Anda di halaman 1dari 16

RANGKUMAN BSPO UAS

REKTAL DAN VAGINAL


- panjang rektal : 12-15 cm
- vol cairan : 1-3 mL tersebar pada 200 - 400 cm^2
- pH mukosa : 7,2-7,4

vena hemoroida superior mengalirkan darah → hati akan terkena first pass effect
vena hemoroida inferior dan tengah mengalirkan darah → sirkulasi sistemik.

penggunaan sediaan rektal :


- lokal :
- hemoroid
- inflamasi anus/ rectum
- laksatif
- antifungi
- sistemik :
- antiasma
- antiinflamasi
- analgesik

- faktor fisiologi yg mempengaruhi absorbsi :


- jumlah cairan rektal
- sifat mukosa
- isi rektum
- pergerakan dinding rektal, tekanan pada posisi berdiri lebih mudah menyebar
dan diserap.

- faktor fisiko kimia yg mempengaruhi :


- sifat zat aktif
- kelarutan zat aktif
- koef partisi
- ukuran molekul
- ukuran partikel zat aktif

Suppositoria :
- dua jenis yaitu larut lemak (ol. cacao) dan air (PEG)
- pemilihan zat pembawa :
- zat larut air pilih basis larut lemak
- zat aktif sukar larut, pilih ukuran partikel yg kecil
- zat aktif bentuk cairan, pilih yg titik leburnya tinggi dari zat aktif
- optimasi pemberian
- penggunaan peningkatan penetrasi
- pengontrolan pH
- penambahan bahan pelarut seperti surfaktan
- modifikasi viskositas
- penambahan deaglomelator
- penambahan peningkatan kelarutan obat
Kapsul / tablet rektal :
- kapsul berisi suspensi / larutan dalam minyak/ paraffin cair.
- memiliki disintegrasi yg rendah di cairan rektal
- tablet dg mekanisme pelepasan CO2 bisa digunakan untuk
merangsang BAB.
Cairan enema :
- bentuk larutan/ emulsi
- gada proses pelarutan/ pelelhan
- mengandung peningkat viskositas, buffer, dan kosolven.
Hollow type suppo :
- ada rongga
- prinsipnya : mucoadhesive dpt memperpanjang sediaan dalam rektal dan
mencegah peyebaran basis di bagian kolorektal.
- mucoadhesive : xanthan gum, alginat dan gom alam.
Thermoresponsive :
- dpt berubah jadi gel di suhu 37 derajat , obat dilepaskan scr perlahan.
- polimer : oilixamer pluronics. polimer dikombinasi dg mukoadhesif untuk
memperpanjang pelepasan obat.
Mucoadhesive gel :
- memperpanjang aksi obat dan waktu tinggal di rektal
- alginat, hidroksipropil, pvp, carbopol.
micro dan nano partikel :
- dapat dikombinasi dan dibuat inkorporasi dg basis supo atau gel untuk
mendapatkan pelepasan dg target tertentu.
Niosom :
- sediaan liposom yg ga mengandung fosfolipid, bagian intinya air samping2nya
kolesterol dan surfaktan nonionik .
- bentuk gel buat obat lokal ex : hemoroid.

Vaginal :
panjang : 10 cm
vol cairan : 0,75 mL, max 1 hari 6 mL
pH : 4 - 5 (bumil : 3,8 - 4,4)
aliran darah :
- umumnya : vena plexus → vena cava inferior → sir. sistemik
- vena bagian atas deket sama uterus → difusi vena ke arteri → first pass metabolism.
untuk obat tujuan uterus.

Faktor fisiologis :
- sama kaya yg rektal
- mikroflora yg di vagina (bakteri)
- dan komposisi enzim di epitel dan sel basal
Faktor fisiko kimia sama juga kaya yg rektal + kemampuan ionisasi obat

bentuk sediaan :
- suppositoria : kaya rektal
- kapsul dan tablet : larutan/suspensi obat dalam larutan paraffin, tablet ada bahan
tambahan yg mendukung disintegrasi tablet dalam vagina.
- vaginal ring : ring berdiameter 40 mm, digunakan untuk obat hormon dan kontrasepsi.
- Vaginal film : bentuk lembaran dengan menggunakan mucoadhesive di desain larut
cairan vagina.
- cream and gel : untuk pemakaian lokal, lebih kecil resiko iritasi dibandingkan
pessaries.
- cairan : kosmetik dan pembersih, gojog sblm dipake
- Tampon : obat ditaro di tampon trs diambil lg beberapa waktu, terbuat dari gelatin dan
silicon.

