Anda di halaman 1dari 42

Revisi

diperbaiki di lapres aja


ngeblurr
Gambar yang lebih proporsional
Bab 10 Fluida

Bab 10
FLUIDA

Zat di alam dikelompokkan dalam tiga wujud utama, yaitu zat padat,
zat cair, dan gas. Zat cair dan gas memiliki satu kesamaan yaitu tidak memiliki
bentuk yang tetap. Bentuk zat cair dan gas mengikuti bentuk wadah. Zat cair
dan gas mudah ditembus atau dibagi-bagi. Hal ini disebabkan gaya tarik antar
atom atau molekul penyusun zat cair dan gas jauh lebih lemah daripada gaya
tarik antar atom penyusun zat padat. Dan salah satu sifat yang sering kita
amati adalah zat cair dan gas dapat mengalir. Zat dengan sifat yang dapat
mengalir tersebut kita namakan fluida.

Pada bab ini kita akan membahas sejumlah sifat yang dimiliki oleh
fluida yang diam (fluida statis) maupun sifat-sifat fluida yang mengalir (fluida
dinamis). Sifat-sifat tersebut sangat penting untuk dipahami karena memiliki
banyak aplikasi dalam kehidupan kita, baik dalam bentuk teknologi sederhana
maupun teknologi canggih. Jika kita tidak memahami sifat fluida maka tidak
mungkin manusia membuat kapal termasuk kapal tanker raksasa, kapal
selam, balon udara, pesawat terbang, helikopter, pesawat ulang-alik, dan
sebagainya.

10.1 Arah Gaya


Pada bidang persentuhan antara fluida statis dengan benda maka fluida
selalu melakukan gaya dorong pada benda. Salah satu sifat yang menarik
adalah arah gaya dorong oleh fluida selalu tegak lurus bidang sentuh dengan
benda (Gambar 10.1).

713
Bab 10 Fluida

Jawab

Tekanan awal gas adalah P0 = 2 atm = 2  105 Pa. Tekanan akhir gas adalah P =
1,9 atm = 1,9  105 Pa. Perubahan tekanan gas P0 – P = 104 Pa. Suhu pecobaan
T = 27 oC = 27 + 273 = 300 K. Volume ruang yang ditempati gas V = 0,5 L = 0,5
 10-3 m3 = 5  10-4 m3. Jumlah molekul yang menempel di permukaan semua
partikel adalah N = N0 – N = (P0 – P)V/kT = 104 (5  10-4)/[(1,38  10-23)  300]
= 1,2  1021 molekul.

Luas sebuah molekul adalah a = 0,162 nm2 = 0,162  (10-9 m)2 = 0,162  10-18 =
1,62  10-19. Dengan demikian, luas total permukaan partikel adalah A = Na =
(1,2  1021)(1,62  10-19) = 194,4 m2.

10.17 Tegangan Permukaan


Banyak pengamatan menarik tentang permukaan fluida. Jarum yang
diletakkan perlahan-lahan di atas permukaan fluida tetap mengambang
asalkan tidak basah meskipun massa jenis jarum lebih besar daripada massa
jenis fluida. Pada tempat jarum diletakkan, permukaan fluida sedikit
melengkung ke bawah mengikuti kontour permukaan jarum (Gambar 10.39).
Fenomena ini memperlihatkan bahwa permukaan fluida berperan sangat mirip
dengan membran yang direntangkan. Jarum akan masuk tenggelam ke dalam
fluida jika permukaan fluida tertusuk, yang mirip dengan robeknya membran.

Karena permukaan fluida mirip dengan membran yang direntangkan,


maka permukaan fluida menarik benda pada tepinya dengan gaya yang sejajar
permukaan. Contohnya, air yang ada dalam gelas. Pada tempat kontak dengan
gelas, permukaan air menarik dinding gelas. Berapakah besar gaya tariuk oleh
permukaan fluida?

Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa besarnya gaya tarik oleh


permukaan fluida pada tempat kontak dengan zat padat adalah

F  L (10.21)

dengan

F gaya oleh permukaan fluida;

L panjang garis kontak antara permukaan fluida dengan zat padat;

 konstanta yang dikenal dengan tegangan permukaan fluida.

765
Bab 10 Fluida

Fluida

(a) (b)

Gambar 10.41 Permukaan cembung

Cairan yang membentuk permukaan cembung dikatakan sebagai


“cairan yang tidak membasahi dinding”. Ketika cairan tersebut dibuang dari
wadah, dinding tampak kering. Pada tempat kontak dengan dinding,
permukaan cairan membentuk sudut antara 90 sampai 180o.

10.19 Kohesi dan Adhesi


Molekul-molekul zat cair atau zat pada dapat berkumpul dalam satu
kelompok karena adanya gaya antar atom atau molekul zat tersebut. Gaya
antar atom atau molekul dari zat yang sama dinamakan gaya kohesi. Gambar
10.42 (kiri) memperlihatkan gaya kohesi antar molekul.

