vena hemoroida superior mengalirkan darah → hati akan terkena first pass effect
vena hemoroida inferior dan tengah mengalirkan darah → sirkulasi sistemik.
Suppositoria :
- dua jenis yaitu larut lemak (ol. cacao) dan air (PEG)
- pemilihan zat pembawa :
- zat larut air pilih basis larut lemak
- zat aktif sukar larut, pilih ukuran partikel yg kecil
- zat aktif bentuk cairan, pilih yg titik leburnya tinggi dari zat aktif
- optimasi pemberian
- penggunaan peningkatan penetrasi
- pengontrolan pH
- penambahan bahan pelarut seperti surfaktan
- modifikasi viskositas
- penambahan deaglomelator
- penambahan peningkatan kelarutan obat
Kapsul / tablet rektal :
- kapsul berisi suspensi / larutan dalam minyak/ paraffin cair.
- memiliki disintegrasi yg rendah di cairan rektal
- tablet dg mekanisme pelepasan CO2 bisa digunakan untuk
merangsang BAB.
Cairan enema :
- bentuk larutan/ emulsi
- gada proses pelarutan/ pelelhan
- mengandung peningkat viskositas, buffer, dan kosolven.
Hollow type suppo :
- ada rongga
- prinsipnya : mucoadhesive dpt memperpanjang sediaan dalam rektal dan
mencegah peyebaran basis di bagian kolorektal.
- mucoadhesive : xanthan gum, alginat dan gom alam.
Thermoresponsive :
- dpt berubah jadi gel di suhu 37 derajat , obat dilepaskan scr perlahan.
- polimer : oilixamer pluronics. polimer dikombinasi dg mukoadhesif untuk
memperpanjang pelepasan obat.
Mucoadhesive gel :
- memperpanjang aksi obat dan waktu tinggal di rektal
- alginat, hidroksipropil, pvp, carbopol.
micro dan nano partikel :
- dapat dikombinasi dan dibuat inkorporasi dg basis supo atau gel untuk
mendapatkan pelepasan dg target tertentu.
Niosom :
- sediaan liposom yg ga mengandung fosfolipid, bagian intinya air samping2nya
kolesterol dan surfaktan nonionik .
- bentuk gel buat obat lokal ex : hemoroid.
Vaginal :
panjang : 10 cm
vol cairan : 0,75 mL, max 1 hari 6 mL
pH : 4 - 5 (bumil : 3,8 - 4,4)
aliran darah :
- umumnya : vena plexus → vena cava inferior → sir. sistemik
- vena bagian atas deket sama uterus → difusi vena ke arteri → first pass metabolism.
untuk obat tujuan uterus.
Faktor fisiologis :
- sama kaya yg rektal
- mikroflora yg di vagina (bakteri)
- dan komposisi enzim di epitel dan sel basal
Faktor fisiko kimia sama juga kaya yg rektal + kemampuan ionisasi obat
bentuk sediaan :
- suppositoria : kaya rektal
- kapsul dan tablet : larutan/suspensi obat dalam larutan paraffin, tablet ada bahan
tambahan yg mendukung disintegrasi tablet dalam vagina.
- vaginal ring : ring berdiameter 40 mm, digunakan untuk obat hormon dan kontrasepsi.
- Vaginal film : bentuk lembaran dengan menggunakan mucoadhesive di desain larut
cairan vagina.
- cream and gel : untuk pemakaian lokal, lebih kecil resiko iritasi dibandingkan
pessaries.
- cairan : kosmetik dan pembersih, gojog sblm dipake
- Tampon : obat ditaro di tampon trs diambil lg beberapa waktu, terbuat dari gelatin dan
silicon.
