Anda di halaman 1dari 19

1.

Tegangan Permukaan
A. Analisis Tegangan Permukaan
Tegangan permukaan zat cair adalah kecenderungan permukaan zat cair
untuk menegang sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan
elastis. Tegangan permukaan zat cair dapat dijelaskan dengan meninjau gaya yang
di alami oleh partikel zat cair berdekatan maka gaya tarik-menariknya besar.
Sebaliknya apabila dua pertikel itu berjauhan maka gaya tarik-menariknya kecil
dengan demikian dapat dikatakan bahwa tiap-tiap partikel hanya ditarik oleh
partikel-partikeldi sekelilingnya. Pada dasarnya, tegangan permukaan zat cair
didefinisikan sebagai besarnya gaya yang di alami oleh tiap satuan panjang pada
permukaan zat cair.
Tegangan permukaan zat cair terjadi karena adanya kohesi, yaitu gaya
tarik menarik antarpartikel sejenis. Contoh yang menggambarkan adanya
tegangan permukaan adalah balon yang terbuat dari sabun. Anda bisa
membuktikannya dengan cara mencelupkan tangan Anda ke dalam air sabun
tersebut, lalu buatlah lingkaran dengan jari jempol dan telunjuk Anda, maka akan
terlihat air sabun yang membentuk bidang datar.

Gambar 1. Dua molekul zat cair yang berbeda posisi


memiliki gaya kohesi yang berbeda.
Perhatikan Gambar 1. Gambar tersebut menunjukkan gaya kohesi yang
bekerja pada molekul A dan molekul B. Molekul A mengalami gaya kohesi dari
segala arah yang sama besar sehingga dapat dinyatakan bahwa molekul tersebut
1

berada dalam keseimbangan. Berbeda dengan molekul B yang terletak pada


permukaan zat cair. Molekul ini hanya mengalami gaya kohesi oleh partikelpartikel yang berada di bawah dan di sampingnya saja. Akibatnya, pada
permukaan air terjadi tarikan ke bawah sehingga permukaan zat cair seperti
selaput tipis. Amatilah jika pisau silet ditempatkan secara melintang pada
permukaan air. Walaupun massa jenisnya lebih besar dibandingkan massa jenis
air, silet tersebut dapat terapung karena adanya tegangan pada permukaan air.
Molekul A yang berada di dalam cairan dikelilingi oleh molekul-molekul
yang lain, di atasnya, di bawahnya, dan di sampingnya. Sedangkan molekul yang
di permukaan hanya dikelilingi partikel yang di samping dan di bawahnya.
Molekul dalam cairan akan mendapat tarikan dari molekul disekelilingnya ke
segala arah sehingga resultan gayanya adalah nol. Molekul B yang di permukaan
mendapat tarikan dari molekul di sampingnya dan di bawahnya, sehingga resultan
gayanya tidak nol.
Jika molekul dinaikkan sedikit maka molekul akan mendapatkan tarikan
ke bawah. Pada molekul B, hanya bekerja gaya yang arahnya ke bawah dan ke
samping, sehingga resultan gaya-gaya yang bekerja berarah ke bawah.

Jika

molekul ditekan sedikit molekul di sekelilingnya akan menariknya ke atas. Gaya


tarik antar- molekul tadi membuat permukaan cairan seperti selaput yang elastis
(Resultan gaya ini yang mengakibatkan lapisan atas zat cair seakan-akan tertutup
oleh selaput yang elastis).

Gambar 2. Menunjukkan resultan gaya yang bekerja pada


sebuah molekul di permukaan.

Molekul air yang ada di permukaan tidak mempunyai gaya tarik-menarik


dengan molekul yang ada di atasnya. Pengaruh gaya tarik dengan molekul udara
yang ada di atas permukaan zat cair dianggap kecil sehingga bisa diabaikan.
Akibatnya, molekul yang berada pada lapisan atas (permukaan) mengalami gaya
tarik-menarik hanya dengan molekul tetangganya seperti yang ada di bagian
bawah, maka timbul gaya untuk melawan gaya tarik ke bawah tersebut sehingga
menghasilkan resultan gaya

yang terentang sepanjang permukaan dan

menyebabkan tibulnya tegangan permukaan.


