyai dan Perubahan Sosial , ( Jakarta : P 3 M , 1987, ) hal , 147
54
Manfred Zeimek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial , ( Jakarta : P 3 M , 1986 ) hal. 55
55
Wawancara dengan Bapak Ma’mun Haspi , DPR Bekasi : ( Januari , 1989 )
mental spritual tentara Hizbullah seindonesia . ketika itu yang ditempatkan sebagai pusat
anggota simpatisan NU, setelah Masyumi dibubarkan oleh presiden Soekarno 17 Agustus
1960 ; yang dipilih sebagai wadah pengabdian Kyai Ma’mun dalam berpolitik adalah
PARMUSI itulah yang dipegangnya. Konon ia termasuk ulama yang mengharapkan partai
muslimin indonesia ini ditetapkan dan disyahkan sebagai tanda gambar pemilu tahun 1971.
kegiatan pondok pesantren . informasi sekitar peristiwa suka manah itu telah sampai kepada
kyai ma’mun nawawi ,semangat kyai muda ini tetap menggelora .kyai ma’mun bukan ahli
perang tetapi ia ahli taktik,ia tidak memberikan reaksi apa-apa ,karena beliau tidak
Peranan ma’mun nawawi dalam politik dan senjata ampuh yang dimilikinya adalah
utama.beberapa komandan PETA datang kepada beliau, seperti kapten Oking dan sahbuddin
untuk mintan nasehat dan keputusan masalah perang kepadanya. Waktu itu pesantren al
baqiyatussholihat hanya di jadikan basis latihan bagi laskar-laskar islam dan laskar-laskar
56
Wawancara dengan KH Zainal A’bidin,ketua YASPIA, ( Cibogo Cibarusah ; Nopember 1988 )
57
Wawancara dengan Bapak R, Sholeh, tokoh se zaman dengan Kyai Ma’mun Nawawi , ( Loji : Pebruari 1989).
rakyat. Atas saran dan nasehat kyai ma’mun pos-pos dan batalion pusat adalah di
cilengsi ,pos I di loji dan pos II di warung bambu ci barusah ;ini dilakukan agar tidak terjadi
Sejalan dengan itu hubungan Kyai Haji Ma’mun Nawawi dengan para pejuang
semakin erat dan bertambah akrab , terutama hubungan kepada para pemimpin laskar dan
PETA. Karena PETA merupakan modal utama dalam pembentukan kekuatan bersenjata.
Badan yang bercorak ragam itu mempunyai tugas di garis depan, juga membantu pertahanan
masing-masing daerahnya. Oreintasi khusus yang penulis maksud adalah di sekitar wilayah
Bekasi dan Karawang terutama Cibarusah; pertahanan garis depan pada waktu itu meliputi
merupakan penghalang masuknya pasukan Belanda lebih jauh ke daerah pertahanan TRI.59
Abad,markas di pesantren al baqiyqtushalihat cibogo. Dan Haiho dipimpin oleh Abu Hasan
dan PETA dibawah pimpinan sukanta. Para pejuang rakyat ini mempunyai peran penting
58
Wawancara dengan R. Shaleh,Logi Cibarusah ( Pebruari 1989 )
59
Sudidjo,Peranan Rengasdengklok Sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 ( Jakarta : Musium Sejarah 1979) h 32
Ketika Pasukan Bambu Runcing(BR) yang di pimpin oleh marzuki mengadakan
pesantren Cibogo yang dipimpin Kyai Ma’mun mendapat serangan dan ancaman dari BR.
Sesungguhnya pemberontakan BR ini menunjukan aksi protes kepada pemerintah RI, karena
tidak setuju kepada perjanjian Linggar Jati yang diadakan antara pemerintah RI dengan
Kemudian Kapten Oking datang kepada Kyai Haji Ma’mun Nawawiuntuk diminta
advice,saran dan keputusan hukum yang berkaitan dengan masalah jihad ( perang ) terhadap
bangsa kita sendiri yang mengkhianati agama dan negara. Dalam menghadapi persoalan ini,
Ma’mun Nawawi tidak cepat memberikan keputusan ; beliau sangat hati-hati melalui jalan
pemikiran dan persoalan yang sebenarnya. Ia hanya mengajak santri dan rakyat untuk
Bukan saja melalui perjuangan praktis menentang politik penjajahan dan pemberontak
yang membahayakan bagi diri beliau,untuk tidak tertangkap bahaya politik ia tidak
melakukan politik praktis, Ma’mun menganggap demikian bahwa itu sesungguhnya strategi
politik yang baik. Itulah peranan Kyai Haji Ma’mun Nawawi dalam pembahasaan
perjuangannya dibidang politik sebagai seorang tokoh spirit mental perjuangan agama, nusa
dan bangsa.
60
Wawancara dengan R. Madropi ,( Kampung Lima : Pebruari 1989 ).
61
Wawancara dengan Bapak R. Sholeh , Loji Cibarusah : ( pebruari 1989 )
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Kyai merupakan sentral figur yang paling esensial dari suatu pesantren yang
memberikan corak dan sebagai sumber panutan bagi santri dan masyarakat lingkungannya .
sementara orang memandang bahkan terbetik ucapan bahwa cakrawala pemikiran seorang
kyai sering masih bersifat lokal,paling tinggi bersifat regional. Jarang ada yang mampu
memandang kepada ufuk nasional dalam pengembangan pesantren, sehingga tidak hanya
Sebenarnya tergantung pribadi seorang kyai itu sendiri sesungguhnya ada seseorang
kyai yang dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan dan tuntutan masyarakatnya .