2. anatomi mata :
- sklera
- pupil
- retina
- saraf optik
- vitreous
- rute kornea
- sbg rute utama
- kec. absorbsi dibatasi olh kornea/rate limiting step
- terdiri dr tumpukan jaringan yg berbeda & tnp aliran darah
- obat yg make rute ini, punya persyaratan sifat kelarutan obat tertentu
4. struktur kornea :
- epitelium
- lap. penyusun kornea plg luar
- sifatnya lipofil
- kl terluka → akan segera diregenerasi dlm 24 jam
- stroma
- sifatnya hidrofil
- terdiri dr lembaran kolagen
- endotelium
- sifatnya lipofil
- tdk punya sifat barier thdp difusi obat
- permeabilitasnya ditentukan oleh BM
b. faktor fisikokimia
- lar. hipotonik →meningkatkan permeabilitas tp bisa nyebabin iritasi
- pH ideal mata → 6,9 - 7,5 (tdk buat iritasi)
- viskositas → agar wktu kontak dgn mata lebih lama, nilainya hrs 25-55
cps
c. faktor formulasi
- lar. hipotonik/hipertonik dpt nyebabin iritasi → menurunkan retensi obat
di mata
- tegangan perm. cairan air mata → 43-46 mN.m^-1
- polimer → meningkatkan viskositas & mengurangi kec. pengeluaran
obat, ex : PVP, metilselulosa, PEG
b. suspensi
- utk obat yg sukar larut air atau utk pelepasan obat diperpanjang
- obat akan tertahan di konjungtiva & melarut scr perlahan
- syarat utama → uk.partikel (biar ga iritasi)
c. salep, gel
- wktu kontak 24 jam
- dpt menghalangi mata → salep
- salep hrs melebur pada suhu mata → 32 C
OTAK
Fungsi Barrier : menghantarkan nutrisi, menghilangkan produk sisa, membatasi hal toksik.
macam barrier :
- endotelium (blood brain barrier) → antara darah dan CNS berfungsi dlm pertukaran
molekul dan peghantaran obat. paling sulit dilewati
- epitelium chroid plexus (cerebro spinal fluid) → tingkat kesulitan ditembusnya kecil.
- epitel arachinoid menutupi bagian luar otak
tight junction : mencegah masuknya obat yg bersifat polar.
rute penghantaran obat :
- tight junction
- membran sel
- transporter → adanya pembantu untuk memudahkan penyerapan obat
- mekanisme vesikular → menembus
- enzimatik
- jalur leukosit → bersamaan dengan leukosit (pinositosis)
CONTROLLED RELEASED
A. BAGIAN I
definisi → utk ngasilin aksi terapi yg lbh lama dgn cara menjaga konsentrasi obat dlm darah
agar berada pd jendela terapi
1. kekurangan CR :
- obat sulit utk dikeluarkan jk tjd toksisitas
- tjd perubahan pola pelepasan zat aktif jk obat digerus/dikunyah
- tjd resiko penumpukan obat kl laju eliminasi lambat
3. klasifikasi sediaan CR
a. One daily (OD) → targetnya 1 hari
b. Retard → diperlambat di aliran darah untuk membantu memperlama kadar
obat dlm darah
c. Time release → pelepasan waktu tertentu
d. Prolonged release → jangka waktu pelepasan lama
- metabolisme
: obat yg dimetabolisme di hati → bioavailabilitas turun kl diberi dlm sediaan
lepas lambat
b. faktor fisikokimia
- ukuran dosis
: batas bobot obat lepas lambat → 0,5 - 1 gr
- derajat ionisasi :
1. obat dgn kelarutan kecil (<0,1 mg/ml) → akan lbh lambat pelepasan obatnya
2. kelarutan obat → minimal 0,1 mg/ml
- koef. partisi
: obat koef. partisi rendah → sulit nembus membran
- stabilitas obat
: obat yg ga stabil di lambung → bioavailabilitas lbh besar kl dibuat dlm sediaan