Pada gambar 2 ditunjukkan diagram benda bebas gaya-gaya yang bekerja
pada sebuah benda yang terapung di permukaan air akibat tegangan permukaan.
Dalam diagram benda bebas nampak bahwa adanya sedikit penurunan permukaan
air akibat tekanan gaya berat molekul (mg) pada permukaan air, sehingga gaya
molekul F, membentuk sudut tertentu terhadap permukaan. Komponen gaya arah
vertical, Fy sama besar dengan gaya berat dari silet sehingga tetap terapung di
permukaan. Resultan gaya dari tegangan permukaaan memberikan kemungkinan
terbentuknya luas permukaan zat cair yang cenderung sekecil mungkin.
Konsekuensi dari adanya tegangan permukaan menyebabkan kecenderungan tetes
zatcair berbentuk bola. Contoh, jika kita meneteskan air atau gelembung air
sabun, maka tetesan air cenderung berbentuk bola. Bentuk bola memberikan luas
permukaan terkecil dengan volume tertentu.
Perhatikan sejumlah tetesan embun pagi yang jatuh di atas rumput. Tetesan
tersebut akan berbentuk seperti bola-bola kecil. Gaya kohesi molekul-molekul
yang terletak pada permukaan air ke arah dalam akan sama besar sehingga tetesan
air tersebut berbentuk bola. Telah di ketahui bahwa bola merupakan bangun ruang
yang memiliki luas permukaan terkecil. Permukan air ini menyerupai selaput
tegang yang elastis.
Untuk mengetahui besar tegangan permukaan tersebut, perhatikanlah
contoh berikut.

Gambar 3. Tegangan permukaan air sabun paa kawat.


Besarnya tegangan permukaan zat cair

dapat ditentukan

dengan

menggunakan sebuah kawat yang dibengkokkan sehingga berbentuk U.


Selanjutnya, seutas kawat lurus dipasang sehingga dapat bergerak pada kaki-kaki
kawat U (Gambar 3). Jika kawat

dicelupkan ke dalam larutan sabun dan

diangkat keluar, maka kawat lurus akan tertarik ke atas.


Ambilah sepotong kawat, kemudian bentuklah menyerupai bentuk U
seperti pada Gambar 3 kedua kaki kawat u dicelupkan dengan kawat AB dengan
panjang

dan berat

1.

. Apabila berat w1 tidak terlalu besar, maka dapat

diseimbangkan dengan menambah beban w2. Jika kawat U dicelupkan ke dalam


bejana yang berisi air sabun, kemudian pada batang AB diberi sebuah beban
seberat

2,

dalam keadaan setimbang kawat lurus dapat digeser tanpa mengubah

keseimbangannya selama suhunya tetap. Pada keadaan setimbang, maka gaya


permukaan air sabun sama dengan gaya berat kawat lurus dijumlahkan dengan
berat beban, akan diperoleh gaya tegangan permukaan F, yaitu :
+

.( 1 )

Oleh karena sisi kawat yang kontak dengan permukaan air ada dua sisi,
sisi luar

, dan sisi dalam

dengan panjang di anggap sama. Jadi, panjang sisi

kawat total yang kontak dengan air sepanjang 2 sehingga tegangan permukaan
pada larutan sabun adalah.

.( 2 )
Keterangan:
= tegangan permukan (N/m), dapat dianggap sebagai gaya setiap satuan
panjang.
panjang kawat (m)
Jika s adalah perpindahan kawat, persamaan di atas dapat di tulis sebagai berikut.
.( 3 )
Jadi, tegangan permukaan dapat pula diartikan sebagai usaha setiap satuan
luas, dan satuannya adalah joule/m2 (J/m2).
Beberapa nilai tegangan permukaan dari berbagai zat cair terlihat dalam tabel
berikut ini:
Tabel 1. Daftar Harga Tegangan Permukaan
Zat Cair

Suhu (0C)

Tegangan Permukaan

Alkohoh, ethyl

20

(N/m)
0,022

Darah

37

0,058

Merkuri (Air Raksa)

20

0,45

Larutan detergen

20

0,025

Air

0,076

Air

20

0,073

Air

100

0,059

Aseton

20

0,024

Gliserin

20

0,063

Air Sabun

20

0,025

Benzena

20

0,030

Helium

-269

0,0012

Karbon Tertrakloria

20

0,027

Minyak Zaitun

20

0,032

Neon

-247

0,0051

Oksigen

-193

0,016

Pada umumnya permukaan zat cair tergantung terhadap suhunya seperti tabel di
bawah ini menunjukan nilai tegangan permukaan zat cair, pada umumnya
tegangan berkurang jika suhu naik.
Tabel 2. Tegangan Permukaan pada beberapa suhu

