Anda di halaman 1dari 16

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Komunikasi Antarpribadi” ini
tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Dosen dari mata kuliah Komunikasi Bisnis. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan juga
inspirasi terhadap pembaca.

Kupang, September 2022

Penulis

1
Daftar Isi
Judul .................................................................................................................................. 1
Kata Pengantar ................................................................................................................ 2
Daftar Isi ........................................................................................................................... 3

BAB I Pendahuluan ......................................................................................................... 4


1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 4
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 4

BAB II Pembahasan ........................................................................................................ 5


2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi .................................................................. 5
2.2 Tujuan Komunikasi Antarpribadi ........................................................................ 5
2.3 Gaya Kepemimpinan .............................................................................................. 7
2.4 Kebutuhan Manusia ............................................................................................... 12
2.5 Mendengarkan sebagai Keahlian Komunikasi Antarpribadi ............................ 14

BAB III Penutup .............................................................................................................. 16


3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 16
3.2 Saran ........................................................................................................................ 16

Daftar Pustaka ................................................................................................................. 17

2
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Manusia melakukan komunikasi setiap saat dalam setiap setting kehidupan baik itu
antara individu dengan individu dan individu dengan kelompok. Manusia sebagai makhluk
sosial tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Manusia perlu dan harus
berkomunikasi dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologis, seperti minum, makan,
dan memenuhi kebutuhan psikologis, seperti kebahagiaan, sukses, rasa ingin tahu, dan lain-
lain. Komunikasi dapat terjadi pada siapa saja, baik antara guru dan muridnya, orang tua
dengan anak, pedagang dengan pembeli, dan sebagainya. Pada dasarnya komunikasi tidak
hanya berupa memberitahukan dan mendengarkan saja. Komunikasi harus mengandung
informasi, sikap, ide, opini atau pendapat. Komunikasi merupakan suatu proses mulai dari
merancang pesan, mendengarkan pesan, menginterpretasikan pesan, memahami pesan, sampai
pada penyampaian pesan kembali oleh penerima (komunikan) untuk mencapai kesepakatan
atau tujuan bersama. Salah satu jenis komunikasi, yaitu komunikasi antarpribadi yang
merupakan jenis komunikasi yang efektif. Komunikasi antar pribadi didefinisikan sebagai
proses hubungan yang tercipta, tumbuh dan berkembang antar individu yang satu (sebagai
komunikator) dengan individu lain (sebagai komunikan), komunikator dengan gayanya sendiri
menyampaikan pesan kepada komunikan, sedangkan komunikan dengan gayanya sendiri
menerima pesan dari komunikator. Dalam komunikasi antar pribadi kita sebagai pelaku
komunikasi harus mengetahui dan memahami syarat, unsur-unsur, dan cara berkomunikasi
yang efektif. Selain itu juga perlu memahami fungsi komunikasi antar pribadi, hal-hal yang
mempengaruhi komunikasi antar pribadi, komunikasi antar pribadi yang efektif hingga
implementasinya dalam kegiatan konseling. Semua itu akan dibahas oleh penulis dalam
makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa itu komunikasi antarpribadi?
b. Apa tujuan dari komunikasi antarpribadi?
c. Apa perbedaan dari berbagai aneka gaya kepemimpinan?
d. Apa itu teori kebutuhan manusia?
e. Bagaimana mendengarkan dijadikan sebagai keahlian berkomunikasi antarpribadi?

1.3 Tujuan
a. Menjelaskan pengertian komunikasi antarpribadi
b. Memahami tujuan komunikasi antarpribadi
c. Membedakan aneka gaya kepemimpinan
d. Menjelaskan teori kebutuhan manusia
e. Menjelaskan bagaimana mendengarkan sebagai keahlian berkomunikasi
antarpribadi