Mengapa muncul gaya kohesi antar molekul air? Penyebabnya adalah


muatan listrik pada molekul air tidak tersebar merata. Di sekitar atom
hidrogen berkumpul muatan yang sedikit positif sedangkan di sekitar atom
oksigen berkumpul muatan yang sedikit negatif (Gambar 10.42 kanan). Ketika
sejumlah molekul dikumpul maka muatan positif di sekitar atom hidrogen
mengikat muatan negatif di sekitar atom oksigen pada molekul di dekatnya.

769
Bab 10 Fluida

Gambar 10.42 (kiri) Gaya kohesi antar molekul air dan (kanan) sebaran muatan listrik pada molekul air tidak merata.
Sebaran muatan yang tidak merata ini yang menyebabkan munculnya gaya tarik listrik antar molekul air
(socratic.org).

Molekul dari zat yang berbeda juga dapat tarik menarik. Contohnya,
ketika garam dilarutkan dalam air maka molekul garam menarik molekuk-
molekul air di sekelilingnya. Gaya antara moleklul dari zat yang berbeda ini
disebut gaya adhesi. Gambar 10.43 adalah ilustrasi gaya adhesi dalam larutan
garam dapur (NaCl) dalam air.Ion positif garam (ion Na) menarik atom-atom
oksigen pada molekul air dan ion negative garam (ion Cl) menarik atom-atom
hidrogen pada molekul air.

Gambar 10.43. Dalam larutan garam, ion garam dikelilingi oleh molekul air. Ini adalah contoh gaya
adhesi(catalog.flatworldknowledge.com)

770
J URNAL F ISIKA DAN A PLIKASINYA VOLUME 4, N OMOR 1 JANUARI 2008

Perancangan Alat Ukur Tegangan Permukaan


dengan Induksi Elektromagnetik
Indarniati∗ dan Frida U. Ermawati
Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya,
Jl. Ketintang, Surabaya 60231

Intisari
Tegangan permukaan merupakan sifat permukaan suatu zat cair akibat pengaruh tegangan. Guna menge-
tahui seberapa besar nilainya dilakukan pengukuran dengan menggunakan susunan alat hasil rancangan yang
menggunakan sensor induksi elektromagnetik, menggantikan Newtonmeter yang selama ini dipergunakan. Per-
ancangan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah sensor induksi elektromagnetik dapat dipergunakan
sebagai pengganti Newtonmeter dalam pengukuran tegangan permukaan zat cair, dan dapat menunjukkan proses
fisika yang terjadi selama pengukuran tegangan permukaan berlangsung karena mengetahui perubahan tiap gaya
tarik yang terjadi selama pengukuran, nilai gaya tarik tersebut, serta nilai tegangan permukaan zat cair dapat
diketahui secara langsung. Hal ini dimungkinkan karena data ditampilkan dalam bentuk grafik. Penelitian men-
cakup persiapan, perencanaan, dan perakitan alat sampai dengan pengujian (studi kelayakan) hasil rancangan
dengan menggunakan oli SAE 20W-50, oli SAE 30, dan bensin sebagai sampel uji.

K ATA KUNCI : tegangan permukaan, induksi elektromagnetik, sensor induksi, Newtonmeter

I. PENDAHULUAN tegangan permukaan berlangsung. Oleh karena itu peneliti


berinisiatif untuk juga mengedepankan proses fisika yang ter-
Tegangan permukaan merupakan sifat permukaan suatu zat jadi selama pengukuran tegangan permukaan berlangsung. In-
cair yang berperilaku layaknya selapis kulit tipis yang kenyal isiatif tersebut direalisasikan dengan memanfaatkan sensor in-
atau lentur akibat pengaruh tegangan. Pengaruh tegangan duksi, yang bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromag-
tersebut disebabkan oleh adanya gaya tarik-menarik antar- netik, sebagai pengganti Newtometer pada Gambar 1 karena
molekul di permukaan zat cair tersebut. Untuk mengetahui proses perubahan gaya tarik yang mengenai cincin terjadi se-
seberapa besar nilai tegangan permukaan suatu zat, maka lama pengukuran dapat direkam dan ditampilkan dalam ben-
cara sederhana yang dilakukan adalah dengan melakukan tuk grafik pada layar komputer.
praktikum terhadap beberapa zat cair dengan menggunakan
susunan alat seperti Gambar 1. susunan alat ukur tegangan permukaan yang mempergu-
Newtonmeter difungsikan untuk mengukur nilai gaya tarik nakan sensor induksi tersebut diberikan pada Gambar 2.
maksimum pada cincin saat pengambilan data, tanpa menun-
jukkan peristiwa fisis yang terjadi selama proses pengukuran

Gambar 1: (a). susunan alat ukur tegangan permukaan zat cair yang
biasa digunakan untuk praktikum Fisika Dasar, (b) cincin aluminium
yang digunakan dalam praktikum