Dalam tabel tersebut nampak bahwa suhu sangat menentukan besar kecilnya
tegangan permukaan, semakin tinggi suhu semakin kecil harga tegangan
permukaannya. Pengaruh suhu mengakibatkan mudahnya molekul-molekul zat
cair bergerak. Air sabun menunjukkan tegangan yang lebih kecil daripada air
murni. Ini sebabnya mengapa sabun mudah membersihkan kotoran yang
menempel pada pakaian atau benda lain.
B. Penerapan Tegangan Permukaan
Penerapan tegangan permukaan air berbuhungan dengan kemampuan air
membasahi benda. Makin kecil tegangan permukaan air, makin baik kemampuan
air untuk membasahi benda, dan ini berarti kotoran-kotoran pada benda lebih
mudah larut dalam air. Prinsip inilah yang banyak dimanfaatkan dalam kehidupan
fisika sehari-hari.
Mencuci dengan air panas lebih mudah dan menghasilkan cucian yang
lebih bersih. Tegangan permukaan air dipengaruhi oleh suhu. Makin tinggi suhu
air, makin kecil tegangan permukaan air, dan ini berarti makin baik kemampun air
untuk membasahi benda. Karena itu, mencuci dengan air panas menyebabkan
kotoran pada pakaian lebih mudah larut dan cucian menjadi lebih bersih.

Detergen sintesis modern juga didesain untuk meningkatkan kemampuan


air membasahi kotoran yang melekat pada pakaian, yaitu dengan menurunkan
tegangan permukaan air. Banyak kotoran pakaian yang tidak larut di dalam air
segar, tetapi larut di dalam air. Banyak kotoran yang tidak larut di dalam air segar,
tetapi larut di dalam air diberi detergen. Pengaruh detergen dpat dilihat dengan
meneteskan air segar dan air yang mengandung detergen ke atas lilin yang bersih.
Air segar tidak membasahi lilin dan bentuk butirannya tidak banyak berubah.
Akan tetapi, tetes air yang mengandung detergen membasahi lilin, dan butir air
menyebar. Tampak bahwa detergen memperkecil tegangan permukaan air,
sehingga air mampu membasahi lilin.
Contoh dalam keseharian dapat anda lihat pada itik yang berenang di air.
Itik dapat berenang di air karena bulu-bulunya tidak basah oleh air. Jika air diberi
ditergen, basah oleh air. Akibatkannya, itik akan tenggelam.
Antiseptik yang dipakai untuk mengobatii luka, selain memiliki daya
bunuh kuman yang baik, juga memilki tegangan permukaan yang rendah sehingga
antiseptik dapat membasahi seluruh luka. Jadi, alkohol dan hamper semua
antiseptic memiliki tegangan permukaan yang rendah.
Contoh lainnya adalah balon yang terbuat dari air sabun Anda bisa
membuktikannya dengan cara mencelupkan tangan Anda kedalam air sabun
tersebut, lalu buatlah lingkaran dengan jari jempol dan telunjuk anda, maka akan
terlihat air saun yang membentuk bidang datar.
Perhatikan sejumlah tetesan embun pagi yang jatuh di atas rumput. Tetesan
tersebut akan berbentuk bola-bola kecil. Gaya kohesi molekul-molekul yang
terletak pada permukaan air ke arah dalam akan sama besar sehingga tetesan air
tersebut akan membentuk bola. Telah diketahui bahwa bola merupakan bangun
ruang yang memiliki luar permukaan terkecil. Permukaan air ini menyerupai
selaput tegang yang elastis.

Gambar 4.Tetesan air yang jatuh ke atas rumput


Apabila sebuah silet diletakkan mendatar pada permukaan air dengan hatihati, ternyata silet mengapung. Padahal massa jenis silet lebih esar dari massa
jenis air. Zat cair yang keluar dari suatu pipet bukan sebagai aliran tapi sebagai
tetesan. Nyamuk atau serangga dapat hinggap di permukaan air.

