Kelompok 1
Ade Dibra Habsya Hutasuhut Nim : 5203540020
Eka Ananta Tarigan Nim : 5203240011
Khairunnisa Dwi Febriani Nim : 5203540023
Khaira Ummah Nim : 5202540004
Magdalena Sinaga Nim : 5203240003
Nimas Kholilla Nim : 5202640001
Dosen Pengampu :
Erni Rukmana, S.Gz., M.Si
Nila Reswari Haryana,S.Gz.,M.Si
Risti Rosmiati, S.Gz, M.Si
A. KASUS
- Anak perempuan umur 1 tahun 8 bulan BB 7 kg, PB 75 cm dan LILA 11 cm. Masuk IGD
RSCM dengan keluhan demam 38° C sejak 5 hari SMRS. Paracetamol sudah diberikan,
demam hilang timbul. Muntah lendir ketika batuk. Batuk sudah ada 1 minggu terakhir.
Tidak ada diare.
- Kesadaran compos mentis dan lemah, tampak kurus, ada wasting di lengan dan kaki,
terdapat iga gembang dan tidak terdapat endema. Frekuensi napas 30x/menit, nadi
70x/menit, tekanan darah 80/60 mmHg. Riwayat kelahiran, anak ke 5 dari 5 bersaudara
lahir normal dibantu bidan dengan berat lahir 2800 gr. Riwayat imunisasi lengkap. Saat
ini belum bisa berjalan namun sudah bicara 2-3 kata
- Riwayat penyakit ibu TB putus OAT
- Hasil pemeriksaan darah Hb 11 gr/dl, Hematokrit 33.5%, Leukosit 21.000/UL, Trombosit
400.000/UL, GDS 75 mg/dl, Natrium 135 mEq/L, Kalium 3,5 mEq/L, klorida 101
mEq/L, Test Mantoux sedang menunggu hasil. Pemeriksaan Thorax dengan hasil
Bronkopneumonia.
- Riwayat pemberian makan : Menurut orang tua, nafsu makan turun sejak 1 bulan
terakhir, berat badan turun 500 gr. Pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan. Pola
makan di rumah: sudah tidak mendapatkan ASI, Riwayat ASI hanya diberikan usia 6,
susu formula diberikan sejak lahir, bubur susu diberikan usia 4 bulan dan nasi tim
diberikan sejak usia 9 bulan. Makanan keluarga diberikan usia 11 bulan.
- Saat ini pola makan nasi 3x masing-masing 4 sdk makan kecil dengan lauk hewani @1/4
p dan kuah sayur, minum susu kental manis 3x 150 ml dan snack diantara waktu makan
berupa biskuit 2 keping
- Di IGD saat ini sudah melewati fase stabilisasi dan menunggu transfer ke ruang rawat
biasa.
- Diagnosa Medis : Tersangka TB paru, Gizi buruk Marasmik, Short stature, Delayed
Development.
B. SKRINING GIZI
C. DATA PASIEN
FH-1.2.2.3
Pola Makan Makan nasi 3x masing-
masing 4 sdk makan
kecil dengan lauk
hewani 1/4 p dan kuah
sayur, minum susu
kental manis 3x 150 ml
dan snack diantara
waktu makan berupa
biskuit 2 keping
FH-3.1.1
Penggunaan obat yang Pemberian paracetamol
diresepkan sejak masuk rumah sakit
Riwayat Personal: 1 tahun 8 bulan
CH-1.1.1
Usia
Perempuan
CH-1.1.2
Jenis Kelamin
Masuk IGD RSCM
CH-2.1.1 dengan keluhan demam
Keluhan Pasien 38° C sejak 5 hari
SMRS. Paracetamol
sudah diberikan, demam
hilang timbul. Muntah
lendir ketika batuk.