MATA → vol mata normal itu 7,5 mikroliter

1. faktor yg mempengaruhi bioavailabilitas :


- anatomi fisiologi
- sifat fisika kimia
- formulasi

2. anatomi mata :
- sklera
- pupil
- retina
- saraf optik
- vitreous

3. tempat absorbsi mata :


- rute non kornea
- penetrasi obat lwt sklera & konjungtiva ke jaringan intraokular
- obat terbawa olh aliran darah kapiler
- rute ini digunakan utk → absorbsi obat yg permeabilitasnya rendah

- rute kornea
- sbg rute utama
- kec. absorbsi dibatasi olh kornea/rate limiting step
- terdiri dr tumpukan jaringan yg berbeda & tnp aliran darah
- obat yg make rute ini, punya persyaratan sifat kelarutan obat tertentu

4. struktur kornea :
- epitelium
- lap. penyusun kornea plg luar
- sifatnya lipofil
- kl terluka → akan segera diregenerasi dlm 24 jam

- stroma
- sifatnya hidrofil
- terdiri dr lembaran kolagen
- endotelium
- sifatnya lipofil
- tdk punya sifat barier thdp difusi obat
- permeabilitasnya ditentukan oleh BM

5. pemberian obat lwt sistemik :


- pemberian obat bs lwt oral/parenteral
- darah msk ke cairan okuler lewat epitel korpus (dinding kapiler)
- faktor yg mempengaruhi difusi → koef. partisi, derajat ionisasi, uk. partikel
- molekul yg lipofil lbh mudah smpe ke cairan okuler dr pd molekul yg
hipofil.

6. pemberian lwt topikal :


- mekanismenya difusi pasif
- faktor yg mempengaruhi difusi → luas permukaan, kemampuan difusi,
gradien konsentrasi, waktu kontak antara obat dgn kornea

7. mekanisme perlintasan rute kornea :


- obat yg melintasi epitelium → dlm btk tdk terion lipofil
- perlintasan lwt stroma → tjd saat molekulnya dlm bntk terion
- faktor yg mempengaruhi → koef. partisi & kelarutan obat

8. knp obat btk larutan dpt hilang dr area pra-kornea ?


- ada mekanisme penghilangan obat di sal. nasolakrimal dan akibat dr keluar air
mata
- absorbsi kornea/ absorbsi produktif
- mekanisme uptake dr konjungtiva

9. faktor yg mempengaruhi bioavailabilitas :


a. faktor fisiologi
- adanya pengenceran oleh cairan lakrimal → obat bisa ilang
- kl ada luka → permeabilitas naik
- adanya ikatan protein pd air mata → akt. obat ilang
- ada mekanisme drainase olh nasolakrimal → obat bisa ilang dr bag.
pre-kornea

b. faktor fisikokimia
- lar. hipotonik →meningkatkan permeabilitas tp bisa nyebabin iritasi
- pH ideal mata → 6,9 - 7,5 (tdk buat iritasi)
- viskositas → agar wktu kontak dgn mata lebih lama, nilainya hrs 25-55
cps

c. faktor formulasi
- lar. hipotonik/hipertonik dpt nyebabin iritasi → menurunkan retensi obat
di mata
- tegangan perm. cairan air mata → 43-46 mN.m^-1
- polimer → meningkatkan viskositas & mengurangi kec. pengeluaran
obat, ex : PVP, metilselulosa, PEG

10. Sediaan yg diberikan lwt mata :


a. larutan
- waktu kontak cm bbrapa detik
- peningkatan viskositas → tambahin selulosa, polivinil alkohol

b. suspensi
- utk obat yg sukar larut air atau utk pelepasan obat diperpanjang
- obat akan tertahan di konjungtiva & melarut scr perlahan
- syarat utama → uk.partikel (biar ga iritasi)

c. salep, gel
- wktu kontak 24 jam
- dpt menghalangi mata → salep
- salep hrs melebur pada suhu mata → 32 C

d. padatan → ocusert (obat yg ditanam di mata)