3
BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi
Setiap individu dalam suatu organisasi (bisnis maupun nonbisnis) dalam kehidupan
sehari-harinya tidak dapat dilepaskan dengan dunia komunikasi. Salah satu jenis komunikasi
adalah komunikasi antarpribadi (interpersonal communications). Apa yang dimaksud dengan
komunikasi antarpribadi? Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang dilakukan antara
seseorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat maupun organisasi (bisnis dan nonbisnis),
dengan menggunakan media komunikasi tertentu dan bahasa yang mudah dipahami (informal)
untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut, paling tidak ada empat hal penting yang perlu
diperhatikan, antara lain:
• Komunikasi dilakukan oleh dua orang arau lebih.
• Menggunakan media tertentu, misalnya telepon, telepon seluler, atau bertatap muka
(face-to-face).
• Bahasa yang digunakan bersifat informal (tidak baku), dapat menggunakan bahasa
daerah, bahasa pergaulan, atau bahasa campuran.
• Tujuan yang ingin dicapai dapat bersifat personal (pribadi) bila komunikasi terjadi
dalam suatu masyarakat, dan untuk pelaksanaan tugas pekerjaan bila komunikasi terjadi
dalam suatu organisasi.
Di dalam suatu masyarakat, komunikasi antarpribadi merupakan bentuk komunikasi
antara seseorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu
yang bersifat pribadi. Sedangkan dalam suatu organisasi (bisnis dan nonbisnis), komunikasi
antarpribadi atau antarindividu merupakan komunikasi yang terjadi antara manajer dengan
karyawan atau antara karyawan yang satu dengan karyawan yang lain dengan menggunakan
media tertentu untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang bersifat pribadi.
Disini pembahasan yang berkaitan dengan komunikasi antarpribadi lebih menekankan
bagaimana komunikasi antarpribadi atau antarindividu tersebut terjadi dalarn suatu organisasi
baik organisasi bisnis maupun nonbisnis, bukan yang terjadi dalam masyarakat pada umumnya.
Dalam suatu organisasi, pola komunikasi yang terbangun dalam komunikasi antarpribadi
lebih bersifat informal atau tidak formal. Oleh karena komunikasi antarpribadi ini bersifat
informal, maka bahasa yang digunakan dalam penyampaian pesan juga tidak bersifat formal.
Yang terpenting dalam hal ini adalah bagaimana penerima pesan tersebut dapat memahami
pesan yang disampaikan dengan baik. Apa saja yang disampaikan dalam komunikasi
antarpribadi tersebut? Substansi pesan-pesan yang disampaikan dalam komunikasi antarpribadi
tentu saja sangatlah beragam atau bervariasi sesuai dengan tujuan masing-masing individu itu
sendiri: mulai dari masalah keluarga hingga masalah pekerjaan. Dengan kata lain, topik
pembicaraan dalam komunikasi antarpribadi sangatlah kompleks.

2.2 Tujuan Komunikasi Antarpribadi


Seseorang berkomunikasi dengan orang lain tentu saja mempunyai tujuan tertentu,
termasuk di dalamnya komunikasi antarpribadi. Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam
komunikasi antarpribadi, antara lain:

4
➢ Menyampaikan Informasi
Ketika berkomunikasi dengan orang lain, tentu saja seseorang memiliki berbagai
macam tujuan dan harapan. Salah satu di antaranya adalah untuk menyampaikan
informasi kepada orang lain, agar orang tersebut mengetahui sesuatu. Sebagai contoh,
seseorang menyampaikan informasi kepada temannya bahwa akan diselenggarakan
pameran elektronik pada tanggal 2 hingga 14 Mei 2011 di Gedung Wisata Duta
Surakarta. Mengapa pesan tersebut perlu disampaikan kepada orang lain (temannya)?
Salah satu alasannya adalah bahwa temannya tersebut adalah salah seorang penggemar
dunia elektronik, sehingga sangatlah sayang kalau kesempatan langka tersebut tidak
disampaikan kepadanya. Contoh yang lain adalah ketika seseorang menyampaikan
informasi kepada teman sejawat (sekantor) tentang rencana bersepeda santai ke objek
wisata Tawangmangu sekaligus untuk menyegarkan pikiran.
➢ Berbagi Pengalaman
Selain menyampaikan informasi, komunikasi antarpribadi juga memiliki tujuan untuk
saling membagi pengalaman pribadi kepada orang lain mengenai hal-hal yang
menyenangkan maupun hal-hal yang menyedihkan/menyusahkan. Saling berbagi rasa
ini pada umumnya tidak disampaikan kepada setiap orang, tetapi hanya kepada
seseorang yang dapat dipercaya atau teman dekatnya saja. Ketika terpilih menjadi salah
satu pemenang Kontes Kreativitas 2011 misalnya, maka seseorang dapat berbagi
pengalaman yang sangat berharga dengan orang lain tentang proses menuju sukses.
Sebaliknya, ketika sedang ditimpa suatu musibah, maka seseorang juga dapat saling
berbagi pengalaman pahitnya kehidupan dengan orang lain atau teman dekatnya.
➢ Menumbuhkan Simpati
Simpati adalah suatu sikap positif yang ditunjukkan oleh seseorang yang muncul dari
lubuk hati yang paling dalam untuk ikut merasakan bagaimana beban derita, usibah,
kesedihan, dan kepiluan yang sedang dirasakan oleh orang lain. Komunikasi dapat juga
digunakan untuk menumbuhkan rasa simpati seseorang kepada orang ain. Berbagai
cara untuk menumbuhkan rasa simpati seseorang kepada orang lain antara lain dapat
dilakukan dalam bentuk dukungan moral, bantuan dana, Obat-obatan, aneka barang
kebutuhan pokok, perlengkapan rumah, perlengkapan Penerangan, bahan bangunan,
dan menjadi sukarelawan. Sebagai contoh, seorang karyawan suatu perusahaan dapat
menunjukkan rasa Simpatinya dengan memberikan dukungan moral dan finansial
kepada teman-teman Iainnya yang sedang berusaha menuntut hak-hak mereka kepada
pihak manajemen perusahaan yang dilakukan dengan cara berunjuk rasa dengan cara
yang simpatik, Cara-cara yang baik (tidak anarkis). Contoh yang lain, seorang
karyawan suatu perusahaan dapat menunjukkan rasa simpatinya kepada teman sejawat
yang sedang ditimpa musibah dengan cara mengunjungi rumahnya atau bersilaturahmi
dengan memberikan bantuan sejumlah uang untuk membantu mengurangi beban biaya
pengobatan temannya. Rasa simpati juga dapat diwujudkan dalam bentuk yang
berbeda, yaitu menjadi sukarelawan di daerah yang sedang ditimpa musibah atau
bencana. Masih segar dalam ingatan kita mengalirnya rasa simpati yang luar biasa dari
masyarakat Indonesia dan masyarakat internasional berkaitan dengan terjadinya
musibah gempa dan badai Tsunami yang menimpa masyarakat di Nangroe Aceh
Darussalam (NAD) dan Sumatra Utara pada hari Minggu 26 Desember 2004 yang
menelan korban harta dan jiwa manusia dalam jumlah yang besar. Rasa simpati tumbuh