(a)

(b)
Gambar 5. (Sumber: Ensiklopedi Indonesia seri Fauna Serangga, 1996)
Gambar (a): seekor serangga dapat hinggap di atas permukaan air dan tidak
tenggelam

Gambar (b): sebuah silet yang diletakkan secara perlahan-lahan di atas permukaan
air dapat terapung.
Jika kita amati contoh-contoh di atas ternyata permukaan air tertekan ke bawah
karena berat silet atau nyamuk.
Sering terlihat peristiwa-peristiwa alam yang tidak diperhatikan dengan
teliti, misalnya tetes-tetes zat cair pada pipa kran yang bukan sebagai suatu aliran,
mainan gelembung-gelembung sabun, gelembung-gelembung air pada sarang
laba-laba, pisau silet yang diletakkan perlahan-lahan di atas permukaan air yang
terapung, atau naiknya air pada pipa kapiler.

Gambar 6. Contoh tegangan permukaan


Hal tersebut dapat terjadi karena adanya gaya-gaya yang bekerja pada permukaan
zat cair atau pada batas antara zat cair dengan benda lain. Fenomena itu dikenal
dengan tegangan permukaan.
Contoh tegangan permukaan yang lain dapat kita lihat jika memasukkan
sebuah gelang kawat yang dipasang benang ke dalam larutan sabun. Setelah
dimasukkan ke dalam larutan sabun, pada gelang kawat akan terdapat selaput
tipis. Jika bagian tengah jerat benang ditusuk hingga pecah akan terlihat jerat
benang yang pada mulanya berbentuk tidak beraturan, berubah menjadi berbentuk
lingkaran. Gelang kawat dan jerat benang yang dicelupkan ke dalam larutan sabun
sebelum dan sesudah selaput tipis bagian tengahnya ditusuk terlihat seperti pada
Gambar 7 berikut.

Gambar 7. Sebuah gelang kawat yang dipasang benang ke dalam larutan sabun
(a) Gelang kawat dengan bentangan benang di tengahnya ketika dimasukkan ke
dalam larutan sabun.
(b) Setelah gelang kawat dicelupkan ke dalam larutan sabun, benang menjadi
teregang dan membentuk lingkaran.
Gambar 7 (b) menunjukkan bahwa permukaan zat cair dapat dianggap berada
dalam keadaan tegang sehingga zat-zat pada kedua sisi garis saling tarik-menarik.

10

2. KAPILARITAS
A. Meniskus Cembung dan Meniskus Cekung
Peristiwa air membasahi dinding, atau raksa tidak membasahi dinding
dapat dijelaskan dengan memperhatikan gaya tarik-menarik antarpartikel. Gaya
tarik-menarik antarpartikel sejenis disebut kohesi, sedangkan gaya tarik- menarik
antarpartikel tidak sejenis disebut adhesi. Air membasahi dinding kaca karena
adanya gaya kohesi antarpartikel air yang lebih kecil daripada gaya adhesi antara
partikel air dan partikel dinding kaca. Sedangkan, raksa memiliki gaya kohesi
lebih besar daripada gaya adhesinya dengan dinding kaca sehingga tidak
membasahi dinding kaca. Gaya adhesi air yang lebih besar dari kohesinya
menyebabkan permukaan air berbentuk meniscus cekung, sedangkan gaya kohesi
raksa lebih besar dari gaya adhesinya sehingga menyebabkan permukaan raksa
berbentuk meniskus cembung. Jika zat cair dimasukkan ke dalam suatu pipa
kapiler, permukaan zat cair tersebut akan melengkung. Permukaan melengkung
zat cair di dalam pipa disebut meniskus.

Gambar 8. (a) Menikus cekung


(b) Menikus cekung
11

Contoh gaya adhesi adalah tetesan air pada permukaan kaca yang lama
lama akan meluas. Hal tersebut terjadi karena gaya adhesi partikel-partikel kaca
dan air lebih besar daripada gaya kohesi. Berbeda dengan air, jika raksa diteteskan
pada permukaan kaca maka raksa tersebut akan menggumpal, penggumpalan
raksa terjadi karena gaya kohesi leih besar daripada gaya adhesinya.Akibat
fenomena tersebut, jika kedua cairan terseut dimasukkan ke dalam tabung kaca,
akan terlihat seperti pada gambar 4. Diketahui Fk adalah gaya kohesi dan FA adalah
gaya adhesi. Gambar 8(a) menunjukkan meniskus cekung yang terjadi karena
gaya adhesi lebih besar daripada gaya kohesi. Adapun gambar 4(b) merupakan
meniskus cembung.yang terjadi karena gaya kohesi yang lebih besar daripada
gaya adhesi. Sudut kontak pada meniskus cekung adalah sudut lancip (<90 ).
Sebaliknya sudut kontak pada meniskus cembung adalah sudut tumpul (>90).
Sudut kontak () antara zat cair dengan dinding adalah sudut antara
permukaan zat cair dengan permukaan dinding pada titik persentuhan zat cair
dengan dinding. Jika suatu zat cair membasahi dinding pipa, sudut kontaknya
kurang dari 90 dan zat cair itu naik hingga mencapai tinggi kesetimbangan. Zat
pencemar yang ditambahkan pada zat cair akan mengubah sudut kontak itu,
misalnya detergent mengubah sudut kontak yang besarnya lebih dari 90 menjadi
lebih kecil dari 90. Sebaliknya, zat-zat yang membuat kain tahan air (waterproof)
menyebabkan sudut kontak air dengan kain menjadi lebih besar dari 90. Berikut
beberapa nilai sudut kontak antara zat cair dan dinding pipa kapilernya.
Tabel 3. Sudut Kontak Beberapa Zat cair