Gambar 2: Rancangan susunan alat ukur tegangan permukaan den-


∗ E- MAIL : indars@telkom.net gan memanfaatkan induksi elektromagnetik untuk sensor induksi


c Jurusan Fisika FMIPA ITS 080105-1
SPEKTRA Jurnal Kajian Pendidikan Sains

MENENTUKAN TEGANGAN
PERMUKAAN ZAT CAIR
Eko Juliyanto, Janatur Rofingah)1, Arba Finda Sejati)1, Fatih Nuzulil Hakim)1
1) Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sains AlQuran
janatur.rofingah@yahoo.co.id

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara menentukan tegangan permukaan zat
cair dengan metode kenaikan kapiler. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Data yang didapat, akan di analisis dengan menggunakan analisis data kuantitatif dan
kualitatif. Metode eksperimen dimana menggunakan pipa kapiler sebagai alat untuk menentukan
tegangan permukaan dengan metode kenaikan kapiler. Metode kenaikan kapiler yaitu mengukur
tegangan permukaan dengan melihat ketinggian air atau cairan yang naik melalui suatu pipa
kapiler.Tiga pipa kapiler dengan jari-jari yang berbeda dimasukkan ke dalam bejana yang berisi
zat cair (pipa tidak menyentuh dasar bejana), kemudian zat cair tersebut akan naik melalui pipa
sehingga dapat dilihat ketinggian zat cair dalam ketiga pipa tersebut. Analisis tersebut dilakukan
dengan tiga massa jenis yang berbeda kemudian didapat nilai tegangan permukaan.
Dari hasil percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa, tegangan permukaan zat cair
terjadi karena perbedaan resultan gaya tarik molekul yang ada di permukaan zat cair atau karena
ada gaya adhesi dan kohesi. Tegangan permukaan zat cair dengan menggunakan variasi jari-jari
pipa kapiler dan massa jenis zat cair yang berbeda diperoleh kesalahan mutlak ∆ = 0,906.10-2 N/m
dan kesalahan relatif yaitu 12,4% pada massa jenis air. Untuk massa jenis minyak goreng
diperoleh kesalahan mutlak yaitu ∆ = 2,965.10-2 N/m dan kesalahan relatif yaitu 54,4%. Untuk
massa jenis oli diperoleh kesalahan mutlak yaitu ∆ = 4,949.10-2 N/m dan kesalahan relatif yaitu
27,04%.

Kata kunci : Tegangan Permukaan, Pipa Kapiler, Massa Jenis Zat Cair

PENDAHULUAN Salah satu pokok bahasan dalam


pembelajaran fisika adalah menentukan
Ilmu fisika adalah ilmu
tegangan permukaan zat cair. Tegangan
pengetahuan yang didasarkan pada hasil
permukaan diartikan sebagai suatu
pengamatan atau observasi mengenai
kemampuan atau kecenderungan zat cair
gejala alam dan interaksinya. Bagi
untuk selalu menuju ke keadaan yang
sebagian besar seorang pelajar
luas permukaannya lebih kecil yaitu
menganggap fisika adalah pelajaran
permukaan datar atau bulat seperti bola
yang cukup sulit, karena sama halnya
atau ringkasnya didefinisikan sebagai
dengan pelajaran matematika. Di dalam
usaha yang membentuk luas permukaan
pelajaran fisika kita harus tahu teori dan
baru.
paham betul rumus-rumus yang telah
Banyak metode yang
diberikan oleh guru-guru kita, kalau
digunakan untuk menentukan tegangan
tidak hafal pastinya kita tidak akan bisa
permukaan. Namun, dengan metode-
mengerjakan soal dalam bentuk apapun.
metode yang telah ada banyak pendidik

--- ( 176 ) ---


SPEKTRA Jurnal Kajian Pendidikan Sains

tegang. Keadaan ini dinamakan


tegangan permukaan.

1. Macam-macam Metoda yang


digunakan dalam Tegangan
Permukaan

Pengukuran tegangan permukaan


dapat dilakukan dengan beberapa
metode antaralain :
Gambar 2.2. Penjepit kertas yang a. Metode cincin de-Nouy
mengapung di permukaan air Cara ini dapat digunakan
untuk mengukur tegangan
permukaan dan tegangan antar
Q permukaan zat cair. Prinsip kerja
alat ini berdasarkan pada kenyataan
bahwa gaya yang dibutuhkan untuk
melepaskan cincin yang tercelup
pada zat cair sebanding dengan
P tegangan permukaan atau tegangan
antar muka. Gaya yang dibutuhkan
untuk melepaskan cincin dalam hal
ini diberikan oleh kawat torsi yang
Gambar 2.3 Tegangan Permukaan dinyatakan dalam dyne.
b. Metode kenaikan kapiler
Tegangan permukaan suatu cairan Ada beberapa metode
berhubungan dengan garis gaya tegang penentuan tegangan muka
yang dimiliki permukaan cairan tersebut. diantaranya adalah metode
Gaya tegang ini berasal dari gaya tarik kenaikan pipa kapiler. Metode
kohesi (gaya tarik antara molekul kenaikan pipa kapiler merupakan
sejenis) molekul-molekul cairan. metode bila suatu pipa kapiler
Gambar 2.3 melukiskan gaya kohesi dimasukkan kedalam cairan yang
yang bekerja pada molekul P (di dalam membasahi dinding maka cairan
cairan dan molekul Q (di permukaan). akan naik kedalam kapiler karena
Molekul P mengalami gaya kohesi adanya tegangan muka. Kenaikan
dengan molekul-molekul disekitarnya cairan sampai suhu tinggi tertentu
dari segala arah, sehingga molekul ini sehingga terjadi keseimbangan
berada pada keseimbangan (resultan antara gaya keatas dan kebawah.
gaya nol). Namun, molekul Q tidak
demikian. Molekul ini hanya mengalami Gaya kebawah : F = πr2h ρ g
kohesi dari partikel di bawah dan di Dimana, h : tinggi muka
sampingnya saja. Resultan gaya kohesi g : percepatan gravitasi
pada molekul ini ke arah bawah (tidak ρ : berat jenis
nol). Gaya-gaya resultan arah ke bawah r : jari-jari kapiler
akan membuat permukaan cairan Gaya keatas : F’ = 2 πr cos 
sekecil-kecilnya. Akibatnya permukaan Dimana :  adalah tegangan muka dan 
cairan menegang seperti selaput yang adalah sudut kontak