- definisi → sediaan yg dimasukkan ke dlm sistem polimer padat
- sediaannya di taro di cul-de-sac konjungtiva mata
- berupa sediaan lepas lambat
- menjamin dosis yg lebih AKURAT

11. modifikasi utk sediaan mata :


a. mucoadhesive
: utk ningkatin waktu kontak sediaan dgn mata make polimer mucoadhesive, ex :
xanthan gum, pektin, alginat

b. ion exchange resin


: obat yg sifatnya asam/basa akan terikat dgn resin ion exchange → obat akan lepas
jk tjd pertukaran ion obat dgn ion cairan tubuh

c. peningkatan kelarutan dgn prodrug


: dilakukan modifikasi gugus fungsi pd obat

OTAK
Fungsi Barrier : menghantarkan nutrisi, menghilangkan produk sisa, membatasi hal toksik.

macam barrier :
- endotelium (blood brain barrier) → antara darah dan CNS berfungsi dlm pertukaran
molekul dan peghantaran obat. paling sulit dilewati
- epitelium chroid plexus (cerebro spinal fluid) → tingkat kesulitan ditembusnya kecil.
- epitel arachinoid menutupi bagian luar otak
tight junction : mencegah masuknya obat yg bersifat polar.
rute penghantaran obat :
- tight junction
- membran sel
- transporter → adanya pembantu untuk memudahkan penyerapan obat
- mekanisme vesikular → menembus
- enzimatik
- jalur leukosit → bersamaan dengan leukosit (pinositosis)

ABC (ATP binding caset) → yang membantu membawa obat

yang mempengaruhi pengantaran obat ke otak :


- target akhirnya : interstitial fluid (ISF)
- dipengaruhi oleh kondisi patologis (epilepsi / kanker)
- kondisi patologis menyebabkan peningkatan adhesi leukosit, peningkatakn kerapuhan
tight junction, dan perubahan ekspresi drug transporter.

Modifikasi biar masuk ke otak


- modifikasi kimia :
1. pembentukan senyawa lipofilik : penambahan gugus lipofilik di bagian polar.
sehingga sifat lipid ini akan mengubah profil farmakokinetik
2. prodrug : dimodif biar jd lipofilik sehingga bisa dimetabolisme di tubuh dan jadi
senyawa aktifnya. ex : morfin diasetilasi di bagian -OH biar nembus CNS.
3. Chemical delivery sistem : modifikasi kimia kaya sifat fisikokimia, aktivitas
enzim pada target, dan berbasis reseptor.
4. molekular packaging : modifikasi kimia scr simultan untuk naikin lipofilik,
mencegah degradasi, ada mekanisme lock in biar kerja langsung di targetnya.
ex : thyrotropin releasing hormone untuk penghantaran di otak.
- modifikasi biologi :
1. reseptor / vector mediated : gabungin peptid non transportable dg peptid
transportable
2. cell penetrating peptide (CPP) : transfer molekul melewati membran sel
3. Viral vector : menghantarkan gen ke target site di otak, dengan cara
menginjeksikan viral vector langsung ke serebral lateral ventricle.
Colloidal carrier :
- micelles dan microemulsion : bentuk misel (PEG)
- liposom : fosfolipid bilayer
- nanosphers : meningkatkan stabilitas bahan aktif karena dienkapsulasi dg matriks ex
: loperamide, tubocurarine, dan doxorubicin.
- solid lipid nanosphere : intinya solid lipid dilapisi dg surfaktan
- carbon nanotubes : karbon yg tergulung, dpt mengadsorbsi obat sehingga potensial
untuk digunakan.
Invasive teknik :
- intraserebral implants : terbuat dari matriks biodegradable, obat dilepaskan
lumayan lama , contoh : BCNU untuk obat glioma (tumor otak)
- intratechal intraventicular : injeksi lansung ke tumor otak ex : metrotexat,
nitrosourea.
- biological tissue delivery : implant jaringan biologis, untuk pengobatan parkinsons
- BBB disruption : melakukan gangguan pada BBB,
- convection : mengunakan lubang
- osmotic : menggunakan hiperosmotik spt mannitol
- biochemical BBB : menggunakan senyawa vasoaktif untuk meningkatkan
permeabilitas
- ultrasound BBBD : pake glombang frek 20 kHz