Batuk sudah ada 1
minggu terakhir. Tidak
ada diare. Kesadaran
compos mentis dan
lemah, tampak kurus,
ada wasting di lengan
dan kaki, terdapat iga
gembang dan tidak
terdapat endema
Pb= 75 cm
Lila = 11 cm
BBI = usia x 2 + 8
= 1,8 x 2 + 8
= 3,6 + 8
=11,6 kg
Pembagian Kebutuhan Zat Gizi Disesuaikan Dengan Waktu Makan (Fase Transisi)
Energi
Makan Pagi : 20% x 1050 : 210
Selingan Pagi : 15% x 1050 : 157,5
Makan Siang : 25% x 1050 : 262,5
Selingan Sore : 15% x 1050 : 157,5
Makan Malam : 25% x 1050 : 262,5
Protein
Makan Pagi : 20% x 21 : 4,2
Selingan Pagi : 15% x 21 : 3,15
Makan Siang : 25% x 21 :5,25
Selingan Sore : 15% x 21 : 3,15
Makan Malam : 25% x 21 : 5,25
Lemak
Makan Pagi : 20% x 17,5 : 3,5
Selingan Pagi : 15% x 17,5 : 2,625
Makan Siang : 25% x 17,5 : 4,375
Selingan Sore : 15% x 17,5 : 2,625
Makan Malam : 25% x 17, 5: 4,375
Karbohidrat
Makan Pagi : 20% x 157,5 : 31,5
Selingan Pagi : 15% x 157,5 : 23,625
Makan Siang : 25% x 157,5 : 39,375
Selingan Sore : 15% x 157,5 : 23,625
Makan Malam : 25% x 157,5 : 39,625
F. Rancangan Menu
Waktu Menu Bahan URT Berat Energi P (g) L (g) KH(g) Vit A Vit C Serat Natrium Kalsium
Makan Makanan (g) (kkal) (gr) (Mg)
(mg) (mg) (Mg)
Pagi Bubur Nasi ½ 50 36,4 0,6 0,0 8,0 0,0 0,0 0,1 0,0 1,0
tim centong
bayem
Bayam ½ 30 7,4 0,7 0,0 1,5 103,8 6,6 0,1 2,2 42,2
mangkuk
Omlet Telur 1 buah 50 77,6 6.3 5,3 0,6 95,0 0,0 0,0 63,0 25,0
telur
Minyak 1 sdt 10 86.2 0,0 10,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
sayur
Bawang 1 siung 4 1,8 0,06
0,06 0,0 0,4 0,0 0,2 0,1 0,9
merah
Bawang 1 siung 4 3,3 0,1 0,0 0,8 0,0 0,8 0,1 0,2 1,6
putih
Air 1 gelas 100 cc 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
putih
Total 212,7 7,46 15,3 10,3 198,8 7,6 0,36 65,5 70,7
Selingan pagi Puding Susu full 1 Gelas 100 98,8 4,8 5,9 7,2 82,5 1,5 0,0 82,5 172,5
mangga cream
Agar-agar ½ sdt 5 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Mangga 1 potong 30 19,0 0,2 0,1 5,1 120,0 10,8 0,5 0,6 3,0
Air 1 gelas 100 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Total 117,8 5,0 6,0 12,3 202,5 12,3 0,5 83,1 175,5
Siang Nasi Nasi ½ 50 36,4 0,6 0,0 8,0 0,0 0,0 0,1 0,0 1,0
centong
Sop Ayam 1 potong 50 85,8 8,4 9,4 0,0 19,5 0,0 0,0 36,5 6,5
ayam
tahu
Brokoli ½ 10 2,5 0,1 0,0 0,5 1,3 3,2 0,2 1,8 4,7
mangkuk
minyak 1 sdt 10 86,2 0,0 10,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Tahu 1 buah 20 15,2 1,6 1,0 0,4 0,0 0,0 0,2 1,4 21,0
Bawang 1 siung 4 1,8 0,06
0,06 0,0 0,4 0,0 0,2 0,1 0,9
merah
Bawang 1 siung 4 3,3 0,1 0,0 0,8 0,0 0,8 0,1 0,2 1,6
putih
Air 1 gelas 100 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
putih
Total 287,8 15,86 20,4 9,7 20,8 4,2 0,66 40,0 34,7
Selingan Jus Melon 1 potong 50 19,0 0,3 0,0 4,1 16,5 13,0 0,0 0,5 5,5
melon
Gula ½ sdt 50 193,5 0,0 0,0 50,0 0,0 0,0 0,0 0,5 0,5
Air 1 gelas 100 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Total 212,5 0,3 0,0 54,1 16,5 13,0 0,0 1,0 6,0
Malam Nasi Nasi ½ 50 36,4 0,6 0,0 8,0 0,0 0,0 0,1 0,0 1,0
tim centong
ikan
tuna
labu
siam