--- ( 178 ) ---


SPEKTRA Jurnal Kajian Pendidikan Sains

konsentrasi misel kritik suatu surfaktan b. Zat terlarut (solute)


dapat ditentukan dengan metode Keberadaan zat terlarut dalam
tegangan permukaan. suatu cairan akan mempengaruhi
Cara sederhana untuk tegangan permukaan. Penambahan zat
menentukan tegangan permukaan adalah terlarut akan meningkatkan viskositas
dengan menggunakan kawat yang larutan, sehingga tegangan permukaan
dibengkokkan berbenruk huruf U dan akan bertambah besar. Tetapi apabila zat
kawat kedua CD dengan panjang l yang yang berada dipermukaan cairan
dapat digerakkan sepanjang kawat U. membentuk lapisan monomolecular,
maka akan menurunkan tegangan
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi permukaan, zat tersebut biasa disebut
Tegangan Permukaan dengan surfaktan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi c. Surfaktan


: Surfaktan (surface active agents),
a. Suhu zat yang dapat mengaktifkan
Tegangan permukaan menurun permukaan, karena cenderung untuk
dengan meningkatnya suhu, karena terkonsentrasi pada permukaan atau
meningkatnya energy kinetik molekul. antar muka. Surfaktan mempunyai
Pada umumnya nilai tegangan orientasi yang jelas sehingga cenderung
permukaan zat cair berkurang dengan pada rantai lurus. Sabun merupakan
adanya kenaikan suhu. Perhatikan nilai salah satu contoh dari surfaktan.
tegangan permukaan berbagai zat cair
pada Tabel 2.1 berikut d. Jenis Cairan
Pada umumnya cairan yang
Tabel 2.1 Nilai Tegangan Permukaan memiliki gaya tarik antara molekulnya
Beberapa Zat Cair. besar, seperti air, maka tegangan
permukaannya juga besar. Sebaliknya
Zat cair Suhu Tegangan pada cairan seperti bensin karena gaya
o tarik antara molekulnya kecil, maka
( C) permukaan
tegangan permukaannya juga kecil.
(N/m)
Raksa 20 0,440 e. Konsentrasi Zat Terlarut
Darah (seluruhnya) 37 0,058 Konsentrasi zat terlarut (solut)
suatu larutan biner mempunyai pengaruh
Darah (plasma) 37 0,073 terhadap sifat-sifat larutan termasuk
Alkohol 20 0,023 tegangan muka dan adsorbsi pada
permukaan larutan. Telah diamati bahwa
Air 0 0,076 solut yang ditambahkan kedalam larutan
Air 20 0,072 akan menurunkan tegangan muka,
karena mempunyai konsentrasi
Air 100 0,059
dipermukaan yang lebih besar daripada
Benzena 20 0,029 didalam larutan. Sebaliknya solut yang
Larutan sabun 20 0,025
penambahannya kedalam larutan
menaikkan tegangan muka mempunyai
Oksigen -193 0,016 konsentrasi dipermukaan yang lebih
kecil daripada didalam larutan.