Strategi untuk penghantaran obat melalui CNS :


- Intranasal Delivery : dari mukosa nasal ke CNS untuk obat BM rendah dan lipofilik
tinggi.
- Ionthophoresis : untuk menghantarkan obat terioonisasi dengan menggunakan arus
listrik

CONTROLLED RELEASED

A. BAGIAN I

definisi → utk ngasilin aksi terapi yg lbh lama dgn cara menjaga konsentrasi obat dlm darah
agar berada pd jendela terapi

1. kekurangan CR :
- obat sulit utk dikeluarkan jk tjd toksisitas
- tjd perubahan pola pelepasan zat aktif jk obat digerus/dikunyah
- tjd resiko penumpukan obat kl laju eliminasi lambat

2. perbedaan CR dgn SR (sustained release)


- SR : pelepasan obatnya dpt dikontrol
- CR : pelepasan obat dibuat lbh lama
- mengikuti kinetika pelepasan orde nol/zero order release
- zero order release → pelepasan obat dr btk sediaan tdk tergantung dr
jmlh obat

3. klasifikasi sediaan CR
a. One daily (OD) → targetnya 1 hari
b. Retard → diperlambat di aliran darah untuk membantu memperlama kadar
obat dlm darah
c. Time release → pelepasan waktu tertentu
d. Prolonged release → jangka waktu pelepasan lama

4. desain sediaan CR dipengaruhi oleh :


a. faktor biologi
- t1/2 :
1. obat t1/2 pendek (2-8 jam) mrp kandidat utk sediaan lepas lambat
2. t1/2 < 2 jam → tdk baik utk lepas lambat
3. t1/2 > 8 jam → efek obat tlh otomatis sustained

- absorpsi → utk menentukan kesesuaian obat utk sed. lepas lambat

- metabolisme
: obat yg dimetabolisme di hati → bioavailabilitas turun kl diberi dlm sediaan
lepas lambat

- batas keamanan dan terapetik


: obat indeks terapi sempit perlu dikontrol

b. faktor fisikokimia
- ukuran dosis
: batas bobot obat lepas lambat → 0,5 - 1 gr

- derajat ionisasi :
1. obat dgn kelarutan kecil (<0,1 mg/ml) → akan lbh lambat pelepasan obatnya
2. kelarutan obat → minimal 0,1 mg/ml

- koef. partisi
: obat koef. partisi rendah → sulit nembus membran

- stabilitas obat
: obat yg ga stabil di lambung → bioavailabilitas lbh besar kl dibuat dlm sediaan
lepas lambat yg dilepas di usus

5. Dosis sediaan CR
: utk pemberian scr peroral dgn kinetika reaksi orde nol

Rumus :
rate in = rate out = Kr0 = Ct x Kel x Vd

ket :
- Ct → konsentrasi terapi dlm darah
- Kel → konstanta kec. eliminasi obat
- Vd → vol. distribusi obat

sustaining potion :
Rumus :
W = Di + Kr0 x h
ket :
- W → dosis awal
- Di → dosis intial
- Kr0 → konstanta kecepatan reaksi orde 0
- h → waktu yg diinginkan

SOAL :
Suatu tablet dengan dosis tunggal 500 mg, akan dibuat mjd sustained release, dimana
pelepasan obat tjd slm 12 jam. Konsentrasi obat dlm darah yg diharapkan adalah 10
mikrogram/mL. Parameter farmakokinetik obat tersebut adalah sbg berikut :
- Ka → 2 jam^-1
- Kel → 0,2 jam^-1
- Ct → 10 mikrogram/mL
- Vd → 42 L = 42000 mL
- Di → 500 mg = 500.000 mikrogram
- h → 12 jam

Jawab :
rate in = rate out = Kr0 = Ct x Kel x Vd
= 10 mikrogram/mL x 0,2 jam^-1 x 42.000 mL
= 84.000 mikrogram/jam