Ikan tuna 1 potong 50 33,0 6,0 0,5 0,0 8,0 0,0 0,0 19,0 8,5
Bawang 1 siung 4 1,8 0,06
0,06 0,0 0,4 0,0 0,2 0,1 0,9
merah
Bawang 1 siung 4 3,3 0,1 0,0 0,8 0,0 0,8 0,1 0,2 1,6
putih
Labu ½ buah 10 0,2 0,1 0,0 0,4 2,9 0,6 0,1 0,1 2,7
siam
Minyak 1 sdt 10 86,4 0,0 10,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
sayur
Air 1 gelas 100 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
putih
Total 183,1 12,26 10,5 9,6 10,9 1,6 0,36 19,4 14,7
Total 940,3 25,01 52,6 129,9 1952 28,1 2,3 208,3 307,5
keseluruhan
Persentase 89,55 105 120,5 82,15 54,7 70,25 12 26,03 47,30
%
Implementasi Normal Normal Normal Normal Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
F. ANALISIS INTERVENSI
Seorang anak perempuan umur 1 tahun 8 bulan masuk IGD RSCM dengan
keluhan demam 38° C sejak 5 hari SMRS. Dengan data antropometrinya , BB 7 kg, PB
75 cm dan LILA 11 cm. Dengan kesadaran compos mentis dan lemah, tampak kurus, ada
wasting di lengan dan kaki, terdapat iga gembang dan tidak terdapat endema. Lalu,
frekuensi napas 30x/menit, nadi 70x/menit, tekanan darah 80/60 mmHg. Untuk data
biokimiany sendiri memiliki kadar hemoglobin dan hematocrit yang rendah
Pada data kasus tersebut sudah terlihat bahwasannya pasien mengalami keadaan
gizi kurang yang disebabkan pola makan yang tidak teratur (asupan energi yang tidak
memadai,tidak ada penambahan berat badan yang seharusnya yang dapat dilihat dari data
antropometri menunjukkan gizi buruk, data biokimia, data klinis yang menunjukkan
adanya wating di lengan dan kaki, dan data riwayat personal.
Status gizi bayi atau balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan
tingkat kesejahteraan masyarakat. Penilaian status pada gizi bayi/balita dapat dilakukan
dengan pengukuran antropometri. Indikator yang diukur ada tiga macam, yaitu berat
badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB). Indikator yang sering digunakan adalah berat badan
menurut umur (BB/U). Berdasarkan standar baku nasional indeks BB/U terdiri dari gizi
lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk.
Keadaan kurang gizi biasanya disebabkan rendahnya konsumsi energy dan
protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak dapat memenuhi AKG yang ada.
Pasien tersebut termasuk golongan balita yang dimana anak balita sangat rentan terhadap
masalah kesehatan dan gizi. Jadi sangat perlu diperhatikan oleh orang tuanya untuk tetap
menjaga kesehatannya dan pola makannya.
Kekurangan energi protein (KEP) sendiri adalah keadaan kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari
sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi. Menurut Riset kesehatan dasar
(Riskesdas) dari Kementrian Kesehatan tahun 2018 melaporkan prevalensi KEP di
Indonesia berdasarkan pengukuran berat badan terhadap usia sebesar 17,7% dengan
presentase kategori gizi kurang (underweight) sebesar 13,0% dan kategori gizi buruk
sebesar 3,9%. Sedangkan target dari RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional) tahun 2019 adalah 17 persen.