--- ( 180 ) ---


SPEKTRA Jurnal Kajian Pendidikan Sains

4. Gejala Kapilaritas Massa Jenis adalah pengukuran


massa setiap satuan volume benda.
Kapilaritas adalah gejala naik atau Semakin tinggi massa jenis suatu benda,
turunnya zat cair di dalam pipakapiler maka semakin besar pula massa setiap
(pipa sempit). Kapilaritas dipengaruhi volumenya. Massa jenis rata-rata setiap
oleh adanya gaya kohesi dan adhesi benda merupakan total massa dibagi
antara zat cair dengan dinding kapiler. dengan total volumenya. Sebuah benda
Karena dalam pipa kapiler gaya adhesi yang memiliki massa jenis lebih tinggi
antara partikel air dan kaca lebih besar (misal besi) akan memiliki volume yang
daripada gaya kohesi antara partikel- lebih rendah daripada benda bermassa
partikel air, maka air akan naik dalam sama yang memiliki massa jenis lebih
pipa kapiler. Sebaliknya raksa rendah (misalnya air).
cenderung turun dalam pipa kapiler, jika Massa jenis berfungsi untuk
gaya kohesinya lebih besar daripada menentukan zat. Setiap zat memiliki
gaya adhesinya. Kenaikan atau massa jenis yang berbeda. Dan satu zat
penurunan zat cair pada pipa kapiler berapapun massanya berapapun
disebabkan oleh adanya tegangan volumenya akan memiliki massa jenis
permukaan ( γ ) yang bekerja pada yang sama. Rumus untuk menentukan
keliling persentuhan zat cair dengan m
pipa. massa jenis adalah ρ = …(2.1)
v
dengan : ρ = massa jenis
- v = volume
 m = masssa
Satuan massa jenis dalam ‘CGS

(centi-gram-sekon)’ adalah : gram per


sentimeter kubik (g/cm3). 1 g/cm3 =
1000 kg/m3.
a b
b. Menentukan Massa Jenis suatu
Gambar 2.4 Zat
(a) Jika sudut kontak kurang dari 90°, maka
permukaan zat cair dalam pipa kapiler naik 1) Massa Jenis Zat Padat
(b) jika sudut kontak lebih besar dari 90°, Ada dua macam bentuk zat padat
maka permukaan zat cair dalam pipa kapiler yaitru beraturan dan tidak beraturan.
turun. Karena masing-masing bentuk
memiliki karakter yang berbeda maka
penentuan massa jenis zat beraturan
5. Massa Jenis berbeda dengan penentuan massa jenis
zat padat tidak beraturan.
a. Pengertian Massa Jenis
a. Massa Jenis Zat Padat Beraturan
Massa jenis dapat diartikan Massa jenis zat padat
sebagai kerapatan suatu zat, yaitu beraturan dapat ditentukan dengan
perbandingan antara massa zat dengan memasukkan nilai massa dan
volumenya. Selain itu bahwa pada zat volume kedalam rumus massa jenis
yang sama dengan wujud yang berbeda m
memiliki massa jenis yang sama, dan yaitu ρ = .
v
pada zat yang berbeda massa jenisnya
berbeda pula.

--- ( 181 ) ---


Pengaruh Kecepatan Pengadukan dan Kehalusan Gambir.......(Hendri Muchtar dkk.)

PENGARUH KECEPATAN PENGADUKAN DAN KEHALUSAN GAMBIR


SERTA VARIASI KOMPOSISI TERHADAP BEBERAPA SIFAT FISIKA
DALAM PEMBUATAN TINTA CETAK

The Effect of Stirring Speed and Particle Size of Gambier and Variation of
Composition on Some Physical Properties in Making of Printing Ink

Hendri Muchtar*, Inda Three Anova, dan Gustri Yeni


Balai Riset dan Standardisasi Industri Padang
Jl. Raya LIK No. 23 Ulu Gadut, Padang 25164
* e-mail: hendrimuchtar@yahoo.co.id

Diterima: 2 September 2015, revisi akhir: 9 Desember 2015 dan disetujui untuk diterbitkan: 13 Desember 2015

ABSTRAK
Tinta merupakan unsur yang sangat penting menentukan kualitas hasil cetakan. Salah satu
bahan alam potensial yang dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan tinta cetak adalah
gambir. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pengaruh kecepatan pengadukan dan
kehalusan bahan baku gambir terhadap beberapa sifat fisika dalam pembuatan tinta cetak.
Pembuatan tinta dilakukan 2 tahap yaitu pembuatan pigmen dan formula tinta. Pigmen tinta
dibuat dengan cara membersihkan gambir melalui pelarutan dengan air panas, penyaringan,
dan pengendapan fitrat. Selanjutnya endapan gambir dihaluskan dengan variasi ukuran butiran
sebesar 40, 60, 80 mesh. Penambahan senyawa FeCl3 jenuh dalam etanol pada ekstrak gambir
dalam 25 ml etanol secara perlahan dengan kecepatan pengadukan bahan sebesar 250, 500,
750 rpm selama 4 jam. Pigmen diuji warna, viskositas, dan ukuran partikel dengan
menggunakan metoda PSA (particle size analyzer). Pembuatan formula tinta dengan bahan
aditif propilen glikol sebesar 7,5; 10; 12,5 ml dan polietilen glikol 0,1; 0,3; 0,5 ml untuk setiap 30
ml ektrak gambir dalam etanol. Pigmen terbaik diperoleh pada pemakaian bubuk gambir 60
mesh, kecepatan pengadukan 250 rpm, ukuran partikel pigmen yang terkecil adalah 47,54 nm.
Formula tinta yang terbaik adalah tinta dengan menggunakan propilen glikol 12,5 ml dan
o
polielen glikol 0,5 ml. Karakteristik tinta bewarna hitam dengan berat jenis pada suhu 28-30 C
sebesar 0.9633, viskositas 0,9 cP dan tegangan permukaan 0,2539 N/m.