W = Di + (Kr0 x h)
= 500.0000 mikrogram + (84.000 mikrogram/jam x 12 jam)
= 500.000 mikrogram + 1.008.000 mikrogram
= 1.508.000 mikrogram/tablet
= 1,5 g/tablet

6. Mekanisme pelepasan dari sediaan CR


a. matrix device
- pelepasan obat dr sistem tergantung ukuran pori matriks polimer, kelarutan
obat dan turtuositas dr jaringan matrik
- pelepasan obat tjd dgn mekanisme difusi

b. reservoir devices
- pelepasan obat yg terkontrol diperoleh dr obat yg dimasukkin ke inti
(reservoir) dgn membran polimer
- mekanismenya difusi

7. mekanisme pelepasan obat :


a. difusi
prinsip :
- pelepasan obat dr polimer yg tdk larut air
- pelepasan obat dr polimer yg sebagian larut dlm air
- pelepasan obat dr polimer yg larut air

b. disolusi
prinsip :
- pelepasan obat dgn sistem pelarutan lapisan membran penghalang
(reservoir)
- pelepasan dgn sistem erosi polimer (matrix device)

c. osmosis

8. Alat bantu rute pemberian sediaan CR :


a. Oral → adalat
b. Kulit → transderm nitro
c. Mata → occusert
d. IUD → progestasert (reservoir obat dlm btk suspensi, didesain utk melepaskan obat
65 mikrogram/hari utk pemakaian 1 taun)

B. BAGIAN II
1. Rate Preprogrammed DDS → pelepasan diatur oleh kecepatan tertentu yang di
desain melalui difusi molekul obat menembus membran.
a. Polymer Membrane Controlled DDS :
- bagian obat terenkapsulasi di suatu penampungan
- pelepasan dikontrol oleh : polimer , koef partisi, reservoir, membran,
dan medum berair, dan konsentrasi obat dlm reservoir.
b. Polymer matrix difussion DDS
- reservoir obat didispersikan dlm matrix
- matrix terbuat dr polimer lipofilik/hidrofilik
- pelepasan obat dikontrol oleh : dosis obat, kelarutan obat, difusifitas
molekul obat
c. Microreservoir partition controlled DDS
- dispersi mikro dalam matriks biar homogen
- matrix yg dipake adalah polimer biocompatible, ex : silicon elastomer
- kecepatan pelepasan dikontrol oleh : koefisien partisi, difusivitas obat,
kelarutan obat.
- transdermal nitrodisc system : suspensi nitrogliserin yg dikasi lwt rute
rektal

2. activation modulated DDS → diaktivasi oleh proses fisika (tekanan) kimia (pH/ ion)
atau biologi (Enzimatik) dengan memasukkan energi ke dalam.
a. osmotic pressure activated :
- dikontrol melalui tekanan osmotik
- terdapat polymer yang dimasukkan ke layer untuk mengeluarkan
obatnya, obat kluar dari lubang bentuk cairan.
- polymer ada di bawah
b. Hydrodinamic pressure
- terdapat tekanan juga, perbedaan tekanannya karena ada
pembasahan oleh air
- polymer hidrofilik berada di sekitar
c. Vapor pressure :
- tekanan dari gas yang sengaja dimasukkan untuk menekan agar obat
keluar.
- ada gas fluorokarbon yg akan bervaporasi pada suhu tubuh → didorong
ke sirkulasi darah dg kecepatan konstan.
d. Mechanically activated DDS :
- ada tekanan mekanik, pake pompa buat mengeluarkan obatnya.
- drug dalam bntk larutan, jumlah obat yg dikeluarkan sudah ditentukan
pas aktivasi pompa.
e. magnetically DDS :
- ada energi elektromagnetik ring untuk mengeluarkan obat.
- digunakan untuk mempermudah obat yg terionkan masuk ke membran.
f. ionthophoresis activated DDS :
- ditarik dg ion yg berlawanan, jd yg positif akan terhantarkan dg muatan
negatif dan sebaliknya.
- rutenya perkutan / transdermal
- alat : ionthoporesis generator
- mekanisme rute transdermal :
- interaksi ion-electric → mendorong melewati kulit
- aliran arus listrik → meningkatkan permeabilitas kulit
- mekanisme elektroosmotik → membawa ion dan spesies netral
sehingga dapat membantu transport obat.
g. Hydration activated DDS :
- proses hidrasi menyebabkan polymer mengembang dan membentuk
barrier gel sebagai pelindung.
- polimer dapat ditembus untuk melarutkan obat.