Sentralisasi aktifitas kyai adalah pondok pesantren dari dulu hingga kini , karena
suatu pesantren tergantung kepada kemampuan pribadi kyai itu sendiri dari kedalaman
ilmunya yang mempunyai andil besar terhadap pembangunan agama , masyarakat dan
negara.
Kyai Haji Ma’mun Nawawi seorang pengasuh pondok pesantren yang meninggal
pada tahun 1975 mempunyai andil besar dalam proses islamisasi dan pengembangan agama
islam didaerah Cibarusah Bekasi. Jelas beliau sebagai seorang pendidikan yang banyak
eduktif.
Kyai Haji Ma’mun Nawawi bukan seorang yang ekslusif hanya berdiam diri
dan teliti dalam politik,pandai bergaul dan bisa hidup segala zaman .
Kyai Ma’mun sendiri mempunyai andil besar dalam perjuangan mencapai Indonesia
merdeka bersama-sama dengan pasukan PETA dan Hizbullah dapat men jaga keamanan dan
Peranan Kyai Ma’mun Nawawi lam perjuangan politik dan agama sepatutnya perlu
B. Saran-saran
2.1. Belum ada perhatian yang serius dari pihak keluarga dan masyarakat untuk menulis
atau menyusun riwayat hidup Kyai Ma’mun Nawawi secara lengkap. Oleh karena itubpenulis
2.2. Memelihara karya-karya peninggalannya baik yang bersifat ilmiyah maupun non
ilmiyah (fisik dan non fisik ) terutama spritual keagamaan,dalam bidang pendidikan agar
sungguh-sungguh memelihara pendidikan yang bersifat tradisional ( Kitab ) jangan sampai
2.3. Kiranya dari pihak keluarga atau siapa saja,yang berkompeten dalam penulisan
ilmiyah ini,segera direalisir untuk diabadikan,mengingat tokoh ini nyaris hilang jejaknya.
Agar jangan sampai anak-anak cucunya dan generasi mendatang tidak hilang jejak beliau.
dan ini perlu dipancangan tonggak sejarah perjuangannya dengan terhimpun rapih.
2.4. Sudah selayaknya para pengurus pondok pesantren menyusun sejarah pondok
2.5. Alangkah baiknya diadakan rekonstruksi bangunan dan pendataan bagi para perjuang
didaerah Cibarusah yang mempunyai peran besar dalam mengatur perjuangan mencapai
indonesia merdeka.
DAFTAR KEPUSTAKAN
As’ad , Ali, Terjemahan Ta’alimul Muta’alim, Bimbingan bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan ,
Arifin, Muzayin, Pendidikan Islam Dalam Arus Dimatika Masyarakat , Jakarta : Golden
Benda, H.J.,Bulan sabit dan Matahari Terbit Islam di Indonesia Masa jepang , Jakarta :
Chaidar, Sejarah Perjuangan Islam Sech Nawawi Al Bantani Indonesia., Jakarta : Sarana
Utama, 1978
De Graaf,, H.J ., Kerajaan-kerajaan Islam di jawa Jakarta : Pustaka Grafi Pers , 1986.
Djatmika, Rahmat, H. Sistem Ethika Islam di Jawa, Surabaya : Pustaka Islam , 1985
Dhofier, Zamakhsari, Tradisi Pesantren , Studi Tentang Pandangan Kyai , Jakarta : L P 3 ES,
1985
Jmali, Fadil, Menerabas Krisis Pendidikan Dunia Islam, Jakarta : PT. Golden Trayon 1988
Kartodirdjo, Sartono, Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500 – 1900, Jakarta : Gramedia,
1987
Leirissa, LZ., Terwujudnya Suatu Gagasan Sejarah Masyarakat Indonesia, 1900 – 1950,
Jakarta : P 3 M ., 1985
Mudatsir , Arif , Pergulatan Dunia Pesantren Membangun Dari Bawah , Jakarta : P 3 M.,
1985
Subagjo IN,,. Sudiro Perjuangan Tanpa Henti , Jakarta : Gunung Agung , 1981.
Sejarah , 1979.
Supyapratando, Suparlan , Kapita Selekta Pondok Pesantren, Jakarta : Paryu Barkah, 1976.
Suridjo, Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia Dalam Sorotan , Jakarta : Dharma Bakti ,
1980.
Umar , Muin , Penulisan Sejarah Islam Dalam Sorotan , Jogjakarta : Penerbit Dua Dimensi ,
1985.
Zaini, Syahmina, Prinsif-prinsif Dasar Konsepsi Pendidikan Islam , Jakarta : Kalam Mulia ,
1986.
B. Nara Sumber
Andi , Embah, Murid Kyai Haji Ma’mun Nawawi yang sezaman , Cibogo : 18 Januari 1989.
Malik , Abdul , Pejabat Kaur Pemerintahan Kec. Cibarusah Kantor Kecamatan Cibarusah : 12
Pebruari 1989.
Madropi, R., Ex, Pejabat Depen . Cibarusah , Kampung Lima : Cibarusah 13 Pebruari 1989.
1989.
Sa’rani, Encep Putra Kyai Haji Ma’mun Nawawi , Cibogo, Cibarusah : Desember 1988.
Shaleh , R.H., Mantan Kep . SD Loji, Sezaman dengan Kyai Haji Ma’mun Nawawi, Loji :