Kata Kunci: Ekstrak gambir, ukuran partikel, tinta cetak

ABSTRACT
Ink is a very important element that determines the quality of a printout. One of the potential
natural materials that can be used as a raw material for making printing ink is gambier.The
objective of this study was to observe the effect of stirring speed and particle size on some
physical properties in the printing ink. The ink manufacturing was done in 2 phases, namely the
manufacture of color pigment and ink formulation. Pigment ink was made by cleaning the
gambier through dilution with hot water, filtration, and precipitation of fitrat. Furthermore the
gambier was mashed with particle size variation 40, 60, 80 mesh. The adding saturated FeCl3
compounds in ethanol into the extract gambier slowly with stirring speed 250, 500, 750 rpm for 4
hours. The color of the pigment, viscosity, and the particle size was tested by using the PSA
method (particle size analyzer). Manufacture of ink formula with additives propylene glycol 7.5;
10; 12.5 mL and polyethylene glycol 0.1; 0.3; and 0.5 mL for every 30 ml of extract gambier in
ethanol. Best pigment was obtained from the use of gambier 60 mesh powder, stirring speed 250
rpm, the smallest pigment particle was 47.54 nm. The best ink formula was using propylene
glycol and polyethylene glycol 12.5 mL and 0.5 mL. The characteristics of ink were black colored
ink with a density 0.9633 at a temperature of 28-30°C, viscosity 0.9 cP, and surface tension
0.2539 Nm-1.

Keywords: Gambier extract, particle size, printing Ink

131
Jurnal Litbang Industri Vol. 5 No. 2, Desember 2015: 131-139

Pengaruh massa jenis/densitas (D) nm) berdasarkan analisa PSA adalah


menunjukkan makin besar densitas berarti pigmen yang dibuat dengan perlakuan A2B2
makin rapat muatan-muatan atau partikel- atau pigmen yang menggunakan gambir
partikel dari cairan. Kerapatan partikel ini dengan ukuran partikel 60 mesh,
menyebabkan makin besarnya gaya yang penambahan senyawa pengompleks FeCl3
diperlukan untuk memecahkan permukaan dengan kecepatan pengadukan 500 rpm.
cairan tersebut. Hal ini karena partikel yang Hasil pengukuran sebaran partikel pigmen
rapat mempunyai gaya tarik menarik antar diperoleh ukuran partikel rata-rata 1.500,52
partikel yang kuat. Sebaliknya cairan yang nm, lebih besar dibandingkan dengan
mempunyai densitas kecil akan mempunyai ukuran partikel pigmen yang diperoleh dari
tegangan permukaan yang kecil pula hasil percobaan.
(Hidayati, 2009). Hasil analisa tinta menggunakan
formula 1 dapat meningkatkan viskositas.
Hasil Pengamatan Tinta Cetak Hasil pengujian viskositas dan tegangan
di Pasaran permukaan, formula tinta terbaik yang
mendekati hasil pengujian tinta dipasaran
Hasil pengamatan kekentalan dan adalah penambahan PEG 0,5 ml dan
tegangan permukaan tinta cetak yang propilen glikol 12,5 ml dengan nilai viskositas
diambil dipasaran sebagaimana Tabel 5. sebesar 0,9 cP dan tegangan permukaan
0,2539 N/m.
Tabel 5. H a s i l a n a l i s a v i s k o s i t a s d a n
tegangan permukaan dari contoh DAFTAR PUSTAKA
tinta cetak dipasaran.
Merek Tegangan Viskositas
Antono, A. and Sebastianus, A. 2013.
permukaan N/m Pengaruh pemilihan tinta terhadap
1 0,2850 1,1200 kualitas cetak dalam industri
2 0,4278 0,9488 percetakan koran. Dinamika Teknik,
3 0,2783 0,9226 Vol. VII No. 1 Jan., 9-16.
4 0,3756 0,9951
Galuh, S. dan Rahmi, D. 2014. Pembuatan
Contoh tinta yang diambil dipasaran nanopartikel dengan metoda high
sebanyak 4 merek, tinta ini termasuk yang speed homogenization. Jurnal Litbang
banyak digunakan. Berdasarkan Tabel 5 Industri, Vol. 3 No. 2, Desember, 67-
dapat dilihat bahwa kekentalan dan 131.
tegangan permukaan terbaik yang
mendekati hasil pengujian tinta dipasaran Gunawan, A., Dessy, E. S. M., Yusuf, T.
adalah formula dengan penambahan 2012. Pengaruh waktu pemasakan
polietilen glikol 0,5 ml dan propilen glikol 12,5 dan volume larutan pemasak terhadap
ml. Tinta yang dihasilkan mempunyai viskositas pulp dari ampas tebu. Jurnal
kekentalan 0,9 dengan tegangan Teknik Kimia No. 2 Vol. 18, April, 1-8.
permukaan 0,2539 N/m mendekati tinta
merk 3. Hagerman, A. E. 2002. Condensed tannin
structural chemistry. Department of
KESIMPULAN DAN SARAN. Chemistry and Biochemistry, Miami
University, Oxford, OH 45056.
Kecepatan pengadukan bahan pada
proses pembuatan pigmen dan ukuran Hidayati, S. 2009. Pengaruh ratio mol, suhu
kehalusan gambir berpengaruh terhadap dan lama reaksi terhadap tegangan
ukuran partikel pigmen, kekentalan dan permukaan dan stabilitas emulsi metil
berat jenis pigmen yang dihasilkan. Ukuran ester sulfonat dari CPO. Jurnal
partikel pigmen warna yang dihasilkan Teknologi Industri dan Hasil Pertanian,
berkisar antara 111,78-47,54 nm. Pigmen Vol. 14 No.1.
warna dengan ukuran partikel terkecil (47,84