3. Feedback regulated DDS


- dipicu aktivitas senyawa misal substansi biokemikal
- contoh : pemberian insulin ketika kadar gula tinggi otomatis.
- klasifikasi :
- Bioerosion Regulated DDS :
- matriks ter erosi pada kadar urea tinggi
- tablet dilapisi oleh enzim orease
- dapat dipicu oleh pH tinggi untuk mengeluarkan obatnya.
- Bioresponsive :
- memicu pengembangan / penipisan untuk melepas obat.
- reservoir berisi insulin dalam hydrogel membran yg mngandung
gugus aktif NR2 dan glucose oksidase.
- di pH basa lebih stabil dan tdk melepaskan insulin
- Self regulating : dipicu oleh pelepasan target utama
- jadi kalo target utamanya dalam kondisi yg buruk contohnya
guladarah nnti insulinnya lepas sendiri
- Site targeting :
- obatnya baru dilepas pas sampe ke targetnya
- susunannya terdiir dari : gugus yg spesifik terhadap target,
pelarut, dan bagian obat yg terikat secara kovalen yg hanya bisa
terlepas di enzim tertentu aja.
- contohnya tuh : obat kanker yg diatur buat lepas di sel kanker
tujuan aja jd ga ngrusak sel lain.

BIOAVAILIBILITAS DAN BIOKEUIVALENSI


A. IN VITRO

1. agar obat dapat berefek :


- berikatan dengan reseptor
- konsentrasi obat dlm darah berada di jendela terapi

2. perbedaan :
- bioavailabilitas
: jml (AUC) dan kecepatan (tmax) obat yg terabsorpsi

- bioekivalensi
: utk membandingkan bioavailability obat yg sama dr berbagai produk dgn produk
reference

3. relative availbility :
- utk obat non i.v, jd pembandingnya bkn i.v
- bioavailabilitas tdk 1

rumus : [AUC]A : dosis A / [AUC]B : dosis B

4. reference product → produk standar/produk inovator

5. absolute availability : pembandingnya i.v, shg bioavailabilitas = 1


F = 1 berarti 100%

rumus : [AUC]po : dosis po / [AUC]iv : dosis iv

6. Ekivalensi farmasetik
: bahan obat yg mengandung zat aktif yg sama

7. Metode yg dipake :
a. Direct method → konsentrasi obat dlm darah
b. Ekskresi urin
c. Efek obat → misal efek sedasi pd obat
d. Efek klinis
e. Studi in vitro → pake disolusi pembanding

8. produk obat yg ga perlu uji ekivalensi → produk obat copy pokoknya


9. produk obat yg perlu uji in vitro :
a. produk yg gaperlu uji in vivo
b. produk copy yg dosisnya lbh rendah
c. produk yg dpt dilakukan uji ekuivalensi in vitro berdasarkan kelas BCS → BCS
kelas 1,3,2

10. perbedaan uji intrinsik dg uji kelarutan :


a. uji kelarutan → diuji saat pealrutnya udh smp jenuh/equilibrium
b. uji disolusi → mengukur obat murni (tnp bahan tambahan) dan tdk sampai
kondisi jenuh

11. syarat alat uji disolusi intrinsik :


- punya ruang utk naro obatnya
- geometri & uk. permukaan yg kena medium disolusi dpt diukur
- hrs bisa mempertahankan obat dgn tekanan yg paling rendah

12. produk dikatakan ekivalen scr in vitro :