5
dari lubuk hati yang paling dalam dari siapa saja tanpa meliha: asal-usul suku, agama,
daerah, negara, maupun golongan.
➢ Melakukan Kerja Sama
Tujuan komunikasi antarpribadi yang lainnya adalah untuk melakukan kerja sama
antara seseorang dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu atau untuk
melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kedua belah pihak. Sebagai contoh, seseorang
melakukan kerja sama atau saling membantu antara seseorang dengan orang lain di
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu. Adanya kerja sama yang baik antara
seseorang dengan orang lain tersebut akan semakin mempermudah dan mempercepat
penyelesaian suatu pekerjaan.
➢ Menceritakan Kekecewaan atau Kekesalan
Komunikasi antarpribadi juga dapat digunakan seseorang untuk menceritakan rasa
kecewa atau kekesalan kepada orang lain. Pengungkapan segala bentuk kekecewaan
atau kekesalan secara tepat secara tidak langsung akan dapat mengurangi beban pikiran.
Dalam bahasa Jawa, orang yang sudah dapat mengungkapkan isi hatinya kepada orang
lain yang dianggap dapat membantu memberikan solusi, akan meras “plong” atau lega,
seperti tidak ada beban pikiran dalam dirinya. Oleh karena itu sering kali kita
mendengar saran (nasihat) para orang tua atau sesepuh bahwa kalau seseorang sedang
menghadapi suatu permasalahan sebaiknya jangan disimpan di hati tetapi dapat
disampaikan (“curhat”) kepada orang lain secara tepat dan meminta saran bagi
pemecahan masalah yang dihadapi. Apabila setiap permasalahan yang ada disimpan
sendiri, beban pikiran yang ditanggung akan semakin berat dan semakin mempersulit
dirinya. Selanjutnya, kalau seseorang beban pikirannya semakin berat, bukan tidak
mustahil kalau ujung-ujungnya mengarah pada sakit kejiwaan atau stres. Komunikasi
antarpribadi tersebut bukan saja merupakan cara untuk mencurahkan isi hati, tetapi juga
merupakan cara mencari jalan keluar atau alternatif solusi masalah yang dihadapi.
➢ Menumbuhkan Motivasi
Melalui komunikasi antarpribadi, seseorang dapat memotivasi orang lain untuk
melakukan sesuatu yang baik dan positif. Motivasi adalah dorongan kuat dari dalam
diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Pada dasarnya, seseorang cenderung untuk
melakukan sesuatu karena dimotivasi orang lain dengan berbagai cara, seperti
pemberian insentif yang bersifat finansial maupun nonfinansial, seperti pemberian
pengakuan atas prestasi kerjanya, dan memberikan penghargaan kepada orang lain.
2.3 Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan suatu cara bagaimana seorang pemimpin
mempengaruhi, mengarahkan, memotivasi, dan mengendalikan bawahannya dengan cara-cara
tertentu, sehingga bawahan dapat menyelesaikan tugas pekerjaannya secara efektif dan efisien.
Dalam dunia bisnis, penerapan gaya kepemimpinan (leadership style) seseorang akan
dapat mempengaruhi sikap dan perilaku bawahannya (para karyawan/pegawai) dalam
melakukan pekerjaan mereka. Kepemimpinan dalam suatu organisasi terjadi karena adanya
interaksi antara tiga komponen penting, yaitu manajer, karyawan, dan situasi atau kondisi
lingkungan kerja tertentu.
Salah satu teori yang mampu memberikan gambaran gaya kepemimpinan seseorang
adalah Teori X dan Y. Selain Teori X dan Y, ada juga empat gaya kepemimpinan menurut
Ludlow dan Panton, gaya kepemimpinan Situasional, dan beberapa komponen penting dalam