lepas lambat yg dilepas di usus
5. Dosis sediaan CR
: utk pemberian scr peroral dgn kinetika reaksi orde nol
Rumus :
rate in = rate out = Kr0 = Ct x Kel x Vd
ket :
- Ct → konsentrasi terapi dlm darah
- Kel → konstanta kec. eliminasi obat
- Vd → vol. distribusi obat
sustaining potion :
Rumus :
W = Di + Kr0 x h
ket :
- W → dosis awal
- Di → dosis intial
- Kr0 → konstanta kecepatan reaksi orde 0
- h → waktu yg diinginkan
SOAL :
Suatu tablet dengan dosis tunggal 500 mg, akan dibuat mjd sustained release, dimana
pelepasan obat tjd slm 12 jam. Konsentrasi obat dlm darah yg diharapkan adalah 10
mikrogram/mL. Parameter farmakokinetik obat tersebut adalah sbg berikut :
- Ka → 2 jam^-1
- Kel → 0,2 jam^-1
- Ct → 10 mikrogram/mL
- Vd → 42 L = 42000 mL
- Di → 500 mg = 500.000 mikrogram
- h → 12 jam
Jawab :
rate in = rate out = Kr0 = Ct x Kel x Vd
= 10 mikrogram/mL x 0,2 jam^-1 x 42.000 mL
= 84.000 mikrogram/jam
W = Di + (Kr0 x h)
= 500.0000 mikrogram + (84.000 mikrogram/jam x 12 jam)
= 500.000 mikrogram + 1.008.000 mikrogram
= 1.508.000 mikrogram/tablet
= 1,5 g/tablet
b. reservoir devices
- pelepasan obat yg terkontrol diperoleh dr obat yg dimasukkin ke inti
(reservoir) dgn membran polimer
- mekanismenya difusi
b. disolusi
prinsip :
- pelepasan obat dgn sistem pelarutan lapisan membran penghalang
(reservoir)
- pelepasan dgn sistem erosi polimer (matrix device)
c. osmosis
B. BAGIAN II
1. Rate Preprogrammed DDS → pelepasan diatur oleh kecepatan tertentu yang di
desain melalui difusi molekul obat menembus membran.
a. Polymer Membrane Controlled DDS :
- bagian obat terenkapsulasi di suatu penampungan
- pelepasan dikontrol oleh : polimer , koef partisi, reservoir, membran,
dan medum berair, dan konsentrasi obat dlm reservoir.
b. Polymer matrix difussion DDS
- reservoir obat didispersikan dlm matrix
- matrix terbuat dr polimer lipofilik/hidrofilik
- pelepasan obat dikontrol oleh : dosis obat, kelarutan obat, difusifitas
molekul obat
c. Microreservoir partition controlled DDS
- dispersi mikro dalam matriks biar homogen
- matrix yg dipake adalah polimer biocompatible, ex : silicon elastomer
- kecepatan pelepasan dikontrol oleh : koefisien partisi, difusivitas obat,
kelarutan obat.
- transdermal nitrodisc system : suspensi nitrogliserin yg dikasi lwt rute
rektal
2. activation modulated DDS → diaktivasi oleh proses fisika (tekanan) kimia (pH/ ion)
atau biologi (Enzimatik) dengan memasukkan energi ke dalam.
a. osmotic pressure activated :
- dikontrol melalui tekanan osmotik
- terdapat polymer yang dimasukkan ke layer untuk mengeluarkan
obatnya, obat kluar dari lubang bentuk cairan.
- polymer ada di bawah
b. Hydrodinamic pressure
- terdapat tekanan juga, perbedaan tekanannya karena ada
pembasahan oleh air
- polymer hidrofilik berada di sekitar
c. Vapor pressure :
- tekanan dari gas yang sengaja dimasukkan untuk menekan agar obat
keluar.
- ada gas fluorokarbon yg akan bervaporasi pada suhu tubuh → didorong
ke sirkulasi darah dg kecepatan konstan.
d. Mechanically activated DDS :
- ada tekanan mekanik, pake pompa buat mengeluarkan obatnya.