138
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Gaya tarik menarik antar partikel zat dapat menjelaskan keadaan

permukaan zat cair, yang berbentuk cembung atau cekung. Keadaan

permukaan zat cair seperti ini disebut meniskus. Meniskus cembung

adalah perrmukaan zat cair yang berbentuk cembung (melengkung

keatas atau melengkung ke luar pada suatu bejana). Sedangkan

meniskus cekung adalah permukaan zat cair yang berbentuk cekung

yaitu melengkung kebawah atau melengkung kedalam pada suatu

bejana (Irawan dan Sunardi, 2007: 66).

Gb. 2.2 Menikus Cembung dan Menikus Cekung

Permukaan air dan raksa dalam tabung akan mengalami peristiwa

meniskus yang berbeda, yaitu:

a. Permukaan air dalam tabung berbentuk cekung (menikus cekung)

karena adhesi partikel kaca dan partikel air lebih besar daripada

kohesi antara partikel-partikel air.


Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” ISSN 1693 – 4393
Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia
Yogyakarta, 26 Januari 2010

Pemanfaatan Surfaktan dalam Pengolahan Limbah Berminyak


secara Bioproses

Syafrizal1, Devitra Saka Rani1,*, Sri Astuti Rahayu1


1
Kelompok Bioteknologi, Teknologi Proses, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas
Bumi ”LEMIGAS”, Jl. Ciledug Raya Kav.109 Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12230

Abstract

Oil sludge from petroleum industry effluent is classified as hazardous waste and required special
treatment before discharge to the environment. One of oil sludge treatment technology is bioprocess which
using bacterial activities to degrade hydrocarbon of oil sludge. However, the capability of bacteria in
reducing petroleum waste is often obstructed by the characteristic of petroleum oil as non-aqueous phase
liquid which is water immiscible. This condition can solved by surfactant addition in a specific concentration
to increase hydrocarbon solubility thus enhance hydrocarbon biodegradation. This study was conducted in
slurry bioreactors which contain production water enriched with N/P source (5:1) and 0.1% yeast extract,
10% (v/v) of Pseudomonas aeruginosa culture as degradator bacteria, 6% (w/v) oil sludge, and surfactant
which concentration base on its CMC. Two surfactant of Emulsogen LP and Rheodol TW-S120V were tested
as surfactant addition. The result showed that the addition of Emulsogen LP and Rheodol TW-S120V after 4
days incubation enhanced hydrocarbon biodegradation 34.50% and 46.23% respectively while control only
29.39%. The addition of Rheodol TSW-120V in slurry system at 37°C after 6 days showed the best result of
hydrocarbon biodegradation (52.00%) while at room temperature only 31.51%.
Keywords: Surfactant, Oil sludge, Bioprocess, Biodegradation