6
kepemimpinan inti (core leadership) yang perlu dimiliki oleh seorang manajer suatu organisasi
baik bisnis maupun nonbisnis.
➢ Teori X dan Y
Salah satu model perilaku kepemimpinan adalah Teori X dan Y yang dikemukakan oleh
Douglas McGregor. Teori X dan Y didasarkan pada berbagai asumsi tentang para
karyawan/pegawai dan bagaimana memotivasi mereka. Asumsi yang dikembangkan
dalam Teori X pada dasarnya cenderung negatif dan gaya kepemimpinan yang
diterapkan dalam suatu organisasi adalah gaya kepemimpinan petunjuk (directive
leadership style). Gaya kepemimpinan petunjuk sangatlah tepat diterapkan manakala
karyawan yang menjadi bawahannya tersebut cenderung pasif, malas bekerja, tidak
kreatif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, peran pengarahan yang dilakukan oleh
manajer suatu organisasi menjadi sangatlah dominan dan penting bagi kemajuan
organisasinya. Tanpa arahan yang jelas dan baik, kinerja karyawan akan buruk, tugas-
tugas pekerjaan yang dibebankan tidak dapat diselesaikan tepat waktu, atau kualitas
penyelesaian pekerjaannya rendah.
Dalam hal ini, komunikasi yang dikembangkan antara manajer dengan para
karyawannya cenderung menjadi komunikasi satu arah yaitu komunikasi dari manajer
ke bawahan (top-down communications). Sumber komunikasi lebih didominasi dari
manajer, sehingga bawahan cenderung hanya mengiyakan, tidak punya inisiatif, dan
tinggal melaksanakan saja tanpa memahami apa maksud dan tujuan atau latar belakang
pelaksanaan tugas tersebut.
Sementara itu, asumsi yang dikembangkan dalam Teori Y pada dasarnya cenderung
positif dan gaya kepemimpinan yang diterapkannya adalah gaya kepemimpinan
partisipatif (participative leadership style). Dalam Teori Y diasumsikan bahwa
karyawan cenderung berperilaku positif. Karyawan pada dasarnya memiliki semangat
kerja yang tinggi, tidak malas bekerja, ingin kerja mandiri, dan memiliki komitmen
yang tinggi dalam mencapai tujuan suatu organisasi. Di samping itu, karyawan juga
memiliki kecenderungan untuk memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap
setiap pekerjaan yang mereka kerjakan. Oleh karena itu, gaya kepemimpinan yang
diterapkan dalam situasi tersebut adalah gaya kepemimpinan partisipatif di mana para
karyawan dilibatkan di dalam proses pengambilan keputusan. Dalam gaya
kepemimpinan partisipatif tersebut, komunikasi yang dikembangkan antara manajer
dan bawahan adalah komunikasi dua arah. Manajer juga memberikan kesempatan
kepada bawahan untuk menyampaikan ide atau gagasannya (masukan), yang sangat
berharga bagi pengembangan suatu organisasi.
Ringkasnya, dalam Teori X dan Y Douglas McGregor berusaha mengungkapkan
bagaimana perilaku karyawan dalam bekerja dan sekaligus bagaimana gaya
kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam situasi lingkungan kerja yang berbeda,
termasuk bagaimana komunikasi antarpribadi (manajer dan bawahan) tersebut
dikembangkan dalam lingkungan kerjanya.
➢ Empat Gaya Kepemimpinan
Apapun gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam suatu organisasi, maka komunikasi
antarpribadi yaitu manajer dan bawahan (karyawan) harus tetap terjaga dengan baik.
Menurut Ludlow dan Panton, terdapat empat gaya kepemimpinan (leadership style)
yang dapat diterapkan dalam situasi dan kondisi yang juga berbeda, antara lain:

7
pengarahan (directing), pembekalan (coaching), dukungan (supporting), dan
pendelegasian (delegating).
❖ Pengarahan
Gaya kepemimpinan pengarahan (directing) tepat digunakan pada situasi dan
kondisi di mana para karyawan belum memiliki pengalaman yang cukup dalam
menjalankan suatu tugas tertentu. Di samping itu, tugas pekerjaan yang harus
diselesaikan juga cenderung kompleks dan rumit. Oleh karena itu, seorang
manajer harus mampu menjelaskan sejelas mungkin dan rinci tentang apa yang
harus dikerjakan, bagaimana cara mengerjakan, dan kapan pekerjaan tersebut
harus dapat diselesaikan.
❖ Pembekalan
Gaya kepemimpinan pembekalan (coaching) tepat digunakan pada situasi dan
kondisi di mana para karyawan telah memiliki pengalaman yang cukup dalam
menyelesaikan pekerjaan. Di samping itu, para karyawan memiliki motivasi
yang cukup tinggi dalam menyelesaikan setiap pekerjaannya. Dalam hal ini,
seorang manajer perlu juga memberikan penjclasan seperlunya terhadap tugas
dan pekerjaan yang belum dipahami dengan baik oleh para karyawan.
❖ Dukungan
Gaya kepemimpinan dukungan (supporting) tepat digunakan pada situasi dan
kondisi di mana para karyawan telah mengenal teknik-teknik yang dituntut dan
telah mengembangkan hubungan yang baik dengan seorang manajer. Dalam hal
ini, seorang manajer lebih banyak terlibat dalam berbagai keputusan kerja dan
memperoleh berbagai masukan atau saran-saran dari para karyawan yang sangat
berharga bagi peningkatan prestasi kerja.
❖ Pendelegasian
Gaya kepemimpinan pendelegasian (delegating) tepat digunakan pada situasi
dan kondisi di mana para karyawan telah memahami dengan baik tugas-tugas
pekerjaan yang harus diselesaikan, sehingga mereka layak untuk menerima
pendelegasian tugas dari seorang manajer. Meskipun telah mendelegasikan
sebagian tugas pekerjaannya, seorang manajer juga harus tetap melakukan
pemantauan (monitoring) atas kinerja para karyawannya, untuk memastikan
bahwa mereka tetap berada pada jalur sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
➢ Gaya Kepemimpinan Situasional
Di dalam praktiknya, gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang manajer suatu
organisasi (bisnis dan nonbisnis) dapat saja berubah seiring dengan perubahan
dinamika yang berkembang dalam diri para karyawan. Sebagaimana diketahui, para
karyawan termasuk salah satu komponen dalam lingkungan organisasi yang dinamis
dan bukan statis. Para karyawan yang pada awalnya tidak memiliki kemampuan kerja
apa-apa masih memerlukan bimbingan kerja, tetapi karena ketekunan dan keuletan
mereka bekerja, pada suatu saat tertentu mereka telah memiliki kemampuan yang baik
tentang bagaimana menyelesaikan tugas dan pekerjaannya dengan baik. Oleh karena
itu, gaya kepemimpinan yang telah dipilih dalam suatu situasi dan kondisi tertentu
barangkali tepat diterapkan pada saat itu, terapi jika situasi dan kundisi yang telah