- F1 → 0-15%
- f2 → 50-100%

SOAL :
Seorang apt melakukan uj disolusi terbanding obat tablet X dgn produk invatornya. Diperoleh
hasil sbb :
jawap :

interval Rt Tt Rt-Tt [Rt-Tt] (Rt-Tt)^2


waktu

10 62,79 65,4 -2,61 2,61 6,812

15 68,82 71,69 -2,78 2,78 7,728

20 74,52 74,77 -0,25 0,25 0,062

30 80,25 83,38 -3,13 3,13 9,796

45 91,97 97,16 -5,19 5,19 26,936

60 104.88 106,84 -1,96 1,96 3,841

Jml 483,23 499,24 -16,01 16,01 55,175

- Hitung harga F1 nilai F1 yang didapatkan 3,31 %, syarat similariti 0 - 15%. produk
sudah memnuhi persyaratan dimana persen different / perbedaan antara produk baru
dan produk awalan hanya 3,31. sehingga sudah sama dan bisa diproduksi dlm jml
banyak.
- Hitung harga F2 → nilai F2 (% reference) yang didapatkan yaitu 81,89% dimana hal
ini menunjukkan nilai persen kesamaan dari produk baru dengan produk awal,
syaratnya yaitu 50 - 100%, jadi produk baru ini sudah sesuai persyaratan dan bisa
dilanjutkan untuk diproduksi lebih banyak.

B. IN VIVO
uji in vivo diperlukan pas :
- obat kondisi serius
- yg indeks terapinya sempit
- obat yg ada masalah di bioavailibilitas
- eksipiennya berpengaruh
- obat non oral dan nonparenteral yg didesain kerja sistemik : suppo, gel, kontrasepsi
- produk lepas lambat kerja sistemik
- produk kombinasi
- produk obat bukan larutan untuk penggunaan non sistemik dan lokal ex : nasal, okular,
dermal, rektal, vaginal.
Ekuivalensi in vivo :
- uji farmakokinetik
- uji farmakodinamik
- uji klinik komparatif

obat wajib bioekuivalensi :


1. obat diabetes
2. antitrombotik : cilostazole, clopidogrel, warfarin
3. obat kardiovaskular : obat aritmia, obat angina
4. antihipertensi : diuretik, beta blocker, CCB, ACEI, ARB
5. obat kolesterol
6. obat kontrasepsi hormonal : desogestrel, estradiol sipionat, ethynil estradiol
7. obat ISK : disfungsi ereksi (sidelnafil), BPH’s drug (Tamsulosin)
8. anti infeksi (azitromisin, cefixime, cefpodoxime, ciprofloxacin).
9. antimikotik sistemik : fluconazole, itranazole, ketokonazole
10. obat TB : rifampicin
11. antiviral : aciclovir, didanosine.

kriteria subjek uji :


- sehat usia 18-55
- IMB 18-25
- non perokok
- gada ketergantungan alkohol
- tidak kontraindikasi dan hipersensitif sama obat yg diuji
- subjek uji minimal 12 , umumnya 18-24

standar kondisi uji :


- puasa dlu 10 jam
- vol minum 150-200 mL
- air boleh diminum, tp batas minum air sblm 1 jam - 2 jam setelah uji obat
- makanan baru bole abis 4 jam
- gabole konsumsi obat lain slm min 1 minggu
- gabole makan yg brkontraksi dg fungsi sirkulasi ginjal atau hati slm 24 jam
- tubuh dan aktivitas fisik terstandarisasi

produk obat uji :


- dibuat dgn cara CPOB & catetan batch kudu dilaporin
- identik dgn obat yg dipasarkan
- sampel uji hrs disimpen 2 taun stlh pengujian

Dosis obat uji :


- 1 unit sediaan kekuatan tinggi
- kalo perlu pake banyak obat tp gabole melebihi dosis

sampel darah :
- 12 - 18 titik sampel
- 1 sampel sblm pemberian
- 2-3 sebelum Cmax
- 4-6 sekitar Cmax
- 5-8 sampel setelah Cmax / melebihi t1/2 eliminasi

Pelepasan obat secara umum : obat utuh akan melarut dalam cairan tempat dia diliberasi
(proses liberasi) kemudian obat terlarut dan melepaskan zat aktifnya kemudia zat aktif
berdifusi ke membran rektal dan akan diabsorbsi dengan mekanisme difusi pasif, lalu setelah
obat diserap ke sirkulasi sistemik / targetnya obat akan mengeluarkan efeknya.

Syarat obat terabsorbsi :


- tak terion
- terlarut
- bentuk bebas dan aktif

yang mempengaruhi bioavailibilitas obat :


- faktor fisika kimia obat
- formulasi
- struktur anatomi dan fisiologi.

Anda mungkin juga menyukai