KEP ini juga bisa disebabkan oleh dua faktor yaitu penyebab langsung dan tidak
langsung. Penyebab langsung antara lain penyakit infeksi, konsumsi makan, kebutuhan
energi dan kebutuhan protein, sedangkan penyebab tidak langsung antara lain tingkat
pendidikan, pengetahuan, tingkat pendapatan, pekerjaan orang tua, besar anggota
keluarga, jarak kelahiran, pola asuh, anak tidak mau makan dan pola pemberian MP-ASI.
Dilihat dari riwayat pemberian makan anak tersebut, nafsu makannya turun sejak 1 bulan
terakhir, berat badan turun 500 gr. Lalu ia sudah tidak mendapatkan ASI, yang hanya
diberikan usia 6, susu formula diberikan sejak lahir, bubur susu diberikan usia 4 bulan
dan nasi tim diberikan sejak usia 9 bulan.
Untuk pemberian MP-ASI sendiri WHO menyatakan beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pemberian MPASI antara lain adalah frekuensi, jumlah takaran,
tekstur, dan jenis. Tekstur makanan harus disesuaikan dengan kondisi dan usia bayi agar
bisa dicerna dengan mudah dan tidak terjadi kurang gizi. Ketidaktahuan tentang cara
pemberian makanan bayi dan anak, adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara
langsung dan tidak langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi
pada anak.
Pada data kasus,, saat ini pasien sudah melewati fase stabilisasi dan menunggu
transfer ke ruang rawat biasa. Pada fase stabilisasi ini diprioritaskan penanganan
kegawatdaruratan yang mengancam jiwa yaitu hipoglikemia, hipotermia, dehidrasi dan
gangguan keseimbangan elektrolit, infeksi. Pemberian terapi gizi harus segera diberikan
pada balita gizi buruk yang tidak memerlukan tindakan kegawat-daruratan dan pada
balita gizi buruk dengan dehidrasi, hipotermi dan renjatan sepsis. Pemberian terapi gizi
ini dilakukan secara bertahap. Pada Fase Stabilisasi, balita gizi buruk diberi formula
terapeutik F-75, yang merupakan formula rendah protein (pada fase ini protein tinggi
dapat meningkatkan risiko kematian), rendah laktosa, mengandung zat gizi makro dan
mikro seimbang untuk memastikan kondisi stabil pada balita. Dikarenakan pasien sudah
bisa rawat jalan, untuk menu diberikan pada fase transisi. Fase ini ditandai oleh transisi
dari kondisi stabil ke kondisi yang memenuhi syarat untuk menjalani rawat jalan. Fase
Transisi dimulai ketika komplikasi medis teratasi, tidak ada hipoglikemia, nafsu makan
pulih, edema berkurang. Mempersiapkan rehabilitasi gizi pada balita dengan gizi buruk
agar dapat menjalani rawat jalan dan mengonsumsi RUTF atau F-100 dalam jumlah
cukup untuk meningkatkan berat badan dan kesembuhan, memastikan balita tersebut
untuk memperoleh kebutuhan gizi yang dibutuhkan, yang dilakukan dengan
memperkenalkan dan meningkatkan proporsi harian pemberian RUTF atau F100 secara
bertahap.
DAFTAR PUSTAKA
ASDI, & PERSAGI. (2019). Penuntun Diet dan Terapi Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Sugiani, p. s., & kusumayanti, G. d. (2017). Makanan Padat Gizi Solusi Sehat Mengatasi
Kekurangan Gizi Pada Anak. Jurnal Ilmu Gizi, 125-128.
LAMPIRAN
2. Intervensi, Monitoring dan Evaluasi : Khairunnisa Dwi Febriani dan Eka Ananta Tarigan