8
berubah, gaya kepemimpinan yang diterapkan juga dapat berubah. Gaya kepemimpinan
seperti itu adalah yaya kepemimpinan situasional (situational leadership), sebagaimana
dikemukakan oleh Harsey dan Blanchard. Ada tiga kemampuan/keterampilan penting
yang perlu Giperhatikan dalam menerapkan kepemimpinan situasional tersebut, antara
lain:
❖ Keterampilan Analitis
Keterampilan analitis (analytical skills) merupakan keterampilan yang harus
dimiliki oleh seorang manajer dalam melakukan evaluasi atau penilaian kinerja
bawahan (karyawan) dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Seorang manajer
harus dapat mengevaluasi apakah kinerja bawahan semakin baik atau semakin
buruk dibandingkan dengan kinerja sebelumnya. Kalau kinerja karyawan
cenderung menurun, maka seorang manajer juga harus mampu memberikan
dorongan atau motivasi yang tepat agar mereka dapat melaksanakan tugas
dengan baik.
❖ Keterampilan Fleksibilitas
Penerapan gaya kepemimpinan kadang kala diterapkan secara kaku, tetapi dapat
juga diterapkan secara luwes tergantung pada situasi dan kondisi yang ada.
Keterampilan fleksibilitas (flexibility skills) merupakan keterampilan yang
harus dimiliki seorang manajer dalam menerapkan gaya kepemimpinan dalam
situasi dan kondisi yang tepat berdasarkan hasil analisis yang tepat pula. Dalam
situasi dan kondisi yang berbeda, maka gaya kepemimpinan yang diterapkan
dapat berbeda. Sebagai contoh, jika pada awalnya seorang manajer menerapkan
gaya kepemimpinan directing, perkembangan yang terjadi menunjukkan bahwa
semangat kerja karyawan menjadi semakin baik, rasa tanggung jawab mulai
tumbuh, dan mereka dapat bekerja secara mandiri, sehingga dapat diterapkan
gaya kepemimpinan delegating.
❖ Keterampilan Komunikasi
Keterampilan komunikasi (communication skills) merupakan keterampilan
yang harus dimiliki oleh seorang manajer untuk menyampaikan ide atau
gagasannya kepada bawahan, termasuk bagaimana ia harus menjelaskan
perubahan gaya kepemimpinannya kepada bawahannya. Yang terpenting
adalah bagaimana mengomunikasikan ide atau gagasan tersebut dengan jelas
dan mudah dipahami dengan baik oleh karyawan, sehingga dapat dihindarkan
kesalahpahaman dalam berkomunikasi.
➢ Kepemimpinan Inti
Dalam suatu lingkungan kerja yang selalu dinamis, gaya kepemimpinan yang
diterapkan juga akan berbeda, oleh karenanya, seorang manajer yang efektif harus dapat
memahami dengan baik dan tepat bagaimana kondisi lingkungan kerja yang ada,
termasuk latar belakang para karyawan yang ada dalam suatu organisasi tersebut.
Menurut Hellriegel dan Slocum, seorang manajer yang dinamis harus memiliki lima
kemampuan yang dikenal sebagai keahlian kepemimpinan inti (core leadership skills)
yaitu pemberdayaan (empowerment), intuisi (intuition), pemahaman diri
(selfunderstanding), visi (vision), dan kesesuaian nilai (value congruence).