- drug dalam bntk larutan, jumlah obat yg dikeluarkan sudah ditentukan
pas aktivasi pompa.
e. magnetically DDS :
- ada energi elektromagnetik ring untuk mengeluarkan obat.
- digunakan untuk mempermudah obat yg terionkan masuk ke membran.
f. ionthophoresis activated DDS :
- ditarik dg ion yg berlawanan, jd yg positif akan terhantarkan dg muatan
negatif dan sebaliknya.
- rutenya perkutan / transdermal
- alat : ionthoporesis generator
- mekanisme rute transdermal :
- interaksi ion-electric → mendorong melewati kulit
- aliran arus listrik → meningkatkan permeabilitas kulit
- mekanisme elektroosmotik → membawa ion dan spesies netral
sehingga dapat membantu transport obat.
g. Hydration activated DDS :
- proses hidrasi menyebabkan polymer mengembang dan membentuk
barrier gel sebagai pelindung.
- polimer dapat ditembus untuk melarutkan obat.
2. perbedaan :
- bioavailabilitas
: jml (AUC) dan kecepatan (tmax) obat yg terabsorpsi
- bioekivalensi
: utk membandingkan bioavailability obat yg sama dr berbagai produk dgn produk
reference
3. relative availbility :
- utk obat non i.v, jd pembandingnya bkn i.v
- bioavailabilitas tdk 1
6. Ekivalensi farmasetik
: bahan obat yg mengandung zat aktif yg sama
7. Metode yg dipake :
a. Direct method → konsentrasi obat dlm darah
b. Ekskresi urin
c. Efek obat → misal efek sedasi pd obat
d. Efek klinis
e. Studi in vitro → pake disolusi pembanding
SOAL :
Seorang apt melakukan uj disolusi terbanding obat tablet X dgn produk invatornya. Diperoleh
hasil sbb :
jawap :
- Hitung harga F1 nilai F1 yang didapatkan 3,31 %, syarat similariti 0 - 15%. produk
sudah memnuhi persyaratan dimana persen different / perbedaan antara produk baru
dan produk awalan hanya 3,31. sehingga sudah sama dan bisa diproduksi dlm jml
banyak.
- Hitung harga F2 → nilai F2 (% reference) yang didapatkan yaitu 81,89% dimana hal
ini menunjukkan nilai persen kesamaan dari produk baru dengan produk awal,
syaratnya yaitu 50 - 100%, jadi produk baru ini sudah sesuai persyaratan dan bisa
dilanjutkan untuk diproduksi lebih banyak.
B. IN VIVO
uji in vivo diperlukan pas :
- obat kondisi serius
- yg indeks terapinya sempit
- obat yg ada masalah di bioavailibilitas
- eksipiennya berpengaruh
- obat non oral dan nonparenteral yg didesain kerja sistemik : suppo, gel, kontrasepsi
- produk lepas lambat kerja sistemik
- produk kombinasi
- produk obat bukan larutan untuk penggunaan non sistemik dan lokal ex : nasal, okular,
dermal, rektal, vaginal.
Ekuivalensi in vivo :
- uji farmakokinetik
- uji farmakodinamik
- uji klinik komparatif
sampel darah :
- 12 - 18 titik sampel
- 1 sampel sblm pemberian
- 2-3 sebelum Cmax
- 4-6 sekitar Cmax
- 5-8 sampel setelah Cmax / melebihi t1/2 eliminasi
Pelepasan obat secara umum : obat utuh akan melarut dalam cairan tempat dia diliberasi
(proses liberasi) kemudian obat terlarut dan melepaskan zat aktifnya kemudia zat aktif
berdifusi ke membran rektal dan akan diabsorbsi dengan mekanisme difusi pasif, lalu setelah
obat diserap ke sirkulasi sistemik / targetnya obat akan mengeluarkan efeknya.