12

Permukaan air dalam bejana secara bebas membentuk kurva menghadap


ke atas (konkaf), maka dikatakan zat cairnya membasahi dinding bejana. Jika zat
cairnya tidak membasahi dinding, maka kurva permukaan akan menghadap ke
bawah (konveks).

Gambar 9. Sudut kontak


Bentuk kurva dari permukaan zat cair disebut menikus (dalam bahasa
Yunani berarti bulan sabit). Bila sebuah pipa kapiler salah ujungnya dicelupkan
secara vertical ke dalam resevior zat naik ke atas, sehingga permukaan air dalam
kapiler lebih tinggi dari permukaan air di sekelilingnya karena air bersifat
membasahi dinding. Peristiwa kapilaritas ini disebabkan oleh adanya tegangan
permukaan dan gaya adhesi. Gaya adhesi menarik zat cair ke atas sepanjang
dinding tabung dan kohesi (tegangan permukaan) menarik kolom air ke atas.

13

B. Gejala Kapilaritas
Kapilaritas adalah peristiwa naik turunnya zat cair di dalam pipa kapiler
(pipa kapiler). Gejala ini disebabkan oleh gaya kohesi dari tegangan permukaan
dan gaya antara zat cair dan tabung kaca (pipa kapiler). Alat yang dapat digunakan
untuk mengamati gejala kapilaritas adalah pipa kapiler. Kapiler berasal dari
bahasa latin yang berarti seperti rambut (pembuluh darah yang kecil juga disebut
kapillari).

(a)

(b)

Gambar 10. Gejala Kapilaritas, disebabkan gaya kohesi dan gaya adhesi.
Jika pipa kapiler dimasukkan ke dalam tabung yang berisi air, permukaan
air di dalam pipa akan naik seperti terlihat pada gambar 10 (a) Akan tetapi, jika
pipa kapiler dimasukkan ke dalam tabung raksa, permukaan raksa di dalam tabung
tersebut akan turun.

Gambar 11. Gejala kapilaritas pada pipa kapiler


Perhatikan gambar Pada zat cair yang mengalami menikus cekung,
tegangan permukaan menarik pipa ke arah bawah karena tidak seimbang oleh
gaya tegangan permukaan yang lain. Sesuai dengan hukum III Newton tentang

14

aksi-reaksi, pipa akan melakukan gaya yang sama besar pada zat cair, tetapi dalam
arah berlawanan. Gaya inilah yang menyebabkan zat cair naik.

Gambar 12. Analisis gejala kapiler.


Perhatikan gambar 12 Bentuk pipa kapiler yang menyerupai tabung akan
menyebabkan zat cair menyentuh dinding sebelah dalam sehingga permukaan zat
cair menarik pipa dengan gaya sebesar Fy. Gaya ke atas Fy sehubungan dengan
tegangan permukaan yang bekerja sepanjang keliling permukaan dalam pipa
kapiler adalah hasil kali komponen ke atas tegangan permukaan (y pada gambar)
dengan keliling permukaan dalam pipa kapiler, adapun keliling pipa kapiler
.
Dinding pipa kapiler memberikan gaya reaksi terhadap zat cair sebesar
..............................................(4)
karena y = cos
...(5)
Gaya ini diimbangi oleh berat zat cair setinggi y dalam pipa, yaitu sebesar
w = m g (6)
Jika massa jenis zat cair adalah , tegangan permukaan , kenaikan zat cair
setinggi h, dan jari-jari pipa kapiler adalah r, maka berat zat cair yang naik adalah
w=mg
w=Vg
w = r2 y g ...(7)