9
❖ Pemberdayaan
Pemberdayaan pada dasarnya merupakan kemampuan seorang manajer untuk
berbagi pengaruh dan kendali (control) dengan para karyawannya. Dalam hal
ini seorang manajer dapat memberdayakan para karyawan untuk terlibat secara
langsung dalam suatu proses pengambilan keputusan bagi pencapaian tujuan
suatu organisasi.
❖ Intuisi
Dalam dunia bisnis praktis, sering kali para pelaku bisnis menggunakan intuisi
yang dimilikinya bagi pengambilan suatu keputusan strategis. Menurut Griffin
(2002), intuisi adalah keyakinan bawaan dalam diri seseorang mengenai sesuatu
tanpa pertimbangan sadar. Manajer kadang-kadang memutuskan sesuatu hanya
karena “rasanya benar" atau karena firasat. Namun kemampuan ini tidaklah
datang begitu saja. Kemampuan ini lebih didasarkan pada pengalaman dan
praktik selama bertahun-tahun dalam membuat keputusan di dalam situasi
serupa. Firasat kadang-kadang dapat membantu manajer membuat keputusan
tanpa melalui urutan langkah yang rasional. Hasilnya adalah kemampuan untuk
memahami situasi secara tepat dan mengantisipasi terjadinya perubahan,
keberanian mengambil risiko, dan sekaligus bagaimana membangun
kepercayaan pada orang lain. Ia harus mampu bergerak cepat dalam
memberikan pelayanan yang baru, bagaimana menemukan keunggulan
bersaing, dan bagaimana mengeksplorasi kekuatan yang dimilikinya. Tentu
saja, semua manajer, terutama yang belum berpengalaman, seharusnya berhati-
hati untuk tidak bergantung terlalu banyak pada intuisi. Jika rasionalitas dan
logika terus dikalahkan dengan “apa yang terasa benar”, besar kemungkinan
akan terjadi bencana pada suatu hari.
❖ Pemahaman Diri
Pemahaman diri sendiri pada dasarnya merupakan kemampuan untuk mengenal
diri sendiri, baik kekuatan maupun kelemahannya. Seorang manajer harus
mampu menilai apa saja kekuatan yang dimilikinya dan juga kelemahan yang
ada pada dirinya. Kemampuan memahami diri yang baik akan membantunya
dalam mengembangkan diri di masa depan. Kekuatan yang ada pada diri
seseorang dapat Senantiasa dikembangkan, sementara kelemahan yang ada
pada diri sendiri secara bertahap dapat diatasi dengan cara belajar dan berlatih.
❖ Visi
Secara umum, visi merupakan kemampuan untuk berimajinasi pada situasi yang
berbeda dan situasi yang lebih baik dengan cara bagaimana mencapainya.
Sebagai contoh, Visi yang dikembangkan oleh Jan Carlzon, CEO sebuah
perusahaan penerbangan SAS (Scandinavian Airline Systems) yang ingin
menjadikan SAS sebagai sebuah perusahaan penerbangan terbaik dunia bagi
para pelaku bisnis. Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan, diperlukan
komitmen yang tinggi baik bagi karyawan, manajer, dan pemegang saham.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melibatkan para aryawan untuk
memberikan masukan yang sangat berharga dalam perbaikan yang terus-
menerus bagi pencapaian visinya.

10
❖ Kesesuaian Nilai
Kesesuaian nilai (value congruence) merupakan kemampuan untuk memahami
dan memadukan prinsip prinsip organisasi dengan nilai-nilai karyawan.
Ketidaksesusaian antara keduanya akan berdampak pada terganggunya
kelancaran kegiatan operasional suatu organisasi perusahaan. Kegiatan
pemogokan, unjuk rasa (demo) yang dilakukan oleh para karyawan suatu
organisasi perusahaan terjadi karena perbedaan antara nilai-nilai yang
dikembangkan oleh manajer organisasi perusahaan dengan para karyawan.
Permasalahan dapat diselesaikan dengan baik ketika ada negosiasi di antara
keduanya.
2.4 Kebutuhan Manusia
Setiap orang tentu saja memiliki berbagai macam kebutuhan hidup dan kehidupan yang
berbeda, mulai dari kebutuhan dasar manusia hingga kebutuhan yang tergolong kebutuhan
mewah. Oleh karena itu, muncullah berbagai macam teori yang mencoba mengupas secara
tuntas fenomena tentang aneka kebutuhan hidup manusia tersebut.
➢ Teori Hierarki Kebutuhan
Abraham Maslow yang terkenal dengan teori hierarki/jenjang kebutuhan (hierarchy of
needs theory) menyatakan bahwa, manusia pada dasarnya memiliki lima kebutuhan
yang bertingkat-tingkat mulai dari kebutuhan yang paling dasar (asasi) sampai pada
kebutuhan aktualisasi diri. Menurut teori Ini, untuk menuju pada jenjang kebutuhan
yang lebih tinggi seseorang harus dapat memenuhi kebutuhan yang ada di tingkat
bawahnya.
❖ Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis (physiological needs) merupakan kebutuhan tingkat
pertama dan utama bagi mempertahankan hidup dan kehidupan manusia
(survival), misalnya kebutuhan akan makan, minum, pakaian, dan perumahan
(tempat tinggal). Kebutuhan ini merupakan kebutuhan hidup manusia yang
paling dasar, dan setiap manusia memerlukannya tanpa kecuali. Oleh
karenanya, kebutuhan fisiologis harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum
kebutuhan lainnya dapat dipenuhi.
❖ Kebutuhan Keamanan
Setelah kebutuhan dasar manusia dapat dipenuhi, maka manusia berupaya untuk
dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan rasa aman dan
nyaman (safety needs), selamat dari segala macam marabahaya yang akan
menimpa manusia. Kebutuhan ini sangat diperlukan, karena tanpa adanya rasa
aman dari berbagai gangguan yang ada, manusia akan sulit melakukan berbagai
kegiatan hidupnya. Contoh sederhana, orang merasa tidak aman dan tidak
nyaman ketika terjadi kerusuhan, pertikaian, pembakaran, dan penjarahan
pusat-pusat pertokoan. Sebagaimana pernah terjadi di berbagai kota di
Indonesia, sehingga tidak dapat melakukan berbagai kegiatan produktif di
masyarakat.
❖ Kebutuhan Sosial
Jenjang ketiga dalam teori Abraham Maslow adalah kebutuhan sosial (social
needs). Pada dasarnya, kebutuhan sosial berkaitan dengan kegiatan
kemasyarakatan, bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain di dalam