Pendahuluan dimetabolisme) bagi mikroba sehingga menjadi


penyebab utama lambatnya proses biodegradasi
Limbah minyak bumi berupa lumpur berminyak atau
(Cameotra & Singh, 2008). Untuk mengatasi hal
oil sludge merupakan salah satu limbah yang berasal
tersebut digunakan surfactant (surface active agent),
dari hasil samping kegiatan industri migas. Lumpur
molekul yang terdiri dari bagian hidrofilik dan
berminyak terdiri dari minyak, air, abu, karat tangki,
hidrofobik (Volkering et al., 1995). Surfaktan ini akan
pasir dan bahan-bahan lainnya. Kandungan senyawa
bertindak sebagai pengemulsi, yaitu senyawa yang
hidrokarbon dalam lumpur berminyak seperti
dapat mengurangi tegangan antarmuka dua cairan.
benzena, toluena, etilbenzena, xylena dan logam-
Emulsi yang terjadi akan meningkatkan dispersi
logam berat berpotensi karsinogenik. Menurut PP
minyak bumi di dalam air, dan memperluas daerah
18/1999 jo PP 85/1999, oil sludge digolongkan ke
pertemuan antara minyak bumi dan bakteri
dalam limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya)
(Pokethitiyook et al., 2002) sehingga meningkatkan
sehingga harus diolah terlebih dahulu sebelum
biodegradasi lumpur berminyak (Rahman et al., 2006).
dibuang. Penanggulangan secara biologi, atau yang
Nonionik surfaktan diketahui dapat menstimulasi
lebih dikenal dengan teknologi bioproses, merupakan
biodegradasi hidrokarbon poliaromatik melalui
salah satu upaya alternatif untuk mendegradasi limbah
peningkatan bioavailabilitas (Zheng and Obbard,
minyak bumi. Selain lebih ramah lingkungan,
2001). Surfaktan nonionik umum digunakan dalam
pengolahan limbah secara biologi lebih efisien dan
penelitian biodegradasi hidrokarbon karena kurang
ekonomis. Teknologi bioproses memanfaatkan
toksik terhadap bakteri dan tidak menyebabkan
aktivitas bakteri untuk mendegradasi hidrokarbon
perubahan pH yang dapat mengganggu proses
limbah minyak bumi. Namun kemampuan bakteri
biodegradasi (Volkering et al., 1998; Volkering et al.,
dalam mendegradasi limbah minyak bumi sering
1995). Penelitian mengenai penggunaan surfaktan
terhambat oleh sifat non-aqueous phase liquid dari
pada untuk menstimulasi proses biodegradasi minyak
minyak bumi sehingga sukar bercampur dengan air.
bumi telah dilakukan dengan berbagai jenis surfaktan,
Lumpur berminyak bersifat sangat recalcitrant dan
dalam berbagai kondisi operasi (Volkering et al.,
sulit untuk dimanfaatkan kembali (Soriano & Pereira,
1995; Zheng & Obbard, 2001; Cameotra & Singh,
2002). Hidrokarbon minyak bumi yang sangat
2008; Syafrizal dkk., 2009). Menurut McClement
hidrofobik menyebabkan rendahnya tingkat
(1999) gugus fungsional dari suatu molekul surfaktan
bioavailabilitas (kemampuan minyak bumi untuk
dapat berubah nyata sesuai kondisi temperatur
dimetabolisme)
* bagi
Korespondensi penulis: Telp.mikroba sehingga
+62 21 7394422 ext.1574, menjadi
Fax.
+62 21 7228414, E-mail: devitra@lemigas.esdm.go.id

A04 - 1
TESIS – SK142502
PENGUKURAN SUDUT KONTAK UNTUK
MENGETAHUI POLARITAS CAIRAN SEBAGAI
BAHAN MODUL PRAKTIKUM TEGANGAN
PERMUKAAN

MUHAMMAD ALWI SYAHARA


1413 203 002

DOSEN PEMBIMBING
Dr. rer. nat. FREDY KURNIAWAN, M. Si.

PROGRAM MAGISTER
BIDANG KEAHLIAN PENGAJARAN KIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2016
kemampuan untuk memanipulasi materi pada tingkat molekul dan atom
menyebabkan pembuatan perangkat miniatur. Karena besar rasio luas permukaan
terhadap volume mikro/nano devices tersebut, gaya permukaan termasuk tegangan
permukaan menjadi fenomena sangat penting dan kontrol seperti pembasahan dan
adhesi (Tavana dan Neumann, 2007). Fenomena keterbasahan penting dalam
berbagai proses alam dan teknologi. Pembasahan padatan telah banyak dipelajari
dari sudut pandang teoritis dan eksperimental selama dua dekade terakhir.
Menurut Adamson and Gast (1997) keterbasahan memiliki arti, sudut
kontak antara larutan dan padatan adalah nol atau mendekati nol, sehingga larutan
akan tersebar di atas permukaan padatan dengan merata, dan ketidakbasahan
padatan berarti memiliki sudut kontak lebih besar dari 90˚, sehingga akan didapati
larutan yang cenderung membentuk bulatan dan tergelincir di atas permukaan.
Berdasarkan penelitian Zisman dan kolega menunjukkan ketika suatu larutan
memiliki harga cosinus sudut kontak (θ) = 1, maka hal itu disebut sebagai tegangan
permukaan kritis dari keterbasahan padatan (γC). Ebnesajjad dan Ebnesajjad (2013)
menyatakan dalam proses keterbasahan larutan yang memiliki kontak disebut
sebagai adhesive dan padatan sebagai adherend. Suatu adhesive yang akan
membasahi permukaan padatan, haruslah memiliki tegangan yang lebih rendah
dibandinng tegangan kritis keterbasahan padatan.

2.2 Sudut Kontak


Sudut kontak didefinisikan sebagai sudut yang terbentuk dari dua garis,
dimana garis pertama adalah batas antara udara dan zat cair yang diteteskan dan
garis kedua merupakan batas yang terbentuk antara zat cair dan zat padat yang
ditetesi. Ketika cairan diteteskan di atas padatan pada udara terbuka, maka beberapa
saat setelah diteteskan cairan akan dalam keadaan setimbang (Gambar 2.1). Pada
keadaan tersebut akan terbentuk sebuah sudut θ yang disebut sebagai sudut kontak
sesuai dengan ilustrasi gambar berikut:

Anda mungkin juga menyukai