15

Zat cair berhenti naik (keadaan seimbang) ketika berat kolom zat cair yang
naik sama dengan komponen gaya ke atas yang dikerjakan pada zat cair dari gaya
adhesi sehubungan dengan tegangan permukaan (w = F y) karena komponen gaya
vertikal yang menarik zat cair sehingga naik setinggi h adalah F = ( cos )( 2
R ) = 2 R cos . Maka, apabila nilai F y anda ganti dengan R2 h g, maka
persamaannya menjadi seperti berikut.
w = Fy ...........................................................(8)
r2 y g = 2 r cos ...(9)
Sehingga diperoleh tinggi zat cair di dalam pipa kapiler, yaitu:
...(10)

Keterangan:
y = kenaikan / penurunan zat cair dalam pipa (m)
= tegangan permukaan dalam pipa kapiler (N/m)
= sudut kontak (o)
= massa jenis zat cair (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
r = jari-jari pipa kapiler (m)

Kenaikan/penurunan zat cair dalam pipa kapiler:


-

Untuk zat cair meniskus cekung (misalnya air), sudut kontak adalah lancip.
Nilai cos pada persamaan bernilai positif, sehingga y bernilai positif, dan ini
berarti zat cair naik.

Untuk zat cair meniskus cembung (misalnya raksa) sudut kontak adalah
tumpul. Nilai cos pada persamaan bernilai negatif. Sehingga y bernilai
negatif. Dan ini berarti zat cair turun.

16

Gambar 13. Pipa kapiler dalam air dan raksa


Gambar (a) : Pipa kapiler dimasukkan ke dalam air, permukaan air didalam pipa
kapiler lebih tinggi dibandingkan permukaan air di luar pipa kapiler. Hal itu
disebabkan adhesi air dengan kaca lebih besar dibandingkan kohesi antarmolekul
air.
Gambar (b) :Pipa kapiler dimasukkan ke dalam raksa, ternyata permukaan raksa
di dalam kapiler lebih rendah dibandingkan raksa di luar pipa kapiler. Hal tersebut
kohesi raksa lebih besar dibanding adhesi raksa dengan kaca.
Dari gejala kapilaritas tersebut diperoleh :
a. Jika adhesi > kohesi, maka :
1)

Sudut kontak () < 90o

2)

Bentuk permukaan zat cair dalam pipa kapiler cekung (minikus cekung)

3)

Zat cair dikatakan membahasi pipa kapiler

4)

Ketinggian permukaanzat cair dalam beberapa pipa kapiler yang


berhubungan sebagai berikut.

Gambar 14. Permukaan air dalam beberapa pipa kapilar


b. Jika kohesi > adhesi

17

1)

Sudut kontak () > 90o

2)

Bentuk zat cair dalam pipa kapiler cembung (minikus cembung)

3)

Zat cair dikatakan tidak membahasi pipa kapiler

4)

Ketinggian permukaan zat cair dalam beberapa pipa kapiler yang


berhubungan sebagai berikut.

Gambar 15. Permukaan raksa dalam beberapa pipa kapiler


C. Penerapan Kapilaritas
Berikut ini beberapa contoh yang menunjukkan gejala kapilaritas dalam
kehidupan sehari-hari.
a. Naiknya minyak tanah melalui sumbu kompor sehingga kompor bisa
dinyalakan.
b. Kain dan kertas isap dapat menghisap cairan.
c. Air dari akar dapat naik pada batang pohon melalui pembuluh kayu.

Gambar. Gejala kapilaritas dalam kehidupan sehari-hari


Selain itu, Kapilaritas terjadi dalam penyerapan air oleh kertas tissue,
naiknya lilin leleh pada sumbu lilin, dan masih banyak fenomena lain dalam
kehidupan sehari-hari. Darah dipompa melalui arteri dan urat dalam tubuh anda,
18

tetapi kapilaritas berperan penting dalam menyebabkan aliran melalui pembuluh


darah yang paling kecil, yang bahkan disebut pembuluh kapiler.
Selain keuntungan, kapilaritas dapat menimbulkan beberapa masalah
berikut ini.
a. Air hujan merembes dari dinding luar, sehingga dinding dalam juga basah.
b. Air dari dinding bawah rumah merembes naik melalui batu bata menuju ke atas
sehingga dinding rumah lembap.

19

Anda mungkin juga menyukai