11
suatu kehidupan bermasyarakat. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu
berhubungan dengan orang lain. Di manapun kita berada, baik di kota maupun
di desa, hidup dalam kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu antara
yang satu dengan yang lain merupakan kebutuhan yang harus diperhatikan.
Contoh sederhananya adalah kebutuhan kemasyarakatan yang dilakukan oleh
suatu masyarakat dalam melakukan kerja bakti di lingkungan masyarakat
seperti kegiatan bersih lingkungan, kegiatan pengamanan (ronda), kegiatan
gotong-royong dalam acara hajatan (seperti acara pemikahan, khitanan, dan
sejenisnya).
❖ Kebutuhan Status
Selain pemenuhan akan kebutuhan dasar, manusia juga ingin memenuhi
kebutuhan akan status dirinya. Kebutuhan manusia akan status (status needs)
berkaitan dengan pengakuan, penghargaan, kedudukan dan tingkatan sosial di
masyarakat. Manusia ingin diakui, dihargai, dan dinilai segala kegiatannya di
dalam bermasyarakat. Seorang warga masyarakat yang ingin diangkat sebagai
seorang bupati atau walikota di suatu daerah merupakan salah satu contoh
kebutuhan akan status. Status seseorang dalam suatu masyarakat dapat diukur
dari tingkat keimanannya, kebangsawanannya, keilmuannya, jabatannya, atau
kekayaannya.
❖ Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualizations needs) merupakan tingkatan
kebutuhan yang tertinggi menurut Abraham Maslow. Dalam hal ini yang
ditekankan adalah bagaimana seseorang mampu mengaktualisasikan dirinya
dalam berbagai kegiatan yang mampu menumbuhkan suatu kreativitas, inovasi-
inovasi baru, maupun mampu menunjukkan sikap kearifan dan kebijaksanaan
dalam mengambil suatu keputusan keputusan penting dalam suatu organisasi.
➢ Teori Dua-Faktor
Sementara itu, pendekatan lain yang digunakan untuk mengetahui sumber motivasi
seseorang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dikemukakan oleh Frederick Herzberg
dengan teori dua faktor/motivasi kesehatan (two-factor atau motivation hygiene
theory). Teori dua-faktor yang dikemukakan oleh Herzberg pada dasarnya merupakan
pengembangan dari teori kebutuhan berjenjang dari Abraham Maslow. Menurut teori
dua-faktor Herzberg, dalam menunaikan tugas/pekerjaannya, karyawan sangat
dipengaruhi oleh dua faktor penting, yaitu faktor dissatisfiers/hygiene dan faktor
motivator. Faktor ketidakpuasan (dissastisfiers factor) atau faktor kesehatan (hygiene
factor) merupakan faktor yang mempertahankan/menjaga tingkat motivasi kerja
karyawan jika faktor tersebut diberikan secara tepat. Jika faktor kesehatan tersebut
diberikan tidak tepat justru akan berdampak pada menurunnya semangat atau motivasi
kerja karyawan. Sementara itu, faktor pendorong (motivator factor) merupakan faktor
penting yang mampu memberikan dorongan atau motivasi kerja bagi para
karyawannya.

12
Factor Hygiene Factor motivator
(sumber ketidakpuasan kerja) (sumber kepuasan kerja)

• Kondisi kerja • Pekerjaan itu sendiri


• Kebijakan perusahaan • Tanggung jawab
• Supervisi • Pengakuan
• Gaji • Prestasi
• Hubungan dengan rekan kerja • Promosi
• Status • Pertumbuhan
• Keamanan kerja • Pengembangan
• Kehidupan pribadi

2.5 Mendengarkan sebagai Keahlian Antarpribadi


Kegiatan mendengarkan orang lain merupakan kegiatan yang sudah sering dilakukan,
baik yang dilakukan melalui bertatap muka (face-to-face) maupun dalam suatu kelompok.
Setiap individu memiliki berbagai macam tujuan ketika mendengarkan sesuatu, antara lain
berinteraksi dengan orang lain, menerima informasi, mengatasi masalah, dan saling berbagi
perasaan dengan orang lain.
Dalam komunikasi antarpribadi, kegiatan mendengarkan (menyimak) suatu percakapan
dengan orang lain merupakan bagian penting dalam memahami suatu pesan yang disampaikan
oleh orang lain. Dalam hal ini, istilah mendengarkan (listening) bukanlah kegiatan yang statis
tetapi dinamis, yaitu merupakan kegiatan mendengar secara aktif, percakapan dengan orang
lain yang dituntut adanya konsentrasi secara perih dan tidak terpengaruh oleh faktor-faktor
pengganggu dalam suatu percakapan tersebut. Oleh karena itu, kegiatan mendengarkan itu
sendiri bukanlah pekerjaan yang mudah dan perlu latihan yang cukup. Semakin banyak berlatih
mendengarkan, maka akan semakin baik dalam memahami suatu percakapan dengan orang
lain.
Sebagai contoh, ketika seorang manajer sedang menyampaikan presentasi bisnis di suatu
ruang pertemuan, tiba-tiba telepon genggam salah seorang peserta (karyawan) berdering.
Dering telepon tersebut dapat membuyarkan atau mengganggu konsentrasi para peserta yang
sedang mendengarkan presentasi tersebut.

Pikiran ►► Kata-kata ►► Pemahaman


Emosi ►► Perasaan ►► Mengadakan Hubungan
Bahasa tubuh ►► Tindakan ►► Dampak

Seorang mendengar dengan aktif melalui pikiran, emosi, dan bahasa tubuh. Dengan
pikiran, seseorang dapat memilih kata-kata yang tepat untuk disampaikan kepada pihak lain,
sehingga dapat dipahami dengan baik dan benar. Dengan emosi, seseorang dapat
mengungkapkan perasaannya (suka, duka, yakin atau ragu-ragu) dalam mengadakan hubungan
komunikasi dengan orang lain. Dengan bahasa tubuh, seseorang dapat lebih meyakinkan apa
yang telah disampaikan dengan kata-kata dan perasaannya, yang diungkapkan dalam bentuk
tindakan tertentu yang dapat dipahami oleh orang lain.

13
Menurut Lehman, Himstreet, dan Baty, kebanyakan para manajer dalam setiap harinya
menghabiskan waktu kerjanya untuk mendengarkan (listening) dan berbicara (speaking)
dengan para supervisor, karyawan, pelanggan, dan berbagai asosiasi bisnis. Mendengarkan
menjadi begitu penting sebagaimana berbicara atau berpidato di hadapan audiens. Kebiasaan
sebagai pendengar yang efektif akan menghasilkan beberapa hal yang positif, antara lain:
• Pendengar yang baik akan disukai orang lain karena mereka dapat memuaskan
kebutuhan dasar manusia untuk didengarkan.
• Kinerja/prestasi kerja karyawan meningkat ketika pesan yang diterima tersebut dapat
dimengerti dengan baik.
• Umpan balik (feedback) yang akurat dari bawahan (karyawan) akan berdampak positif
pada prestasi kerjanya.
• Manajer dan karyawan akan terhindar dari munculnya kesalahpahaman dalam
penyampaian suatu pesan.
• Pendengar yang baik akan dapat memisahkan mana fakta dan mana yang sekedar gosip.
• Pendengar yang baik memiliki kecenderungan membuka ide-ide baru dari pihak lain,
sehingga hal ini mendorong berkembangnya kreativitas.
• Pendengar yang efektif juga akan dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik dan
peningkatan kepuasan kerja.
• Kepuasan kerja meningkat karena mereka tahu apa yang terjadi, kapan mereka
mendengar, dan kapan mereka berpartisipasi di dalamnya yang tumbuh dari
komunikasi yang baik.
Mengingat betapa pentingnya kebiasaan mendengarkan yang baik, maka ada beberapa
saran agar dalam kegiatan mendengarkan bisa berlangsung secara efektif, antara lain:
• Perhatikan dengan baik siapa yang berbicara tersebut, mulai dari gerakannya, kontak
mata, nada suaranya, dan ekspresi wajahnya. Perhatian Anda tersebut akan dapat
membantu pemahaman terhadap apa yang dimaksudkan tersebut.
• Berikan umpan balik (feedback), seperti apakah mereka sudah mengerti atau belum,
apakah ada pertanyaan, atau pernyataan setuju atau tidak setuju terhadap apa yang telah
disampaikan tersebut.
• Mendengarkan membutuhkan waktu, oleh karena proses komunikasi yang dilakukan
secara tatap muka sebagaimana seorang pengirim dan penerima pesan secara simultan.
• Gunakan pengetahuan Anda tentang orang yang berbicara tersebut untuk dapat menarik
manfaat yang positif bagi Anda.

14
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Komunikasi antarpribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan
antara individu yang satu dengan individu yang lain baik yang terjadi dalam suatu masyarakat
umum maupun dalam suatu organisasi bisnis maupun nonbisnis. Dalam komunikasi
antarpribadi suatu organisasi bisnis maupun nonbisnis tidak dapat dilepaskan dengan gaya
kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang manajer. Ketika komunikasi antarpribadi
terjadi, maka mendengarkan memiliki peran yang sangat penting bagi tercapainya suatu
pemahaman yang benar dalam suatu percakapan dengan orang lain.
3.2 Saran
Komunikasi antarpribadi dalam organisasi bisnis harus dilakukan dengan baik oleh
atasan kepada bawahan maupun bawahan dengan bawahan, agar bias tercapai tujuan dalam
organisasi. Komunikasi itu harus dibarengi juga dengan kemampuan mendengarkan yang
baik.

15
Daftar Pustaka

Purwanto, Djoko. 2011. Komunikasi Bisnis: Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga.

16

Anda mungkin juga menyukai